jtstikesmuhgo gdl febrirista 1457 1 babi iii

Upload: risalmaulana

Post on 23-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    1/36

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang penelitian

    Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

    memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah

    profesi perawat. Pelayanan keperawatan profesional dilakukan diberbagai

    tatanan pelayanan kesehatan termasuk di dalam masyarakat dan di rumah sakit

    (Kusnanto, 2004). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari

    pelayanan kesehatan yang dapat menentukan keberhasilan pelayanan

    kesehatan (Kamaruzzaman, 2009).

    Manusia pada masa bekerja tidak semua berjalan dengan lancar, dengan

    muncul setres dalam bekerja. Setres merupakan suatu kondisi dinamik (selalu

    berubah) pada individu yang diharapkan pada suatu peluang, kendala dengan

    tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya

    dipersepsikan sebagai tidak pasti dan tidak penting (Robbins, 2008).

    Menurut penelitian Huber (1996, dalam Kamaruzzaman, 2009)

    mengatakan bahwa sebanyak 90% pelayanan yang dilakukan di rumah

    sakit adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang

    diberikan akan berdampak pada pasien sebagai penerima jasa layanan

    keperawatan. Dampak yang terjadi jika pelayanan keperawatan yang

    diberikan tidak baik yaitu pasien akan merasa enggan untuk kembali berobat

    ke rumah sakit tersebut (Kamaruzzaman, 2009).

    1

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    2/36

    2

    Dalam menjalankan tugasnya seorang perawat tidak dapat terlepas

    dari stres, karena masalah stres tidak dapat dilepaskan dari dunia kerja.

    Dengan semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin

    besar kemungkinan seorang perawat mengalami stres kerja, setiap jenis

    pekerjaan tidak terlepas dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun

    dari luar yang dapat menimbulkan stres bagi para pekerjanya. Dalam

    proses bekerja hasil atau akibatnya perawat dapat mengalami stres, yang

    dapat berkembang menjadikan perawat sakit fisik dan mental, sehingga

    tidak dapat bekerja secara optimal. Menurut hasil survei dari PPNI

    (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9%

    perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami stres

    kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja

    terlalu tinggi dan menyita waktu (Ratnasari,2009).

    Kondisi stres kerja dan kelelahan emosional pada akhirnya akan

    membawa dampak terhadap kinerja atau performance yang ditunjukkan oleh

    pekerja, Kinerja atau performance didefiniskan sebagai kesuksesan seseorang

    dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Asad, 2004). Stres tidak dialami orang

    dengan cara yang sama. Dalam bentuk tertentu, dalam rentang berat ringan

    yang berbeda dan dalam jangka waktu panjang-pendek yang tidak sama pula.

    Dalam mengatasi stres dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

    pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hypnosis, dan terapi

    musik (Hardjana, 2008).

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    3/36

    3

    Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi

    stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun

    psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks,

    mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa

    gembira dan sedih dan membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik adalah

    kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat

    membangkitkan emosi. Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang

    untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi

    kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki

    kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan,

    2006).

    Menurut artikel jurnal Kemperetal. (2005) yang berjudul Music as

    Therapy. Mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk

    meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian

    pasien dari gejala yang tidak menyenangkan. Musik bisa menjadi media untuk

    membantu kaum muda mengurangi emosi negatif. Dalam meninjau satu

    literatur penelitian menemukan kurangnya studi ilmiah tentang

    psychophysiological efek dari berbagai jenis musik pada orang muda. Musik

    merupakan aspek penting dari budaya kaum muda dan yang paling muda

    orang mendengaran musik untuk berbagai alasan (Trzcinski 1994). Orang-

    orang muda melaporkan bahwa musik dapat membantu mereka rileks dan

    akan sering memiliki koleksi 'lagu' favorit yang mereka akan mendengarkan

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    4/36

    4

    ketika mereka merasa 'stres' (Knobloch dan Zillman 2002) dan Labbe 'et al.

    (2004).

    The Effectiveness of Different Types of Music (2007) mendengarkan

    beberapa jenis genre musik menimbulkan keadaan emosional dan kognitif

    yang positif, dan mengurangi sistem saraf simpatik gairah dibandingkan

    dengan duduk didiam atau mendengarkan musik heavy metal. Oleh karena itu,

    mendengarkan musik dipilih sendiri mungkin berguna sebagai strategi

    manajemen stres. menurut artikel jurnal Kemper et al. (2005) yang berjudul

    Music as Therapy. Mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk

    meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian

    pasien dari gejala yang tidak menyenangkan.

    Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh. Contohnya, ketika

    kita mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika kita

    dapat merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat gembira,

    sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain.

    Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan seperti obat yang dapat

    dengan segera menghilangkan rasa sakit. Namun secara perlahan lahan dan

    bertahap efektivitas musik sebagai terapi akan terjadi jika dilakukan dengan

    benar dan tepat (Djohan, 2006).

    Studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 02 Januari

    2014 di ruang instalasi bedah sentral RSUD Kebumen terdapat 30 perawat.

    Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap 5 perawat diketahui bahwa 4

    diantaranya mengeluhkan dengan pertambahan pasien dengan tindakan yang

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    5/36

    5

    beragam terkadang membuat perawat merasa stress. Bila menghadapi stress,

    mereka menggunakan berbagai cara guna mencoba meredakan itu diantaranya

    mendengarkan musik. Musik bisa menjadi media untuk membantu

    mengurangi emosi negatif. Berdarkan fenomena tersebut, penulis berminat

    melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres

    Kerja Pada Perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen.

    B.

    Perumusan Masalah

    Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu

    sebagai berikut : Apakah ada pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada

    perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen ?.

    C. Tujuan Penelitian

    1.

    Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada

    perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen

    2. Tujuan Khusus

    a.

    Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat instalasi bedah sentral

    (IBS) RSUD Kebumen yang diberikan terapi musik.

    b. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat instalasi bedah sentral

    (IBS) RSUD Kebumen yang tidak diberikan terapi musik.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    6/36

    6

    D. Manfaat Penelitian

    1.

    Manfaat Teoritik

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

    pengetahuan kesehatan kerja terutama tentang pengaruh terapi musik

    terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD

    Kebumen.

    2.

    Manfaat Praktis

    Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai peneliti, manfaat

    penelitian yang diharapkan :

    a. Bagi Peneliti

    Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan kreativitas dalam rangka

    penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.

    b.

    Bagi Rumah Sakit

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pimpinan

    dan bahan pertimbangan di dalam mengatasi permasalahan yang

    timbul terutama dalam hal mengatasi setres kerja yang timbul pada

    tenaga perawat.

    c.

    Bagi Perguruan Tinggi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi,

    menambah informasi dan studi literatur mahasiswa tentang mengatasi

    stres kerja pada perawat.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    7/36

    7

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian- penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang

    akan dilakukan oleh peneliti antara lain :

    1. Kurnianingsih (2013) yang berjudul efektifitas terapi musik klasik

    terhadap penurunan stres kerja perawat IGD DR. R. Goetheng

    Tarnoenadibrata Purbaligga tahun 2013 Penelitian ini menggunakan pre

    experimental design dengan metode one group pretest - post test.

    Teknik sampling menggunakan teknik total sampling dengan jumlah

    sampel 23 orang. Analisis data menggunakan uji paired simple t test. Hasil

    : Terdapat perbedaan antara stres kerja perawat sebelum dan setelah

    dilakukan terapi musik klasik, dengan nilai rata-rata sebelum dilakukan

    terapi musik klasik sebesar 2,52 dan SD = 0,511 dan nilai rata-rata setelah

    dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD = 0,388. Dengan nilai p

    = 0,002 pada signifikan = 0,05. Kesimpulan : Terapi musik klasik

    efektif dalam menurnkan stres kerja pada perawat di ruang IGD RSUD Dr.

    R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga dengan effect size= 2,01

    2.

    Primadita (2011) yang berjudul Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik

    Terhadap Stress Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Psik Undip

    SEMARANG Metode; Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

    adalah purposive sampling dengan jumlah responden 31 orang. Jenis

    penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen yang termasuk ke dalam

    pre test dan post test one group design. Analisa data statistik yang

    digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test. Pengumpulan data

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    8/36

    8

    dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik

    dengan menggunakan Instrumen DASS 42 yang dikembangkan oleh

    Lovibond dan Lovibond (1995) yang dijadikan alat ukur item stresnya.

    Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan tingkat stres responden

    sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik. Hasil; hasil Uji

    Wilcoxon untuk tingkat stres sebelum dan sesudah terapi musik

    klasik kedua didapat hasil nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil

    dari = 0,05.Perbedaan yang dapat dilihat adalah terjadinya penurunan

    jumlah responden sebelum dilakukan terapi musik klasik pada tingkat

    stres mahasiswa adalah 8 orang mahasiswa (26%) mengalami stres berat, 8

    orang mahasiswa (26%) mengalami stres ringan, dan 15 orang mahasiswa

    (48%) mengalami stres sedang. Sedangkan setelah dilakukan terapi

    musik klasik mengalami penurunan tingkat stres, sebanyak 2 orang

    mahasiswa (7%) mengalami stres ringan, 11 orang mahasiswa (35%)

    menjadi normal, 8 orang mahasiswa (26%) mengalami stres ringan dan

    10 orang mahasiswa (32%) mengalami stres sedang. Simpulan;

    Berdasarkan penelitian ini terapi musik klasik efektif menurunkan

    stres dan diharapkan dapat memberi masukan kepada perawat dan

    institusi pendidikan, dan penelitian yang lain sehingga dapat mengatasi

    stres pada mahasiswa.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    9/36

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Stres Kerja

    Menurut Siagian (2009), stres merupakan kondisiketegangan yang

    berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dankondisi fisik seseorang.

    Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanyaakan berakibat pada ketidak

    mampuan seseorang berinteraksi secarapositif dengan lingkungannya, baik

    dalam arti lingkungan pekerjaanmaupun diluarnya. Artinya karyawan yang

    bersangkutan akanmenghadapi berbagai gejala negatif yang pada

    gilirannya berpengaruhpada prestasi kerja.

    Menurut Grandjean, mendefinisikan stres sebagai reaksiorganisme

    terhadap situasi yang mengancam (Winarsunu T, 2008)

    Menurut Anoraga (2009), secara sederhana stres merupakan suatu

    bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap

    suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan

    mengakibatkan terancam (fight or flaight). Jadi sebenarnya stres adalah

    sesuatu yang alamiah.

    Menurut Rivai & Basri (2005), stres sebagai istilah payungyang

    merangkumi tekanan, beban, anxieti, kemurungan, danhilangnya daya.

    Stres adalah suatu kondisi ketegangan yangmenciptakan adanya ketidak

    9

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    10/36

    10

    seimbangan fisik dan psikis, yangmempengaruhi emosi, proses pikir, dan

    kondisi seorang karyawan.

    Menurut Selye.H, stres merupakan respon tubuh yang bersifattidak

    spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya (Hidayat, 2004).

    Menurut NSC (National Safety Council, 2004), stres sebagaiketidak

    mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,fisik, emosional,

    dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan

    fisik manusia tersebut

    2.

    Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja.

    Menurut National Safety Council (2004) penyebab stres kerja

    dikelompokkan ke dalam kategori:

    a. Penyebab Organisasi: kurangnya otonomi dan kreativitas,harapan,

    tenggat waktu, dan kuota yang tidak logis, relokasi pekerjaan,

    kurangnya pelatihan, karier yang melelahkan, hubungan dengan

    penyelia yang buruk, selalu mengikuti perkembangan teknologi

    (downsizing) bertambahnya tanggung jawab tanpa pertambahannya

    gaji, pekerjaan dikorbankan.

    b.

    Penyebab Individual: pertentangan antara karier dan tanggung jawab

    keluarga, ketidak pastian ekonomi, kurangnya penghargaan dan

    pengakuan kerja, kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan,

    perawatan anak yang tidak adekuat, konflik dengan rekan kerja.

    c. Penyebab Lingkungan: buruknya kondisi lingkungan kerja

    (pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu,dan lain-lain), diskriminasi

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    11/36

    11

    ras, pelecehan sexual, kekerasan ditempat kerja, kemacetan saat

    berangkat dan pulang kerja, kemacetan saat berangkat dan pulang

    kerja.

    Menurut Davis & Newstorm dalam Iman ( 2007) penyebab stres

    kerja antara lain:

    a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Stres timbul mana kala tugas terlalu

    banyak tapi tidak sebanding dengan kemampuan pegawai untuk

    melaksanakannya.

    b.

    Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Stres timbul akibat

    pegawai diberikan tugas oleh atasannya dengan pemberian waktu yang

    limit, sehingga pegawai menjadi stres akibat merasa dikejar-kejar

    waktu.

    c.

    Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai. Hal ini berkaitan

    dengan hak dan kewajiban pegawai. Pegawai mendapatkan tugas dan

    pekerjaan tanpa diberikan wewenang yang sewajarnya, sehingga

    merisaukan hati pegawai, karena satu sisi dia harus mengerjakannya

    tapi di pihak lain tidak ada wewenang yang diberikan untuk

    pekerjaannya untuk mengambil keputusan serta harus selalu

    berkonsultasi dengan atasan. Dengan kata lain tidak ada pendelegasian

    wewenang.

    d. Ambiguitas peran. Adalah peran yang kabur, yaitu tidak terdapatnya

    standar kerja, tidak adanya diskripsi kerja, prosedur kerja dan lainnya.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    12/36

    12

    Pegawai dibiarkan bekerja hanya sesuai perintah atasan saja, tanpa

    mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai.

    e. Frustasi. Frustasi timbul karena tidak ada harapan karir, terhambatnya

    kenaikan pangkat/golongan karena kebijakan instansi yang tidak

    memungkinkan, juga ketidak cukupan gaji dibanding kebutuhan

    hidupnya.

    f.

    Perbedaan nilai. Adalah pegawai bekerja dalam kondisi yang

    bertentangan dari sudut nilai-nilai yang diyakininya dengan nilainailai

    yang diterapkan instansinya dimana dia bekerja. Perbedaan nilai ini

    menjadikan konflik batin hingga dapat menimbulkan stres kerja.

    g. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum.

