khonsa imaroh unit 1

Upload: khonsa-imaroh

Post on 06-Jul-2018

258 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    1/21

    LAPORAN PRAKTIKUM

    MEDAN ELEKTROMAGNETIS

    (TEE 212 P)

    UNIT I

    DISTRIBUSI FLUKS LISTRIK PADA INTI DENGAN FEMM

    Nama : Khonsa Imaroh

    NIM : 13/352818/TK/41306

    Kel. hari/jam : Rabu / 13.00

    Tgl. Praktikum : 20 April 2016

    LABORATORIUM LISTRIK DASAR

    DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO & TEKNOLOGI INFORMASI

    FAKULTAS TEKNIK UGM

    YOGYAKARTA

    2016

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    2/21

    TUJUAN PERCOBAAN 

    - Mengetahui distribusi magnet pada rangkaian magnetis

    - Mengetahui korelasi antara celah udara pada penampang dengan nilai fluks dan rapat

    fluks yang dihasilkan

    ANALISA DAN PERHITUNGAN 

    Pada percobaan ini ingin dianalisis distribusi magnet pada sebuah rangkaian magnetis.

    Gambar tersebut adalah benda dengan bentuk permukaan persegi yang terbuat dari 

    silicon iron. Panjang dan lebarnya adalah 20 cm, tebal penampangnya adalah 5 cm dan lebar  

    celahnya adalah satu cm. Pada bagian kiri terdapat lilitan kawat yang akan dialiri arus dengan 

     jumlah lilitan 200. Arus yang melewati dibuat bernilai 4 Ampere.

    1. Kurva kerapatan fluks terhadap kuat medan magnet (B-H)

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    3/21

    Pada kurva B-H terlihat kerapatan fluks meningkat (naik dan mengarah ke kanan) 

    artinya seberapa jauh pengaruh kerapatan fluks (B) terhadap kenaikan kuat medan (H). 

    Kerapatan fluks (B) naik dengan cepat diikuti kenaikan kuat medan (H) sampai mencapai nilai 

    400 At/m dan kerapatan fluks (B) mencapai 1,2 T. Pada titik ini terjadi saturasi (kejenuhan), 

    sehingga kenaikan kuat medan (H) tidak banyak berpengaruh terhadap kenaikan kerapatan 

    fluks (B), bahkan hampir tidak ada kenaikan.

    Kurva B-H menunjukkan hubungan antara sifat magnetik suatu bahan dengan 

    permeabilitas.  Permeabilitas ( permeability )   adalah kemampuan suatu benda untuk dilewati 

    garis gaya magnet. Permeabilitas dinyatakan dengan simbol µ (mu). Benda yang mudah 

    dilewati garis gaya magnet disebut memiliki permeabilitas tinggi. Berdasarkan hasil dari kurva 

    kerapatan fluks terhadap kuat medan magnet (B-H) dapat dilihat permeabilitas suatu bahan 

    yang tidak linear kemudian menjadi linear.

    MMF

    MMF adalah singkatan dari Magnetomotive Force (mmf) atau gaya gerak magnet (ggm). 

    Gaya gerak magnet adalah perbedaan potensial magnet yang cenderung menggerakkan fluks, 

    dapat dihitung dengan,

    F = Ni

    F adalah gaya, N adalah jumlah lilitan dan i adalah besarnya nilai arus yang melewati 

    kawat tersebut. Semakin besar arus yang mengalir di dalam suatu kumparan, semakin besar  

    kuat medannya. Begitu juga semakin banyak lilitan kawatnya, semakin banyak dihasilkan garis 

    gaya magnet.

    Pada kurva B-H jumlah kuat medan (H) sama dengan gaya gerak magnet (Ni) dibagi 

    dengan panjang bahan (l) ditempatkan pada sumbu horizontal dari grafik.

    H = Ni/l

    Sedangkan pada sumbu vertikal, jumlah kerapatan fluks (B) sama dengan total fluks 

    dibagi dengan luas penampang bahan.

