jurnal 12.1 dan 12.2

Upload: lely2014

Post on 27-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    1/26

    Disusun Oleh:

    Tri Aprilian Jani 041414253001

    Refivia Audie C. 041414253013

    Yulliana Ekaningrum 041414253030

    Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Airlangga

    Environmental

    and Social

    Management

    Accounting

    November

    2015

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    2/26

    ENVIRONMENTAL MANAGEMENT ACCOUNTING: ROADBLOCKS ON THE

    WAY TO THE GREEN AND PLEASANT LAND

    By Roger L Burritt, 2004

    INTRODUCTION

    Environmental Management Accounting (EMA, lihat Table 1) telah menerima

    perhatian yang dipertimbangkan dalam beberapa tahun ke belakang (Ansari et al., 1997, pp.

    4-5; Bennett dan James, 1998b; Schaltegger dan Burritt, 2000; Gray dan Bebington, 2001).

    Dampak dan insiden lingkungan perusahaan sedang menuju pada konsekuensi moneter yang

    lebih besar bagi organisasi yang perlu untuk dimanaj (Shaltegger dan Burritt, 2000, p.31);

    promosi oleh badan dan pemerintahan internasional (contohnya Tellus Institute, the United

    Nations Division for Sustainable Development international experts group on Environmental

    Management Accounting (UNDSD EMA) dan the United Nations Environment Programme

    (UNEP)) serta penerimaan sukarela oleh manajemen dari kebutuhan untuk membahas isu

    lingkungan perusahaan dalam rangka untuk memaintain legitimasi perusahaan (Deegan,

    2002). Bidang tools EMA sekarang tersedia untuk para manajer (Burritt et al., 2002a, METI,

    2002) dan diskusi reguler perkembangan EMA pada konferensi dan workshops sekarang

    sudah menjadi suatu norma.

    Kritik dasar environmental dari akuntansi manajemen konvensional adalah bahwa

    hal tersebut sebagian besar mengabaikan identifikasi yang terpisah, klasifikasi, pengukuran

    dan pelaporan informasi lingkungan, khususnya biaya lingkungan. Dengan pertimbangan

    kecenderungan sebelumnya dari perusahaan-perusahaan tidak untuk menyoroti biaya

    lingkungan mereka, beberapa studi telah mencoba untuk mengembangkan:

    Apakah biaya environmental itu (lihat UNDSD, 2001)?

    Biaya lingkungan mana yang secara potensial penting (Bennett dan James, 1997)? Dan

    Apakah biaya lingkungan signifikan? (Ditz et al., 1995)?

    Untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, biaya lingkungan telah

    diklasifikan dalam beberapa cara yang berbeda. Lima klasifikasi yang sepertinya harus

    menerima perhatan khusus, berdasarkan:

    i.

    Akuntansi biaya konvensional (Horngren et al., 2003; Schaltegger dan Burritt, 2000)

    job dan proses; langsung dan tidak langsung; historis dan standar; fixed dan variabel;

    ordinary dan extraordinary;

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    3/26

    ii. Dapat diukur (USEPA, 1995a, p. 14) konvensional, indirect hidden, lebih sedikit

    tangible, contingent; dan sosial (eksternalitas); hal yang dapat diukur telah menjadi fokus

    beberapa studi kasus dalam akuntansi manajemen lingkungan;

    iii. Kualitas (Ansari et al., 1997, p. 5) pencegahan, penilaian (appraisal), pengendalian

    (kegagalan internal) dan kegagalan eksternal;

    iv.

    Life cycle dan aktivitas (Kreuze dan Newell, 1994) life cycle, research and

    development, desain, produksi, dan lain sebagainya; activity based, unit, batch,

    keberlangsungan produk dan biaya tingkat fasilitas; dan

    v.

    Target audience (Schaltegger dan Burritt, 2000; Burritt et al., 2002a, p. 32) internal

    (manajer dan karyawan); eksternal (shareholders, agen pajak, agensi lingkungan,

    supplier, kreditor, masyarakat umum, komunitas lokal, organisasi non profit, dan lain

    sebagainya).

    Relevansi biaya lingkungan tergantung pada pertimbangan bidang. Hal ini termasuk i)

    fungsi manajemen (misalnya pengambilan keputusan memerlukan biaya lingkungan masa

    depan dari alternative yang berbeda, pengendalian memerlukan sebuah perbandingan antara

    biaya lingkungan yang diharapkan dan aktual; akuntanbilitas internal didasarkan pada

    visibilitas biaya lingkungan); ii) keputusan spesifik yang dibuat (misalnya modal investasi,

    kapasitas lokasi atau closure, desain produk atau proses desain); iii) peran manajer dalam

    value chain (missal desain atau produksi); iv) tingkat tanggung jawab manajer (missal top

    manager atau manajer pembelian) dan v) sistem penialaian (reward individu yang didasarkan

    pada penggunaan dari biaya lingkungan yang dicapai sebagai ukuran kinerja individu).

    Pada paper ini, pertama, untuk hal yang telah tekonsentrasi dengan perkembangan

    atau promosi EMA dan cara-caranya telah disusun. Sejumlah batasan atau rintangan

    dipertimbangkan. Tabel 2 menggarisbesarkan sejumlah kunci kritik lingkungan dari

    akuntansi manajemen konvensional. Kritik tersebut antara lain sebagai berikut:

    Biaya lingkungan diasumsikan tidak menjadi penting;

    Biaya lingkungan tidak langsung dikumpulkan dengan business overheads umum;

    Teknik penilaian kinerja terlalu sempit dan jangkanya pendek dalam fokus mereka;

    Penilaian investasi meniadakan pertimbangan lingkungan;

    Kurangnya perhatian untuk artikulasi saham danflows;

    Fokus yang sempit pada manufaktur;

    Aturan akuntansi keuangan yang dominan;

    Efek motivasi; dan

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    4/26

    Tidak adanya akuntansi untuk eksternalitas.

    Kedua, tantangan dan kesempatan untuk EMA di masa depan disusun, sebelum

    kesimpulan digambarkan dalam hubungan untuk kesempatan riset yang potensial.

    KEY PROBLEMS WITH CONVENSIONAL MANAGEMENT ACCOUNTING ON

    THE ROAD TO A GREEN AND PLEASANT LAND

    Para akademisi dan praktisi keduanya merespon masalah akuntansi manajemen

    konvensional dalam pencarian mereka untuk suatu penimgkatan sistem akuntansi

    manajemen lingkungan. Masalah ini diuraikan dan direspon dengan singkat di bawah ini.

    Environmental costs are assumed not to be signi fi cant

    Respon akademisi: menjelaskan biaya lingkungan dalam lima tingkat (USEPA,

    1995a). secara terpisah mengindentifikasi dan memanaj biaya lingkungan yang signifikan

    (Ditz et al., 1995). Respon praktisi: mayoritas kasus hanya mempertimbangkan lingkungan

    pribadi internal tingkat 0 (konvensional) dan tingkat 1 (hidden) biaya lingkungan (Graff et

    al., 1998, p. 1139).

    I ndi rect environmental costs are lumped in with general business overheads

    Respon akademisi: mengidentifikasi dan mengukur biaya lingkungan (USEPS,

    1995a). meninjau kembali alokasi berdasarkan pemisahan biaya lingkungan tidak langsung

    menggunakan ABC untuk mengurangi cross-subsidization dari produk kotor, proses, sites

    dan departemen. Respon praktisi: kebanyakan studi kasus membahas isu ini.

    Performance appraisal techni ques are too nar row and shor t term in their focus

    Respon akademisi: BSC termasuk pengukuran fisik jangka panjang dan moneter

    lingkungan. Respon praktisi: perhatian yang tidak cukup terhadap penggunaan dalam

    penilaian kinerja data akuntansi manajemen lingkungan (Burrtitt et al., 2002b).

