khoirun mukhsinin putra-fkik.pdf

Upload: fitri

Post on 07-Jul-2018

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    1/66

    PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN

    SESUDAH TERAPI BEKAM BASAH (AL-HIJAMAH)

    Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA KEDOKTERAN

    Oleh :

    Khoirun Mukhsinin Putra

    NIM : 10910300053

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433 H / 2012 M

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    2/66

     

    ii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1.  Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang bertujuan untuk

    memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2.  Semua sumber yang saya pergunakan dalanm penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang di berlakukan di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3.  Jika di kemudian hari di temukan bahwa laporan penelitian ini bukan

    merupakan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan orang lain, maka

    saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    3/66

     

    iii

    PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI

    BEKAM BASAH (AL-HIJAMAH)  

    Laporan Penelitian

    Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Kedokteran (S.Ked)

    Oleh :

    Khoirun Mukhsinin Putra

     NIM : 109103000053

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433H / 2012 M

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    4/66

     

    iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN 

    Laporan penelitian ini berjudul Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan

    Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah)   yang diajukan oleh Khoirun

    Mukhsinin Putra (NIM : 109103000053), telah diajukan dalam sidang di Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Agustus 2012. Laporan ini telah

    di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).

    Jakarta, 14 Agustus 2012

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    5/66

     

    v

    KATA PENGANTAR

     Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang

    Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang

    tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia

    sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita

    dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang

    dari perintah-Nya.

    Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan

    kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam

    kebodohan menuju alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.

    Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang

     berjudul “Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam

    Basah (Al-Hijamah) ”, sebagai salah satu syarat untuk mem peroleh gelar Sarjana

    Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

    kepada :

    1.  Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan DR. dr. Syarief Hasan Lutfie,

    Sp.KFR., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Ketua

    Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.

    2.  dr. Fika Ekayanti M, Med. Ed dan Ibu Endah Wulandari M.BioMed sebagai

    dosen pembimbing riset penulis, yang telah banyak menyediakan waktu,

    tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada

     penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    6/66

     

    vi

    3.  drg. Laifa Annisa H. Ph.D, selaku penanggung jawab riset Program Studi

    Pendidikan Dokter 2009.

    4.  dr. Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing, pengkaji

    kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM) beserta seluruh terapis bekam

    Rumah Sehat Afiat yang telah membantu penulis dalam pengambilan data

    responden.

    5.  Ir.H.Alex Noerdin selaku Gubernur Provinsi Sumatera Selatan beserta staff

    dan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang telah

    memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu Penerima

    Beasiswa Santri Jadi Dokter tahun 2009 di PSPD FKIK UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    6.  Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang

    yang berlebih dan do’a terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama

     penulis melakukan penelitian ini. Serta  Ayuk-ayukku dan adik-adikku yang

    tersayang.

    7.  Teman-teman seperjuangan RISET BEKAM dan untuk teman seangkatan

    PSPD 2009, semoga kita semua sukses.

    Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan

    Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. ”Tiada gading yang tak

    retak” demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika

    dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan

    kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi

    kesempurnaan laporan penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

    Jakarta, 31 Juni 2012

    Penulis

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    7/66

     

    vii

    ABSTRAK

    Khoirun Mukhsinin Putra. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan

    Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah) .

    Bekam merupakan metode pengobatan sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang bertujuan mengeluarkan darah yang mengandung sisa racun dalam tubuh melalui

     permukaan kulit. Sekarang masyarakatpun telah banyak menggunakan metode ini

    sebagai pengobatan berbagai macam penyakit termasuk penyakit metabolik

    seperti penyakit asam urat dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

    terdapat perbedaan kadar Asam Urat serum sebelum dan sesudah bekam jika

    diamati dalam satu waktu pengamatan. Penelitian ini mengambil responden dari

    tanggal 1 Januari 2012 hingga 1 Maret 2012 dan menggunakan rancangan

     penelitian analitik numerik berpasangan dengan desain cross sectional   (potong

    lintang), serta teknik pengambilan sampel non random secara Consecutive

     sampling . Subyek penelitian berjumlah 34 orang dan semuanya berjenis kelamin

    laki-laki. Semua responden diberikan perlakuan bekam yang sama yaitu sebanyakdua kali pre dan post. Sampel darah responden diambil melalui darah kapiler

    kemudian di ukur menggunakan rapid test digital asam urat sebelum dan sesudah

    dibekam. Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan uji  Paired Samples

    T-test . Berdasarkan hasil data tersebut, didapatkan perbedaan kadar Asam Urat

    yang tidak berbeda bermakna (p > 0,05) sebelum dan sesudah bekam jika diamati

    dalam satu waktu pengamatan.

    Kata Kunci: Bekam Basah, Asam Urat

    ABSTRACT

    Khoirun Mukhsinin Putra. Medical Education Department. The Diff erences ofUr ic Acid Levels Before and Af ter Wet Cupping Therapy (Al -H ij amah) .

    Cupping is a method of treatment since the time of the Prophet Muhammad SAW

    that aimed at removing residual blood containing toxins in the body through the

     skin surface. Now, all people has been widely used this method as the treatment of

    various diseases including metabolic diseases such as gout, etc. This study aims to

    determine whether there are differences in serum uric acid levels before and after

    cupping when observed in a time of observation. This study took the respondents

     from the date of January 1, 2012 until March 1, 2012, and using numerical

    analytical study design paired with a cross-sectional design (cross-sectional), as

    well as non-random sampling techniques are Consecutive sampling. The study subjects totaled 34 people and are all male sex. All respondents are given the

     same treatment cupping twice the pre and post. Blood samples of respondents

    were obtained through the blood capillaries then measured using a rapid test

    digital uric acid before and after cupping. The data obtained were analyzed using

    test Paired Samples T-test. Based on the data, found differences in levels of uric

    acid are not significantly different (p > 0.05) before and after the cupping when

    observed in a time of observation. 

     Keywords: Wet Cupping, Uric Acid  

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    8/66

     

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv

    KATA PENGANTAR  ............................................................................. v

    ABSTRAK .............................................................................................. vii

    ABSTRACT ............................................................................................. vii 

    DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

    DAFTAR BAGAN .................................................................................. xiii 

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv 

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2

    1.3 Hipotesis ................................................................................. 2

    1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 2

    1.4.1 Tujuan Umum .............................................................. 2

    1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................. 2

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3

    2.1 Bekam .................................................................................... 3

    2.1.1 Definisi Bekam ........................................................ 3

    2.1.2 Tujuan Hadist Bekam .............................................. 4

    2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam ........................... 4

    2.1.3 Macam-Macam Bekam dan Peralatannya ............... 6

    2.1.3.1 Macam-Macam Bekam ............................... 6

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    9/66

     

    ix

    2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman .............. 7

    2.1.4 Titik Sunnah dan Mekanisme Bekam ..................................... 7

    2.2 Asam Urat ............................................................................................. 9

    2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat ..................................... 10

    2.2.2 Asam Urat Sebagai Antioksidan ............................................. 11

    2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal ..................................................... 12

    2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Eksresi ................ 12

    2.2.5 Kelainan Asam Urat ................................................................ 13

    2.2.6 Hiperurisemia .......................................................................... 14

    2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi ............................................ 14

    2.2.6.2 Manifestasi Klinik ........................................................ 18

    2.2.7 Terapi Hiperurisemia ............................................................... 19

    2.2.7.1 Golongan Urikosurik ................................................... 19

    2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase .......................... 19

    2.3 Pengobatan Asam Urat dengan Metode Bekam ..................................... 20

    2.4 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah ...................................... 20

    2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 21

    2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 21

    2.7 Definisi Operasional ............................................................................... 21

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN  ............................................................ 22

    3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 22

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 22

    3.4 Kriteria Penelitian ................................................................................... 23

    3.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 23

    3.4.2 Kriteria Eklusi ......................................................................... 23

    3.4.3 Variabel Penelitian .................................................................. 23

    3.5 Cara Kerja Penelitian ............................................................................. 23

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    10/66

     

    x

    3.6 Alur Kerja dan Etika Penelitian .............................................................. 24

    3.7 Alat, bahan dan Cara Kerja .................................................................... 25

    3.7.1 Alat ........................................................................................... 25

    3.7.2 Bahan ........................................................................................ 25

    3.7.3 Cara Kerja ................................................................................. 25

    3.8 Analisis Data .......................................................................................... 25

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 26

    4.1 Data Distribusi Responden ...................................................................... 26

    4.2 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam ................................... 31

    4.3 Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat ... 33

    4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan

    Banyak Kunjungan dan Cup yang Digunakan ....................................... 34

    4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan

    Distribusi Usia ........................................................................................ 35

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 38 

    5.1 Simpulan ................................................................................................. 38

    5.2 Saran ........................................................................................................ 38

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 40

    LAMPIRAN ............................................................................................................. 43

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    11/66

     

    xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1. Definisi Operasional.................................................................... 21

    Tabel 4.1. Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam........................ 31

    Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam

    Urat ............................................................................................. 33

    Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan

    Banyak Kunjungan ..................................................................... 34

    Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan

    Banyak Cup ................................................................................. 34

    Tabel 4.5. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan

    Distribusi Usia ............................................................................ 35

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    12/66

     

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Bekam Basah ...............................................................................6

