jtptunimus gdl widiastuti 5254 3 bab2

Upload: aniswardhaningrum

Post on 08-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    1/27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan umum HACCP

    Nasional advisory committee on microbiological criteria for food

    (committee) menganjurkan sistem HACCP sebagai pendekatan yang efektif

    dan rasional untuk menjamin keamanan pangan. Pada umumnya, pemantauan

    titik kendali kritis (CCP = Critical Control Point) dapat dilakukan dengan baik

    menggunakan hasil makanan untuk membuktikan bahwa sistem HACCP yang

    diterapkan telah berhasil dengan baik (Fardiaz, 1996).

    Prinsip HACCP harus didistribusikan sehingga memudahkan

    pelaksanaannya oleh industri pangan dan memudahkan instansi yang

    berwenang dalam memantau penerapan HACCP. Berdasarkan rekomendasi

    National Academy of Sciences Sistem HACCP harus dikembangkan untuk

    setiap industri pangan, dan dikembangkan untuk setiap produk masing-masing

    kondisi pengolahan dan distribusinya (Fardiaz, 1996).

    1. Definisi HACCP

    HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan

    kepada kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya) akan timbul pada

    berbagai titik atau tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan

    untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut (Fardiaz, 1996).

    2. Prinsip HACCP

    a. Penetapan bahaya dan resiko

    Penetapan bahaya dan resiko yang berhubungan dengan bahan

    pangan sejak pemeliharaan, pemanenan/penangkapan/pemotongan,

    penanganan, pemilihan ingredient dan bahan tambahan, penyimpanan

    bahan, pengolahan, distribusi, Pemasaran, dan konsumsi.

    Analisis bahaya adalah evaluasi spesifik terhadap produk

    pangan dan bahan mentah, ingredient serta bahan tambahan untuk

    menentukan resiko terhadap bahaya biologis, kimia dan fisik. Ada 2

    tahap dalam penetapan bahaya resiko yaitu analisis bahaya dan

    4

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    2/27

    5

    penetapan kategori resiko bahaya. Sedangkan persiapan yang perlu

    dilakukan yaitu menurut daftar bahan mentah dan ingredient yang

    digunakan dalam proses, mempersiapkan diagram alir proses yangteliti untuk memproduksi suatu produk., keterangan / deskripsi produk

    mengenai kelompok konsumennya, cara mengkonsumsi, cara

    penyimpanan, cara pengolahan.

    b. Penetapan CCP (Critical Control Points)

    Penetapan CCP yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya,

    misalnya CCP-1 menjamin dapat mencegah atau menghilangkan

    bahaya, CCP-2 mengurangi bahaya, tetapi tidak menjamin dapat

    mencegah atau menghilangkan bahaya.

    c. Penetapan batas kritis

    Penetepan batas kritis yang harus dipenuhi pada setiap CCP

    yang telah ditetapkan. Kriteria yang umum digunakan sebagai batas

    kritis : suhu, waktu, kelembaban, nilai aw, nilai pH, keasaman (titrasi),

    bahan pengawet, konsentrasi garam, khlorin bebas, viskositas.

    d. Pemantauan CCP

    Penetapan prosedur untuk Memantau CCP dan batas kritis

    termasuk pengamatan, pengukuran, dan pencatatan. Kegiatan

    pemantauan meliputi : memeriksa apakah prosedur pengolahan dan

    penanganan pada CCP dapat dikendalikan, pengujian atau pengamatan

    jadwal terhadap efektifitas suatu untuk mengendalikan CCP dan batas

    kritis, pengamatan atau pengukuran batas kritis untuk menghasilkan

    data yang teliti dan ditujukan untuk menjamin bahwa batas kritis yang

    ditetapkan dapat menjamin keamanan produk.

    Cara pemantauan meliputi : pengamatan, pengukuran terhadap

    : Proses (waktu, suhu, pH, dan lain-lain), sanitasi, misalnya terhadap

    bahan mentah (uji kimia terhadap toksin, bahan tambahan,

    kontaminan, dan lain-lain; mikrobiologi terhadap koliform E. Coli,

    Salmonela , dan lain-lain)

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    3/27

    6

    e. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan

    Penetepan tindakan koreksi yang harus dilakukan jika terjadi

    penyimpangan terhadap CCP dan batas kritis dari hasil pemantauan.1) Produk beresiko tinggi

    Produk tidak boleh diproses atau diproduksi semua

    penyimpangan dikoreksi atau diperbaiki. Produk ditahan atau

    tidak dipasarkan, dan diuji keamanannya. Jika keamanan produk

    tidak memenuhi syarat, perlu dilakukan tindakan koreksi yang

    tepat.

    2) Produk beresiko sedang

    Produk dapat diproses, tetapi penyimpangan harus

    dikoreksi dalam waktu singkat (dalam beberapa hari atau minggu).

    Pemantauan khusus diperlukan sampai semua penyimpanan

    dikoreksi.

    3) Produk beresiko rendah

    Produk dapat diproses, penyimpangan harus dikoreksi atau

    diperbaiki jika waktu memungkinkan pengawasan rutin harus

    dilakukan untuk menjamin status resiko berubah menjadi resiko

    sedang atau tinggi.

    f. Penyusunan sistem pencatatan yang efektif

    Penyusunan suatu sistem pencatatan yang efektif untuk

    mengarsipkan rancangan HACCP. Beberapa keterangan yang harus

    dicatat : judul dan tanggal pencatatan, keterangan produk (kode,

    tanggal dan waktu produksi), bahan dan peralatan yang diperlukan,

    proses yang dilakukan, CCP, batas Kritis yang ditetapkan,

    peyimpangan batas kritis, tindakan koreksi atau perbaikan yang harus

    dilakukan jika terjadi penyimpangan dan karyawan yang bertanggung

    jawab, identifikasi operator

    g. Penetapan prosedur verifikasi

    Penetapan prosedur untuk membuktikan bahwa sistem HACCP

    telah dilakukan secara efektif. Tujuan verifikasi terhadap program

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    4/27

    7

    HACCP : ntuk memeriksa apakah program HACCP telah dilaksanakan

    sesuai dengan rencana HACCP yang ditetapkan, untuk menjamin

    bahwa rencana HACCP yang ditetapkan masih efektif (Fardiaz, 1996).Sedangkan kegiatan atau tahap verifikasi meliputi : penetapan

    jadwal verifikasi yang tepat, pemeriksaan kembali (review) rencana

    HACCP, pemeriksaan atau penyesuaian catatan HACCP, pemeriksaan

    penyimpangan terhadap CCP dan prosedur koreksi atau perbaikan,

    pengamatan atau Inspeksi visual selama produksi untuk

    mengendalikan CCP, pengambilan contoh dan analisis cara random,

    catatan tertulis mengenai kesesuaian dengan rencana HCCP atau

    penyimpangan dari rencana dan tindakan koreksi atau perbaikan yang

    dilakukan (Fardiaz, 1996).

