jurnal edisi vi

71
DAFT AR ISI Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. Goetheng T arunadibrata Purbalingga, Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ............................... 71 Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering T erhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Y ogyakarta, Fita Supriyanik dan Sri Handayani ................. .................. .................................. ................ 81 “Pengalaman Perubahan Kesadaran Pada MARQI”, Sarka A.S. dan Maryana ..................... 90 Hubungan Tingkat Peng etahuan, Dan Lingkung an Dengan Kejadian Demam Berd arah Dengue (DBD) Di Desa Made gondo, Kabup aten Suk oharjo, Iis Lestari ................. ............... 10 5 Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan Kompres Daun Kembang Sepatu Pada Anak Demam Di Ruang Cempaka RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Ike Rahayuningsih, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani....................................................................................................... 115 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Perilaku Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul 2011, Fitria Melina ...................................................................... 121 Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko T erjadinya Ikterus Neonatorum Di Yogyakarta, Ida Nursanti ................................................................................................ 13 0 Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik Bps Ny. Endang Purwati - Mergangsan - Yogyakarta, Ni Made Maria Sari dan Sri Handayani ............................................................................................................. 135 Jurnal K esehatan SAMODRA ILMU SAMODRA ILMU Volume 03, Nomor 02, Juli 2012

Upload: ana-anthul

Post on 18-Oct-2015

486 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • DAFTAR ISI

    Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat KecemasanSebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. GoethengTarunadibrata Purbalingga, Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ............................... 71

    Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa KeringTerhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta,Fita Supriyanik dan Sri Handayani ..................................................................................... 81

    Pengalaman Perubahan Kesadaran Pada MARQI, Sarka A.S. dan Maryana ..................... 90

    Hubungan Tingkat Pengetahuan, Dan Lingkungan Dengan Kejadian Demam BerdarahDengue (DBD) Di Desa Madegondo, Kabupaten Sukoharjo, Iis Lestari ................................ 105

    Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan KompresDaun Kembang Sepatu Pada Anak Demam Di Ruang Cempaka RSUD Dr. R. GoetengTaroenadibrata Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Ike Rahayuningsih, Sodikin,dan Mustiah Yulistiani ....................................................................................................... 115

    Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Perilaku Ibu DalamMendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Posyandu Cempaka I Dusun 08 JantenNgestiharjo Kasihan Bantul 2011, Fitria Melina ...................................................................... 121

    Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus NeonatorumDi Yogyakarta, Ida Nursanti ................................................................................................ 130

    Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV PersalinanDi Klinik Bps Ny. Endang Purwati - Mergangsan - Yogyakarta, Ni Made Maria Saridan Sri Handayani ............................................................................................................. 135

    Jurnal Kesehatan

    SAMODRA ILMUSAMODRA ILMUVolume 03, Nomor 02, Juli 2012

  • 72 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

  • 73

    PENDAHULUAN

    Anak adalah karunia Allah SWT yang palingberharga di dunia ini. Kita akan merasa bahagiajika dikaruniai anak yang sehat dan lucu.Kehidupan masa kanak-kanak sangat berkesandan merupakan dasar kehidupan yang selan-jutnya. Anak adalah individu yang unik dan

    PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI DANORIGAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SEBAGAI

    EFEK HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DIRSUD dr. R. GOETHENG TARUNADIBRATA

    PURBALINGGA

    Suryanti1, Sodikin2, Mustiah Yulistiani3

    ABSTRACT

    Background: The impact of hospitalization one of which is anxiety. It can also occur in preschoolchildren who were hospitalized, so it can disturb the process of care and treatment given.One way to reduce the anxiety that is with play therapy.

    Objective: To determine the level of anxiety due to hospitalization that occurs in preschoolersand the effect of play therapy to decrease levels of anxiety due to hospitalization.

    Methods: This study used an experimental design with one group pre test-post test design.Sampling technique using non probality sampling technique by quota sampling. The sample inthis study amounted to 30 preschoolers of boys and girls. Play therapy is used that is coloringan origami.

    Results: The results of bivariate analysis indicate that there is a difference between the levelof anxiety experienced by children before and after play therapy with a significant p = 0.0001at = 0.05. Levels of anxiety prior to play therapy showed score of 21.13, including the levelof moderate anxiety, while the level of anxiety after the play therapy showed score of 14.00,including the level of mild anxiety.

    Conclusion: There are significant differences in anxiety levels before and after play therapy.Play therapy can reduce anxiety levels pre-school age children, from moderate anxiety tomild anxiety.

    Keywords: Playing, Coloring, Origami, Preschool Age, Hospitalization, Anxiety

    bukan orang dewasa mini. Anak bukan hartaataupun kekayaan orang tua yang dapat dinilaisecara sosial ekonomi. Anak sebagai generasimasa depan suatu bangsa mereka berhakmendapatkan pelayanan kesehatan yang me-madai secara individual. Anak adalah individuyang masih memiliki ketergantungan pada

    1 Perawat RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga

    2 Staf Akademik Bagian Keperawatan Anak FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    3 Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

  • 74 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    orang dewasa dan lingkungan sekitarnya. Anakmemerluhkan lingkungan yang dapat mem-fasilitasi dalam pememenuhan kebutuhandasar serta belajar mandiri.1

    Anak akan mulai belajar hidup mandirisemenjak usia prasekolah. Pada usia pra-sekolah, anak belajar mengembangkan kemam-puan dalam menyusun bahasa, berinteraksidengan orang lain sebagai kehidupan sosialanak. Anak prasekolah adalah anak dengan usia3-6 tahun.2

    Saat anak yang mengalami sakit dan men-jalani perawatan di rumah sakit, mereka akanterpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasa-kannya aman, penuh kasih sayang, dan me-nyenangkan, yaitu rumah, permainan, danteman sepermainannya. Proses ini dikatakansebagai proses hospitalisasi. Hospitalisasimerupakan suatu proses, dimana karena suatualasan tertentu baik darurat atau berencanamengharuskan anak tinggal di rumah sakitmenjalani terapi dan perawatan sampai pe-mulangan kembali ke rumah.1a

    Proses hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah akan berdampak sangat serius.Perawatan di rumah sakit juga membuat anakkehilangan kontrol terhadap dirinya. Selamaproses hospitalisasi anak dan orang tua dapatmengalami beberapa pengalaman yang sangattraumatik dan penuh dengan kecemasan, halini akan berdampak negatif bagi anak.

    Dampak negatif dari efek hospitalisasisangat berpengaruh terhadap upaya perawatandan pengobatan yang sedang dijalani padaanak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akanberbeda antara satu dengan lainnya. Anak yangpernah mengalami perawatan di rumah sakittentu akan menunjukkan rekasi berbeda biladibandingkan dengan anak yang baru pernah.Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telahmemiliki pengalaman akan kegiatan yang adadi rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampakterhadap tingkat kecemasan yang dialami.Sedangkan anak yang baru pernah dirawatmungkin mengalami kecemasan yang lebih

    tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukansuatu tindakan yang dapat menurunkan tingkatkecemasan.

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan untukmenurunkan kecemasan adalah melalui ke-giatan terapi bermain. Bermain merupakansalah satu alat komunikasi yang natural bagianak-anak. Bermain merupakan dasar pen-didikan dan aplikasi terapeutik yang mem-butuhkan pengembangan pada pendidikananak usia dini.3 Bermain dapat dilakukan olehanak yang sehat maupun sakit. Walaupun anaksedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akanbermain tetap ada.

    Salah satu fungsi bermain adalah sebagaiterapi dimana dengan melakukan permainananak akan terlepas dari ketegangan dan stressyang dialaminya. Melalui kegiatan bermain,anak dapat mengalihkan rasa sakitnya padapermainannya (distraksi) dan relaksasi melaluikesenangannya melakukan permainan.1b

    Pemilihan jenis permainan harus disesuai-kan dengan usia anak. Usia prasekolah per-mainan yang cocok dilakukan antara lainmewarnai dan origami, dimana anak mulaimenyukai dan mengenal warna serta mengenalbentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Me-warnai memilki manfaat untuk kegiatanmenyenangkan sekaligus melatih saraf mo-torik, kreativitas, dan daya imajinasi anak.4

    Fungsi warna dan bentuk yang berbeda dalambermain dapat memberikan stimulus perkem-bangan anak.

    Origami adalah seni melipat kertas yangberasal dari Jepang. Origami sendiri berasal darioru yang artinya melipat, dan kami yang artinyakertas. Ketika dua kata itu bergabung menjadiorigami yang artinya melipat kertas.5 Origamibermanfaat untuk melatih motorik halus, sertamenumbuhkan motivasi, kreativitas, kete-rampilan serta ketekunan. Latihan origamidapat membantu anak-anak memahami ukuranyang relatif lebih lengkap dengan menggunakanstrategi yang lebih efektif untuk perbandinganukuran.6

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 75

    Sebuah penelitian menunjukkan ada pe-ngaruh signifikan antara terapi bermain ter-hadap stres hospitalisasi.7 Penelitian lainmenybutkan ada pengaruh bermakna sosiali-sasi anak selama berada di rumah sakit setelahdilakukan terapi bermain.8

    Ruang Cempaka di Rumah Sakit UmumDaerah dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pur-balingga merupakan bangsal perawatan pasienanak yang merawat anak umur 9 hari sampaidengan 14 tahun. Di ruang Cempaka belumditerapkan kegiatan yang dapat menurunkantingkat kecemasan yang terdapat pada pasien-pasien selama dirawat di rumah sakit. Pasien-pasien yang dirawat masih sesuai dengankeadaan mereka pada waktu masuk dan pulang.Pada pasien-pasien dengan tingkat kecemasanyang tinggi belum dilakukan tindakan yangdapat mengurangi kecemasan.

    Berdasarkan data yang diperoleh selama 3bulan (Desember 2010, Januari 2011, danFebruari 2011) di ruang perawatan anak RumahSakit Umum Daerah dr. R. Goetheng Taroena-dibrata Purbalingga, jumlah pasien 395 anak.Rata-rata jumlah 132 pasien tiap bulannya.Pasien dengan usia prasekolah rata-rata tiapbulannya 30 anak. Selama 3 bulan terakhirjumlah pasien yang pulang atas permintaansendiri mencapai 39 pasien, dan 5,85% pasienpulang dengan alasan rewel. Artikel penelitianini akan melaporkan tentang pengaruh terapibermain mewarnai dan origami terhadaptingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasipada anak usia prasekolah.

    BAHAN DAN CARA

    Penelitian ini adalah pre eksperimen (preexperimental design). Rancangan digunakanuntuk melihat pengaruh variabel independenterhadap variabel dependen.9 Pada penelitianini, peneliti menggunakan rancangan one grouppre test-post test design. Rancangan ini di-lakukan dengan cara sebelum diberikan per-lakuan (treatment), variabel diobservasi ataudiukur terlebih dulu (pre-test) setelah itudilakukan perlakuan dan setelah treatment

    dilakukan pengukuran atau observasi denganpost test.

    Tehnik pengambilan sampel non probabilitysampling yaitu tehnik pengambilan sampeldengan tidak memberikan peluang yang samadari setiap anggota populasi atau samplingquota. Sampling quota merupakan cara pe-ngambilan sampel dengan menentukan ciri-ciritertentu sampai jumlah quota yang telahditentukan. Ciri tersebut adalah anak usiaprasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat diruang rawat anak RSUD dr. R. Goeteng T.Purbalingga

    Metode pengumpulan data yang digunakanyaitu observasi atau pengamatan. Observasimerupakan cara melakukan pengumpulan datapenelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Populasi pada penelitianadalah: anak prasekolah (3-6 tahun) yangsedang dirawat di ruang rawat anak RSUD dr. R.Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.

    Hasil penelitian ini akan diuji dengankomparasi (paired simple t test) yang memer-lukan data berdistribusi normal. Salah satusyarat data berdistribusi normal adalah jumlahminimal sampel 30. Penelitian ini meng-gunakan sampel 30 anak usia prasekolah yangdirawat di rumah sakit dr. R. Goeteng Taruna-dibrata Purbalingga.

    Analisis hasil penelitian menggunakananalisis univariat dan bivariat. Analisis univariatbertujuan untuk melihat gambaran distribusifrekuensi. Sedangkan analisis bivariat di-gunakan untuk mengetahui adanya perbedaantingkat kecemasan sebelum dilakukan terapibermain dan sesudah dilakukan terapi bermaindengan menggunakan uji statistic pre eks-perimen jenis one group pre test post test.