    Stress kerja bisa timbul dalam mutasi pegawai, manakala pegawai

    dimutasikan kedalam bidang tugas yang sama sekali baru dan berbeda

    dari kemampuan, keahlian, dan kebiasaan selama ini.

    h. Konflik peran. Konflik peran yang timbul dalam instansi yang

    memiliki standar ganda, dengan perbedaan persepsi antara atasan dan

    bawahan yang menyolok. Apabila hal ini terjadi pada instansi yang

    diburu dengan dead line, harus menyampaikan laporan dan analisa

    maupun masukan bagi kebijakan secepatnya, maka hal ini dapat

    menimbulkan streas kerja, karena pegawai tidak tahu harus berperan

    seperti apa, apakah harus berinisiatif ataukah hanya menunggu

    perintah. Hanya menunggu perintah saja kadang salah, karena ternyata

    atasan mengharapkan inisiatif pegawai, tapi pegawai takut berinisiatif

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    13/36

    13

    karena kemungkinan hal tersebut bukan yang diharapkan oleh

    atasannya.

    Menurut Siagian (2009), pada dasarnya berbagai sumber stres

    dapat digolongkan pada yang berasal dari dalam pekerjaan dan dari luar

    pekerjaan seseorang. Sumber stress yang berasal dari pekerjaan antara lain:

    beban kerja yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang

    baik, iklim kerja yang menimnulkan rasa tak aman kurangnya informasi

    dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang, ketidak seimbangan

    antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peran karyawan

    dalam keseluruhan kegiatan organiasasi, frustasi yang ditimbulkan oleh

    intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa

    terganggu konsentrasinya. Sumber stres di luar lingkungan pekerjaan

    antara lain: masalah keuangan, perilaku negativ anak-anak, kehidupan

    keluarga, yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat tinggal, ada

    anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat dan

    sebagainya.

    Menurut Anoraga (2009) bentuk stress pada dasarnya disebabkan

    karena kekurang mengertian manusia akan keterbatasanketerbatasannya

    sendiri. Ketidak mampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan

    menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan

    tipe-tipe dasar stress. Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

    ketegangan antara lain:

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    14/36

    14

    a.

    Masalah administrasi

    b.

    Tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan

    dan situasi kerja.

    c. Struktur birokrasi yang tidak tepat.

    d. Sistem manajemen yang tidak sesuai.

    e. Perebutan kedudukan.

    f.

    Persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan

    g.

    Anggaran yang terbatas.

    h.

    Perencanaan yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti.

    i. Beban kerja yang semakin bertambah.

    j. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

    Menurut Handoyo (2008) penyebab-penyebab stress antara lain:

    beban kerja yang terlalu berlebihan, tekanan waktu, kualitas supervise

    yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan

    kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi untuk

    melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan peranan (role ambiguity),

    frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-

    nilai perusahan dan karyawan, berbagai bentuk perubahan.

    Di lain pihak stress kerja juga dapat disebabkan masalah-

    masalahyang terjadi di luar perusahaan. Penyebab stress of the job

    antara lain: kekhawatiran financial, masalah-masalah yang bersangkutan

    dengan anak, masalah-masalah fisik, perkawinan/ perceraian, perubahan

    yang terjadi ditempat tinggal, kematian dan sebagainya.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    15/36

    15

    Menurut Hasibuan (2009), faktor-faktor penyebab stress kerja

    karyawan antara lain: beban kerja yang sulit dan berlebihan, tekanan dan

    sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar, waktu dan peralatan kerja

    yang kurang memadai, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau

    kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah keluarga

    seperti anak, istri, mertua dan lain-lain.

    Winarsunu (2008), mengelompokkan reaksi stress menjadi tiga

    kelompok yaitu yang berupa: reaksi psikologis, fisik, dan perilaku. Reaksi

    psikologis berhubungan dengan respon-emosional seperti kecemasan

    marah, ketidak puasan kerja, jengkel, gelisah, sulit tidur, tidak semangat,

    bangun pagi tidak segar, dan merasa frustasi. Reaksi fisik meliputi

    simptom-simptom seperti sakit kepala, sakit perut, jantung, dan pusing.

    Reaksi perilaku adalah respon terhadap stress kerja yang berupa

    kecelakaan, pindah kerja, dan lainnya.

    Menurut Handoko (2008), berdasarkan reaksi terhadap situasi stres

    dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Orang dengan tipe A

    adalah mereka yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar-standar

    tinggi dan meletakkan diri mereka di bawah tekanan waktu yang menetap

    (konstan). Mereka bahkan masih giat dalam kegiatan olah raga yang

    bersifat rekreasi dan kegiatankegiatan social kemasyarakatan. Mereka

    sering tidak menyadari tekanan yang dirasakan. Mereka lebih cenderung

    mengalami gangguan fisik akibat stres seperti, serangan jantung ,liver dan

    lainlain. Sedangkan orang dengan tipe B adalah lebih rileks dan tidak suka

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    16/36

    16

    menghadapi masalah atau easy going. Mereka menerima situasi yang ada

    dan bekerja di dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka rileks dalam

    kaitannya dengan tekanan waktu, sehingga meraka lebih kecil

    kemungkinannya untuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan

    stres.

