kebisingan pada pltd

Upload: ridhosaantoso

Post on 09-Oct-2015

122 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

proposal tentang kebisingan di PLTD Siantan Kalimantan Barat

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar yang menggunakan tenaga penggerak mesin diesel. Berkembangnya industri kelistrikkan di Indonesia menyebabkan makin banyak tenaga kerja yang terpapar pada kebisingan yang intensitasnya tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan fisiologis seperti gangguan pendengaran. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon siantan Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan industry yang menggunakan tenaga diesel sebagai pembangkit listrik tenaga diesel di kecamatan pontianak utara dan sekitarnya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar kurang dari 85 dBA. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata rata yang masih dapat di terima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap, untuk waktu kerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam semingguKebisingan lingkungan kerja dan lingkungan kawasan pemukiman penduduk sekitar mesin pembangkit merupakan suatu permasalahan cukup serius dan harus diperhatikan, karena dengan penggunaan mesin- mesin diesel yang berkapasitas besar sangat indentik dengan kehadiran sumber suara bising sehingga mempengaruhi Kenyamana lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman masyarakat sekitar.1.2 TujuanAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja PLTD siantan terhadap karyawan setempat.1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kebisingan lingkungan kerja di PLTD Siantan terhadap waktu reaksi karyawan setempat.1.4 Batasan MasalahAdapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Analisis dilakukan pada 10 titik Pengukuran yaitu pada tiap-tiap mesin dengan jarak 1 meter, tempat aktivitas kerja operator dalam pengecekan mesin yang sedang operasi dan ruang operator.2. Metode penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif,3. Waktu penelitian dilakukan selama 24 jam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Kebisingan

2.1.1 Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan. Jadi kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Sumamur, 2009).

Sementara dalam bidang kesehatan kerja, kebisingan diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran, baik secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, dan pola waktu (Buchari, 2008).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menimbulkan gangguan pendengaran (ketulian). 2.1.2 Klasifikasi Kebisingan Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar (Tambunan, 2005) :

1. Kebisingan tetap (unsteady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise) Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya. b. Broad band noise Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).

2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise) adalah Kebisingan yang selalu berubah ubah selama rentang waktu tertentu. b. Intermittent noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas. c. Impulsive noise adalah Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat sejenisnya. Menurut Yanri seperti yang dikutip oleh Srisantyorini (2002), pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja khususnya pengaruh terhadap manusia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise) Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise) Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (Damaging/ Injurious noise) Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. 2.1.3 Sumber Kebisingan Peningkatan mekanisasi akan mengakibatkan meningkatnya tingkat kebisingan. Pembangunan yang banyak memakai peralatan modern di suatu industri atau perusahaan untuk meningkatkan produktivitas memberikan dampak terhadap tenaga kerja oleh karena bunyi yang dihasilkan mesin dalam proses tersebut akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja.

Salah satu dampak yang dihasilkan oleh mesin produksi terhadap tenaga kerja adalah menimbulkan bising di tempat kerja sehingga mengganggu kenyamanan dalam bekerja. Ketulian atau berkurangnya pendengaran juga disebabkan oleh kebisingan dimana tenaga kerja berada. Sumber-sumber kebisingan di industri antara lain adalah mesin produksi, mesin potong atau gergaji, ketel uap untuk pemanas air, dan mesin diesel (Ada, 2008).

2.1.4 Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja (Roestam, 2004), seperti :

1. Gangguan fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan ini dapat berupa peningkatan tekanan darah (mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stress, kelelahan, dan lain-lain.

3. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.

4. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.

1. Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pekerjaan. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak sehingga menghemat bahan baku.

2. Gangguan terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang cepat

menanggapi adanya situasi yang berbahaya dan lambat dalam bereaksi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan.

3. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada orang yang sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan konsentrasi, dan kehilangan semangat kerja.

4. Penurunan daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian total sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan pembicaraan orang lain.

2.1.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Menurut surat edaran Meteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, Koperasi No.SE 01/MEN/1978 mendefinisikan bahwa nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan menurunnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja terus menerus tidak boleh lebih dari 8 jam sehari 40 jam seminggu.

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Peraturan perundangan yang berkaitan dengan kebisingan ditempat kerja Nilai Ambang Batas (NAB) adalah suatu kriteria atau angka yang diperbolehkan untuk kebisingan 85 dB(A) dengan waktu kerja selama 8 jam/ hari untuk selamanya tidak akan menggangu kesehatan pendengaran pekerja, keculai karena faktor usia. Bila hal ini berkepanjangan, dapat merusakkan pendengaran yang bersifat sementara maupun permanen. Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, membuat aturan mengenai baku tingkat kebisingan yang diizinkan di Indonesia.

