jbptitbpp gdl niksonmnni 22719 3 2012ta 2

Upload: ariesugm

Post on 24-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    1/15

    8

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Kartografi

    Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,

    merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada

    tahapan dan tingkatan pembangunan (BAKOSURTANAL, 2005) . Dari pengertian

    tersebut, dapat dilihat bahwa peta adalah gambaran sebuah lingkungan di permukaan

    bumi. Dalam konteks ini lingkungan yang dimaksud dipakai secara luas untuk

    memasukkan semua aspek lingkungan budaya dan fisik. Penting dicermati bahwa

    definisi tersebut memasukkan juga fenomena-fenomena yang tidak tampak secara fisik

    pada landskap geografi, contohnya suhu. Pemetaan suhu mungkin dilakukan meskipun

    hal ini tidak mencakup pemetaan benda-benda fisik pada landskap geografi tersebut.

    Pembuatan peta adalah sebuah subyek yang menarik untuk dipelajari dan merupakan

    sebuah aktivitas yang memiliki tempat tersendiri dalam catatan sejarah, bahkan sangat

    dekat dengan sejarah manusia. Peta sendiri pertama kali dibuat pada abad kelima ataukeenam SM (Bagrow, 1966). Secara umum, pembuatan peta didefinisikan sebagai

    kumpulan dari proses teknis dari pengumpulan data, desain dan konstruksi kartografik,

    dan reproduksi, yang biasanya diasosiasikan dengan pembuatan peta yang sebenarnya

    (Muehrcke, 1972). Secara singkat, pemetaan adalah sebuah proses dalam mendesain,

    menyusun, dan menghasilan peta (Monmonier, 1977).

    Pada zaman digital sekarang ini, pembuatan peta tidak terpaku hanya pada bentuk fisik

    (kertas) yang konvensional. Peta sudah dibuat dan disajikan dalam bentuk digital tanpa

    perlu dicetak. Pencetakan tergantung pada kepentingan pengguna peta saja. Dengan

    perkembangan teknologi seperti ini, pembuatan peta menjadi lebih mudah. Selain itu

    penggunaan peta juga menjadi lebih luas daripada sekedar penampilan informasi spasial.

    Peta dapat juga digunakan dalam analisis keruangan dengan menggunakan perangkat

    lunak tertentu.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    2/15

    9

    Pembuatan peta sangat erat hubungannya dengan kartografi. Untuk mengenal lebih

    dalam lagi tentang kartografi (dan persamaan/perbedaan dengan pembuatan peta) maka

    kartografi itu sendiri harus didefinisikan dengan baik. Sebagai sebuah disiplin yang

    memiliki cakupan yang luas, banyak kartografer profesional yang menarik batas antara

    pembuatan peta dan kartografi. Secara umum, kartografi dilihat secara lebih luas

    daripada pembuatan peta karena kartografi membutuhkan pembelajaran tentang dasar

    filosofi dan teori dari peraturan pembuatan peta, termasuk pembelajaran tentang

    komunikasi peta (Muehrcke, 1972). Seringkali kartografi dianggap sebagai pelajaran

    tentang pondasi artistik dan keilmuan dari pembuatan peta.

    Dengan perkembangan teknologi yang sudah sangat canggih seperti sekarang ini

    (khususnya teknologi computer), maka kartografi juga mengalami perkembangan secara

    fundamental. Revolusi teknologi mempunyai dampak pada kartografi. Kartografi tetap

    mempertahankan elemen dasar ilmu kartografi dan juga kartografi menghasilkan dua

    produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing-masing, yaitu :

    Basis data digital merupakan media penyimpan informasi geografis

    sebagai pengganti pencetakan peta ;

    Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan

    fungsi pelayanan selain pencetakan peta

    Menurut Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling (2003) kartografi dapat dilihat sebagai

    pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya, dan

    memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan masalah-masalah

    geospasial(Kraak & Ormeling, 2003).

    Dari pengertian di atas, kita dapat melihat bahwa kartografi sudah tidak terbatas pada

    domain peta konvensional (cetak), namun sudah lebih luas dan mengarah kepada akses

    dan visualisasi yang umumya dilakukan menggunakan pada platform digital.

