konsep pendidikan smk dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja

Upload: herlan-iyang

Post on 15-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konsep Pendidikan SMK

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Surabaya dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Kekuatan ekonomi Surabaya dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Tingginya tingkat pengangguran di kota ini tentu tidak lepas dari masalah pertumbuhan penduduk yang didorong oleh arus urbanisasi. Upaya penciptaan lapangan kerja dengan mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata selalu diimbangi oleh meningkatnya daya tarik Surabaya bagi penduduk disekitarnya. Sehingga masalah urbanisasi merupakan kondisi yang sulit dihindari dan menambah angka pengangguran. Dengan adanya pertumbuhan sektor ekonomi serta banyaknya pencari kerja dari tamatan SMK setiap tahun, hendaknya menjadi acuan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara proporsional, agar mampu mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa pendidikan SMK di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja sesuai dengan potensi wilayah untuk masa yang akan datang. Sehingga diperlukan adanya penelitian untuk menyusun konsep peningkatan potensi wilayah dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja melalui pendidikan SMK yang dapat mendukung potensi wilayah di Surabaya.

B. PERMASALAHANPermasalahan dalam penelitian ini adalah terjadinya gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya. Sehingga muncul pertanyaan penelitian :1. Faktor - faktor apa yang menyebabkan tenaga kerja tamatan SMK tidak terserap oleh pasar kerja di Surabaya?2. Konsep apa yang tepat bagi pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya?

C. TUJUAN PENELITIANTujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan sasarannya :1. Mengidentifikasi faktor faktor penyebab ketidak terserapan tenaga kerja tamatan SMK oleh pasar kerja di Kota Surabaya.2. Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dalam rangka peningkatan potensi wilayah kota Surabaya.3. Merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Kota Surabaya.BAB IIKAJIAN TEORIA. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita, sehingga persentase pertambahannya harus lebih tinggi dari pertambahan penduduk. (Boediono dalam Tarigan, 2005).Salah satu konsep yang biasa dipakai dalam membicarakan pendapatan regional/nilai tambah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana menggambarkan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut. Pendapatan per kapita juga merupakan tolok ukur keberhasilan sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah, karena pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. (Tarigan, 2005).Menurut Nugroho, 2005, berdasarkan pendekatan penawaran dirumuskan bahwa hubungan antara hasil ekonomi wilayah dan ketersediaan sumber-sumber daya lokal yang mempengaruhi produktifitas wilayah, diantaranya modal, lahan, tenaga kerja, kewirausahaan dll. Sedangkan berdasarkan pendekatan permintaan, pertumbuhan ekonomi wilayah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang dan jasa tertentu oleh suatu wilayah, sehingga menggerakkan potensi dan sistem produksi lokal yang akan memberikan pertumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut.B. MANAJEMEN SDM DAN KETENAGAKERJAAN

Proyeksi kebutuhan SDM dipengaruhi oleh keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, serta adanya perubahan dan kecenderungan perkembangan teknologi. Permintaan SDM pada waktu yang akan datang merupakan inti dari kegiatan perencanaan ketenagakerjaan, dengan pertimbangan identifikasi lowongan pekerjaan dan bagaimana mengisi lowongan tersebut. Sedangkan penawaran dapat dilihat dari dunia kerja yang memberi kesempatan pada tenaga kerja, sehingga keduanya merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi proyeksi kondisi pasar kerja. (Sumarsono, 2003).Banyak negara menggunakan manpower-planning (Blaug, 1970 dalam Tarigan, 2005) untuk menghubungkan luaran ekonomi, kebutuhan tenaga kerja dan persyaratan lembaga pendidikan. Usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan yang didukung oleh semua pihak. Salah satu cara adalah dengan mengadakan penelusuran alumni.C. PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN

Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Dalam menyusun konsep perlu diperhatikan struktur pendidikan, komposisi usia penduduk dan ketenagakerjaan yang dapat digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini :

D. KEBIJAKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, program pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya mewujudkan kondisi yang diharapkan, dan difokuskan pada tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu : pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; serta peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik tentang pengelolaan pendidikan. Selanjutnya dikatakan bahwa SMK harus melaksanakan uji kompetensi, karena merupakan kunci dari sistem diklat kejuruan dengan pola CBT (Competency Based Training), dimana prosesnya akan ditetapkan oleh Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP) dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Uji kompetensi dimaksudkan untuk membantu dunia usaha/industri dalam merekrut dan mempromosi- kan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan memacu peningkatan kompetensi yang bersangkutan.Untuk itu SMK harus melakukan reposisi sebagai upaya penataan kembali konsep, perencanaan dan implementasi pendidikan kejuruan dalam rangka peningkatan mutu sumberdaya manusia yang mengacu pada kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja, baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun internasional. (Gatot HP : dalam Supriadi, 2002).E. SEKOLAH KEJURUAN DI LUAR NEGERI

