kelompok 1. makalah bunga kecombrang

Upload: ismi-siti-hanifah

Post on 09-Oct-2015

297 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Pembuatan zat warna yang terbuat dari kecombrang yang disadur dari salah satu jurnal.

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) SEBAGAI PEWARNA

    ALAMI DALAM LIPSTIKMakalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Zat

    Warna Dosen Pengajar: Lilis Siti A, S.Si., M.Si.

    KELOMPOK 1 ISMI SITI HANIFAH NIM. 3211132006IYAR JANUARTI ALFIANI NIM. 3211111023NENDEN SRI MULYASARI NIM. 3211101031RISMAN HARDIANSYAH NIM. 3211101021WIWIN ASTUTI NIM. 3211111002YENI YUNIAWATI NIM. 3211111018

    JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS JENDRAL AHMAD YANI2013

    KATA PENGANTAR

    Puji serta syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah

    memberikan waktu, kesempatan, dan kesehatan kepada kami untuk

    menyelesaikan makalah ini.

  • 2Makalah Penggunaan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior

    (Jack) R.M. Sm.) sebagai Pewarna Alami dalam Lipstik dajukan untuk

    memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Zat Warna.

    Kami berharap agar makalah ini dapat membantu kami untuk lebih

    memperdalam dan menerapkan konsep kimia zat warna untuk lebih inovatif, aktif,

    dan kreatif di dalam lingkungan masyarakat untuk mencapai tujuan yang

    diharapkan.

    Bandung, 10 Oktober 2013

    Tim Penyusun

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    ABSTRAK ..................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

    BAB 1. Pendahuluan .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2

    1.3 Tujuan ........................................................................................... 2

    BAB II. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 3

    2.1 Lipstik ............................................................................................ 3

  • 32.2 Uraian Bunga Kecombrang ............................................................ 6

    BAB III. Metodologi Percobaan ...................................................................11

    3.1 Bahan Percobaan ............................................................................11

    3.2 Alat Percobaan ...............................................................................11

    3.3 Diagram Alir Percobaan ................................................................12

    BAB IV. Hasil dan Pembahasan ................................................................... 17

    BAB V. Kesimpulan ....................................................................................... 21

    Daftar Pustaka .............................................................................................. 22

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    nomor 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah bahan atau sediaan yang

    dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar badan yaitu epidermis, rambut,

    kuku, bibir dan organ genital bagian luar, gigi dan rongga mulut untuk

    membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi

    supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

    dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

    Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk

    mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika

    dalam tata rias wajah. Seiring dengan perkembangan gaya hidup back to

    nature, maka zat warna alami untuk lipstik, salah satu jenis pewarna bibir

    dengan bentuk krayon, semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap

    lebih aman dibandingkan dengan pewarna sintetik yang mengandung zat

    karsinogenik dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati (BPOM RI, 2007).

    Pemanfaatan zat warna alami dalam formulasi lipstik adalah upaya untuk

    menghindari penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya. Zat warna alami

  • 2merupakan zat warna yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber

    mineral. Zat warna ini sejak dahulu telah digunakan untuk pewarna makanan

    dan sampai sekarang penggunaannya secara umum dianggap lebih aman

    daripada zat warna sintetis. Banyak flora asli Indonesia yang dapat digunakan

    sebagai pewarna alami salah satunya yaitu kecombrang (Etlingera elatior

    (Jack) R.M.Sm.). Dalam bunga kecombrang terdapat senyawa yang berperan

    penting dalam memberikan warna yakni antosianin. Antosianin merupakan

    senyawa berwarna yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah, biru,

    dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias.Senyawa ini termasuk dalam

    golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai dengan adanya dua cincin

    aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang

    membentuk cincin. Oleh karena itu, ekstrak bunga kecombrang ini digunakan

    sebagai pewarna alami dalam sediaan lipstik.

    1.2 Rumusan Masalah

    Menentukan kualitas ekstrak bunga kecombrang sebagai pewarna alami dalam

    lipstik

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pembuatan

    serta pemanfaatan bunga kecombrang sebagai pewarna alami dalam lipstik.

  • 3BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lipstik

    Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat

    dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga

    dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstick

    yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir,

    bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan

    terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik

    dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang

    62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).

    Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut

    (Mitsui, 1977):

    1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir

    2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan

    3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu

    4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan

    perubahan wujud.

    5. Tidak lengket

    6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna

    2.1.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik

    Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin, lemak

    dan zat warna.

    1. Minyak

    Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang

    berfungsiuntuk melarutkan atau mendispersikan zat warna. Minyak yang sering

    digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain.

    Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas

  • 4yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dyedengan baik.

    Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik

    modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda

    pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi

    pigmen benar benar merata (Balsam, 1972).

    2. Lilin

    Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan

    menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal

    akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50C dan mampu mengikat

    fase minyak agar tidak ke luar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan

    mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang

    digunakan antara lain carnauba wax,candelilla wax, beeswax, ozokerites,

    spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang

    yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85C. Biasa

    digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan

    lipstick (Balsam, 1972).

    3. Lemak

    Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk

    membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yanglembut, meningkatkan

    kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik.

    Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat

    dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk

    pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak

    coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.

    4. Zat warna

    Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan

    pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam

    basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi

  • 5tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masingmasing memiliki

    arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi

    sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan. Pigmen-pigmen yang

    diigunakan dalam lipstik dapat berupa lake dari barium atau kalsium, akan tetapi

    lake dari stronsium juga sering digunakan karena menghasilkan warna yang tahan

    lama dan jernih. Untuk menghasilkan warna yang agak pudar (muda), pigmen

    putih seperti titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan (Balsam,

    1972).

    2.1.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik

    Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula

    lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara

    menutupikekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak

    toksik,tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan

    laindalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan,

    pengawetdan parfum.

    1. Antioksidan

    Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain

    yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalahantioksidan

    yang paling sering digunakan (Butler, 2000).

    2. Pengawet

    Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstick

    sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapiketika

    lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasipada permukaan

    lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.Oleh karena itu perlu

    ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.Pengawet yang sering digunakan

    yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000).

    3. Parfum

  • 6Parfum perlu ditambahkan dalam formula lipstik untuk menutupi bau dari

    minyak dan lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain yang tidak enakyang

    timbul setelah lipstik digunakan atau disimpan. Parfum yang berasaldari minyak

    tumbuhan (bunga) adalah yang paling banyak digunakan(Balsam, 1972).

    2.2 Uraian Bunga Kecombrang

    2.2.1 Klasifikasi Bunga Kecombrang

    Gambar 2.1 Bunga Kecombrang

    (Sumber: Sukandar dkk, 2010. )

    Klasifikasi dari bunga kecombrang adalah sebagai beikut:

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Zingiberaceae

    Famili : Zingiberaceae

  • 7Genus : Etlingera

    Spesies : E. eliator

    (Sumber:http://lee.ifas.ufl.edu/Hort/GardenPubsAZ/Etlingera_Elatior.pdf)

    2.2.2 Nama Lain

    Bunga kecombrang ini mempunyai banyak nama daerah seperti misalnya:

    kecombrang (Jawa), sambuang (Minang), cekala (Karo), kincung (Melayu),

    kala (Gayo), kincung (Sumatera), petikala (Ternate), sikala (Bangka), bongkot

    (Bali) dan honje (Sunda)(Depkes, 2000). Sedangkan di luar negeri dikenal

    dengan nama ginger bud (Inggris), xiang bau jiang (Cina), gingembre

    aromatique (Perancis), katan (malaysia),boca de dragon (spanyol) dan kaa laa

    (Thailand) (Hidayat & Hutapea, 1991).

    2.2.3 Daerah Penyebaran

    Penyebaran kecombrang di Indonesia sangat luas, sehingga

    Kecombrang merupakan tanaman asli pulau Sumatera dan Jawa. Tersebar di

    Pulau Sumatera dan Jawa terutama di daerah pegunungan dan dapat di

    budidayakan di pekarangan.

    2.2.4 Morfologi

  • 8Gambar 2.2 Batang dan bunga kecombrang

    ( Sumber: Hudaya, 2010 )

    Bunga kecombrang berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias

    pisang-pisangan. Bunga suatu karangan bunga yang terdiri atas bagian bunga,

    daun pelindung, daun gagang, kelopak, mahkota, putik dan buah

    (Soedarsono, 1994).Pada umur 2 tahun berbunga dan berbuah (Heyne, 1987).

    Bunga kecombrang bertangkai panjang 0,5-2,5 m 1,5-2,5 cm, dengan

    daun pelindungbentuk jorong, 7-18 cm 1-7 cm, merah jambu hingga merah

  • 9terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar. Kelopak bentuk tabung,

    panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah. Mahkota bentuk tabung, warna merah

    jambu, panjang 4 cm. Bentuk tanamannya mirip jahe, dengan tinggi mencapai 5

    m. Batang-batang semu bentuk bulat, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak dan

    banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang

    menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan

    ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling di

    batang semu, helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm 10-20 cm (Anonim, 2006).