    MenurutInternational Cartographic Association (1995), Cartography is the discipline

    dealing with the conception, production, dissemination and study of maps. Pengertian

    ini memiliki cakupan yang cukup luas sehingga dapat diterima oleh hampir semua

    praktisi kartografi.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    3/15

    10

    Dalam prakteknya, peta dibuat selalu dengan tujuan tertentu; kemampuan dan kebutuhan

    pembaca serta batasan grafis pada media penyajian informasi peta sangat mempengaruhi

    keputusan pendesainan (Robinson, 1966). Itulah yang membuat desain kartografis

    sangat menyenangkan.

    Gambaran umum dari komunikasi kartogarfik yang terkait dengan 4 komponen utama

    (data lapangan, pembuat peta, peta, dan pembaca peta) dapat dilihat pada Gambar 2.1

    Gambar 2. 1 Diagram Komunikasi Kartografik(Gersmehl & Andrews, 1986)

    Dimulai dari data lapangan yang belum dipetakan sampai kepada pembaca peta meliputi

    2 transformasi penting. Pertama, disebut dengan pembuatan peta, meliputi pengubahan

    data yang belum dipetakan menjadi satu kumpulan simbol-simbol grafis yang

    ditempatkan di dalam peta. Transformasi kedua, disebut penggunaan peta, meliputi

    pembacaan simbol-simbol dan mengartikan informasi sapsial yang dimaksudkan dengan

    simbol tersebut. Kesalahan dalam pembacaan peta terjadi ketika ada ketidaksesuaian

    antara pesan yang ingin disampaikan oleh penghasil peta dan pesan yang diterima

    pembaca peta melalui peta tersebut. Keseluruhan proses tersebut disebut dengan proses

    kartografik. Proses transformasi tersebut adalah salah satu intisari yang memerlukan

    Kartographer Peta Pengguna Peta

    Umpan Balik

    Inset

    Transformation kedua

    Penggunaan Peta

    Transformation pertama

    Pembuatan Peta

    Proses Kartografik

    Data Lapangan

    Legenda Peta

    Penghasil

    Peta

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    4/15

    11

    generalisasi kartografik yang meliputi seleksi, klasifikasi, simplifikasi dan simbolisasi

    (Robinson A. J., 1995).

    a. Seleksi

    Proses seleksi memulai seluruh aktivitas pembuatan peta. Seleksi meliputi

    keputusan awal yang berkenaan dengan ruang geografis yang akan dipetakan,

    skala peta, proyeksi peta, data apa yang perlu untuk memenuhi tujuan

    pembuatan peta, dan metode apa yang harus diterapkan dalam mengumpulkan

    data yang dibutuhkan tersebut. Proses seleksi ini sangat penting dan harus

    sebisa mungkin mengetahui keinginan pengguna peta (Ommer & Wood,

    1985).

    b.

    Klasifikasi

    Proses klasifikasi menempatkan objek-objek ke dalam kelompok yag

    memiliki cirri-ciri yang identik ataupun mirip. Proses ini menghilangkan

    detail-detail yang tidak perlu dari sebuah objek. Informasi tersampaikan

    melalui pengenalan akan batasan-batasan setiap kelompok. Klasifikasi

    mengurangi kerumitan gambar pada peta, membantu mengatur informasi

    yang ada pada peta, dan meningkatkan kualitas komuniksai peta.

    c.

    SimplifikasiSeleksi dan kalsifikasi merupakan bagian dari simplifikasi, namun

    simplifikasi bisa juga dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, dalam

    penggambaran jalan yang ada secara natural pada muka bumi. Jalan tersebut

    sebenarnya cukup berkelok-kelok, namun karena tujuan dari peta yang dibuat

    hanya untuk menunjukkan keterhubungan antara dua titik (bukan untuk

    menunjukkan secara presisi bentuk dari jalan), maka dapat ditarik garis lurus

    saja pata penggambarannya di peta. Pada peta topografi, proses simplifikasi

    sangat bergantung kepada skala peta yang digunakan.

    d. Simbolisasi

    Simbolisasi adalah proses yang paling rumit dalam inti pemetaan. Pembuatan

    peta memerlukan simbolisasi karena tidak mungkin untuk membuat gambar

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    5/15

    12

    dari objek yang ada di lapangan ke dalam selembar peta tanpa memakai

    sebuah simbol yang merepresentasikan dunia nyata.