    Uji kemaknaan menggunakan tingkat ke-percayaan (tingkat kemaknaan) 95%, di manap-value (tingkat kepercayaan) = 0,05. Dasarpengambilan keputusan pada uji T (paired tsampel test) adalah bila diperoleh nilai p value< = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)yang artinya terdapat hubungan antara variabel

  • 76 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila pvalue > = 0,05 maka Ho diterima (Ha ditolak)yang berarti tidak ada hubungan antara variabelbebas dan variabel terikat.

    HASIL PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dr.R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011dengan sampel berjumlah 30 responden.

    1. Analisis univariabel

    Analisis univariat penelitian ini dapatdilihat pada tabel 4.1 berikut:

    Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristikresponden di Rumah Sakit dr. R. GoethengTaroenadibrata Purbalingga

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkanbahwa responden terbanyak pada kelom-pok usia 3 tahun yaitu sebanyak 11 anak(36,7%), kemudian usia 4 tahun sebanyak 8anak (26,7%), lalu usia 6 tahun sebanyak 6anak (20,0%), dan sisanya responden berusia5 tahun sebanyak 5 anak (16,7%). Untukfrekuensi jenis kelamin laki-laki sebanyak16 anak (53,3%), dan perempuan sebanyak14 anak (46,7%).

    Frekuensi urutan/posisi anak dalamkeluarga terbanyak yaitu anak pertamasebanyak 17 anak (56,7%), kemudian anakkedua sebanyak 11 anak (36,7%), sisanyaanak ketiga dan kelima masing-masing 1anak (3,3%). Pada frekuensi orang tuabekerja terdapat 19 anak (63,3%) dan 11 anakdengan orang tua tidak bekerja (36,7%).Untuk jenis terapi bermain mewarnaidilakukan sebanyak 15 anak (50%) dandengan terapi bermain origami sebanyak(50%). Kemudian frekuensi tingkat ke-cemasan yang diderita responden yaituterbanyak dengan tingkat kecemasan se-dang sebanyak 16 anak (53,3%), tingkatkecemasan ringan sebanyak 11 anak(36,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak2 anak (6,7%), dan terdapat pasien yang tidakmengalami tingkat kecemasan sebanyak 1anak (3,3%).

    2. Analisis bivariat

    Hasil variabel independen dan variabeldependen, dilanjutkan dengan analisisbivariat yaitu untuk mengetahui hubunganantara dua variabel. Dalam penelitian inidigunakan analisis paired samples t testdengan hasil sebagai berikut :

    Tabel 4.2 Perbedaan skor kecemasan sebelum dansesudah dilakukan dilakukan terapibermain mewarnai dan origami

    Ket : Analisis dari responden 30 ( n = 30 )*Signifikan pada = 0,05

    Dari tabel di atas diperoleh nilai p=0,0001< = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)yang berarti ada perbedaan tingkat ke-cemasan sebelum dan sesudah dilakukanterapi bermain dengan tehnik mewarnaimaupun origami. Tingkat kecemasan sebe-lum dilakukan terapi bermain pada tabel diatas menunjukkan skor rata-rata 21,13 yangartinya termasuk tingkat kecemasan sedang,

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 77

    sedangkan tingkat kecemasan sesudahterapi bermain menunjukkan skor rata-rata14,00 yang artinya termasuk tingkat ke-cemasan ringan.

    PEMBAHASAN

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa darivariabel independen berpengaruh terhadapvariabel dependen, dari analisis ditemukanbahwa terdapat pengaruh antara terapi bermainmewarnai dan origami terhadap penurunantingkat kecemasan. Hasil uji statistik didapatkanresponden terbanyak pada kelompok usia 3tahun yaitu sebanyak 11 anak (36,7%), ke-mudian responden paling sedikit adalah res-ponden dengan usia 5 tahun sebanyak 5 anak(16,7). Pada usia 3 tahun anak mulai belajarmeloncat, memanjat, melompat dengan satukaki, mampu menyusun kalimat, menggambarlingkaran, bermain bersama dengan anak laindan menyadari adanya lingkungan lain di luarkeluarganya.

    Menurut teori perkembangan SigmundFreud pada usia 3 tahun (fase phallic) anak akansenang memegang genetalia, kecenderungananak dekat dengan orang tua yang berlawananjenis kelamin. Misalnya anak laki-laki akanlebih dekat dengan ibunya, sedangkan anakperempuan lebih dekat dengan ayahnya. Usia3 tahun merupakan fase praoperasional, dimana anak mulai menyadari bahwa pema-hamannya tentang benda-benda sekitarnyatidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatansensori motori, akan tetapi dapat dilakukanmelalui kegiatan yang bersifat simbolis.10 Umurpaling rawan adalah masa balita, karena padamasa ini anak mudah terkena sakit dan mudahterkena kekurangan gizi.11

    Untuk frekuensi jenis kelamin, respondenlaki-laki lebih dominan yaitu dengan jumlah 16anak (53,3%), sisanya perempuan sebanyak 14anak (46,7 %). Hal ini terjadi karena respondenterbanyak adalah anak laki-laki. Anak laki-lakilebih sering sakit dibandingkan anak perem-puan, tetapi belum diketahui secara pastimengapa demikian.12 Meskipun jenis kelamin

    bukan faktor dominan terhadap munculnyakecemasan, tetapi ada penelitian yang me-ngatakan bahwa tingkat kecemasan yang tinggiterjadi pada wanita dibanding laki-laki yaitu2:1.13

    Frekuensi urutan/posisi anak dalam ke-luarga terbanyak yaitu anak ke-1 sebanyak 17anak (56,7%), sedangkan frekuensi terkecilyaitu anak ke-3 dan ke-5 masing-masing 1 anak(3,3%). Jumlah saudara yang banyak akanmengakibatkan berkurangnya perhatian dankasih sayang yang diterima anak.12a Anakpertama biasanya mendapat perhatian penuhkarena belum ada saudara yang lain. Segalakebutuhan dipenuhi, tetapi di lain pihakbiasanya orang tua dengan anak pertama belummemiliki banyak pengalaman dalam mengasuhanak dan cenderung terlalu melindungi se-hingga sering kali anak tumbuh menjadi anakyang perfeksionis dan cenderung pencemas.1c

    Pada frekuensi orang tua bekerja terdapat19 anak dengan orang tua bekerja (63,3%) dan11 anak dengan orang tua tidak bekerja (36,7%).Anak yang berada pada sosial ekonominyarendah , bahkan punya banyak keterbatasanuntuk memberi makanan bergizi, dan meme-nuhi kebutuhan primer lainnya, tentunyakeluarga akan mendapat kesulitan untukmembantu anak mencapai tingkat pertum-buhan dan perkembangan anak yang optimalsesuai dengan tahapan usianya.1d Pendapatankeluarga yang memadai akan menunjangtumbuh kembang anak, karena orang tua dapatmenyediakan semua kebutuhan anak baik yangprimer maupun yang sekunder.12b

    Untuk jenis terapi bermain yang dilakukansebanyak masing-masing 15 anak dengan terapibermain mewarnai (50%) dan 15 anak denganterapi bermain origami (50%). Pada saat dirawatdi rumah sakit, anak akan mengalami berbagaiperasaan yang sangat tidak menyenangkan,seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.1e

    Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampumengembangkan kreativitasnya dan sosialisasisehingga sangat diperlukan permainan yang

  • 78 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    dapat mengembangkan kemampuan menya-makan dan membedakan, kemampuan ber-bahasa, mengembangkan kecerdasan, menum-buhkan sportivitas, mengembangkan koor-dinasi motorik, mengembangkan dalam me-ngontrol emosi, motorik kasar dan halus,memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmupengetahuan dan memperkenalkan suasanakompetisi serta gotong royong.13 Sehingga jenispermainan yang dapat digunakan pada anakusia ini seperti benda-benda sekitar rumah,buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

    Bermain memungkinkan anak mengalamikemenangan dengan menyelesaikan teka-teki,berlatih peranan orang dewasa, meniru peranpenyerang bukannya korban, meniru kekuatansuper (memainkan pahlawan super) dan men-dapatkan hal-hal yang ditolak dalam kehidupannyata (membuat percaya teman atau binatangkesayangan). Menggambar, mewarnai danaktivitas artistik lainnya (origami) adalahbentuk permainan yang menunjukkan motivasikreatif yang lebih jelas.14 Bermain merupakanalat komunikasi yang natural bagi anak-anak,oleh karena itu bermain merupakan dasarpendidikan dan aplikasi terapeutik yangmembutuhkan pengembangan pada pendi-dikan anak usia dini.3a

    Kemudian frekuensi tingkat kecemasanyang diderita responden yaitu terbanyakdengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16anak (53,3%), sedangkan tingkat kecemasanterkecil yaitu tidak mengalami cemas sebanyak1 anak (3,3%). Sebagian besar stress yangterjadi pada bayi diusia pertengahan sampaianak periode prasekolah adalah cemas karenaperpisahan, kehilangan kendali, luka dan rasanyeri.15 Ancaman terhadap system diri sese-orang dapat membahayakan identitas, hargadiri, dan fungsi sosial yang terintegrasi se-seorang.16

    Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 < = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak) yangberarti ada perbedaan tingkat kecemasan

    sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain( mewarnai dan origami ). Terapi bermain(mewarnai dan origami) dapat menurunkantingkat kecemasan anak usia prasekolah, daritingkat kecemasan sedang menjadi tingkatkecemasan ringan.

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian yangmenunjukkan terdapat pengaruh yang sig-nifikan antara terapi bermain terhadap stresshospitalisasi.7a Hospitalisasi merupakan suatuproses yang karena suatu alasan yang beren-cana atau darurat, mengharuskan anak untuktinggal di rumah sakit, menjalani terapi danperawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat mengalami berbagai kejadian yangmenurut beberapa penelitian ditunjukkandengan pengalaman yang sangat traumatik danpenuh dengan stres. Pada penelitian yang lainmenyebutkan latihan origami dapat membantuanak-anak memahami ukuran yang relatif lebihlengkap dengan menggunakan strategi yanglebih efektif untuk perbandingan ukuran.6a

    Penelitian ini juga sesuai dengan penelitianyang menyebutkkan ada pengaruh yang ber-makna antara intervensi terapi bermain puzzledengan dampak hospitalisasi.17 Perawatan dirumah sakit mengharuskan adanya pembatasanaktivitas anak sehingga anak merasa kehilangankekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering-kali dipersepsikan anak prasekolah sebagaihukuman, sehingga anak akan merasa malu,bersalah atau takut. Alat permainan yangdianjurkan untuk usia prasekolah diantaranyaadalah bermain puzzle.10c Penelitian yang lainjuga menyebutkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan terhadap kepatuhan lamanyaterapi pada pre dan post terapi bermain.18

    Penelitian ini juga sesuai dengan penelitianyang telah dilakukan, bahwa setelah dilakukanterapi bermain ada pengaruh terapi bermainterhadap tingkat kooperatif pada anak usia 3 5 tahun.19 Pada saat dirawat di rumah sakit, anakakan mengalami berbagai perasaan yang sangattidak menyenangkan, seperti marah, takut,

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 79

    cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebutmerupakan dampak dari hospitalisasi yangdialami anak karena menghadapi beberapastressor yang ada di lingkungan rumah sakit.Untuk itu dengan melakukan permainan anakakan terlepas dari ketegangan dan stress yangdialaminya karena dengan melukukan per-mainan, anak akan dapat mengalihkan rasasakitnya pada permainannya (distraksi) danrelaksasi melalui kesenangannya melakukanpermainan.10g Penelitian ini didukung sebuahpenelitian yang menyebutkan ada pengaruhterapi bermain terhadap tindakan kooperatifanak sebelum dan sesudah terapi bermain.20

    KESIMPULAN

    Hasil penelitian ini membuktikan terdapatperbedaan antara tingkat kecemasan yangdialami anak sebelum dilakukan terapi bermain(mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukanterapi bermain (mewarnai dan origami) yaitudengan p=0,0001 pada signifikan = 0,05. Terapibermain (mewarnai dan origami) dapat me-nurunkan tingkat kecemasan anak usia pra-sekolah, dari tingkat kecemasan sedang men-jadi tingkat kecemasan ringan.