    2.2.5 Kandungan Kimia

    Bunga kecombrang mengandung senyawa seperti minyak atsiri,

    flavonoida, antosianidin dan polifenol (Tang, 1991).

    2.2.6 Pemanfaatan Bunga Kecombrang

    Bunga kecombrang sering dimanfaatkan sebagai bunga hias, disantap

    dalam bentuk pecal, sayur, bumbu, lalapan ataupun sambal. Secara tradisional

    banyak digunakan untuk obat penghilang bau badan, memperbanyak air susu

    ibu, dan pembersih darah (Zaidi, 2012). Bunga kecombrang sering ditambahkan

    pada masakan khas suku Batak, yaitu arsik ikan mas, masakan pucuk ubi

    tumbuk, dan juga digunakan sebagai peredam bau amis pada ikan

    (Heyne,1987). Bunga kecombrang juga berkhasiat sebagai deodorant alami,

    antimikroba, antioksidan dan sebagai bahan tambahan pada masakan. Kelopak

    bunga kecombrang dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di

    Jawa Barat. Di Tanah Karo, buah kecombrang muda disebut asam cekala. Kuncup

    bunga serta buahnya menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo juga menjadi

    peredam bau amis sewaktu memasak ikan. Masakan Batak populer, arsik ikan

    mas, juga menggunakan asam cekala ini (Anonim, 2010).

    2.2.7 Bunga Kecombrang sebagai Pewarna Alami

  • 10

    Flavonoid merupakan salah satu senyawa bioaktif hasil metabolisme

    sekunder yang banyak terdapat di alam. Flavonoid umumnya terdapat pada semua

    organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi) pada akar, kulit, batang, daun, buah,

    dan biji (Achmad, 1986). Salah satu turunan dari flavonoid adalah antosianin,

    pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen

    yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna

    merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada

    tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu

    struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen

    sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan

    metilasi atau glikosilasi.

    Gambar 2.3 Struktur antosianin

    Degradasi antosianin dapat terjadi selama proses ekstraksi, pengolahan

    makanan, dan penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas

    antosianin tersebut yaitu adanya modifikasi pada struktur spesifik antosianin

    (glikosilasi, asilasi dengan asam alifatik atau aromatik), pH, temperatur, cahaya,

    keberadaan ion logam, oksigen, kadar gula, enzim, dan pengaruh sulfur dioksida.

  • 11

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Bahan Peercobaan

    a. Bunga kecombrang

    b. Etanol 96%

    c. Asam sitrat

    d. Nipagin

    e. Propilen glikol

    f. Butil hidroksi toluene

    g. Oleum ricini

    h. Cera alba

    i. Carnauba wax

    j. Setil alcohol

    k. Lanolin

    l. Vaselin alba

    m. Parfum

    3.2 Alat Percobaan

    a. Maserator

    b. Kain kassa

    c. Pengaduk

    d. Rotary evaporator

    e. Cawan penguap

    f. Timbangan

    g. Penangas air

    h. Wadah

    i. Cetakan

    j. Wadah roll up

    3.3. Diagram Alir

  • 12

    3.3.1 Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang

    - Haluskan

    + 1,5 L etanol 96 %

    + Asam sitrat

    - Aduk

    - Tutup

    - Maserasi selama 5 hari

    - Saring menggunakan kassa

    - Pekatkan dalam evaporator dengan suhu 50oC

    3.3.2 Pembuatan Lipstik

    2 kg bunga kecombrang

    Maserat Residu

    72 gram ekstrak bunga kecombrang

    0,03 gram nipagin

    + n gram ekstrak bunga

    kecombrang

    - Aduk hingga homogen

    + n gram campuran butyl

    hidroksi toluene dan

    oleum ricini

    n gram cera alba

    + n gram carnauba wax+ n gramsetil alcohol+ n gramlanolin+ n gramvaselin alba- Timbang

    - masukkandalam cawan

    penguapan

    - Lebur dalam penangas

    air

  • 13

    - Campurkan

    + Parfum setelah suhu turun

    - Aduk

    - Cetak pada cetakan dalam keadaan cair

    - Dinginkan

    - Masukan dalam wadah (roll up)

    - Uji kualitas

    3.4 Cara Kerja

    3.4.1 Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang

    Sebanyak 2 kg bunga kecombrangyang telah dihaluskan dimaserasi

    dengan 1,5 L etanol 96% yang telah ditambahkan dengan asam sitrat ditutup dan

    dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring

    dengan kain kasa, kemudian ampas dicuci dengan cairan penyaring secukupnya

    hingga 2 L (Ditjen POM,1979). Kemudian ekstrak dikumpulkan,dan dipekatkan

    dengan rotary evaporator (Buchi) pada temperatur 50oC, sehingga didapatkan 72

    gram ekstrak bunga kecombrang.

