jurnal online pdf
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH AFILIASI, TENUR AUDIT, SPESIALISASI INDUSTRI,
PROFESSIONAL FEE, DAN SIZE KANTOR AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT
Jurnal Online
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
Program Magister Akuntansi
Diajukan oleh :
Dika Karlinda Sari
12/340864/PEK/17258
Kepada:
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Jurnal Online
PENGARUH AFILIASI, TENUR AUDIT, SPESIALISASI INDUSTRI,
PROFESSIONAL FEE, DAN SIZE KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Diajukan Oleh:
Dika Karlinda Sari
(12/340864/PEK/17258)
Telah disetujui /disahkan oleh dosen pembimbing:
Yogyakarta, 16 September 2013
Dosen Pembimbing
Dr. Eko Suwardi, M.Sc.,CMA
-
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................ i
Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Abstract ........................................................................................................ iv
Pendahuluan ............................................................................................... 1
Tinjauan Literatur dan pengembangan hipotesis .................................... 3
Metodelogi Penelitian ................................................................................. 6
Hasil, Analisis dan Pembahasan................................................................. 8
Penutup ....................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................ 16
-
iv
ABSTRACT
Dika Karlinda Sari. The Effect of Audit Firms Affiliation, Audit Tenure,
Industry Specialization, Professional Fee, and Audit Firms Size On Audit Quality. Under The Guidance of Dr. Eko Suwardi M.Sc., CMA.
This study aims to examine the factors that affect the quality of audit. Based on
literature review, this study hypothesized that Audit Firms Affiliation, Audit
Tenure, Industry Specialization, Professional Fee, and Audit Firms Size testing
have positive effect On Audit Quality. Different from the previous studies, this
study use Earning Surprise Benchmark as a proxy for actual audit quality.
Empirical test results showed that in the model, Audit Firms Affiliation and Audit
Tenure has do not provide effect on audit quality. Empirical test the other results
show that industry specialization, professional fees, and Audit firms size has
provide positive effect on audit quality. The meaning of those results show that
Audit firms affiliation has no effect on audit quality and the restriction during the
audit engagement (audit tenure) has no effect on audit quality.
Keywords : Audit Firms Affiliation, Audit Tenure, Industry
Specialization, Audit Firms Professional Fee, Audit
Firms Size, and Audit Quality.
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas audit sangat penting
bagi pengguna laporan keuangan untuk
mendapatkan informasi yang sesuai
dengan gambaran keadaan perusahaan.
Namun dengan berbagai kasus
akuntansi dan kegagalan audit yang
terjadi memberikan perhatian
bagaimana meningkatkan independensi
agar transparansi dan akuntabilitas
terhadap stakeholder semakin
membaik. Kasus Enron memberikan
dampak terhadap perubahan tatanan
kondisi dan regulasi praktik bisnis
Amerika Serikat antara lain
diterbitkannya Sarbanes Oxley Act
yang bertujuan untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan
akurasi dan reliabilitas pengungkapan
perusahaan publik. Di Indonesia,
dampak dari terjadinya kasus akuntansi
yang dilakukan oleh Akuntan Publik
(AP) dan auditee-nya adalah
diterbitkannya Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) nomor
423/KMK.06/2002 yang kemudian
disempurnakan menjadi PMK nomor
17/PMK.01/2008 dan saat ini peraturan
tersebut telah disahkan dalam Undang
Undang RI Nomor 5 tahun 2011
dengan pembatasan masa penugasan
audit yaitu untuk Kantor Akuntan
Publik (KAP) selama enam tahun masa
perikatan dan untuk Akuntan Publik
(AP) selama tiga tahun masa perikatan.
Namun dengan adanya regulasi masa
penugasan audit di Indonesia tidak
serta merta mengurangi pelanggaran
yang dilakukan oleh AP. Suprapto
(2013) menggunakan data PPAJP
(pusat pembinaan Akuntan dan jasa
penilai) menyimpulkan bahwa masih
terjadi pelanggaran berupa
ketidaktaatan AP terhadap Standar
Audit-Standar Profesional Akuntan
Publik (SA-SPAP).
Transparansi, independensi,
dan akuntabilitas untuk stakeholder
dapat tercermin dalam laporan
keuangan yang diaudit. AP diharapkan
dapat memberikan laporan keuangan
auditan yang berkualitas. Kualitas
audit yang baik dapat memberikan
input dalam pengambilan keputusan.
Hanya saja pengukuran kualitas audit
sendiri cukup beragam dan belum
benar-benar mewakili ukuran
sebenarnya pada kualitas audit
(Febrianto, 2010). Carcello & Nagy
(2004) menjelaskan bahwa kegagalan
audit justru banyak terjadi pada tiga
tahun pertama perikatan audit, dan
tingkat kegagalan akan berkurang
dengan semakin panjangnya masa
penugasan audit. Pada kasus Enron,
-
2
Size KAP tidak menjadi patokan
sebagai dasar untuk menghasilkan
kualitas audit yang baik. De angelo
(1981) berpendapat bahwa orang yang
kompeten dan independen hanya
dimiliki oleh KAP yang berukuran
besar. Dalam rangka dorongan KAP
untuk mencapai kualitas audit yang
baik, beberapa analisis
mengindikasikan bahwa KAP yang
berukuran besar kemungkinan akan
menyediakan jasa dengan kualitas
audit yang tinggi karena
ketergantungan ekonomi KAP pada
klien dapat diabaikan untuk KAP yang
berukuran besar dan juga akan
menjaga reputasi yang disebabkan oleh
kegagalan audit dibandingkan KAP
yang berukuran kecil. Afiliasi
organisasi asing pada KAP dapat
dijadikan variabel untuk mengukur
kualitas audit. Afiliasi organisasi asing
yang tercantum dalam UU No.5 tahun
2012 memiliki standar pengendalian
mutu dan sistem yang baik sehingga
dapat memberikan hasil audit yang
berkualitas.
