konsepsi jenjang belajar menurut kearifan lokal makassar

Upload: rizal-mustari-salta

Post on 12-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    1/7

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    2/7

    KEARIFAN LOKAL MEMBENTUK PEMBELAJAR YANG

    BERKEPRIBADIAN

    A. Konepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    Salah satu hal yang tidak bisah dipisahkan dalam dunia pendidikan ialah

    konsepsi jenjang belajar. Dalam pendidikan, ada beberpa jenjang yang harus

    dialaui sesusai kemampuan yang peserta didik. Jenjang yang dimaksud mulai

    dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

    Sulawesi Selatan sebagai daerah yang kaya akan budaya dan kearifan lokal

    memiliki cara tersendiri untuk menguji seorang siswa jika hendak memasuki

    jenjang sekolah dasar. Bukan lagi pemandangan yang aneh jika kita melihat

    orang tua menyuruh buah hatinya memegang kuping kirinya dengan tangan

    kanan melewati atas kepalanya. Hal ini dilakukan biasa dilakukan oleh anak

    sebelum ia memasuki pendidikan sekolah dasar.

    Kebiasaan ini sangat sederhana kita lihat, tetapi kalau di antara kita ditanya

    tentang maknanya maka tidak sedikit diantara kita yang hanya bisa terdiam.

    Yang selama ini kita kenal hanyalah teori John Piaget yang tenar pada era 1950-

    an. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai

    usia golongan menengah di Swiss. Menurut Piaget, anak usia 7 tahun sudah

    berada di fase operasional konkrit. Artinya sudah mampu berpikir matematis

    dengan bantuan benda konkrit. Oleh sebab itu sudah pantas belajar di SD

    (Sekolah Dasar).Namun jauh sebelum itu, orang tua kita punya cara tersendiri

    untuk menguji anaknya apabila hendak memasuki jenjang SD. Namun sayang,

    kita belum banyak mengetahui apa makna dari kebiasaan tersebut.

    Henry Ford Hospital di Amerika Serikat sempat melakukan sempat

    mengamati 5000 orang dan mengolah datanya sebanyak 700 orang. Dari hasil

    penelitian didapatkan, Sebaliknya pada partisipan yang lebih sering memegang

    ponsel dengan tangan kanan, aktivitas otak kirinya lebih dominan dibandingkan

    otak kanan. Dilihat dari fungsinya, otak kiri lebih dominan mengatur

    kemampuan berbahasa dan berbicara, berlogika dan berpikir sistematis

    Kembali kepada kebiasaan orang tua kita, mungkin salah satu alasan

    ilmiah kenapa setiap anak yang hendak memasuki jenjang SD harus memegang

    kuping kiri dengan tangan kanan ialah ingin menguji kemampuan otak kiri

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    3/7

    seorang anak. Karena jika otak kiri sudah mampu bekerja dengan baik, tentu

    kemampuan matematisnya mulai berkembang.

    Jika hal ini benar, maka tentu kebiasaan orang Bugis-Makassar memegang

    telinga kiri dengan tangan kanan melalui atas kepala hanyalah adalah sebuah

    metode untuk menguji kemampuan berpikir matematis seorang anak. Hal ini

    tentu didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa anak yang berada dalam

    fase operasional konkrit sudah mampu berpikir matematis dan sudah layak untuk

    menempuh jalur penddikan di jenjang SD.

    B. Konsepsi Disiplin Belajar

    Disiplin belajar merupakan kesadaran diri yang muncul dari pribadi

    seseorang untuk terus belajar. Dengan disiplin belajar, maka diharapkan

    sesorang belajar dengan suka cita atau tanpa ada unsur paksaan. Pengaplikasian

    disiplin belajar tentu tidaklah semudah mendefinisikannya. Hal ini dikarenakn

    seseorang harus terus bertanya kepada dirinya mengapa ia harus belajar dan

    belajar. Karena untuk mampu disiplin dalam belajar memerlukan suatu

    perenungan untuk terus bertanya pada diri mengapa saya harus belajar hingga

    orang tersebut memperoleh suatu alasan yang mendalam dan memuat

    spiritualitas, emosi dan kognitif mengapa harus belajar.Untuk menumbuhkan disiplin belajar ini, maka senantiasa dibutuhkan