    Gambar 2.2. Peralatan Bekam ..........................................................................7

    Gambar 2.3. Struktur asam urat........................................................................10

    Gambar 2.4. Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat .....................................11

    Gambar 2.5. Metabolisme Purin.......................................................................17

    Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat

    Sebelum Bekam ...........................................................................26

    Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat

    Sesudah Bekam ...........................................................................27

    Gambat 4.3. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia ......................27

    Gambar 4.4. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Usia Produktif (15-55 Tahun) .....................................................28

    Gambar 4.5. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Usia NonProduktif (>55 Tahun) ..................................................28

    Gambar 4.6. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Bekam ....29

    Gambar 4.7. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Riwayat Bekam ≤ 2 kali ..............................................................29

    Gambar 4.8. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Riwayat Bekam 3-4 kali .............................................................29

    Gambar 4.9. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup .........30

    Gambar 4.10. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Jumlah Cup ≤11 .........................................................................30

    Gambar 4.11. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan

    Jumlah Cup ≥12 ...........................................................................31

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    13/66

     

    xiii

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Bagan 2.3.1 Kerangka Teori .................................................................. 21

    Bagan 2.3.2 Kerangka Konsep .............................................................. 21

    Bagan 3.5 Cara Kerja Peneliian .......................................................... 23

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    14/66

     

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Hasil Uji Statistik .............................................................. 43

    Lampiran 2 Informed Consent dan Kuisioner....................................... 51

    Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup........................................................ 52

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    15/66

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang Masalah

    Bekam atau Al-Hijamah  atau di Eropa lebih dikenal sebagai cupping  atau

     fire bottle merupakan salah satu metode pengobatan alternatif yang sudah dikenal

    sejak zaman dahulu hingga sekarang. Mereka menggunakannya sebagai terapi

    untuk berbagai macam penyakit.

     Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah  bersabda “Sesungguhnya

    cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah atau

     Bekam”  (Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no.

    2214).1  Hadist ini menjelaskan bahwa Rasullah SAW-pun mengatakan bahwa

     bekam merupakan salah satu pengobatan yang paling ideal, termasuk untuk

    hiperurisemia.

    Penyakit hiperurisemia sudah dikenal oleh Hipocrates pada zaman Yunani

    kuno. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite  yang

    disebabkan karena terlalu banyak makan. Hiperurisemia dapat berkembang

    menjadi penyakit gout. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia dan pada semua

    ras manusia. Gout jarang ditemukan pada wanita, sekitar 95% penderita gout

    adalah kalangan pria terutama yang berusia 40 tahun keatas. Pada perempuan

    kasus penyakit ini meningkat tajam setelah masa menopause dimana kadar

    hormon esterogen yang berperan dalam mengeksresikan asam urat melalui urin

    menurun.2

    Hiperurisemia terjadi diakibatkan karena penumpukan asam urat dalam

    tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat atau pengeluaran

    melalui ginjal yang menurun serta dapat disebabkan oleh peningkatan asupan

    makanan kaya purin.2

    Purin yang merupakan prekursor asam urat diperoleh dari tiga sumber

    yaitu purin dari makanan, akibat perubahan asam nukleat jaringan menjadi

    nukleotida purin dan sintesis de novo  basa purin. Adanya gangguan enzim yang

    meregulasi metabolisme purin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

     produksi asam urat3. Sekitar dua pertiga dari asam urat yang di produksi setiap

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    16/66

    2

    harinya akan dieksresikan bersama dengan urin. Sisanya akan dieliminasi melalui

    saluran cerna setelah mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri kolon4.

    Banyak cara untuk mengurangi kadar asam urat mulai dari mengonsumsi

    obat-obatan kimia (medis) maupun menggunakan pengobatan berdasarkan yang

    dilakukan Nabi Muhammad SAW, salah satunya menggunakan cara pengobatan

     bekam. Namun pengobatan bekam belum dibuktikan secara ilmiah, sehingga

    masih belum banyak hasil yang menjelaskan cara kerja dan patofisiologi bekam

    secara medis.

    Berdasarkan hadist dan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti

     perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam.

    1.2. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Perbedaan kadar

    asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah ( Al-Hijamah)? 

    1.3.  Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kadar asam urat

    sebelum dan sesudah terapi bekam basah ( Al-Hijamah).

    1.4.  Tujuan Penelitian

    1.4.1.  Tujuan umum

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perbedaan kadar

    asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah ( Al-Hijamah).

    1.4.2.  Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap kadarasam urat.

    1.5.  Manfaat penelitian

      Untuk memberikan tambahan informasi mengenai manfaat bekam

    terhadap kadar asam urat pada masyarakat

      Untuk membuktikan secara evidence based  mengenai manfaat terapi

     bekam yang merupakan salah satu dari Thibbun Nabawi.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    17/66

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Bekam

    2.1.1 Definisi Bekam

    Dalam bahasa arab disebut hijamah, dari kata al-hijmu yang berarti

     pekerjaan, yaitu membekam.  Al-Hajjam  berarti ahli bekam.  Al-Hijmu  berarti

    menghisap atau menyedot. Sedangkan  Al-Mihjam atau  Al-Mihjamah  merupakan

    alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk menampung darah yang

    dikeluarkan dari kulit atau gelas untuk mengumpulkan darah hijamah. Bekam

    mempunyai beberapa sebutan, seperti : canduk, canthuk, kop atau mambakan1.

    Di Eropa, bekam disebut cupping dan  fire bottle. Dalam bahasa mandarin

    disebut  Pa Hou kuan. Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut

    istilah, bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan

    darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas. Bekam

    didefinisikan sebagai suatu metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau

    gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan

    lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif di dalam tabung, agar terjadi

     pengumpulan darah lokal. Kemudian darah tersebut dikeluarkan dari kulit dengan

    dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi chi  (bahasa China) dan

    menimbulkan efek analgetik (menghilangkan nyeri)1.

    Sedangkan kitab-kitab Arab, pengertian bekam adalah mengeluarkan darah

    dari kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada permukaan

    kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar dan

    menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah SWT1.

    Proses pengobatan bekam melalui tiga peristiwa yakni penghisapan,

     penyayatan dan pengeluaran darah. Prinsipnya bekam adalah pengobatan dengan

    cara menghisap permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada

    di bawah kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap tersebut,

    dan terjadilah “fenomena pengumpulan darah”.1 

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    18/66

    4

    2.1.2 Tujuan Hadist Bekam

    Bekam, walaupun bukan urusan ibadah langsung kepada Allah Swt, namun

     banyak disinggung Rasulullah Saw. Tujuan Rasulullah Saw menyampaikan hadits

    tentang bekam adalah1 :

      Bahwa bekam merupakan perbuatan yang baik. Sebab, pada zaman

    Rasulullah Saw, bekam sudah menjadi pengobatan sehari-hari masyarakat,

    sehingga para sahabat khawatir jika bekam itu bertentangan dengan islam.

    Lalu, Rasulullah membolehkan membekam dan memerintahkannya.

      Memberikan pendidikan kepada manusia, agar manusia mempelajari bekam

    dan melakukan penelitian-penelitian tentang bekam.

      Menunjukkan bahwa bekam merupakan pilihan utama dari berbagai metode

     pengobatan yang sudah ada pada saat itu.

      Menunjukkan kekuasaan Allah, bahwa walaupun Rasulullah Saw bukan ahli

     bekam dan menyerahkan pengobatan bekam kepada sahabat yang lain, namun

    ternyata Rasulullah Saw dengan bimbingan wahyu ilahi, mampu

    menunjukkan titik titik bekam yang efektif.

    2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam

    Secara nash, banyak hadits yang menyebutkan tentang hijamah

    (berbekam) yang mengarah kepada hukum yang mewajibkan. Namun sebenarnya

     para ulama masih berbeda pendapat tentang hukumnya, bahkan juga berbeda

     pendapat tentang apakah hijamah itu bagian dari syariat atau bukan.5

    Di antara nash  tentang hijamah  (berbekam) antara lain sebagai berikut :

    Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “kesembuhan itu ada

    dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun,

    aku melarang umatku melakukan kay” (HR Bukhari)1

    “ Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata kepada

    orang  sakit yang dijenguknya, “Tidak akan sembuh kecuali dengan berbekam.

    Sungguh aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata bahwa

     pada berbekam itu ada kesembuhan.” (HR Bukhari dan Muslim).5

     Dari Salma pelayan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi W a Sallam berkata

    bahwa tidak ada seorang pun yang mengadukan penyakitnya kepada Rasulullah

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    19/66

    5

    Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam di kepala kecuali beliau memerintahkan,

    “Berbekamlah.” (HR Abu Daud dengan isnad hasan)5

     Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, t elah bersabda Rasulullah

    Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Berbekamlah (pada tanggal) 17, 19 dan 21.

