kriteria drug terget

55
PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN MERUPAKAN SUATU PRINSIP MELALUI DISTRIBUSI OBAT PADA ORGANISME Y ANG DI ARAHKAN P ADA SUA TU CARA DI MANA FRAKSI MA YOR BERI NTER- AKSI HANYA SEMATA-MATA DENGAN JARINGAN TARGET ATAU SASARAN DI TINGKAT SELULER A T AU SUBSELULER. SECARA TEORITIS, SISTEM PENGHANTRAN OBA T Y ANG SELEKTIF A TAU PADA SASARAN DAP A T MEMPERBAIKI HASIL KEMOTERAPI MELALUI SATU ATAU LEBIH PROSES BERIKUT : 1. MELALUI FRAKSI MAKSIMUM DARI MOLEKUL OBAT YANG DIHANTARKAN UNTUK HANY A BEREAKSI DENGAN S EL (MISALNYA KANKER) T ANPA MEMBERIKAN EFEK SAMPING PADA SEL NORMAL 2. MELALUI DISTRIBUSI MENDAHULUI, DARI OBAT KE SEL SASARAN I. a. PENGHANTARAN ORDER PERT AMA IV. a. PENGHANTARAN LANGSUNG KE TEMPA T b. PENGHANTARAN ORDER KEDUA b. PENGHANTARAN MENJAUHI TEMPAT c. PENGHANTARAN ORDER KETIGA II. a. PENGHANTARAN ORGAN V . a. PENGHANTARAN BIOKIMI A b. PENGHANTARAN SELULAR b. PENGHANTARAN BIOMEKANIK c. PENGHANTARAN SUBSELULAR c. PENGHANTARAN BIOFIS IK d. PENGHANTARAN BIOADESIF III. a. PENGHANTARAN P ASIF VI. a. TERGANTUNG PEMBA W A b. PENGHANTARAN AKTIF b. TIDAK TERGANTUNG PEMBA W A c. PENGHANTARAN FISIKOKIMIA

Upload: inas-ghausani

Post on 17-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN MERUPAKAN SUATU PRINSIP MELALUI DISTRIBUSI OBAT

    PADA ORGANISME YANG DIARAHKAN PADA SUATU CARA DIMANA FRAKSI MAYOR BERINTER-

    AKSI HANYA SEMATA-MATA DENGAN JARINGAN TARGET ATAU SASARAN DI TINGKAT SELULER

    ATAU SUBSELULER.

    SECARA TEORITIS, SISTEM PENGHANTRAN OBAT YANG SELEKTIF ATAU PADA SASARAN DAPAT

    MEMPERBAIKI HASIL KEMOTERAPI MELALUI SATU ATAU LEBIH PROSES BERIKUT :

    1. MELALUI FRAKSI MAKSIMUM DARI MOLEKUL OBAT YANG DIHANTARKAN UNTUK

    HANYA BEREAKSI DENGAN SEL (MISALNYA KANKER) TANPA MEMBERIKAN EFEK

    SAMPING PADA SEL NORMAL

    2. MELALUI DISTRIBUSI MENDAHULUI, DARI OBAT KE SEL SASARAN

    I. a. PENGHANTARAN ORDER PERTAMA IV. a. PENGHANTARAN LANGSUNG KE TEMPAT

    b. PENGHANTARAN ORDER KEDUA b. PENGHANTARAN MENJAUHI TEMPAT

    c. PENGHANTARAN ORDER KETIGA

    II. a. PENGHANTARAN ORGAN V. a. PENGHANTARAN BIOKIMIA

    b. PENGHANTARAN SELULAR b. PENGHANTARAN BIOMEKANIK

    c. PENGHANTARAN SUBSELULAR c. PENGHANTARAN BIOFISIK

    d. PENGHANTARAN BIOADESIF

    III. a. PENGHANTARAN PASIF VI. a. TERGANTUNG PEMBAWA

    b. PENGHANTARAN AKTIF b. TIDAK TERGANTUNG PEMBAWA

    c. PENGHANTARAN FISIKOKIMIA

  • DARI TABEL MENGHADIRKAN BERBAGAI KALSIFIKASI PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN

    TINGKAT PERTAMA MANGACU KEPADA LOKALISASI OBAT PADA DASAR KAPILER DARI TEMPAT

    TARGET-ORGAN ATAU JARINGAN.