    B = Φ/A

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    4/21

    Karena H = Ni/l dan B = Φ/A maka terlihat bahwa kuat medan (H) sebanding dengan 

    gaya gerak magnet (Ni) dan kerapatan fluks (B) sebanding dengan garis fluks (Φ).

    Histeresis Magnet

    Berdasarkan hasil dari kurva B-H bisa didapatkan sifat magnet yaitu fenomena histeresis 

    magnet. Sebagaimana istilah umum histeresis berarti ketertinggalan antara input dan output 

    dalam sistem karena perubahan arah. Dalam sistem magnet histeresis terlihat dalam bahan 

    ferromagnetik yang cenderung tetap termagnetisasi atau masih ada magnet sisa pada bahan 

    setelah gaya magnet dihilangkan.

    Jika arus dialirkan pada suatu kumparan elektromagnetik, maka akan timbul medan 

    magnet di sekitarnya, ketika arus dinaikkan maka medan magnet yang timbul akan meningkat 

    sampai titik konstan, hal ini menandakan bahwa inti feromagnetik telah mencapai maksimal. Jika arus dihentikan, fluks magnetik tidak sepenuhnya hilang karena bahan inti elektromagnetik 

    masih mempertahankan sifat kemagnetan.

    Kemampuan untuk mempertahankan sifat magnet setelah arus dihentikan disebut 

    retentivity,   sedangkan jumlah fluks magnetik yang masih ada disebut   Magnetisme Residual. 

    Ketika fluks telah mencapai maksimal (jenuh) dan arus diturunkan maka akan terjadi pelebaran 

    nilai H (Coersive Force).   Sifat   retentivity, Magnetisme Residual   dan   Coersive Force   dijelaskan 

    pada kurva histeresis yang ditunjukkan pada gambar berikut

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    5/21

     

    2. Hasil Running (Simulasi)

    Berdasarkan hasil running (simulasi) didapatkan gambar seperti berikut

    Fluks Magnetik

    Gambar di atas merupakan fluks magnetik yang melewati  silicon iron   dan celah udara 

    pada rangkaian magnetik. Fluks magnetik adalah ukuran atau jumlah medan magnet (B) yang 

    melewati luas penampang tertentu (A). Fluks yang melewati celah udara merupakan fluks yang bocor. Kebocoran fluks terjadi karena ada beberapa fluks yang tidak menembus inti besi (silicon 

    iron). Kebocoran fluks menyebabkan rugi daya sehingga diusahakan nilainya sekecil mungkin 

    namun hal ini menyebabkan nilai arus saturasi pada inti dapat meningkat sehingga inti tidak 

    mudah rusak.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    6/21

     

    3. Analisis Density Plot 

    Pada tugas ketiga akan dilihat sebaran nilai-nilai besaran magnet pada obyek yang diuji. 

    Berikut adalah hasilnya.

    Warna yang mendekati ungu tua menjelaskan bahwa densitas fluks di area tersebut 

    bernilai tinggi, sedangkan semakin pudar warnanya (kuning atau mendekati putih) berarti 

    densitas fluks di area tersebut bernilai rendah.

    Hal ini dapat dijelaskan sebagai karena kerapatan fluks magnetik (magnetic flux density) 

    adalah fluks magnetik per satuan luas pada bidang yang tegak lurus dengan fluks magnet 

    tersebut. Maka, semakin besar luas area penampangnya, maka akan semakin lemah nilai 

    kerapatan fluks magnet pada area tersebut.

    Efektivitas medan magnetik dalam pemakaian sering ditentukan oleh besarnya 

    “kerapatan fluks magnetik”, artinya fluks magnetik yang berada pada permukaan yang lebih 

    luas kerapatannya rendah dan intensitas medannya lebih lemah, sedangkan pada permukaan 

    yang lebih sempit kerapatan fluks magnetik akan kuat dan intensitas medannya lebih tinggi.