Sebuah sistem yang disebut dengan istilah dual system, dimana secara formal tidak mempunyai persyaratan resmi, baik secara hukum maupun tingkat pendidikan/sekolah, tetapi keberadaannya dapat memberikan sertifikasi kompetensi pada suatu pekerjaan yang bersifat formal. Pada kenyataannya, peluang untuk mendapat pengakuan, dan banyaknya masyarakat yang masuk/mengikuti, karena dipastikan dapat bekerja, tergantung pada pre-qualification, karena sistem ini merupakan gabungan antara learning and working, yang menyediakan materi kejuruan untuk mengajarkan teori dan praktek.Dual system pada dasarnya adalah konsep belajar dan bekerja, dimana pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokan qualifikasi dan kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Vocational training harus bisa membagun jembatan untuk pelatihan lanjutan. Gambaran tentang dual system di Jerman dapat dilihat dalam Gambar 2 :

Gambar 2. Basic elements of dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Banyak perusahaan bersedia bekerjasana dalam program ini, karena mempunyai beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaannya dinyatakan sebagai lembaga yang memberi pertimbangan untuk offering training atau penawaran pelatihan, yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan. Diperkirakan sekitar 94% perusahaan menawarkan program ini, dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat memperoleh hasilnya di company. Ini penting karena pelatihan didalam perusahaan dapat meningkatkan kemampuan sosial dan karakteristik personal yang selalu dibutuhkan oleh para pekerja di perusahaan. Selain itu berfungsi untuk membantu promosi perusahaan terhadap para konsumennya.Karena ada tanggungjawab bersama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, maka kurikulum sekolah kejuruan dengan dual system ini masing-masing mempunyai fasilitas pelatihan tersendiri, sehingga dapat melakukan pelatihan kejuruan di kedua tempat yang berbeda. Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Vocational School Curricula(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Kerja sama dalam dual system ini diatur secara legal pada semua level (Federal Government, Lnder, region, training location) dan ini telah dijamin cukup sukses serta merupakan panduan dan koordinasi antar menteri di tingkat federal seperti the Federal Ministry of Education dan Research. Mereka memberi semangat khususnya dengan mempromosikan hubungan antara sekolah dan perusahaan vocational training pada level regional, untuk otonomi daerah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya dunia industri, perdagangan dan kerajinan.Mereka juga sepakat membiayai registrasi pelatihan dan menetapkan team penguji untuk ujian sisipan dan ujian akhir di vocational training dan further training (pelatihan lanjutan). Lebih jauh, wacana untuk aturan perorangan, wewenangnya diberikan untuk melakukan pengawasan dibawah Vocational Training Act and Handicrafts Regulation Act. Tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Responsibilities within the dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Selain Jerman, salah satu Negara di Asia yang telah berhasil menerapkan dual system adalah Vocational Technical Education (VTE) di Singapore, suatu sistim yang mempunyai peranan penting dibidang sosial dan ekonomi. Dan yang paling utama adalah bagaimana memastikan hubungan ini dengan kemampuan yang dimiliki serta nilai ekonominya. Pemerintah Singapura telah menanam investasi cukup besar di bidang pendidikan dan pelatihan, selain di universitas dan politeknik, terutama pendidikan teknis dan kejuruan di bawah ITE. Lihat Gambar 5.

Gambar 5. Phases of Singapores Development(Sumber : Institute of Technical Education, 2003)Singapore telah mengadakan restrukturisasi ekonomi yang mempunyai dampak langsung pada kemampuan pekerja yang ada. Harapannya adalah para pekerja dapat memiliki pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan yang cukup dengan menyajikan sistem pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan mutu dan memperoleh kualifikasi keterampilan teknis dengan sistem latihan dalam bidang industri serta diperkenalkan sistem yang dibentuk sesuai dengan pola Dual System.