     Karena itu obat dari segala penyakit. (HR Abu Daud dengan isnad hasan dengan

    syarat dari Muslim)5

    Dr. Yusuf Al Qaradhawi dan banyak ulama di masa lalu, membahas

    tentang hukum hijamah  dan berpendapat bahwa hijamah  tidak lebih dari sebuah

    teknologi kesehatan yang sedang berkembang di masa lalu. walaupun ada riwayat

     bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi WaSallam  melakukan hijamah 

    (dibekam), bukan berarti hal itu menjadi bagian dari risalah beliau sebagai nabi.5 

    Menurut beliau, ketika Nabi memberi pengarahan tentang berbekam,

     beliau sedang tidak dalam kapasitas sebagai pembawa risalah, melainkan sebagai

    orang yang punya pengalaman teknis dengan hijamah. Jadi sekedar ijtihad , bukan

     syariat .5

    Sama seperti ketika Nabi mengatur posisi pasukan dalam perang Badar.

    Oleh para shahabat yang jauh lebih berpengalaman, petunjuk Nabi ini dianggap

    kurang tepat. Setelah memastikan bahwa ketetapan itu bukan wahyu melainkan

    hanya ijithad Nabi belaka, maka posisi pasukan pun diubah supaya lebih

    menguntungkan. Dan hal itu sangat dimungkinkan.5

    Tentang adanya tindakan Nabi yang menjadi bagian dari syariah dan

     bukan syariah, hal ini dijelaskan oleh Syeikh Ad Dahlawi  Dalam

    kitabnya Hujjatullah Al-Balighah, beliau mengatakan bahwa  sunnah  (perkataan

    dan perbuatan) Nabi itu terbagi menjadi dua klasifikasi5:

    Pertama, bagian yang terkait dengan hukum syariah, di mana hukumnya bisa ditetapkan menjadi 5 yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. 

    Kedua, bagian yang tidak terkait dengan hukum syariah, melainkan

    sekedar menjadi bagian dari fenomena sosial, teknologi dan hal-hal yang berbau

    teknis pada zaman dan wilayah tertentu. 

    Dan praktek hijamah ini dikelompokkan sebagai perbuatan Nabi

    Shalal lahu ‘Alaihi Wa Sallam yang bukan termasuk syariah. Sehingga hukumnya

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    20/66

    6

    tidak terkait dengan hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Hukumnya

    dikembalikan kepada semata-mata pertimbangan berdasarkan penelitian dan ilmu

    kedokteran. Dan jika ternyata manfaat hijamah terbukti sesuai dengan ilmu

    kesehatan yang berkembang sekarang, maka dapat dipertimbangkan untuk

    menjadi salah satu alternatif pengobatan namun jika sebaliknya maka dapat

    ditinggalkan saja karena tidak ada kaitannya dengan hukum wajib ataupun

    sunnah, semuanya dikembalikan berdasarkan manfaatnya.5

    2.1.3 Macam-macam Bekam dan Peralatannya

    2.1.3.1 Macam-Macam Bekam

    Setelah dilakukan penghisapan, bisa dilakukan penyayatan untuk

    mengeluarkan darah, bisa juga tanpa penyayatan, sehingga darah tidak keluar.

    Bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah inilah yang disebut bekam

    Kering ( Hijamah Jaffah). Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan

    suntikan jarum, sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan

    tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam ini dapat dihilangkan

    dengan minyak zaitun, minyak habbatus sauda’ atau qusthul hindi1.

    Bekam Basah  ( Hijamah Rothbah atau  Hijamah Damamiyah) (gambar

    2.1), dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian permukaan kulit disayat

    dengan pisau bedah atau ditusuk menggunakan jarum lancet, lalu di dihisap

    kembali dengan alat cupping set untuk mengeluarkan darah dari permukaan kulit.1

    Gambar 2.1 Bekam Basah (ABI “Asosiasi Bekam Indonesia”)6

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    21/66

    7

    2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman

    Peralatan yang digunakan untuk berbekam terdiri dari sarung tangan, gelas

     bekam, lancet, kapas steril, betadine dan pompa untuk menghisap udara dari

    dalam gelas (gambar 2.2).

    Gambar 2.2 Peralatan Bekam (ABI “Asosiasi Bekam Indonesi)6

    Gelas bekam dipasang pada titik-titik yang ditentukan untuk pembekaman.

    Udara diisap dari dalam gelas, sehingga gelas tersebut menarik sebagian kulit dan

    terlihat warna merah pada kulit di lokasi pembekaman. Kuatnya isapan relatif

    tergantung pada ketahanan pasien.

    7

    Gelas dibiarkan selama kurang lebih 5 menit kemudian dilepaskan. Lokasi

     pembekaman dibersihkan terlebih dahulu dengan betadin kemudian dilakukan

     penusukan jarum lancet menggunakan pen lancet di lokasi tersebut atau dapat

     juga dilakukan sayatan tipis menggunakan bisturi. Setelah itu, gelas bekam

    dipasang kembali untuk menghisap darah bekam selama kurang lebih 5 menit atau

    hingga gelas terisi penuh seperti pada gambar 2.1. Setelah selesai dilakukan terapi

     bekam, setiap titik atau lokasi pembekaman dibersihkan dengan betadin dan jika

     perlu dioleskan minyak zaitun atau minyak habbatus sauda’7.

    2.1.4 Titik Sunah dan Mekanisme Bekam

    Titik bekam sunnah adalah titik bekam yang dianjurkan, titik ini

    ditentukan berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Ada 5

    titik yang berbeda yang merupakan titik bekam sunah, yaitu  Kahil, akhda;ain,

     yafukh, punggung telapak kaki dan pinggul.7

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    22/66

    8

    Ada beberapa hadist yang menjelaskan mengenai titik bekam sunnah ini,

    diantaranya 7:

      Dari Abu Hurairah; “bahwa Abu Hind membekam Nabi Muhammad SAW

    di titik yafukh. Maka, Nabi Muhammad SAW bersabda:”wahai Bani

     Bayadhah, nikahkan Abu Hind dan nikahkan anak perempuan kalian

    kepadanya.’Beliau juga bersabda:’ jika ada kebaikan dalam pengobatan

    kalian maka itu ada dalam bekam.’” (HR. Abu Dawud, Daruqutni dan

    Ibnu Hidan)

      Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “beliau berbekam tiga

    bekaman, yaitu di akhda’ain (dua akhda’) dan kahil.” (HR. Ahmad, Abu

    Dawud, Ibnu Majah dan Tarmidzi)

      Dari Jabir, bahwa Nabi Muhammad SAW “berbekam di pinggulnya

    disebabkan oleh wats (luka memar)”19. 

    Patofisiologi dan cara kerja bekam memang sulit dipahami dengan

     pendekatan ilmiah medis. Sehingga banyak kalangan medis menganggap terapi

     bekam ini mengada-ada, tidak ilmiah dan mistik. Saat ini cara paling mudah untuk

    mempelajari metode pengobatan bekam adalah dengan memakai konsep

     patofisiologi akupuntur.1

    Konsep dasar mekanisme terapi bekam, didasarkan pada ilmu cina kuno,

    yang berpatokan pada teori  Zang Xiang , yang merupakan pengembangan dari

    teori  Lima Elemen dari teori Ying Yang . Zang berarti organ tubuh bagian dalam

    yang tidak terlihat langsung.Xiang berarti penampilan luar yang bisa diamati.

     Zang  atau Zang Fu berarti fungsi dari lima organ bagian dalam atau organ padat,

    yang terdiri dari jantung, hati, paru-paru, ginjal, limpa.  Fu berarti organ luar atau

    organ yang berongga seperti: usus kecil, kandung empedu, usus besar, kandungkencing dan lambung. Hubungan harmonis antara organ luar dan dalam dan

    keseluruhan bagian tubuh manusia menentukan kondisi kesehatan jiwa raganya.

    Hubungan ini dikenal sebagai aliran chi atau meridian. Jika chi terhambat, maka

     penyakit mudah timbul. Untuk mengobatinya, salah satunya dengan menstimulasi

     beberapa titik meridian. Bekam bisa digunakan untuk menstimulasi titik meridian

    ini.1

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    23/66

    9

    Alasan kenapa kulit yang dibekam karena dipermukaan tubuh maupun

    didalam tubuh manusia terdapat suatu sistem menyerupai saluran atau jala-jala

    yang disebut cing luo, meridian, jala, habel, khottuz zawaal atau tho’ . Dengan

    adanya saluran ini, maka bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya akan

    terhubung. Misalnya, antara permukaan tubuh dengan organ tubuh, antara organ

    dengan organ, antara organ dengan jaringan penunjang dan antara jaringan

     penunjang satu dengan yang lainnya.1

    Masuknya penyakit melalui saluran meridian tersebut akan menimbulkan

    keluhan-keluhan sepanjang meridian. Misalnya, bila penyakit masuk ke dalam

    lambung, maka sepanjang saluran meridian tadi akan menimbulkan keluhan-

    keluhan pada lambung. Demikian juga sebaliknya, penyakit yang ada di dalam

    organ tubuh akan dimanifestasikan ke permukaan tubuh melalui saluran meridian

    ini.1

    Dengan adanya hubungan ini, maka bisa dilakukan pengobatan pada titik

    tersebut. Sebab, chi dari permukaan tubuh akan mengalir di sepanjang meridian

    menuju organ yang sakit. Dengan demikian, saluran tadi bisa berfungsi untuk

    menyelaraskan chi dan mengobati bagian tubuh yang tidak seimbang.1

    Selain itu juga, pada saat terjadi penusukan menggunakan lancet ataupun

     penyayatan dengan bisturi, diproduksi juga nitrit oksida. Zat ini bertanggung

     jawab terhadap sebagaian besar perbaikan kondisi tubuh yang terjadi setelah

     berbekam, karena zat ini merupakan vasodilator, sehingga memudahkan proses

    inflamasi dan pengeluaran opioid endogen seperti endorfin dan enkafalin7.

