karmil 2012.docx

Upload: agasi-mahera

Post on 18-Oct-2015

389 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

51

UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT TNI AD SEBAGAI KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PERTAHANAN NEGARA

BAB - IPENDAHULUAN

1.Umum.a.Berakhirnya masa pemerintahan orde baru ditandai dengan bergulirnya era reformasi telah membawa dampak pada perubahan situasi yang tidak menentu dengan sangat cepat dan sulit untuk diprediksi, kondisi ini telah membawa pengaruh terhadap perkembangan situasi nasional terutama mengenai isu-isu yang berkaitan dengan demokratisasi. Berdasarkan perkembangan tersebut, secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada stabilitas nasional, Sehingga diperlukan perhatian khusus dari seluruh komponen bangsa dalam rangka menegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b.Disadari atau tidak fenomena penghancuran suatu negara juga melalui front non militer seperti politik, ekonomi, sosial budaya maupun psykologi yang sesungguhnya sudah merambah dalam kehidupan bangsa Indonesia, belakangan ini berdampak sangat memprihatinkan dan hampir berada pada titik terendah pada diri sikap anak bangsa ini. Mencermati pengaruh tersebut maka dapat dipastikan bahwa ikatan nilai-nilai kebangsaan yang selama ini terpatri kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang merupakan pengejawantahan dari rasa cinta tanah air, bela negara dan semangat patriotisme terhadap negara Indonesia mulai menurun bahkan hampir sirna. Yang pada akhirnya berkembang pula adanya sebuah kesadaran etnis yang sempit berupa tuntutan merdeka dari sekelompok masyarakat dibeberapa daerah, seperti Aceh, Ambon dan Papua.

c.Kondisi wawasan kebangsaan yang dimiliki anak-anak bangsa seperti itu, apabila dibiarkan dapat dipastikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini akan terpecah-pecah, dan pada gililirannya akan memudahkan kekuatan asing masuk ke wilayah kita seperti terjadi pada jaman penjajahan Belanda dahulu. Sebenarnya Wawasan Kebangsaan Indonesia itu sudah dicetuskan oleh seluruh Pemuda Indonesia dalam suatu tekad pada tahun 1928 yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda yang intinya bertekad untuk bersatu dan merdeka dalam wadah sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. d.Mencermati kondisi yang yang sangat rentan di dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara khususnya prajurit TNI AD sebagai salah satu komponen bangsa yang masih tetap konsisten terhadap keutuhan NKRI perlu menjawab tantangan tersebut diatas bersama-sama Pemerintah daerah dan komponen lainya dalam memantapkan sistem pertahanan negara.

2.Maksud dan Tujuan.a.Maksud.Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang upaya yang harus dilakukan oleh setiap Prajurit TNI AD untuk meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan setiap tugas pokok yang diembannya sebagai komponen utama sistem pertahanan negara. b.Tujuan.Sebagai sumbangan pemikiran bagi komando atas guna menentukan kebijaksanaan yang berkaitan tentang profesionalisme prajurit TNI AD dalam rangka melaksanakan tugas pokok sebagai komponen utama sistem pertahanan negara.

3.Ruang lingkup dan tata urut. Tulisan ini membahas tentang tentang profesionalisme prajurit TNI AD dalam rangka melaksanakan tugas pokok sebagai komponen utama sistem pertahanan Negara, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :Pendahuluan.a. Pendahuluan.b. Latar Belakang Pemikiran.c. Kondisi Prajurit TNI AD sebagai komponen utama sistem pertahanan negara Saat ini.d. Faktor yang Mempengaruhi.e. Kondisi Prajurit TNI AD sebagai komponen utama sistem pertahanan negara yang Diharapkan.f. Optimalisasi Prajurit TNI AD sebagai komponen utama sistem pertahanan negara.g. Penutup.4.Metode dan Pendekatan.a.Metode.Pembahasan tulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu menguraikan data dan informasi yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk merumuskan Optimalisasi Prajurit TNI AD sebagai komponen utama sistem pertahanan negara.b.Pendekatan.Pembahasan dalam tulisan ini disusun melalui pendekatan kualitatif yang dipadukan dengan melakukan studi kepustakaan.

5.Pengertian. a.Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, berkesinambungan, dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah. Negara Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari setiap ancaman.b.Militansi umum. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.c. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.d. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.c.Profesionalisme. Definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.

BAB IILATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6.Umum.TNI adalah komponen serta aset Bangsa dan peran TNI ditentukan oleh bangsa,TNI tidak berprentensi untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa karena hal tersebut dilakukan bersama-sama komponen bangsa, pemerintah, masyarakat lainya secara fungsional dalam suatu sistem nasional terpadu. TNI amat tahu peran, fungsinya dan misinya sebagai alat negara dan sebagai kekuatan pertahanan negara*.7.Landasan Pemikiran.a.Landasan idiil. Pancasila sebagai dasar negara yang mutlak, serta dalam kehidupan bangsa termasuk dalam jajaran TNI-AD berupa nilai-nilai, keselarasan, keseimbangan, keserasian dan kesatuan, kekeluargaan serta kebersamaan yang senantiasa menjadi pedoman dalam penataan kehidupan warga negara termasuk prajurit dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam penyelenggaraan negara khususnya pertahanan negara. Pancasila yang masing-masing silanya tidak dapat dipisahkan bahkan setiap sila yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan merupakan suatu kesatuan yang utuh. 1)Sila ketiga. Pedoman untuk menjaga, memelihara dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, menjadikannya titik perhatian serta pertimbangan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan pemerintah.2)Sila keempat. Pedoman dalam menegakan kehidupan yang demokratis yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan serta menjadikan wewenang yang dimiliki sebagai jalan untuk menjalankan amanah masyarakat dengan sebaik-baiknya. b.Landasan Konstitusional. 1)Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga keberadaan TNI melaksanakan fungsi pertahanan keamanan negara Republik Indonesia merupakan upaya mewujudkan satu kesatuan Pertahanan dan Keamanan Negara dalam rangka Wawasan Nusantara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia, guna mencapai tujuan nasional.a)Pada amandemen kedua pasal 30 bab XII pertahanan dan keamanan negara menyatakan bahwa tiap- tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Hak dan kewajiban warga negara dipertegas pada amandemen kedua ayat 3 pasal 27 Bab X warga negara yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.b)Pada amandemen kedua ayat 2 pasal 30 Bab XII Pertahanan negara menyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.c.Landasan Konsepsional.1)Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara merupakan cara pandang mendasar dan komprehensif bagi bangsa Indonesia, dalam mengartikan wilayah Indonesia beserta segala isinya sebagai satu kesatuan wilayah yang bulat dan utuh, termasuk didalamnya kesatuan pertahanan dan keamanan. Perwujudan kesatuan pertahanan dan keamanan mengandung makna bahwa ancaman terhadap kedaulatan nasional secara keseluruhan yang harus dihadapi dengan mengerahkan segenap daya dan kemampuan.2)Ketahanan Nasional. Kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuasaan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara R.I. Dengan penjelasan diatas sudah jelas bahwa ketahanan merupakan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengandung arti kemampuan, teguh, ulet, tabah, sadar dan tangguh dalam menghadapi, menahan dan menanggulangi segala macam ancaman. d.Landasan Operasional.Doktrin TNI-AD KARTIKA EKA PAKSI. Merupakan Piranti lunak sebagai pedoman tertinggi dalam penyelenggaraan penggunaan dan pembinaan kekuatan TNI-AD sebagai komponen utama kekuatan pertahanan darat negara. Disebutkan bahwa fungsi-fungsi TNI-AD khususnya didalam fungsi organik militer mencantumkan fungsi teritorial sebagai salah satu fungsi organik, demikian juga Satuan kewilayahan secara formal masih memiliki kekuatan hukum, tetapi secara operasional belum memiliki piranti lunak yang sesuai serta masih dihadapkan pada berbagai keterbatasan alokasi anggaran dalam penyelenggaraan perwilayahan.e.Landasan Sejarah 1)Cikal bakal TNI. Pada awal kemerdekaan terakumulasi kekuatan bersenjata yang berasal dari para tokoh pejuang bersenjata baik dari didikan Jepang (PETA), Belanda (KNIL), ataupun mereka yang berasal dari laskar rakyat, inilah merupakan cikal bakal lahirnya TNI Yang dalam perkembanganya mengkonsolidasikan diri dengan berturut-turut berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI merupakan gabungan TNI - POLRI) dan berdasarkan Tap MPR No.VI/MPR/2000 kembali menggunakan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah dipisahkan peranya dengan Polri sesuai Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran POLRI. Sejak kelahirannya TNI menghadapi berbagai tugas dalam rangka menegakan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.2)Mempertahankan Kemerdekaan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia menghadapi sekutu/Belanda yang berusaha menjajah kembali Bangsa Indonesia. Kedatangan sekutu/Belanda mendapat perlawanan kekuatan TNI bersama rakyat antara Lain :a)Tahun 1945 : Di Semarang, Ambarawa dan Surabaya.b)Tahun 1946: Bandung Lautan api, Margarana dan Menado.c)Tahun 1947: Medan area, Sanga-sanga dan agresi Belanda I.d) Tahun 1948: Agresi Belanda II .e)Tahun 1949: Serangan umum 11 maret.3)Menjaga Keutuhan NKRI. TNI bersama Rakyat melaksanakan operasi dalam negeri antara lain :a)Tahun 1948: Penumpasan PKI di Madiun ( Muso ).b)Tahn 1965: Penumpsan G.30 S/PKI.c)Pemberontakan DI/TII di Jabar.d)Penumpasan PRRI di Sumbar, Permesta di Menado, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, PGRS / Paraku di Kalbar, RMS di Ambon GPLHT di Aceh, Dewan gajah di Sumatera Selatan, OPM di Irian serta operasi Pengamanan Pemilihan umum, SU/SI MPR, PILKADA dan pengamanan terhadap terjadinya konflik komunal/horisontal di daerah.8.Hal-Hal Lain.a.UU Nomor 3 Tahun 2002. Pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan Sumdanas lainya, serta disiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggrakan secara total terpadu,terarah dan berlanjut untuk menegakan kedaulatan negara ,keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Komando wilayah mempunyai peran besar didalam menyiapkan potensi wilayah menjadi kekuatan wilayah sedang mengalami sorotan yang sangat tajam dan dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai ujung tombak TNI dalam peranya dibidang sospol, sehingga keberadaan komando wilayah saat ini dianggap tidak diperlukan lagi.b.UU RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI ( pasal 7 ). TNI mempunyai tugas pokok menegakan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.Sesuai UU TNI Pasal 7 ayat (1), Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. (2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:1) Operasi militer untuk perang2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk: a) mengatasi gerakan separatis bersenjatab) mengatasi pemberontakan bersenjatac) mengatasi aksi terorismed) mengamankan wilayah perbatasane) mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategisf) melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negerig) mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganyah) memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semestai) membantu tugas pemerintahan di daerahj) membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undangk) membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesial) membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaanm) membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue)n) membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.c.Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010 tanggal 15 Juni 2010, tentang Buku Saku Doktrin Tni Tridarma Ekakarma (Tridek). Membahas tentang peran, fungsi dan tugas pokok TNI.d.Pemisahan TNI dan Polri. Sesuai amanat MPR dalam Tap No. VIII/MPR /2000 masih belum sepenuhnya dipahami baik oleh diri sendiri, pihak Polri maupun oleh masyarakat secara subtansial, bahkan sering ditanggapi secara SEMPIT dimana menempatkan TNI hanya bertanggung jawab dibidang Pertahanan dalam arti menghadapi musuh dari luar,sehingga harus kembali ke BARAK ,sedangkan POLRI yang bertanggung jawab dibidang Keamanan mempunyai kewenangan yang sangat luas,termasuk harus menghadapi Separatis bersenjata yang ada dalam Negeri, Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sikap, perilaku semangat, motivasi, kinerja aparat komando wilayah pada umumnya.e.Ciri-ciri profesionalisme :1) Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi2) Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan3) Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya4) Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