Beberapa faktor lain yang
kemungkinan berpengaruh terhadap
kualitas audit adalah professional fee.
Pada umumnya professional fee terdiri
dari fee litigasi dan fee audit. Semakin
besar fee litigasi yang dibayarkan oleh
klien diharapkan klien akan
mendapatkan penasihat hukum yang
semakin professional, dengan
demikian seorang penasihat hukum
akan lebih mampu menggunakan
keahliannya dalam menilai kepastian
(probable) suatu kasus hukum
sehingga akan memudahkan auditor
dalam menilai provisi, asset kontijensi
dan liabilitas kontijensi dan mampu
mengungkapkan kejadian setelah
tanggal neraca, terkait SA-SPAP seksi
337.
Spesialiasi industri juga dapat
digunakan sebagai variabel yang dapat
mempengaruhi kualitas audit. Dengan
adanya spesialisasi industri pada KAP
diyakini bahwa KAP memiliki
keahlian dan pengalaman mengaudit
yang lebih baik. Carcello (1992)
menjelaskan bahwa pengalaman,
keahlian industri dapat mempengaruhi
kualitas audit. Berbagai cara dilakukan
untuk meningkatkan independensi,
transparansi dan akuntabilitas untuk
stakeholder yaitu dengan
meningkatkan kualitas audit sebagai
alat yang digunakan stakeholder untuk
mengambil keputusan. Kualitas audit
dapat dinilai dengan aktual dan
persepsian. Namun, terdapat
keterbatasan dalam menilai kualitas
audit secara aktual karena penilaian
-
3
kualitas audit hanya dapat dilakukan
berdasarkan proses audit sebenarnya
(Febrianto, 2010).
Berdasarkan fenomena yang
terjadi diatas dan perkembangan dari
audit yang ada, penelitian ini bertujuan
untuk menguji faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas audit,
yaitu (1) Afiliasi KAP, (2) Tenur
Audit, (3) Spesialisasi Industri, (4)
Professional Fee, dan (5) Size KAP
dengan menggunakan Earning
Surprise Benchmark sebagai proksi
dari kualitas audit.
II. TINJAUAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Teori Keagenan
Teori keagenan dibangun
sebagai upaya dalam memahami dan
memecahkan masalah yang muncul
manakala ada ketidaklengkapan
informasi pada saat melakukan kontrak
(perikatan). Kontrak yang dimaksud
disini adalah kontrak antara prinsipal
(pemberi kerja) dengan agen (penerima
perintah) (Gudono,2012). Teori
keagenan menjelaskan bahwa terdapat
ketimpangan informasi antara prinsipal
dan agen karena agen sebagai pihak
yang menjalankan bisnis dirasa
mempunyai informasi yang lebih
banyak daripada prinsipal sebagai
pemegang saham. Hal tersebut akan
menimbulkan principal-agent problem
dimana agen akan melakukan tindakan
yang menguntungkan pihaknya semata
dan merugikan pihak prinsipal dan
beban yang dimunculkan akibat
tindakan manajemen menjadi agency
costs. Informasi laporan keuangan
yang tepat waktu dan transparan akan
meminimalkan asimetri informasi
sehingga manajemen dapat mengambil
kebijakan yang dapat menguntungkan
pemegang saham. Laporan keuangan
digunakan berbagai pihak, utamanya
adalah pihak eksternal yaitu
stakeholder atau pemegang saham.
Sehingga pihak stakeholder benar-
benar mendapatkan informasi yang
sebenarnya mengenai keadaan
perusahaan.
B. Kualitas Audit
Kualitas audit menurut
Government Accountability Office
(GAO, 2003) adalah audit quality as
used in the report refers to the auditor
conducting the audit in accordance
with generally accepted auditing
standards (GAAS) to provide
reasonable assurance that the audited
financial statements and related
disclosures are 1.) presented in
conformity with GAAP and 2.) are not
materially misstated whether due to
-
4
errors of fraud. Auditor harus
melakukan audit sesuai dengan standar
audit yang berlaku umum dan
memberikan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan telah diaudit
sesuai dengan standar yang berlaku
umum dan tidak ada salah saji material
didalamnya. Sedangkan kualitas audit
menurut De angelo (1981) the
market-assessed joint probability that
a given auditor will both (a) discover a
breach in the client's accounting
system, and (b) report the breach.
Definisi tersebut menyatakan bahwa
laporan keuangan memiliki
probabilitas kekeliruan material dan
auditor sebagai pemeriksa akan
menemukan kekeliruan pada sistem
akuntansi dan melaporkan kekeliruan
material tersebut.
Terkait pengukuran kualitas
audit, Teoh & Wong (1993)
menggunakan Earning Response
Coefficient sebagai proksi untuk
mengukur kualitas audit. Suprapto
(2013) menggunakan ketaatan AP
terhadap SPAP sebagai proksi untuk
kualitas audit. Becker et al. (1998)
menggunakan akrual diskresioner
sebagai proksi kualitas audit dan
menemukan hasil bahwa kualitas audit
berhubungan negatif dengan akrual
diskresioner yang positif.