    Verifikasi atau evaluasi dilakukan bila : secara rutin atau tidak

    terduga untuk menjamin bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat

    dikendalikan, diketahui bahwa produk tertentu memerlukan perhatian

    khusus karena informasi terbaru mengenai keamanan makanan, produk

    yang dihasilkan diketahui sebagai penyebab keracunan makanan,

    kriteria yang ditetapkan belum mantap atau atas saran dari instansi

    berwenang (Fardiaz, 1996).

    B. Pengolahan

    1. Pengertian Pengolahan

    Pengolahan merupakan berbagai cara pengubahan hasil-hasil bahan

    pangan oleh budidaya manusia baik secara fisik, kimiawi atau biokimiawi

    menjadi produk-produk guna memenuhi kebutuhannya (Makfoeld, 1982).

    Pengolahan bertujuan untuk memperoleh pangan yang

    beranekaragam, berkualitas tinggi, tahan simpan, meningkatkan nilai tukar

    dan daya guna bahan mentahnya (Astawan dan Made, 1988). Produk hasil

    pengolahan sering disebut sebagai hasil olah. Hasil olah ada yang dapat

    langsung memenuhi kebutuhan manusia disebut hasil jadi (final product)

    atau suatu hasil olah yang perlu diolah lebih lanjut untuk langsung

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    5/27

    8

    memenuhi kebutuhan disebut hasil setengah jadi (semi final product)

    (Makfoeld, 1982).

    2. Pengolahan Suhu TinggiPengolahan suhu tinggi adalah pengolahan yang menggunakan

    panas, baik dari panas api maupun dari alat listrik. Pengaruh pemanasan

    terhadap bahan makanan dan zat-zat gizi yang dikandungnya adalah sangat

    penting. Pengaruh-pengaruh tersebut ialah:

    a. Pecahnya Dinding Sel Tumbuhan

    Dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari atas zat selulosa yang

    tidak dapat dicerna oleh cairan pencernaan manusia. Dengan

    pemanasan dinding sel dirusak menjadi pecah, sehingga isi sel

    teerbuka terhadap pengaruh cairan pencernaan tubuh di dalam rongga

    usus.

    b. Pemanasan Membunuh Mikroba

    Panas yang cukup tinggi dan lama akan membunuh berbagai

    mikroba yang mungkin bersifat patogen dan menyebabkan penyakit,

    terutama penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan

    dan minuman.

    c. Panas Dapat Meniadakan Zat-zat Toksik

    Pemasakan dengan mempergunakan panas dapat pula

    menetralkan pengaruh beberapa zat toksik yang terdapat secara

    alamiah dalam berbagai bahan makanan, baik nabati maupun hewani.

    d. Panas Dapat Mengubah Berbagai Zat Gizi Secara Positip

    Pengaruh thermis memberikan pula perubahan-perubahan yang

    menguntungkan kepada karbohidrat dan protein yang terdapat di dalam

    makanan, sehingga meningkatkan nilai gizinya.

    e. Pemanasan Dapat Memberikan Pengaruh Negatip

    Penggunaan panas dengan suhu terlalu tinggi dapat mengadakan

    perubahan kimiawi kepada karbohidat dan protein yang bersifat

    negatip, yaitu merugikan dengan menurunkan nilai gizi zat-zat gizi

    tersebut.

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    6/27

    9

    f. Pemanasan Yang Terlalu Tinggi Dapat Menimbulkan Zat Carcinogenik

    Dalam bahan makanan yang hangus, baik nabati maupun hewani

    dapat terjadi ikatan-ikatan polycylik yang bersifat carcinogenik, yaitumerangsang trjadinya kanker. Zat-zat toksik ini misalnya terdapat

    dalam asap makanan yang hangus terbakar (Sediaoetama, 1993).

    C. Daging Ayam

    Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang baik, karena

    mengandung asam amino essensial yang lengkap dan dalam perbandingan

    jumlah yang baik. Selain itu serat-serat dagingnya pendek dan lunak sehingga

    mudah dicerna (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    Daging ayam menghasilkan jumlah kalori yang rendah apabila

    dibandingkan dengan nilai kalori dari daging sapi. Oleh karena itu daging

    ayam dapat dipakai sebagai bahan makanan yang baik untuk mengawasi

    pertambahan berat badan, penyembuhan dari orang sakit dan untuk orang-

    orang tua yang tidak aktif bekerja. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat

    tiga jenis klasiikasi ayam penghasil daging, yaitu ayam kampung, ayam ras,

    dan ayam cull (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    1. Ayam Kampung

    Ayam kampung atau ayam lokal adalah jenis ayam yang tidak atau belum

    mengalami pemuliaan. Dikenal juga dengan sebutan ayam buras. Berat

    badan ayam berumur dua tahun 2,5 kg bagi ayam betina dan 3-3,5 kg bagi

    ayan jantan.

    2. Ayam Ras (Broiler)

    Ayam ras adalah jenis ayam yang telah mengalami upaya pemuliaan,

    sehingga merupakan ayam pedaging yang unggul. Mempunyai bentuk,ukuran, dan warna yang seragam. Di Indonesia ayam pedagimg dipanen

    pada umur 6 minggu dengan berat sekitar 1,33 kg per ekor.

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    7/27

    10

    3. Ayam Cull

    Ayam cull berasal dari ayam petelur yang diapkir. Mutu daging ayam

    cull umumnya lebih rendah dari ayam ras karena sudah tua danukurannya tidak seragam serta jumlahnya sedikit.

    Karkas adalah bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki

    dan organ dalam. Bentuk pemotongan ayam pedaging untuk dipasarkan

    ada dua macam, yaitu New York Dressed, 10 % hilang dari bobot tubuh

    dan Ready to Cock, 25 % hilang dari tubuh. Karkas terdiri dari

    komponennya yaitu otot, tulang lemak, dan kulit. Pengkelasan mutu

    karkas unggas didasarkan pada faktor penampakan, peletakan daging,

    lemak, sisa-sisa bulu dan cacat. Berat karkas juga dapat dimasukkan

    sebagai faktor mutu untuk menjamin kesegaran daging ayam.