    2.2 Asam urat

    Asam urat adalah suatu senyawa nitrogenous yang merupakan produk akhirmetabolisme purin (gambar 2.3). Purin (adenin dan guanin) merupakan konstituen

    asam nukleat. Di dalam tubuh, metabolisme purin terjadi secara terus menerus

    seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak

    ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial8.

    Purin yang merupakan sumber utama dari asam urat dapat berasal dari tiga

    sumber yaitu purin dari makanan, perubahan asam nukleat jaringan menjadi

    nukleotida purin dan sintesis de novo  basa purin. Kadar asam urat serum

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    24/66

    10

    dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kecepatan eksresinya oleh ginjal, usia dan

     juga jenis kelamin.3,4.9 

    Gambar 2.3 Struktur asam urat10

    2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat

    Purin adalah salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel

    atau nukleotida. Nukleotida yang terdapat dalam sel terus menerus mengalami

     pergantian. Nukleotida dipecah menjadi nukleosida melalui hidrolisis oleh

    nukleotidase. Pemutusan nukleosida secara fosforolitik menjadi basa bebas dan

    ribosa 1-fosfat (deoksiribosa 1-fosfat ) dikatalisis oleh nukleosida fosforilase.

    Ribosa 1-fosfat mengalami isomerasi oleh  fosforibomutase menjadi ribosa 5-

    fosfat, yaitu suatu substrat untuk sintesis PRPP (5-fosforibosil-1-pirifosfat dalam

    sintesis triptofan). Beberapa dari basa-basa itu digunakan kembali untuk

    membentuk nukleotida melalui jalur penyelamatan ( salvage).11

    Pada jalur degradasi AMP (pemecahan AMP menjadi asam urat) terdapat

    satu langkah tambahan. AMP dideaminasi menjadi IMP oleh adenilat deaminase.

    Gugus 5’-fosfat pada IMP dikeluarkan secara hidrolisis dan ikatan glikosidik

    diputus oleh Pi  untuk menghasilkan hipoxantin, yaitu suatu basa bebas.  Xantin

    oksidase  suatu enzim flavoprotein yang mengandung molibdenum dan besi,

    mengoksidasi hipoxantin menjadi  xantin dan selanjutnya menjadi asam urat(gambar 2.4). Molekul oksigen yang menjadi oksidan pada kedua reaksi itu

    direduksi menjadi H2O2, yang kemudian dipecah menjadi H2O dan O2  oleh

    katalase. Asam urat bentuk keto terdapat dalam keadaan seimbang dengan bentuk

    enol, yang akan kehilangan sebuah proton pada pH fisiologis untuk membentuk

    urat. Pada manusia urat merupakan hasil pemecahan purin dan diekskresikan

    melalui urin.11 

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    25/66

    11

    Gambar 2.4 Metabolisme purin menjadi asam urat12

    Pada manusia, asam urat diekresikan didalam urin, tetapi pada mamalia lain,

    asam urat dioksidasi lagi menjadi alantoin sebelum dieksresi. kadar asam urat

    darah normal pada manusia adalah sekitar 4mg/dl (0,24 mmol/L). Di ginjal asam

    urat difiltrasi, direabsorpsi dan disekresi. Normalnya, 98% asam urat yangdifiltrasi direabsorpsi dan 2% sisanya merupakan sekitar 20% jumlah yang

    dieksresi. 80% lainnya berasal dari sekresi tubulus. Eksresi asam urat pada diet

     bebas purin adalah sekitar 0,5 g/24 jam dan pada diet reguler sekitar 1g/24 jam.11 

    2.2.2 Asam Urat sebagai Antioksidan

    Kadar rata-rata dalam serum manusia mendekati batas kelarutannya.

    Peningkatan kadar urat yang nyata terjadi pada evolusi primata. Terdapat

    keuntungan khusus yang diperoleh dari peningkatan kadar urat sedemikian

    tingginya, sehingga nyaris nenimbulkan pirai pada kebanyakan orang. Ternyata,

    urat mempunyai aktifitas kerja yang menguntungkan. Urat merupakan pemusnah

    ( scavenger ) efisien untuk menyingkirkan spesies oksigen yang sangat reaktif dan

     berbahaya seperti radikal hidroksil, anion superperoksida, oksiden singlet dan zat-

    zat antara hem yang teroksigenasi pada status Fe dengan valensi tinggi (+4 dan

    +5). Sesungguhnya urat sebagai antioksidan hampir sama efektifnya askorbat.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    26/66

    12

    Dapat kita lihat pada urat, ekspresi suatu prinsip bahwa berbagai produk akhir

     pada jalur katabolisme memainkan peran penting sebagai senyawa-senyawa

     pelindung.8 

    2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal

    Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa hasil

    metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk tersebut

    meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin dan

    metabolit dari berbagai hormon. Sekitar 75% dari asam urat akan dieksresikan

    melalui ginjal dan sisanya dieksresikan melalui saluran cerna setelah mengalami

    degradasi oleh bakteri kolon.4,13

    2.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Eksresi Asam Urat melalui Ginjal

    a. Volume Cairan Ekstraselular

    Volume cairan ekstraselular atau sirkulasi arteri efektif memiliki pengaruh

    yang sangat besar pada pengendalian asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat akan

    mengalami peningkatan oleh adanya peningkatan dari volume cairan ekstraselular

    dan eksresi ini akan mengalami penurunan jika terjadi kontraksi dari volume

    cairan ekstraselular. Pengaruh-pengaruh yang ada ini mencerminkan pengaruh

    dari volume cairan ekstraselular terhadap perubahan absorpsi dari urat, dimana

    reabsorpsi akan meningkat jika terjadi kontraksi volume cairan ekstraselular dan

    akan menurun jika terjadi dengan adanya peningkatan volume cairan

    ekstraselular.9

    b. Kecepatan Aliran Urin

    Sulit untuk membedakan pengaruh dari kecepatan aliran urin terhadap pengendalian asam urat oleh ginjal dengan volume cairan ekstraselular sebab

     pengaruh dari keduanya sering terjadi secara bersamaan. Beberapa studi yang

    dilakukan pada subjek manusia menunjukkan adanya pengaruh yang kecil dari

    kecepatan aliran urin secara independent terhadap pengendalian asam urat oleh

    ginjal, tanpa adanya pengaruh dari volume cairan ekstraselular, ketika kecepatan

    aliran urin dibawah 2ml/menit.9

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    27/66

    13

    c. pH Urin

     pH urin akan mempengaruhi kelarutan asam urat. Jika pH urin mengalami

     penurunan maka asam urat akan berada dalam bentuk ion yang sangat tidak larut.

    Pada pH yang basa senyawa akan terdisosiasi menjadi bentuk yang lebih larut.9

    d. Hormon

    Beberapa hormon mempengaruhi pengedalian asam urat. Angiotensin dan

    norepinefrin akan menyebabkan penurunan klirens asam urat secara langsung

     berkaitan dengan aliran darah ginjal.9

    e. Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen

    Perubahan pada asam urat plasma dan ekskresi asam urat memiliki kaitan

    dengan abnormalitas dari sistem asam basa. Penurunan eksresi asam urat

    dilaporkan terjadi pada kondisi  severe respiratory acidosis, diabetes ketoasidosis

    dan alkalosis metabolit. Beberapa metabolit endogen akan meningkatan eksresi

    asam urat, seperti glukosa (hiperglikemia) dan glisin.9

    f. Obat-obat

    Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi eksresi asam urat, yang mana

    dapat menyebabkan hiperurisemia maupun hipourisemia. Obat-obatan seperti

    asam salisilat dosis rendah, etambutol, pirazinamid, asam nikotinat dan golongan

    diuretik dapat menyebabkan terjadiya hiperurisemia sedangkan obat-obatan

    seperti sulfinpirazon, probenezid, fenilbutazone dan lain lain akan mengakibatkan

    hipourisemia.9

    2.2.5 Kelainan Asam Urat

    Pada manusia, asam urat merupakan produk sisa akhir dari degradasi

    senyawa purin. Karena ketidakberadaan urikase pada manusia, maka terdapatkemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati batas tertentu

    akan menimbulkan gangguan patologis.14

    Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,5-7,0 mg/dl dan

     perempuan antara 2,5 -5,6 mg/dl.15  Jika kelebihan produksi ataupun penurunan

    eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperurisemia.