Pada penelitian ini, proksi yang
digunakan adalah Earnings Surprise
Benchmark (ESB). Asumsinya adalah
terkait dengan tujuan manajemen, nilai
laba dapat digunakan untuk tujuan
opportunistic dan efficient.
Opportunistic dari earnings
manajement dapat memberikan
fleksibilitas kepada manajemen untuk
memilih kebijakan akuntansi yang
berguna untuk memaksimalkan utilitas
manajemen seperti dengan
meningkatkan laba guna memperoleh
bonus window dressing dan taking
a bath. Sedangkan untuk efficient
dalam earnings manajement dapat
memberikan kemudahan kepada
manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi yang berguna untuk
pemegang saham karena memberikan
gambaran potensi ekonomis
perusahaan dimasa depan. Kualitas
audit sering dihubungkan dengan
kualitas laba yang dilaporkan, terkait
dengan opportunistic motives, Chen et
al (2004) menjelaskan bahwa jika
kualitas audit yang dihasilkan rendah,
dapat dijelaskan bahwa laba yang
disajikan dalam laporan keuangan
cenderung mengandung akun-akun
yang tidak tepat dalam
menggambarkan hasil operasi dan
kondisi keuangan perusahaan.
Sehingga peran AP adalah menemukan
-
5
akun-akun yang tidak tepat pada hasil
operasi dan melaporkan pelanggaran
dalam sistem akuntansi klien dan
pelanggaran yang ditemukan oleh AP
dapat mengukur kualitas audit
berkaitan dengan pengetahuan dan
kemampuan AP untuk mengungkap
pelanggaran tersebut.
C. Pengembangan Hipotesis
KAP yang mempunyai afiliasi
internasional diharapkan mampu
mendeteksi lebih dini kesalahan
akuntansi dan melaporkannya. Pada
kenyataannya, auditor yang berafiliasi
dengan KAP asing terutama big 4 tidak
hanya besar dari segi ukuran dan
pendapatan, namun juga mempunyai
reputasi brand name yang mendorong
auditor untuk menyediakan audit yang
berkualitas (Gemala,2012). KAP yang
berafiliasi asing mempunyai standar
mutu dan pengendalian bertaraf
internasional, sehingga dengan adanya
system yang baik diharapkan akan
menghasilkan AP yang berkualitas
sehingga akan memepengaruhi hasil
audit yang diberikan.
H1= KAP yang berafiliasi asing
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.
Berbagai penelitian dengan
argumen yang berbeda mengenai masa
penugasan audit terhadap kualitas
audit. Giri (2010) menjelaskan bahwa
terdapat suatu sudut pandang mengenai
tenur audit yang panjang yaitu dengan
lamanya tenur audit akan mendorong
terciptanya pengetahuan bisnis yang
lebih banyak bagi AP. Pengetahuan ini
dapat digunakan untuk merancang
prosedur audit yang lebih baik dan
efektif sehingga berdampak pada hasil
laporan keuangan yang berkualitas.
Namun di lain pihak, tenur audit akan
membuat ketergantungan ekonomi AP
terhadap klien, dan tugas yang
berulang-ulang membuat familiar AP
terhadap tugas tersebut sehingga
kapabilitas AP untuk bersikap lebih
kritis akan berkurang karena tugas
yang familiar. Tenur audit dapat
mempengaruhi AP dalam memberikan
opini terhadap laporan keuangan,
karena dengan adanya masa penugasan
yang lama membuat AP mengalami
ketergantungan secara ekonomi dan
keterikatan kerja yang membuat
hubungan mereka semakin dekat
sehingga berdampak pada
independensi AP itu sendiri.
H2 = tenur audit yang panjang
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.
KAP dengan spesialisasi
industri memiliki pengetahuan,
-
6
pengalaman, dan keahlian pada suatu
industri tertentu yang dapat
meningkatkan kualitas audit. Banyak
penelitian (Balsam, 2003 dan Hogan &
Jeter, 1999) yang membuktikan
keunggulan AP spesialisasi industri
dibandingkan dengan AP non spesalis.
H3 = Spesialisasi industri
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.
Semakin besar profesional fee
yang ditunjukan dengan semakin besar
fee audit maka AP bisa memperluas
prosedur
audit dan memperbanyak
jumlah sampel serta semakin besar fee
penasihat hukum (legal fee) maka akan
mempermudah AP untuk mendapatkan
informasi mengenai kepastian
pencatatan kejadian yang bersifat
kontijensi dan status hukum klien,
sehingga AP dapat memperoleh
informasi yang andal dan dapat
melakukan penilaian asersi manajemen
mengenai pengakuan kejadian,
peristiwa, transaksi yang bersifat
kontinjensi atau provisi serta
keharusan pengungkapan secara full
disclosure.
H4 = Profesional fee berpengaruh
positif terhadap kualitas audit.
De angelo (1981) dan Wats &
Zimmerman (1986) dalam Wibowo &
Rosieta (2009) menyatakan bahwa
ukuran auditor akan berpengaruh
positif terhadap kualitas audit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
KAP besar mempunyai kemampuan
yang lebih baik dalam melakukan audit
sehingga menghasilkan hasil audit
yang lebih berkualitas dibandingkan
dengan KAP kecil.