BAB IIIKONDISI PRAJURIT TNI AD SEBAGAI KOMPONEN UTAMA SISTEM PERTAHANAN NEGARA SAAT INI

9.Umum. Belum tuntasnya penyamaan visi tentang paradigma TNI sebagai mana yang diharapkan, hingga saat ini TNI tengah berada pada posisi transisi dimana semula sebagai alat negara yang berperan dalam fungsi pertahanan dan menempatkan dirinya dalam posisi sebagai bagian dari sistem nasional. Kondisi ini perlu mendapat perhatian, karena yang dilakukan tersebut bersifat multidimensional dan bergerak bersamaan dengan proses perubahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Kebiasaan penanganan masalah nasional dengan inisiatif dan dinamisator TNI dimasa lalu telah mengakibatkan kurang terlatihnya fungsional saat ini dalam melaksanakan peranya secara efektif dan diperlukan waktu untuk membangun kesiapan dalam memainkan peran dan fungsi masa lalu TNI.

10.Identitas Prajurit TNI.Jati diri Tentara Nasional Indonesia adalah :a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia;b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya;c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama; dand. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. 11.Peran dan Fungsi Prajurit TNI AD dalam bela negara.Dalam kehidupan ketatanegaraan kita, peran TNI dalam bela negara telah jelas yaitu sebagai alat pertahanan negara di bidang pertahanan. Dalam peran sebagai alat pertahanan negara tersebut, TNI menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Kebijakan politik negara yang dimaksud adalah kebijakan dan keputusan politik pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat yang dirumuskan melalui mekanisme hubungan kerja antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam hal ini, TNI mengikuti politik negara yang mengutamakan prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional, dan juga hukum internasional yang sudah diratifikasi.Mengacu UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, hakikat pertahanan negara itu sendiri adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri (Pasal 4). Hal ini memberikan pemahaman bahwa dalam upaya pertahanan negara akan melibatkan seluruh komponen bangsa. Selain itu, harus disadari kondisi pertahanan negara adalah suatu hasil yang didasarkan pada upaya dan kekuatan sendiri. Kita tidak boleh mengandalkan ketahanan nasional kita dengan bersandar pada negara lain. Katakanlah, kita memang membina hubungan bilateral, regional, dan bahkan internasional dengan negara-negara lain, tetapi hal itu tidak berarti kita menjaminkan keamanan negara kepada negara lain.Selanjutnya, pada Pasal 6 disebutkan bahwa (ayat 1) Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara, (ayat 2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung komponen cadangan dan komponen pendukung, dan (ayat 3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Dari muatan pasal tersebut, sudah jelas bahwa TNI berperan sebagai komponen utama dalam menghadapi ancaman militer dan dalam kegiatan itu TNI didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Dalam peran sebagai alat pertahanan negara, UU No. 34 Tahun 2003 mengamanatkan adanya fungsi dan tugas TNI. Fungsi TNI meliputi penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negaeri, penindak terhadap setiap bentuk ancaman, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Kemudian, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok TNI tersebut selanjutnya dilakukan dengan operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).Sesuai amanat UU, TNI harus dapat mengakutalisasikan peran, fungsi, dan tugasnya itu. Bela negara bagi TNI adalah adalah panggilan tugas dan hukumnya wajib yang secara legal formal tertuang dalam ketentuan yang diatur oleh negara melalui undang-undang. Dalam kerangka itu, TNI selalu berupaya mewujudkan kesiapannya dalam menjaga berbagai kemungkinan yang terjadi, termasuk kemungkinan untuk berperang. Bukankah ada adagium yang menyebutkan, bila ingin damai bersiaplah untuk perang. Untuk itu, dapat dipahami TNI kita pada saat damai sekarang ini selalu melaksanakan latihan. Berbagai perangkat pendukung disiapkan dan dibina meliputi organisasi, SDM, sarana dan prasarana, persen-jataan, dan juga alutsista. Dalam era reformasi sekarang ini, TNI menjalankan peran secara penuh sebagai alat pertahanan negara. Dalam kaitan itu, kita ingin TNI ideal dengan kemampuan dan kekuatan yang ideal pula. Hanya saja, tidak dapat dipungkiri dalam membangun kekuatan dan kemampuan yang diidealkan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dihadapkan dengan dinamika keterbatasan ekonomi negara terutama dalam memperlengkapi alutsistanya, bayangan sebagai kekuatan yang besar, modern, dan profesional masih perlu proses. Mencermati fenomena berbagai keterbatasan yang ada, TNI harus tetap berkonsentrasi pada amanat menjalankan bela negara. Dalam kondisi seperti itu, TNI mengoptimalkan sumber daya yang ada demi pelaksanaan tugas sebagai alat pertahanan negara. Betapapun, keutuhan NKRI adalah harga mati bagi TNI. Artinya TNI menyadari tanggung jawab besar pelaksanaan tugasnya dalam menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI tentu tidak semata terpusat pada masalah pembinaan kesiapan operasional kekuatan dan kemampuan alutsista. TNI menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi bangsanya dan dalam rangka mengatasinya semua komponen bangsa harus terlibat di dalamnya. Semua komponen bangsa harus secara bersama-sama melakukan upaya dalam konteks melakukan kegiatan bela negara. Menyadari pentingnya kebersamaan, TNI melalui para personelnya melakukan pendekatan sosial secara proporsional. Hal ini sejalan dengan konsep reformasi internal yang dilaksanakan TNI khususnya di bidang reformasi kultur. Dalam kaitan itu, setiap prajurit mestinya menyadari perannya itu untuk dapat menampilkan profil yang dapat mencerminkan jatidiri sebagai prajurit sejati yakni sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional, dan Tentara Profesional. Dalam implementasinya, peran yang dilakukan prajurit tercermin dari tutur kata, sikap, dan perilakunya sehari-hari. Secara jelas prajurit bagian dari masyarakat juga yang kehidupannya tidak lepas dari masyarakat. Prajurit semestinya dapat menempatkan diri secara bijak dan dapat diteladani oleh anggota masyarakat lainnya11.Mentalitas Prajurit TNI AD. a.Sikap Prajurit TNI AD.Kondisi saat ini sesuai perkembangan dinamika nasional yang sedang bergejolak dinegara kita, banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi melaksanakan tugas-tugasnya. Dari beberapa temuan dilapangan berdasarkan fakta-fakta yang ada bahwa permasalahan yang timbul tidak terlepas dari keadaan sikap mental yang kurang memenuhi harapan masyarakat dilingkungannya diantaranya sebagai berikut : 1)Kurangnya memahami sikap sebagai prajurit. Sebagian besar prajurit merasa bahwa tugasnya hanya apel pagi, latihan, apel siang, tugas dinas dalam tanpa menyadari dirinya sebagai prajurit dimanapun berada merupakan insan sapta margais. Hal ini terbukti dengan masih adanya pelanggaran antara lain : Curanmor, penyalahgunaan Narkoba, Desersi, susila, penipuan dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh oknum prajurit TNI yang melanggar disiplin prajurit maupun tindak kriminal lainnya yang tidak urung berkurang kuantitasnya dari waktu ke waktu.2)Sikap yang merugikan prajurit. Dari beberapa temuan dilapangan dengan berdasarkan fakta-fakta yang ada bahwa setiap permasalahan yang timbul tidak terlepas dari keadaan sikap prajurit yang belum memenuhi tuntutan dihadapkan oleh lingkungan tempat tugasnya, masih adanya aparat Komando wilayah yang main hakim sendiri, membacking terhadap sekelompok masyarakat, menjadi penadah barang-barang curian, perkelahian antar sesama anggota TNI yang disebabkan jiwa korsa yang berlebihan terhadap satuan dan antara prajurit dengan masyarakat sehingga masyarakat kurang simpati terhadap TNI atas tindakan-tindakan tersebut diatas.3)Melemahnya Sikap Rela Berkorban. Sikap ketauladanan aparat Komando wilayah terlihat dari kegiatan sehari-hari masih tampak cenderung menyimpang dari norma-norma yang berlaku, karena sikap ketauladanan perlu pengorbanan dimana saat ini pengorbanan tidak dapat dilaksanakan tanpa balas jasa. Sikap masa bodoh prajurit terhadap permasalahan-permasalahan atau kejadian-kejadian yang timbul di masyarakat lingkungannya, sehingga sering muncul keresahan dalam masyarakat. b.Pengamalan prajurit terhadap Binter. Mengenai aplikasi pengamalan Binter yaitu bagaimana mengaplikasikan atau mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari yang senantiasa harus berhubungan dengan masyarakat, pengamalan Binter dilapangan seharusnya mulai ditanamkan sejak seorang prajurit mengalami pendidikan pembentukan, namun hal tersebut belum tersentuh pada pendidikan-pendidikan terutama pendidikan tingkat Bintara kebawah, padahal ini terasa sangat penting. Adapun wujud nyata dari kurangnya pengamalan Binter dapat terlihat melalui : 1)Kurangnya mengenali lingkungan masyarakat. Dalam rangka merebut simpati masyarakat dilingkungan perlu mengenal keadaandaerah, khususnya ciri-ciri umum lingkungan masyarakat didekat pangkalan, oleh sebab itu menjadi keharusan untuk mengenal adat istiadat, sopan santun masyarakat setempat, sehingga hubungan Aparat Komando wilayah dan masyarakat relatip masih kurang.a)Bahasa senyum. Masih kurangnya senyum didalam bergaul dengan lingkungan masyarakat, karena senyuman merupakan bahasa yang mengisyaratkan rasa senang, rasa simpati dan mempunyai daya tarik tersendiri yang mendalam.b)Tegur sapa. Masih kurang bertegur sapa dimasyarakat dilingkungannya disaat berjumpa baik kepada yang sudah dikenal maupun bagi yang belum dikenal dengan mengucapkan salam, menanyakan keadaan dan sebagainya, sehingga diharapkan melalui tegur sapa dengan terlaksana Binter akan baik.c)Sikap menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Aparat Komando wilayah dalam melaksanakan tugasnya masih tampak kurang dalam menunjukkan penampilan sikap dan kebiasaan masyarakat setempat dalam cara bertutur kata, berpakaian, bersopan santun dan bertata krama mereka merasa dihargai apabila prajurit tersebut dapat menggunakan bahasa daerah setempat meskipun logatnya lucu namun disini letak simpati masyarakat kepada prajurit masih kurang menimbulkan sikap positif didalam tata susila maupun sikap yang tidak mengarah. 2)Kurang mengenali tokoh-tokoh yang berpengaruh. Pada umumnya disetiap daerah atau tempat didalam masyarakat baik di desa/kota atau dipedalaman yang terpencil sekalipun didalamnya pasti ada orang tertentu yang berpengaruh dilingkungan masyarakat tersebut. Tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ini dapat dikatakan sebagai pusat perhatian oleh masyarakat tempat meminta restu, petunjuk, mengadu, memecahkan masalah-masalah yang terjadi. 3)Kurang memanfaatkan pendekatan melalui agama. Aparat Komando wilayah terutama yang masih remaja masih belum maksimal dalam melaksanakan/ibadah menurut agama dan kepercayaan meskipun Perintah harian Kasad sudah jelas yang pertama adalah Tumbuh Suburkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam pelaksanaan masih belum sesuai atas yang diharapkan. Padahal melalui ibadah agama sebagai keyakinan/kepercayaan bersama-sama masarakat akan menimbulkan hal-hal yang sangat positif.