    Keadaan tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    28/66

    14

     penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai dengan rasa

    nyeri.14 

    Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat serum,

    seperti stres yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum meningkat. Obat-

    obatan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum antara lain alkohol, 

    asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein,  cisplatin, diazoxide, diuretik,

    epinefrin,  ethambutol, levodopa, metildopa, asam  nikotinat, fenotiazin dan

    theofilin.  Obat-obatan yang menurunkan kadar   asam urat dalam serum:

    alopurinol, aspirin  dosis tinggi, azathioprin, clofibrat,  kortikosteroid, estrogen,

    infuse glucose, guafenisin, manitol, probenecid dan warfarin.14 

     Nilai abdnormal dimana kadar dalam serum meningkat (hiperurisemia)

     juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: pirai (gout),

    intake purin yang berlebihan, gangguan metabolisme purin pada bayi (genetik),

    karsinoma metastase, multiple myeloma, leukemia, kemoterapi karsinoma,

    rhabdomiolisis (olahraga/latihan yang berat), luka baka, trauma, penurunan

    kesadaran pada epilepsy, infark miokard), penyakit ginjal kronik, asidosis (ketotik

    atau laktak), hipotiroid, kehamilan dengan keracunan (eklampsia),

    hiperlipoproteinemia, alkohol dan idiopatik.14

     

     Nilai abdnormal kadar asam urat dalam serum menurun juga bisa

    disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: penyakit wilson, sindroma

    fnconi, keracunan pb (timah), ikterus karena kelainan hati.14 

    2.2.6 Hiperurisemia

    Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat

    serum. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat diserum yang melewati ambang batasnya.16 

    2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi

    Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolic yang dapat

    menimbulkan manifestasi gout, dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder

    dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout

    yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    29/66

    15

    idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelaianan

    genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.16

    Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa

    disebabkan penyakit atau penyebab lain, terdiri dari hiperurisemia primer dengan

    kelainan molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena

    adanya kelainan enzim.16

    Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang

    disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout

    sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan

     peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan

    degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan

    underexcretion.16

    Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas

     penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi

    yang jelas. Hiperurisemia dapat pula terjadi karena peningkatan metabolisme

    asam urat (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin

    (underexcretion) atau gabungan keduanya.13,16 

    a.  Overproduksi

    Beberapa sistem enzim meregulasi metabolisme dari purin. Adanya

    abnormalitas pada sistem regulasi ini dapat menyebabkan overproduksi dari asam

    urat. Overproduksi asam urat juga dapat terjadi karena peningkatan perombakan

    asam nukleat jaringan, seperti pada penyakit mieloproliferatif dan

    limfoproliferatif. Enzim yang berperan dalam regulasi metabolisme purin adalah

     Phosporibosyl Pirophoshatase  (PRPP) dan  Hypoxanthine-guanine

     Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) (Gambar 2.5). Peningkatan aktivitas PRPPsintetase akan meningkatkan konsentrasi PRPP. PRPP memiliki peranan dalam

     proses sintesis purin sehingga akan terbentuk asam urat. HGPRT adalah enzim

    yang bertanggung jawab pada proses konversi guanin menjadi asam guanilat dan

    hipoxantin menjadi asam inosinat. Kedua proses konversi ini memerlukan PRPP

    sebagai ko-substrast dan merupakan proses penting yang terlibat dalam sintesis

    asam nukleat. Penurunan HGPRT akan menyebabkan peningkatan metabolisme

    guanin dan hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP akan yang akan

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    30/66

    16

     berinteraksi dengan glutamin pada proses awal dari jalur purin. Beberapa kondisi

    yang dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat16 :

      Defisiensi HGPRT pada sindroma  Lesh-Nyhan  : pada sindroma  Lesh-

     Nyhan  terjadi gangguan  X-linked . HGPRT mengkatalisa konversi

    hipoxantin menjadi asam inosinat, dimana PRPP bertindak sebagai donor

    fosfat. Defisiensi HGPRT menghasilkan akumulasi PRPP yang

    mempercepat biosintesis purin.

      Defisiensi parsial HGPRT pada sindroma  Killey-seegmiller   : pada

    sindroma ini juga terjadi gangguan  X-linked   yang akan berkembang ke

    kondisi arthritis gout, menimbulkan nefrolotiasis asam urat dan defisiensi

    neurologik ringan.

      Peningkatan aktivitas sintetase PRPP : kondisi ini terjadi oleh karena

    adanya gangguan  X-linked   yang menyebabkan terjadinya peningkatan

    aktivitas enzim sintetase PRPP degan memutasikannya.

      Diet kaya purin : daging (jeroan), daging unggas, alkohol, polong-

     polongan yang menyebabkan produksi asam urat berlebihan.

      Peningkatan perubahan asam nukleat : terjadi pada pasien anemia

    hemolitik dan malignansi hematologis seperti limphoma, myeloma atau

    leukimia.

      Sindroma lisis tumor : menghasilkan komplikasi serius hiperurisemia.

      Glikogenolisis III, V dan VII

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    31/66

    17

    Gambar 2.5 Metabolisme Purin13

    b.  Penurunan Eksresi Asam Urat

    Adanya penurunan eksresi asam urat disebabkan beberapa kondisi, salah

    satunya adalah gangguan pada fungsi ginjal. Beberapa kondisi lain yang

    menyebabkan penurunan eksresi asam urat antara lain16 :

      Insufisiensi ginjal : gagal ginjal merupakan salah satu penyebab umum

    hiperurismeia. Penurunan klirens ginjal akan menyebabkan penurunan

    klirens asam urat yang dapat menahan asam organik bersaing untuk

    sekresi di tubulus proksimal.

       Familial jouvenile gouty nephropathy  : keadaan autosomonal dominan

    yang jarang ditandai dengan progresivitas insufisiensi ginjal. Pasien

    mempunyai eksresi fraksional urat yang rendah.

      Sindroma X : sindroma ini ditandai dengan hipertensi, obesitas, resistensi

    insulin, dislipidemia dan hiperurisemia. Hiperinsulin akan menurunkan

    eksresi urat dan natrium oleh ginjal yang dimediasi melalui stimulasi

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    32/66

    18

     sodium-hydrogen exchanger   di tubulus ginjal sehingga mempermudah

    reabsorpsi urat.

      Obat-obatan, meliputi diuretika, tiazid dan furosemida, salisilat dosis

    rendah, siklosporim, pirasinamida, etambutol, levodopa dan asam

    nikotinat.

      Hipertensi : kondisi hipertensi akan meningkatkan reabsopsi tubulus

     proksimal urat sehingga mendepresi sekresinya di tubulus ginjal.

      Asidosis : asidosis yang menyebabkan hiperurisemia adalah asidosis

    laktat, diabetik ketoasidosis, ketoasidosis alkoholik dan ketoasidosis

    kematian ( starvation).

    c.  Kombinasi Penurunan Eksresi Dan Produksi Berlebihan Asam Urat

      Alkohol : meningkatkan produksi asam urat dengan mengubah edenin

    nukleotida yaitu mempercepat degradasi ATP menjadi ADP melalui

     perubahan asetat ke asetil CoA  pada metabolisme alkohol. Selain itu

    menurunkan ekskresi asam urat oleh ginjal.

       Excersie  : meningkatkan peruraian jaringan dan penurunan eksresi ginjal

    karena deplesi volume ringan.

      Defisiensi aldolase B ( fructose-1-phosphate aldolase) yang menyebabkan

    gangguan umum berupa gout.

      Defisiensi  glucose-7-phospate  pada glikogenosis tipe 1, penyakit von

    Gierke : penyakit ini terjadi karena gangguan resesif autosomal yang

    ditandai dengan berkembangnya hipoglikemia simptomatik dan

    hepatomegalu. Ditemukan juga kekerdilan ( short stature), tertundanya

    adolescence, hiperlipidemia dan peningkatan kadar laktat serum.

    2.2.6.2 Manifestasi Klinis

    Secara garis besar, perjalanan penyakit gout adalah diawali dengan kondisi

    hiperurisemia asimtomatik kemudian dilanjutkan kedalam stadium gout akut,

    stadium interkritikal dan stadium gout kronik (kronik tofaseus gout).16

    Kondisi hiperurisemia yang dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan

     berbagai penyakit bagi tubuh termasuk pada ginjal. Penumpukan asam urat di

    dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya gout artritis. Asam urat dalam tubuh

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    33/66

    19

    dapat mengendap dalam intertitium medular ginjal dan juga tubulus atau sistem

     pengumpul ginjal, yang mana jika terjadi penumpukan dan terbentuk kristal maka

    akan dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal yaitu nefropati asam urat akut,

    nefrolitiasis asam urat serta nefropati urat kronik. Selain itu kondisi hiperurisemia

    dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.17-20

    2.2.7 Terapi Hiperurisemia

    Dengan adanya manifestasi yang berbahaya dari kondisi hiperurisemia

    maka perlu dilakukan penanganan secepat mungkin. Tujuan terapi pada kondisi

    hiperurisemia adalah untuk menurunkan kadar asam urat serum pasien serta

    menjaga agar tetap berada pada rentang yang normal. Pengubahan atau modifikasi

    gaya hidup dengan cara menurunkan berat badan bila terjadi obesitas dan juga

    menurunkan intake alkohol serta makanan tinggi purin. Selain itu juga diperlukan

    terapi farmakologis bagi pasien hiperurisemia. Terapi farmakologis yang dapat

    diberikan pada pasien hiperurisemia adalah dengan menggunakan golongan

    urikosurik atau dengan inhibitor xantin oksidase. Golongan urikosurik berkerja

    dengan cara meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat melalui mekanisme

     penghambat pada proses reabsorpsi tubular dari asam urat. Obat-obatan golongan

    inhibitor xantin oksidase bekerja dengan cara menghambat perubahan hipoxantin

    menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.3 

    2.2.7.1 Golongan Urikosurik

    Probenesid dan juga sulfinpirazone meningkatkan klirens ginjal untuk asam

    urat dengan menghambat proses reabsopsi tubular dari asam urat. Terapi dengan

    golongan urikosurik harus dimulai pada dosis kecil untuk menghindari uriksuria

    dan kemungkinan pembentukan batu. Obat-obatan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal.3

    2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase

    Allopurinol merupakan suatu isomer hipoxantin struktural dan merupakan

    suatu penghambat xantin oksidase sehingga tidak terjadi perubahan xantin

    menjadi asam urat. Allopurinol juga akan menurunkan konsentrasi PRPP

    intraseluler sehingga akan menurunkan biosintesa purin de novo.3,21

    2.3 Pengobatan Asam Urat dengan Metode Bekam 

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    34/66

    20

     Ra sulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : Sesungguhnya

    cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam) 

    (Muttafaq ‘alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214). 