    Menurut Anoraga (2009), selama stres berlangsung, tanggapan

    tersebut menimbulkan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia yang

    mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain meningkatnya: tekanan

    darah tinggi, tingkat metabolisme, produksi kolesterol dan adrenalin.

    Reaksi kimiawi tersebut pada dasarnya merupakan senjata yang diperlukan

    manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap gangguan-

    gangguan tersebut.

    Menurut Anoraga (2009), ada 3(tiga) kategori umum akibat stres

    kerja antara lain:

    a. Gejala badan: sakit kepala( cekot-cekot,pusing separoh, vertigo), nafsu

    makan menurun, mual muntah, keringta dingingangguan pola tidur.

    b.

    Gejala emosional: pelupa mudah marah, cemas, was-was,,kawatir,

    mimpi buruk, mudah menangis, pandangan putus asa, dan lain

    sebagainya.

    c. Gejala sosial: makin banyak merokok, menarik diri dari pergaulan

    sosial, mudah bertengkar, dan lain sebagainya

    Handoko (2008), stres yang terlalu berlebihan dapat mengganggu

    pelaksanaan pekerjaan. Stres dapat sangat membantu atau fungsional,

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    17/36

    17

    tetapi dapat juga salah (dysfunctional)atau merusak prestasi kerja. Secara

    sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong

    atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat

    stres.bila tidak ada stres, tantangantantangan kerja juga tidak ada, dan

    prestasi kerja cenderung rendah. Meningkatnya stres, prestasi kerja

    cenderung naik, karena stress membantu karyawan untuk mengerahkan

    segala sumber daya dalam memenuhi barbagai persyaratan atau kebutuhan

    pekerjaan.

    Hasibuan (2009), prestasi kerja karyawan yang mengalami stres pada

    umumnya akan menurun karena mengalami ketegangan pikiran dan

    berperilaku yang aneh, pemarah, dan suka menyendiri. Sehingga stres

    harus diatasi sedini mungkin.

    Siagian (2009), stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap

    prestasi kerja.ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwa

    kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua

    orang. Orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres, oleh

    karenanya mampu mngatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit

    orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi stres rendah. Stres

    yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan burnout ,

    suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang

    berlanjut dan tidak teratasi.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    18/36

    18

    Dalam menghadapi faktor-faktor penyebab stres diperlukan

    beberapa metode untuk menghadapi stress. Metode untuk

    mengatasi stres seperti : pendekatan farmakologis, perilaku,

    kognitif, meditasi, hypnosis, dan musik (Hardjana, 1994).

    Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu

    mengatasi stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara

    fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat

    seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan

    rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih,

    dan membantu serta melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006).

    3. Metode untuk mengatasi stres

    Menurut Hardjana (2008), metode untuk mengatasi stres

    diantaranya:

    a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)

    Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri.

    Pendekatan ini memanfaatkan obat obat penenang dan umumnya

    bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, tidak mudah dijelaskan bagi

    orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini

    berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa

    berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral). Jadi

    pendekatan farmakologi boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres

    awal sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    19/36

    19

    yang dialami dengan sungguh sungguh, dalam arti masalah sendiri

    dikelola.

    b. Pendekatan perilaku (bahavioral)

    Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain

    relaksasi, desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain.

    c. Pendekatan kognitif

    Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi

    stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode

    kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan

    untuk mengatur kembali pola berfikirnya. Mengatur kembali pola

    berfikir pada dasarnya merupakan proses menggantikan pikiran atau

    keyakinan yang mengurangi penilaian orang yang menderita stres

    terhadap ancaman atau kerugian yang dapat diakibatkan oleh hal,

    peristiwa, orang yang dihadapinya.

    d. Meditasi dan hipnosis

    Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan

    hipnosis merupakn salah satu cara yang efektif. Meditasi merupakan

    cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu objek, pemikiran

    atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola stres adalah menambah

    kemampuan orang yang terkena stres berhadapan dengan hal,

    peristiwa, orang, keadaan yang mengakibatkan stres dengan

    menciptakan tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif tanggapan

    terhadap stres tersebut. Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    20/36

    20

    dihasilkan lewat sugesti tertentu dan dalam keadaan berubah itu orang

    dapat dibantu mengubah pemahaman, ingatan, dan perilaku. Tanpa ada

    orang yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis,

    metode hipnosis tidak dapat dilaksanakan.

    4. Terapi Musik

    Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika kadar

    stres pada seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan tubuhnya akan

    berkurang oleh sebab itu seseorang perlu mewaspadai dirinya dari kondisi

    stres yang berlebihan. Manfaat musi salah satunya yaitu untuk

    mengendalikan diri.

    5. Teori musik

    a. Pengertian musik

    Mendengarkan musik yang dipilih sendiri dapat mengurangi

    tingkat stres, kecemasan, emosi negatif, dan menggairahkan sistem

    saraf simpatik serta memberikan efek relaksasi (Labbe et al, 2007).