    SARAN

    Mengacu pada hasil penelitian ini, berikutini disarankan beberapa hal:

    1. Bagi rumah sakit

    Dengan hasil penelitian yang telah ditun-jukkan, diharapkan dibuat suatu standardoperating procedure (SOP) tentang terapibermain di RSUD dr. R. GoethengTaroenadibrata Purbalingga, sehinggadapat menurunkan tingkat kecemasanakibat hospitalisasi, yang pelaksanannyabisa mengoptimalkan mahasiswa praktikankeperawatan anak, sehingga programbermain yang sesuai standard operatingprosedur (SOP) dapat berjalan secarateratur dan rutin dilakukan perawat ruangCempaka.

    2. Bagi perawat

    Perlu adanya pelatihan-pelatihan bagiperawat terutama tentang terapi bermain,agar pelaksanaan terapi bermain lebihterprogram dan terarah.

    3. Bagi peneliti selanjutnya

    Perlu dilakukan penelitian serupa denganjumlah responden yang lebih banyak lagi,agar didapatkan hasil yang lebih baik,dengan menggunakan metode eksperimenmurni.

    4. Bagi responden

    Perlu adanya partisipasi aktif dari orang tuauntuk mendampingi pasien anak usiaprasekolah saat dilakukan tindakan pe-rawatan dan pengobatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Supartini Y. (2004). Buku Ajar Konsep DasarKeperawatan Anak. EGC, Jakarta.

    2. Hawadi & Akbar, R. (2001). PsikologiPerkembangan Anak. Grasindo,Jakarta.

    3. Tekin G. & Sezer O. (2010). Applicability ofplay therapy in Turkish earlychildhood education system:today and future, Procedia Socialand Behavioral Sciences, vol. 5, hal.50-54, diakses 24 Mei 2011,

    4. Ranuhandoko N. (2008). Teknik DasarMewarnai Dengan Cat Air SeriBuah-Buahan. PT Wahyu Media,Jakarta.

    5. Hirai M. (2006). Origami untuk SekolahDasar. Kawan Pustaka, Jakarta.

    6. Yuzawa M. & Bart W.M. (2002). Youngchildrens learning of sizecomparison strategies: effect oforigami exercises. The Journal of

  • 80 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    Genetic Psychology, vol. 163 (4),hal. 459-78, diakses tanggal 24 Mei2011,

    7. Mulyono, A. (2008). Pengaruh TerapiBermain Terhadap Tingkat StresHospitalisasi Pada Anak UsiaTodler Studi di Ruang EmpuTantular RSUD KanjuruhanKepanjen, KTI. Abstrak.Diterbitkan. UniversitasMuhammadiyah Malang. Malang.

    8. Pangaribuan,H. (2005). Pengaruh TerapiBermain Terhadap Sosialisasi padaAnak Prasekolah Selama Dirawat diLontara iv Perjan RSU dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Abstrak.Diterbitkan. UniversitasHasanuddin. Makassar.

    9. Hidayat. (2010). Metode PenelitianKesehatan Paradigma Kualitatif.Health Books Publishing, Surabaya.

    10. Jamaris, M. (2006). Perkembangan danPengembangan Anak Usia TamanKanak-kanak. PT. Gramedia WidiaSarana Indonesia, Jakarta.

    11. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit,E/2. EGC, Jakarta.

    12. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh KembangAnak. EGC, Jakarta.

    13. Hawari D. (2001). Manajemen Stres Cemasdan Depresi. FKUI, Jakarta.

    14. Behrman, Kliegman & Arvin. (1996). IlmuKesehatan Anak Nelson Vol.1, E/15. EGC, Jakarta.

    15. Hidayat. (2005). Pengantar IlmuKeperawatan Anak . SalembaMedika, Jakarta.

    16. Stuart & Sundeen. (1998). Buku SakuKeperawatan Jiwa Edisi 3. EGC,Jakarta

    17. Marasaoly, S. (2009). Pengaruh TerapiBermain Puzzle Terhadap DampakHospitalisasi Pada Anak UsiaPrasekolah di Ruang Anggrek IRumah Sakit Polpus R.S. Sukanto.Skripsi Diterbitkan. UniversitasPembangunan Nasional Veteran.Jakarta.

    18. Ray. (2007). Impact of play therapy on parentchild relationship stress at a mentalhealth training setting. BritishJournal of Guidance & Cuonsellingvol.36, no.2. University of NorthTexas, Texas.

    19. Handayani & Puspitasari (2008). PengaruhTerapi Bermain Terhadap TingkatKooperatif Selama MenjalaniPerawatan Pada Anak Usia PraSekolah (3-5 tahun) Di Rumah SakitPanti Rapih Yogyakarta. JurnalKesehatan Surya Medika,Yogyakarta.

    20. Simanjuntak & Ferdina. (2010). PengaruhTerapi Bermain Terhadap TindakanKooperatif Anak Dalam MenjalaniPerawatan di Rumah SakitUmum Pusat Haji Adam MalikMedan. http://repository.usu.ac. id/hand le/123456789/17841.

  • 81

    PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT DENGANMENGGUNAKAN ASI DAN DENGAN KASSA KERING

    TERHADAP LAMA PELEPASAN TALI PUSAT BAYI BARULAHIR DI BPS ENDANG PURWATI YOGYAKARTA

    Fita Supriyanik1, Sri Handayani2

    ABSTRACT

    Background: Based on data from Human Development Report 2010, shows the infantmortality rate for 31/1.000 Indonesia lives births, although this figure is still high in Asia.Maternal mortality rate in Karawang Country for the year 2011 according regent deputy ofKarawang as 48 case live births, while infant mortality rate of 160 infant live births. In WestJava maternal mortality rate for his moment is 321 case live births, while infant mortality rateis 446 case. National infant mortality rate in 2010 is 35/1.000 live births.

    Method: This study is an experimental study that researcher conduct treatment interventions,treatment group I (the group that performed treatment using umbilical cord with breastmilk) and treatment group II (treatment group performed the umbilical cord with a drygauze). Sampling was done by purposive sampling technique with a number of sample 30infants. Statistical tests are using the Independent T-test.

    Result: The study obtained t count of 4.181 while the t table with a 2.042 significance level of5% is 2.042, so 4.181> 2.042 (t count> t table) thus Ho was rejected, it means there issignificant difference between treatments using umbilical cord care breast milk and dry gauzewith long time release cord.

    Conclussion: There is significant difference that umbilical cord care using breast milk (4 days3 hours) more rapidly than dry gauze treatment (6 days 4 hours) with a gap of 2 days 1 hourwith a significant level of 95%.

    Keywords: Nursing umbilical cord, breast milk, dry gauze Care, and Long time release of theumbilical cord.

    1 Fita Supriyanik (STIKes Surya Global Yogyakarta)

    2 Sri Handayani (Ketua STIKes Yogyakarta)

    PENDAHULUAN

    Pembanguan nasional pada hakekatnyaadalah pembanguan manusia yang seutuhnyadan pembangunan seluruh masyarakat. Pem-bangunan di bidang kesehatan sebagai bagianintegral pembangunan nasional, dengan sen-dirinya akan diarahkan untuk mendukungterwujudnya manusia yang terbangun se-

    utuhnya. Upaya membangun manusia se-utuhnya sangat tergantung pada pembinaanmutu fisik dan no fisik dalam masa dinikehidupannya, yaitu sejak masa dalam kan-dungan dan masa balita. Sedangkan upayapeningkatan kesehatan bayi agar dapat tumbuhdan berkembang secara optimal harus di-lakukan sejak janin masih dalam kandunganibu, selama proses persalinan dan perawatan

  • 82 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    yang baik segera setelah lahir. Masa neonatusmerupakan masa yang rawan hingga memer-lukan perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, mencegah hal-hal negatif yang mung-kin timbul, misalnya mengatasi masalah-masalah dalam perawatan neonatus, termasukjuga akibat perlakuan tangan manusia, pence-gahan infeksi dan masalah gizi (Kardi N, SuradiR, 1986)

    Tujuan perawatan tali pusat adalah untukmencegah terjadinya penyakit infeksi sepertitetanus neonatorum pada bayi baru lahir.Penyakit ini disebabkan karena masuknya sporakuman tetanus ke dalam tubuh melalui talipusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang di-taburkan ke tali pusat sehingga dapat meng-akibatkan infeksi (Depkes RI, 2009). Perawatantali pusat secara umum bertujuan untukmencegah terjadinya infeksi dan mempercepatputusnya tali pusat. Bila tali pusat basah, berbaudan menunjukkan tanda-tanda infeksi, haruswaspada terhadap infeksi tali pusat.

    Berdasarkan Human Development Reporttahun 2010, menunjukkan angka kematian bayidi Indonesia sebesar 31/1.000 kelahiran hidup,meskipun demikian angka tersebut masih tinggidi Asia. Angka kematian ibu di karawang untuktahun 2011 menurut Wakil Bupati Karawangsebesar 48 kasus kelahiran hidup, sementaraangka kematian bayi 160 bayi kelahiran hidup.Di Jawa Barat angka kematian ibu untuk saatini sebasar 321 kasus kelahiran hidup, sedang-kan angka kematian bayi 446 kasus. Angkakematian bayi nasional tahu 2010 sebesar 35/1.000 kelahiran hidup.

    Perempuan di KwaZulu-Natal, Kenyatelah menggunakan ASI (kolostrum) untukmerawat tali pusat bayi baru lahir. Air Susu Ibu(ASI) khususnya kolostrum sudah lama terbuktimengandung faktor-faktor bioaktif antara lainimmunoglobulin, enzim, sitokin dan sel-selyang memiliki fungsi efektif sebagai anti infeksidan anti inflamasi. Dengan berbagai macamkandungan zat yang bermanfaat tersebutkolostrum menjadi bahan alternatif untuk

    perawatan tali pusat disamping biayanya yangmurah, bersifat steril, tekniknya mudah dila-kukan oleh ibu dan memberikan kepuasanpsikologis bagi ibu dalam merawat bayi.

    WHO (2000), merekomendasikan perawatantali pusat berdasarkan prinsip-prinsip aseptikdan kering serta tidak lagi dianjurkan untukmenggunakan alkohol namun dengan pe-rawatan terbuka. Tali pusat juga tidak bolehditutup rapat dengan apapun, karena akanmembuatnya menjadi lembab. Selain mem-perlambat puputnya tali pusat, juga menim-bulkan risiko infeksi. Kalaupun terpaksa di-tutup, menurut Taylor (2003) tutup atau ikatdengan longgar pada bagian atas tali pusatdengan kain kassa steril. Sebelum tali pusatnyapuput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengancara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap sajadengan air hangat. Alasannya, untuk menjagatali pusat tetap kering. Intinya adalah mem-biarkan tali pusat terkena udara agar cepatmengering dan lepas (Paisal,2007).

    Studi pendahuluan yang dilakukan padatanggal 6-20 Juli 2011 di BPS Endang Purwatitelah memilih melakukan perawatan tali pusatdengan metode kering dengan ditutup kainkassa kering. Dari hasil wawancara denganbidan pelaksana, dari 4 bayi baru lahir dilakukanperawatan kering tertutup dua kali sehari.Sedangkan dari hasil observasi perawatan yangdilakukan ketika melakukan perawatan talipusat, penggantian kain kassa dilakukansetelah mandi.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan bidanpelaksana dan bidan pembantu dengan caraperawatan kering tertutup dengan kain kassatali pusat puput sekitar 5 sampai 7 hari. Hasil inididapatkan dari pemeriksaan rutin setelah 1minggu pasca kelahiran ketika kembali ke BPSuntuk melakukan kontrol perkembangan bayi.Salah satu yang dikontrol oleh bidan adalahkondisi tali pusat (sudah puput/belum, adainfeksi/tidak). Tali pusat keempat bayi tersebutpuput kering setelah 6 hari kehidupan pertama.Tidak terdapat sepsis/infeksi pada tali pusatkeempat bayi tersebut dengan perawatan

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 83

    kering tertutup. Dari hasil wawancara tersebut,bidan di BPS tersebut belum pernah mendengartentang perawatan tali pusat dengan meng-gunakan kolostrum/ASI.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, pe-neliti tertarik untuk melakukan penelitianmengenai pengaruh perawatan tali pusatmenggunakan ASI dengan kassa kering ter-hadap lama pelepasan tali pusat bayi baru lahirdi BPS Endang.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eks-perimen menggunakan metode ExperimentalDesign-Equivalent Time Sampel Design.