    Bekam membantu meningkatkan kemampuan kerja ginjal dalam

    mengeluarkan kristal asam urat. Untuk mengurangi kadar asam urat tidak bisa

    dilakukan melalui sekali pertemuan terapi bekam. Diperlukan pula disiplin

    mengonsumsi berbagai jenis makanan yang rendah kandungan asam urat.7

    2.4 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Dalam Darah 

    Pengukuran kadar asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes

    strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan untuk mengetahui

    tingkat asam urat di dalam darah.

    Alat yang digunakan adalah BeneChek Plus. Alat ini merupakan alat test

    darah 3 in 1 yaitu Gula darah, Asam urat dan Kolesterol. BeneChek plus

    menghasilkan pengukuran yang akurat, dengan akurasi alat ± 20 %; untuk kadar

    gula ≥ 75 mg/dl (4,17 mmol/l), untuk asam urat ≥ 5 mg/dl (0,30 mmol/l) dan

    untuk kolesterol total ≥ 200 mg/dl. Selain itu juga alat ini terkalibrasi secara

     plasma equivalent dengan menggunakan teknologi electrochemical biosensor.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    35/66

    21

    2.5 . Kerangka Teori

    2.6.  Kerangka Konsep

    2.7.  Definisi Operasional

    Variabel Definisi Alat Ukur Kadar normal

    Asam Urat Produk akhir hasil

    katabolisme purin.

    Deteksi asam

    urat digital strip

    laki-laki 3,5 - 7,0 mg/dl

     perempuan 2,5 - 5,6 mg/dl.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    36/66

    22

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1  Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian analitik numerik berpasangan dengan

    desain cross sectional (potong lintang). Variabel penelitian ini bersifat independen

    dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. Analisis ini

    memungkinkan untuk mengetahui perbandingan kadar asam urat sebelum dan

    setelah diterapi bekam.22,23

    3.2  Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat AFIAT yang beralamat JL. Limo

    Raya no. 3, kompleks Griya Ruko Cinere II, Depok dan JL. Kampung Utan (WR.

    Supratman) No. 1 Rt/Rw 04/04 Ciputat Tanggerang Selatan. Sampel diambil pada

    rentang waktu 1 Januari –  1 Maret 2012.

    3.3  Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan terapi bekam di

    2 cabang Rumah Sehat AFIAT. Pengambilan sampel dilakukan secara

    Consecutive sampling dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria

     pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai subyek yang diperlukan terpenuhi

    atau sampai batas waktu penelitian.

    Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus penelitian analitis numerik

     berpasangan23 :

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    37/66

    23

    Keterangan :

    Zα = 1,64 (kesalahan 5%) 

    Zβ = 1,28 (kesalahan 10%)

    Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1 –  X2) = 0,3

    Standart Deviasi berdasarkan studi/penelitian pendahuluan 10 sampel = 0,6

    3.4  Kriteria Sampel dan Variabel Penelitian

    3.4.1  Kriteria Inklusi

      Subjek berusia ≥ 20 tahun baik laki-laki maupun perempuan

    3.4.2  Kriteria Eksklusi

      Subjek yang kontraindikasi bekam

      Subjek yang sebelum bekam menkonsusmsi obat-obatan yang

    dapat meningkatkan kadar asam urat.

      Subjek yang memiliki penyakit lain yang dapat mempengaruhi

    kadar asam urat (ex. gagal ginjal kronis).

    3.4.3  Variabel Penelitian

    Variabel penelitian meliputi :

    1. Variabel independen : Bekam

    2. Variabel dependen : Kadar Asam Urat

    3.5  Cara Kerja Penelitian

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    38/66

    24

    3.6  Alur Kerja dan Etika Penelitian

      Identifikasi Subjek  

    Identifikasi subjek yang selanjutnya dilakukan prosedur informed consent 

      Informed Consent 

    Informed consent dilakukan pada responden dengan guna mengetahui

    kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian, didokumentasikan dengan

     penandatanganan formulir persetujuan.

    Etika penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

      Membuat surat keterangan penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta

      Membuat usulan ethical clearance kepada Komisi Etik Kedokteran

      Meminta izin kepada pihak Rumah Sehat AFIAT

      Melakukan informed consent  kepada responden, agar tidak melanggar

    hak-hak dan privasi responden

      Menjaga kerahasiaan responden

    Usulan ethical clearance  diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian

    Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari :

      Surat usulan dari FKIK UIN SyarifHidayatullah Jakarta

      Protokol penelitian

       Informed Consent

      Pengambilan data sekunder melalui wawancara (lampiran) 

      Pengambilan Sampel 

      Sampel diukur kadar asamnya dengan menggunakan deteksi asam urat

    menggunakan strip melalui digital (BeneChek Plus) yang telah dikalibrasi.

    Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan setelah terapi

     bekam. 

    3.7  Alat, bahan dan cara kerja

    3.7.1 Alat

    Alat yang di gunakan antara lain : alat deteksi asam urat digital

    BeneChek Plus, strip asam urat, alkohol tab, pen lancet dan jarum

    lancet.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    39/66

    25

    3.7.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah kapiler

    sebelum dan sesudah bekam.

    3.7.3 Cara Kerja

    1.  Sampel darah diambil dari ujung jari responden dibersihkan

    menggunakan alkohol tab kemudian darah kapiler diambil dengan

    menggunakan pen lancet

    2.  Darah yang sudah di ambil, diukur kadar asam uratnya

    menggunakan alat deteksi asam urat digital, ditunggu hingga

    diperoleh hasil

    3.  Setelah dibekam, kadar asam urat sampel diukur kembali dengan

    menggunakan alat yang sama dan prosedur yang sama.

    3.8  Analisis Data

    Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji T berpasangan

    (bila distribusi normal), uji wilcoxon (bila distribusi tidak normal) dan Two

    Ways Anova guna menunjukkan kemaknaan dari penelitian ini.

    Data yang diperoleh dianalisis juga kemaknaan kadar asam urat

     berdasarkan usia, riwayat terapi bekam dan jumlah cup atau mangkuk yang

    digunakan dalam proses bekam. 

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    40/66

    26

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Data Distribusi Responden

    Pada penelitian ini, responden yang menjalani terapi pengobatan bekam di

    Rumah Sehat Afiat, selama periode 1 januari sampai dengan maret 2012 yang

    masuk dalam populasi penelitian adalah sebanyak 34 orang. Seluruh responden

     penelitian tersebut adalah laki-laki. Karena salah satu syarat melakukan bekam

    adalah jika pasien laki laki maka terapis bekamnya juga harus laki laki. Hal ini

    merupakan kekurangan atau keterbatasan pada penelitian ini sehingga peneliti

    tidak mendapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan. Disamping itu

    kondisi hiperurisemia lebih sering terjadi pada laki-laki, hal ini diduga karena

     pada perempuan premenopouse hormon estrogen berfungsi sebagai urikosurik

    dengan mekanisme yang belum jelas24. Pada gambar 4.1 didapatkan bahwa dari

    34 responden, sekitar 12 responden mengaku mempunyai kadar asam urat yang

    tinggi dan sisanya tidak mengetahui kadar asam uratnya.

    35%

    65%

    Tinggi (12

    Responden)

    Tidak Diketauhi

    (22

    Responden)

     

    Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat

    Sebelum Bekam Basah

    Setelah melakukan pembekaman, responden langsung dilakukan post test.

    Hal ini dimaksudkan agar melihat langsung efek bekam terhadap kadar asam urat

    dalam satu waktu. Hasil post test dari semua responden ditemukan hasil yang

     berbeda-beda. Dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang

    cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian

     besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam

    (Gambar 4.2). Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor seperti jenis makanan

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    41/66

    27

    yang dikonsumsi responden sebelum bekam, usia responden, penyakit yang

    diderita maupun fungsi ginjal responden yang dapat mempengaruhi hasil.

    Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat

    Sesudah Bekam

    Sedangkan untuk informasi distribusi responden berdasarkan usia (gambar

    4.3) diperoleh data 79% responden memiliki rentang usia 15-55 tahun dan 21%

    responden memiliki rentang usia >55 tahun.

    Gambar 4.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia

    Setelah melakukan pembekaman, hasil post test dari semua responden

    ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok usia produktif (15-55

    tahun) sekitar 8% responden memiliki kadar asam urat yang cenderung tetap, 44%responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian besar responden sekitar

    48% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam (Gambar 4.4)

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    42/66

    28

    Gambar 4.4 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia

    Produktif (15-55 Tahun)

    Sedangkan untuk kelompok usia produktif (> 55 tahun) diperoleh 14%

    responden terjadi penurunan kadar asam urat dan 86% mengalami kenaikan kadar

    asam urat sesudah bekam (gambar 4.5).