H5 = Size KAP berpengaruh positif
terhadap kualitas audit
III. METODE PENELITIAN
A. Pemilihan Sampel dan Pengumpulan
Data
Populasi penelitian ini adalah
seluruh perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Periode pengamatan penelitian
dilakukan dari tahun 2005-2011.
Perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
(Purposive Sampling), yaitu:
1. Perusahaan tergolong dalam jenis
perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
-
7
2. Laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit dan annual
report tahun 2005-2011
3. Tersedianya semua data yang
dibutuhkan diantaranya nama KAP
yang mengaudit, afiliasi organisasi
asing dari KAP, professional fee
dalam catatan atas laporan
keuangan dan jumlah AP atau
partner yang terdapat dalam KAP.
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diambil dari laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang
listing di BEI pada tahun 2005-2011.
Data sekunder yang dikumpulkan
diperoleh situs www.idx.co.id dan dari
situs masing-masing perusahaan sampel.
B. Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kualitas audit.
Dalam penelitian ini, pengukuran yang
digunakan sebagai proksi kualitas audit
adalah earnings surprise benchmark
yang dikembangkan dari Wibowo &
Rosieta (2009), formula yang dapat
dipakai untuk penghindaran pelaporan
kerugian tersebut adalah earnings/total
assets. Oleh karena itu, earnings/total
assets atau yang lebih sering dikenal
dengan ROA (Return on Assets) dipilih
menjadi tolok ukur penentu kualitas
audit. Kualitas audit dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
(1) MEET_BE=1 ketika memenuhi
kriteria -< < +, sebagai proksi
dari kualitas audit yang tinggi dan (2)
MEET_BE=0 dikatakan memiliki
kualitas audit yang rendah, dimana
manajemen melakukan praktek
window dressing( > +) ataupun
taking a bath( < +).
2. Variabel Independen
Variabel Independen dalam
penelitian ini yaitu (1) Afiliasi-non
afiliasi dengan menggunakan data
dummy dimana untuk KAP yang
berafiliasi asing yang terdaftar dalam
KAP dan OAA diberikan angka 1 dan
yang tidak berafiliasi dengan asing
diberikan angka 0. (2) Tenur audit
pada KAP menggunakan jumlah tahun
ketika KAP yang sama telah
melakukan perikatan dengan klien
yang sama. Tahun pertama perikatan
dimulai dengan angka 1 dan ditambah
dengan satu untuk tahun-tahun
berikutnya. (3) spesialisasi industri
menggunakan total terbanyak KAP
yang mengaudit suatu industri tertentu.
(4) Professional fee menggunakan
proksi logaritma natural (Ln)
professional fee yang tercantum dalam
-
8
laporan keuangan atau annual report
auditee. (5) Size KAP dalam
penelitian ini menggunakan jumlah
rekan AP dalam suatu KAP sebagai
proksinya.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis pada model
penelitian ini menggunakan model
regresi yaitu tentang keterkaitan antara
variabel dependen yaitu kualitas audit
dengan variable independen yaitu
afiliasi KAP, tenur audit, spesialisasi
industri, professional fee, dan size
KAP.
Persamaan regresi pada model
penelitian ini adalah:
Logit {KUALITAS_AUDIT = 1 vs 0}
= o+ (1*Afil) + (2*TenKAP) +
(3*SpecInd) + (4*Proffee) +
(5*SizeKAP)+ e .
Keterangan:
KA = Menggunakan
data dummy, 1
untuk kualitas audit
yang baik dan 0
untuk kualitas audit
yang buruk
Afil = AP yang
berafiliasi dengan
asing, menggunakan
dummy dimana
angka 1 untuk KAP
yang berafiliasi
dengan
KAPA/OAA, dan
angka 0 untuk KAP
yang tidak
berafiliasi dengan
KAPA/OAA.
TenKAP = Lamanya masa
penugasan atau
perikatan KAP
terhadap klien.
SpecInd = KAP yang
memiliki jumlah
klien paling banyak
dalam suatu sub
sektor industri
manufaktur.
Proffee = fee yang
tercantum pada
laporan keuangan,
yang mencakup
keseluruhan fee
untuk pihak ketiga.
SizeKAP = Jumlah AP yang
terdaftar dalam
KAP.
1 5 = Koefisien regresi
e = Error
IV. HASIL, ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
A. Data
Populasi di eliminasi sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan
-
9
maka terdapat 40 perusahaan yang
dijadikan sampel untuk model
penelitian. Sehingga sampel yang
memenuhi kualifikasi dalam penelitian
ini berjumlah 280 data pengamatan
dari tahun 2005 sampai 2011.
B. Statistik Deskriptif
Tabel berikut menjelaskan
gambaran statistik deskriptif pada
model penelitian ini.
Var. Mean Std.dev Min Max
KA 0,88 0,331 0,00 1,00
Afil 0,9464 0,22557 0,00 1,00
Ten 2,2107 1,21308 1,00 6,00
SpecInd 0,4464 0,49801 0,00 1,00
Proffee 20,9940 2,21556 14,29 27,89
Size 13,9964 6,84781 1,00 23,00
Berdasarkan tabel diatas
sebanyak 280 observasi menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan telah
memiliki kualitas audit yang baik
dengan rata-rata sebesar 0,88 dan
standar deviasi sebesar 0,331. Hal ini
berarti bahwa rata-rata 88 %
perusahaan manufaktur telah memiliki
kualitas audit yang baik. Hasil
deskriptif pada variabel afiliasi KAP
menunjukkan nilai rata-rata 0,9464
minimum 0 dan maksimum 1 dengan
standar deviasi sebesar 0,22557. Hasil
ini menunjukkan bahwa KAP yang
berafiliasi asing pada penelitian ini
sebanyak 95%. Hasil deskriptif pada
variabel tenur audit menunjukkan nilai
rata-rata sebesar 2,2107, minimum
sebesar 1, maksimum sebesar 6 dan
standar deviasi sebesar 1,21308. Hal
ini dapat diartikan bahwa lamanya
masa penugasan KAP terhadap
kliennya rata-rata adalah 2,2 tahun.