    BAGIAN YANG SELEKTIF DARI OBAT MENUJU SASARAN (MISALNYA TUMOR) MELAWAN SEL NOR-

    MAL DENGAN TARGET UTAMA MEMENUHI SYARAT KEJADIAN ATAU GEJALA UNTUK PENGHAN-

    TARAN TINGKAT KEDUA DAN TRANSPORT INTRASELULAR DARI OBAT-OBAT MELALUI CARA

    PENGGABUNGAN SEL, ENDOSITOSIS, ATAU PINOSITOSIS, MENCAPAI PENGHANTARAN OBAT TING-

    KAT KETIGA. HAL INI MENYEBABKAN PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN TINGKAT KETIGA PA-

    LING SULIT UNTUK MENYELESAIKAN DAN JUGA MEMBUTUHKAN SUATU CARA YANG MENAN-

    TANG PADA PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN TINGKAT PERTAMA DAN KEDUA.

    PENGHANTARAN TINGKAT PERTAMA DITENTUKAN SECARA UMUM MELALUI BENTUK DAN UKUR-

    AN DENGAN SIFAT BAHAN YANG SAMA BAIK DARI PEMBAWA DAN MELALUI RUTE PEMBERIAN-NYA,

    SEDANGKAN PENGHANTARAN TINGKAT KEDUA DAN KETIGA TERGANTUNG KEPADA INTER-AKSI

    PALING KHUSUS ANTARA PEMBAWA, OBAT DAN SEL TARGET.

    KLASIFIKASI KEDUA, DENGAN KATEGORI PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN SEBAGAI PROSES

    ORGAN, SELULAR DAN SUBSELULAR, YANG ANALOG DENGAN PROSES TINGKAT PERTAMA, KEDUA

    DAN KETIGA.

    BERDASARKAN KLASIFIKASI KETIGA, PENGHANTARAN OBAT PASIF MENGACU PADA SIFAT DEPO-

    SISI IN VIVO DARI PEMBAWA OBAT DI DALAM TUBUH. INI DAPAT DISELESAIKAN MELALUI PENGA-

    WASAN UKURAN OBAT, PEMBAWA DAN RUTE PEMBERIANNYA.

    PENGHANTARAN OBAT AKTIF MEMBUTUHKAN PANDUAN OBAT ATAU PEMBAWA OBAT KE SEL

    SPESIFIK DALAM SUATU CARA YANG BERBEDA DARI DISPOSISI NORMALNYA PADA ORGANISME.

    PEMBAWA ATAU TEKNIK YANG DITANDAI UNTUK PENGHANTARAN AKTIF MESTI MEMPUNYAI SI-

    FAT YANG MEMINIMAL PENGHILANGAN OBAT DARI SEL NORMAL TUBUH, TERUTAMA FAGOSIT

    DARI SISTEM RETIKULOENDOPLASMIK.

  • SUATU CONTOH YANG BAIK DARI PENGHANTARAN OBAT AKTIF ADALAH KONJUGASI OBAT-OBAT

    DENGAN ANTIBODI KHUSUS KE ANTIGEN SEL TARGET ATAU MEMBAWANYA MELALUI PEMBAWA

    OBAT YANG RESPONSIF SECARA MAGNETIK.

    PADA KLASIFIKASI KE EMPAT, PENDEKATAN YANG MELIBATKAN PENGHANTARAN OBAT PASIF,

    AKTIF ATAU DASAR FISIKA-KIMIA, DAPAT DIKELOMPOKKAN KE DALAM TEMPAT PENGHANTAR-AN

    OBAT LANGSUNG KE SASARAN. BAGAIMANAPUN, PADA WAKTU PENGGUNAAN DARI HAL YANG

    KHUSUS MUNGKIN TIDAK MEMERLUKAN PENGHANTARAN OBAT YANG DIPILIH KE SEL TARGET,

    AKAN TETAPI HAL INI MUNGKIN MENGURANGI PENGHANTARAN OBAT KE SEL NORMAL YANG PA-

    LING MUDAH DISERANG.

    TEKNIK PENGHANTARAN OBAT YANG MENGHINDARI TEMPAT INI DIPERTIMBANGKAN. APLIKASI

    LIPOSOM UNTUK MENGURANGI KARDIOTOKSISITAS DARI DOKSORUBISIN MERUPAKAN CONTOH

    YANG BAIK DARI JENIS PENGHANTARAN INI.

    BEBERAPA CARA LAIN MENGKLASIFIKASIKAN PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN BERDASAR-

    KAN TRANSPORT PEMBAWA MELEWATI JARINGAN TARGET PEMBULUH DARAH KECIL. OLEH KA-

    RENA ITU, BERDASARKAN KLASIFIKASI KELIMA, PENGHANTARAN BIOKIMIA MENGACU KEPADA

    TRANSPORT EKSTRAVASKULER MELALUI INTERAKSI SPESIFIK ANTARA LIGAN SEL TARGET DAN

    PEMBAWA OBAT.