    Gambar 4.5 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia

     NonProduktif (>55 Tahun)

    Informasi distribusi responden berdasarkan riwayat bekam (gambar 4.6)

    diperoleh data 28 responden melakukan bekam ≤ 2 kali dan 6 responden yang

    memiliki riwayat bekam sebanyak 3 –  4 kali.

    Gambar 4.6 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Bekam

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    43/66

    29

    Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden

    ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden dengan

    riwayat bekam ≤2 kali sekitar 4% responden memiliki kadar asam urat yang

    cenderung tetap, 39% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian

     besar responden sekitar 57% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam

    (Gambar 4.7)

    Gambar 4.7 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat

    Bekam ≤ 2 kali 

    Sedangkan untuk kelompok responden dengan riwayat bekam 3-4 kali

    diperoleh 17% memiliki kadar asam urat yang tetap, 33% responden terjadi

     penurunan kadar asam urat dan 50% mengalami kenaikan kadar asam uratsesudah bekam (gambar 4.8).

    Gambar 4.8 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat

    Bekam 3-4 kali

    Informasi distribusi responden berdasarkan jumlah cup yang digunakan pada

    saat berbekam (gambar 4.9) diperoleh data 56% atau sekitar 19 responden

    menggunakan lebih dari 12 cup dan sekitar 44% atau 15 responden menggunakan

    kurang dari 11 cup.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    44/66

    30

    Gambar 4.9 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup yang

    Digunakan

    Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden

    ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden yangmenggunakan kuranga dari 11 cup adalah sekitar 6% responden memiliki kadar

    asam urat yang cenderung tetap, 47% responden terjadi penurunan dan

     peningkatan kadar asam urat (gambar 4.10)

    Gambar 4.10 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup

    ≤11

    Sedangkan untuk kelompok responden yang menggunakan lebih dari 12 cup

    diperoleh 5% memiliki kadar asam urat yang tetap, 32% responden terjadi

     penurunan kadar asam urat dan 63% mengalami kenaikan kadar asam urat

    sesudah bekam (gambar 4.11).

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    45/66

    31

    Gambar 4.11 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup

    ≥12

    4.2  Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam

    Hasil rata rata kadar asam urat beradasarkan sebelum dan sesudah bekam

    dapat dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam

    Kadar Asam Urat

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    Sebelum Sesudah

    6,324 ± 1,1367 6,368 ± 1,3325

    Hasil data yang diperoleh menunjukkan rata rata kadar asam urat sebelum

     bekam adalah 6,324 mg/dl dan sesudah bekam mengalami peningkatan mencapai

    6,368 mg/dl, namun rata rata keduanya masih dalam taraf normal. Dari data

    tersebut terdapat 13 responden mengalami penurunan kadar asam urat setelah

     bekam, 19 responden mengalami kenaikan asam urat setelah bekam dan 3

    responden memiliki kadar asam urat yang tetap setelah bekam.

    Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan rata rata

    kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,044 mg/dl. Tetapi setelah dilakukan

     pengujian secara statistik (T-paired), didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa

    kenaikan tersebut tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Hal ini menunjukkan asam

    urat sebelum dan sesudah bekam bila diambil langsung dalam satu waktu, tidak

     berbeda bermakna.

    Prinsip kerja dari terapi bekam adalah mengeluarkan darah kotor pada

    dasarnya sama dengan prinsip metode Oxidane Drainage Therapy (ODT). ODT

    merupakan suatu cara mengeluarkan oksidan atau radikal bebas dari dalam tubuh.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    46/66

    32

    Apabila oksidan ini dapat dikeluarkan dari dalam tubuh maka sistem imun pasien

    akan meningkat sehingga akan lebih resisten terhadap penyakit-penyakit.

    Pada penelitian ini dilihat pengaruh bekam terhadap kadar asam urat yang

    merupakan salah satu dari radikal bebas didalam tubuh. Kelebihan kadar asam

    urat didalam tubuh disebut hiperurisemia. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat

    dalam darah yang melebihi batas kelarutan urat monosodium dalam plasma.

    Penyebab hiperurisemia bisa disebabkan oleh peningkatan metabolisme asam urat

    (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion) akibat

    gangguan ginjal atau gabungan keduanya. Sekitar 98% individu dengan

    hiperurisemia dan gout primer memiliki penyakit ginjal sehingga terdapat

    gangguan pada eksresi asam urat.

    Serangan asam urat yang berakibat peradangan sendi atau arthritis memiliki

    sasaran utama ujung jari tangan dan kaki, ibu jari terutama pada kaki, sendi lutut

    dan pergelangan kaki dan daun telinga. Adapun gejala penyakit ini umumnya

    ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat

    tengah malam biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsophalangeal pertama)

    atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat

    (oligoartritis) dan serangannya disatu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan,

    terasa panas, bengkak, sangat nyeri, dan umumnya asimetris atau satu sisi tubuh21.

    Responden pada penelitian ini yang mengalami hiperurisemia juga pernah

    mengeluhkan beberapa gejala asam urat, seperti bengkak ataupun nyeri hebat

    diujung jari kaki pada malam hari.

    Untuk menghasilkan hasil atau penurunan kadar asam urat yang maksimal

    tidak bisa dilakukan melalui sekali terapi bekam, namun diperlukan beberapa kali

     pertemuan, kadang kadang mencapai 7 kali pertemuan bahkan lebih, hal inidikarenakan belum optimalnya fungsi ginjal dalam mengekskresikan asam urat ke

    urin dan harus disertai dengan menghindari atau mengurangi konsumsi bahan

    makanan tinggi purin7. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana pada

    tabel 4.1 menjelaskan bahwa kadar asam urat jika langsung diamati dalam satu

    waktu langsung sesudah bekam maka tidak menunjukkan suatu perbedaan yang

     bermakna (p > 0,05). Penelitian lain pun mendapatkan hasil yang serupa dimana

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    47/66

    33

    untuk satu kali terapi bekam tidak dapat menurunkan kadar asam urat secara

    signifikan (p > 0,05).

    4.3  Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat

    Sebelum Bekam

    Dari hasil pengukuran kadar asam urat diperoleh 12 responden memiliki

    riwayat kadar asam urat tinggi, dengan rata rata kadar asam urat sebelum bekam

    yakni 7,483 mg/dl dan terjadi penurunan hingga 7,458 mg/dl sesudah bekam.

    Sedangkan kelompok responden yang tidak mengetahui kadar asam urat diperoleh

    hasil rata rata kadar asam urat sebelum bekam yakni 5,691 mg/dl dan terjadi

     peningkatan hingga 5,773 mg/dl sesudah bekam. Pada hasil ini tidak diperoleh

    hasil kadar asam urat yang dibawah normal.

    Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat

    Riwayat Kadar Asam Urat

    Sebelum

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    Sesudah

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    Tinggi 7,483 ± 0,4764 7,458 ± 1,3514

    Tidak Diketahui 5,691 ± 0,8507 5,773 ± 0,8849

    Pada kelompok yang memiliki riwayat kadar asam urat tinggi terjadi

     penurunan kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,025 mg/dl, sedangkan pada

    kelompok yang tidak mengetahui riwayat kadar asam terjadi peningkatan kadar

    asam urat sebesar 0,082 mg/dl. Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova)

    didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara

     bermakna (p > 0,05) kadar asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok

    tersebut dan juga tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung

    antara riwayat kadar asam urat, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05). namun

    terdapat pengaruh langsung riwayat kadar asam urat terhadap kadar asam urat (p <

    0,05).

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    48/66

    34

    4.4  Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak

    Kunjungan dan Cup yang Digunakan

    Hasil kadar asam urat beradasarkan banyak kunjungan dapat dilihat pada

    tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak

    Kunjungan Responden

    BanyakKunjungan

    Kadar Asam Urat

    SebelumMean ± std. Deviasi (mg/dl)

    SesudahMean ± std. Deviasi (mg/dl)

    ≤ 2 kali 

    3 –  4 kali

    6,154 ± 0,247

    7,033 ± 0,220

    6,171 ± 0,223

    7,367 ± 0,449

    Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa rata rata kadar asam urat

     berdasarkan jumlah kunjungan responden, responden dengan kunjungan ≤ 2 kali

    diperoleh rata rata kadar asam urat sebelum bekam kali sebesar 6,154 mg/dl dan

    sesudah dibekam terjadi peningkatan menjadi 6,171 mg/dl. sedangkan responden

    dengan jumlah kunjungan 3-4 kali, rata rata kadar asam urat sebelum bekam

    sebesar 7,033 mg/dl dan terjadi peningkatan kadar asam urat menjadi 7,367 mg/dl.

    Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang

    menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar

    asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga

    tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara riwayat

     bekam, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05) namun terdapat pengaruh langsung

    riwayat kunjungan bekam terhadap kadar asam urat (p < 0,05).