    Implementasi praktik dari arus material biaya akuntansi mengilustrasikan cara cost

    centre material costs mana yang dimanipulasi (misal penamaan kembali nilai material yang

    tinggi dan kesalahan posting, penggunaan volume yang muncul untuk menurunkan cost

    centre, sehingga menurunkan biaya) (Eco-effizienz, 2002, p. 2).

    I nvestment appraisal excludes envir onmental considerations

    Respon akademisi: perubahan cash flows, tingkat diskon dan termasuk nilai opsi.

    Respon praktisi: hampir semua proyek menghitung suatu NPV untuk proyek, tetapi

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    5/26

    kebanyakan mengabaikan nilai opsi (Graff et al., 1998, p. 12)NPV terendah dari 24 kasus

    dikurangi US$1,4mn, tertinggi US$11.6mn, NPV khusus US$10.000100.000.

    Lack of attention to articulation of stocks and f lows

    Respon akademisi: akun terintegrasi untuk mengartikulasi saham dan flows

    (Schaltegger dan Burritt, 2000). Kurangnya artikulasi; contohnya, UNDSD (2001, p. 6)

    mengklaim adanya ketidak-ekuivalen-an dari aset dan kewajiban dalam akuntansi manajemen

    lingkungan.

    Penilaian kewajiban dalam moneter untuk pengambilan keputusan manajemen diuji

    oleh USEPA (1996, p. 13) tetapi hanya situasi yang direkomendasikan ketika mereka

    mungkin membuat perbedaan terhadap penilaian investasi.

    Respon praktisi: asset lingkungan sebagian besar diabaikan. Kewajiban lingkungan

    tidak diartikulasikan.

    A narrow focus on manufacturi ng

    Respon akademisi: analisis value chain. Analisis siklus hidup dan life cycle costing

    (cradle to grave). Integrated Product Policy (EC, 2001). Supply Chain Management untuk

    mengharuskan produsen untuk mensupply data kunci selama rantai produk dalam industri

    elektronik. Respon praktisi: kasus dieksplor pada fokus yang lebih luas. Analisis value chain.

    Yakima Olympia Corporation, perusahaan yang terintegrasi secara vertikal tetapi produk

    hutan non-logging telah memilih antara clear cutting dengan teknologifeller/skidder/buncher

    atau verder/forwarder (Shank dan Govindarajan, 1992).

    Integrated Product Policy (IPP) diperkenalkan di European Communities untuk

    menghubungkan bisnis danstakeholders lainnya. IPP dansupply chain management. Sebagai

    contoh, European and Communications Technology Industry Association untuk mendorong

    produsen untuk mensupply data kunci sepanjang rantai produk dalam industri elektronik dan

    End of Life Vehicles Directive mendorong ke arah aliansi strategi untuk pengumpulan

    informasi mengenai material-material (International Material Data System).

    Dominant financial accounting ru les

    Respon akademisi: relevansi akuntansi manajemen konvensional hilang karena

    dominansi aturan akuntansi keuangan (Kaplan, 1984; Johnson dan Kaplan, 1987). Respon

    praktisi: relevansi dan penggunaan akuntansi manajemen lingkungan merupakan informasi

    yang tidak secara umum diarahkan pada tahapan ini.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    6/26

    Motivational eff ects

    Respon akademisi: kurangnya motivasi selama perencanaan, implementasi, dan

    pengendalian (Otley, 2001). Respon praktisi: belum secara luas dieksplor dalam manajemen

    akuntansi lingkungan.

    Absence of accoun ting for externalities and social cost issues(tier 4 social costs)

    Respon akademisi: campuran aturan dari perluasan instrument kebijakan untuk

    memasukkan self-regulation, kolaborasi dan inisiatif sukarela, dengan pergeseran skala dari

    penyelenggaraan pelanggaran dan pembalikan kebijakan jika bisnis tidak mendemontrasikan

    komitmen sukarela (Li, 2001). Memperkenalkan suatu full cost accounting sistem akuntansi

    manajemen lingkungan sebagai suatu cara mengurangi pengawasan pengatur dan

    pelanggaran yang terkumpul.

    Respon praktisi: kebanyakan studi kasus mengabaikan eksternalitas dan fokus pada

    aktual daripada biaya lingkungan private yang diharapkan dari bisnis. Di mana eksternalitas

    dihitung (misalnya ex post values travel cost, hedonic pricing, averting behavior, ex ante

    values contingent valueation, dan sebagainya) kualitas dari informasi kurang tetapi lebih

    baik daripada estimasi nol (Graff et al., 1998, p. 12).

    Memberikan pertumbuhan akademisi dan ketertarikan praktisi dalam manajemen

    akuntansi lingkungan, ketersediaan tools EMA dan promosi aktivitas dari berbahai institusi,

    pertimbangan kebutuhan diberikan pada tantangan tersebut. Sepuluh hal tersebut diuji secara

    singkat pada bagian selanjutnya.

    SOME CHALLENGES FOR THE FUTURE

    I nductive theory and the dir ection of case studies

    Tingkat studi kasus dalam akuntansi manajemen lingkungan berangsur-angsur

    terbangun, berdasarkan pengalaman organisasi dalam praktik (llihat tabel 3 dan 4). Studi

    kasus selanjutnya dilakukan dalam tiap kategori utamaaspek fisik dan moneter dari analisis

    biaya lingkungan, penilaian investasi, dan kinerja manajemen (termasuk perencanaan dan

    pengendalian) dalam tingkat negara dan budaya. Hal ini harus memberikan dasar yang cukup

    dari beberapa generalisasi mana yang dapat digambarkan dalam relasi untuk observasi

    praktik manajemen dalam membangung hubungan yang berkelanjutan dan praktik dalam

    situasi konflik, kompetisi, kerjasama, dan perbedaan kekuatan. Untuk tujuan ini, kritis untuk

    membangun hubungan dengan organisasi sehingga penelitian longitudinal dapat dilakukan.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    7/26

    Bouma dan van der Veen (2002, p. 279) mengobservasi bahwa kebanyakan penelitian

    di akuntansi manajemen lingkungan adalah preskriptif, mendukung pengembangan tools

    selanjutnya, dan sering didasarkan pada jumlah studi kasus yang terbatas. Penelitian empiris

    dalam akuntansi manajemen lingkungan (misalnya Bouma dan Walters, 1998) adalah langka

    dan lebih difokuskan pada penjelasan pernyataan implementasi saat ini daripada menganalisis

    atau evaluasi secara kritis ekfektivitas dari tools baru. Mereka merekomendasikan untuk

    meningkatkan pemahaman yang mendalam dalam menyebarkan praktik EMA dan untuk

    mengaplikasikan teori EMA ke adopsi dan efektivitas praktik EMA (Bouma dan Walters,

    1998, p. 279). Sebagaistarting point-nya, Bouma dan Walters melakukan ini dalam konteks

    biaya lingkungan menggunakan teori kontijensi dan teori institusional dalam operasional,

    model, koalisi, dan tingkat nilai. Analisis dapat diperluas untuk tiap tools akuntansi

    manajemen lingkungan yang tercakup dalam sistem yang komprehensif (Burritt et al.,

    2002a).

    Small and medium sized enterpr ises (SMES) and enterpr ises in developing countr ies

    Studi kasus cenderung berfokus pada self selecting organization (namun perhatikan

    pengecualian, e.g Ditz et al., 1995) biasanya organisasi yang besar atau dengan lingkungan

    sensitif, atau multi national melihat untuk meningkatkan legitimasi dengan para pemangku

    kepentingan. Dalam perusahaan yang lebih besar stuktur organisasi divisional dapat

    digunakan untuk mengedukasi dan melatih manajer dalam environmental awareness.

    Memiliki awareness internal ini, mereka dapat dibekali untuk menjalankan total bisnis.

    Studi kasus yang ada dalam akuntansi manajemen lingkungan berguna sebagai

    pemahaman biaya lingkungan, material flows, dan potensi untuk akuntansi manajemen

    lingkungan. Tetapi, jika mayoritas luas bisnis (small dan medium sized dan di negara

    berkembang) tidak terikat dalam proses pendekatan holistic untuk membahas isu lingkungan

    perusahaan, tidak akan memberikan hasil.