    Ada 2 jenis simbol yang digunakan dalam pembuatan peta :

    Replikatif / Deskriptif

    Simbol replikatif adalah simbol yang didesain agar menyerupai objek

    yang ada di dunia nyata. Simbol-simbol ini hanya digunakan untuk objek-

    objek yang nyata, contohnya garis pantai, pohon, rel kereta api, jalan,dan

    rumah.

    Abstrak

    Simbol abstrak biasanya mengambil bentuk geometri tertentu seperti

    segitiga, persegi, dan lingkaran. Simbol-simbol ini biasanya digunakan

    untuk menunjukkan kuantitas yang bervariasi pada setiap tempat; simbol-

    simbol ini juga bisa merepresentasikan semua hal dan sangat

    membutuhkan pengalaman dari pengguna peta dan diperlukan legenda

    peta yang detail.

    Penghasil peta (map author) adalah seseorang yang ingin menyampaikan informasi

    spasial kepada orang orang tertentu yang membutuhkan. Mereka tidak harus pembuat

    peta ataupun kartografer (Muehrcke, 1978). Secara singkat mereka tidak harus memiliki

    kemampuan dalam pembuatan peta, namun mengerti intisari apa yang dimasukkan ke

    dalam peta tersebut. Jika penghasil peta ingin menyusun informasi spasial secara efektif,

    mereka bisa mempekerjakan kartografer atau pembuat peta (map maker) untuk

    mendesain sebuah peta.

    Data yang dimasukkan ke dalam sebuah peta bisa merupakan fenomena numerik

    ataupun non-numerik. Data non-numerik bisa merupakan elemen peta dasar seperti batas

    politik suatu negara dan garis pantai. Data numerik adalah elemen kuantitatif yang akan

    disampaikan lewat peta, seperti data kedalaman, jumlah penduduk, dan data ketinggian.

    Secara keseluruhan, komunikasi peta yang sukses bergantung pada seberapa baik

    kartografer bisa mengartikan keperluan pengguna peta.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    6/15

    13

    2.2. Geodatabase

    Konsep mengenai basis data dapat dipandang dari beberapa sudut. Dari sisi sistem, basis

    data merupakan kumpulan tabel-tabel atau file yang saling berelasi. Sementara dari sisi

    manajemen, basis data dapat dipandang sebagai sebagai kumpulan data yang

    memodelkan aktivitas-aktivitas yang terdapat di dalam enterprise-nya. Selain itu, basis

    data juga mengandung pengertian kumpulan data non-redundant yang dapat digunakan

    bersama (shared) oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Atau dengan kata lain, basis

    data adalah kumpulan data-data (file) non-redundant yang saling terkait satu sama

    lainnya (dinyatakan oleh atribut-atribut kunci dari tabel-tabelnya / struktur data dan

    relasi-relasi) di dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise).

    (Ponniah, 2003).

    Dengan basis data, perubahan, editing, dan updating data dapat dilakukan tanpa

    mempengaruhi komponen-komponen lainnya di dalam sistem yang bersangkutan.

    Perubahan ini mencakup perubahan format data (konversi), struktur file, atau relokasi

    data dari satu perangkat ke perangkat lainnya (Rodriguez, 2004).

    Beberapa terminology yang ada di dalam basis data (Rodriguez, 2004):

    a.

    AtributAtribut menggambarkan properti dari sebuah entitas. Ada juga istilah Domain

    Atribute. Domain atribut adalah definisi konseptual dari sebuah atribut. Jadi

    domain atribut ini berisi nilai-nilai yang menjadi nilai dari sebuah atribut.

    b. Entitas

    Entitas adalah istilah bagi suatu unsur spesifik di lapangan yang akan

    dimasukkan ke dalam basis data.

    c. Relationships

    Relationships adalah hubungan antar entitas. Misalnya entitas manusia dan

    mobil adalah memiliki/dimiliki.

    d. Record

    Recordadalah anggota dari suatu entitas tertentu.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    7/15

    14

    e. Identifier

    Sering disebut primary key. Identifier adalah atribut yang dimiliki record.