    1. Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Populasi penelitian ini adalah semuabayi yang lahir pada 3 bulan terakhir yaitu50 bayi.

    b. Sampel

    Pengambilan sampel ini menggunakanteknik Accidental Sampling, yaitu penen-tuan sampel berdasarkan kebetulanbertemu dengan peneliti dapat diguna-kan sampel, bila dipandang orang yangkebetulan cocok sebagai sumber data (Saryono, 2008). Sampel penelitian iniadalah 30 responden.

    2. Pengumpulan data

    Data diperoleh langsung dari respondenmelalui pengisian lembar observasi tentangwaktu puput tali pusat berupa data primerdan dari catatan rekam medik, sumberpustaka berupa data sekunder.

    3. Analisa data

    a. Analisis Univariat

    Pada penelitian ini analisis univariateyang digunakan untuk jenis data kate-gorik, sehingga menghasilkan suatudistribusi dan prosentase dari tiapkarakteristik responden

    b. Anlisis Bivariat

    Analisis yang dilakukan untuk melihathubungan kedua variabel yang meliputivariabel perawatan tali pusat denganmenggunakan ASI dan dengan kassakering dan variabel lama pelepasan talipusat BBL di BPS Endang Purwati. Untukmendapatkan beda kedua variabel yangada pada penelitian skala yang digunakanadalah skala nominal dan interval. Ujistatistik yang digunakan untuk mengujihipotesis dalam penelitian ini adalahIndependent Sample T Test. IndependentSample T Test.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil Penelitian

    a. Karakteristik Responden

    Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Respon-den Berdasarkan Berat Badan Bayi BaruLahir Di Bidan Praktik Swasta EndangPurwati Pada Bulan September-Oktober2011

    Sumber data : data primer

    Berdasarkan tabel di atas didapatkanhasil bahwa pada kelompok ASI berat lahirbayi yang memiliki frekuensi terbanyakdengan berat badan 3000-3500 gram se-banyak 10 bayi atau 66,67% dan yang palingsedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000gram sebanyak 5 bayi atau 33,33%. Untukperawatan kassa kering didapatkan hasilbahwa frekuensi terbanyak dengan beratbadan bayi baru lahir 3000-3500 gram se-banyak 9 bayi atau 60% dan frekuensi palingsedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000gram sebanyak 6 bayi atau 40%. Sedangkan

  • 84 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    bayi yang memiliki berat lahir > 3500 gramtidak terdapat pada kedua kelompok pe-rawatan ASI maupun kassa kering.

    Table 2. Distribusi Frekuensi KarakteristikResponden Berdasarkan Diameter TaliPusat Bayi Baru Lahir Di Bidan PraktikSwasta Endang Purwati Pada Bulan Sep-tember-Oktober 2011

    Sumber data : data primer

    Berdasarkan tabel di atas didapatkanhasil bahwa pada kelompok ASI mayoritasmemiliki diameter kecil sebanyak 15 res-ponden atau 100% bayi baru lahir. Sedang-kan pada kelompok perawatan kassa keringresponden terbanyak adalah 12 respondenatau 80% bayi baru lahir memiliki diameterkecil dan yang paling sedikit adalah 3responden atau 20% bayi baru lahir memilikidiameter besar.

    b. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan ASI

    Table 3. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat BayiBari Lahir Menggunakan ASI Di BidanPraktik Swasta Endang Purwati Pada BulanSeptember-Oktober 2011

    Sumber data : data primer

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahuibahwa responden di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati yang terbanyak adalah 10responden atau 66,67% termasuk kategorisedang dan paling sedikit adalah 2 respondenatau 13,33% termasuk kategori lama.

    c. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan perawatankassa kering

    Tabel 4. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat BayiBari Lahir Menggunakan ASI Di BidanPraktik Swasta Endang Purwati Pada BulanSeptember-Oktober 2011

    Sumber data: data primer

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahuibahwa responden di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati yang terbanyak 14 res-ponden atau 93,33% termasuk kategorisedang dan yang paling sedikit 1 respondenatau 6,67% termasuk kategori lama.

    d. Rata-rata lama pelepasan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassakering

    Table 5. Hasil Uji Statistik Mean lama Lepas TaliPusat Perawatan Menggunakan ASI danKassa Kering Di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati Pada Bulan September-Oktober 2011

    Berdasarkan hasil analisis statistic daridata yang telah didapatkan maka diperolehhasil rata-rata lama lepas tali pusat padakelompok perawatan ASI adalah 4 hari 3 jamdan perawatan kassa kering adalah 6 hari 4jam. Dan seslisih lama pelepasan tali pusat

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 85

    antara perawatan ASI dengan kassa kering adalah 2 hari 1 jam.

    e. Perbedaan perawatan tali pusat menggunakan ASI dan kassa kering dengan lamapelepasan tali pusat bayi baru lahir

    Tabel 6. Uji statistic Perbedaan Perawatan Tali Pusat Menggunakan ASI dan Perawatan kassa Kering denganLama pelepasan Tali pusat pada bayi baru lahir di BPS Endang Purwati Pada Bulan September-Oktober 2011

    Perawatan tali pusat dengan meng-gunakan ASI memiliki beberapa manfaatbagi ibu dan bayinya. Keuntungan dariperawatan ini adalah teknik perawatanmudah dilakukan oleh ibu, berrsifat bersih,biaya murah, dan memberikan kepuasanpsikologis bagi ibu dalam perawatan talipusat bayinya.

    b. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan perawatankassa kering

    Berdasarkan analisis kategori diketahuibahwa responden terbanyak adalah pele-pasan tali pusat kategori sedang sebanyak14 responden atau 93,33% bayi baru lahir.Dan yang paling sedikit adalah respondenyang pelepasan tali pusat kategori lamasebanyak 1 responden atau 6,67% bayi barulahir. Mayoritas responden dengan kategorisedang disebabkan karena perawatan talipusat yang tertutup dan rata-rata diametertali pusat yang besar. WHO merekomen-dasikan perawatan tali pusat dengan caraterbuka, namun tidak direkomendasikan

    Berdasarkan hasil perhitungan pada tabeldi atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,181sedangkan t tabel dengan taraf signifikasi5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042 (thitung > t table) dengan demikian Ho ditolak,artinya ada perbedaan yang signifikan antaraperawatan tali pusat menggunakan ASI danperawatan kassa kering dengan lama pele-pasan tali pusat.

    2. Pembahasan

    a. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan ASI

    Berdasarkan analisis kategori diketahuibahwa responden terbanyak adalah pele-pasan tali pusat kategori sedang sebanyak10 responden atau 66,67% bayi baru lahir.Dan yang paling sedikit adalah respondenyang pelepasan tali pusat kategori lamasebannyak 2 responden atau 13,33% bayibaru lahir. Mayoritas responden dengankategori sedang disebabkan karena ASImengandung anti infeksi dan anti inflamasisehingga cepat dalam pelepasan tali pusat(Smith, et al., 2007)

  • 86 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    perawatan dengan alkohol karena tidakmampu membunuh spora, dan kurangefektif mengontrol kolonisasi bakteri daninfeksi pada kulit.

    c. Rata-rata lama pelepasan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassakering

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwarata-rata waktu pelepasan tali pusat padakelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, padakelompok perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yangbermakna antara kedua intervensi kepe-rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir(WHO, 2000).

    Berdasarkan hasil penelitian menun-jukkan bahwa waktu pelepasan yang diberiperawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepatdaripada dengan perawatan kassa keringselama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baikdi dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,mineral, dan vitamin di dalam ASI memilikiefek secara langsung ke dalam sel. ASImempunyai kandungan protein cukup ting-gi. Protein berfungsi sebagai pembentukikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asambasa agar pH tubuh seimbang, membentukantibodi, serta memegang peran penting

    dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan.

    d. Perbedaan perawatan tali pusatmenggunakan ASI dan perawatan kassakering dengan lama pelepasan tali pusatpada bayi baru lahir

    Setelah dilakukan analisa data denganmenggunakan uji statistik Independentsample t-test diketahui nilai t hitung sebesar4,181 sedangkan t table dengan taraf signi-fikasi 5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042(t hitung > t table) dengan demikian Hoditolak, artinya ada perbedaan yang signi-fikan antara perawatan tali pusat meng-gunakan ASI dan perawatan kassa keringdengan lama pelepasan tali pusat.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwarata-rata waktu pelepasan tali pusat padakelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, padakelompok perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yangbermakna antara kedua intervensi kepe-rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir(WHO, 2000).

    Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa waktu pelepasan yang diberiperawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepatdaripada dengan perawatan kassa keringselama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baikdi dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,mineral, dan vitamin di dalam ASI memilikiefek secara langsung ke dalam sel. ASImempunyai kandungan protein cukup ting-gi. Protein berfungsi sebagai pembentukikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asambasa agar pH tubuh seimbang, membentukantibodi, serta memegang peran pentingdalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    a. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis, dapat dirumuskanhasil kesimpulan sebagai berikut.

    1. Lama pelepasan tali pusat menggunakan ASIdi Bidan Praktik Swasta Endang Purwatiadalah sebanyak 3 responden atau 20%termasuk kategori cepat, 10 responden atau66,67% termasuk kategori sedang dan 2responden atau 13,33% termasuk kategorilama. Sehingga secara mayoritas lamapelepasan tali pusat responden termasukkategori sedang.

    2. Lama pelepasan tali pusat menggunakankassa kering di Bidan Praktik Swasta EndangPurwati adalah sebanyak 14 respondenatau 93,33% termasuk kategori sedang dan1 responden atau 6,67% termasuk kategorilama. Sehingga secara mayoritas lamapelepasan tali pusat responden termasukkategori sedang.

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 87

    3. Hasil rata-rata lama pelepasan tali pusatpada kelompok perawatan ASI adalah 4 hari3 jam dan perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa waktu pelepasan yang diberi pe-rawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat daripadadengan perawatan kassa kering selama 6hari 4 jam.

    4. Ada perbedaan yang signifikan antaraperawatan tali pusat dengan menggunakanASI dan dengan kassa kering terhadap lamapelepasan tali pusat bayi baru lahir di BidanPraktik Swasta Endang Purwati.

    b. Saran

    Berdasarkan hasil tersebut, dapat disarankanbeberapa hal sebagai berikut.

    1. Bagi Profesi Keperawatan PPNI

    Hal ini dapat dijadikan masukan dan me-nambah wawasan bagi perawat untukmeningkatkan perawatan tali pusat bayibaru lahir untuk mencegah infeksi dankompikasi yang mungkin muncul.

    2. Bagi Mahasiswa STIKES Surya GlobalYogyakarta

    Menambah kepustakaan dalam pengem-bangan ilmu keperawatan khususnya ten-tang perbedaan perawatan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassa keringterhadap lama pelepasan tali pusat bayibaru lahir. Dan dapat dijadikan acuan bagimahasiswa dalam pembelajaran tentangperawatan tali pusat.

    3. Bagi bidan di BPS Endang Purwati Yogyakarta

    Hal ini dapat djadikan masukan dan evaluasitentang pentingnya perawatan tali pusatbayi baru lahir yang efektif dan tidakmenimbulkan infeksi dan dapat dijadikanacuan untuk perawatan tali pusat meng-gunakan ASI.

    4. Bagi Ibu bayi baru lahir di BPS EndangPurwati Yogyakarta

    Dapat dijadikan masukan dan memberikanwawasan bagi ibu dalam perawatan tali

    pusat secara mandiri dan dalam memiihperawatan tali pusat yang baik untukbayinya.

    KEPUSTAKAAN

    Anderson Pediatric Clinic, Nort America,1985;32:335-52

    Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek.Jakarta. Rineke Cipta.

    Bobak, L & Jensen. (2004). Buku AjarKeperawatan Maternitas (Edisi 4).Jakarta: EGC.

    Departemen Kesehatan RI. Manajemen Laktasi.ISBN : 979-8166-02-7

    Dep. Kes. RI, 1991, prosedur Perawatan AnakDirumah Sakit, Cet.2 DirektoratRumah Sakit Jenderal PelayananMedik Dep Kees RI, Jakarta

    Fatah, Syaiful. 2009. Perbedaan LamaPelepasan tali Pusat Antaraperawatan Tertutup denganDibiarkan Terbuka. Tesis FKKedokteran UMY. Yogyakarta

    Ganong,William F. 2002. Buku Ajar Fisiologikedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta

    Golombek SG, Brill PE, Salice AL. RandomizedTrial of Alcohol Versus Tripple DyeFor Umbilical Cord Care. ClinPediatr 2002;41(6):419-23

    Hapsari, Dwi.2009.Telaah Berbagai Faktor yangBerhubungan dengan PemberianASI Pertama (Kolostrum).Availabeonline: hhtp://www.ekologi.l i t b a n g . d e p k e s . g o . i d / d a t a /abstrak/DwiHapsari.pdf, diakses19 Juni 2011

    Hidayat, AAA. 2009. Metode PenelitanKeperawatan dan Teknik AnalisisData. Jakarta. Salemba Medika.