    Beyond win-win

    Perkembangan teoritis diperlukan untuk membantu mengarahkan praktik dan pembuat

    kebijakan di luar win-win outcomes. Pandangan konvensional bahwa dampak lingkungan dari

    bisnis mengarah pada biaya bersih bisnis, dan tidak akan mengarah pada win-win outcomes,

    hanya secara implisit mempertimbangkan pilihan situasi ketika terdapat biaya bersih untuk

    bisnis. Studi kasus di mana terdapat trade-off antara lingkungan dan ekonomi, atau

    lingkungan dan sosial, outcomes tidak akan ternilai, karena mereka akan membantu

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    8/26

    menghasilkan mind set baru unruk para manajer dimana hal tersebut dibiarkan bagi

    lingkungan untuk dilihar sebagai pilar kunci keberlangsungan dalam beberapa peristiwa.

    I s pure physical inf ormation environmental management accounting information?

    BSC akan relevan untuk tujuan khusus, misalnya kalkulasi dari berbagai eco-

    efficiency, eco-effectiveness, dan pengukuran eco-equity. Meskipun demikian, menimbulkan

    sebuah filosofi dari konservasi perushaan mungkin memerlukan suatu periode, fokus yang

    berurutan sepenuhnya pada indikator lingkungan. Dalam keadaan iniscorecards yang relevan

    akan lebih penting daripada BSC. Misalnya, melalui ecological footprints (Barrett dan Scott,

    2001) dan rucksacks (Chambers dan Lewis, 2001), bisnis mungkin berharap untuk

    memberdayakan karyawannya dengan pemikiran bahwa tindakan mereka dapat membantu

    memelihara lingkungan dan tempat kerja mereka atau membuat pelanggan sadar akan

    footprint lingkungan mereka, misalnya ketika mereka melakukan penerbangan (contoh

    kalkulator emisi SAS).

    Implikasinya dalah bahwa informasi fisik yang murni dapat dianggap sebagai

    akuntansi manajemen lingkungan, tetapi hal ini hanya dapat membentuk bagian sistem

    komprehensif. Apa yang menjadi sebagai issu merupakan identifikasi keadaan di mana

    akuntansi manajemen lingkungan komprehensif merupakan, atau seharusnya memberikan

    manfaat bagi bisnis (Solomon, 1965; Johnson dan Kaplan, 1987, dan Kaplan dan Norton,

    1996).

    Software systems

    Pengembangan sistem software yang murah namun reliabel dan kualitas tinggi akan

    menjadi satu penolong untuk penanganan akuntansi maajemen lingkungan oleh bisnis yang

    lebih kecil. Dalam survei yang berguna, pertanyaan-pertanyaan berikut ini dibahas (USEPA,

    1995b).

    Tools dan sistem software apa yang mendukung dan memperbolehkan pemenuhan

    komprehensif dari biaya lingkungan?

    Tools dan sistemsoftware apa yang mendukung life-cycle costing (LCC)?

    Arah apa yang memungkinkan software dan tools developers mengeksplore untuk

    mengevaluasi secara kritis dan memodifikasi produk mereka untuk memecahkan

    informasi dan kebutuhan baru?

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    9/26

    Arah penelitian apa yang tepat berdasarkan current state dan batasan dari ketersediaan

    tools dansoftware?

    I s the distinction between i nternal and external stakeholders useful?

    Anggapan bahwa akuntansi manajemen lingkungan memiliki fokus pada penggunaan

    internal dari informasi adalah ruitketika hal tersebut disadari bahwa sebagai bagian dari

    proses manajemen informasi internal yang detail terkadang dibagikan dengan manajemen

    dari beberapa bagian yang dipertimbangkan secara konvensional untuk menjadi bagian luar

    organisasi: misalnya, provisi informasi untuk supplier dan pelanggan sebagai bagian dari

    proses bisnis (Schaltegger et al., 2002).

    Isu stakeholders internal dan eksternal juga muncul dalam konteks pemahaman

    perbedaan antara akuntansi manajemen lingkungan dan akuntansi biaya lingkungan.

    Misalnya, Howes (2002, p. 3) memberikan sebuauh pendahuluan dan panduan praktik untuk

    akuntansi biaya lingkungan yang terbagi dalam dua bagian akuntansi biaya lingkungan

    internal dan eksternal. Analisis tidak didasarkan pada pembedaan antara informasi akuntansi

    untuk stakeholders internal dan eksternal. Internal diambil untuk mengartikan lingkungan

    aktual yang terkait dengan ekspenditur (pengeluaran), sedangkan eksternal diambil untuk

    mengartikan estimasi yang dihitung untuk mengurangi dampak lingkungan dari bisnis untuk

    tingkat yang diterima secara sosial (Howes, 2002, p. 27).

    Secara ringkas, terdapat proges dalam pemahaman hubungan antara akutansi

    manajemen lingkungan, akuntansi manajemen, dan akuntansi keuangan. Meskipun demikian,

    hubungan antara biaya akuntansi lingkungan dan akuntansi manajemen lingkungan tetap

    membingungkan dan terbuka untuk klarifikasi lebih lanjut melalui penelitian dan penilaian

    klasifikasi internal/eksternal dari penggunaan informasi akuntansi manajemen lingkungan.

    Performance management

    Pengukuran kinerja dan sistem penilaian dijelaskan oleh Gray dan Bebbington (2001,

    p. 59) sebagai poin-poin di mana, jika organisasi serius akan dampak lingkungan,

    mempertimbangkanflow lingkungan ke dalam seluruh prosedur dan kebijakan bisnis:

    Secara kritis kebanyakan isu lingkungan harus menjadi sebuah faktor inti

    dalam rancangan dan operasi sistem keuangan dan sistem penilaian kinerja,

    insentif, dan reward.

    Gray dan Bebbington (2001, p. 59) mengobservasi bahwa terdapat banyak retorika

    kosong dalam area ini.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    10/26

    Penilaian kinerja yang tidak termasuk dalam dampak yang berhubungan dengan

    lingkungan dari individual dan unit organisasi (profit centres atau cost object) tidak mungkin

    untuk memproduksi perilaku yang diinginkan oleh seorang komite top manajemen. Area ini

    secara jelas menginginkan penelitian kerja lebih lanjut. Penggunaan indikator lingkungan

    dalam sistem penilaian kinerja tetap berada pada tahapan pengembangan paling awal.

    Should business try to assess external ities?

    Suatugapberlanjut pada keberadaan antara teori full cost accounting (Bebbington et

    al., 2001) dan praktik di mana bisnis tidak melakukan identifikasi eksternalitas.

    Adopsi yang lambat dari full cost accounting untuk eksternalitas dihubungkan ke

    proses kompetitif. Sebagai contoh, Ontario Hydro, penghasil energy, dikutip sebagai satu

    eksemplar dari organisasi yang diidentifikasi dan diperhatikan untuk eksternalitas dalam

    perencanaan dan keputusan investasinya (Epstein, 1996; Boone dan Howes, 1996; Mathews

    dan Lockhart, 2001). Full costs ini dilihat sebagai biaya dalam melakukan bisnis, tertapi

    kerjasama dan kompetisi berarti bahwa pertimbangan eksternalitas menjadi suatu hal yang

    mewah.

    Beberapa cara dari pendorongan bisnis untuk memasukkan eksternalitas dalam

    pembuatan keputusan telah mereka sarankan (Bebbington et al., 2001, p. 16; Gray, 2001, pp.

    12 14), tetapi kurangnya adopsi dalam suatu situasi kompetitif berarti bahwa pendekatan

    non-voluntary mungkin diperlukan.