    Identifierunik untuk tiap recordpada suatu entitas.

    Gambaran singkat mengenai proses pembuatan basis data hingga proses kartografiknya

    dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

    Gambar 2. 2 Skema Pembuatan Basis Data dan Proses Kartografik Peta

    Unsur-unsur yang akan dimasukkan ke dalam basis data dikumpulkan dan didaftar

    sebagai entitas. Setiap entitas dibuat satu file data spasial dan ditentukan bentuk

    geometri untuk setiap entitas. Bentuk geometri berupa primitive object dalam bentuk

    titik, garis, dan area. Setelah itu, masuk ke dalam tahap konseptual pembuatan basis

    data. Setelah selesai dari tahap konseptual barulah dilakukan tahap implementasi basis

    data yang telah dikonsepkan tadi (memakai bantuan perangkat lunak).

    Dalam pembuatan basis data, dipakai metodologi-metodologi tertentu yang sebenarnya

    hanya memberikan definisi tahapan-tahapan yang ada di dalam pembuatan basis data.

    Salah satu metodologi yang digunakan untuk pembangunan basis data spasial adalah

    Three Schema Architecture (TSA), dimana rancang bangun basis data spasial dibagi

    kedalam 3 tahapan, yaitu: tahap eksternal, tahap konseptual, dan tahap internal.

    Sedangkan model basis data spasial yang digunakan adalah model relasional, dengan

    model ini data dipilah kedalam entitas-entitas dimana masing-masing entitas saling

    Unsur 1

    Unsur 2

    Unsur 3

    Unsur-unsuryang

    dimasukkandalam peta Basis Data

    -konseptual

    -implementasi

    kartografik

    FileData

    Spasial

    Peta

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    8/15

    15

    berhubungan (berelasi) berdasarkan enterprise rules(aturan kenyataan) dan cardinality

    (derajat relasi) antar entitas sesuai dengan aturan-aturan bisnis yang berlaku dalam

    hidrografi (Schneider)

    a.

    Tahap Eksternal

    Tahap ini sering disebut dengan tahap analisa kebutuhan pengguna. Tahap

    analisa kebutuhan pengguna merupakan tahapan untuk mengumpulkan

    keinginan, harapan, kebutuhan dari pengguna agar fungsionalitas-nya sesuai

    ekspektasi dan memenuhi maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Metoda

    yang dilakukan dapat beragam mulai dari wawancara, kuisioner, studi

    literatur dan sebagainya. Tahap ini termasuk sangat kritis, mengingat basis

    data Peta LPI adalah sebuah sistem yang spesifik untuk setiap tema yang

    berbeda.

    b. Tahap Konseptual

    Pada tahap ini dilakukan pemodelan data berdasarkan keluaran yang

    diperoleh pada tahap sebelumnya. Semua entitas dilengkapi dengan atribut

    kemudian antar entitas direlasikan berdasarkan informasi aturan-aturan nyata

    yang berlaku pada enterprise. Untuk melakukan relasi antar entitas maka

    dilakukan pemilihanfieldkunci utama (primary key) dari atribut entitas yang

    memiliki karakteristik unik digunakan sebagai identifier untuk masing-

    masing entitas. Keluaran (output) dari tahapan ini sering disebut Entity-

    Relationship(ER-Diagram) atau disebut juga sebagai model konseptual dari

    databaseyang akan dibuat.

    c. Tahap Internal

    Pada tahap ini, model data yang telah dibuat pada tahap konseptual

    diterjemahkan ke dalam model data relasional, meskipun hasil perancangan

    ini juga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk model data yang lain (hirarki

    atau network). Setelah itu, model datanya dikonversikan ke dalam bentuk

    tabel-tabel basis data relasional, sedangkan relasi-relasi yang terdapat di

    antara entities model datanya diimplementasikan dalam bentuk primary key

    danforeign keyyang disisipkan pada tabel-tabel yang bersangkutan.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    9/15

    16

    Setelah itu, dilakukan perancangan fisik yang memetakan struktur basis data

    yang dikonsepkan menjadi struktur basis data fisik pada media penyimpanan

    elektronik. Pada perancangan fisik, setiap attribute atau itempada tabel-tabel

    basis data diterjemahkan ke dalam field basis data fisik dengan tipe data dan

    ukuran tertentu. Selain itu, dilakukan juga penentuan domain value dari

    masing-masing atribut.