Pada variabel spesialisasi industri
menunjukkan nilai rata-rata sebesar
0,4464, minimun sebesar 0, maksimum
sebesar 1 dan standar deviasi sebesar
0,49801. Hal ini dapat diartikan bahwa
hanya sebagian sampel yaitu sebesar
44,64% perusahaan diaudit oleh KAP
yang memiliki keahlian dalam suatu
industri tertentu (spesialisasi industri).
Hasil deskriptif terhadap professional
fee dengan nilai rata-rata adalah
sebesar 20,9940, nilai minimum
sebesar 14,29, maksimum sebesar
27,89 dan standar deviasi sebesar
2,21556. Hal ini dapat diartikan bahwa
besarnya fee audit yang diterima KAP
rata-rata sebesar 20,9940 (ln) atau
sebesar Rp.15.681.733.342,1. Pada
variabel size KAP menunjukkan nilai
rata-rata sebesar 13,9964, minimun
sebesar 1, maksimum sebesar 23 dan
standar deviasi sebesar 6,84781. Hasil
ini berarti rata-rata perusahaan
-
10
menggunakan KAP dengan partner
berjumlah 14 orang.
C. Uji Model
Pada uji multikolinearitas,
koefisien korelasi antar variabel
independen, menunjukkan bahwa tidak
terdapat korelasi pada model penelitian
ini karena semua hubungan antar
variabel independen menunjukkan
angka dibawah 0,90 sehingga dapat
dikatakan bahwa model tersebut tidak
terdapat multikolinearitas. Uji overall
of fit menunjukkan bahwa model
memiliki nilai signifikansi atas selisih
nilai -2 Log Likelihood dibawah 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa dengan
memasukkan variabel independen ke
dalam model penelitian akan mampu
menambah prediksi model regresi
logistik. Uji goodness of fit
menunjukkan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 sehingga model dapat
dikatakan fit atau dapat diterima oleh
data empiris.
D. Uji Koefisien Determinasi
Hasil koefisien determinasi
pada regresi logistik dapat dilihat nilai
Nagelkerkes R2 adalah 0,228 yang
berarti bahwa kualitas audit sebagai
variabel dependen mampu dijelaskan
sebesar 22,8% oleh variabel
independen yaitu afiliasi KAP, tenur
audit, spesialisasi industri, professional
fee, dan size KAP. sedangkan sisanya
sebesar 77,2% pada kualitas audit
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya
yang tidak dimasukan dalam model
penelitian.
E. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil uji hipotesis pada regresi
logistik dapat dilihat dari tingkat
signifikansi (p < 0,05) hubungan antara
variabel independen dengan kualitas
audit sehingga akan diketahui apakah
hipotesis diterima atau tidak diterima.
Suatu variabel dikatakan berpengaruh
apabila nilai probabilitas signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
alternatif diterima atau sebaliknya.
Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh afiiasi KAP, tenur audit,
spesialisasi industri, professional fee,
dan size KAP terhadap kualitas audit
sebagai variabel dependen. Berikut
adalah hasil pengujian hipotesis
dengan regresi logistik pada tabel
berikut:
-
11
F. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis
Hipotesis pertama menyatakan
bahwa KAP yang berafiiasi asing
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Pengujian koefisien determinasi
pada KAP yang berafiliasi asing
menghasilkan nilai estimate -20,301,
wald 0,000, rasio odds 0,000 dan
signifikansi 0,998. sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pertama
tidak diterima. Koefisien pada afiliasi
KAP adalah negatif. Hal ini dapat
diartikan apabila variabel independen
lainnya konstan, maka log of odds
kualitas audit akan menurun sebesar
20,301 untuk KAP yang berafiliasi
asing dibandingkan dengan KAP yang
tidak berafiliasi asing. Namun, untuk
tingkat signifikansi yaitu 0,998 > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh antara
KAP yang berafiliasi asing dengan
kualitas audit. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Krishnan (2003) yang menyimpulkan
bahwa KAP yang berafiiasi asing (big
four/ non big four) menawarkan
kualitas audit yang tinggi dari pada
yang bukan afiliasi asing. Perbedaan
hasil penelitian ini kemungkinan
karena terdapat perbedaan penetapan
afiliasi asing dimana peneliti
menetapkan afiliasi internasional yang
terdaftar di KAPA dan OAA sebagai
proksi dari afiliasi asing.