    (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    Karkas ayam dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas mutu yaitu: A,

    B dan C. Karkas yang termasuk dalam kelas mutu A, B dan C kondisinya

    harus lolos pemeriksaan dan bebas dari bulu-bulu yang menonjol,

    memar/luka, sisa-sisa organ dalam, feces, darah, pakan, gemuk dan bahan

    asing lain. (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    Memilih daging ayam hendaknya daging ayam terlihat segar, bersih,

    dengan daging paha dan dada penuh membulat dan padat. Warna daging tidak

    ada hubungannya dengan rasa. Warna kuning yang kadang-kadang dipulaskan

    pada daging hanya sekedar untuk daya pikat saja. Tidak memilih daging ayam

    yang telah kadaluwarsa (terlihat layu, kebiru-biruan). Memilih daging ayam

    yang belum pernah mengalami pendinginan lebih diutamakan. Spesifikasi

    standar kelas karkas dapat dilihat pada tabel berikut.

    (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    8/27

    11

    Tabel 1

    SPESIFIKASI STANDAR KARKAS AYAM

    No Faktor Mutu A Mutu B Mutu C1 Penampakan

    Tulang dadaPunggungKaki dan sayap

    NormalSedikit melengkung

    Normal Normal

    Agak menyimpangAgak bengkokAgak bengkokAgak menyimpang

    AbnormalBengkokBengkokmenyimpang

    2 PeletakanDaging

    Gemuk, dada agak panjang dan membulat

    Sedang Kurus

    3 Lemak Banyak, terutama padadada

    Sedang, pada dadadan kaki (di bawahkulit)

    Sedikit, padaSeluruh bagiankarkas

    4 Bulu halus Tidak ada Sedikit Agak banyak5 Daging yang

    terlihatDada dan kaki, bagianlain

    Dada dan kaki, bagian lain

    Tidak ada

    Sendi yang lepasTulang patah

    Tidak ada 2 sendi lepas dantidak ada tulang

    patah atau 1 sendilepas dan 1tulangretak

    Tidak ada

    Bagian hilang Ujung sayap dan ekor Ujung sayap, 1 sayapdan ekor

    Ujung sayap, 2sayap dan ekor

    7 Cacat karena pembekuan

    Sedikit gelap pada punggung dan paha bawah. Sedikit bercak-

    bercak

    Terdapat bagianyang kering tidaklebih dari 0.5 inci

    (diameter), warna pudar

    Banyak bercak-bercakdan bagian

    yang keringluasSumber. Muchtadi & Sugiyono, 1992

    D. Rempah-rempah

    Rempah-rempah merupakan bahan hasil pertanian yang digunakan

    sebagai sumber cita rasa dan aroma. Rempah-rempah sebagian mengandung

    oleoresin sehingga cita rasa dan aroma tajam serta spesifik. Dalam kehidupan

    sehari-hari rempah-rempah ini sering digunakan untuk memasak. Hasil olahan

    rempah-rempah dapat dimanfaatkan dalam industri parfum., farmasi, flavor,

    pewarna dan lain-lain (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    Bahan rempah-rempah dapat dihasilkan dari umbi, biji, kulit batang,

    bunga, daun dan buah. Rempah-rempah yang merupakan umbi atau rimpang

    misalnya jahe, kunyit, temulawak, kencur, kunci, lengkuas atau laos, temu

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    9/27

    12

    ireng dan lempuyang. Rempah yang berasal dari biji misalnya pala, kemiri,

    dan lain-lain. Kayu manis merupakan rempah yang berasal dari kulit batang.

    Rempah-rempah yang berasal dari bunga misalnya cengkeh. Lada merupakanrempah yang berasal dari buah (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

    Bakteri yang terdapat pada rempah-rempah antara lain Clostridium

    perfringens, B. cereus, Salmonella, Staphylococcus aureus, Y. enterocolitica,

    L. monocytogenes (Industry Council for Development, 1996).

    E. Air

    Air dalam pengolahan makanan perlu mendapat perhatian khusus

    karena berperan besar dalam semua tahapan proses. Pada tahap persiapan, airdigunakan untuk merendam, mencuci, dan semua kegitan membersihkan

    bahan makanan mentah. Pada tahap selanjutnya, air digunakan, untuk media

    penghantar panas selama proses pemasakan, khususnya pada makanan yang

    diolah dengan teknik pengolahan panas basah, seperti merebus, mengukus dan

    mengetim. Pada bagian lain air juga berperan sebagai media pembersih bagi

    peralatan, ruangan, maupun arang yang terlibat dalam proses pengolahan

    makanan (Purnawijayanti, 2001).

    Air yang dapat digunakan dalam proses pengolahan makanan minimalharus memenuhi syarat air yang dapat diminum. Adapun syarat-syarat air yng

    dpat diminum adalah dapat dilihat pada tabel berikut (Purnawijayanti, 2001).

    Tabel. 2

    SYARAT AIR BERSIH

    NO Syarat Air Bersih

    1

    2

    3

    4

    5

    Bebas dari bakteri berbahaya serta bebas dari

    ketidakmurnian kimiawi.

    Bersih dan jernih.

    Tidak berwarna dan tidak berbau.

    Tidak mengandung bahan tersuspensi (penyebab keruh).

    Menarik dan menyenangkan untuk diminum.

    Sumber. Purnawijayanti, 2001

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    10/27

    13

    F. Keracunan Makanan

    1. Penyebab

    Makanan yang dapat menyebabkan keracunan nampak kurangmembahayakan, misalnya warna, rasa dan kenampakannya normal dan

    tidak ada tanda-tanda kerusakan. Jka terjadi kerusakan makanan, makanan

    menjadi tidak sedap, karena warna, rasa dan kenampakannya telah

    berubah, walaupun mungkin tidak membahayakan. Ada tiga tipe

    keracunan makanan:

    a. Keracunan Makanan Secara Kimiawi

    Keracunan makanan secara kimiawi disebabkan karena

    terdapatnya bahan kimia beracun dalam makanan. Keracunan dapat

    disebabkan oleh akumilasi logam tertentu (timah, merkuri dan

    kadmium) di dalam tubuh. Keracunan timah dapat timbul oleh air

    minum yang melewati pipa yang terbuat dari timah hitam. Selain itu

    bahan kimia yang dapat membahayakan bagi tubuh adalah pestisida.

    Pestisida berasal dari kata pest dan sida (cide). Pest artinya

    hama, sedangkan sida artinya pembunuh (racun) jadi pestisida bearti

    pembunuh hama. Jenis-jenis pestisida yang kit akenal adalah

    insektisida (racun serangga), fungisida (racun jamur), bakterisida

    (racun bakteri), akarisida (racun tungau), rodentisida (racun tikus),

    nematisida (racun nematode), dan herbisida (racun herbal/gulma).