  • 88 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    Kadri N, Suradi R. Standar pelayanan rawatgabung ditinjau dari Ilmu Kese-hatan Anak. Dalam: KumpulanNaskah Lengkap Kongres NasionalPerinasia II. Surabaya: KongresNasional Perinasia II.1986; 98-107.

    Linda.2006. Perawatan tali pusat menggunakanASI. Tesis Maternal dan Perinatal.UGM. Yogyakarta

    Pilliteri A. 2002. Buku Saku PerawatanKesehatan Ibu Dan Anak. PenerbitEGC. Jakarta

    Riordan J, Auerbach K. Breastfeeding andHuman lactation. 2nd ed.Massachutetts : Jones ang BartlettPublisher, 1999: 133-51

    Riyanto, Agus.2009. Pengolahan dan AnalisisData Kesehatan. Medical Book.Yogyakarta

    Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan.Mitra Cendikia Press Yogyakarta.Yogyakarta

    Saifuddin, A.B., Adrianz, G., Wiknjosastro, G.H.& Waspodo, D. (2002). Buku AcuanNasional Pelayanan KesehatanMaternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo.

    Saryono. 2008. Metodologi Penelitian KesehatanPenuntun Praktis Bagi Pemula.Mitra Cendikia Press Yogyakarta.Yogyakarta

    Smith LJ. Allergenic Protection And DefenceAgent System In Human Milk.Dalam: Walker M. Core Curriculumfor lactation consultant practice.Massachusetts : Jones and BartlettPublisher, 2002:118-41

    Sodikin. 2009.Buku Saku perawatan tali pusat.EGC.Jakarta.

    Subagio I. 2003. Lama Pelepasan Tali Pusat Padaperawatan Tali PusatMenggunakan Air SterilDibandingkan Dengan Alkohol 70%Dan Yodium Polidon 10% Di RSUPDR Sardjito. Tesis PPDS I UGM.Yogyakarta

    Subekti, Titis.2011.PerbedaanPerawatan taliPusat menggunakan Kolostrumdengan Kering Terbuka TerhadapLama Waktu Puput Tali Pusat BayiBaru Lahir di BPS Dwi HastutiPrambanan. Skripsi SSG.Yogyakarta

    Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CVAlfabeta. Bandung

    Sumiyarti, Sri. 2006. Perbedaan WaktuPelepasan tali Pusat dan kejadianOmphalitis Pada Perawatan taliPusat Dengan ASI, Alkohol 70% DanPerawatan Kering Terbuka Di RBSakinah Idaman, RS PKUMuhammadiyah Kota gede, danRB Queen Latifa Yogyakarta. TesisKeperawatan FK-UI. Jakarta

    Utami, Deffi Gita Budhi. 2010. Perbedaan LamaLepas Tali Pusat Perawatandengan Menggunakan Kasa SterilDibandingkan Kasa Alkohol Di DesaBowan Kecamatan Delanggu.Skripsi thesis UMS. Surakarta.

    Varney, Helen.1987. Maternity Care. 2/E. AlihBahasa Hartono, A.1996.Perawatan Maternitas. 2/E. EGC.Jakarta

    Wihono, Prima Agus. 2010. Gambaran CaraPerawatan Tali Pusat dan LamaWaktu Pelepasan Tali Pusat diW ilayah Kerja PuskesmasKecamatan Baki Sukoharj. Skripsithesis UMS. Surakarta.

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 89

    World Health Organization. Care Of UmbilicalCord; A Review Of The Evidence.WHO/RHT/MSM/98.4

    Widowati, T. 2003. Efektivitas dan keamanankolostrum untuk perawatan talipusat. Tesis. Tidak dipublikasikan

    Wijayanti Ratri. 2006. Perbedaan lamapelepasan tali pusat pada BBLRyang dirawat denganmenggunakan air sterildibandingkan dengan alkohol 70%di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Skripsi. Yogyakarta

    World Health Organization. Management ofNewborn Problems. Umbilicalcorrd problem.wpd.2002

    World Health Organization. Konselingmenyusui: Pelatihan untuk tenagakesehatan. WHO/CDR/93.4;UNICEF/NUT/93.2

    WHO/RHT/MSM/1998.4. 1998. Maternal AndNewborn Health safe mptherhood-care of the umbilical cord : a reviewof the evidence. http://www.who.int. Diperoleh 19 mei2011

    WHO. 2005. Make mother and child count. TheWorld Health report, p. 8-10

    Zupan J, Garner P. Routine Topical Umbilical CordCare At Birth. Dalam : The CochraneLibrary, issue 2 Oxford : uptadesoftwer, 1998

    Zupan J, Garner P.,Omari, A.A. 2004. TopicalUmbilical Cord Care At Birth. http://www.rhlibrary.com, diperoleh 19Juni 2011

  • 90

    PENGALAMAN PERUBAHAN KESADARAN PADAMARQI

    Sarka A.S.1 & Maryana 2

    ABSTRACT

    Background: Altered state of consciousness (ASC) become important theme specially in theworld of psychotherapy. Considering life complexity affecting at problems of human beingalso complicated progressively. To that of development of psychotherapy being based onreligion cultural social was progressively required one of them is therapy of ruqyah. Variousdisplaying and mass media news, making therapy not even is progressively recognized butalso by dozens which the was searching of to the reason of healing.

    Methods: Objective of this research is to study experience of ASC subjective at marqi byusing approach of fenomenology and executed at in coming marqi in two clinic of ruqyahKota Gede and Kajor Gamping, Sleman, Jogjakarta. In-depth interview and used as by directobservation of data collecting technique at 7 taken subject technique of theoretical samplingand also 11 informan people. Four step of explication data: transcript, IFD (IndividualFenomenology Description), compile and theme of sintesis theme.

    Result & Conclusion: Result of this research show that all of the subject of ASC but in charactertend to unpleasantly. They mean the experience of which was reflection in themes whichemerge in three episode. First, named of pre episode of ruqyah, theme in essence concerningproblems of having the character of psychosomatic which was perception as Jin trouble.The second, named of experience episode of ruqyah in essence theme is experience which donot and reaction of jin (genie). The third named by healing episode which is essence themeis to regarding religion transformation.

    Keywords: Altered state of consciousness (ASC), therapy of ruqyah, Religion transformation.

    1 Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta

    2 Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta

    PENDAHULUAN

    Kesurupan adalah fenomena yang dapatditemukan dalam banyak agama dan di ber-bagai masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesiakhususnya Jawa, kesurupan tidak bisa dilepas-kan dari sejarah mistik (Springate, 2009). Untukitulah, fenomena kesurupan (possession)dikaitkannya dengan gangguan dari makhlukhalus (jin) yang merasuki tubuh korban dan

    mengambil alih tubuh itu selama beberapa saathingga tidak menyadari apa yang dilakukannya.

    Akhmad (2005) menyebutkan, masalah yangditimbulkan akibat gangguan jin adalah masalahkesehatan yang tidak kunjung sembuh denganterapi modern maupun alternatif, masalahibadah atau spiritual dalam hubungan denganTuhan: malas ibadah, perasaan hampa, pera-saan diri kotor, hidup tidak tenang (Qadri, 2005).

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 91

    Oleh karena itu, gangguan jin sifatnya lebih luasdaripada kesurupan yang cenderung insidental,temporer dan bahkan ceremonial (Ng, 2000).

    Khalifa dan Hardie (2005) menyebut geja-lanya: kepala pusing, bicara kacau, tidak bisaberpikir atau berbicara sesuai dengan kemauan-nya. Ahmad (2005) menjelaskan secara rincigejala dari gangguan jin dalam manifestasi fisik:rasa berat dan sesak dada atau sakit, terasapanas, dingin, getaran, kedutan, kesemutan,sensasi ada yang berjalan, pada bagian tubuhtertentu, berdebar, sesak nafas saat men-dengar atau membaca Al-Quran, rasa sakit padabagian tubuh tertentu, diagnosis dan obat tidakada respon baik, mengantuk, banyak tidur ataubahkan insomnia, cepat merasa lapar, padawaktu tertentu tubuh terasa begitu lemas dantidak ada tenaga sama sekali, adanya ucapan-ucapan tertentu yang tiba-tiba saja meluncurtanpa disadari, adanya gerakan tertentu padasalah satu anggota tubuh atau keseluruhansecara mendadak dan tidak disadari. Manifes-tasi psikis: emosional, mudah marah, danmembesar-besarkan masalah, rasa malas untukshalat atau mengerjakan ibadah lainnya, lupaakan sesuatu hal secara tiba-tiba, seringmerinding secara tiba-tiba, suka menyendiri,tidak nyaman atau tidak senang/benci jika adayang membaca Al-Quran, atau ingin menjauh,adanya luapan emosi atau perasaan yang datangtiba-tiba, melihat sosok makhluk, adanyaperasaan hening, merasakan suasana yangberbeda/aneh, adanya bisikan-bisikan ter-tentu, ketika tidur: Mengalami tindihan (tidakbisa bergerak) dan mengigau, ada gerakan aneh,seperti suara gigi yang beradu, terbangun tanpasebab, mimpi buruk dan seram, berdiri,berjalan padahal sedang tidur, ketika tidurhampir terlelap, terkejut dan merasa jatuh kebawah ranjang, mimpi melihat binatang ular,kalajengking, anjing, dan lainnya yang seakan-akan menyerangnya, mimpi ditemui seseorangatau arwah (orang yang sudah meninggal), saattidur merasa ada yang mengganggunya seperti:mencekik, mengusap atau memukulnya.

    Diagnosis permasalahan possession maupun

    gangguan jin, dalam psikologi dan psikiatrimasih kontroversi (Cardena & Gleaves, 2007).Sementara kebutuhan masyarakat terhadappenyembuhan masalah tersebut tidak dapatditunda-tunda. Untuk itulah keberadaan terapialternatif salah satunya terapi ruqyah menjadijawaban, meskipun kajian dan penelitian yangberkaitan dengan masalah-masalah tersebut,terutama dihubungkan dengan sensitifitaskultural, religius, spiritual, maupun trans-personal masih terbatas dilakukan (Johnson &Friedman, 2008).

    Terapi ruqyah yaitu terapi dengan mem-bacakan ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yangberasal dari Nabi Saw, yang pembacaannyadiniatkan sebagai ibadah kepada Allah dandilakukan dengan cara serta asas yang benar(Dwiyati, 2008), Khalifa dan Hardie (2005)menyatakan sebagai mengingat Allah danmembaca Quran; meniup, menghardik, danmemerintahkan jin untuk meninggalkannya;memohon perlindungan Allah dengan menye-but, mengingat, dan memperhatikan ciptaan-Nya.

    Kata ruqyah berasal dari bahasa Arab yangsecara etimologi berarti mantra atau jampi.Menurut istilah syariat Islam, ruqyah adalahbacaan yang terdiri dari ayat al-Quran danhadits yang shahih untuk memohon kepadaAllah untuk kesembuhan orang yang sakit,(Bishri, 2005) dan itulah yang disebut sebagairuqyah syariyyah. Memohon kesembuhankepada selain Allah dengan menggunakanbacaan-bacaan atau lainnya dan bukan dari ayatal-Quran dan hadits disebutnya sebagai ruqyahsyirkiyyah (Munir, 2005).

    Terapi ruqyah merupakan salah satu bentukdari metode spiritualitas (terapi transpersonal,image work, meditasi dan doa) sebagaimanadikatakan oleh Midasari dan Prabowo (2007),karena dalam terapi ruqyah juga dilakukan doa-doa. Istilah terapi (psikoterapi), menurutRowan (1993) berkaitan dengan seseorang yangingin membuka sesuatu dalam dirinya. Psiko-terapi merupakan praktek spiritual dan seba-liknya, hanya yang membedakannya, tindakan

  • 92 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    spiritual lebih menekankan pada apa yangsesungguhnya terjadi dalam diri, bukan padaapa yang seharusnya terjadi atau apa yangdiinginkan terjadi (Midasari & Prabowo,2007).