Hipotesis kedua menyatakan
bahwa tenur audit berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Hasil
pengujian tenur audit pada uji
koefisien menghasilkan nilai estimate -
0,244, wald 2,175, rasio odds 0,784
dan tingkat signifikansi 0,140 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedua tidak diterima. Pada uji
koefisien untuk tenur audit
menunjukan hasil yang negatif
sehingga dapat diartikan bahwa
kualitas audit akan semakin rendah
dengan semakin lamanya masa
penugasan KAP dan dapat dijabarkan
jika variabel independen lainnya
konstan, maka semakin lama KAP
melakukan perikatan akan
menurunkan log of odss pada kualitas
B Wald Sig. Exp
(B)
Afilasi
-
20,301 0,000 0,998 0,000
Tenur -0,244 2,175 0,140 0,784
SpecInd 1,125 5,118 0,024 3,079
Proffee 0,219 5,583 0,018 1,245
SizeKAP 0,097 7,970 0,005 1,102
Constant 16,647 0,000 0,999 2E+007
-
12
audit sebesar 0,244. terkait hubungan
antara variabel independen dan odds
dapat dijabarkan bahwa jika variabel
lain konstan maka odds kualitas audit
akan menurun sebesar 0,784 dengan
probabilitas signifikansi 0,140 > 0.05
sehingga tidak ada pengaruh antara
tenur audit dengan kualitas audit. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil
penelitian suprapto (2013) yang
menyatakan bahwa masa penugasan
audit tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Penelitian Wibowo &
Rosieta (2009) juga menyatakan hal
yang sama bahwa masa penugasan
audit tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Asumsinya adalah masa
penugasan audit yang lama akan
membuat suatu KAP menjadi tidak
independen dan tidak ada peer riview
antar KAP didalamnya. Argumen lain
dari carey & simnett (2006)
menyatakan bahwa kualitas audit akan
menurun dengan semakin panjangnya
masa penugasan audit. Namun, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Giri
(2010) dengan menggunakan akrual
diskresioneri menyatakan bahwa
adanya pengaruh negatif dan signifikan
antara masa penugasan audit dan
kualitas audit.
Hipotesis ke tiga menyatakan
bahwa spesialisasi industri
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Hasil pengujian spesialisasi
industri pada uji koefisien
menghasilkan nilai estimate 1,125,
wald 5,118, rasio odds 3,079 dan
tingkat signifikansi 0,024 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke
tiga diterima. Pada uji koefisien
menunjukan hasil yang positif
sehingga dapat diartikan bahwa
kualitas audit akan semakin meningkat
dengan adanya spesialisasi industri,
dan dapat dijabarkan jika variabel
independen lain konstan, maka setiap
kenaikan spesialisasi industri akan
meningkatkan log of odss pada kualitas
audit sebesar 1,125. terkait hubungan
antara variabel independen dan odds
dapat dijabarkan bahwa jika variabel
lain konstan maka odds kualitas audit
akan meningkat sebesar 3,079 dengan
probabilitas signifikansi 0,024 > 0,05
sehingga terdapat pengaruh antara
spesialisasi industri dengan kualitas
audit. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Balsam et al (2003)
dengan menggunakan proksi Earning
Response Coefficient (ERC) dan
Discretional acruals Coefficient
(DAC) untuk kualitas laba pada klien
yang diaudit oleh spesialisasi industri
dan yang tidak diaudit oleh spesialisasi
industri. Kesimpulannya adalah ERC
lebih tinggi dan nilai DAC lebih
-
13
rendah pada klien yang diaudit oleh
auditor spesialis industri. Artinya
bahwa kualitas laba yang dimiliki oleh
klien yang menggunakan spesialisasi
industri dapat dikatakan tinggi
daripada yang tidak menggunakan
spesialisasi industri. KAP yang
termasuk dalam spesialisasi industri
dengan AP yang mempunyai
pemahaman, keahlian, dan
pengetahuan lebih mendalam
mengenai proses bisnis industri
tertentu dapat memberikan kualitas
audit yang lebih baik dalam menilai
setiap transaksi yang terjadi dan proses
bisnis industri tertentu.
Hipotesis ke empat menyatakan
bahwa professional fee berpengaruh
positif terhadap kualitas audit. Hasil
pengujian pada uji koefisien
menghasilkan nilai estimate 0,219,
wald 5,583, rasio odds 1,245 dan
tingkat signifikansi 0,018 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke
empat diterima. Pada hasil uji
koefisien menunjukan hasil yang
positif sehingga dapat diartikan bahwa
kualitas audit akan semakin meningkat
dengan semakin tingginya fee yang
diperoleh (professional fee), sehingga
dapat dijabarkan jika variabel
independen lainnya konstan, maka
setiap kenaikan professional fee akan
meningkatkan log of odss pada kualitas
audit sebesar 0,219. terkait hubungan
antara variabel independen dan odds
dapat dijabarkan bahwa jika variabel
lain konstan maka odds kualitas audit
akan meningkat sebesar 1,245 dengan
probabilitas signifikansi 0,018 > 0,05
sehingga terdapat pengaruh antara
professional fee dengan kualitas audit.
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum
ada penelitian yang menggunakan
variabel professional fee sebagai
variabel untuk mengukur kualitas audit
dan pengaruhnya. Professional fee
yang digunakan adalah jumlah fee
yang tercantum dalam laporan
keuangan.