c.Pengetahuan Bela Negara. Bela negara dengan segala pengertiannya dihadapkan telah menjadi bagian kehidupan setiap prajurit yang sudah mendarah daging namun kenyataannya tidaklah demikian, hingga saat ini aparat Komando wilayah belum memahami betul tentang pengetahuan bela negara. Keterbatasan pengetahuan bela negara akan berakibat apathis terhadap satuanya, sejak TNI lahir rasanya senantiasa berhadapan dengan dengan keterbatasan, pengalaman mengatasi keterbatasan merupakan prestasi dan kebanggaan tersendiri. Selanjutnya apabila dapat mengatasi kesulitan tersebut prajurit merasa berprestasi dan bangga terlebih-lebih apabila prestasi itu diterima dengan gembira oleh masyarakat. Menurut KBBI (2007: 123), kata bela berarti memihak untuk melindungi dan mempertahankan. Dengan demikian, bela negara berarti memihak untuk melindungi dan mempertahankan negara. Lalu dengan pengertian lebih formal, pembelaan terhadap negara (bela negara) pada dasarnya merupakan tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup bermasya-rakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi warga negara Indonesia, usaha bela negara dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air (wilayah Nusantara) dengan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan, keutuhan wilayah nusantara, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sebenarnya apakah yang melatar belakangi pentingnya loyalitas warga terhadap negara. Mengapa diperlukan kesadaran warga negara melakukan pembelaan terhadap negara? Jawabnya jelas yaitu untuk melindungi dan mempertahankan negara NKRI. NKRI tidak boleh bubar. Bendera Merah Putih harus tetap berkibar. Kita ketahui, fakta sejarah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keutuhan negara. Untuk sekedar menyebutkan contoh, pada awal tahun 90-an, negara adidaya Uni Soviet runtuh dan terpecah menjadi belasan negara baru. Kasus bubarnya negara Uni Soviet ini menyempurnakan tesis Frederich Ratzel pada abad ke-19 tentang penganalogian pertumbuhan negara dengan pertumbuhan organisme. Ratzel menyebutkan, dalam hal-hal tertentu pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan mati (Sumarsono dkk., 2002: 59). Mengutip postulat Ratzel dengan konsep lebensraum-nya, negara Uni Soviet lahir, tumbuh berkembang, dan sampai sekitar hampir 70 tahun usianya kemudian mati. Jika negara sekaliber adidaya seperti Uni Soviet saja bisa bubar meski dengan keheningan (baca: bukan atas invasi atau konflik bersenjata dengan negara lain), bagaimana pula dengan negara lainnya. Jangan-jangan hanya menunggu giliran. Selain itu, kasus negara Kuwait juga patut diberi catatan. Negeri yang kaya sumber energi itu sempat dicaplok Irak, negara jirannya. Lalu Irak sendiri yang kemudian melepaskan Kuwait setelah mendapat tekanan dari kekuatan multinasional, dalam drama berikutnya malah gantian dikuasai Amerika. Sampai berita terkini, Kuwait dan Irak masih berdiri sebagai negara. Namun hampir mustahil kedua negara itu dapat sepenuhnya melepaskan diri dari bayang-bayang Amerika yang telah mengembalikan eksistensi keduanya sebagai negara. Fakta sejarah bubarnya negara dan pencaplokan oleh negara lain merupakan alasan terkuat pentingnya upaya mempertahankan eksistensi negara. Namun fakta sekelumit sejarah itu bukan satu-satunya alasan. Dinamika perikehidupan dan perjalanan negara juga menjadi realitas tersendiri. Negara-negara di muka bumi ini masing-masing mempunyai catatan tersendiri. Tidak terkecuali NKRI. Sejak menegara melalui Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945, negeri ini mengalami berbagai ujian yang patut pula dijadikan pelajaran untuk semakin memahami pentingnya melakukan pembelaan terhadap negara. Di awal kemerdekaan, kita dihadapkan dengan berbagai pemberontakan yang bertujuan merongrong negara. Dari catatan sejarah perjuangan bangsa, diketahui adanya gerakan separatis seperti PRRI/Permesta dan RMS. Dalam perkembangannya sampai di era sekarang, masih patut diwaspadai adanya pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Selain itu ada pula pihak-pihak yang ingin mengganti Pancasila dengan paham ideologi lain seperti DI/TII dan PKI. Meskipun sebagian sejarah ada yang menyebutkan perongrongan seperti itu melibatkan campur tangan pihak luar, gangguan seperti itu lebih merupakan kejadian yang bersumber dari dalam sendiri.Dalam kenyataannya, gangguan yang bersumber dari luar dan melibatkan negara luar juga ada. Sebut saja, masalah perbatasan dengan negara jiran sampai sekarang masih belum tuntas. Sebagai contoh, kita masih berurusan dengan negara Malaysia dalam kasus blok Ambalat. Dalam keterangan terakhir Panglima TNI di depan peserta seminar nasional Mengawal NKRI di Perbatasan, terdapat dua belas pulau terluar kita yang potensial diganggu gugat negara lain karena belum tuntasnya perundingan penetapan batas wilayah tiap negara (Kompas, 13 Januari 2010: 5). Hal seperti itu tentu mengetuk kesadaran kolektif kita tentang pentingnya mempertahankan tiap jengkal wilayah teritorial kita. Kita tidak ingin terulang lagi kasus lepasnya pulau yang kita pahami sebagai bagian dari wilayah nusantara, seperti yang terjadi pada Pulau Sipadan dan Ligitan.

12.Kemampuan prajurit TNI AD dalam Mendengar Pendapat dan Aspirasi Rakyat. Aparat Komando wilayah dalam mendengar pendapat dan aspirasi rakyat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama maupun Hankam, kesenjangan-kesenjangan yang ada seringkali dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah untuk melakukan manuver politiknya dengan menggunakan atau memanfaatkan kesenjangan yang terjadi. Dampak lain dari adanya terjadinya kekacauan dan kerusuhan sosial yang akan mengakibatkan stabilitas keamanan dan disintegrasi sosial, kondisi yang terjadi di daerah ini menyebabkan fungsi pembinaan teritorial di daerah tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan aparat komando wilayah sebagai pembina wilayah di daerah harus selalu mewaspadai dampak-dampak yang terjadi di daerah dengan terus berupaya mengadakan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat dan kelompok-kelompok dalam masyarakat agar pembinaan teritorial dapat terwujud dalam memantapkan militansi masyarakat di daerahnya.

13.Permasalahan.a.Sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan komunikasi dimana masyarakat dapat menerima informasi tanpa disaring terlebih dahulu. Kondisi ini, menyebabkan semakin tipisnya simpati dan kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan Komando Wilayah di daerahnya dikarenakan kurang dapat berinteraksi bersama masyarakat apalagi adanya niat negatip untuk kepentingan pribadi dengan memanfaatkan jabatanya/ aji mumpung. Dalam setiap kesempatan yang pada akhirnya akan membawa pengaruh terhadap stabilitas keamanan khususnya yang memiliki komunitas pendukung pihak-pihak yang terlibat konflik. Apabila hal ini berlangsung terus tanpa ada upaya untuk merubah maka akan berpengaruh pada upaya pembelaan negara yang pada akhirnya akan berimplikasi pada kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indoensia.b.Dengan bergulirnya reformasi kemudian diberlakukannya UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, membawa konsekuensi logis pada perubahan peran Prajurit TNI AD dalam menyelenggarakan pembinaan wilayah dalam membantu Pemerintah daerah dalam bentuk operasi militer selain perang, hal ini disebabkan seluruh lapisan masyarakat masih belum seluruhnya dapat memahami Undang-Undang tersebut serta belum adanya kesamaan persepsi mengenai Tugas pokok TNI dan Pemerintah daerah setempat dalam memberdayakan potensi wilayah dalam bidang pertahanan negara.

BAB-IVFAKTOR YANG MEMPENGARUHI

14.Umum. Pasang surut perkembangan bangsa Indonesia sangat diwarnai oleh perkembangan dunia baik yang bersifat regional maupun nasional. Isu-isu ini menjadi sorotan dunia adalah isu mengenai penegakan dan penghormatan Hukum dan HAM, pelestarian Lingkungan Hidup maupun Demokratisasi yang menuntut pemerintah untuk dapat memposisikan bangsa Indonesia secara tepat baik dalam kepentingan berbangsa dan bernegara maupun hubungan dengan masyarakat. Karena perkembangan tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap proses kehidupan prajurit dan masyarakat serta berbangsa dan bernegara, maka hal itu telah merubah kebijaksanaan bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan yang lebih demokratis.15.Eksternala.Peluang. 1)Wilayah Indonesia sebagai negara besar dianugerahi dengan berbagai potensi nasional baik dari aspek geografi, demografi dan sumber kekayaan alamnya namun belum seluruhnya terjangkau, demikian juga TNI khususnya Prajurit TNI AD di daerah yang mempunyai daerah tanggung jawab yang begitu besar, sedangkan jumlah personel sangat terbatas bahkan tidak memadai dengan luas wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, apalagi didukung dengan terbatasnya kemampuan personel sehingga akan menjadi kendala dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi demikian akan memberi peluang terhadap pengaruh negatip yang mengarah kepada perkembangan pemisahan dengan dalih perbedaan etnik, agama maupun adanya kecemburuan daerah terhadap daerah lain yang dianggap lebih mendapatkan perhatian dari pemerintahan pusat. Dihadapkan pada penataan pertahanan wilayah darat dan wilayah pantai yang belum dilaksanakan dengan baik akan mengakibatkan kesiapan wilayah pertahanan masih belum terwujud. Daerah yang akan disiapkan sebagai daerah pangkal perlawanan yang kondisinya masih belum memenuhi harapan sebab Pemda lebih mengutamakan pembangunan daerah industri dan perkotaan yang sepenuhnya yang berorentasi pada sektor kesejahteraan masyarakat semata.2)Kebutuhan rasa aman masyarakat. Tingkat kehidupan masyarakat adil makmur sejahtera lahir dan bathin merupakan idaman bagi seluruh masyarakat. Kebutuhan rasa aman terhadap segala bentuk ancaman dari luar merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia disamping kebutuhan akan kesejahteraan materi. Pada era transisi saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan keamanan mulai dari pertikaian, paksaan, serangan fisik, tindakan anarkhis dan lain-lain. Keberadaan Komando wilayah diharapkan dapat memberikan kontribusi positip dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat sekitarnya. Mengingat pentingnya kebutuhan rasa aman dari berbagai ancaman dan gangguan dalam kehidupan akan mendorong warga masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif bersama dengan Komando wilayah dalam penyelenggaraan usaha memantapkan Militansi masyarakat di daerahnya.