    PENGHANTARAN KE SASARAN SECARA BIOKIMIA MENGACU KEPADA PENGHANTARAN OBAT

    EKSTRAVASKULAR MELALUI PEMBUKAAN DAERAH SEMENTARA DARI PERSIMPANGAN ENDOTHE

    LIAL SEBAGAI HASIL DARI KETIDAKSEIMBANGAN OSMOTIK ATAU EMBOLISASI AKIBAT ANOKSIA.

    PENGHANTARAN BIOFISIK MENGACU KEPADA TARIKAN MAGNETIK DARI PEMBAWA OBAT YANG

    RESPONSIF MELALUI ENDOTHELIUM ATAU MENGGUNAKAN PEMBAWA YANG SENSITIF TERHADAP

    SUHU DENGAN HIPERTEMIA DAERAH YANG COCOK.

    PENGHANTARAN BIOADHESIF KOMBINASI DENGAN BIOKIMIA DAN BIOFISIK MEMPENGARUHI SU-

    ATU PROSES, MISALNYA DALAM PENGIKATAN SPESIFIK DARI PEMBAWA OBAT PADA ENDOTHELI-

    UM YANG DIAKIBATKAN OLEH KERUSAKAN SEMENTARA PADA BARRIER PEMBULUH DARAH KE-

    CIL, YANG PADA AKHIRNYA TERCAPAI PERPINDAHAN EKSTRAVASKULAR DARI PEMBAWA OBAT.

  • PADA TEMPAT PENGHANTARAN OBAT DALAM JARINGAN TARGET PROSESNYA DAPAT DITETAP-KAN

    SEBAGAI PEMBAWA DEPENDENT ATAU PEMBAWA NON DEPENDENT.

    AWALNYA, PEMBAWA OBAT DIBAWA KE SEL TARGET DAN TERJADI PELEPASAN OBAT SECARA

    INTRASELULAR, AKHIRNYA OBAT LEPAS DARI PEMBAWA, YANG TERJADI SECARA EKSTRAVAS-

    KULAR. KARENA ITU AKSI OBAT DI DALAM SEL TARGET TIDAK DIPENGARUHI OLEH PEMBAWA.

    BENTUK LAIN DARI PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN MENGACU PADA SIFAT DEPOSISI IN VIVO

    DARI PEMBAWA OBAT DI DALAM TUBUH ATAU PENGGOLONGAN PENGHANTARAN OBAT PADA

    PROSES ORGAN, SELULAR DAN SUBSELULAR.

    JADI PENDEKATAN YANG MELIBATKAN PENGHANTARAN OBAT PASIF, AKTIF ATAU DASAR FISIKA-

    KIMIA DAPAT DIKELOMPOKKAN KE DALAM PENGHANTARAN OBAT LANGSUNG KE TEMPATNYA.

    PENYAKIT KANKER SERING DIJUMPAI SEBAGAI PENYAKIT TERLOKALISASI. PEMBEDAHAN ATAU

    PENGOBATAN RADIASI TIDAK SELALU MEMUNGKINKAN ATAU MEMBERIKAN ARTI. PENGHAN-

    TARAN OBAT LANGSUNG KE SASARAN MERUPAKAN SALAH SATU CARA PENGOBATAN ANTITU-MOR

    SETEMPAT ATAU LOKAL.

    PENGHANTARAN OBAT TERKONTROL SECARA MAGNET MERUPAKAN SATU DARI BERBAGAI KE-

    MUNGKINAN PENGHANTARAN OBAT KE SASARAN.

    TEKNOLOGI INI DIDASARKAN ATAS PENGIKATAN OBAT ANTIKANKER YANG TELAH TERBUKTI

    (ESTABLISH) DENGAN FERROFLUIDS, DIMANA OBAT TERKONSENTRASI PADA DAERAH YANG DIO-

    BATI (TEMPAT TUMOR) MELALUI MEDAN MAGNIT. KEMUDIAN, OBAT DIKELUARKAN DARI FERRO-

    FLUIDS DAN MEMBERIKAN AKSI YANG DIINGINKAN.

    APLIKASI MUTAKHIR DARI FERROFLUIDS (CAIRAN MAGNET) YANG MENGALAMI KONJUNGSI DE-

    NGAN MEDAN MAGNIT, DAN INI MERUPAKAN KEMAJUAN TERAKHIR DALAM APLIKASI MEDIK,

    TERUTAMA PADA PENGOBATAN ANTIKANKER.