    Sebagian besar pestisida khususnya insektisida yang digunakan

    saat ini merupakan racun saraf. Insektisida jenis ini bekerja dengan

    jalan mengganggu koordinasi saraf. Di samping itu juga ada

    insektisida yang cara membunuhnya melalui pernapasan, racun otot,

    dan racun fisik.

    Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida

    dibagi menjadi racun perut, racun kontak, dan fumigant. Racun perut

    menunjukkan bahwa masuknya, insektisida tersebut melalui perut.

    Racun kontak menunjukkan bahwa masuknya insektisida melalui

    kontak serangga dengan insektisida. Fumigan menunjukkan insektisida

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    11/27

    14

    tersebut masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Pada saat

    ini ada racun sistemik yang menunjukkan bahwa insektisida tersebut

    dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman dan akan meracunihama apabila bagian tanaman yang sudah mengandung insektisida

    dimakan hama. Jadi racun sistemik sebenarnya merupakan racun perut

    (Khaerudin, 1996).

    b. Keracunan Makanan Secara Biologik

    Keracunan makanan secara biologik disebabkan karena

    memakan tumbuhan yang mengandung substansi yang terdapat secara

    alami dan bersifat membahayakan (Khaerudin, 1996) .

    c. Keracunan Makanan Karena MikroorganismePenyebab utama keracunan makanan adalah mikroorganisme

    patogen. Makanan yang terkontaminasi oleh mikrorganisme patogen

    rasa dan aromanya tidak beruabah sehingga tidak bisa dideteksi oleh

    mata telanjang. Faktor kurangnya pengetahuan tentang pencegahan

    keracunan makanan dan faktor penanganan dan penyimpanan makanan

    yang tidak benar juga turut mempengaruhi timbulnya keracunan

    makanan (Fardiaz, 1992).

    Sebelum menjadi penyebab keracunan, mikroorganisme harus

    menempuh dua tahap kejadian. Pertama, kontaminasi dan kedua

    berkembang biak. Pada umumnya yang memakan manderita sakit,

    kalau makanan yang dimakan terkontaminasi mikroorganisme patogen

    cukup banyak dan telah melampui daya tahan tubuh (Fardiaz, 1992).

    Untuk berkembang biak dan memperbanyak diri,

    mikroorganisme patogen membutuhkan lingkungnan yang basah,

    hangat, dan netral, yaitu lingkungan yang tidak basa maupun asam,

    dan waktu untuk memperbanyak diri (Fardiaz, 1992).

    Keadaan yang sangat menunjang perkembangan bakteri salah

    satunya pada daging giling mentah yang dibiarkan di udara terbuka

    pada suhu biasa. Daging dalam keadaan seperti itu menjadi media yang

    baik untuk berkembang biak bakteri. Suhu yang menunjang untuk

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    12/27

    15

    berkembangbikan bakteri berkisar 4,4 oC 60 oC. Sekali bakteri

    berada pada kondisi yang baik, maka perkembanganya akan sangat

    cepat (Fardiaz, 1992) . Tiga jenis bakteri yang bisa menimbulkan racun pada makanan yaitu:

    (1) Salmonella

    Salmonella berasal dari alat pencernaan manusia dan

    hewan. Bakteri itu juga terdapat pada daging mentah, telur mentah,

    dan sea food mentah. Salmonella masuk kedalam makanan dengan

    perantara tangan manusia, serangga, peralatan masak, dan

    transportasi. Salmonella akan mati bila terkena panas yang tinggi

    (Sumaprastowo, 2000). Pemanasan pada suhu 70 oC selama 2

    menit biasanya cukup untuk membunuh 10 6 Salmonella. Oleh

    karena itu, dengan memasak makanan dengan baik akan terhindar

    dari mikroorganisme Salmonella (Fardiaz, 1992).

    Keracunan Salmonella menunjukkan tanda-tanda pusing,

    sakit perut, diare, dan demam. Tanda-tanda ini timbul sekitar 12-36

    jam setelah makan (Sumaprastowo, 2000).

    Rentang tumbuh bakteri Salmonella adalah pada suhu

    (minimum : 5 oC 7 oC, optimum : 35 oC 37 oC, maksimum :

    47oC), pH 4,5 9,0 ( optimum 6,5 7,5 ), garam ( relative

    sensitive terhadap garam, konsentrsi maksimum untuk

    pertumbuhan adalah 5,3 % (Winarno, 1993).

    (2) Colstridium perfringens

    Jenis bakteri ini terdapat di tanah, debu, dan alat

    pencernaan manusia dan hewan. Lalat banyak membawa jenis

    bakteri ini. Jenis bakteri ini dapat membentuk spora yang

    melindungi dirinya terhadap panas yang tinggi dan masih bisa

    hidup pada suhu memasak. Bila kondisi lingkungan

    menguntungkan, maka spora tersebut berubah kembali menjadi

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    13/27

    16

    bakteri yang hidup dan siap berkembang biak (Sumoprastowo,

    2000).

    (3) Staphylococcus aureusSetengah dari jumlah penduduk dunia membawa jenis

    bakteri ini dalam hidung, tenggorakan, rambut, dan kulit. Jenis

    makanan yang digemari oleh mikroorganisme ini adalah daging

    yang telah dimasak, makanan yang mengandung krim, telur, dan

    saus yang mengandung susu dan telur (sumoprastowo, 2000).

    Rentang tumbuh Staphylococcus aureus pada suhu minimum 6,5oC, optimum 37 40 oC, maksimum 48 oC. dan pH 4,0 9,8

    (Industriy Council For Development, 1996).

    Tabel. 3

    WAKTU DAN SUHU UNTUK PEMUSNAHAN

    MIKROORGANISME PATOGEN

    Suhu ( oC) Waktu

    (mnt:dtk)

    Suhu ( oC) Waktu

    (mnt:dtk)

    60

    61

    62

    63

    64

    65

    66

    67

    68

    69

    70

    71

    72

    43:29

    33:44

    23:16

    17:06

    12:40

    09:18

    06:49

    05:01

    03:43

    02:43

    02:00

    01:28

    01:05

    73

    74

    75

    76

    77

    78

    79

    80

    81

    82

    83

    84

    85

    00:48

    00:35

    00:26

    00:19

    00:14

    00:10

    00:06

    00:05

    00:04

    00:03

    00:02

    00:02

    00:01

    Sumber. For Development Industry Council, 1996

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    14/27

    17

    Beberapa mikroorganisme indikator untuk daging ayam dapat

    dilihat pada tabel berikut.