    Costing

    Para akademisi memiliki pertimbangan yang panjang mengenai masalah alokasi

    biaya. Thomas (1974) mengatakan alokasi tertentu tidak dapat diperbaiki; hal tersebut dapat

    dikatakan, tidak ada justifikasi teoritis dapat diberikan untuk membagi common cost dari

    single input menjadi dua output (misalnya menghubungkan biaya listrik untuk menggerakan

    pabrik produksi dengan individual unit dari output hanya dapat didasarkan pada aturan

    arbitrer yang praktis). Zimmerman (1979) mensugestikan bahwa alokasi biaya dapat dipakai

    sebagai proxy untuk opportunity cost yang sulit diobservasi untuk memotivasi manajer.

    Burritt (1997) berargumen bahwa identifikasi akurat dari biaya lingkungan tidak langsung

    dan dapat ditelusuri adalah palsu dan dapat mennyesatkan jika tujuan manajemen adalah

    deliberate dan transparan.

    The US General Accounting Office (1992) menyadari masalah bahwa sistem

    akuntansi manajemen konvensional tidak menelusuri biaya lingkungan ke proses produksi

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    11/26

    khusus, malah memasukkannya sebagai bagian dari general overhead untuk diserap oleh

    seluruh produksi.

    Recognizing the poli tical, legal, techn ical, economic and social setting of i nformation use

    Secara umum, akuntansi manajemen lingkungan muncul untuk menjadi bagian dari

    penemuan kembali akuntansi manajemen. Tetapi informasi akuntansi merupakan bagian dari

    perencanaan politis dan proses pengendalian. Pengaturan anggaran dan standar merupakan

    proses political bargaining, sehingga pertimbangan perilaku menjadi penting ketika melihat

    pad acara informasi akuntansi manajemen lingkungan digunakan.

    Sistem pengendalian harus memotivasi perundingan perencanaan melalui pengaturan

    anggaran realistis, memotivasi komitmen untuk menyimpan rencana ke dalam tindakan dan

    memotivasi sikap positif terhadap pengukuran kinerja yang digunakan oleh top management

    untuk meningkatkan dan memaintain pengendalian yang efektif. Akuntansi manajemen

    lingkungan mungkin memiliki tools yang tepat tetapi tidak memproduksi hasil yang

    diinginkan karena masalah perilakustudi lebih lanjut dibutuhkan dalam area ini.

    Misalnya, dapatkah beberapa masalah ini dihindari melalui: komitmen top

    management kepada tujuan lingkungan dan mendukung untuk implementasi suatu tanggung

    jawab lingkungan sistem akuntansi di mana area yang jelas dari tanggung jawab dampak

    lingkungan didefinisikan; manajer terlibat dalam memformulasikan target untuk yang mana

    mereka akan melaksanakan tanggung jawab; dan pengenalan dari sistem insentif positif untuk

    penerimaan target reward, daripada informasi konvensional yang negatif diproduksi oleh

    sistem pengendalian anggaran konvensional? Atau apakah kasus ini merupakan kasus yang

    perubahannya radikal dalaml struktur kepemimpinan dan pengendalian diperlukan untuk

    memindahkan ke arah respon perilaku oleh manajer yang melaksanakan konservasi dari

    lingkungan dan peningkatan kinerja lingkungan?

    CONCLUDING COMMENT

    Debat mungkin berlanjut mengenai isu-isu ini, khususnya: biaya lingkungan mana

    yang relevan terhadap bisnis dan mana yang harus dkakui dan diukur; proses eksternalitas

    yang mana yang mungkin dilibatkan atau dimasukkan dalam sistem akuntansi manajemen

    lingkungan; dan ketidaksamaan menyempurnakan EMA sampai selesai.

    Beberapa isu lain untuk studi kasus terkait biaya, penilaian investasi dan evaluasi

    kinerja meliputi sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    12/26

    I nvetment appraisal. Pentingnya batasan dalam memperpanjang durasi investasi, dampak

    lingkungan dan biaya perlu untuk dibahas. Misalnya, dapatkah akuntansi manajemen

    lingkungan digunakan untuk mendemonstrasikan kebutuhan negara berkembang untuk

    membahas keusangan lingkungan dari bagungan dan equipment, bahkan dalam

    menghadapi kelangsungan hidup ekonomi? Pertimbangan politis mungkin mempengaruhi

    kata terakhir di sini sebagai intangibles seperti, cotohnya, opportunity cost dari

    pembatalan opportunity perlindungan lingkungan (Schaltegger dan Burritt, 2002), tidak

    dapat dimanfaatkan dalam beberapa aturan politis, sedangkan suatu fasilitas produksi

    yang bersih membiarkan suatu pengingat tangible yang positif untuk para voters dan

    mungkin lebih mudah untuk digunakan.

    Costing. Standar pembiayaan berguna dalam mengatur cost situation. Standar

    pembiayaan dipengaruhi oleh perbaikan yang berkelanjutan dari hubungan yang diatur.

    Penggunaan yang tidak fleksibel dari standar pembiayaan dalam prakti mungkin dapat

    bertindak sebagai halangan untuk pengurangan material.

    Juga, meskipun klasifikasi biaya konvensional telah digunakan sebagai cara dari

    pennyusunan informasi mengenai lingkungan, tidak semua sifat konvensional telah

    ditekan sebanyak yang memungkinkan. Misalnya, isu manajemen yang tergabung dengan

    perbedaan antara engineered cost dan discretionary memainkan sebuah peran dalam

    kesuksesan keseluruhan dari isu dematerialization di mana engineered cost diubah

    menjadi discretionary costs, tetapi dapat mengarahkan pada proporsi yang lebih lluas dari

    discretionary cost yang dapat dimanipulasi.

    Demikian juga, pengurangan daur ulang, output yang rusak, sisa dan limbah juga

    merupakan lingkungan yang diinginkan dan tujuan ekonomi. Ketiganya, daur ulang, sisa

    dan limbah, mengarah pada sumber daya yang sia-sia tetapi terdapat penyebab multiple

    terkait dengan kualitas material yang digunakan, durasi dan kualitas mesin dan metode

    manufaktur yang digunakan, training yang tidak memadai dari para pekerja, dan lain

    sebagainya. Penelusuran biaya, seperti material flows, mungkin membantu

    mengidentifikasi scope bagi penggunaan material yang dikurangi, tetapi hanya

    pemahaman dari penyebab multiple (teknis dan perilaku) akan membantu meningkatkan

    pengendalian dan tindakan yang mengarahkan pada pengurangan dampak lingkungan dan

    kinerja yang lebih baik.

    Performance management.Benchmarking sedang meningkat dalam pentingnya sebagai

    suatu cara dari pembandingan kinerja terhadap kompetisi. Selain itu, BSC juga digunakan

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    13/26

    untuk meningkatkan nilai stakeholders, menempatkan kepentingan lingkungan di

    dalamnya berdasarkan pada aturan yang dapat diterima dari indikator lingkungan dan

    dalam waktu bersamaan memulai untnuk berfokus pada konflik yang tidak dapat

    dihindari denganstakeholders lainnya.

    Studi penelitian tambahan dibutuhkan:

    Memberikan informasi lingkungan yang relevan untuk keputusan praktik yang

    melibatkan dampak lingkungan perusahaan di dalam pemerintahan lokal dan operasi

    komersial pemerintahan lainnya dan organisasi non-profit;

    Menyertakan pertimbangan jangka panjang (strategi) dalam pembuatan keputusan

    perusahaan, perencanaan, dan proses pengendalian (jangka pendek dan panjang);

    Menggunakan kerangka yang jelas yang menyertakan informasi mengenai saham

    lingkungan;

    Menghindari arbitrase mekanisme alokasi biaya yang mendorong outcomes lingkungan

    yang berlawanan; dan

    Berpindah kearah integrase indikator lingkungan kinerja individu, kelompok, dan sub-

    unit dan seluruh aspek dari value chain perusahaan misalnya, integrase ecological

    footprints.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    14/26

    THE INTERACTION BETWEEN ENVIRONMENTAL ACCOUNTING PRACTICES

    AND EARNINGS MANAGEMENT

    ByDr. Toukabri Mohammed et al, 2014

    Abstract

    Artikel ini membahas perilaku manajer dalam fenomena manajemen laba oleh akrual

    diskresioner. Lebih khusus, artikel ini menganalisa dampak praktek masalah keagenan yang

    berfokus pada pengaruh corporate social responsibility dalam mengurangi atau

    meningkatkan manajemen laba. Menurut teori keagenan, kami menyarankan bahwa direksi

    bertindak dalam kepentingan mereka sendiri ketika ada masalah keagenan, pemesanan

    akumulasi pengeluaran diskresioner untuk memaksimalkan bonus mereka. Selain itu, kami

    mengharapkan komitmen yang tinggi oleh perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosial

    yang dapat meringankan masalah agensi. Namun, hasil empiris tidak konsisten dengan

    kerangka penelitian teoritis kami. Kami menemukan bahwa di satu sisi kegiatan CSR tidak

    mendorong manipulasi akuntansi, dan di sisi lain akrual diskresioner tidak berhubungan

    positif dengan CSR.