    Selain itu penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya

    yang dilakukan oleh Kemper et al. (2005) yang menyatakan bahwa

    musik secara luas dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan,

    mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang

    tidak menyenangkan.Musik adalah bunyi atau nada yang

    menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan

    lembut yang membuat orang senang mendengarnya. Orang

    cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang disukainya.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    21/36

    21

    Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda

    bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang

    (Farida, 2010).

    Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk

    menemukan harmoni internal (inner harmony).Jadi, musik adalah alat

    yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di

    dalam dirinya. Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya

    harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi

    stres, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak

    emosi negatif yang dialaminya. Selain itu musik melalui suaranya

    dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke

    vibrasi yang normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan kembali

    keadaan yang normal (Merrit, 2003).

    b. Pengertian Terapi Musik

    Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang

    menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk

    meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan

    sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).

    Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi

    kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberikan

    rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan,

    belajar, mendengar, berbicara, serta analisi intelek dan fungsi

    kesadaran (Satiadarma, 2004).

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    22/36

    22

    c.

    Manfaat terapi Musik

    Adapun manfaat musik menurut Meritt (2003) adalah untuk

    menurunkan stres dan mendukung proses penyembuhan, menemukan

    sapek-aspek kepribadian pada seseorang yang tidak diketahui

    sebelumnya, pribadi yang berani mengambil resiko, yang gembira, dan

    bebas, memberi pandangan lain dalam melihat kehidupan dan

    mengembangkannya, sehingga mampu mengatasi konflik batin dan

    mengatasi berbagai rintangan hidup, memperkaya hidup dan

    memperluas dunia dengan keindahannya, meningkatkan pembelajaran

    dan daya ingat, merangsang kreatifitas dan imajinasi, serta membuat

    santai, menyegarkan, dan menenangkan.

    Selain itu, menurut Admin (2010) penggunaan terapi musik bisa

    diterapkan secara luas pada semua orang dalam berbagai kondisi.

    Terapi musik bisa dilakukan untuk mengurangi rasa khawatir pasien

    yang menjalani berbagai operasi atau serangkaian proses berat di

    rumah sakit. Sebab, musik akan membantu mengurangi timbulnya rasa

    sakit dan memperbaiki mood pasien.

    d.

    Cara Kerja Terapi Musik

    Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah

    satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang

    kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di

    dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya

    mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    23/36

    23

    pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh

    manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik.

    Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu

    membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem

    kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap

    kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2002). Sebagian

    besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua

    sistem neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu

    sistem simpatis dan sistem korteks adrenal (Prabowo & Regina,

    2007).

    Hipotalamus juga dinamakan pusat stres otak karena fungsi

    gandanya dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya adalah

    mengaktifkan cabang simpatis dan sistem saraf otonom.

    Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di

    batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom.

    Cabang simpatis dari sistem saraf otonom bereaksi langsung pada

    otot polos dan organ internal untuk menghasilkan beberapa perubahan

    tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan

    darah. Sistem simpatis juga menstimulasi medula adrenal untuk

    melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke

    dalam pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut

    jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung

    melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    24/36

    24

    Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulasi lapisan luar

    kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan

    hormon (salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi

    kadar glukosa dan mineral tertentu (Atkinson cit Primadita, 2011)

    Pemberian intervensi terapi musik membuat seseorang

    menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan

    rasa gembira dan sedih, melepaskan rasa sakit dan menurunkan

    tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan kecemasan

    (Musbikin, 2009). Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan

    Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) yang merupakan hormon

    stres (Djohan, 2005).

    e. Tata Cara Pemberian Terapi Musik

    Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal

    dalam pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan

    dalam pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi

    untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik

    diberikan dengan durasi 30 sampai 45 menit. Ketika

    mendengarkan terapi musik klien berbaring dengan posisi yang

    nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50 - 70

    ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (Schou, 2007).

    6. Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stres

    Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan

    musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    25/36

    25

    sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Stres adalah

    respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang

    terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari

    hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres

    memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,

    intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan

    fisiologis (Rasmun, 2004).

    Musik dianggap dapat berpengaruh dalam penurunan tingkat stres pada

    dasarnya harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan harmoni

    di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama internal tubuh

    kita, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya

    jika harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh kita, maka

    musik akan memberikan kesan yang kurang menyenangkan. Karena musik

    dihasilkan oleh adanya getaran udara, bukan hanya organ pendengaran

    atau telinga saja yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi saraf

    pada kulit juga turut merasakannya. Demikian pula organ vestibul (pada

    sekitar belakang telinga) yang merupakan alat keseimbangan manusia

    memperoleh dampak yang berarti dari adanya musik (Satiadarma, 2004).