    Langkah-langkah dalam tahap internal ini :

    Transformasi Model Data ke Basis Data Fisik

    Penyusunan DBMS dan Struktur Tabel

    Implementasi Tabel-tabel Basis Data

    Implementasi Relasi Antar Tabel

    Implementasi Integritas (Keunikan Data, Domain Data, Referensial,

    Aturan Nyata)

    Pada tahap internal ini juga dilakukan pemilihan perangkat lunak. Perangkat

    lunak yang digunakan untuk implementasi dari desain basis data perangkat

    lunak ArcGIS sesuai dengan yang digunakan di BIG. Selain itu perangkat

    lunak ini juga memberikan kelebihan antara lain disebutkan dalam tabel.

    Dari segi struktur dibuat ke dalam sistem folder yang sederhana

    memanfaatkan lingkungan operasi Windows, memberi kemudahan dalam

    pengelolaan tabel, dan batasan ukuran basis data hanya dibatasi oleh ukuran

    hardisk yang tersedia. Pada Tabel 2.1 ditunjukkan beberapa kelebihan

    GeodatabaseArcGIS

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    10/15

    17

    Tabel 2. 1 Kelebihan GeodatabaseArcGIS

    Struktur

    berkembang dari sisi kegunaan

    performa optimal

    tanpa batasan ukuran

    Performa

    perpindahan data yang mudah

    model editing yang berkembang

    menyimpan data raster dalam geodatabase

    Manajemen

    Data

    konfigurasi penyimpanan yang dapat diatur

    mengijinkan pembaharuan menjadi indeks spasial

    bisa menggunakan data yang dikompres

    Pada pembuatan basis data Peta Lingkungan Pantai Indonesia ini, basis data yang akandibuat adalahgeodatabase. Geodatabasemerupakan singkatan dari geografik database.

    Basis data ini pada sruktur basis datanya sama dengan basis data biasa. Perbedaan antara

    geodatabase dan basis data biasa adalah geodatabase mengombinasikan geo (data

    spasial) dan database (gudang data/basis data) untuk membentuk pusat data untuk

    penyimpanan dan manajemen data spasial. Setiap data spasial memiliki informasi

    keruangan berupa koordinat. Sebagai contoh adalah sebuah jalan di dunia nyata, pada

    geodatabasetipe objek yang dipakai adalah line dan memiliki ID tertentu.Linetersebut

    memiliki informasi keruangan berupa koordinat pada sepanjang bagian dari line

    tersebut.

    2.3. Peta Lingkungan Pantai Indonesia

    2.3.1. Pengertian Dasar

    Referensi yang paling lengkap tentang Peta Lingkungan Pantai Indonesia didapat dari

    SNI 19-6726-2002 karena hanya dokumen inilah yang membahas tentang peta LPI

    secara rinci. SNI 19-6726-2002 ini secara khusus membahas tentang pembuatan peta

    LPI skala 1:50000, meliputi, unsur-unsur yang harus disajikan, cara penyajian dan

    reproduksi peta.

    Sumber : ESRI(2008)

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    11/15

    18

    Istilah dan definisi yang dipakai dalam pembuatan peta LPI :

    a.

    Peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia

    Adalah representasi secara grafis sepetak permukaan bumi di wilayah sekitar

    pantai atau pesisir baik ke arah darat maupun laut dengan sistem generalisasi

    untuk menggambarkan detail yang ada dengan jelas dan tidak bermakna

    ganda. Peta dasar LPI merupakan gabungan peta rupabumi (topografi)

    dengan peta laut dalam satu sistem proyeksi dan digunakan sebagai peta

    dasar dalam pembuatan peta-peta tematik lainnya di wilayah pantai.

    b. Datum

    Datum adalah data yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan posisi. Ada

    2 jenis datum yang berperan dalam pembuatan peta, yaitu datum horizontal

    dan datum vertikal.