    Dengan rumus hitung,

    Secara jelas dapat dikatakan bahwa besar nilai kerapatan fluks magnetik berbanding 

    terbalik dengan luas area penampang suatu obyek.

    Pada percobaan ini juga turut dilihat bagaimana intensitas fluks pada obyek yang 

    sedang diuji ini.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    7/21

     

     H   = L

     N   x  I   

    H adalah kuat medan, N adalah banyaknya lilitan, I adalah besarnya arus dan L adalah

    panjangnya. Dari rumus ini dapat dikatakan bahwa nilai kuat medan berbanding lurus dengan

    banyak lilitan dan besarnya arus, dan juga berbanding terbalik dengan panjang.

    4. Analisis Arah Distribusi Flux 

    Pada percobaan ini, ingin diamati bagaimana arah distribusi fluks pada obyek persegi

    yang sedang diuji. Pengujian dilakukan dengan cara menjalankan simulasi dalam bentuk

    “Vector Plot”.

    Hasil yang diperoleh adalah arah distribui fluks dengan arah melawan jarum jam

    (counter clock wise).

    Hal ini benar karena saat mengatur setting lilitan kawat pada obyek ini, bagian kiri diatur

    bernilai -360 sedangkan bagian kanan diatur bernilai +360. Dengan nilai ini, arah aliran fluks

    dapat diprediksi dengan menggunakan aturan tangan kanan.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    8/21

     

    Dengan mengaplikasikan aturan ini, maka dapat diketahui fluks akan mengalir dengan

    arah berlawanan jarum jam atau counter clock wise.

    Hukum Lens mengatakan bahwa arus induksi mengalir pada penghantar atau kumparan

    dengan arah berlawanan dengan gerakan yang menghasilkannya, atau medan magnet yang

    ditimbulkannya melawan perubahan fluks magnet yang menimbulkannya.

    Hukum Lens dapat digambarkan sebagai berikut.

    Jika kutub magnet U didekatkan pada kumparan, maka garis gaya magnet akan 

    bertambah dengan arah dari B ke A. Hukum Lens mengatakan bahwa ketika muncul garis gaya 

    magnet, akan muncul pula garis gaya magnet dengan arah A ke B untuk menentang 

    pertambahan garis gaya tadi. Garis gaya magnet yang baru ini ditimbulkan dari arus induksi 

    pada kumparan. Sebaliknya, jika kutub U dijauhkan (atau kutub S didekatkan), hal yang 

    berkebalikan akan terjadi.

    Dengan hukum Lens yang berlaku ini, maka nilai total fluks akan selalu konstan karena 

    setiap ada perubahan akan selalu diikuti oleh timbulnya garis gaya magnet dari arah yang 

    berkebalikan untuk menghilangkan nilai garis gaya tersebut.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    9/21

    5. Menghitung jumlah fluks magnet dan rapat fluks magnet pada celah

    a. Tampilan hasil perhitungan software

    Berdasarkan hasil perhitungan software didapatkan

    Normal flux = 0.000274112 Webers

     Average B.n = 0.182741 Tesla

    b. Nilai fluks dan rapat fluks pada celah udara

    Pada percobaan ini akan dihitung jumlah fluks magnet dan rapat fluks magnet pada 

    celah. Dengan asumsi nilai fluks konstan pada sepanjang rangkaian (karena magnetis seri), 

    maka fluks juga bisa diukur pada salah satu ujung celah udara. Dengan FEMM, akan diukur  

    nilai fluks dan rerata densitas medan magnet pada salah satu ujung celah udara.

    Untuk mencari fluks dan rapat fluks diperlukan nilai reluktansi yang dijelaskan sebagai berikut.

    Reluktansi

    Reluktansi adalah besarnya fluks magnet yang dihasilkan dalam kumparan bergantung 

    dari besaran. Rangkaian magnetik terdiri dari beberapa bahan yang bersifat magnet 

    masing-masing memiliki permeabilitas dan panjang lintasan yang tidak sama. Maka setiap 

    bagian mempunyai reluktansi yang berbeda pula, sehingga reluktansi total adalah jumlah dari 

    reluktansi masing-masing bagian.