    3.4.2 Pembuatan Lipstik

    Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol. Ditambahkan ekstrak bunga

    kecombrang diaduk hingga homogeny (Massa A). Butil hidroksi toluene

    dilarutkan dalam oleum ricini (Massa B), dicampurkan Massa A dan Massa B

    Hasil

  • 14

    hingga diperoleh campuran 1. Dibuat campuran 2 yang berisi cera alba, carnauba

    wax, setil alkohol, lanolin dan vaselin alba, ditimbang dan masukkan dalam

    cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air. Campura n 1 dan

    campuran 2 dicampurkan, setelah suhu turun ditambahkan parfum, aduk hingga

    homogen. Cetak selagi cair,dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam

    wadah (roll up).

    Tabel 1. Formulasi sediaan lipstik dengan ekstrak bunga kecombrang

    dalam berbagai konsentrasi.

    3.4.3 Pemeriksaan Mutu Sediaan

  • 15

    a. Pemeriksaan Titik Lebur

    Metode pengamatan titik lebur lipstik yang digunakan dalam penelitian

    adalah dengan cara memasukkan lipstik dalam oven dengan suhu awal 50C

    selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan

    1C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai melebur.

    b. Pemeriksaan Breaking Point

    Sediaan lipstik diletakkan pada posisi horizontal dengan jarak kira-kira

    inci dari tepi sediaan lipstik,kemudian diberikan beban yang berfungsi sebagai

    pemberat. Berat beban ditambahkan secara berangsur-angsur dengan nilai yang

    spesifik 10 g setiap interval waktu 30 detik. Berat dimana lipstik patah merupakan

    nilai breaking point (Lauffer, 1985).

    c. Pemeriksaan Stabilitas

    Diamati masing-masing sediaan yaitu ada tidaknya perubahan

    bentuk,warna dan bau dari sediaan lipstik selama penyimpanan pada suhu kamar

    pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30

    (Vishwakarma, dkk, 2011).

    d. Uji Oles Sediaan Lipstik

    Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada

    bibir kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel pada tekanan

    tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Pemeriksaan dilakukan

    terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada bibir dengan 5

    kali pengolesan (Keithler, 1956).

    e. Penentuan pH Sediaan Lipstik

    Penentuan pH menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu

    dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan

    larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH

    tersebut.Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan

  • 16

    tisu.Sampel dibuat dalam konsentrasi 1%yaitu ditimbang 1 g sediaan dan

    dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

    tersebut. Biarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

    ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan lipstik (Rawlins,2003).

    f. Uji Iritasi

    Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch

    Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uj itempel

    terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan

    dengan luas tertentu 2,5 x2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi.

    Diamati reaksi yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan,

    gatal-gatal, atau bengkak pada kulit belakang telinga bagian dalam yang diberi

    perlakuan.Adanya kemerahan diberi tanda (1),gatal-gatal diberi tanda (2),

    bengkak diberi tanda (3), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda

    (0). Kriteria panelis uji iritasi yaitu wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan

    sehat jasmani dan rohani,tidak memiliki riwayat penyakit alergi,menyatakan

    kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi.

    g. Uji Kesukaan

    Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap

    sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30

    orang panelis dengan kriteria yang digunakan adalah berbadan sehat, tidak dalam

    keadaan tertekan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara

    penilaian organoleptik.Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang

    dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak bunga kecombrang pada kulit

    punggung tangan. Kemudian panelis mengisi kuisioner yang telah diberikan dan

    menuliskan angka 9 bila amat sangat suka, 8 bila sangat suka, 7 bila suka, 6 bila

    agak suka, 5 bila netral, 4 bila agak tidak suka, 3 bila tidak suka, 2 bila sangat

    tidak suka, dan 1 bila amat sangat tidak suka (Badan Standar Nasional, 2006).

  • 17

    17

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari percobaan yang dilakukan, lipstik dengan konsentrasi pewarna

    ekstrak bunga kecombrang 18%berwarna merah muda, pewarna ekstrak bunga

    kecombrang 20% dan 22% berwarna merah, konsentrasi pewarna ekstrak bunga

    24% dan 26% berwarna merah tua. Hasil formulasi sediaan lipstik dapat dilihat

    pada Gambar 1. Hasil percobaan yang dilakukan pada kaca transparan, sediaan

    lipstik yang menggunakan pewarna dari ekstrak bunga kecombrang melebur pada

    suhu 59,6 - 60,0C. Sedangkan sediaan lipstik tanpa menggunakan pewarna

    ekstrak bunga kecombrang melebur pada suhu 61,9C (Ditjen POM,1985).