b.Kendala.1)Belum adanya singkronisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas pokok TNI dengan tugas POLRI dalam beberapa hal tertentu. TNI pada masa sebelum reformasi dinilai sebagai salah satu komponen penyokong tegaknya pemerintahan Orde Baru sehingga sebagian masyarakat Indonesia menuntut TNI untuk ikut bertanggung jawab terhadap keterpurukan bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut berdampak penyusunan peraturan tentang ketahanan nasional terkendala. Pada era reformasi saat ini wajar-wajar saja ada pihak yang mempunyai pandangan dan gagasan berbeda atau bahkan tidak proporsional tentang pemisahan tugas antara TNI dan POLRI sebagai akibat traumatisme masa lalu. Berbagai pendapat tersebut merupakan bahan masukan yang perlu dikaji secara komprehensif. Namun demikian isue tersebut tidak menutup kemungkinan sengaja disebarkan oleh kelompok-kelompok tertentu guna memisahkan TNI dengan rakyat dalam rangka mendukung perjuangan politiknya. Kondisi ini hendaknya disikapi dengan hati-hati oleh semua komponen bangsa agar tidak ikut masuk dalam skenario mereka. 2) Ada beberapa alasan yang menjadikan begitu penting dalam upaya meningkatkan profesionalisme alasan tersebut antara lain terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia,bangsa Jepang, Jerman, Vietnam yang semua itu adalah wujud dari kekuatan militansi bangsa. Arus reformasi yang melanda bangsa Indonesia berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat salah satu tuntutannya adalah keinginan untuk bebas sehingga segala sesuatu yang sifatnya mengekang kebebasan ada kecenderungan untuk dihindari. Bahkan dampak reformasi berpengaruh terhadap integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia karena kebebasan yang diinginkan mendorong adanya niat masyarakat di sebagian wilayah Indonesia untuk merdeka dan melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu penyebab timbulnya benih-benih disintegrasi adalah lemahnya rasa nasionalisme dan bela negara sebagian masyarakat Indonesia.3)Tingkat perekonomian rakyat. Krisis ekonomi yang berkepanjangan belum mampu membawa kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik dan belum dapat menjadi tulang punggung untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Bangsa Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat perekonomian yang relatif rendah berakibat pada rendahnya tingkat kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia, kebutuhan ekonomi masyarakat pada umumnya baru pada tahap kebutuhan dasar yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan pangan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyiapan Ratih dalam pertahanan negara karena apabila rakyat terpanggil untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan Ratih maka mereka akan berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

16.Internal.a.Kekuatan.1)Komando wilayah mulai dari tingkat Kodim sampai dengan tingkat Babinsa merupakan wujud gelar kekuatan TNI-AD di daerah, hal ini sesuai dengan Keputusan Kasad Nomor 2/I/1985 tanggal 10 Januari 1985 tentang Organisasi dan Tugas Komando wilayah tingkat Kodim. Keberadaan Babinsa di seluruh pelosok tanah air merupakan ujung tombak bagi Komando wilayah dalam melaksanakan tugas pokoknya menyiapkan dan membina potensi wilayah menjadi kekuatan untuk menjaga keutuhan wilayah dan menegakkan kedaulatan negara serta melindungi segenap bangsa Indonesia.2)Masih adanya personil komando wilayah dalam melaksanakan Pendidikan maupun latihan cukup antusias sehingga diharapkan dapat menghasilkan pejabat-pejabat /aparat Komando wilayah yang memiliki motivasi juang dan dedikasi yang tinggi, peka, trampil serta profesional dalam melaksanakan tugas yang diembannya.b.Kelemahan.1)Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia Komando wilayah adalah faktor yang menentukan dalam pencapaian suatu tujuan organisasi sebagaimana pepatah mengatakan bagaimanapun canggihnya alat peralatan yang ada tanpa diawaki oleh personel yang memadai maka pencapaian tujuan organisasi tersebut tidak akan maksimal. Demikian juga dalam penyiapan perlawanan rakyat terlatih sangat tergantung pada Aparat Teritorial, keberhasilan penyelenggaraan pembinaan teritorial oleh Komando wilayah sangat tergantung pada kinerja aparat Teitorial sebagai pelaksana utama pembinaan teritorial. Dalam rangka membangun komunikasi dua arah atau komunikasi sosial maka Aparat teritorial dituntut untuk menguasai secara mendalam tentang aspek teritorial. Kenyataannya hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena kualitas sumber daya aparat Kowil belum sesuai yang diharapkan. 2)Fungsi Pembinaan Wilayah. Reformasi membawa dampak munculnya berbagai wacana dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, salah satu wacana yang muncul adalah keberadaan Komando Teritorial yang sering diangkat sebagai pokok bahasan baik di lingkungan TNI maupun di luar TNI. Fungsi teritorial yang selama ini dilaksanakan oleh TNI dipertentangkan oleh sebagian kelompok masyarakat, mereka mengatakan bahwa penyelenggaraan fungsi teritorial adalah fungsi pemerintah. Namun hingga saat ini pengalihan penyelenggaraan fungsi teritorial kepada pemerintah masih dalam batas wacana dan belum ada kepastian yang didasari oleh peraturan perundang-undangan. 3) Piranti Lunak. Arus reformasi yang bergulir menuntut TNI untuk segera menyesuaikan diri dengan tuntutan reformasi, jika tidak TNI akan ketinggalan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Salah satu tuntutan yang harus segera dilaksanakan adalah penyiapan peraturan perundangan yang berlaku di lingkungan TNI yang seirama dengan arus reformasi. Peraturan dan perundangan sangat diperlukan sebagai acuan dan pedoman bagi TNI dalam memerankan fungsinya dalam bidang pertahanan. Untuk dapat menghasilkan perlawanan rakyat terlatih yang siap mobilisasi diperlukan suatu perangkat perundang-undangan yang dapat mengatur proses penyiapan Ratih dalam sistim pertahanan negara.BAB-VKONDISI PRAJURIT TNI AD SEBAGAI KOMPONEN UTAMA SISTEM PERTAHANAN NEGARA YANG DIHARAPKAN.