    ℜ =  l  

    μ μ  A r  0

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    10/21

     

    Rapat Fluks

    Rapat Fluks adalah jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak lurus kuat medan. Flux

    density dapat dirumuskan sebagai berikut,

    Berikut adalah hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas:

    Diketahui :

    N = 360 t

    I = 4 A

    Ketebalan = 3 cm

    l1 = l top + l left + l bottom = 15 + 15 + 15 cm = 45 cm = 0,45 m

    l2 = l right = 15 cm = 0,15 m

    la = l air gap = 1 cm = 0,01 m

    Sehingga:

    4.10463 kA/Wbℜ 1 =  l  1

    μ μ  A r  0 1=   0.45m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 3  

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    11/21

      1.36821 kA/Wbℜ 2 =  l  2

    μ μ  A r  0 2=   0.15m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 1  

    305.16477kA

    /Wbℜ

    3 =

      l  3

    μ  A 0 3 =  0.01m

    4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 5  

    350.63761 kA/Wb ℜtotal 

     = ℜ 1 + ℜ 2 + ℜ 3 = 5  

    .0002691 WbΦ =   F ℜ 

    total 

    =   N . I ℜ 

    total 

    =   360×45350.63761×10

    3  = 0  

    .1794 T  B = A

    Φ =   2.691×10−4

    5×10 ×3×10−2 −2  = 0  

    Sedangkan dari hasil simulasi, nilainya adalah sebagai berikut:

    Normal flux = 0.000274112 Wb

     Average b.n = 0.182741 T

    Kedua hasil dari penghitungan matematis dan hasil simulasi memang tidak

    sama.Namun nilai ini dapat dikatakan sama dan benar, karena pada kenyataan (hasil simulasi)

    akan selalu ada kebocoran fluks.

    Jika dihubungkan korelasi antara besarnya celah udara dengan nilai fluks yang muncul, 

    semakin besar celah udara, maka semakin tinggi nilai reluktansi yang muncul pada   air gap, 

    sehingga nilai fluks yang muncul semakin rendah nilainya. Semakin besar celah udaranya, 

    semakin besar juga kemungkinan terjadi fluks bocor sehingga nilai fluks semakin rendah.

    6. Perbandingan hasil distribusi fluks dan nilai besaran magnetis yang dihasilkan

    Pada tugas 6 ingin dibandingkan hasil distribusi fluks dan nilai besaran magnetisnya 

    saat celah udara dipersempit sebesar 2.5 milimeter dari 1 sentimeter menjadi 0.75 sentimeter  

    dengan saat celah diperlebar sebesar 7.5 milimeter dari sentimeter menjadi 1.75 sentimeter.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    12/21

    Dari hasil yang diperoleh saat simulasi dengan FEMM, besar nilai-nilainya adalah 

    sebagai berikut :

    Celah mula-mula = 1cm

    Normal flux = 0.000274112 Wb

     Average B.n = 0.182741 T 

    Celah diperpendek = 0.75cm

    Normal flux = 0.00036126 Wb

     Average B.n = 0.24084 T

    Celah diperpanjang = 1.75cm

    Normal flux = 0.000161231 Wb

     Average B.n = 0.107488 T 

    Berdasarkan hasil simulasi dengan FEMM yaitu garis fluks, warna, dan nilai kerapatan 

    fluks dapat diketahui bahwa semakin pendek celah udara maka semakin besar kerapatan 

    fluksnya dikarenakan fluks bocornya sedikit begitu pula sebaliknya semakin lebar celah udara 

    maka semakin kecil kerapatan fluksnya dikarenakan fluks bocornya yang besar.