    motivasi belajar yang menjadi stimulan-stimulan kepada peserta didik untuk bisa

    tetap belajar. Orang Bugis-Makassar tidak dikenal dengan sikapnya dalam

    berusaha yang pantang untuk menyerah. Hal itu terungkap dalam salah satu

    peribahasa Bugis- Makassar yang berbunyi Le'ba kusoronna biseangku,

    kucampa'na sombalakku, tamassaile punna teai labuang (Kalau perahu telah

    kudorong, layar telah terkembang, takkan berpaling kalau bukan pelabuhan). Pepatah di atas mempunyai makna bahwa ketika telah ada kemauan maka

    seharusnya tidak ada satupun yang bisa menghalangi kita untuk berhenti sampai

    tujuan akhir kita tercapai. Menurut orang tua kita, jika cita-cita telah

    digantungkan maka tidak boleh berhenti mengejarnya sebelum cita-cita itu kita

    gapai. Ibarat sebuah bahtera yang telah berlayar meninggalkan dermaga, maka ia

    pantang kembali melainkan terus berlayar mengarungi lautan hingga

    menemukan tempat berlabuh selanjutnya.

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    4/7

    Hal inilah yang banyak dilupakan oleh kau pelajar di daerah kita. Ibarat

    hanya dianggap sebagai rutinitas belaka tanpa ada tujuan yang hendak dicapai,

    Akhirnya, jika sudah menghadapi masalah dalam belajar, belajarnya mulai tidak

    disiplin dan pendidikannya pun menjadi taruhannya.

    C. Konsepsi Guru

    Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan

    Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

    peserta didik pada pendidikananak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

    dasar, dan pendidikan menengah.

    Namun menjadi seorang guru tidaklah semudah membaca rumusan

    undang-undang di atas. Menjadi seorang guru bukan hanya bekerja mencari

    nafkah, akan tetapi ada tugas yang lebih mulia daripada itu. Mencerdaskan

    generasi muda, mendidik anak bangsa baik moral dan intelektualnya adalah

    tugas yang lebih penting dan lebih sulit daripada mencari nafkah itu sendiri.

    Karena begitu susahnya menjadi seorang guru, Syekh Yusuf Al-Makassary

    pernah berujar Man la syaik lahu fassayaitanu syaikhuhu (barang siapa yang

    tidak memiliki guru, maka setanlah gurunya). Sikap seorang guru akan menjadi refleksi bagi peserta didiknya. Sikap

    yang baik tentu akan membawa energi positif bagi murid-muridnya. Akan tetapi

    perilaku yang buruk tentu akan mendatangkan malapetaka yang besar baik bagi

    dirinya maupun kepada lingkungan sekitarnya.

    Untuk menjadi guru yang baik inilah yang menjadi pertanyaan besar bagi

    kita semua. Karena akan percuma jika guru hanya diartikan sebagai orang yang

    mata pencahariannya mengajar. Namun, sadar atau tidak, konsepsi guru inisudah lama dikenal dalam kehidupan Bugis-Makassar meskipun dikenal dengan

    istilah yang berbeda. Dalam kehidupan kita dikenal panrita, gurutta, dan anre

    gurutta. Ketiganya berada dalam satu hierarki yang sama. Dan anregurutta

    menempati urutan teratas dalam hierarki keulamaan suku Bugis-Makassar.

    Salah satu pappasang yang menjadi pegangan agar bisa menjadi sosok

    guru yang memiliki kepribadian ialah: Ikatte jarung naikambe bannang

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    5/7

    panjaik, kalaukko jarung namamminawang bannang panjaik (Jarumlah engkau

    dan kami benang jahit, bergeraklah jarum maka benang akan mengikuti).

    Dalam kehidupan Bugis-Makassar, guru diibaratkan sebagai jarum yang

    senantiasa diikuti oleh benang. Peserta didik ialah benang yang senantiasa taat

    kepada gurunya. Oleh karena itu dalam kehidupan Bugis-Makassar, perilaku

    seorang peserta didik bisa merupakan refleksi dari sikap peserta didiknya.