    Datum untuk kontrol horizontal baik untuk darat maupun laut adalah Datum

    Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) dengan parameter sferoid:

    a = 6.378.137,0 meter

    f = 1/298,257223563

    Datum untuk kontrol vertikal di darat adalah sistem ketinggian mengacu pada

    jaring kontrol vertikal BAKOSURTANAL. Dalam hal tidak ada jaring

    kontrol vertikal di pulau bersangkutan maka kontrol vertikal sementara

    ditentukan dengan menghitung duduk tengah di daerah pemetaan

    berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan.

    Datum untuk kontrol vertikal di laut adalah sistem kedalaman mengacu

    pada peta laut didasarkan pada rata-rata air rendah terendah hasilperhitungan dari data stasiun permanen atau stasiun pasang surut

    temporal berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    12/15

    19

    Perbedaan tinggi antara datum vertikal untuk di darat (Mean Sea Level),

    datum vertikal untuk di laut (Chart Datum) dan air tinggi tertinggi

    (Highest Astronomical Tide) dinyatakan pada informasi tepi peta.

    c.

    Ketelitian peta

    Istilah ketelitian peta mengacu pada ketelitian informasi spasial yang

    terkandung dalam peta, baik ketelitian posisi vertikal maupun horizontal.

    Istilah ini juga dapat diartikan sebagai kualitas dan kelengkapan informasi

    yang dituangkan dalam peta.

    Ketelitian posisi horizontal

    Minimal 90% dari posisi horizontal yang diuji harus mempunyai

    ketelitian 0,5 mm pada peta (25 meter di lapangan). Titik-titik yang diuji

    adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut

    terdefinisi dengan jelas di atas peta.

    Ketelitian posisi vertikal

    Minimal 90% dari kontur yang diuji dan ketinggian hasil interpolasi dari

    kontur harus mempunyai ketelitian setengah kali interval kontur. Titik-

    titik yang diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan

    titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta.

    d.

    Kelengkapan

    Minimal 95% dari setiap kategori unsur isi untuk tergambarkan pada peta.

    e. Kontur

    Garis khayal untuk menghubungkan semua titik yang mempunyai ketinggian

    atau kedalaman yang sama mengacu pada datum tertentu. Kontur

    dimaksudkan untuk menunjukkan relief dari suatu area yang dipetakan.

    Pada Peta LPI ini, garis kontur pada daratan dan lautan tidak memiliki aturan

    yang sama dalam penggambarannya.Interval kontur darat adalah tiap 25

    meter, dengan kontur indeks tiap 100 meter dan kontur pembantu adalah

    setengah dari harga garis kontur, sedangkan kontur kedalaman laut

    digambarkan pada nilai kedalaman :

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    13/15

    20

    Range Kedalaman Garis Kontur pada Kedalaman

    010 meter 2, 5, dan 8 meter

    1050 meter tiap 5 meter

    50100 meter tiap 10 meter

    100500 meter tiap 20 meter

    5001000 meter tiap 50 meter

    >1000 meter tiap 100 meter

    f. Gratikul peta

    Garis-garis pada muka peta yang tergambar tidak saling tegak lurus, dan

    perpotongannya merupakan koordinat proyeksi. Penyajian garis gratikul pada

    muka peta dan garis tepi peta lebih banyak digunakan pada peta-peta skala

    kecil dan sedang. Peta LPI digambarkan dalam proyeksi UniversalTransverse Mercator (UTM). Proyeksinya mengacu pada sferoid yang telah

    dispesifikasikan dalam Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995).

    g. Isi peta

    Unsur-unsur yang perlu digambarkan dalam peta LPI adalah :

    Unsur gedung dan bangunan lainnya

    Unsur perhubungan

    Unsur tumbuh-tumbuhan

    Unsur relief dan titik control

    Unsur batas administrasi

    Unsur perairan

    Nama geografis

    Informasi navigasi laut

    Unsur informasi lain yang harus ditampilkan :

    Gratikul

    Infomasi tepi peta

    2.3.2. Proses Pembuatan Peta LPI

    Proses pembuatan peta LPI, sepert halnya proses pemetaan pada umumnya, dilakukan

    dalam 3 tahapan besar, yaitu :