    Keywords: Earnings Management, Corporate Social Disclosure, Stakeholders, Agency

    Theory

    1. Introduction

    Laba akuntansi adalah salah satu informasi dalam evaluasi kinerja perusahaan yang

    menarik perhatian sebagian besar pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

    Informasi akuntansi memfasilitasi tidak hanya untuk membedakan antara perusahaan yang

    mampu berkinerja baik atau buruk, akan tetapi juga untuk membantu distribusi sumber daya

    yang efisien dalam pengambilan keputusan (Healy dan Wahlen, 1999). Dalam konteks ini,

    akuntansi laba adalah ketika dimana manajer memajukan kepentingan mereka sendiri dengan

    mengorbankan perusahaan dan pemegang saham, dengan demikian perilaku ini dianggap

    sebagai masalah keagenan. Sebagai konsekuensi dari informasi keuangan eksak yang

    diungkapkan oleh manajer, pemegang saham dapat membuat keputusan keuangan dan

    operasional yang tidak optimal, yang dapat mewakili biaya agensi dalam memproduksi atau

    menciptakan manipulasi laba. Selanjutnya, pada bagian kedua, perhatian difokuskan pada

    konsekuensi dari pengungkapan social. Bagian ketiga membahas kontribusi dari

    pengungkapan sosial kepada investor. Dengan demikian, studi empiris ditetapkan pada

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    15/26

    bagian keempat. Bagian kelima membahas mengenai pendekatan dan hasil empiris. Pada

    bagian terakhir kami menyajikan kesimpulan.

    2. Review of Literature

    2.1 The impact of corporate responsibi li ty disclosure

    Definisi CSR yang ditentukan oleh Bowen (1953) adalah tanggung jawab perusahaan

    untuk memahami tujuan dan nilai-nilai masyarakat terhadap kebijakan, pilihan keputusan dan

    mengikuti arahan tindakan. Carroll (1979) menjelaskan CSR sebagai tanggung jawab sosial

    perusahaan terhadap masyarakat yang mencangkup bidang ekonomi, hukum, moral dan

    kebutuhan diskresioner lainnya. Dalam konteks ini, untuk menyoroti pentingnya tanggung

    jawab sosial perusahaan kita mempertimbangkan legitimasi bisnis. Legitimasi didefinisikan

    sebagai sumber daya yang sangat penting bagi kelangsungan organisasi. Karya-karya

    penelitian yang menjelaskan insentif perusahaan dalam praktek CSR biasanya mengandalkan

    teori legitimasi. Menurut Ullmann (1985) inovatif terkait dengan teori legitimasi kepada para

    pemangku kepentingan yang dominan. Dalam program kegiatan CSR, perusahaan mencapai

    lisensi untuk beroperasi (Porter dan Kramer, 2006). Baik pemerintah maupun masyarakat

    memberikan otorisasi implisit atau eksplisit kepada perusahaan untuk melakukan bisnis.

    Praktek dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan meningkatkan reputasi

    dengan pemangku kepentingan (Orlitzky et al., 2003). Citra positif ini pada gilirannya akan

    membantu perusahaan dengan hubungan masyarakat dalam menemukan dan membangun

    modal reputasi, oleh karena itu pentingnya mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari

    kelompok pemangku kepentingan. Melalui peningkatan interaksi dengan para pemegang

    saham, pemasok, kreditur dan kelompok lain, perusahaan memperoleh kinerja (Cohen, 2009),

    menikmati manfaat ekonomi melalui pendapatan dan mencapai hubungan positif antara

    tanggung jawab sosial dan kompetitif keuangan (Salama, 2005; Callan dan Thomas, 2009).

    Stakeholders adalah kelompok yang memiliki saham di sebuah perusahaan, mereka dapat

    dianggap luar organisasi (internal). Memang, penyimpangan konsentrasi pada pemegang

    saham untuk fokus pada kelompok stakeholder perusahaan adalah salah satu faktor yang

    memotivasi praktik kegiatan tanggung jawab sosial. Dalam konteks ini, pengungkapan

    informasi lingkungan dan sosial memainkan peran penting dalam strategi pengungkapan non-

    keuangan perusahaan. Dengan demikian, praktik akuntansi sosial ini merupakan suatu cara

    untuk mengembangkan hubungan antara etika dengan perusahaan.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    16/26

    2.2 Earnings management and poli tical costs

    Menurut Gray et al. (1995), tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapan

    informasi lingkungan dan sosial dianggap berkontribusi dalam organisasi. Namun, karena

    audit sosial yang tidak sempurna di dunia bisnis, pemimpin didorong untuk mengambil

    tindakan diskresioner pada laba akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan mereka. Pada

    penelitian sebelumnya, penelitian difokuskan pada hubungan antara tanggung jawab sosial

    perusahaan dan kinerja keuangan. Memang, studi ini menyatakan bahwa kinerja keuangan

    perusahaan secara positif berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (McGuire et al,

    1988;. Salama, 2005).

    Dalam konteks ini, tampaknya manajer yang terlibat dalam praktek manajemen laba

    termotivasi untuk berperilaku dengan cara yang proaktif, berusaha untuk memuaskan para

    pemegang saham, dan berbagai kelompok pemangku kepentingan untuk memastikan kinerja

    secara keseluruhan. Memang, pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan seperti

    informasi sosial dipandang perlu untuk melaporkan tanggung jawab perusahaan dan

    kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan sosial dari para pemangku kepentingan. Manajer

    memiliki strategi pertahanan. Salah satu strategi tersebut adalah untuk mencari dukungan dari

    para pemangku kepentingan dengan cara memfokuskan upaya mereka. Keuntungan dari

    strategi ini menurunkan tekanan dari para pemangku kepentingan. Namun, untuk mencapai

    objek mereka, para manajer dapat terlibat dalam praktek-praktek sosial untuk menciptakan

    dan mengelola hubungan dengan para pemangku kepentingan di perusahaan untuk

    meningkatkan kinerja sosial perusahaan.

    Dengan demikian, kinerja sosial melibatkan komitmen perusahaan dalam kegiatan

    tanggung jawab sosial seperti penerapan praktek manajemen sumber daya manusia, yang

    mencapai tingkat yang baik dari kinerja lingkungan melalui daur ulang, mengurangi polusi,

    dan partisipasi dalam pencapaian masyarakat (Williams et al. 2006). Prior et al. (2008)

    menunjukkan bahwa manajer memilih penggunaan tindakan manajemen laba diskresioner

    untuk mengirimkan informasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan ke pasar

    modal pada prospek masa depan perusahaan. Namun, manipulasi laba dapat menunjukkan

    kepada investor kemungkinan meningkatkan hasil dan arus kas masa depan. Karena asimetri

    informasi, perusahaan menggunakan informasi keuangan untuk sinyal kepada investor bahwa

    mereka menyimpan informasi yang menguntungkan. Dengan demikian, manajer didorong

    secara sukarela untuk mengungkapkan informasi akuntansi tambahan sebagai sinyal untuk

    menarik investor, dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan terutama ketika mereka

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    17/26

    mencoba untuk terlibat dalam manajemen laba. Selain itu, karyawan adalah kelompok

    pemangku kepentingan yang terlibat dalam praktek manajemen laba.