    TABEL 4MIKROORGANISME INDIKATOR UNTUK DAGING AYAM

    Indikator MikroorganismeKeamanan Salmonella

    Staphylococcus aureusClostridium perfringensClostridia mesofilik

    Sanitasi Total hitungan cawan aerobik pada 35-37 oCKoliform

    Escherichia coli Enterokoki

    Daya tahan simpan Total hitungan cawan aerobik pada 4-10 oC dan 20-30 oCKapang dan khamirBakteri asam laktatPseudomonas

    Sumber. Purnomo & Adiono, 1992

    Mikroorganisme indikator pada produk-produk daging ayam

    dilakukan untuk beberapa tujuan tertentu yaitu untuk menjamin keamanannya

    secara mikroorganisme biologis, mengetahui kondisi sanitasi selama

    pengolahan, dan mengetahui daya simpan produk. Alasan menggunakan

    mikroorganisme indikator adalah untuk memantau mutu bahan mentah yang

    digunakan, kondisi pengolahan, dan mutu produk pada berbagai tahap

    pengolahan.

    (1). Indikator Keamanan Pangan

    Produk-produk daging ayam sering merupakan sumber keracunan

    makanan. Bakteri patogen yang sering mencemari produk-produk tersebut

    teerutama adalah Staphylococcus aureus, Salmonella dan Clostridium

    perfringens. S. aureus sering mencemari produk-produk daging yang

    diolah dengan kadar garam relatif tinggi seperti sosis dan ham, sedangkan

    Salmonella sering ditemukan pada daging ayam yang masih mentah atau

    telah diolah setengah matang, dan C. perfringens sering ditemukan pada

    daging ayam yang dipanggang atau dibakar. Berbagai cara dapat dilakukan

    untuk meningkatkan keamanan daging ayam yaitu:

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    15/27

    18

    (1.1) Penetapan proses terkontrol. Dalam proses pengolahan produk-

    produk daging ayam terdapat dua titik kontrol kritis yang harus

    dimonitor yaitu penggunaan suhu dan waktu yang tepat untuk pemanasan dan pendinginan produk, mencegah kontaminasi silang

    daging mentah ke daging yang telah dimasak

    (1.2) Formulasi produk. Berbagai bahan dapat ditambahkan ke dalam

    produk-produk daging olah untuk mencegah pertumbuhan mikroba

    patogen.

    (1.3) Penggunaan wadah pengemas dan label yang tepat.

    (1.4) Kombinasi dua atau tiga cara di atas.

    (2). Indikator Sanitasi

    Pengujian terhadap mikroorganisme indikator sanitasi dilakukan

    segera setelah pengolahan, dan untuk mengetahui sumber pencemaran

    pada produk akhir sebaiknya juga dilakukan pengujian terhadap peralatan

    dan bahan-bahan yang digunakan.

    Untuk bahan pangan mentah, jumlah koliform dan E. coli

    menunjukkan tingkat kontaminasi pada proses penyenbelihan /

    pemotongan hewan. Selama pengolahan daging ayam, jumlah

    mikroorganisme mungkin dapat meningkat pada beberapa tahap

    pengolahan. Pengolahan daging ayam di dalam ruangan pada suhu kamar

    20 oC akan mengakibatkan pencemaran oleh berbagai varietas bakteri

    termasuk bakteri indikator enterik. Pencemaran tersebut biasanya juga

    terjadi karena pertumbuhan bakteri pada alat-alat pengolahan yang tidak

    dicuci dan dibersihkan dengan baik.

    (3). Indikator Kebusukan

    Daya tahan simpan produk-produk daging ayam dapat diketahui dari

    kandungan mikroorganisme pembusuk di dalamnya. Jenis kebusukan yang

    umum terjadi dipengaruhi oleh jenis produk, komposisi produk, proses

    termal yang diterapkan terhadap produk, kontaminasi selama pengolahan

    dan suhu serta waktu penyimpanan (Purnomo dan Adiono, 1992).

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    16/27

    19

    Berbagai faktor mempengaruhi tingkat keamanan produk-produk

    daging ayam dapat dilihat pada tabel berikut.

    TABEL 5FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEAMANAN

    PRODUK-PRODUK DAGING AYAMFaktor PenentuIntrisik:PH

    Garam

    Residu nitrit

    Askorbat, iso askorbat

    Besi

    Fosfat

    Bahan lain (asap)

    Ekstrinsik:Suhu pengolahan

    Kondisi penyimpanan

    Mikroba kompetitif

    Pengemasan

    Jenis dan jumlah karbohidratPertumbuhan bakteri asam laktatPenggunaan asidulan atau fosfat

    Konsentrasi garam

    Jumlah nitrit Nilai pH produkSuhu dan waktu pengolahan dan penyimpananKandungan besiPertumbuhan mikroba penurun nitrat

    Suhu dan waktu pengolahan dan penyimpanan

    Jenis daging dan bahan tambahan

    Jenis dan jumlah yang ditambahkan

    Jenis dan jumlah yang ditambahkan

    Suhu dan waktu pemanasan dan pendinginan

    Suhu dan waktu penyimpanan

    Jenis dan jumlah mikroba nonpatogen yangada setelah pengolahan atau karenakontaminasi setelah proses

    Jenis pengemas

    Jumlah oksigen setelah penutupan dan selama penyimpananKeterangan untuk penanganan atau

    penyimpanan produkSumber. Fardiaz, 1992

    2. Pencegahan

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    17/27

    20

    Cara mencegah keracunan makanan sangat penting untuk

    diketahui. Berikut pokok-pokok yang harus diperhatikan:

    a. Sesuaikan suhu pendingin selama menyimpan makanan. Suhu dalamlemari es sebaiknya 4,4 oC dan freezer 17,8 oC.

    b. Hindari waktu penundaan makanan yang panjang antara sesudah

    dimasak dan saat dihidangkan.

    c. Sediakan cukup waktu dan suhu untuk memasak. Usahakan suhu

    dalam memasak daging mencapai 77 oC dan sedikan cukup waktu

    untuk memanasi

    d. Sesuaikan suhu pemanasan untuk menyimpan makanan yang perlu

    disajikan panas.

    e. Perhatikan kebersihan dan ketelitian dalam memasak.