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    14/15

    21

    a. Pengumpulan Data

    Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam

    pembuatan peta. Data yang dikumpulkan terbagi atas 2 jenis, yaitu data yang

    harus disurvei terlebih dahulu dan juga data yang sudah ada (baik dalam

    bentuk peta yang sudah jadi maupun dalam data tentang suatu objek yang

    sudah pernah di disurvei).

    b. Pengolahan Data

    Data-data dari tahap sebelumnya diolah pada tahap ini dengan bantuan

    perangkat lunak tertetu. Pengolahan ini biasanya dilakukan satu arah, namun

    bisa dilakukan secara iterasi jika diperlukan. Umumnya pengolahan data

    secara iterative dilakukan karena ada proses kontrol kualitas. Data yang

    belum memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut akan

    diiterasi dan diperbaiki agar layak untuk diolah lebih lanjut. Kontrol kualitas

    dilakukan oleh kartografer yang memainkan peran sebagai pengolah data

    terakhir.

    c. Penyajian Data (Peta)

    Setelah selesai pengolahan data, akan diperoleh hasil akhir dalam bentuk peta

    yang disajikan menurut keperluan yang empunya keperluan. Penyajian peta

    dapat dilakukan dalam bentuk hard copy, maupun dalam bentuksoft copy.

    Selain ketiga tahapan di atas, terdapat juga langkah lain yang mendukung terlaksananya

    ketiga tahapan tersebut. Salah satu contoh dari langkah tersebut adalah persiapan

    adminitrasi untuk memulai proses survey. Persiapan administrasi tidak termasuk ke

    dalam tiga tahapan di atas namun penting untuk dilakukan untuk menunjang

    keberlangsungan ketiga tahapan tersebut.

    Pada Gambar 2.3 ditunjukkan proses pembuatan peta LPI format basis data. Fokus dari

    penulisan tugas akhir ini adalah pembuatan basis data dan proses kartografik peta LPI,

    oleh karena itu proses-proses yang lain tidak dijabarkan secara rinci. Pembuatan basis

    data dan proses kartografik peta LPI termasuk ke dalam tahapan pengolahan data.

  • 7/25/2019 Jbptitbpp Gdl Niksonmnni 22719 3 2012ta 2

    15/15

    22

    Yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir ini

    Proses Pembuatan Basis Data

    Proses Kartografik

    Gambar 2. 3 Proses Pembuatan Peta LPI Format Basis Data

    MULAI

    PERSIAPAN

    Administratif :

    Penyelesaian Administrasi Kontrak

    Surat-surat untuk pengumpulan data

    Teknis :

    Penyusunan komposisi Tim Pembuatan Dokumen Teknis

    Penyusunan Jadwal

    PENGUMPULAN DATA

    Survey Lapangan

    Peta RBI Digital

    Peta Penunjang

    PEMBUATAN GUIDELINE

    Adopsi S-57

    Kamus Data Spasial

    Standar SNI & Penunjang Lainnya

    RE-DESAIN DATA

    Penyesuaian Layer

    Penyesuaian Format Data

    Penyeragaman Sistem Proyeksi &

    Koordinat

    Penggabungan Seamless

    Cleaning Data Tahap 1

    DESAIN BASIS DATA SPASIAL

    Pembuatan Enterprise Rules

    Desain Konseptual / Tabel Entitas

    Desain Fisik / Pemilihan Perangkat

    lunak

    IMPLEMENTASI BASIS DATA SPASIAL

    TemplateBaku Basis Data Spasial

    Loading Data

    EDITING DATA ATRIBUT

    EDITING DATA SPASIAL

    Pembuatan Topologi

    Cleaning DataTahap 2

    Validasi

    Subtype& Domain

    Relationship

    Cleaning DataTahap 3

    Validasi

    EDITING METADATA

    Editing Metadata Basis Data Spasial

    Editing Metadata MDSN

    PRODUK AKHIR

    Basis Data Spasial Peta LPI

    Peta LPI Skala 1 : 50.000

    DESAIN KARTOGRAFI

    Simbolisasi

    Penamaan Toponimi

    DESAIN LAYOUT

    Pembuatan Indeks LPI

    Pembuatan Layout Peta LPI Skala

    1 : 50.000