Hipotesis ke lima menyatakan
bahwa Size KAP berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Hasil
pengujian koefisien size KAP
menghasilkan nilai estimate 0,097,
wald 7,970, rasio odds 1,102 dan
tingkat signifikansi 0,005 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke
lima diterima. Pada hasil uji koefisien
size KAP menunjukan hasil yang
positif sehingga dapat diartikan bahwa
kualitas audit akan semakin meningkat
dengan semakin banyaknya jumlah
partner atau AP yang dimiliki oleh
KAP, sehingga dapat dijabarkan jika
variabel independen lain konstan,
-
14
maka setiap kenaikan size KAP akan
meningkatkan log of odss pada kualitas
audit sebesar 0,097. terkait hubungan
antara variabel independen dan odds
dapat dijabarkan bahwa jika variabel
lain konstan maka odds kualitas audit
akan meningkat sebesar 1,102 dengan
probabilitas signifikansi 0,005 > 0,05
sehingga terdapat pengaruh antara size
KAP dengan kualitas audit.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
wibowo & rosieta (2009) yang
menyatakan bahwa size KAP
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.Watts & Zimmerman (1986)
dalam Wibowo & Rosieta (2009)
menyatakan bahwa semakin besar size
KAP maka akan semakin baik kualitas
audit yang akan dihasilkan. Febrianto
(2010) menyatakan bahwa jika AP dan
klien sama-sama memiliki ukuran
perusahaan yang kecil, maka ada
kemungkinan probabilitas yang besar
bahwa penghasilan AP tersebut
bergantung pada fee audit yang
dibayarkan klien.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa Afiliasi organisasi
asing dan lamanya masa perikatan
audit (tenur audit) tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Namun, untuk
variabel independen lainnya yaitu
Spesialisasi industri, professional fee,
dan size KAP berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
B. Keterbatasan
Terdapat beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengukuran kuallitas audit dalam
penelitian ini menggunakan
earnings surprise benchmark yang
menggunakan ROA pada laporan
keuangan. masih banyak
pengukuran-pengukuran lain yang
dapat digunakan untuk menilai
kualitas audit.
2. Penggunaan variabel dalam
penelitian ini hanya terdiri dari
KAP yang berafiliasi asing, tenur
audit, spesialisasi industri,
professional fee, dan size KAP.
Masih banyak variabel yang
kemungkinan belum pernah diteliti
menyangkut faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit.
-
15
3. Spesialisasi industri pada penelitian
ini tidak dihitung berdasarkan
market share 20% dikarenakan
keterbatasan data yang diperoleh
sehingga spesialisasi dihitung
berdasarkan total tiap KAP
mengaudit sub industri tertentu.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan
dalam penelitian ini, maka peneliti
membuat beberapa saran dan
perbaikan untuk penelitian selanjutnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang telah diteliti
dalam model regresi penelitian ini
belum keseluruhan dari faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, sehingga dapat
dilakukan penelitian selanjutnya
dengan menggunakan variabel baru
yang belum pernah diteliti terhadap
pengaruh kualitas audit.
2. Jumlah data yang baik dalam suatu
model regresi logistik dalam
hosmer and lemeshow setidaknya
minimal 400 jumlah sampel
sehingga dapat memperoleh model
fitness dengan baik (gudono,
2011). Semakin banyak data pada
suatu penelitian akan menghasilkan
output yang representative.
Daftar Pustaka
Agoes Sukrisno, 2004, Auditing
(Pemeriksaan Akuntan), Cetakan
ketiga, Lembaga penerbit FEUI,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2012, Produk
Domestik Bruto, Jakarta.
Balsam, S., J. Krishnan, dan J.S. Yang.
2003. Auditor Industry
Specialization and Earnings Quality.
Auditing: A Journal of Practice &
Theory 22 (2): 7197.
Bapepam, 2002 - 2003, Siaran Pers Badan
Pengawas Pasar Modal, Jakarta.
Boynton, W.C., & Johnson, R.N., 2006,
Modern Auditing: Assurance
Services and the Integrity of
Financial Reporting, Eight Edition,
John Wiley & Sons. Inc., NJ.
Becker, C.L., Defond, M.L., Jiambalvo, J.,
& Subramanyam, K.R., 1998, The Effect of Audit Quality on Earnings
Management. Contemporary Accounting Research, Spring 1998,
Vol. 15 (1). Pp. 1-24.
Carcello, J.V., & Nagy A.L., 2004, Audit Firm Tenure and Fraudulent
Financial Reporting.Auditing: A Journal of Practice and
Theory.Vol.23 (2): Pp. 55-69.
Carcello, J.V., R. Hermanson, dan N.
McGrath. 1992. Audit Quality
Attributes: The Perceptions of Audit
Partners, Prepares, and Financial
Statement Users. Auditing: A
Journal of Practice & Theory 11 (1):
115.
Carey, P. & Simnett, R., 2006, Audit Partner Tenure and Audit
Quality.The Accounting Review, Vol. 81 (3). Pp. 653-676.
-
16
Cunningham, M., 2006. Enron and Arthur
Andersen : The Case of the crooked
E and the Fallen A. Global
Perspectives on Accounting
Education Volume 3, 27-48.
Craswell, A.T., J.R. Francis and S.L.
Taylor. 1995. Auditor Brand Name
Reputations and Industry
Specializations. Journal of
Accounting and Economics 20: 297-
322.
Chen, C. Y., C. J. Lin. & Y. C. Lin.
(2004). Audit partner tenure, audit
firm tenure and discretionary
accruals; does long auditor tenure
impair earning quality? Working
paper, Hong Kong University of
Science and Technology.
Chung, H., 2004, Selective Mandatory Auditor Rotation and Audit Quality:
An Empirical Investigation of
Auditor Designation Policy in
Korea. Krannert Graduate School of Management Purdue University,
West Lafayette.
DeAngelo, L.E. 1981. Auditor
Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation.Journal of
Accounting and Economics 3 (2):
113127.
DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality.Journal of Accounting and
Economics.December.pp. 183199.