    Metode spiritualitas adalah cara atau teknikyang digunakan salah satunya untuk mencapaiperubahan kesadaran atau Altered State ofConscoiusness (ASC). ASC dicirikan denganperubahan dalam berpikir, persepsi, danpengendalian prilaku diri (Martindale, 1981;Tart, 1997). Kjellgren, Lyden, dan Norlander(2008) menyatakan selama ASC terjadi penga-laman transpersonal, yaitu semua pengalamanyang terjadi diluar tingkat ego termasuk penga-laman spiritual. Seperti istilah pernyataanpengalaman yang tak terlukiskan, ataupengalaman berhubungan dengan sesuatu atauadanya perasaan tertentu berkaitan denganalam semesta. Untuk itulah ASC dalam banyakliteratur yang membahas mengenai psikoterapidan diyakini memiliki fungsi terapeutik ataupenyembuhan (Kaspersen & Hrklau, 2008;Woods, 2009). Atwater (1997) sebelumnya telahmembuktikan, bahwa ASC memiliki pengaruhterhadap penurunan stress, meditasi, mening-katkan tidur, kreatifitas dan penyembuhan.

    Hasil studi pendahuluan di Klinik RuqyahKota Gede Yogyakarta pada November 2009,sedikitnya ada 5 orang yang diruqyah dalamsehari dengan berbagai keluhan. Sementara itu,munculnya praktek-praktek ruqyah sepertiustadz Haryono di Bekasi, Tim Majalah Ghoibdi Jakarta, Tim Pemburu Hantu, Ustadz Irvan,Ustadz Zainun di Semarang, Pondok RuqyahTerpadu Fatahillah di Cibubur Jawa Barat,menunjukkan besarnya harapan dan kebutuhanmasyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untukmengkaji makna pengalaman subjektif peru-bahan kesadaran (ASC) marqi yang datang diKlinik Ruqyah.

    METODE

    Penelitian ini menggunakan pendekatanfenomenologi yang memfokuskan pada penga-laman subjektif perubahan kesadaran marqi(orang yang diruqyah). Menurut Moleong (2009)

    fenomenologi merupakan pandangan berpikiryang menekankan fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan inter-pretasi-interpretasi dunia.

    Eksplikasi analisis data mencakup beberapaprosedur. Pertama, menuangkan hasil wawan-cara dan observasi dalam tulisan atau transkripyang bertujuan untuk memahami data secarakeseluruhan. Kedua, menyusun DFI (DeskripsiFenomenologi Individual), yang merupakandeskripsi dari transkrip wawancara. Ketigaadalah mengidentifikasi fase-fase umum disetiap DFI yang selanjutnya membuat eksplikasitema-tema dalam setiap fase, melalui prosesrefleksi peneliti terhadap DFI dan transkripsi.Tahap terakhir adalah membuat sintesis temaberdasarkan penjelasan tema-tema dalamsetiap fase sekaligus integrasinya sebagaiesensi pengalaman dari fenomena secarakeseluruhan.

    Subjek penelitian ini adalah marqi yangdatang di klinik ruqyah yang berlokasi di KotaGede dan Kajor, Gamping, Jogjakarta. Denganmenggunakan teknik purposive samplingdalam memilih subjek sebagai sumber datadiperoleh 6 orang ditambah dengan 8 oranginforman. Pengumpulan data subjek denganwawancara mendalam (in-depth interview),dan observasi langsung, terus dilakukansampai inti dari makna pengalaman marqisudah tidak bisa diketahui lagi dan mengalamiexhausted (habis). Ketika subjek tidak lagimemberikan data baru tentang pengalamanini, maka theoretical saturation (titik jenuh)sudah tercapai dan pengumpulan data tidakdiperlukan lagi (Strauss & Corbin, 1990). Dari 6marqi yang menjadi subjek penelitian, penelitipaling sedikit membutuhkan 4 kali pertemuansecara langsung, beberapa kali melalui hu-bungan tilpun dan pesan pendek, disampingjuga melakukan pertemuan langsung denganinforman.

    HASIL

    Hasil penelitian ini ditunjukkan dalam tema-tema umum subjek (Maman, Daman, Ahmad,

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 93

    Yani, Tari, dan Lisa) yang muncul pada tigaepisode:

    A. Episode Pra Ruqyah

    Ada dua tema pokok pada episode praruqyah ini: Pertama, permasalahan, pe-nyakit atau gangguan yang dialami subjekpada umumnya bersifat psikosomatis. Hal initerlihat secara jelas pada semua subjekkecuali Tari, yang memang didiagnosis medisdengan Ca mamae stadium III (kankerpayudara dengan metastase/penyebaran),meskipun dirinya juga mengalami mimpiburuk bertemu dengan makhluk aneh yangmempunyai tanduk dikepalanya yang kebe-tulan tepat dengan posisi tumor yangdialaminya.

    Daman, Ahmad, Yani, maupun Lisa,kesemuanya memiliki keluhan fisik padakepalanya seperti terasa berat, ada yangmengikat, sedangkan Ahmad disamping itusecara khusus juga memiliki keluhan rasasakit di dada seperti di tusuk-tusuk khusus-nya daerah jantung, yang dengan pemerik-saan EKG, tidak ditemukan adanya kelainan.Lisa juga memiliki keluhan fisik lainnya yanglokasinya sama dengan Ahmad, yaitu dada-nya terasa berdebar-debar.

    Maman sendiri tidak mengeluh tentangpermasalahan fisiknya, tetapi lebih menga-rah ke psiko-spiritual/religius dan supra-natural termasuk untuk permasalahan iniyaitu Daman, Ahmad, Yani, dan Lisa. Khususuntuk Lisa sebenarnya ia telah diagnosisdepresi oleh pihak medis, hanya karenadengan pengobatan justru bertambah parahakhirnya memilih terapi ruqyah.

    Secara spesifik Maman menggambarkanpermasalahan dirinya khususnya dari sisiemosi yang sering meledak-ledak danberlebihan. Emosi tersebut tidak saja terjadikarena masalah yang dianggapnya sepelesaja sebetulnya, baik itu di rumah maupundi tempat kerja. Ia menyatakan, hawanyauntuk marah tidak bisa dibendung. Lebih dari

    itu, dorongan untuk melawan siapa saja yangberani termasuk atasan secara fisik, demi-kian mendominasinya. Terkait denganmasalah ibadah Maman juga menyampai-kan, terutama untuk solat subuh selaluterlambat dikerjakan karena malasnyauntuk bangun sampai terbit matahari, dankeluhan anehnya adalah setiap kali solatdikerjakan imaginasinya selalu pada sex(teringat hubungan badan).

    Kedua, adanya keterkaitan yang bersifatmistik sebagai penyebab dari permasa-lahan. Subjek yang sejak awal sudah men-duga bahwa permasalahannya kemungkinandisebabkan oleh gangguan jin (denganragam istilahnya masing-masing) adalahMaman, Daman, Ahmad, dan Yani. Sedang-kan Lisa dan Tari baru kemudian merekamenghubungkannya setelah proses ruqyahdilakukan.

    Maman menghubungkannya dengangangguan jin dalam istilahnya adalah kha-dam, karena memang ia menyadari telahmemiliki 11 ilmu kesaktian atau kanuragan.Daman mengkaitkannya dengan istilah onosing gawe, menurutnya istilah itu sudahlazim di masyarakatnya, sedangkan istilahgangguan jin, santet, maupun sihir, me-nurutnya terlalu kasar. Ahmad menduganyabahwa gangguan jin yang dialaminya berasalkemungkinan dari tiga sumber, pertamapengalaman pernah belajar tenaga dalamwaktu SMP, kedua, riwayat ibunya yangkental dengan dunia mistik, dan ketiga,menghubungkannya karena sering dirinyamengantar dan mendampingi orang di-ruqyah. Sementara Yani, menduganya daridua sumber, yaitu sihir pelet yang awalnyaditujukan pada suaminya tetapi dirinyaterkena imbasnya, dan mendapat waris darisalah seorang penyembuh yang kebetulansemua anaknya penyembuh menolaknya,sementara dirinya meskipun pada awalnyatidak berniat menjadi pewaris, denganterpaksa tidak dapat menolaknya.

  • 94 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    B. Episode Pengalaman Ruqyah

    Ada dua tema pokok pada episode pe-ngalaman ruqyah ini adalah:

    1. Tema pengalaman unusual

    Tema pengalaman unusual ini padaumumnya berkaitan perlakuan-perlakuanyang terjadi selama dalam proses terapiruqyah. Dimana selama ruqyah, begitumasuk dalam proses terapi, raqi selalumemulainya dengan memperdengarkanbacaan-bacaan quran yang telah ditentukandan begitu seterus sampai selesai bacaan.Didalam proses terapi, raqi biasanya akanmengulang-ulang bacaan, memperdengar-kan dengan lebih keras, lebih mendekat-kannya pada telinga marqi, atau bahkanmemberikan tepukan atau pukulan dengantangannya atau tusukan dengan sesuatubenda yang sudah dipersiapkannya (terbuatdari kayu), dan semua perlakuan raqi ter-sebut sangat tergantung dari reaksi marqiyang terjadi dalam proses terapi.

    Pengalaman unusual tersebut dapatdikategorikan sebagai pertama, perubahanfisiologis seperti mual-mual, muntah, danmalaise (perasaan tidak enak badan). Kedua,perubahan persepsi sensori seperti sensasihangat, hembusan angin, sensasi nyeri atausakit, kepala berat, dan halusinasi. Ketiga,perubahan emosi seperti menangis, pe-rasaan plong, dan perasaan lepas seperti adayang keluar. Keempat, perubahan tingkatkesadaran seperti mengantuk, tidur, danpingsan. Kelima, perubahan identitas diriseperti ada sesuatu makhluk yang lain selaindirinya. Keenam, perubahan orientasi waktuseperti perasaan waktu berjalan begitu lamadan singkat atau sebentar saja. Ketujuh,perubahan kontrol diri terhadap peristiwayang dialaminya.

    Semua subjek mengalami pengalamanunusual tersebut meskipun dengan kadarASC yang berbeda-beda. Subjek yang palingkompleks mengalami ASC adalah Yani danyang sangat minimal adalah Daman. Dan

    yang paling khas atau unik ada 4 subjek yaituLisa, Tari, Maman, dan Yani.

    Lisa mengalami perubahan emosi yangtidak satupun subjek yang lain mengalami-nya yaitu berupa menangis. Peneliti yangkebetulan dapat mendampingi Lisa saat diruqyah, menilai tangisannya seperti orangyang kesakitan dan bersedih, suara seper-tinya ada kesan bukanlah suara tangisan Lisasebenarnya. Ia sendiri mengisahkan peris-tiwa tersebut datang tiba-tiba dan diluarkendali dirinya. Menangis pada umumnyamenurut pengalaman Lisa, tentu ada sebab-nya yang menghantarkan sehingga kemu-dian menangis. Pada saat diruqyah yangpertama tersebut, benar-benar tidak adasebab musababnya. Pada ruqyah kedua, Lisamenyatakan tidak lagi menangis sepertiruqyah pertama, karena begitu akan me-nangis, mampu mengendalikannya untuktidak menangis, karena ia sadar dan menge-tahui tidak ada alasannya untuk menangis.Lisa tidak mengetahui saat bacaan apakemudian menangis, tetapi atas hasilwawancara peneliti dengan raqiyah (pe-ruqyah wanita), saat dibacakan berulang ayatkursi.

    Subjek unik kedua adalah Tari. Ia satu-satunya subjek yang mengalami perubahanpersepsi sensori khas dan tidak dialami olehyang lain, yaitu Tari menggambarkannyaseperti sebuah cahaya putih berbentuk bulatyang keluar dari tumor maupun kankerpayudaranya, meskipun ia sendiri tidakmelihatnya secara kasat mata karena waktuitu dalam keadaan mata terpejam sambilberdzikir. Tari tidak dapat menjelaskan saatperlakuan apa dari raqi, apakah sepertibacaan ayat atau surat tertentu, ia menga-takan tidak mengetahuinya. Tetapi yangdiingatnya adalah, saat raqi menanyakanpada dirinya, apakah mb Tari merasakan adasesuatu? Tari menjawab Ya, dan menggambar-kan sesuatu itu seperti di atas dijelaskan.