    Untuk hasil rata rata kadar asam urat berdasarkan banyak cup yang digunakan

    dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Cup

    Banyak cup Kadar Asam Urat

    Sebelum

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    Sesudah

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    ≤ 11 cup 

    ≥ 12 cup 

    6,440 ± 1,3087

    6,232 ± 1,0083

    6,393 ± 1,5687

    6,347 ± 1,1578

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    49/66

    35

    Tabel diatas menunjukkan bahwa rata rata kadar asam urat sebelum dan

    sesudah bekam berdasarkan jumlah cup  yang digunakan. Berdasarkan tabel

    tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat sebelum dan

    sesudah bekam sebesar 0,047 mg/dl pada responden yang jumlah cup ≤ 11,

    sedangkan terjadi peningkatan kadar asam urat pada responden yang

    menggunakan ≥ 12 cup sebesar 0,115 mg/dk.

    Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang

    menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar

    asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga

    tidak terdapat pengaruh langsung antara jumlah cup yang digunakan terhadap

    kadar asam urat (p < 0,05) dan tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama

    secara langsung antara jumlah cup yang digunakan, bekam dan kadar asam urat (p

    > 0,05).

    4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi

    Usia

    Hasil kadar asam urat berdasarkan distribusi usia dapat dilihat pada tabel 4.5.

    responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 15  –  55 tahun (usia

     produktif) dan kelompok usia > 55 tahun (usia non produktif).

    Tabel 4.5. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi

    Usia

    Usia Kadar Asam Urat

    Sebelum

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

    Sesudah

    Mean ± std. Deviasi (mg/dl)15 –  55 th

    >55 th

    6,307 ± 1,2172

    6,386 ± 0,8255

    6,319 ± 1,3854

    6,557 ± 1,1816

    Hasil pengukuran kadar asam urat berdasarkan distribusi usia diperoleh kadar

    asam urat rata rata sebelum bekam pada usia produktif adalah 6,307 mg/dl dan

    sesudah bekam terjadi peningkatan kadar asam urat rata rata sebesar 6,319 mg/dl.

    Begitupun pada usia non produktif, kadar asam urat rata rata sebelum bekam

    sebesar 6,386 mg/dl dan sesudah bekam terjadi peningkatan mencapai 6,557

    mg/dl. Walaupun terjadi peningkatan kadar asam urat disetiap kelompok usia

    namun peningkatan tersebut tidak bermakna. hal ini dikarenakan setelah

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    50/66

    36

    dilakukan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan

     bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar asam urat

    sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat

     pengaruh langsung usia terhadap kadar asam urat (p > 0,05) dan tidak terdapat

    interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara usia, bekam dan kadar

    asam urat (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

    yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan

    usia.

    Pada penelitian ini setelah melakukan pre test asam urat kemudian responden

    dibekam, pada proses pembekaman pasien dibekam sesuai dengan titik sunnah

    serta titik tambahan. Menurut Montazer (2004) kandungan asam urat dalam darah

    yang terambil melalui bekam lebih tinggi daripada yang diambil melalui vena. Hal

    ini berhubungan dengan kadar iron dalam serum. Besi (Fe) dapat mengaktifkan

    xantin oksidase (XO), akhirnya Fe yang tinggi dapat menghasilkan XO lebih aktif

    dan menyebabkan lebih tinggi kadar asam urat. Bekam memiliki khasiat lebih

    dalam ekskresi elemen berlebihan, seperti Fe berlebih dapat dihilangkan melalui

     proses mengeluarkan darah dan mengurangi tingkat asam urat.25-29  Hasil

     penelitian lain pun mendapatkan bahwa kadar asam urat dalam darah bekam lebih

    tinggi dibandingkan darah vena, hal inipun dikaitkan dengan kadar besi (fe)

    serum.30 

    Fungsi ginjal memiliki peran yang penting dalam mengeksresikan asam urat

    ke urin. Banyak hal yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal seperti penyakit

    ginjal, usia dan lain lain. Fungsi ginjal akan menurun dengan bertambahnya usia

    seseorang. Rata-rata penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) pada orang

    normal dengan usia 20-30 tahun adalah 1 mL/menit/1,73 m2 per tahun, GFRmenjadi 70 mL/menit/1,73 m2 pada laki-laki dengan usia kurang lebih 70 tahun31.

    Pada penelitian ini (Tabel 4.3) menjelaskan kadar asam urat sebelum dan sesudah

     bekam berdasarkan distribusi usia, berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa

     pada usia produktif (15-55 tahun) rerata kadar asam urat responden lebih rendah

    dibandingkan rerata kadar asam urat responden pada usia nonproduktif

    (>55tahun). Hal ini menandakan bahwa fungsi ginjal untuk mengeksresikan asam

    urat ke urin pada kelompok usia tersebut masih berfungsi dengan baik, sehingga

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    51/66

    37

    membantu proses filtrasi asam urat oleh ginjal, sehingga kadar asam urat serum

    menjadi lebih rendah. Sedangkan pada usia nonproduktif dimana sudah terjadi

     proses aging , hal ini dapat berdampak pada fungsi fisiologis ginjal dalam proses

    filtrasi asam urat sehingga filtrasi asam urat cenderung melambat. Pada beberapa

     buku bekam menjelaskan bahwa bekam membantu meningkatkan kerja ginjal

    melalui mekanisme yang sama seperti akupuntur dalam membantu mengeluarkan

    atau mengeksresikan asam urat ke dalam urin.1 

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    52/66

    38

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian selama tiga bulan (1 Januari  –   1 Maret 2012) didapat

    kesimpulan sebagai berikut:

      Pada penelitian ini didapatkan respon kadar asam urat yang berbeda-beda

    sesudah bekam dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang

    cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan

    sebagian besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat

    sesudah bekam.

      Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan

    sesudah bekam jika hanya diamati dalam satu waktu.

      Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan

    sesudah bekam berdasarkan riwayat kadar asam urat tinggi dan tidak diketahui,

    riwayat bekam, usia produktif maupun non-produktif dan jumlah cup yang

    digunakan jika hanya diamati dalam satu waktu. Namun, terdapat pengaruh

    langsung riwayat kunjungan bekam dan riwayat kadar asam urat terhadap

    kadar asam urat secara keseluruhan

      Bekam merupakan perbuatan yang baik, Nabi Muhammad SAW membolehkan

     berbekam dengan kata lain bekam bukan suatu kewajiban bagi umat muslim

    namun merupakan pilihan aternatif dalam metoda pengobatan jika terbukti

    secara ilmiah.

    5.2 Saran

      Pada penelitian selanjutnya sebaiknya memberikan rentang waktu yang lebih

    dalam mengamati kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam dan dilakukan

     beberapa kali bekam dalam rentang waktu tersebut untuk mengetahui

    efektivitas bekam dalam menurunkan kadar asam urat.

      Pada penelitian ini, hanya mendapatkan pasien laki laki, sehingga diharapkan

    untuk penelitian selanjutnya bisa mengikutsertakan wanita dalam sampel

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    53/66

    39

    sehingga bisa mengetahui efek bekam terhadap kadar asam urat berdasarkan

     jenis kelamin.

      Penelitian ini mengambil responden yang tidak memiliki keluhan spesifik

     penyakit asam urat, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya bisa

    mengambil responden yang mempunyai keluhan penyakit asam urat saja.

      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara molekuler bagaimana pengaruh

     bekam terhadap fungsi kerja ginjal dan efeknya terhadap eksresi asam urat.

  • 8/18/2019 KHOIRUN MUKHSININ PUTRA-FKIK.pdf

    54/66

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Umar A Wadda’ dr .Sembuh dengan satu titik.Solo:Al-Qowam:2008

    2.  Widodo A W.Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 Ed 5.Jakarta :PusatPenerbitan FKUI: 2009

    3.  Dowling, T. C., Comstock, T. J., 2005. Qualification of Renal Function. In:

    DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey,

    L. M., Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New

    York: McGraw Hill Medical Publishing Devision., p. 761-780

    4.  Deska Pagana, Kathleen, James Pagana, Timothy, 2002, Mosby’s Manual of

    Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, St. Louis: Mosby’s Inc 

    5.  Sarwat Ahmad. Hukum Bekam Sunnah atau mubah at

    http://fimadani.com/bekam-sunnah-atau-mubah/ 

    6.  anonim. Bekam Mukjizat Nabi, Ujian Keimanan Islam. 2011. ABI (Asosiasi

    Bekam Indonesia).

    7.  Razak, S. Ahmad. Dr. Penyakit dan Terapi Bekamnya ; Dasar-dasar Ilmiah

    Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia. 2012

    8.  Stryer L. Biokimia ed 4 vol2. jakarta: Egc:2000

    9.  Sica, A.D., Scoolwerth, C.A., 1996. Renal Handling of Organic Anions and

    Cation and Renal Excretion of Uric Acid, In: Brenner, M.Barry, The Kidney,

    volume I, 5th edition, Philadelphia: W.B. Saunders, p: 607-621

    10. Smith, collen. Marks, Allan D, Lieberman Michael. Marks’ Basic Medical

    Biochemistry ; a clinical approach 2nd. USA .Lippincott Williams &

    Wilkins:2007

    11. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 20. Jakarta:Egc: 2003. p.287

    12. Robert K. Murray, David A Bender, Kathleen M. Botham, Peter J. Kennelly,

    Victor W. Rodwell, P. Anthony Weil. Ha