17.Umum. Keyakinan terhadap keberadapan Komando wilayah sudah final (Skep Kasad No. 330/x/2003 tanggal 9 Oktober 2003, tentang penghapusan istilah Koter dan mensosialisasikan Balahanwil sebagai Komando wilayah TNI- AD) sehingga tidak perlu adanya kegamangan dalam menyingkapi berbagai tantangan wacana pihak lain dalam menganggapi keberadaan komando wilayah. Pada hakekatnya TNI bukan menjadi pelaku tunggal dalam melakukan pembinaan wilayah tetapi Pemda yang lebih mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk melakukan pembinaan wilayah, dari lingkup tanggung jawabnya maka pemerintah beserta jajaranya akan melakukan pembinaan yang diarahkan pada kesejahteraan masyarakat, sedangkan TNI berorentasi pada kepentingan pertahanan. Kedua sasaran tersebut secara simultan sehingga perlu adanya keselarasan terhadap sasaran yang saling terkait dan dapat ditangani dengan baik. Bahwa manfaat keberaadaan Komando wilayah adalah memberikan rasa aman kepada masyarakat secara teritorial,selain itu juga untuk melindungi masyrakat dan menjaga keutuhan wilayah dari kemungkinan ancaman yang datang dari dalam maupun dari dalam negeri*.18.Peranan Pimpinan Komando Wilayah ( Dandim )a.Kualitas Kepemimpinan dan Komunikasi Sosial. Gaya dan pola kepemimpinan dan komunikasi yang selama ini diterapkan dan dipraktekkan oleh para Dansat, Akibat dari gaya dan pola kepemimpinan dan komunikasi yang keliru dimasa lalu tersebut, telah menimbulkan suatu loyalitas dan respek yang bersyarat. Disamping itu, cara-cara otoriter yang diterapkan tersebut, berakibat pula hilangnya inisiatif, sikap inovatif, yang diperlukan oleh satuan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, di masa mendatang gaya dan pola kepemimpinan dan komunikasi sosial TNI yang diterapkan, haruslah dapat mendukung, mengamankan, mempromosikan serta mendorong seluruh lapisan masyarakat, untuk memperjuangkan kepentingan nasional serta mencegah pihak-pihak lain yang merugikan kepentingan nasional. Sebagai perwujudan rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara, dengan tetap mengedepankan sikap persuasif, demokratis dan ketauladanan, Para Dansat dituntut semakin mewaspadai dan melakukan upaya konsepsional terhadap kemungkinan timbulnya sikap, cara berfikir dan cara bertindak, yang memaksakan tolak ukur nilai-nilai universal, semangat dan nilai-nilai liberalisme, yang membahayakan nilai-nilai dan jati diri serta sistem bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam melakukan komunikasi dengan komponen bangsa lainnya, para Dansat harus meningkatkan kemampuan untuk mendengar dan menghargai pendapat orang lain, tidak kaku dan menghindarkan pemaksaan kehendak, dengan membenarkan pendapat sendiri. Selain itu, sebagai pemimpin, para Dansat harus responsif, adaptif, aspiratif dan komunikatif. Pola-pola kepemimpinan yang berprinsip pokoknya, sudah harus ditinggalkan. Sebaliknya harus mampu mempengaruhi dan membangun opini, dengan cara-cara persuasif dan akomodatif, melalui dialog-dialog dan diskusi-diskusi yang kondusif. Para Dansat harus mampu tampil prima dalam kegiatan wawancara, talk show melalui media masa. Kalau selama ini pribahasa mengatakan diam itu emas, maka pada era informasi dan transparansi sekarang ini, peribahasa tersebut, dirasakan sudah tidak tepat lagi untuk dianut, karena para pemimpin dan komunikator, dituntut untuk dapat menjual ide melalui komunikasi yang meyakinkan dan menarik, sehingga dapat membentuk opini dan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat. b.Motivasi Tugas. Seorang pemimpin sejati, tidak dapat dipengaruhi oleh tawaran, ancaman, uang, cinta ketenaran, situasi seperti ini, turut mendorong para Dansat untuk menempuh cara apapun, agar misi yang diembannya sukses, asalkan tidak mendapat teguran dari atasannya. Perbuatan-perbuatan yang mengalalkan segala, jelas sangat bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia dan bahkan menyebabkan semakin merosotnya kepercayaan dan cintra (image), sehingga menurunkan simpati rakyat kepada TNI secara keseluruhan. Tekad TNI untuk menampilkan apa yang terbaik bagi rakyat, terbaik pula bagi TNI tidak dilaksanakan secara konsisten, hanya menjadi slogan dan retorika belaka. Perilaku para Dansat, yang melakukan penyimpangan di masa lalu, tidak populer lagi untuk dilakukan, karena masyarakat semakin berani menuntut haknya dan semakin memahami ketentuan hukum yang berlaku. Tuntutan yang berkembang di Era Reformasi saat ini, adalah tuntutan figur pimpinan yang mengedepankan ketauladan dalam sikap dan perbuatan, menegakkan hukum dan hak azasi manusia serta kepemimpinan yang berfika pada aspirasi rakyat. Oleh karena itu kedepan, para Dansat dituntut menegakkan etika keprajuritan, memiliki moral, mental dan spirit yang kuat, memiliki kepekaan jiwa kebangsaan dan pantang menyerah, yang dilandasi oleh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit serta 8 Wajib TNI. Selain itu, untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan bergesernya orientasi para Dansat dalam penugasan, peningkatan pengawasan yang intens menjadi sesuatu yang dominan, agar motivasi tugas para Dansat, berfihak pada kepentingan rakyat, tetap menjadi prioritas utama, karena Motivasi merupakan penentu tujuan dari kegiatan yang dilakukan.19.Mentalitas Prajurit TNI AD. a.Mantapnya sikap Prajurit TNI AD.Sesuai dengan jati dirinya TNI sebagai prajurit Rakyat, Prajurit Pejuang, Prajurit Nasional dan Prajuruit Profesional harus mampu berkiprah bersama masyarakat dalam situasi apapun,dengan sikap dan perilaku yang simpati serta semangat juang dan tidak mengenal menyerah dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul diwilayahnya bersama aparat terkait dengan penuh kearipan dan tidak menonjolkan keangkuhanya,namun harus dapat bekerja secara profesional,terampil dan memahami dalam bidang tugasnya,memahami terhadap prosedur yang benar dan harus tabah serta tidak terpancing terhadap godaan yang akan berdampak negatip bagi nama baik dan Citra TNI sendiri. Kemampuan untuk tampil dan dapat mengendalikan diri mempunyai efek tangkal yang tangguh untuk menyegah masuknya pengaruh dari oknum- oknum yang sengaja menimbulkan instabilitas. Hal ini perlu disikapi dalam menghadapi masyarakat yang bersikap tanpa batas misalnya menyampaikan aspirasi melalui demonstrasi yang tidak mengenal tata krama maupun sopan santun, baik tindakan maupun tutur kata, hal ini perlu dihadapi dengan sikap yang profesional, maka diharapkan prajurit komando wilayah dapat mengenali masyarakat dilingkungannya, murah senyum, bertegur sapa bila berjumpa dengan masyarakkat, serta selalu memantapkan jati dirinya sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan tidak terprovokasi,terpancing dan tergiur oleh pengaruh kesenangan yang bersifat sesaat yang dapat merugikan dirinya maupun citra satuan.b.Pengamalan Binter. Aplikasi Binter adalah bagaimana mempratekkan sikapnya sebagai warga negara yang sama dengan negara-negara lainnya, namun prajurit memiliki tanggung jawab dalam tugasnya menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Untuk dapat didukung dan dibantu oleh masyarakat maka prajurit komando wilayah dapat merebut simpati masyarakat dilingkungan melalui :1)Mengenali lingkungan masyarakatnya. Untuk dapat mengenal masyarakat maka prajurit harus dapat beradaptasi dengan lingkungan serta dapat menjadi pelopor maupun motivator kepada hal-hal yang bersifat positif dan dapat mempengaruhi lingkungan yang mungkin kurang baik sehingga dapat menjadi baik melalui tindakan, perbuatan, contoh maupun suri tauladan. 2)Mengenali tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh. Didalam hidup masyarakat sudah pasti ada orang yang berpengaruh didalam masyarakat tersebut mungkin karena pendidikan, kharisma, status sosial, kekayaan dll. Sebagai insan teritorial kita harus mengenal dan dekat dengan tokoh tersebut. Diharapkan dalam melaksanakan tugaspokoknya aparat komando wilayah dapat dibantu oleh masyarakat, dan sebaliknya masyarakat dapat saling bantu dengan prajurit melalui para tokoh masyarakat.3)Memanfaatkan pendekat melalui Agama. Untuk dapat menjalin hubungan yang lebih baik antara prajurit dan lingkungan adalah melalui pendekatan agama dengan melaksanakan ibadah agama menurut kepercayaan masing-masing maka kesan masyarakat terhadap prajurit akan baik, karena masyarakat dapat memperkirakan bahwa orang yang beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa akan lebih banyak mengenal hal-hal bersifat positif.c.Pengetahuan Bela Negara. Seringnya pembekalan dalam berbagai wawasan kebangsaan akan sangat berpengaruh terhadap sikap rela berkorban prajurit, mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadimerupakan wujud dari sikap bela negara yang baik guna terbentuknya ketaatan dan kepatuhan dalam melaksanakan tugas dengan menjunjung tinggi dan berpedoman kepada Sapta Marga, sumpah prajurit, 8 wajib TNI wajib, adanya ikatan yang kuat lahir dan bathin antara prajurit dan masyarakat dilingkungannya. Peka terhadap lingkungan terutama perubahan-perubahan yang menjurus menurunnya tingkat keamanan dilingkungan yang pada akhirnya setiap prajurit dapat melakukan tugasnya dengan tanpa pamrih. Sikap bela negara, berdasarkan pengetahuan yang didapat dimulai dari pendidikan pembentukan dan pembekalan terhadap prajurit dimana pengetahuan yang membentuk watak, moral, moril prajurit yang menampilkan seorang prajurit yang ahli dalam profesinya serta sadar dan yakin akan kebenaran.20. Kemampuan Aparat Komando Wilayah dalam Mendengar Pendapat dan aspirasi rakyat. Setiap prajurit komando wilayah dituntut untuk dapat menyelami,menghubungi, mempengaruhi dan mengajak masyarakat untuk berperan dalam membina potensi wilayah, peran tersebut dilakukan melalui komunikasi sosial sebagai salah satu dalam dalam meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat melalui kemampuan pengenalan daerah serta mengetahui setiap dinamika sosial serta dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan penuh keakrapan. Kondisi yang terjadi di daerah menyebabkan fungsi pembinaan teritorial di daerah dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan aparat teritorial sebagai pembina teritorial di daerah tetap selalu mewaspadai dampak-dampak yang terjadi di daerah dengan terus berupaya mengadakan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, memang kenyataanya belum tentu pendapat yang mereka (masyarakat) kemukakan semuanya benar,tetapi dengan mendengar pendapat setidak-tidaknya aparat komando wilayah dapat mengetahui pandangan orang lain/ masyrakat sehingga dapat membantu mencarikan jalan keluar yang lebih baik.

BAB-VIOPTIMALISASI PRAJURIT TNI AD SEBAGAI KOMPONEN UTAMA SISTEM PERTAHANAN NEGARA.