    (1). Pemasak

    Pemasak harus bebas dari penyakit, cuci tangan sebelum

    mulai memasak, cuci tangan sehabis dari kamar mandi dan kamar

    kecil, cuci tangan sehabis memegang bahan makanan mentah

    yang berasal dari hewan, keringkan tangan setelah dicuci bersih

    dengan tisu atau kain lap yang kering dan bersih, tutup mulut

    sewaktu bersin atau batuk, kemudian cuci tangan sampai bersih

    dan keringkan, pemasak harus memakai celemek yang bersih,

    kuku jari pemasak harus bersih dan pendek, pemasak tidak perlu

    memakai perhisan karena perhiasan merupakan tempat bakteri.

    (2). Bahan makanan / masakan

    Bersihkan bahan makanan sebelum dimasak, simpan bahan

    makanan mentah yang berasal dari hewan dalam bungkus yang

    rapat agar tidak mengotori makanan yang lain dalam lemari es,

    daging ayam beku harus dicairkan (thawed) dulu sebelum

    dimasak, jangan memasak daging setengah matang yang

    kemudian dipanasi kembali tapi harus dimasak secara sempurna,

    potongan daging yang memiliki berat lebih dari 2,7 kg harus

    dipotong menjadi potongan yang lebih kecil sebelum dimasak,

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    18/27

    21

    daging yang sudah masak harus dipegang dengan alat, jangan

    menyimpan makanan disembarang tempat, tutup masakan yang

    disimpan dalam lemari es, cegah jangan sampai lalat mencapaitempat meyimpan makanan, jangan menyantap makanan langsung

    dari wadahnya dan menyimpan kembali sisa makanan itu.

    (3). Tempat menyimpan bahan makanan, alat memasak dan ruang

    pengolahan

    Bersihkan bekas-bekas daging pada rak, lemari es, atau

    tempat menyimpan lainya, gunakan peralatan yang berbeda untuk

    keperluan masak yang berbeda-beda, gunakan sendok atau alat

    masak lain yang berbeda untuk memproses daging mentah dan

    daging yang telah dimasak, gunakan lap yang selalu bersih dan

    kering. Lap yang sudah digunakan merupakan sumber bakteri,

    cuci telenan segera setelah digunakan sebagai alas mengiris

    daging mentah, cuci telenan 2 kali seminggu dengan sikat kawat,

    cuci kembali pisau yang telah digunakan untuk mengiris daging,

    pencucian peralatan secara teratur dengan air deterjen yang tidak

    mengandung toksin, secara kimiawi stabil dan mudah

    dihilangkan, suhu air pencuci sebaiknya 63 oC karena pada suhu

    tersebut hampir semua kotoran dan lemak dapat dihilangkan,

    apabila pencucian dilakukan dengan tangan digunakan sekurang-

    kurangnya dua bak pencelup, sterilkan seluruh peralatan setelah

    digunakan, ruang penyiapan dan peralatan untuk daging mentah

    dan daging yang telah diolah harus dipisahkan, peralatan dan

    permukaan tempat bekerja harus terbuat dari bahan kedap, mudah

    dibersihkan dan tidak bereaksi dengan bahan pangan, bangunan

    mudah dibersihkan, penyinaran dan ventilasi cukup.

    (4). Penanganan Limbah

    Kotoran tidak boleh terakumulasi atau tinggal dala ruang

    tempat pengelolaan makanan, kecuali jika tak bisa dihindarkan,

    limbah disimpan dihalaman luar ruangan tempat penyiapan

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    19/27

    22

    makanan, limbah disimpan dalam bak tertutuprapat untuk

    mencegah serangan binatang-binatang kecil terhadap makanan,

    bak harus dikosongkan dan dicuci secara teratur, bak didirikan pada jarak 30 cm di atas dasar yang terbuat dari beton dan mudah

    dikeringkan.

    (5). Pengendalian hama

    Bangunan pengelolaan pangan harus dijaga bersih dan dalam

    perawatan baik, saluran yang tidak terpakai lagi, lubang-lubang di

    dinding, lantai dan langit-langit harus ditutup, pipa-pipa

    pembuangan harus ditutup rapat pada tempat masuknya ke

    gudang dan pada tempat lewat dari satu ruangan ke ruangan yang

    lain

    Ruang tempat penyimpanan harus dibersihkan secara

    teratur dan semua stol harus dijaga paling tidak 45 cm di atas

    lantai dan digunakan dengan sistem rotasi (Fardiaz, 1992).

    G. Hygiene Sanitasi

    1. Pengertian Secara Umum

    Sanitasi merupakan bagian penting dalam proses pengolahan panganyang harus dilaksanankan dengan baik. Sanitasi dapat didefinisikan

    sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

    mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai

    perpindahan penyakit tersebut. Secara luas, ilmu sanitasi merupakan

    penerapan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan membantu

    memperbaiki, mempertahankan, atau mengendalikan kesehatan yang baik

    pada manusia ( Purnawijayanti, 2001).

    Berkaitan dengan proses pengolahan pangan secara kusus

    mendefinisikan sanitasi sebagai penciptaan atau pemeliharaaan kondisi

    yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya

    penyakit yang disebabkan oleh makanan.

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    20/27

    23

    Karena keterlibatan manusia dalam proses pengolahan pangan

    sangat besar, penerapan sanitasi pada personil yang terlibat di dalamnya

    perlu mendapat perhatian kusus. Dalam hal ini pemahaman mengenaihigyene perorangan yang terlibat dalam pengolahan makanan, sangat

    penting. Dalam Ensiklopedi Indonesia (1982) disebutkan bahwa

    pengertian higyene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah

    kesehatan, serta berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk

    memperbaiki kesehatan. Hygiene juga mencakup upaya perawatan

    kesehatan diri, termasuk ketetapan sikap tubuh.

    2. Sanitasi PekerjaAda 3 kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan

    dalam penanganan makanan, yaitu penderita penyakit infeksi saluran

    pernafasan, pencernaan, dan penyakit kulit. Ketiga jenis penyakit ini dapat

    dipindahkan kepada orang lain melalui makanan yang diolah atau

    disajikan penderita, Orang sehat pun sebetulnya masih milyaran

    mikroorganisme di dalam mulut, hidung, kulit, dan saluran pencernaannya.

    Akan tetapi kebanyakan mikroorganisme ini tidak berbahaya, meskipun

    ada pula beberapa jenis bakteri yang dapat menimbulkan penyakit kepadamanusia. Dengan demikian, pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi

    yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang

    ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan

    adalah pencucian tangan, kebersihan, dan kesehatan diri.

    a. Pencucian Tangan

    Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan

    bakteri dan virus parogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke

    makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok

    yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan

    makanan. Pencucian tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan

    ringan dan sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya

    mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    21/27

    24

    dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan mikrobia yang

    terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai

    pembersih, penggosokan, dan aliran air akan menghanyutkan partikelkotoran yang banyak mengandung mikrobia.

    Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan.

    Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan

    menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau

    cemaran. Berikut ini adalah beberapa pedoman praktis, pencucian

    tangan yang harus dilakukan:

    (1) Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani

    kebersihan tangan harus dijaga.

    (2) Sesudah waktu istirahat.

    (3) Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok,

    makan, minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan

    toilet/kamar mandi (buang air kecil atau besar).

    (4) Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber

    kontaminan misalnya telepon, uang, kain atau baju kotor, bahan

    makan mentah atau pun segar, daging, cangkang telur, dan

    peralatan kotor.

    (5) Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk

    gigi.

    (6) Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian

    bagian tubuh yang terluka.

    (7) Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan. Misalnya,

    menyapu atau memungut benda yang terjatuh dilantai.

    (8) Sesudah menggunakan bahan-bahan pemersih dan atau sanitaiser

    kimia.

    (9) Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.

    Fasilitas yang diperlukan untuk pencucian tangan yang memadai

    adalah bak cuci tangan yang dilengkapi dengan saluran pembuangan

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    22/27

    25

    tertutup, kran air panas, sabun, dan handuk kertas atau tissue atau

    mesin pengering. Bak air yang digunakan untuk pencucian tangan

    harus terpisah dari bak pencucian peralatan dan bak untuk preparasimakanan. Jumlah fasilitas cuci tangan disesuaikan dengan jumlah

    karyawan. Satu bak pencuci tangan disediakan maksimal untuk 10

    orang karyawan. Tempat cuci tangan harus diletakkan sedekat

    mungkin dengan tempat kerja ( Purnawijayanti, 2001 ).

    b. Kebersihan dan Kesehatan Diri

    Syarat utama pengolahan makanan adalah memiliki kesehatan

    yang baik. Untuk itu disarankan pekerjaan melakukan tes kesehatan,

    terutama tes darah dan pemotretan Rontgen pada dada untuk melihat

    kesehatan paru-paru dan saluran pernapasan. Tes kesehatan tersebut

    sebaiknya diulang setiap 6 bulan sekali, terutama bagi pengolahan

    makanan di dapur rumah sakit.

    Ada beberapa kebiasaan yang perlu dikembangkan oleh para

    pengolah makanan, untuk menjamin keamanan makanan yang

    diolahnya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

    (1). Berpakaian dan Berdandan

    Pakaian pengolahan dan penyajian makanan harus selalu

    bersih. Apabila tidak ada ketentuan khusus untuk penggunaan

    seragam, pakaian sebaiknya tidak bermotif dan berwarna terang.

    Hal ini dilakukan agar pengotoran pada pakaian mudah dilihat.

    Pakaian kerja sebaiknya dibedakan dari pakaian harian. Disarankan

    untuk mengganti dan mencuci pakaian secara periodik, untuk

    mengurangi risiko kontaminasi.

    Pekerja harus mandi setiap hari. Pengunaan make-up dan

    deodoran yang berlebihan harus dikurangi. Kuku pekerja harus

    selalu bersih, dipotong pendek, dan sebaiknya tidak dicat.

    Perhiasan dan asesoris misalnya cincin, kalung, anting, dan jam

    tangan sebaiknya dilepas, sebelum pekerja memasuki daerah

    pengolahan makanan. Kulit di bagian bawah perhiasan sering

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    23/27

    26

    sekali menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembang

    biak bakteri.

    Celemek (apron) yang digunakan pekerja harus bersih dantidak boleh digunakan sebagai lap tangan. Setelah tangan

    menyantuh celemek, sebaiknya segera dicuci menurut menurut

    prosedur yang telah dijelaskan. Celemek harus ditanggalkan bila

    pekerja meninggalkan ruangan pengolahan. Pekerja juga harus

    memakai sepatu yang memadai dan selalu alam keadaan bersih.

    Sebaiknya dipilih sepatu yang tidak terbuka pada bagian jari-jari

    kakinya. Sepatu boot disarankaan untuk dipilih

    (Purnawijayanti, 2001).

    (2). Rambut

    Rambut pekerja harus selalu dicuci secara periodik. Selama

    mengolah atau menyajikan makanan harus dijaga agar rambut tidak

    terjatuh kedalam makanan. Meskipun rambut yang jatuh bukan

    penyebab utama kontaminasi bakteri, tetapi adanya rambut dalam

    makanan amat tidak disukai oleh konsumen. Oleh karena itu

    pekerja yang berambut panjang harus mengikat rambutnya, dan

    disarankan menggunakan topi /tutup kepala atau jala rambut.

    Setiap kali tangan menyentuh, menggaruk, menyisir, atau menyikat

    rambut, harus segera dicuci sebelum digunakan lagi untuk

    menangani makanan. Untuk pekerja laki-laki yang memiliki kumis

    atau jenggot selalu menjaga kebersihan dan kerapiannya. Tetapi

    akan lebih baik jika kumis atau jengot tersebut dicukur bersih

    (Purnawijayanti, 2001).

    (3). Kondisi Sakit

    Pekerja yang sedang sakit flu, demam, atau diare sebaiknya

    tidak dilibatkan terlebih dahulu dalam proses pengolahan makanan,

    sampai gejala-gejala penyakit tersebut hilang. Pekerja yang

    memiliki luka pada tubuhnya harus menutup luka tersebut dengan

    menutup pelindung dengan pelindung yang kedap air, misalnya

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    24/27

    27

    plester, sarung tangan plastik atau karet, untuk menjamin tidak

    terpindahnya mikrobia yang terdapat pada luka ke dalam makanan.

    Selain hal-hal tersebut di atas, berikut ini ada beberapa halyang harus diperhatikan oleh pekerja yang terlibat dalam

    pengolahan makanan, sebagai berikut:

    a. Tidak merokok, makan, atau mengunyah (misalnya permen

    karet, tembakau, dan lain-lain) selama melakukan aktivitas

    penanganan makanan.

    b. Tidak meludah atau membuang ingus di dalam daerah

    pengolahan.

    c. Selalu menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin. Sedapat mungkin batuk dan bersin tidak di dekat

    makanan.

    d. Tidak mencicipi atau menyentuh makanan dengan tangan atau

    jari.

    e. Gunakan sendok bersih, spatula, penjepit atau peralatan lain

    yang sesuai.

    f. Sedapat mungkin tidak sering menyentuh bagian tubuh

    misalnya mulut, hidung, telinga, atau menggaruk bagian-

    bagian tubuh pada waktu menangani makanan.

    g. Seminimal mungkin menyentuh makanan yang siap disajikan

    dengan mengunakan tangan. Pada waktu memegang gelas

    minum pun dilarang untuk menyentuh bibir gelas.

    h. Jangan sekali-kali duduk di atas meja kerja.