    Direksi memantau proses pengambilan keputusan di perusahaan; mereka

    menggunakan kekuatan mereka untuk kepentingan sendiri, yang menyebabkan kerugian yang

    signifikan bagi para pemangku kepentingan. Dalam konteks ini, stakeholder cenderung

    merumuskan langkah strategis untuk mencegah manajemen laba. Sebagai respon dari

    manajemen laba, para pemangku kepentingan menghukum perilaku oportunistik manajer

    (Rowley dan Berman, 2000). Dalam konteks ini, langkah-langkah pelengkap yang dapat

    mengurangi diskresi manajerial adalah: aktivisme serikat pekerja pada karyawan, hilangnya

    kepercayaan pelanggan, tindakan hukum oleh regulator, dan risiko kerugian mitra dagang

    (Castelo dan Lima, 2006). Dengan demikian, media memperkuat pengaruh dari tindakan ini

    yang dapat berkontribusi terhadap pengurangan manajemen laba.

    Akibatnya, peningkatan liputan media memperkuat visibilitas politik dari perusahaan,

    yang menyebabkan perhatian publik dan kontrol yang ketat. Ancaman media publikasi

    memiliki dua pengaruh pada praktik manajemen laba. Dengan demikian, iklan menghasilkan

    tekanan yang menyakitkan bagi perusahaan untuk terlibat dalam pembangunan berkelanjutan,

    yang mengancam degradasi citra perusahaan. Namun, dengan iklan tersebut dapat mendorong

    para pemangku kepentingan untuk memberikan tekanan pada manajer untuk mengubah

    praktek oportunistik mereka. Selain itu, beberapa perusahaan mulai mengembangkan

    program in-house yang memungkinkan karyawan untuk mengungkapkan kekhawatiran

    mereka terhadap masalah akuntansi sosial dan operasional (Murdock, 2003).

    3. Development of Hypotheses and Methodology

    3.1 Development of hypotheses

    Hipotesis yang meneliti dampak pengungkapan lingkungan pada manajemen laba

    didasarkan pada teori stakeholder yang mengasumsikan bahwa kinerja sosial perusahaan

    secara positif mempengaruhi kinerja keuangan ketika kebutuhan dan harapan stakeholder

    meningkat. Beberapa mekanisme membuktikan hubungan ini telah diusulkan seperti

    meningkatkan reputasi perusahaan, pengurangan risiko bisnis, dukungan yang tinggi dari

    regulator, investasi di pasar keuangan. Jadi, menurut hipotesis ini, perusahaan dengan tingkat

    kinerja sosial yang tinggi ditandai dengan peningkatan kinerja keuangan.

    Sebaliknya, kinerja sosial yang buruk dapat membahayakan reputasi perusahaan

    dengan meningkatkan biaya modal dan mempengaruhi kinerja keuangan. Situasi terakhir

    mendorong manajer untuk mengelola laba akuntansi mereka ke atas untuk menyembunyikan

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    18/26

    kinerja keuangan yang buruk. Penelitian yang menganalisis hubungan antara CSR dan

    manajemen laba (Richardson dan Welker, 2001; Margolis dan Walsh, 2003; Messner, 2009;

    Blomgren, 2011), mereka menemukan bahwa tingkat tinggi CSR secara positif terkait dengan

    kualitas pengungkapan informasi akuntansi (Laux dan Leuz 2009, Carnegie dan Napier,

    2010).

    Menurut Liu dan Lu (2007) dan Huang et al. (2008) meningkatnya akuntansi dan

    sosial dan lingkungan pengungkapan dapat mengurangi biaya agensi. Menurut pemangku

    kepentingan teori berperan untuk mengurangi biaya agensi dengan mendorong inisiatif sosial

    yang mempengaruhi hubungan dengan para pemangku kepentingan (Jones, 1995). Alasan

    yang mendasari adalah tanggung jawab sosial perusahaan akan menyembunyikan informasi

    hasil akuntansi yang buruk dan karena itu dapat membuat manipulasi akuntansi (Chih et al.,

    2008). Manajemen laba dianggap sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak

    sesuai dengan kinerja CSR dan pengungkapan informasi lingkungan. Kesimpulannya, kita

    menganggap bahwa CSR meningkatkan transparansi dan mempromosikan keterlibatan

    pemangku kepentingan. Sebagai hasilnya, kami mengembangkan hipotesis berikut:

    Hipotesis 1: Praktek corporate social responsibility (CSR) mengurangi besarnya

    earn ings management.

    Selain itu, kami memeriksa hubungan antara praktek CSR dan kinerja manajemen;

    sebagai hasilnya, perusahaan yang terlibat dalam manajemen laba mungkin lebih aktif dalam

    praktik sosial dan pengungkapan lingkungan. Pandangan ini dapat ditafsirkan dalam dua cara.

    Di satu sisi, perusahaan dapat menggunakan tindakan yang bertanggung jawab secara sosial

    sebagai strategi untuk mengelola untuk hasil. Studi Petrovits (2006) menegaskan bahwa

    perusahaan membayar kontribusi ke yayasan kemanusiaan untuk mencapai suatu pendapatan

    terbaik. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mencapai hasil akuntansi yang lebih

    tinggi dan mereka terlibat dalam kegiatan CSR yang mempunyai hubungan positif antara

    kinerja keuangan dan kinerja sosial (deMaCarty, 2009). Chih et al. (2008) menemukan bahwa

    sebagian besar perusahaan yang bergerak dalam kegiatan CSR dikarakteristikan oleh

    agresivitas dan perubahan keuntungan dari tahun ke tahun.

    Bagi manajer yang tertarik dengan kinerja jangka pendek perusahaan, pengungkapan

    sosial perusahaan adalah teknis untuk menciptakan reputasi baik perusahaan dan

    meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan (McGuire et al., 1998). Oleh

    karena itu, peningkatan laba di pasar keuangan diharapkan (Salama, 2005). Namun, dalam

    rangka untuk menarik investor dan pemegang saham, perusahaan meningkatkan transparansi

    informasi keuangan dan sosial. Di sisi lain, manajer yang terlibat dalam tindakan manajemen

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    19/26

    laba, mengungkapkan informasi sosial untuk mengejar kepentingan mereka sendiri. Sebagai

    pemangku kepentingan yang tertarik dengan kegiatan CSR, tindakan manajemen yang

    disengaja pada manajemen laba akan tersembunyi. Dengan demikian, hipotesis berikut diuji:

    Hipotesis 2: Luasnya earn ings management meningkatkan lingkup corporate social

    responsibility (CSR); CSR digunakan untuk menyembunyikan

    manajemen hasil.

    3.2 Data description

    Situs EDGARSCAN dan SEC Securities and Exchange Commission adalah

    sumber dasar pengumpulan data. Kami memilih masa studi 1997-2008 dan telah memilih

    kelompok perusahaan yang mengungkapkan informasi sosial secara wajib. Data

    pengungkapan sosial secara manual diekstrak dari laporan tahunan dan laporan lainnya

    (laporan lingkungan, laporan keberlanjutan yang diterbitkan oleh perusahaan). Laporan ini

    secara manual member informasi tentang pengungkapan sosial dan lingkungan, data

    keuangan yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Dari daftar itu, kita menghilangkan

    semua perusahaan yang tidak memiliki pengungkapan keuangan dan sosial selama satu tahun

    periode penelitian kami. Dengan demikian, sampel akhir terdiri dari 682 perusahaan AS

    dengan data yang lengkap pada periode penelitian.