    Subjek berikutnya yang khas ada duaorang dengan pengalaman yang sama na-

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 95

    mun dinamika psikologisnya berbeda, yaituMaman dan Yani. Pengalaman yang dimaksudadalah semacam dialog meskipun singkat.Biasanya dalam proses ruqyah, jika raqinyaberpengalaman, ketika ia menangkap adatanda atau gejala yang mencurigakan padadiri marqinya, seperti gerakan terlokalisiryang berpindah-pindah, maka raqi akanmemberikan tepukan atau pukulan, ataumemerintahkannya (yang dipersepsikanraqi sebagai Jin) untuk keluar dari diri marqi,dengan mengatakan: ukhruj!, ukhruj! ataukeluar! keluar!

    Maman maupun Yani, mendengar suararaqi yang memerintahkan untuk keluar, dankeduanya menjawab, tidak mau...tidakmau..setiap kali raqi memerintahkanseperti itu. Maman menyatakan peristiwaitu terjadi pada ruqyah yang pertama danYani pada ruqyah yang kedua. Yang perludiketahui, bahwa keduanya baik Mamanmaupun Yani, merasa bukan dirinya yangmenjawab, tidak mau, apalagi Mamanmenyatakan waktu itu dirinya dalamkeadaan pingsan.

    2. Tema harapan, pertarungan danpelepasan

    Tema ini berkaitan erat dengan motivasiawal marqi dan pemahaman yang diberikanoleh raqi. Subjek yang sejak awal memahamibahwa permasalahannya diakibatkan olehpenguasaan ilmu kotor (ilmu kesaktian-kanuragan) yang esesnsinya adalah refleksibantuan dan kekuatan makhluk gaib ber-nama Jin, maka momen ASC selama prosesterapi ruqyah benar-benar diharapkan.Subjek Maman misalnya, ia menunggu-nunggu reaksi yang terjadi sejak awal prosesruqyah dimulai. Baginya, pengalaman me-lihat orang lain diruqyah dengan komplek-sitas reaksi merupakan indikasi bahwadalam dirinya ada makhluk lain dan ia punmerefleksikan pada dirinya seperti itu. Danpemahaman demikian juga tidak disalahkanoleh raqi.

    Pikiran Maman terus berkecamuk, du-gaan mungkin sudah tidak ada lagi Jinnyakarena merasa sampai lama menurutnyabelum juga ada reaksi, silih bergantinyadorongan akan kekhawatiran kalau lepasilmunya bagaimana dirinya menghadapiberbagai kemungkinan kekerasan khusus-nya terkait dengan pekerjaannya dengandorongan pikiran bahwa kan ada AllahYang Maha Kuasa, satu sisi doa permohonanselama diruqyah juga terus dilantunkan agardilepaskan ilmu yang dimilikinya, sementaraitu juga telinga terus memperhatikan ba-caan raqi sebagaimana dimintanya.

    Sampailah akhirnya sebuah penantiandisaat-saat akhir proses ruqyah, begitu iateringatkan akan sesuatu ayat yang pernahdibacanya pada suatu waktu, dan bersamaandengan itu langsung timbul mual-mual yangia rasakan, dan segera pula Maman seolahmenghardik Jin yang ada dalam dirinya: nah,kena lo..! Dan seketika itu pula dugaanpikiran bahwa dalam dirinya sudah tidak adaJin langsung berubah, wah ternyata adaya...munajat kepada Allah agar dikeluarkanJinnya terus pula ia lakukan.

    Maman menyakini, bahwa upaya dirinyatidaklah dengan serta merta tidak mendapatperlawanan, karena reaksi mual-mual di-mana Maman berharap untuk segera diakhiridengan muntah yang menurutnya sebagaisimbol lepasnya ilmu yang dimilikinyaternyata seperti ada yang menahannya.Begitulah sampai akhirnya ruqyah punselesai tidak sampai muntah hanya mual-mual saja. Proses dinamika yang terjadi,Maman memaknainya sebagai sebuah per-tarungan-perlawanan-harapan agar dapatmelepaskan ilmunya, yang ia katakan sampaidirinya mengalami malaise dan berkeringat.

    C. Episode Penyembuhan

    Episode ini dimulai saat berakhirnyaruqyah sampai subjek kembali dalam kehi-dupan sehari-harinya. Ada satu tema pokokyang muncul dalam episode ini, yang me-

  • 96 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    nandai terjadinya perubahan-pemulihandan pembaharuan kehidupan subjek, yaitutema perubahan-kedekatan.

    Semua subjek dengan pengalamannyamasing-masing menyatakan adanya per-ubahan menjadi lebih baik begitu selesairuqyah dibandingkan sebelum memulairuqyah. Termasuk mereka juga melaporkanterjadinya perbaikan atau pemulihan se-telah beberapa waktu kemudian. Bahkan adapula subjek yang menggambarkan terjadinyapembaharuan dalam kehidupannya.

    Subjek pada umumnya menyatakantimbulnya kedekatan hubungan denganAllah, seperti yang diungkapkan Tari, Ahmad,Maman, Lisa, maupun Yani. Tari mengatakanbahwa setelah ruqyah tidak saja dirinyasembuh dari penyakit kankernya, tetapi jugatelah mendekatkannya kembali kepadaAllah, dimana kala itu ia pernah menjalanikehidupan di Pondok Pesantren sebagaisimbol bahwa dirinya sebetulnya pernahdekat dengan Allah. Karena kehidupansemasa kuliahlah menurutnya, khususnyakehidupan kos-kosan yang telah melalaikan-nya. Satu hal baru yang menurut Tari iadapatkan dan aplikasikan sebagaimananasehat dari raqinya, bahwa segala urusanapapun serahkanlah kepada Allah. Ung-kapnya, bahwa ini sebagai hal mendasardalam hidupnya. Sampai ia menceritakanperistiwa terakhir semasa kuliah S2 di-semester 2 yang membuat dirinya sampaidown, tidak tahu kemudian apa jadinya jikabenar-benar saya tidak menerapkan prinsiphidup menyerahkan urusan kepada Allah,katanya. Termasuk dirinya menjadi dapatmemahami berbagai hikmah (wisdom)dibalik kejadian-kejadian buruk yang me-nimpanya.

    Yani menyatakan, begitu selesai ruqyahdirinya merasa menjadi ringan, tadinyabegitu berat rasanya kepala ini. Yani menjadilebih yakin dan berani untuk menghadapiberbagai godaan pada dirinya pribadi mau-

    pun keluarganya. Kala itu, khususnya jikatengah malam bangun dan ingin solattahajud, takutnya luar biasa sampai mrin-ding, kini ia menjadi yakin dan berani bahwasemakin ia takut justru akan senang danbertambah kuat godaan Jinnya, katanya.Yani juga menjadi mengetahui apa kele-mahan dirinya, dan oleh karenanya ia tidakakan larut dengannya. Dalam rumah tang-ganya, kini ia seolah menjadi penasehatspiritual khususnya menghadapi berbagaiujian hidup yang menimpa dan lebih khususlagi pada suaminya, termasuk kini ia lebihberani mendorong dan menfasilitasi agarsuami mempunyai forum pengajian sebagaisalah satu sumber kekuatan psikososial-spiritual.

    PEMBAHASAN

    Ada dua bagian yang menjadi diskusi ataupembahasan dalam penelitian ini, yaituperubahan kesadaran (ASC) dan terapi ruqyah.

    Bagian pertama:Perubahan Kesadaran (ASC)

    Diskusi fenomena ASC dalam penelitian inimenggunakan beberapa paradigma atau pers-pektif (Freeman, 2006) dengan mendasarkanpada tema-tema pokok yang muncul sesuaidengan perspektif subjek yaitu sebagai berikut:

    A. Pengalaman yang tidak biasa

    Pengalaman yang tidak biasa (unusualexperience) terjadi pada subjek dalampenelitian ini, baik pada episode pertama(pra ruqyah) maupun pada episode kedua(pengalaman ruqyah). Subjek menter-jemahkan pengalaman tersebut dalamistilah mereka seperti aneh, dan tidakbiasanya.

    Konteks aneh terkait pengalaman, karenapengalaman tersebut baru sekali itu terjadidalam masa hidupnya. Termasuk jugadikatakan aneh karena pengalaman itukemungkinan kecil terjadi. Misalnya, me-lihat dengan makhluk yang bersifat gaib

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 97

    dapat dianggap pengalaman yang aneh.

    Konteks tidak biasa terkait penga-laman, dikatakan salah seorang subjekkarena biasanya jika ada gejala seperti yangdirasakannya, dengan cara yang sama dapatsembuh, tetapi ini tidak sembuh-sembuhbahkan bertambah gejala lain yang tidakbiasanya. Tart (1997) menyebut pengalamanyang tidak biasa (unusual experience)sebagai bentuk dari altered state of con-sciousness (ASC). Tidak biasa dalam mem-persepsi dirinya, seperti yang dikatakansubjek di atas bentuknya aneh maupuntidak biasanya. Kata atau istilah aneh dantidak biasanya, sebenarnya ini merupakansimbolisasi (symbolization) dari cara merekamempersepsi pengalaman yang tidak biasadialaminya tetapi tidak mampu mengung-kapkannya dalam kata-kata yang dapatmewakilinya (Tinnin, 1990; Tart, 1997).

    Dilihat dari sisi kejadiannya, ASC dapatterjadi secara spontan atau alamiah maupunmelalui suatu induksi tertentu atau di-sengaja. Vaitl et al (2005) menyebutkan salahsatu bentuk ASC yang terjadi secara spontanatau alamiah adalah lamunan atau melamun(daydreaming)dan mimpi atau bermimpi(dreaming).

    B. Fenomena Jin

    Fenomena Jin sebagaimana diungkapkandalam penelitian ini memiliki kesamaandengan karakteristik atau manifestasi gang-guan jin yang diuraikan dalam berbagailiteratur. Meskipun manifestasi yang diuraikandalam literatur tidak semuanya dapat ditemuipada fenomena yang diungkapkan subjek.Beberapa diantaranya termanifestasikansecara fisik: rasa berat, rasa sakit bagian tubuhtertentu, tubuh terasa begitu lemas, termasukinsomnia. Manifestasi psikis: emosional,mudah marah, rasa malas ibadah, amnesia-demensia yang mendadak, merinding, sukamenyendiri, mimpi buruk, mimpi melihatbinatang, termasuk tindihan (Aqila, 2002;Akhmad, 2005).

    Perspektif etic memandang bahwa fe-nomena tersebut merupakan perwujudandari adanya gangguan disosiasi (DissociationDisorder) meskipun diagnosis tersebutmasih terjadi kontroversi atau belum adanyakesepakatan (Ng, 2000; Cardena & Gleaves,2007). Diagnostic and Statistical Manual ofMental Disorders (DSM-IV) mengkategori-kan fenomena tersebut sebagai gangguandisosiasi berdasarkan pada dua aspekkriteria, yaitu adanya gangguan atau per-ubahan kesadaran dan adanya gangguankognitif khususnya memori (Ng, 2000).Somer (2006) menambahkannya denganadanya perubahan atau gangguan identitasdiri.

    Kontrovesi diagnosis sebagaimana dike-mukakan oleh Cardena dan Gleaves (2007)semakin jelas lagi, ketika ditempatkandalam perspektif lintas budaya atau kultural(cross cultural perspective). Untuk itulah,dalam pemahaman tersebut memandangbahwa fenomena ASC seperti di atas bukandikatakan sebagai gangguan disosiasi yangdisebutnya lebih bersifat klinis, tetapisebagai cultural bound syndrom atau cul-tural bound dissociation (Somer, 2006).Dimana dalam konteks budaya maupunagama, masing-masing memiliki karakte-ristik tersendiri.

    Hampir semua subjek mempersepsikanadanya manifestasi gangguan yang merekaalami dengan sesuatu yang bersifat supra-natural, mistik, atau sejenisnya yang diwakilidalam istilah yang sudah membudayadimasyarakat yaitu Jin. Sebagai perban-dingan, pada masyarakat Amerika dimanapandangan biomedis sebagai pandanganyang dominan, mereka memandang gang-guan psikologis maupun masalah-masalahpsikologis berkaitan erat dengan adanyaketidakseimbangan kimiawi otak, dan olehkarenanya mereka mencari pertolongannyapada pihak medis (Good, 1992; Myers, 1998,dalam Edman & Koon, 2000 ). Di India,gangguan atau penyakit jiwa termasuk

  • 98 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    epilepsi yang dihubungkan dengan adanyakarma, gangguan jin, serta pengaruh roh ataumakhluk halus, maka penyembuh lokal(indigenous healer) menjadi pilihan utamamereka (Banerjee & Roy, 1998, dalam Edman& Koon, 2000). Oleh karenanya, keyakinanagama dan sosial budaya menjadi faktorpenting yang berpengaruh dalam mem-persepsi penyakit atau suatu gangguan baikitu gejala, penyebab, maupun pertolonganatau penyembuhannya (Casto & Eroza, 1998;Csordas & Lewton, 1998; Elliot, Pitts &McMaster, 1992; Garro, 1998, dalam Edman& Koon, 2000). Dapat dipahami, dimanasemua subjek dalam penelitian ini ber-agama Islam, dan dengan latar belakangsosial-budaya yang tidak lepas dari warisandan telah mengakar kuat di masyarakat hal-hal yang bersifat mistik-supernatural mau-pun istilah sejenis lainnya (Springate, 2009).