DeFond, M.L., Raghunandan, K.,
&Subramanyam, K.R., 2002, Do Non-Audit Service Fees Impair
Auditor Independence? Evidence
from Going Concern Audit
Opinions.Journal of Accounting Research, Vol. 40 (4), Pp. 1247-
1274.
Febrianto, R., 2010, Pengukuran Kualitas
Audit: Sebuah Esai. Jurnal Publikasi.
Francis, J.R., 2011,A Farmework for
Understanding and Researching
Audity Quality. Auditing: A Journal
of Practice & Theory Vol. 30, No. 2
May 2011 pp. 125-152
General Accounting Office (GAO). 2003.
Public Accounting Firms Required
Study on the Potential Effects of
Mandatory Audit Firm Rotation.
Washington, D.C.
Giri, E.F., 2010, Pengaruh Tenur Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi
KAP terhadap Kualitas Audit :
Kasus Rotasi Wajib Auditor di
Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi 13.
Gemala, Boria., 2012. Pengaruh Afiliasi Big 4, KAP yang terdaftar di
PCAOB, Kepemilikan Manajemen,
dan Jumlah Komite Audit terhadap
Discretionary Accrual.Tesis.
Gudono, 2011, Analisis Data Multivariat,
Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Gudono, 2012, Teori Akuntansi, Cetakan
Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Ghozali Imam, dan Chariri Anis, 2007,
Teori Akuntansi, Cetakan ketiga,
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Bandung.
Ghozali, I., 2011, Analisis Multivariate
Lanjutan Dengan Program SPSS,
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hogan, C., and Jeter, D. 1999. Industry
Specialization by Auditors.
Auditing: A Journal of Practice
and Theory (Spring): 1-17.
Hoitash, R., Markelevich, A.,& Barragato,
C.A., 2007, Auditor Fees and Audit Quality.Managerial Auditing Journal, Vol. 22 (8), Pp. 761-786.
-
17
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar
Profesional Akuntan Publik.
Salemba Empat, Jakarta.
Indonesia Premium Database, CIEC
data, 2012.
Keputusan Ketua BAPEPAM, Nomor :
Kep- 20 /PM/2002
Krishnan, Gopal V. 2003.Audit Quality and the Pricing of Discretionary
Accruals. Hong Kong: Associate Professor of Accounting
Departement of Accountancy City
University of Hong Kong.
Li Dang, 2004, Assessing Actual Audit
Quality. Thesis in Drexel University.
Menteri Keuangan R.I.,2003 ,Keputusan
Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2002 jo
359/KMK.06/2003 tentang Jasa
Akuntan Publik, Jakarta.
Menteri Keuangan R.I., 2008, Peraturan
Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008,
tentang Jasa Akuntan Publik.
Jakarta.
Neal T., and Riley R. 2004. Auditor
Industry Specialist Research Design.
Auditing: A Journal of Practice and
Theory Vol.23 No. 2 :166-177.
Nuratama, Putu I,. 2011. Pengaruh Tenur dan Reputasi Kantor Akuntan Publik
pada Kualitas Audit dengan Komite
Audit sebagai variabel moderasi. Tesis.
O,Reilly D., and John T. 2002. Industry
specialization by audit firms: What
does academic research tell us?.Ohio
CPA Journal pg. 42.
Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean
Evidence. Managerial Auditing Journal, Vol. 25, No. 7, pp. 618-638.
Sari, Kumala., 2012, Analisis Pengaruh Audit Tenur, Reputasi KAP,
Disclosure, Ukuran Perusahaan dan
Likuiditas terhadap Penerimaan
Opini Audit Going Concern. Skripsi.
Sugiri, S.,& Febrianto, R., 2011, Does
Mandatory Auditor Rotation
Increase Audit Quality? A Test of
Indonesian Ministry of Finances Decree Effectiveness. Simposium
Nasional Akuntansi 14, Banda Aceh.
Suprapto, E., 2013, Pengaruh regulasi rotasi audit, lamanya masa
penugasan AP, dan annual fee KAP
terhadap kualitas audit, Tesis.
Teoh, S.H., & Wong, T.J., 1993,
Perceived AuditorQuality and TheEarnings Response Coefficient. The Accounting Review, Vol. 68 (2).
Pp.346-366.
Undang-Undang R.I Nomor 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik. Jakarta.
Watkins, A.L., Hillison, W., & Morecroft,
S.E., 2004, Audit Quality: A Synthesis of Theory and Empirical
Evidence. Journal of Accounting Literature; Vo. 23.Pp.153-193.
Wibowo, A. & Rossieta, H., 2009.Faktor-
Faktor Determinasi Kualitas AuditSuatu Studi dengan Pendekatan
Earnings Surprise
Benchmark.Simposium Nasional
Akuntansi 12.
HALAMAN JUDULLEMBAR PENGESAHANDAFTAR ISIABSTRACTI. PENDAHULUANA. Latar Belakang
II. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISA. Teori KeagenanB. Kualitas AuditC. Pengembangan Hipotesis
III. METODE PENELITIANA. Pemilihan Sampel dan Pengumpulan DataB. Definisi Operasional danPengukuran Variabel1. Variabel Dependen2. Variabel Independen
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
IV. HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASANA. DataB. Statistik DeskriptifC. Uji ModelD. Uji Koefisien DeterminasiE. Hasil Pengujian HipotesisF. Analisis dan PembahasanHipotesis
V. PENUTUPA. KesimpulanB. KeterbatasanC. Saran
Daftar Pustaka