    3.3 Measurement of variables

    Dukungan sampel studi empiris kami dalam analisis pengungkapan sosial dan

    lingkungan perusahaan adalah laporan tahunan, laporan lingkungan dan laporan

    keberlanjutan. Dengan demikian, perusahaan dalam sampel kami adalah perusahaan Amerika

    yang merupakan bagian dari lingkup SEC (Securities and Exchange Commission), kami

    menganalisis satu sisi, laporan 10-K, dimana diungkapkan laporan keuangan perusahaan

    (Neraca, Laba Pernyataan, Laporan Arus Kas, Laporan Ekuitas dan Catatan atas Laporan

    Keuangan, Laporan Perubahan Ekuitas). Di sisi lain, kita meneliti pasal 3 dan 7 dimana

    disajikan informasi lingkungan dan social serta laporan pembangunan berkelanjutan. Dengan

    demikian, informasi informasi sosial merupakan data yang memfasilitasi dan membantu kita

    dengan distribusi perusahaan sampel menjadi kelompok-kelompok yang terpisah sesuai

    dengan jumlah laporan yang disampaikan setiap tahun, selanjutnya langkah kedua kita

    mendefinisikan kriteria untuk mengklasifikasi informasi ini.

    Dependent variable: Corporate Social D isclosure(CSD)

    Informasi sosial (variabel dependen) diukur sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    20/26

    - Nilai-3 diberikan jika perusahaan mengungkapkan informasi sosial dalam tiga laporan

    (informasi sosial dan lingkungan dalam catatan atas laporan keuangan pada laporan

    tahunan, laporan lingkungan terlepas dari informasi yang wajib terkandung dalam

    catatan atas laporan keuangan dan laporan pembangunan berkelanjutan): ini adalah

    kelompok 3.

    - Nilai-2 diberikan jika perusahaan mengungkapkan hanya dua laporan: ini adalah

    kelompok 2.

    - Nilai-1 diberikan jika perusahaan mengungkapkan informasi sosial dalam catatan atas

    laporan keuangan, hanya dalam laporan manajemen tahunan: ini adalah kelompok 1.

    Earnings Manajement: EM

    Seperti mayoritas penelitian sebelumnya, kita menggunakan akrual diskresioner sebagai

    ukuran manajemen laba (Bartov et al, 2000;.. Frankel et al, 2002; Klein dan Reynolds,

    2002; dan Francis, 2000). Model yang kami gunakan adalah dengan Dechow et al.

    (2003), yaitu versi perbaikan dari Dechow et al. (1995).

    Model Dechow et al. (2003) adalah:

    Total akrual dapat ditentukan dengan dua metode. Yang pertama adalah metode langsung

    dimana keadaan arus kas merupakan akrual dengan selisih antara laba bersih sebelum

    pos luar biasa dan arus kas operasi. Yang kedua adalah metode tidak langsung dimana

    akrual didefinisikan oleh perubahan aktiva lancar dikurangi perubahan dalam bentuk

    tunai, perubahan kewajiban lancar dan depresiasi dan ketentuan.

    Namun, akrual yang normal tergantung pada:

    *IMMCORP: tingkat aktiva tetap bruto dengan depresiasi

    * adalah variasi dari penjualan kredit yang sama dengan

    perbedaan antara perubahan total pendapatan (CA) dan bagian non-discretionary total

    penjualan kredit (CR). Bagian ini ditangkap oleh koefisien "k" yang merupakan

    perubahan yang diharapkan dalam piutang untuk perubahan yang diberikan dalam

    penjualan. "K" ditentukan dengan regresi berikut:

    *ACCTOTi,t-1: merupakan total akrual tertunda yang dimasukkan untuk menangkap

    akrual inversi sebelumnya. Variabel ini juga digunakan oleh Pae (2005) sebagai indikator

    pembalikan akrual.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    21/26

    *GCAi,t: pertumbuhan penjualan di masa depan sebagai perusahaan yang tumbuh dan

    mengantisipasi penjualan di masa mendatang, cenderung meningkat sahamnya. Akrual

    yang mendorong penjualan di masa depan tidak diskresioner karena mereka memberikan

    informasi tentang prospek masa depan perusahaan.

    Perlu dicatat bahwa semua variabel standar dengan aset tertunda (actift-1) dan semua

    model diperkirakan tahunan.

    Residual dari regresi ini adalah akrual diskresioner (ACCDISC: DA), yang merupakan

    ukuran manajemen laba.

    Perlu ditekankan bahwa kita menggunakan metode untuk estimasi model Dechow et al.

    (2003) adalah ordinary least square.

    Control variable

    Mengingat bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan tidak satu-satunya

    faktor yang mempengaruhi manajemen laba dalam pencarian kami, kami

    menggabungkan ukuran perusahaan; profitabilitas dan leverage pada variabel kontrol,

    mengingat bahwa variabel-variabel ini dapat mempengaruhi manajemen hasil, seperti

    yang ditunjukkan studi sebelumnya (Xie et al., 2003. Weintrop dan Press, 1990). Dengan

    demikian, ukuran perusahaan diukur dengan total aset; rasio hutang terhadap ekuitas

    digunakan untuk mengukur pengaruh tuas perusahaan karena merupakan indikator dari

    struktur keuangan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan variabel yang

    menunjukkan kembalinya akuntansi atas aset.

    Method

    Hipotesis kami memeriksa perusahaan yang bergerak pada manajemen yang memiliki

    hasil lebih insentif untuk melakukan inisiatif social responsibility (CSR): seperti social

    and environmental disclosure (CSD) perusahaan. Untuk menjelaskan (CSD) dan

    mempelajari hubungan positif yang diharapkan, kita menggunakan regresi ordinary least

    square (OLS) dengan kesalahan standar yang kuat pada analisis cross-sectional.

    Kami menguji dua hipotesis kami; kami mengandalkan dua model untuk menjelaskan

    manajemen laba dan CSR. Dengan demikian, dalam rangka untuk menguji hipotesis 1

    dan menjelaskan pengaruh CSR pada manajemen kinerja, kita mendasarkan regresi ini:

    Model 1:

    Hipotesis 1 mengkonfirmasi jika uji 1negatif dan signifikan.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    22/26

    Model kedua dirancang untuk menguji hipotesis 2 dan mempelajari pengaruh manajemen

    laba pada CSR. Variabel kontrol yang sama digunakan untuk menguji hipotesis ini.

    Dengan demikian, persamaan regresi adalah:

    Model 2:

    Hipotesis 2 didukung jika adalah positif dan signifikan.

    Dimana,

    EM (DA): kinerja mutlak disesuaikan DA

    Size (SIZE):Ln total aset

    Leverage (LEV): rasio debt to equity

    Profitability (ROA): return on total asset

    eit: error. Indeks i dan t sesuai dengan perusahaan dan periode penelitian.

    4. Results

    4.1 Descriptive statistics

    Statistik deskriptif menguji hubungan antara pengungkapan sosial perusahaan,

    manajemen laba dan karakteristik perusahaan yang disajikan pada Tabel 1.

    Pemeriksaan statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan dalam

    sampel kami adalah ukuran yang berbeda (Ln Aset adalah 20,2645) volatilitas cukup tinggi

    (2,296), perbedaan antara maksimum (27,4971) dan minimum (10,8159) cukup besar, yang

    menjelaskan pentingnya ukuran perusahaan dalam menjelaskan praktek pengungkapan sosial.

    Tingkat hutang rata-rata adalah 26,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan-

    perusahaan dalam sampel kami yang mengungkapkan informasi sosial memiliki dana surplus

    yang dapat dimanfaatkan oleh para manajer untuk kepentingan mereka sendiri. Memang, arus

    ini dapat menimbulkan risiko yang signifikan kepada pemegang saham termasuk risiko

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    23/26

    manipulasi akuntansi. Kami juga mencatat bahwa rasio rata-rata return on equity yang

    mengukur kinerja, bagian dari peluang bisnis dan pertumbuhan adalah 6,1%.