    Dari hasil Penelitian Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai

    treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda

    mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19 - 24 tahun,

    hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadapa stres

    sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    26/36

    26

    dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan

    stres pada mahasiswa. Selain itu terdapat penelitian dari Irma Rahmawati,

    Hartiah Haroen, Neti Juniarti mengungkapkan penurunan tingkat stres

    yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan

    Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena

    pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon

    adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres.

    Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ

    pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan disampaikan ke

    susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri

    kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung

    menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau

    membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri (Satiadarma, 2004).

    Dengan demikian perasaan tegang, gundah, marah sebagai pemicu stres

    menjadi berkurang karena efek dari music yang bersifat menenangkan.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    27/36

    27

    B. Kerangka Teori

    Penyebab Stres Kerja

    1.

    Penyebab Organisasi

    2. Penyebab Individual

    3.

    Penyebab Lingkungan.

    Stress Kerja

    Tingkat Stress

    Kerja

    1.Ringan

    2.

    Sedang

    3.Berat

    Metode Untuk Mengatasi Stres Kerja

    1.Pendekatan Farmakologis

    2.

    Pendekatan Perilaku3.Pendekatan Kognitif

    4.Meditasi dan Hipnosis

    5.

    Terapi Musik

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    28/36

    28

    C. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2

    Kerangka Konsep

    : tidak diteliti

    : diteliti

    D. Hipotesa Penelitian

    Hipotesa dari penelitian ini adalah ada pengaruh terapi musik terhadap

    stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen

    Variabel Bebas

    Terapi Musik

    Variabel Terikat

    Stres Kerja Pada Perawat

    Variabel Pengganggu

    Faktor Yang Mempengaruhi Stres

    Kerja

    1. Penyebab Organisasi

    2.

    Penyebab Individual3. Penyebab Lingkungan.

    Metode Untuk Mengatasi Stres

    Kerja

    1.

    Pendekatan Farmakologis

    2.Pendekatan Perilaku

    3.

    Pendekatan Kognitif

    4.Meditasi dan Hipnosis

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    29/36

    29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu

    (quasi experiment) yang merupakan suatu penelitian dengan menggunakan

    dua kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum dan setelah

    perlakuan dengan menggunakan kelompok control. Menggunakan

    pendekatan non randomized pretest and posttest with control group design.

    Pada rancangan penelitian ini, subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang semuanya akan dilakukan

    pengukuran sebelum dan setelah dilakukan prosedur (Dahlan, 2008).

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di

    RSUD Kebumen pada bulan Mei 2014.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi Penelitian

    Populasi adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu

    (Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi target yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS)

    di RSUD Kebumen sejumlah 30 orang.

    29

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    30/36

    30

    2.

    Sampel Penelitian

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

    2006). Menurut Al Ummah (2009) ukuran sampel minimal dalam

    penelitian adalah 30 sampel. Penelitian ini mengambil 30 tenaga perawat

    Instalasi Bedah Sentral (IBS) yang diambil secara total sampling. Tenaga

    perawat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (diberikan

    terapi musik) dan kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik) dengan

    perbandingan 1:1 sehingga kelompok perlakukan sejumlah 15 perawat dan

    kelompok kontrol sejumlah 15 perawat. Kelompok perlakuan merupakan

    perawat dengan daftar sift nomer ganjil dan kelompok kontrol merupakan

    perawat dengan daftar sift nomer genap.

    Kriteria sampel yang ada dalam penelitian ini adalah kriteria

    inklusi dan eksklusi.

    a. KriteriaInklusi

    Merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel

    penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2008).

    Pada penelitian ini yang menjadi kriteria inklusiadalah :

    1)

    Perawat di di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kebumen.

    2) Bersedia menjadi responden

    3) Perawat tidak menggunakan obat-obatan penenang

    4) Tidak sedang menjalani meditasi hipnosis.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    31/36

    31

    b.

    KriteriaEksklusi

    Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

    sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

    (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusipada penelitian ini adalah : perawat

    mengalami sakit fisik/mental.

    D. Variabel Penelitian

    1.

    Variabel Bebas

    Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

    menentukan variabel terikat (Saryono, 2008). Variabel bebas dalam

    penelitian ini adalah terapi musik.

    2.

    Variabel Terikat

    Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi (Saryono, 2008).

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres kerja pada perawat.

    Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kebumen.

    E. Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1 Terapi

    musik

    Musik yang

    diperdengarkan pada

    perawat setelah

    menjalani

    pekerjaannya

    menggunakan

    Menggunakan

    handphone dan

    headset sesuai dengan

    musik yang disukai

    selama 10-20 menit

    Menggunakan

    handphone

    dan headset

    yang berisi

    beberapa jenis

    musik.

    Dikelompokan

    menjadi 2 kelompok

    yaitu :

    0.

    Kelompok

    kontrol

    1.

    Kelompok

    perlakuan

    Nominal

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    32/36

    32

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    2 Streskerja

    pada

    perawat.