F. SISTEM MANAJEMEN

Berdasarkan kajian teori tentang sistem manajemen pada lembaga pendidikan dalam jurnal pendidikan (Slamet PH, 2000) disebutkan bahwa sekolah sebagai sistem, secara universal memiliki tiga komponen yaitu :1. Input adalah segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya sebuah proses yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen dan sumberdaya.2. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain meliputi proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pemotifasian semua komponen, koordinasi, belajar mengajar serta monitoring dan evaluasi.3. Output adalah suatu hasil yang dapat dijamin kepastian hasil, meliputi kinerja yang dapat diukur dari efektifitas, kualitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerjanya, nilai surplus dan moral kerjanya.Unsur-unsur pembentuk sistem yang kurang lengkap akan berakibat tidak adanya jaminan kepastian tentang hasil (output) pendidikan. Sistem yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Sistem kinerja SMK (diolah) Pendekatan sistem dalam organisasi memandang bahwa organisasi sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berinteraksi, berkorelasi dan berdependensi sebagai suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Titik berat teori pendekatan sistem adalah memandang sebuah organisasi sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Usman, 2006).Menurut Dobson dan Swafford, 1980 dalam Danim (2004), untuk menyusun konsep kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja, lembaga sekolah didorong menjadi penghasil tenaga kerja terampil dan spesialis dibidangnya. Selanjutnya dikatakan bahwa usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan yang didukung oleh semua kalangan. BAB III

METODOLOGI PENELITIANA. ALUR PENELITIAN

Dalam metoda penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis, variabel penelitian, tahapan penelitian dan hasil penelitian.Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka secara sistematis dapat dilihat dalam Gambar 3.1 tentang alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1. Alur PenelitianBerdasarkan jenis data di lapangan, maka teknik analisis yang relevan dengan proses identifikasi faktorfaktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja serta untuk merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya menggunakan 3 (tiga) teknik analisis :B. METODE ANALISIS STAKEHOLDERSAnalisis yang digunakan dalam penentuan responden adalah analisis stakeholders, dimana pemilihannya berdasarkan kapasitas dan kompetensinya di dalam lingkup pendidikan, perdagangan, perhotelan dan restoran, SDM dan ketenagakerjaan, potensi wilayah yang terkait antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.C. METODE ANALISIS DELPHIAlasan digunakan teknik analisis Delphi adalah untuk mengolah data kualitatif yang diperoleh dari para expert melalui kuestioner dan wawancara yang mempunyai tingkat validasi tinggi karena dilakukan oleh para ahli serta melalui iterasi minimal dua atau tiga kali. Pengertian dasar teknik delphi merupakan teknik expert opinion polling dan merupakan prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh dan membuat opini tentang peristiwa di masa depan. Secara jelasnya teknik dan tahapan analisis dapat dijelaskan pada Gambar 3.2. dibawah ini :

Gambar 3.2. Tahapan Analisis DelphiD. METODE AHPAnalytic Hirarchy Process (AHP) adalah merupakan salah satu metode yang membantu dalam masalah pengambilan keputusan serta untuk menentukan skala prioritas dalam penyusunan konsep. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan yang memerlukan multikriteria.

Setelah faktor-faktor penyebab ketidakterserap-an tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dapat diidentifikasi, maka variabel penelitian tersebut disusun dalam bentuk instrumen dan dimintakan penilaian atau pendapat kepada responden, untuk menyusun struktur hierarki guna merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya.BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL ANALISA STAKEHOLDERSWawancara dan kuesioner dalam penelitian ini melibatkan beberapa expert untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, baik secara individu, kelompok maupun kelembagaan. Adapun hasil identifikasi dan pengelompokan expert dengan analisis stakeholders menurut kepentingan dan pengaruh terhadap perumusan konsep.Dari hasil pemetaan stakeholders tersebut, maka ditemukan beberapa kelompok instansi yang sangat berpengaruh (Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan Propinsi Jawa Timur, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pariwisata dan DPRD Kota Surabaya) serta yang sangat berpengaruh sekali (Dinas Pendidikan, Pihak dunia kerja dan SMK yang ada di Surabaya) dalam merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya.B. HASIL ANALISA DELPHIBerdasarkan hasil analisa, teridentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya antara lain :a. Kondisi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas.b. Banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.c. Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja tamatan SMK belum dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.d. Dinamika penduduk kota Surabaya sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama masalah urbanisasi.e. Tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi dunia kerja.f. Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia kerja dengan dunia pendidikan, sehingga menimbulkan dampak ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja.g. Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer.h. Sistem penilaian yang dilaksanakan masih belum sesuai dengan kondisi prosedur kerja.i. Adanya gap yang cukup tinggi antara pemahaman, proses dan hasil dari sistem uji kompetensi pada dunia pendidikan dengan dunia kerja.Adapun kompetensi tenaga kerja tamatan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di surabaya adalah, tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki sertifikat kompetensi tingkat nasional/ internasional.C. HASIL ANALISA AHPBerdasarkan hasil eksplorasi pendapat para expert dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan kita selama ini kurang dijiwai oleh berfikir sistem, sehingga tidak berwawasan multidisiplin, interdisiplin dan lintas disiplin.Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, maka dilakukan penghitungan pembobotan dari 15 responden tersebut, untuk mendapatkan nilai eigenvector. Selanjutnya dinormalisasi hingga mendapatkan nilai CI dan CR