    Hal ini dikarenakan hubungan emosional yang sanagat erat antara guru

    dengan masyarakat Bugis-Makassar membuatnya menjadi sorotan baik dirinya

    maupun keluarganya. Oleh karena, dalam kehidupan Bugis-Makassar seorang

    guru tidak hanya dilihat dari sisi keilmuannya akan tetapi akhlakul karimahnya

    pun menjadi dominan dalam menilai anregurutta yang dalam keseharian dikenal

    dengan istilah ampe-ampe madeceng.

    D. Konsepsi Cara Mengajar

    Konsepsi guru dalam kehidupan Bugis-Makassar di atas telah menjelaskan

    bagaimana kedudukan seorang guru dan perannya yang sangat sentral. Untuk

    menjadi pribadi seperti di atas maka salah satu hal yang perlu diperbaiki iala

    cara mengajar. Cara mengajar tentu akan memperlihatkan tingkat keilmuan dankearifan seorang guru.

    Dalam kehidupan Bugis-Makassar, seseorang hanya dinilai melaui amal

    atau hasil karyanya. Hal ini digambarkan dalam pepatah makassar yang berbunyi

    Eja tonpi sedeng na dowang (nanti merah baru dikatakan udang).

    Pepatah di atas memiliki makna bahwa setiap orang harus memiliki atribut

    yang bisa menjadi tanda pengenalnya. Atribut yang dimaksud bukan papan nama

    dan sebagainya akan tetapi sebuah karya atau hasil kerja. Hal ini juga seringdiungkapkan dalam peribahasa Indonesi yang berbunyi harimau mati

    meninggalkan loreng, gajah mati meninggalkan gading.

    Selain itu, seorang pendidik juga diharapkan mampu mengaplikasikan apa

    diajarkannya delam kehidupan sehari-harinya. Perkataan seorang pendidik harus

    selaras dengan perilakunya. Hal ini tentu akan menjadi modal utama untuk

    menjadi pengajar dengan baik. Orang Bugis-Makassar menyebutnya Taro ada

    taro gau (Perkataan selaras dengan perbuatan).

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    6/7

    Dari pepatah di atas semoga bisa menjadi motivasi bagi pendidik untuk

    bisa memperbaiki kinerjanya agar dia bisa dikenal dengan dedikasinya terhadap

    dunia pendidikan.

    E. Konsepsi Cara Belajar

    Salah satu konsepsi belajar yang dikenal di masyarakat Bugis-Makassar

    tergambar jelas dalam pappasangnya. Salah satu pappasang yang secara

    gamblang menjelaskan konsepsi belajar yang baik ialai Najunjungi tainna ri

    ulunna (Dia menjunjung tahinya di atas kepalanya).

    Pappasang di atas maksudnya tidak mempergunakan akalnya dengan baik.

    Belajar tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruangan kelas, akan tetapi selama

    akal masih bisa difungsikan dengan baik, maka selama itu pula kita bisa belajar.

    Pernyataan ini didukung oleh salah satu paham dalam pendidikan yaitu konsep

    pendidikan sepanjang hayat.

  • 7/21/2019 Konsepsi Jenjang Belajar Menurut Kearifan Lokal Makassar

    7/7

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim a. 2013. Peribahasa Bugis Makassar. http://id.wikiquote.org. Diakses pada

    tanggal 30 September 2013 di Makassar.

    Kadir, Ilham. 2013. Gurutta, Anreguru, dan Panrita. http://www.buletinsia.com.

    Diakses pada tanggal 20 September 2013 di Makassar.

    Pramudiardja, Uyung. 2012. Ciri Orang Kreatif, Menelpon Menggunakan Tangan Kiri.

    http://www.detiknews.com. Diakses pada tanggal 30 September 2013 di Makassar.

    Sido, Fandi. 2012. Pesan Terlupakan dalam Bahasa Makassar.

    http://bahasa.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 30 September 2013 di Makassar.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 Tentang

    Guru dan Dosen.