    Berikut adalah hasil yang didapatkan melalui perhitungan matematis :

    a. Celah diperpendek 2.5mm, sehingga jarak antar celah menjadi 0.75 cm 

    Diketahui :

    N = 360 t

    I = 4 A

    Ketebalan = 3 cm

    l1 = l top + l left + l bottom = 15 + 15 + 15 cm = 45 cm = 0,45 m

    l2 = l right = 15 cm = 0,15 m

    la = l air gap = 0.75 cm = 0,0075 m

    Sehingga:

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    13/21

      4.10463 kA/Wbℜ 1 =  l  1

    μ μ  A r  0 1=   0.45m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 3  

    1.36821kA

    /Wbℜ

    2 =

      l  2

    μ μ  A r  0 2 =  0.15m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 1  

    978, 73577 kA/Wbℜ 3 =  l  3μ  A 0 3

    =   0.0075m4π×10 ×5×10 ×3×10

    −7 −2 −2  = 3 8  

    024, 46417 kA/Wb ℜtotal 

     = ℜ 1 + ℜ 2 + ℜ 3 = 4 3  

    , 7822 0 , 00357822 WbΦ =   F ℜ total 

    =   N . I ℜ total 

    =   360×44024,346417×10

    3  = 3 5 × 1  −4 = 0 0  

    , 38548 T  B = A

    Φ =  3,57822×10

    −4

    5×10 ×3×10−2 −2  = 0 2  

    b. Celah diperanjang 7.5mm, sehingga jarak antar celah menjadi 1.75 cm

    Diketahui :

    N = 360 t

    I = 4 A

    Ketebalan = 3 cm

    l1 = l top + l left + l bottom = 15 + 15 + 15 cm = 45 cm = 0,45 ml2 = l right = 15 cm = 0,15 m

    la = l air gap = 1.75 cm = 0,0175 m

    Sehingga:

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    14/21

      4.10463 kA/Wbℜ 1 =  l  1

    μ μ  A r  0 1=   0.45m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 3  

    1.36821kA

    /Wbℜ

    2 =

      l  2

    μ μ  A r  0 2 =  0.15m

    7000×4π×10 ×5×10 ×3×10−7 −2 −2  = 1  

    284.038347 kA/Wbℜ 3 =  l  3μ  A 0 3

    =   0.0175m4π×10 ×5×10 ×3×10

    −7 −2 −2  = 9  

    329.511187 kA/Wb ℜtotal 

     = ℜ 1 + ℜ 2 + ℜ 3 = 9  

    , 43489 0 .0001543489 WΦ =   F ℜ total 

    =   N . I ℜ total 

    =   360×49284.08382×10

    3  = 1 5 × 1  −4 = 0  

    .1028993 T  B = A

    Φ =  1,543489×10

    −4

    5×10 ×3×10−2 −2  = 0  

    Kedua hasil dari penghitungan matematis dan hasil simulasi memang tidak sama.Namun nilai ini dapat dikatakan sama dan benar, karena pada kenyataan (hasil simulasi) akan

    selalu ada kebocoran fluks.

    Dapat diamati bahwa saat celah diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar  

    daripada saat celah diperlebar. Nilai rerata flux density juga lebih besar saat celah diperpendek 

    daripada saat celah diperlebar. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin pendek celah udara 

    maka semakin besar kerapatan fluksnya begitu pula sebaliknya semakin lebar celah udara 

    maka semakin kecil kerapatan fluksnya.

    Dalam proses konversi energi yang menyangkut mesin dengan elemen bergerak 

    (berputar) seperti transduser atau motor pada inti besinya (core) akan terdapat celah udara. 

    Melalui celah udara ini dapat berlangsung proses konversi dari energi listrik ke energi mekanik 

    atau sebaliknya. Untuk inti yang memiliki celah udara, berikut adalah perhitungan yang bisa 

    digunakan:

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    15/21

     

    Dimana Ni = F adalah MMF atau magneto motive force (gaya gerak magnet).

    Dari penyederhanaan, didapatkan,

    Ni = Φ (Rc + Rg) = F

    Dengan Rc dan Rg adalah sebagai berikut,

    Normalnya nilai μ c >> μ 0 sehingga sebagian besar rangkaian magnetis mendapat

    pengaruh yang signifikan dari reluktansi celah udara (Rg, reluctance air gap) daripada

    reluktansi inti (Rc, reluctance core).