    3. Sanitasi Peralatan

    Peralatan dapur harus segera dibersihkan dan disanitasi/desinfeksikan (dibersihkan agar tidak terkontaminasi kembali) untuk

    mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan,

    pengolahan, penyimpanan sementara, maupun penyajian. Diketahui bahwa

    pada peralatan dapur seperti alat pemotong, papan pemotong (talenan), dan

    alat saji merupakan sumber kontaminan potensial bagi makanan.

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    25/27

    28

    Frekuensi pencucian dari alat dapur tergantung pada jenis alat yang

    digunakan. Alat saji dan alat masak harus dicuci, dibilas, dan disanitasi

    segera setelah digunakan. Peralatan bantu yang tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai kebutuhan untuk

    mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk

    makanan, serta kotoran lain

    Kadang-kadang untuk membantu proses pembersihan peralatan.

    diperlukan bantuan kain lap/serbet. Serbet makan yang digunakan

    bersamaan dengan penyajian makanan harus bersih, kering dan tidak

    digunakan untuk keperluan lain. Serbet atau spon yang digunakan untuk

    melap peralatan dapur yang secara langsung bersentuhan dengan makanan,

    harus bersih dan sering dicuci serta disanitasi dengan bahan sanitaiser

    yang sesuai. Serbet atau spon tersebut tidak boleh digunakan untuk

    keperluan lain.

    Pencucian dan sanitasi peralatan dapur dapat dilakukan secara

    manual maupun secara mekanis dengan menggunakan mesin. Pencucian

    manual juga diterapkan pada pan, baskom adonan, pengaduk, serta pisau.

    Pembersihan menyeluruh dilakukan setiap kali setelah pemakaian.

    Peralatan kemudian dicuci dengan larutan deterjen, setelah semua kotoran

    dihilangkan, peralatan kemudian dibilas, dikeringkan, dan disimpan dirak

    /lemari ( Purnawijayanti, 2001 ).

    4. Sanitasi Ruang Pengolahan Makanan

    Ruang pengolahan makanan atau dapur juga berperan penting

    dalam menentukan berhasil atau tidaknya upaya sanitasi makanan secara

    keseluruhan. Dapur yang bersih dipelihara dengan baik akan merupakan

    tempat yang higienis sekaligus menyenangkan tempat kerja. Dapur seperti

    itu juga dapat menimbulkan citra (image) yang baik bagi institusi yang

    bersangkutan.Dua hal yang menentukan dalam menciptakan dapur yang

    saniter adalah kontruksi dapur dan tata letak.

    a. Kontruksi Dapur

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    26/27

    29

    Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan dalam

    merencanakan dapur yang baik, adalah kontruksi bangunan yang anti

    tikus. Tikus merupakan pembawa mikroba patogen, serta merusak bahan makanan selama penyimpanan. Lubang-lubang yang ada di

    dalam dapur yang dapat menjadi pintu keluar masuk tikus yang harus

    ditutup dengan kawat kasa langit-langit dan dinding dapur sebaiknya

    dibuat dari bahan-bahan yang tidak menyerap partikel dan mudah

    dicuci. Lantai dapur dan daerah penyajian sebaiknya dari keramik atau

    bahan-bahan lain yang tidak licin.

    Sistem ventilasi dapur harus dibuat sedemikian rupa, sehingga

    dapat dihindari terjadinya kondensasi di ruangan dapur yang dapat

    memacu pertumbuhan jamur dan baktei. Ventilasi yang baik didisain

    untuk dapat mengeluarkan asap, uap, kondensasi, kelebihan panas, dan

    bau dari ruangan. Dengan demikian, dapur memerlukan alat

    penghisap, atau paling tidak dilengkapi cerobong dengan sungkup

    asap.

    Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk menjamin

    bahwa peralatan yang digunakan di dapur dan di ruangan penyajian

    dalam keadaan bersih. Selain itu pencahayaan yang memadai juga

    sangat penting untuk menjamin keberhasilan pekerjaan, pengolahan,

    penyajian, dan penyimpanan makanan.

    Kontruksi dapur sebaiknya menghindari terbentuknya sudut-

    sudut dan celah mati yang sulit dibersihkan. Bagian ruang seperti ini

    kemungkinan besar akan menjadi tempat akumulasi kotoran, atau

    tempat bersarangnya serangga dan hewan pengerat.

    b. Tata Letak Dapur

    Tata letak peralatan dapur yang baik pada dasarnya harus

    memenuhi tuntutan yaitu:

    1. Memungkinkan dilakukannya pekerjaan pengolahan makanan

    secara runtut dan efisien.

  • 7/22/2019 Jtptunimus Gdl Widiastuti 5254 3 Bab2

    27/27

    30

    2. Terhindarnya kontaminasi silang produk makanan dari bahan

    mentah, peralatan kontor, dan limbah pengolahan.

    Penataan alat pengolahan dan fasilitas penunjang mengikutiurutan pekerjaan yang harus dilalui, dari bahan mentah sampai

    makanan siap disajikan, yaitu mulai preparasi, pengolahan atau

    pemasakan, dan penyajian.

    Kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah dapat

    dihindari apabila jalur yang ditempuh produk makanan terpisah dari

    jalur bahan mentah. Penanganan peralatan kotor harus menggunakan

    fasilitas penampung air yang berbeda dengan yang akan digunakan

    untuk pengolahan. Fasilitas penyimpanan untuk makanan masak

    dipisahkan dari makanan mentah.

    Sanitasi dapur dapat diupayakan dengan pembersihan secara

    rutin, diikuti aplikasi sanitasi apabila diperlukan. Makanan yang

    tercecer dilantai harus segera dibersihkan. Lantai juga harus disapu

    dan dipel setiap hari dengan cairan sanitaiser. Dinding dan langit harus

    dibersihkan sekurang-kurangnnya 1 bulan sekali, dengan metode

    pembersihan yang sesuai. Misalnya dengan menggunakan busa.

    (Purnawijayanti, 2001)

    H. Kerangka Konsep

    Bahan PanganPengolahan

    daging ayam Produk yang aman

    Pengawasan Mutu MakananHACCP