    Kami mencatat bahwa mayoritas perusahaan dalam sampel kami ditandai dengan

    pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan yang baik. Dengan demikian, kita

    menemukan bahwa perusahaan yang dianalisis mengungkapkan rata-rata dua laporan yaitu

    informasi sosial dan lingkungan (2,012). Di sisi lain, proksi akrual diskresioner untuk earning

    management (EM) memiliki nilai rata-rata sekitar 0,086, yang sebanding dengan hasil

    penelitian sebelumnya.

    4.2 Correlation Analysis

    Kita perlu mempelajari korelasi antara variabel independen. Hal ini untuk memastikan

    bahwa variabel penjelas saling independen satu sama lain. Dengan demikian, kita harus

    memastikan bahwa variabel penjelas tidak berkorelasi kuat. Korelasi matriks antara variabel

    diberikan dalam Tabel 2.

    Tabel 2 analisis

    korelasi antar variabel.

    Dengan demikian, kita

    menemukan bahwa akrual

    diskresioner mendekati

    manajemen laba yang

    berkorelasi negatif dengan

    perubahan dalam pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan. Hubungan positif antara

    ukuran perusahaan dan kegiatan CSR selaras dengan penelitian sebelumnya. Perusahaan-

    perusahaan besar harus mengungkapkan informasi sosial karena akuntabilitas dan visibilitas

    mereka kepada publik.

    Pengembalian total aset menunjukkan korelasi yang kuat dengan pengungkapan sosial

    yang menegaskan argumen bahwa penting untuk memeriksa kinerja perusahaan dalam

    evaluasi manajemen laba.

    4.3 OLS Regression Analysis

    Beberapa pemeriksaan regresi dengan Ordinary Least Squares (OLS) regresi panel

    longitudinal dengan standard error yang kuat bergerak untuk menguji hipotesis penelitian

    yang dikembangkan. Penelitian multivariat seperti seharusnya menganalisis hubungan antara

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    24/26

    perusahaan pengungkapan dan pendapatan pengelolaan lingkungan dan sosial bagi

    perusahaan-perusahaan AS.

    4.3.1 The test result on hypothesis 1

    Hasil empiris dari Ordinary Least Squares (OLS) regresi manajemen laba dan

    pengungkapan lingkungan dan sosial perusahaan diperiksa pada Tabel 3.

    Pada Tabel 3, kami meneliti dampak praktik kegiatan tanggung jawab sosial

    perusahaan terhadap manajemen laba dengan tujuan untuk mengetahui apakah CSR

    membantu mengontrol manipulasi laba (Hipotesis 1). Dengan demikian, dalam perkiraan

    regresi, EM dianggap sebagai variabel dependen, sedangkan CSR dan variabel kontrol

    lainnya diperlakukan sebagai variabel independen.

    Kami mencatat dari hasil regresi, CSR tidak berhubungan dengan manipulasi laba

    yang diukur dengan akrual diskresioner dan nilai probabilitas adalah 0,341. Hasil ini tidak

    mengkonfirmasi hipotesis kami yang menganggap bahwa CSR akan memiliki efek negatif

    terhadap EM. Namun, variabel kontrol mengukur pengembalian aset, ukuran, dan hutang

    secara signifikan berkorelasi dengan manajemen laba. Oleh karena itu, variabel-variabel ini

    mengurangi tingkat EM.

    Perlu dicatat bahwa ROA, dengan koefisien -0,54, merupakan variabel yang memiliki

    pengaruh terbesar pada manajemen laba. Dalam konteks ini, jika perusahaan memiliki kinerja

    keuangan yang baik, tidak terlibat dalam tindakan manipulasi akuntansi. Kedua, ukuran

    perusahaan memiliki dampak negatif yang signifikan berdampak pada tingkat EM (-0,13). Ini

    menyiratkan bahwa perusahaan-perusahaan mengungkapkan informasi mereka lebih sering,

    dengan demikian mereka cenderung untuk memanipulasi hasil.

    Selain itu, tingkat koefisien hutang manajemen laba negatif dan negatif signifikan

    dijelaskan oleh fakta bahwa perusahaan lebih leveraged terlibat dalam kegiatan manajemenlaba, mungkin karena pemantauan ketat dengan kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    25/26

    4.3.2 The test result on hypothesis 2

    Untuk menguji apakah tingkat manajemen laba meningkatkan tingkat CSR sebagai

    strategi untuk menyembunyikan kegiatan ilegal ini (hipotesis 2), dengan indeks CSR sebagai

    variabel dependen, sedangkan langkah-langkah lain, termasuk EM sebagai variabel

    independen. Hasil hipotesis kedua diperiksa pada Tabel 4.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berdampak pada praktek

    kegiatan social responsibility (p = 0,613), yang tidak mengkonfirmasi hipotesis kedua.

    Dengan kata lain, manajemen laba oleh perusahaan dalam sampel kami tidak mengarah pada

    peningkatan aktivitas CSR sebagai perangkat manajemen untuk mengurangi tekanan dari

    stakeholder dan mengalihkan perhatian terhadap praktisi sosial.

    Analisis Tabel 4 menunjukkan bahwa pengukuran pengembalian aset mengurangi

    praktek manajemen laba, temuan ini dibenarkan oleh hubungan yang positif dan signifikan

    dengan corporate social responsibility (p=0,000). Dengan demikian, kami mengkonfirmasi

    hipotesis bahwa kinerja keuangan yang baik memperkuat dan mendukung praktek kegiatan

    social responsibility.

    Kedua, ukuran perusahaan secara positif berkaitan dengan corporate social

    responsibility, kesimpulan ini adalah koheren dengan penelitian sebelumnya yang

    menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar berusaha untuk menghilangkan tekanan dari

    kelompok eksternal terhadap tanggung jawab sosial dan pembangunan berkelanjutan. Selain

    itu, hutang ditandai dengan tanda negatif (-0,512) yang menunjukkan dampak yang signifikan

    terhadap pengungkapan informasi sosial, bahwa ketika perusahaan dihadapkan dengan

    hutang yang tinggi maka mereka akan kurang memberikan kegiatan tanggung jawab sosial.

    Kesimpulannya, hipotesis 2 ditolak.

  • 7/25/2019 Jurnal 12.1 Dan 12.2

    26/26

    5. Conclutions

    Kami meneliti hubungan antara pengungkapan dan praktik manajemen hasil sosial.

    Dengan demikian, kita menjunjung pernyataan bahwa manajer memanipulasi laba untuk

    memperoleh keuntungan pribadi melalui praktik ini, mereka merusak kepentingan

    stakeholders. Namun, sebagai stakeholder yang memberikan tekanan pada keputusan bisnis,

    para manajer mengurangi dampak negatif dari tindakan mereka melalui kompensasi dari

    kelompok-kelompok ini melalui pengungkapan sosial perusahaan. Akibatnya, manajer bisa

    mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Proyeksi gambar perhatian untuk kegiatan

    tanggung jawab sosial memungkinkan perusahaan untuk mengekang praktek pengelolaan

    hasil menurut manajer. Oleh karena itu, kita mengasumsikan hubungan positif antara praktek

    manajemen dan pengungkapan sosial. Oleh karena itu, saya mengusulkan dua hipotesis untuk

    mengekspresikan interaksi antara dua faktor.

    Namun, hasil empiris tidak konsisten dengan kerangka penelitian teoritis kami. Kami

    menemukan di satu sisi bahwa kegiatan CSR tidak mendorong manipulasi akuntansi, dan di

    sisi lain, akrual diskresioner tidak berhubungan positif dengan CSR. Akhirnya, dua asumsi

    penelitian kami tidak dikonfirmasi.

    Pengungkapan sosial perusahaan adalah komponen dari kegiatan perusahaan di

    bidang tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab ini adalah bagian dari nilai-nilai dan

    budaya organisasi. Dengan demikian, analisis ini memotivasi kita untuk mengidentifikasi

    hubungan antara nilai-nilai budaya dan pengungkapan sosial perusahaan. Dimensi-dimensi

    budaya mempengaruhi praktek manajerial dalam tata kelola perusahaan. Oleh karena itu,

    kami memeriksa adanya pertanyaan berikutnya: Apakah