21.Umum. Aparat komando wilayah harus sadar dan dapat mengikuti apa yang diharapkan oleh masyarakat berarti prajurit komando wilayah tanpa ditawar-tawar lagi harus meningkatkan sikap aparat komando wilayah, pengamalan dan meningkatkan pengetahuan bela negara agar prajurit tetap berada dihati rakyat karena antara TNI dan rakyat tetap bersama dan sejalan dalam mengisi kelangsungan hidupnya.Kita berharap pemerintah dan masyarakat memberikan dukungan terhadap reformasi TNI agar TNI mampu untuk mengembalikan Citra dirinya sebagai Bhayangkari Negara dan kita berharap pula elemen masyarakat yang memang mempunyai motivasi negatip dan tidak jernih berpikir yang tujuan satu-satunya hanya ingin menghancurkan TNI dapat merubah sikapnya demi harmonisnya kehidupan berbangsa,bermasyarakat dan bernegara dimasa depan.22.Tujuan.Terwujudnya kemampuan Aparat Kowil sebagai satuan terdepan sehingga mampu melaksanakan pembinaan teritorial guna memantapkan kesadaran bela negara serta semangat militansi bangsa di wilayahnya.23.Sasaran.Agar tujuan dapat tercapai maka ditetapkan sasaran sebagai berikut :a.Kualitas peranan pimpinan Komando Wilayah yang cakap. bTerwujudnya Kondisi Mental Aparat Komando Wilayah yang baik. c.Terciptanya Kemampuan Aparat Komando Wilayah dalam Mendengar Pendapat dan aspirasi rakyat. 24.Subyek. Guna mewujudkan upaya mengoptimalkan peran aparat komando wilayah akan sangat ditentukan oleh tindakan nyata dari aparat komando wilayah serta komando atas yang bertanggung jawab dalam pembinaan personil.Untuk mendiskripsikan tanggung jawab pembinaan pada tataran penentu kebijaksaan dan kewenangan pembinaan yang diharapkan, dirumuskan:a.KASAD. Sebagai penentu kebijaksanaan dalam pembinaan postur TNI-AD dalam upaya meningkatkan kualitas para Dansat di satuan Komando Wilayah dalam rangka memperdayakan potensi wilayah guna terciptanya ketahanan nasional di daerah. b.PUSTERAD. Merupakan suatu lembaga dalam rangka membantu KASAD dalam upaya merumuskan kembali operasional pengawasan dan pembinaan bidang teritorial dihadapkan pada kebutuhan peningkatan kualitas Dansat komando wilayah. 25.Obyek. Seluruh aparat KODIM26.Metode. Metode yang diterapkan didalam mengoptimalkan peran Aparat Komando wilayah dalam memantapkan militansi bangsa di wilayahnya sebagai berikut :a.Edukasi. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Pembekalan, pengetahuan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Aparat komando wilayah guna terselenggaranya bela Negara di daerah. b.Penugasan. Melatih, membina dan mengembangkan wawasan aparat komando wilayah melalui pemberian pengalaman dengan mempertimbangkan tour of duty dan tour of area dalam mewujudkan karya nyatanya di wilayahnya didalam meyelenggarakan kegiatan Pembinaan Teritorial dalam memantapkan militansi masyarakat di daerahnya.c.Induksi.Berupa penularan keteladanan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari terhadap lingkunganya.27.Upaya yang dilaksanakan.a.Peranan Pimpinan Komando Wilayah( Dandim )1).Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan dan Komunikasi Sosial. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan gaya dan pola kepemimpinan dan komunikasi sosial TNI yang adaptif terhadap tuntutan perubahan yang berkembang dalam kehidupan ditanah air sejalan dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia dewasa ini, dipandang bahwa buku petunjuk tentang Kepemimpinan dan Komunikasi Sosial TNI yang sudah ada, masih cukup relevan, hanya selama ini tidak diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen (accountable). Namun demikian untuk lebih mengoptimalkan penampilan (performance) para Dansat dalam melaksanakan tugas dan personalisasi dengan komponen bangsa lainnya. Berikut ini diuraikan suatu konsep pemikiran yang pragmatis, feasible dan diharapkan lebih applicable untuk diterapkan sebagai upaya untuk menjabarkan Kepemimpinan dan Komunikasi Sosial yang diharapkan. Guna memudahkan pemahaman terhadap gagasan yang dikemukakan, maka perumusan penuangannya meliputi tujuan, sasaran yang ingin dicapai dan upaya yang dilakukan melalui 3 (tiga) jalur pembinaan, yaitu jalur pendidikan dan latihan serta penugasan. (a)Tujuan. Untuk membentuk para Perwira yang mampu bersikap dan bertindak sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, sebagai aktualisasi kepemimpinan dan komunikasi sosial TNII yang mengacu pada visi, misi, strategi dan paradigma baru peran TNI abad XXI, guna menciptakan Ketahanan Nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. (b).Sasaran Yang Ingin Dicapai. Sasaran yang diharapkan dapat dicapai adalah terbentuknya Dansat Komando Wilayah yang mampu menjadi pemimpin-pemimpin Komando wilayah yang bericirikan ketauladanan, adaptif, responsif, persuasif sekaligus mampu menjadi komunikator yang impressif dan atraktif, dalam menyampaikan pesan dan gagasan, sebagai katalisator pembangunan bangsa. Adapun sasaran yang ingin mewujudkan untuk mendukung Perwira sebagai komunikator yang baik impressif dan atraktif adalah peningkatan kemampuan dasar mendengar dan menghargai pendapat orang lain, mampu mempengaruhi dan membangun opini serta mempengaruhi orang lain engan cara-cara akademis, mampu tampil mengesankan dalam kegiatan wawancara dan talk show, melalui media massa atau pada forum kegiatan umum. (c).Upaya.Pada dasarnya apa yang sudah dibahas dalam upaya meningkatkan kualitas akademis sebelumnya merupakan media pendukung keberhasilan kepemimpinan dan komunikasi sosial para Perwira. Oleh karena itu penekanan dalam bagian ini dititik beratkan pada aspek kepemimpinannya. (1) Jalur Pendidikan Formal dan Informal Memberikan ilmu kepemimpinan umum yang telah dipadukan dengan ilmu-ilmu manajemen, selain tetap harus mengajarkan kepemimpinan militer. Penekanan atau titik beratnya, disesuaikan dengan tingkat pendidikannya, dengan mempedomani level jabatan yang akan diemban oleh para Perwira. Sebagai contoh, untuk pendidikan pembentukan, ditekankan pada kepemimpinan militer, untuk tingkat Suslapa dan Sesko porsinya ditingkatkan secara proporsional, mengingat orientasi tugasnya yang semakin luas. Penyimpangan yang selama ini terjadi dalam penerapan kepemimpinan Dansat terhadap kalangan sipil, dipicu oleh penekanan kepemimpinan militer yang terlalu menonjol, sehingga secara naluriah telah membentuk pemahaman, bahwa kepemimpinan militer selalu cocok untuk berbagai situasi. Sebagai contoh adalah tindakan Bupati / Gubernur yang berasal dari karyawan TNI datang ke kantor mendahului stafnya, mewajibkan karyawannya, apel pagi, maksudnya untuk menunjukkan keteladanan dan disiplin. Apakah hal ini suatu kepemimpinan yang baik, menurut ukuran-ukuran lingkungannya ? Tentu hal ini patut dipertanyakan, padahal ini kasus semacam ini, dapat diatasi dengan menerapkan kendali sistem kartu kontrol dan menerapkan rewards and punishment, bila ditemukan karyawan yang melanggar. Untuk memberikan pemahaman Perwira dalam rangka membandingkan gaya dan pola kepemimpinan militer dan sipil, dalam penyajian pelajaran di lembaga pendidikan, diberikan studi kasus pemecahan masalah, selanjutnya didiskusikan, seperti yang sudah dilakukan selama ini dalam kepemimpinan militer. Guna mendukung penampilannya berkomunikasi dan melakukan wawancara dengan media elektronika dan media cetak. Sebaiknya teknik-teknik dasar yang aplikatif, sudah diberikan mulai tingkat pendidikan pembentukan, mengkombinasikannya dengan praktek-praktek riil dan mengundang pewawancara atau wartawan. Sedangkan bagi Perwira yang sedang berdinas di kesatuan, yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal militer, karena kepentingan tugas dapat diwadahi dalam bentuk penataran-penataran. Pembekalan ini dimaksudkan untuk membekali para Dansat, agar mampu menyikapi fenomena-fenomena era globalisasi, yang ditandai dengan pemanfaatan media cetak dan elektronika, sebagai media pembentukan opini (information warfare).(2) Jalur Latihan Melatih Dansat di kesatuan untuk mampu berbicara efektif dalam menyampaikan pendapat / gagasan dan beragumentasi melalui metoda diskusi. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, diharapkan akan membekali Perwira memiliki kemampuan meyakinkan orang lain mampu menjadi pendengar yang baik serta menghargai pendapat orang lain. Agar kemampuan semacam ini meningkat, dikembangkan dengan penyelenggaraan diskusi agar kesatuan pada tingkat Kodam dan ditingkatkan dengan mengundang mahasiswa yang setingkat dengan para Dansat yang melaksanakan diskusi, melalui kerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Latihan dengan media seperti ini, akan meningkatkan kemampuan Perwira menyampaikan pendapat secara sistematis (berbicara aktif) dan akan mendukung kemampuannya sebagai seorang komunikator, bila saatnya diperlukan. Seperti bila berdialog dengan para mahasiswa, yang selama ini merupakan suatu beban yang traumatik , bagi Dansat.Mengadakan acara-acara dialog dengan para pakar dari berbagai disiplin ilmu secara informal, untuk membahas berbagai permasalahan aktual yang berkembang, untuk saling menukar pandangan melalui metoda brainstorming, dalam mengidentifikasi permasalahan dan menemukan solusinya. Hal ini dimaksudkan, tidak saja untuk menumbuhkan saling pengertian dan keakraban, tetapi juga tanpa disadari akan menambah khasanah pengetahuan Perwira. Agar tercipta suatu situasi yang saling menguntungkan dan kondusif. (3) Jalur penugasan. Kematangan terhadap suatu kemampuan dan keterampilan antara lain, ditentukan dan dipengaruhi oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman dapat diperoleh antara lain, melalui penugasan. Memberikan peluang kepada Perwira, bila mereka diminta untuk memimpin suatu organisasi masyarakat, pada skala yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kepangkatannya, selama hal tersebut tidak mempengaruhi tugas pokoknya disatuan. Hal ini dimaksudkan untuk membekali diri Perwira dengan pengalaman langsung berhadapan dengan lingkungan yang berbeda.Memberikan penugasan-penugasan yang bervariasi kepada para Perwira, sesuai prinsip-prinsip pembinaan personil tour of duty dan tour of area, seperti penugasan di Komando Teritorial, kesatuan tempur, secara bervariasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan dapat dijadikan wahana praktek dan membentuk kepribadian Perwira yang flexible dalam penugasan, asalkan dalam penugasannya tetap dibimbing dan dikendalikan secara intense, agar tidak terjadi disorientasi motivasi tugas.

2).Meningkatkan Motivasi.Oleh karena itu, pembahasan diarahkan pada, bagaimana upaya yang ditempuh untuk meningkatkan motivasi tugas para Dansat di masa yang akan datang, dalam mengemban misi dan visi TNI-AD, untuk mengabdikan dirinya mewujudkan Ketahanan Nasional dalam rangka mendukung tercapainya Tujuan Nasional, yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Uraian meliputi, tujuan peningkatan, sasaran yang ingin dicapai dan upaya yang dilakukan sebagai alternatif solusi, untuk mencegah terulangnya hal serupa, dimasa yang akan datang. (a)Tujuan. Terwujudnya ketahanan mental prajurit Sapta Margais, yang tercermin dalam sikap dan tindakan para Dansat.(b).Sasaran. Guna mewujudkan tujuan tersebut di atas, maka sasaran yang ingin dicapai dalam upaya peningkatan motivasi para Dansat adalah meningkatkan ketahanan mental kerokhanian, mental ideologi dan mental kejuangan yang seimbang dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara .(c).Upaya.Guna memelihara image, keikutsertaan TNI dalam pembangunan bangsa yang diwujudkan dalam integrated role nya harus tetap dilandasi oleh semangat pengabdian juang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 (delapan) Wajib TNI. Oleh karena itu, upaya yang ditempuh diarahkan melalui jalur pendidikan dan penugasan, yang wujud pembahasannya menggunakan pendekatan kerokhanian, Ideologi dan kejuangan sebagai implementasi pembinaan mental serta pengawasan dan pengendalian sebagai implementasi kepemimpinan. (1).Jalur Pendidikan -.Menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, selalu menjalankan ibadah yang dituntut oleh agama, sehingga menghasilkan refleksi dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Manifestasinya adalah merupakan keteladanan para unsur pendidik yang tercermin dalam pelaksanaan pendidikan seperti selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. -.Meningkatkan kecintaan dan kesetiaan kepada bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai kepemimpinan TNI yang berlandaskan 11 azas kepemimpinan, KSS TNI, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib ABRI secara konsisten dan konsekwen. Pada prinsipnya, apabila mental kerokhanian para Perwira sudah baik, akan menciptakan suatu iklim yang kondusif bagi terlaksananya pengamalan Pancasila Sapta Marga. Sumpah Prajurit dan 8 (delapan) Wajib TNII. Namun demikian, untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 (delapan) Wajib TNI, perlu dimanifestasikan secara aplikatif dan mudah dimengerti, dikaitkan dengan tuntutan nilai yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan TNII dan lingkungan masyarakat. Sebagai contoh menghormati bendera tujuannya adalah untuk mewujudkan kecintaan kepada tanah air, sesuai yang diamanatkan Sapta Marga, sikap peduli pengamatan 8 (delapan Wajib TNI) dan mematuhi hukum adalah wujud ketaatan kepada hukum.