    Perspektif masyarakat sendiri yangdalam hal ini tercermin dalam subjek pene-litian (meskipun secara kuantitatif tidakmemadai), masalah diagnosis atau apapenyakitnya, apa sebabnya, tidak terlalupenting. Kebutuhan mereka adalah, ketikamempunyai masalah, ditangani dalam kadarkemampuan mereka dan sembuh. Untukitulah Bohart (2000) menyatakan, bahwadunia terapi khususnya psikoterapi semakinmemperhatikan aspek-aspek yang berkaitandengan kliennya seperti latar belakangsosial ekonomi kultural, agama, nilai-nilai,dan kemampuannya.

    C. Efek terapeutik

    Efek terapeutik atau pengaruh penyem-buhan dalam penelitian ini, tidak sajadikandung oleh makna dari terapi ruqyah,tetapi juga terefleksi dari simbolisasi katayang digunakan oleh subjek terhadap prosesterapi yang mereka alami. Ada beberapakata atau istilah dalam bahasa subjek yangdimaksud seperti, lepas, keluar, hi-lang, berubah, tenang, dan plong.Mereka merasakan efek terapeutik tersebut

    terutama pada episode ketiga yaitu penye-mbuhan.

    Ada beberapa pandangan yang dapatdigunakan untuk memahami fenomenaterapeutik dari terapi ruqyah:

    1. Sifat bacaan quran

    Setiap agama-agama besar dunia me-miliki kitab suci yang mencatat bahwaTuhannya adalah pemilik kekuatan supre-masi dan diyakini oleh pemeluknya.(McCasland, Cairns, & Yu, 1969; Smart, 1994;Whiting, 1983, dalam Richard & Bergin, 2007).Athar (2009) menyatakan, dalam Islam caratuhan Allah memberikan penyembuhansecara langsung melalui kalam-Nya (Al-Quran) salah satunya adalah dengan tilawah(pembacaan ayat suci quran). Dan terapiruqyah, bentuk perlakuan utamnya adalahtilawah, meskipun semacam dibatasi secarasyariat pada beberapa surat dan ayattertentu.

    Athar (2009) lebih lanjut menjelaskan,bahwa dimensi tilawah secara ilmiah meka-nisme kerjanya berdasarkan prinsip echo(gema suara). Tuntunan islam pun secaraumum sesuai dengan hadist nabi, menga-njurkan agar membaca quran dilakukansecara tartil (dibaca secara benar sesuaihukum tajwid: kaidah pembacaan quran)dan disuarakan. Artinya, prinsip echo se-sungguhnya telah menyatu dalam kaidah-kaidah tilawah quran itu sendiri.

    Dalam dunia medis (pengobatan ke-dokteran) prinsip echo ini telah lazimdigunakan sebagai salah satu cara dalamteknologi penyembuhan. Bentuk penyem-buhan yang dimaksud yaitu yang dinamakanlithotripsy. Teknik atau cara ini digunakanbagi pasien yang mengalami batu ginjal,dimana dengan cara ini tidak lagi harusdilakukan operasi secara konvensional,tetapi cukup dengan mengarahkan echopada sasarannya di ginjal, maka batu gin-jalnya akan hancur. Athar (2009) juga mela-

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 99

    porkan hasil riset mengenai tilawah (pem-bacaan kitab suci Quran) terhadap muslimarab, muslim non arab, dan juga pada nonmuslim, dan hasilnya, terjadi penurunantekanan darah, detak jantung, dan menye-babkan relaksasi otot halus.

    2. Nilai ibadah

    Tidak diragukan lagi, bahwa orang yangberibadah dengan keyakinannya, ditolongbaik secara fisik maupun psikis. Keadaan inidapat dijelaskan dengan prinsip efekplacebo, respon relaksasi, kekuatan yangmengkoneksi jiwa dan raga atau suatupengaruh penyembuhan transenden(Benson, 1996; Borysenko, 1993; Dossey, 1993;Mc Cullough, 1995, dalam Richard & Bergin,2007). Juga ada beberapa bukti, bahwaperbedaan bentuk praktek ibadah memilikiefek yang berbeda pula pada kesejahteraansecara emosional maupun kepuasan hidup(Duckro & Magaletta, 1994; D.G. Richard, 1991;Butler et al., 2002; McCullough & Larson, 1999,dalam Richard & Bergin, 2007). Sebagai contohorang yang hanya melaksanakan ibadahsebatas ritual semata, mereka tampak sedih,menyendiri, depresif, dan tegang. Lain halnyaorang yang melaksanakan ibadah denganpenuh keyakinan (khusyu, tawakal, ikhlas),mereka tampak sejahtera dan bahagia (Poloma & Pendleton, 1991, dalam Richard &Bergin, 2007).

    3. Sifat kontemplatif-meditatif

    Hasil studi yang dilakukan Benson (1996,dalam Richard & Bergin, 2007) dalam praktekkliniknya, menunjukkan bahwa merekadengan keyakinan/pendirian (convictions)keagamaan dan spiritual lebih dalam, me-miliki respon relaksasi rata-rata lebih tinggi.Carlson et al (1998, dalam Richard & Bergin,2007) juga menemukan bukti pada studiempiriknya yang membandingkan efek-tifitas meditasi ibadah-kebaktian denganrelaksasi otot progressif. Mereka yang serius(khusyu) dengan meditasi ibadahnya, di-

    laporkan berkurang prilaku marahnya,kecemasan, maupun ketegangan ototnyadaripada mereka yang serius dalam relaksasiotot progressifnya. Ini sebagai alasan bagikeyakinan atau kepercayaan bahwa praktekspiritual seperti meditasi, kontemplasi danimaginasi keagamaan memiliki kekuatanpenyembuhan yang lebih powerfull denganagama dan spiritual pasien daripada tinda-kan yang memisahkan (secular) atau mem-bersihan keterlibatan aspek keagamaan.

    4. Dimensi psikologis

    Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (Munir, 2005)menuliskan tentang pengaruh ruqyah: Dengan ruqyah hati menyadari akanfungsinya yang utama yaitu mengenalTuhan Penciptanya. Pengenalan ini akanmembangkitkan harapan akan kesembuhanpenyakit yang diderita, karena sudah me-yakini akan kasih sayang Allah kepadamakhluk-Nya. Keyakinan akan kemurahanAllah, pada gilirannya akan memperkuatketahanan tubuh dan seluruh jaringantubuh akan terangsang untuk menolakpenyakit yang telah menimpa dirinya. Dariungkapan tersebut tercermin dari siner-gisitas dalam proses terapi ruqyah, dimanaraqi pada beberapa ayat akan melakukanpengulangan-pengulangan bacaan, denganintonasi suara tertentu, memberikan te-pukan (ada stimulus tertentu yang men-stimulasi sistem neurovaskuler), semen-tara itu marqi diminta untuk memper-hatikannya.

    Pentingnya pencapaian sinergisitasdalam terapi ruqyah juga tampak, bahwaraqi akan memberikan upaya dan marqi jugamengupayakan diri untuk tidak masuk ataubergeser dalam tingkat kesadaran tidur ataumengantuk. Karena jika terjadi hal demikian,dimensi psikologis pencapaian sinergisitasuntuk memberikan optimalisasi terapeutik,tidak akan berjalan secara efektif. Dan halini telah ditunjukkan beberapa subjek dalampenelitian ini.

  • 100 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu

    D. Transformasi religius

    Istilah transformasi religius telah digu-nakan oleh Subandi (2009) untuk menggam-barkan pengalaman keagamaan secara lebihluas yang mencakup dari meningkatnyakomitmen terhadap agama yang dianut,transformasi kesadaran (transformation ofconsciousness) dan transformasi diri (trans-formation of the sense of self). Prosestransformasi religius telah ditunjukkandalam penelitian ini oleh sebagian besarsubjek, dan berikut beberapa diantaranyasecara naratif: Pertama, diawali denganhilangnya beban psikologis berupa kepalamenjadi ringan, kaki mudah untuk melang-kah, kemudian kemauan dan realisasiaktifitas keseharian tidak lagi terganggu,akhirnya aktifitas seperti sediakala khu-susnya terjadi peningkatan kuantitas dankualitas aktifitas ibadah lebih khusus lagisolat malam, baca quran dan dzikir sebagaikekuatan utama, dan bersamaan dengan itudisadari bahwa pemicu awalnya adalahstressor orang tua, kini terjadi perubahandimana subjek berani menghadapi stressordisamping dukungan lingkungan untukreduksi stressor.

    Kedua, diawali dengan lepas-keluarnyasimbolisasi kanker, hilangnya kanker, danbersamaan serta terus dengan itu meme-lihara-meningkatnya amal ibadah sepertipuasa sunah, solat dhuha, solat lima waktupada waktunya, dan tahajud, disampingtotalitas penyerahan segala urusan kepadaAllah. Ketiga, diawali hilangnya bebankepala berat dan sakit, pulihnya kembaliingatan-perhatian dalam solat, timbulnyakeberanian atas ketakutan yang tidakberalasan (diganggu jin), lebih percaya diri,mengetahui kelemahan diri, semangatdalam ibadah. Terakhir, diawali secaralangsung dengan perasaan menjadi lebihtenang, secara bertahap ketika menghadapimasalah biasanya tensi emosi naik, kinimenjadi santai, lebih memahami bawahan,hubungan dengan istri dan anak juga men-

    jadi lebih tenang, dan dari aspek ibadahkhususnya solat subuh menjadi tepat waktuyang biasanya molor bangun setelah terbitmatahari.

    Bagian kedua:Exorcism, Psikoterapi, dan Terapi Ruqyah

    Sebagaimana diketahui bahwa, terapi ruq-yah merupakan suatu bentuk exorcism dalamtradisi agama Islam. Terapi ruqyah ini memilikikesamaan maupun perbedaan dengan exorcismdalam tradisi agama lain. Salah satu kesamaan-nya adalah bahwa terapi ruqyah digunakansebagai cara atau metode untuk mengeluarkanmakhluk lain yang bernama Jin dalam diriseseorang yang telah mengganggunya.Seperti ditunjukkan dalam penelitian ini, terapiruqyah yang telah dilakukan pada sejumlahsubjek, dimana mereka sebelumnya menyata-kan bahwa dalam dirinya ada Jin atau men-dapat gangguan Jin, setelah diterapi ruqyahmenyatakan merasakan ada sesuatu yang keluaratau hilangnya gangguan tersebut. Begitu puntradisi penyembuhan exorcism yang dikenaldalam agama Yahudi dan Nasrani, sebagai carauntuk mengeluarkan spirits, demons atau satanyang ada dalam diri seseorang baik untuk tujuanpenyembuhan maupun untuk tujuan sanctityatau kesucian (Pfeifer, 1994). Sementara dalamagama lainnya seperti Budha dan Hindu,peneliti tidak menemukan cara atau teknikdalam pengeluaran Jin. Yoga dan meditasisebagaimana dikenal, lebih merupakan cara-cara peribadatan pada asalnya, meskipunperkembangannya kedua cara tersebut jugadigunakan untuk tujuan kesehatan.

    Kesamaan lainnya antara ruqyah denganexorcism adalah dasar pemahamannya meman-dang makhluk yang namanya Jin. Islam danYahudi, Nasrani, dimana dikenal ketiganyasebagai agama samawi (agama langit-ber-ketuhanan esa asalnya), menempatkan Jindalam landasan keyakinan atau keimanan,karena dalam ketiga kitab sucinya, makhlukbernama Jin tersebut memang sudah ada(Pfeifer, 1994).

  • Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu 101

    Adapun perbedaannya, bahwa terapi ruqyahtidak hanya sebagai cara untuk mengeluarkanjin, te