Sumber : Kep. 48/MENLH/1996

Tabel 2. Baku tingkat kebisingan

Berbagai kriteria telah ditetapkan dan menyatakan tingkat kebisingan maksimum yang tidak boleh dilampaui misalnya yang dibuat oleh International Standardization de Organization (ISO Standard 1999.2), The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), dan The Enviromental Protection Agency (EPA), dan lain-lain.

Tabel 3. Tingkat Kebisingan Yang Diizinkan Dalam Satuan Tingkat Tekanan Bunyi (dB) dan Waktu Keluaran (jam).BAB III

METODOLOGI PENELITIAN3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada jam istirahat kerja, dan diambil data selama satu hari,yaitu pada hari senin dari pukul 12.00-1300. Pelaksanaan selama satu hari dianggap dapat menggambarkan perilaku aktivitas di PLTD Siantan Kalimantan Barat.

Gambar 1. Denah PLTD Siantan Kalimantan Barat

Gambar 2. Gedung PLTD Siantan Kalimantan Barat

3.2 Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan yaitu : alat tulis, lembar format untuk pencatatan data dan sound level meter.3.3 Teknik Pengambilan Data

Prosedur pengambilan data meliputi:1. Menentukan titik untuk pengambilan sampling yang terbebas dari gangguan seperti magnet getaran atau faktor lain yang memungkinkan menganggu kerja alat ukur. Dalam penelitian ini titik sampling pada suatu lokasi harus diperhatikan antara lain sumber bising dari garis lurus yang ditempati oleh sumber bising.

2. Pengukuran kebisingan mesin dilakukan pada tiap-tiap mesin dengan jarak 1 meter, tempat aktivitas kerja operator dalam pengecekan mesin yang sedang operasi dan ruang operator (control room). Pengukuran dilakukan pada waktu pagi, siang dan malam hari sesuai aktiitas pekerja pengecekan mesin selama 20 menit setiap 2 jam dimana 1 shift/8 jam melakukan pengecekan sebanyak 4 kali.

3. Mempersiapkan alat ukur sound level meter yakni dengan memasang pada tempatnya, baterai dicek, dilakukan kalibrasi dan mengatur selektor untuk menentukan fast atau slow dimana fast untuk mengukur suara kontinu dan slow untuk mengukur suara terputus-putus.4. Melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan mencatat pada format dengan jarak setiap pengukuran adalah 2 jam dan dilakukan selama 10 detik. Pengukuran pada titik sampling dilakukan 2 orang yaitu orang pertama menentukan waktu dan membaca hasil pengukuran dan orang kedua mencatat hasil pengukuran. Setelah seluruh pengukuran selesai dilakukan tabulasi hasil pengukuran.3.4 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari sound level meter , kemudian dirata-ratakan hasil pengujian dari tiga sesi yaitu pagi,siang, dan malam.3.5 Metode Analisis DataSetelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya dilakukanlah menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Dengan data-data yang telah didapatkan sebelumnya, maka dilakukanlah pengelompokan data secara tepat terhadap data-data yang nantinya diperolehnya kesimpulan berdasarkan pengelompokan data-data yang telah sebelumnya.

Selain menggunakan data-data yang didapatkan dari hasil survey di lokasi penelitian, untuk mendukung penelitian ini digunakan pula jurnal penelitian yang dijadikan referensi yang merupakan jurnal Analisis Kebisingan yaitu pengaruh intensitas kebisingan lingkungan kerja terhadap waktu reaksi karyawan PT. PLN (persero) Sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin 3.6 Diagram Analisis Data

MULAI

TIDAK

DAFTAR PUSTAKAAda, Y., 2008. Kebisingan, Pencahayaan, dan Getaran di Tempat Kerja. Mitra No. 3 Tahun XIV Desember 2008.

Buchari, 2008. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU Repository.www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1435/3/07002749.pdf.txt. Diakses tanggal 25 mei 2014.

Roestam, A.W., 2004. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 144.

Sumamur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta.

Srisantyorini, 2002. Tingkat Kebisingan dan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT Friesche Vlag Indonesia Tahun 2002. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Tambunan, S.T.B., 2005. Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise). Penerbit ANDI, Yogyakarta.PROPOSAL PENELITIAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN FISIK

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN PT. PLN (PERSERO), PLTD SIANTAN PONTIANAK

Disusun Oleh :

Ade SupriyatnoD 141 12 032

Ridho SantosoD 141 12 043Dosen Pembimbing :

Dian Rahayu Jati, ST., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014SURVEI

ANALISIS DATA

YA

SELESAI

KESIMPULAN

APAKAH SESUAI

DESKRIPTIF KUANTITATIF