(2).Jalur Penugasan -Menumbuh kembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, selalu menjalankan ibadah yang dituntut oleh agama, sehingga menghasilkan refleksi dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Manifestasinya dilakukan dengan menyelenggarakan pengajian, secara terjadwal di kesatuan-kesatuan, untuk setiap saat menumbuhkan kesadaran para Dansat akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Disadari bahwa pembinaan mental adalah fungsi komando, artinya baik buruknya sikap mental para prajurit di kesatuan tersebut, adalah beban tanggung jawab komandan / pimpinannya. Tetapi, sentuhan dan pendekatan keagamaan dirasakan lebih efektif dan lebih mudah dipahami oleh prajurit termasuk para Perwiranya, karena pesan, petunjuk dan peringatan yang tercantum di dalam Kitab Suci agama manapun, berisikan nilai-nilai kebenaran yang hakiki dan tidak diragukan kebenarannya. Agar sentuhan keagamaan tersebut melekat dalam diri para Perwira, maka sebaiknya pengajian, kebhaktian, sesuai dengan agama dan kepercayaan prajurit, dilakukan semacam ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, diharapkan terbentuk sikap mental kerokhanian yang tangguh dan akan melahirkan pengawasan melekat dalam diri setiap prajurit, termasuk para Perwira, sehingga sikap-sikap positif akan muncul dalam sikap dan tindakannya sehari-hari, yang pada gilirannya akan menjadi teladan bagi komponen bangsa lainnya. -Meningkatkan kecintaan dan kesetiaan kepada bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, diwujudkan dengan aplikasi nyata di lapangan, dengan mengamalkan Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 (delapan) wajib TNI, taat menjalankan ibadah agama, bersikap kesatria menegakkan kebenaran, tidak menyakiti dan merugikan rakyat, membela kepentingan rakyat, membantu kesulitan rakyat melalui kegiatan bhakti TNII, tidak berlaku sewenang-wenang sebagai aplikasi ketaatan kepada hukum. Agar kiat ini dapat terwujud, dilakukan fungsi pengawasan dan pengendalian serta menerapkan sangsi yang dilakukan dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berprestasi (rewards and punishment). Dengan demikian diharapkan, akan terwujud ketahanan mental yang integratif, yang meliputi kerokhanian, ideologi dan kejuangan, sehingga para Perwira akan memiliki moral untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dalam tugasnya. -Meningkatkan kesejahteraan hidup. Menghadapi perubahan-perubahan tata nilai yang berkembang dari waktu-waktu sebagai dampak dari pembangunan, kiranya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak, tidak dapat dikesampingkan begitu saja, karena bagaimanapun juga hal ini akan berpengaruh besar terhadap motivasi dan dedikasi tugas. Tidak dapat dipungkiri bahwa TNI adalah pejuang prajurit dan prajurit pejuang, namun beratnya tantangan kehidupan, rasanya dedikasi tugas, sulit dipisahkan dari pemenuhan kebutuhan hidup yang standard . Oleh karena itu, peningkatan kesejahteraan sebagai kebutuhan yang mendasar bagi siapapun harus mendapat perhatian dan diperjuangkan dari waktu ke waktu.

b.Meningkatkan Mentalitas Aparat Komando wilayah.1).Meningkatkan Sikap Aparat Komando wilayah.Sikap mental aparat didalam meningkatkan peran aparat Komando wilayah diperlukan adanya kepercayaan masyrakat terhadap TNI, upaya ini tidak akan berhasil dengan baik sejauh sikap dan perilaku prajurit tidak diterima baik oleh masyarakat oleh sebab itu upaya mengoptimalkan peran komando wilayah agar mengambil langkah- langkah pemulihan citra TNI sehingga keberadaan prajurit dilapangan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pemulihan Citra TNI tidak cukup dengan slogan,dan retorika kosong saja tetapi harus melalui peningkatan kepribadian prajurit serta bersikap sesuai dengan 8 wajib TNI sehingga masyrakat dapat melihat dan menilai kondisi nyata dilapangan bahwa prajurit-prajurit TNI memang sudah berubah dan tidak lagi menunjukan sikap arogansi dan sok kuasa seperti halnya bagi oknum prajurit TNI yang melakukan tindakan indisipliner maupun melakukan perbuatan mencari tambahan/penghasilan dengan cara-cara yang melanggar rambu- rambu seperti backing,terlibat narkoba dan lain-lain akan berdampak pada citra TNI yang tidak segera pulih kembali maka diperlukan sebagai berikut :a)Menghilangkan kesan bahwa prajurit yang bertugas disatuan kewilayahan adalah prajurit kelas 2 (dua) yang tinggal menunggu pensiun hal ini dapat dijelaskan melalui jam Komandan maupun pada setiap apel.b)Meningkatkan kualitas keimaman dan ketagwaan kepada Tuhan YME baik dilaksanakan di dalam maupun diluar kesatrian.c)Keteladanan Aparat Koter. Dalam upayanya meningkatkan pembinaan teritorial perlu memberikan keteladanan baik sikap maupun perilaku terhadap masyarakat setempat agar masyarakat disekitarnya ikut mensukseskan pembinaan teritorial dalam rangka menciptakan kondisi keamanan di daerah yang stabil dan dinamis dengan melaksanakan siskamling.2).Meningkatkan pengamalan sikap Aparat Komando wilayah. Untuk dapat diterima oleh masyarakat harus betul-betul dapat mengamalkan Binter dalam wujud nyata antara lain :a)Dilingkungan pemukiman anggota hendaknya menjadi pelopor dalam hal-hal yang baik dan dapat memotivator kepada hal-hal yang positif, tidak menyakiti maupun merugikan masyarakat setempat bahkan sebaliknya dapat membantu masyarakat bila mendapat musibah dengan tanpa pamrih serta dapat membantu masyarakat bila menggunakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan dengan kerja sama dalam mewujudkan stabilitas keamanan di wilayahnya. b)Apabila anggota mempunyai ilmu pengetahuan misalnya dibidang agama maka dapat membantu masyarakat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan agama adalah sangat terpuji untuk mengamalkan pengetahuannya dengan cara memimpin doa, peribadatan atau bantuan-bantuan lain kepada masyarakat sejauh mungkin diperkenankan oleh ajaran agama tersebut.c)Apabila prajurit memiliki ketrampilan maka tidak salah masyarakat dilingkungannya diberikan ketrampilan tersebut.d)Adanya sosialisasi kepada aparat Komando wilayah, aparat Pemda dan Masyarakat tentang pembinaan teritorial dalam rangka menyamakan visi dan misi guna menyelenggaraan pembinaan di wilayahnya sehingga tercipta suatu pemahaman dan keterpaduan di lapangan.g)Membantu masyarakat kelompok pemuda setempat dalam bidang olahraga misalnya memimpin pertandingan, membina cabang olahraga tertentu dan lain sebagainya dengan cara benar dan terhormat.

3).Meningkatkan pengetahuan bela negara. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat, bertindak dan berkomunikasi yang tepat terhadap masyarakat dilingkungan maka perlu anggota untuk meningkatkan pengetahuannya terutama pengatahuan bela negara melalui :a)Sosialisasi pemahaman substansi pengaruh global. Pengetahuan pengaruh non militer merupakan hasil pengetahuan baru, mengingat baru dikenal oleh sekelompok orang saja. Dilingkungan aparatur negara belum semuanya memahami tentang ancaman tersebut. Pemahaman tersebut sebaiknya benar-benar dipahami oleh semua aparat komando wilayah sampai tingkat Babinsa. Para Babinsa yang menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan pembinaan wilayah dilapangan, mereka yang berhubungan dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat diharapkan paham benar tentang dampak pengaruh yang semakin menglobal dan mampu menjelaskan kepada masyarakat luas tentang dampak yang terjadi, sampai pada kondisi saat ini dan bagaimana cara mengatasinya. Sosiali pemahaman subtansi perang modern kepada seluruh aparat komando wilayah sampai tingkat bawah masih harus ditingkatkan, pelaksanaanya dapat melalui ceramah,komunikasi sosial, diskusi agar tingkat pemahaman aparat komando wilayah dapat terukur dan bermanfaat dalam pelaksanaan tugasnya dilapangan. b)Memberdayakan setiap prajurit kewilayahan untuk memiliki 5 (lima) kemampuan teritorial yang merupakan persyaratan utama bagi setiap prajurit kowil untuk dapat dilaksanakan penugasan dilapangan dengan meningkatkan pembekalan dan penawasan secara terus menerus.c)Melaksanakan dikdalsat dan program latihan agar personil maupun satuan/Komando wilayah memiliki kemahiran, keterampilan, sikap profesional serta perilaku yang tepat selaras dengan perannya di lapangan selaku pembina teritorial di daerah dengan penyelenggaraan pendidikan dan latihan harus realistis dan senantiasa diorientasikan kepada keberhasilan tugas Komando wilayah satuan yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menghasilkan aparat teritorial yang memiliki motivasi juang dan dedikasi yang tinggi, peka, trampil serta profesional yang mengacu pada kepentingan tugas yang dengan sistim evaluasi secara kontinyu dengan ditindak lanjuti pelaporan dengan benar dan obyektip.d)Mengoptimalkan pencapaian sasaran minggu militer dengan memberikan pembekalan baik pengetahuan maupun ketrampilan,penekanan yang terus menerus kepada setiap para prajurit tentang norma dasar keprajuritan.e)Meningkatkan pemberian santi aji dan santi karma oleh unsur pimpinan. f)Menambah/memberi kesempatan pendidikan bagi anggotag)Meningkatkan pembinaan mental prajurit melalui rohani.h)Meningkatkan pelestarian nilai-nilai budaya bangsai)Melaksanakan penataran teritorial guna memberikan pengetahuan dan pembekalan bagi prajurit yang dirasakan masih kurang, sehingga perlu adanya pembekalan teritorial J)Pemberdayaan perpustakaan. Pemberdayaan perpustakaan serta adanya revisi buku petunjuk Binter tentang : Bujuklak, Bujuknik dan Bujuklap agar dalam penyelenggaraan dan pengembangan dan pengkajian serta penyempurnaan piranti lunak dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan kewajiban di lapangan yang lebih terarah, dan aplikatif serta sesuai dengan perkembangan situasi saat ini sehingga dapat memudahkan para pelaksana di lapangan di dalam melaksanakan tugasnya.k)Sosialisasi kepada aparat Komando wilayah, aparat Pemda dan Masyarakat serta Toga-Toma tentang pembinaan teritorial dalam rangka menyamakan visi dan misi guna memantapkan bela negara masyarakat di daerahnya.c.Meningkatkan Kemampuan Aparat Komando Wilayah dalam mendengar pendapat dan aspirasi rakyat. 1).Melaksanakan Pembinaan komunikasi sosial ( Binkomsos ) untuk mengoptimalkan hubungan timbal balik antara TNI (sebagai subyek), Apter dan masyarakat.a)Dalam komunikasi perlu dikembangkan tentang teknik- teknik berkomunikasi sehingga masyarakat tidak merasa ditempatkan sebagai unsur yang dibina namun sebaliknya masyarakat harus merasa ditempatkan sejajar dengan aparat komando wilayah, pengalaman menunjukan bahwa jika kita menempatkan diri sebagai pembina sedangkan masyarakat merasa sebagai yang dibina, maka komunikasi akan mengalami kesukaran untuk dilaksanakan lebih-lebih jika menghadapi masyarakat yang sudah mulai mengenal kehidupan modern, misalnya yang berada di kota-kota.b)Membaur dalam kegiatan berolah raga,kegiatan olah raga merupakan suatu sarana yang sangat dominan dalam melakukan interaksi bersama masyarakat dimanapun juga,sehingga dalam kegiatan tersebut dapat saling menyampaikan ide,gagasan mauoun informasi yang aktual.c)Didalam komunikasi yang dilakukan oleh Apter terhadap kekuataan sosial diharapkan tidak memaksakan diri secara totaliter,tidak menjurus mengarah kesuatu kondisi yang memiliki ciri-ciri militerisme serta mengutamakan pencegahan dari pada penanggulangan. d)Peka serta tanggap terhadap masalah sosial yang timbul lebih-lebih yang oleh masyarakat setempatdirasakan secara langsung sebagai beban yang membertkan.e)Mampu mengajak masyarakat untuk musyawarah dalam menyelesaikan masalah tersebut atau mencari jalan keluar sehingga dapat mencegah timbulnya ketegangan sosial.f)Selanjutnya masalah yang tidak kalah pentingnya adalah setiap apter dapat mengetahui motivasi atau keinginan masyarakat setempatagar dapat lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat. g)Libatkan Peran serta seluruh Komponen Masyarakat. Pembinaan teritorial di daerah tentunya tidak akan dapat terwujud apabila dukungan atau peran serta dari seluruh komponen masyarakat tidak ada,maka dari itu komponen- komponen masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya peningkatan pembinaan teritorial di daerah, sehingga tercipta suasana kebersamaan dan kekompakkan antara aparat teritorial dengan seluruh komponen masyarakat.h)Ibadah bersama masyarakat yang dilaksanakan antara TNI engan masyarakat dapat mempererat rasa kebersamaan sehingga akan tercipta komunikasi secara terpadu.i)Pemberian kesempatan bagi prajurit secara bergiliran untuk berkotbah dan berbicara di depan masyarakat, atau lebih dikenal dengan istilah kuliah tujuh menit setiap habis shalat berjamaah. Hal ini dilakukan agar prajurit dapat menyatu serta menambah keimanan dan ketakwaan sekaligus melatih keberanian untuk berbicara di depan masyarakat serta menambah kepercayaan diri sebagai modal untuk pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh-tokoh agama.j)Penyelenggaraan Pembinaan Komunikasi Sosial: (1). Tujuan. Untuk menyamakan visi, misi dan interpretasi antara TNI, aparat pemerintah serta masyarakat dalam pembinaan potensi sumber daya nasional yang ada di wilayah dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional.(2).Sasaran.(a)Terwujudnya kesamaan visi, misi dan interpretasl segenap lapisan masyarakat terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara.