    Sediaan lipstik patah pada penambahan beban 127 gram.

    Gambar 4.1 Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Bunga Kecombrang

    Hasil pengamatan fisik sediaan pada penyimpanan suhu kamar selama 3

    hari meliputi warna, bau dan bentuk, tidak terjadi perubahan. Hasil pemeriksaan

    titik lebur (TL) dapat dilihat pada Tabel 2 dan uji kestabilanfisik sediaan lipstik

    dapat dilihat padaTabel 3.Berdasarkan uji oles diperoleh hasilbahwa sediaan yang

  • 18

    menghasilkan pengolesan yang sangat baik adalah lipstik dengan konsentrasi

    pewarna ekstrak bunga kecombrang 24% dan26% dengan tiga kali pengolesan

    sediaan telah memberikan warna merah saat dioleskan pada kulit punggung

    tangan. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kecombrang20%

    memberikan warna merah muda dengan empat kali pengolesan. Sediaan lipstik

    dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kecombrang 18% memberikan warna

    merah muda dengan lima kali pengolesan.

    Tabel 2. Titik Lebur (TL)

    Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan pH

    menunjukkan bahwa sediaan tanpa pewarna ekstrak bunga kecombrang memiliki

    pH 6,2, sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan pewarna ekstrak

  • 19

    bunga kecombrang memiliki pH 3,8-4,1. Hal ini disebabkan karena zat warna

    tertumpuk pada ujung sediaan sehingga pada saat pengambilan cuplikan,

    didapatkan hasil pH rendah. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan

    konsentrasi pewarna ekstrak bunga kecombrang yang digunakan bersifat asam

    lemah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga kecombrang yang digunakan

    maka penambahan basis lipstik semakin sedikit, sehingga pH sediaan semakin

    rendah. Dari hasil pengukuran pH maka sediaan tersebut dapat digunakan untuk

    sediaan lipstik karena mendekati pH fisiologis kulit bibir yaitu 4 (Lauffer,1985).

    Hasil uji pH dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Dari percobaan yang

    dilakukan pada 10 orang panelis, menunjukkan bahwa semua panelis memberikan

    hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu tidak adanya

    kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan (Ditjen POM, 1985).

    Tabel 3. Pengamatan Perubahan Warna, Bau dan Bentuk Fisik Sediaan

  • 20

    Keterangan:

    b : Baik

    bk : Bau khas

    m : Merah

    mm : Merah muda

    mt : Merah tua

    p : Putih

    Tabel 4. Data pH Sediaan Lipstik

  • 21

    BAB V

    KESIMPULAN

    Berdasarkan penyusunan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

    1. Pembuatan ekstrak bunga kecombrang dilakukan melalui proses maserasi

    dalam etanol 96% dengan asam sitrat kemudian ekstrak yang didapat

    dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oC.

    2. Hasil uji coba (Adliani, dkk, 2012) menunjukan bahwa ekstrak bunga

    kecombrang dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam sediaan lipstik.

    3. Variasi konsentrasi pewarna dariekstrak bunga kecombrang yang digunakan

    dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna sediaan lipstik dan

    memenuhi syarat mutu.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Adliani, Nur.; Nazliniwaty. 2012. Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna

    Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.). Journal

    of Pharmaceutics and Pharmacology. Vol. 1 (2): 87-94.

    2. Anonim. 2006. Torch Ginger. Dalam

    http://www.flowersofindia.net/catalog/slides/Torch%20Ginger.html, diakses

    pada 8 Oktober 2013.

    3. Anonim. 2007. Etlingera elatior. Dalam

    http://lee.ifas.ufl.edu/Hort/GardenPubsAZ/Etlingera_Elatior.pdf, diakses pada

    8 Oktober 2013.

    4. Sukandar, Dede.;Radiasti, Tuti.; Jayanegara, Ira.; Hudaya, Adeng. 2010.

    Karakteristik Senyawa Aktif Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang

    (Etlingera elatior) sebagai Bahan Pangan Fungsional. Valensi Vol. 2 No.1,

    Nop 2010 (333-339). ISSN: 1978-8193.

    5. Tang, C. 1991. Phenolic Compounds in Food. Dalam: Phenolic Compounds in

    Food and Their Effects on Health. Editor: Chi Tang, Chang Y. Lee dan Mou

    Tuan Huang. American Chemical Society, Wahsington D.C. Hal 2.