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    16/21

    GRAFIK DAN GAMBAR 

    Tugas 1: Tampilan hasil kurva B-H 

    Gambar 1. Plot biasa.

    Gambar 2. Plot logaritmik.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    17/21

    Tugas 2 : Tampilan hasil running 

    Tugas 3 : Tampilan hasil Density Plot dengan gap 1 cm 

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    18/21

    Tugas 4  : Tampilan hasil simulasi distribusi flux 

    Tugas 5 : Menghitung jumlah fluks magnet dan rapat fluks magnet pada celah

    a. Tampilan hasil perhitungan software

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    19/21

    Tugas 6 : Perbandingan hasil distribusi fluks dan nilai besaran magnetis yang dihasilkan

    a. Celah diperpendek

    b. Celah diperpanjang

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    20/21

    KESIMPULAN

    1. Sebuah magnet memiliki sifat histeresis, yaitu masih adanya sisa sifat kemagnetan pada

    suatu bahan (feromagnetik) setelah gaya magnet dihilangkan.

    2. Selalu ada perbedaan saat menghitung fluks antara kalkulasi matematis dengan

    percobaan. Hal ini terjadi karena adanya kebocoran fluks.

    3. Nilai kerapatan fluks dipengaruhi oleh luas area penampang. Semakin besar luas area 

    penampangnya, maka akan semakin lemah nilai kerapatan fluks magnet pada area 

    tersebut.

    4. Nilai kuat medan berbanding lurus dengan banyak lilitan dan besarnya arus, dan juga

    berbanding terbalik dengan panjang.

    5. Sesuai hukum Lenz, nilai total fluks akan selalu konstan karena setiap ada perubahan 

    akan selalu diikuti oleh timbulnya garis gaya magnet dari arah yang berkebalikan untuk 

    menghilangkan perubahan tersebut.

    6. Arah aliran fluks dapat diprediksi dengan menggunakan aturan tangan kanan (right

    hand’s rule).

    7. Saat celah udara diperpendek, nilai fluks yang muncul lebih besar. Sebaliknya jika celah 

    udara diperlebar, nilai fluks yang muncul lebih kecil.

    8. Saat celah udara diperpendek nilai rerata flux densitas lebih besar. Sebaliknya jika celah 

    udara diperlebar, nilai rerata flux densitas lebih kecil.

    9. Semakin besar celah udara, semakin tinggi nilai resistansi yang muncul, semakin tinggi 

    kemungkinan terjadi kebocoran fluks, sehingga nilai fluks yang terukur semakin rendah.

  • 8/17/2019 Khonsa Imaroh Unit 1

    21/21

    REFERENSI

    1.   https://en.wikipedia.org/wiki/Magnetomotive_force 

    2.   https://mulyonoabdullah.wordpress.com/ 

    3.   https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4d/Ehysteresis.PNG/270px-Eh

    ysteresis.PNG 

    4.   http://1.bp.blogspot.com/-0AEb-6gkpBM/UGUFuzyNS3I/AAAAAAAAAgU/682-IOsPy-8/s

    1600/gbr1.jpg 

    5.   http://riza-electrical.blogspot.co.id/2012/09/induktansi-bersama-dan-operasi-dasar.html 

    6.   https://modalholong.wordpress.com/2011/01/12/magnetism/ 

    7.   http://kusumandarutp.blogspot.co.id/2015/06/reluktansi-magnet-pada-rangkaian.html 

    8.   https://id.wikipedia.org/wiki/Fluks_magnetik 

    9.   http://www.allaboutcircuits.com/textbook/direct-current/chpt-14/permeability-and-saturati

    on/ 

    10. https://en.wikipedia.org/wiki/Right-hand_rule 

    11. https://en.wikipedia.org/wiki/File:Manoderecha.svg