(b)Terwujudnya kesamaan misi, misi dan interpretasi segenap lapisan masyarakat terhadap pentingnya memiliki wawasan kebangsaan.(c)Terwujudnya kesamaan visi,misi segenap lapisan masyarakat terhadap kesadaran bela negara dan cinta tanah air.(d)Terwujudnya kesamaan visi, misi dan interpretasi segenap lapisan masyarakat terhadap pentingnya kemanunggalan TNI - Rakyat.(3).Pelaksanaan.(a)Tahap Perencanaan.-Melaksanakan koordinasi dengan Muspida setempat dan instansi terkait tentang rencana penyelengaraan komunikasi sosial meliputi : Rencana kegiatan, waktu dan tempat, dukungan logistik.-Merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi : Kegiatan penyuluh an,Kegiatan tatap muka, kegiatan anjang sana, kegiatan olah raga bersama.dan kegiatan keagamaan bersama.-Merencanakan kebutuhan personel satuan dan masyarakat dalam kegiatan.=Kegiatan sosialisasi.iKebutuhan personel yang memberikan sosialisasi.iiMasyarakat yang mengikuti sosialisasi.iiiSarana dan prasarana yang dibutuhkan.=Kegiatan anjangsana.iPersonel yang dilibatkan.iiMasyarakat yang dilibatkan.iiiSarana kontak yang dibutuhkan.=Kegiatan tatap muka.iPersonel yang dilibatkan.iiMasyarakat yang dilibatkan.iiiSarana dan prasarana yang dibutuhkan.=Kegiatan olah raga bersama.iPersonel yang dilibatkan.iiMasyarakat yang dilibatkan.iiiSarana dan prasarana yang dibutuhkan.=Kegiatan keagamaan bersama.iPersonel yang dilibatkan.iiMasyarakat yang dilibatkan.iiiSarana dan prasarana yang dibutuhkan.(b)Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan antara lain :-Memberi arahan kepada satuan Kowil dan satuan non Kowil.Kondisi wilayah, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat, kondisi sosial masyarakat setempat, materi dan kegiatan yang akan dilaksanakan.- Mengeluarkan perintah persiapan dan melaksanakan koordinasi tentang pelaksanaan komunikasi sosial dengan pihak-pihak terkait antara lain :=Kepada satuan pelaksana.=Kepada pemerintah daerah setempat.=Tokoh-tokoh masyarakat.=Organisasi kemasyarakatan.

(c)Tahap Pelaksanaan.- Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana dan hasil koordinasi.=Kegiatan sosialisasi.iMemberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara.iiMemberikan sosialisasi tentang pentingnya memiliki semangat dan jiwa kebangsaan.iiiMemberikan sosialisasi tentang pentingnya memiliki paham kebangsaan.ivMemberikan sosialisasi tentang pentingnya mencintai tanah air Indonesia.=Kegiatan tatap muka.i Tukar menukar informasi dalam penyampaian visi dan misi Binter TNI AD dan mene rima masukan-masukan dari masyarakat.iiMelaksanakan tukar me nukar informasi dan menyam paikan visi dan misi Binter TNI AD.iii Dengar pendapat. Melaksanakan kegiatan temu ramah dengan masyarakat sekitar masalah-masalah yang dihadapi bangsa saat ini dan kemungkinan pemecahannya di wilayah masing-masing.ivPenyampaian pesan-pesan, melaksanakan kegiatan penyampaian informasi, pesan-pesan dan lain-lainnya.(4) Kegiatan olah raga bersama, melaksanakan olah raga bersama antara TNI dengan masyarakat untuk meningkatkan keeratan hubungan, dilakukan di lingkungan masyarakat maupun didalam satuan/asrama.v Kegiatan agama bersama. Melaksanakan kegiatan agama bersama baik dalam melakukan kegiatan ibadah rutin maupun dalam memperingati hari-hari besar keagamaan.viMelaksanakan penyuluhan tentang pentingnya kemanunggalan TNI-Rakyat. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya mewujudkan kemanungga lanTNI-Raky dalam membela bangsa dan negara.viiKegiatan anjangsana de ngan melaksanakan kegiatan kunjungan ke rumah-rumah tokoh masyarakat maupun masyarakat itu sendiri.

2).Melaksanakan Bhakti TNI. Dengan mendayagunakan kemampuan TNI dalam penyelenggaraan bhakti TNI untuk mewujudkan komunikasi dengan masyarakat sehingga dapat menunjang pembangunan tanpa mengabaikan kewaspadaan dan kesiapsiagaan didaerah agar hasil pembangunan dapat dirasakan secara merata oleh masyrakat, dihadapkan pada luasnya wilayah maka perlu adanya prioritas pada pemerataan pembangunan daerah guna menghindari kecemburuan bagi daerah yang tidak memperoleh sasaran bhakti TNI. Disamping itu pemilihan sasaran juga berdasarkan kebutuhan penyiapan wilayah pertahanan agar komunikasi antara TNI dapat menyentuh atau mengema keseluruh masyarakat dipelosok daerah,khususnya untuk program TNI manunggal harus dapat dilakukan kordinasi lintas sektoral sehingga seluruh instansi yang terkait akan mendapat instruksi dari pimpinan masing-masing tentang ketrkaitanya denga kegiatan TNI manunggal di daerahnya. Dari hasil kegiatan bhakti TNI diharapkansecara fisik maupun non fisik dapat dirasakan secara langsung oleh masyrakat sehingga tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh hal-hal negatip yang dapat merusak kehidupan masyarakat,disamping itu dapat diperoleh kemanunggalan yang lebih baik antara TNI- Rakyat, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a)Dalam hal karya bhakti di lingkungan pemukiman maka prajurit hendaknya menjadi pelopor karena dengan demikian sekaligus membantu pemerintah dalam keberhasilan lingkungan dan pelestarian lingkungan hidup.b) Dalam melaksanakan karya bhakti perorangan, maka prajurit diharapkan ikut bekerja di tengah-tengah masyarakat (gerakan kebersihan, membangun prasarana desa dan sebagainya), sehingga seorang prajurit tidak hanya tampil sebagai pemberi perintah atau menjadi mandor saja, tetapi turut serta melaksanakan pekerjaan itu agar terbentuk adanya keakrapan,kebersamaan dan kemanunggalan dilapangan.c)Meningkatkan kordinasi antara kowil dengan unsur-unsur terkait di daerah.d) Sasaran non fisik diupayakan dapat membentengi masyarakat terhadap ketahanan terhadap pengaruh negatip yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat setempat terhindar dari pengaruh SARA.e)Kordinasi tentang dukungan anggaran dari Pemda setempat kepada komando wilayah agar tidak menjadi kendala dalam melaksanakan kegiatan dilapangan.f)Meningkatkan pemahaman tentang paradigma TNI baik secara intern maupun extern agar diperoleh pemahaman terhadap perubahan yang terjadi di tubuh TNI.g)Memanfaatkan pembinaan KBT sehingga bermanfaat dalam membantu mengembalikan citra TNI di tengah-tengah masyarakat. h)Penyelenggaraanya Bhakti TNI:(1). Tujuan. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, sebagai sarana untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat di wilayah KODIM, guna mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional. (2).Sasaran.(a)Meningkatnya kesadaran berbangsa dan bernegara dilingkungan masyarakat untuk kepentingan penyelenggaraan Sishanta.(b)Meningkatnya wawasan kebangsaan bagi setiap warga negara, sehingga mencintai wilayah nasionalnya. (c) Meningkatnya kesadaran bela negara dan cinta tanah air.(d) Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat. (3)Pelaksanaan.(a) Tahap Perencanaan.- Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dengan Muspida setempat dan instansi terkait sesuai petunjuk Komando Atas tentang rencana penyelenggaraan bhakti TNI meliputi :=Rencana kegiatan.=Waktu dan tempat.=Dukngan logistik.=Saluan dan masyarakat yang dilibatkan.-Merencanakan kegiatan pelaksanaan bhakti TNI meliputi :=Rencana kegiatan operasi bhakti.iRencana pelaksanaan TMMD: Sasaran / lokasi TMMD, waktu pelaksanaan, dukungan dana dan sarana prasarana.iiRencana pelaksanaan KB Kesehatan: Sasaran / lokasi