    Suatu reaksi tubuhterhadap situasi yang

    menimbulkan tekanan,

    perubahan dan

    ketegangan emosi

    pada perawat yang

    diukur menggunakan

    Depression Anxiety

    Stres Scale 21 (DASS

    21) 10 menit setelah

    menyelesaikan

    pekerjaan

    Menggunakankuesioner

    sebanyak 21

    soal dengan

    pengukuran

    linkert, skor

    untuk tiap

    jawaban 0-3

    berdasarkan

    Depression

    Anxiety Stres

    Scale 21

    (DASS 21).

    Diperoleh nilaiminimal 0 dan nilai

    maksimal 63 Nilai

    kemudian

    dikategorikan:

    1.0-7 (normal)

    2.

    8-9 (ringan)

    3.10-12 (sedang)

    4.13-16 (berat)

    5.>16 (Sangat

    berat)

    Ordinal

    F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis Data

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

    (Sugiyono, 2011). Data primer pada penelitian ini adalah data stress

    kerja perawat.

    b.

    Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan

    data sudah ada (Sugiyono, 2011). Data sekunder pada penelitian ini

    didapat dengan studi dokumen jumlah perawat di Ruang Instalasi

    Bedah Sentral RSUD Kebumen.

    2. Langkah - langkah Pengumpulan Data

    Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara membagikan

    kuesioner yang langsung diisi kepada responden. Peneliti dengan dibantu

    oleh asisten peneliti yang sebelumnya telah diberikan penjelasan tentang

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    33/36

    33

    cara pengisian kuesioner. Langkah-langkah pengumpulan data yang

    digunakan yaitu:

    a. Setelah mendapat izin dari pihak RSUD Kebumen, peneliti kemudian

    bekerja sama dengan perawat ruangan dalam pengumpulan data.

    b. Peneliti menginformasikan, menunjukkan serta mensosialisasikan

    kriteria sampel penelitian.

    c.

    Bila responden bersedia dan menandatanganiInformed Consentyang

    telah disediakan oleh peneliti. Jaminan kerahasiaan menjadi salah satu

    informasi yang disampaikan kepada responden. Bila responden tidak

    bersedia, maka responden punya hak untuk menolak ataupun

    mengundurkan diri karena suatu hal tanpa sanksi apapun.

    d. Pengisian lembar observasi penelitian ini dilakukan secara manual

    yang terdiri dari :

    1) No. Responden

    2) Insial Nama perawat

    e. Pengukuran pre test stres kerja pada perawat pada kedua kelompok

    f.

    Prosedur Terapi musik

    1)

    Memposisikan perawat untuk duduk rileks.

    2) Memberikan handphone dan headset yang berisi beberapa jenis

    musik.

    3) Menganjurkan perawat memilih musik yang disukai.

    4) Menganjurkan perawat untuk mendengarkan musik yang

    disukainya selama 10-20 menit.

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    34/36

    34

    g.

    Pengukuran stress kerja dilakukan setelah dilakukan perlakuan terapi

    musik pada kedua kelompok.

    G. Teknik Analisa Data

    Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data merupakan kegiatan untuk

    menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan teknik-

    teknik tertentu. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kualitatif,

    sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Khusus

    untuk analisis kuantitatif, dapat dilakukan secara manual atau menggunakan

    program komputer. Kegiatan analisis data meliputi analisis univariat dan

    analisis bivariat. Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariate

    (analisis deskriptif) dan analisis bevariate (analisis uji hipotesis).

    1.

    Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

    Analisis univariat (deskriptif) digunakan untuk menjelaskan atau

    mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, berupa distribusi

    frekwensi atau grafik. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    f

    P = -------- x 100%

    N

    Keterangan:

    P = angka pesentase

    f = frekuensi

    N = banyaknya responden (Sugiyono, 2011).

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    35/36

    35

    2.

    Analisis Bivariat (Uji Hipotesis)

    Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu

    variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui

    efektifitas terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah

    Sentral (IBS) di RSUD Kebumen menggunakan t-testindependentdengan

    rumus sebagai berikut:

    Rumus untuk t test independentadalah

    Dimana nilai s diperoleh dari rumus :

    Selanjutnya hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel, tabel t yang

    digunakan dengan derajat bebas (df=db=dk)=n-1, apabila t hitung > t

    tabel, maka Ho ditolak, menerima Ha (Riwidikdo, H, 2009).

    H. Etika Penelitian

    Etika dalam penelitian keperawatan meliputi :

    1.

    Inform Consent

    Tujuannya agar responden mengikuti maksud dan tujuan penelitian

    serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia

    menjadi responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan

  • 7/24/2019 Jtstikesmuhgo Gdl Febrirista 1457 1 Babi III

    36/36

    36

    menjadi responden. Jika subjek menolak menjadi responden maka peneliti

    tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

    2. Anomity

    Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

    memberi nama responden kepada lembar pengumpulan data (kuisioner

    yang diisi oleh responden). Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

    3.

    Confidentiality

    Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

    maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah

    dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.