  • SISTEM PENGHANTARAN OBAT YANG DIUJI RUTE PEMBERIAN

    MEDIA CAIR BLEOMISIN INTRATUMORAL

    FAKTOR NEKROSIS TUMOR INTRATUMORAL

    VINBLASTIN SULFAT INTRATUMORAL

    EMULSI W/O/W BLEOMISIN INTRATUMORAL

    EMULSI O/W MITOMISIN INTRATUMORAL

    EMULSI S/O BLEOMISIN INTRATUMORAL

    LIPOSOM BLEOMISIN INTRATUMORAL

    ANALOG CISPLATIN INTRAVENA

    DAUNORUBISIN INTRAARTERI

    DOKSORUBISIN INTRAVENA

    MIKROSFER STARCH CARMUSTIN INTRAARTERI

    FLUROURASIL INTRAARTERI

    MITOMISIN INTRAARTERI

    DOKSORUBISIN INTRAARTERI

    MIKROKAPSUL ETILSE CISPLATIN INTRAARTERI

    LULOSA MITOMISIN INTRAARTERI

    MIKROSFER ALBUMIN CISPLATIN INTRAARTERI

    DOKSORUBISIN INTRAARTERI

    MITOMISIN INTRAARTERI

    POLI(la) MIKROSFER AKLARUBISIN INTRAARTERI

    POLI(MTKL) NANOPARTIKEL DOKSORUBISIN INTRAVENA

    ANTIBODI VINDESIN INTRAVENA

  • Kemajuan dalam biologi sel dan molekuler membantu

    dalam pengertian lebih jauh tentang fisiologi normal maupun

    patologis. Telah diyakini bahwa suatu pengetahuan baru akan

    menghasilkan definisi yang lebih jelas tentang tingkatan penyakit

    dan manajemennya melalui intervensi biokimia. Pengontrolan

    ekspresi gen yang lebih baik dalam eukariota dan prokariota

    mengarah kepada produksi mediator peptidergik homolog dan

    heterolog sangat spesifik dan kompleks.

    Kemampuan Biologis Bagi Penghantaran

    Obat Tempat Spesifik

    Jelas bahwa obat yang digunakan saat ini tergantung pada dua

    proses untuk menjamin efisiensi dan keamanan, yaitu pertama,

    bahwa setelah pencapaian tempat aksi secara pasif, obat mampu

    untuk berinteraksi secara spesifik dengan reseptor

    farmakologisnya dan kedua, bahwa kapasitas tubuh untuk

    mendetoksifikasi dan mengeliminasi obat yang tidak diinginkan,

    sehingga efek yang tidak diinginkan tidak akan timbul.

  • Sebagai contoh adalah masalah zat sitotoksik atau kortikosteroid

    untuk antiinflamasi.

    Juga penggunaan mediator peptidergis yang menyerupai parakrin

    dan endokrin, bila diberikan sebagai obat dengan pembagian dosis

    tradisional, dapat dikatakan tidak efisien, sering disebabkan

    disposisi dan penempatannya yang meluas, inaktifasi yang cepat

    (katabolis dan ektraksi hati), ekstravasasi yang bervariasi dan

    tidak efisien, dan memiliki toksisitas yang sangat tinggi karena

    level sirkulasi yang tinggi dibutuhkan untuk mencapai tempat

    kerjanya.

    Agar penghantaran obat tempat spesifik terjadi, sistim terapi mesti

    dirancang sedemikian rupa sehingga sediaan yang memiliki fungsi

    pencapaian tempat dan penahanan, bahwa masalah waktu

    pelepasan bisa menjadi penting untuk penggunaan obat yang

    mendatangkan hasil. Pendekatan kepada penghantaran tempat

    spesifik termasuk sintesa de novo bangun (menggunakan

    pendekatan sintesis dan bioengineering) dan/atau penggunaan

    sistim pembawa.

  • Pensasaran obat adalah istilah kerjanya, meskipun ini hanya

    dalam tahun terakhir bahwa kesempatan biologis yang ada untuk

    penghantaran tempat spesifik telah dielusidasi.

    Hal ini telah diikuti dari pengertian kesempatan dan hambatan

    anatomis dan patofisiologis dan dari pertimbangan sifat alami

    interaksi obat dengan penyakit termasuk, sebagai contoh, dengan

    mediator peptidik, respon sel sasaran, hubungan dosis-respon yang

    unik, dan pengaruh efek waktu pada ini, lokalisasi intravaskuler ke

    ekstravaskuler yang dibutuhkan, efek samping yang berpotensi

    dan penggunaan klinis sistem terapi yang dikembangkan.

    Dua tipe sistim dapat dikatakan sebagai pembawa obat yaitu

    partikulat dan (bio)(makro) molekul yang mudah larut. Kegunaan

    partikel koloidal dan non koloidal sebagai penghantaran obat

    tempat spesifik (POTS) akan dijelaskan berkenaan dengan

    kemampuan biologis yang terjadi.

  • Pembawa partikulat berukuran 20 nm 200 m telah disarankan

    karena, (a) dugaan obat ini dapat dilepas secara terkontrol dan

    perlahan, dan (b) jalur biologis yang unik yang mana dapat

    dimiliki oleh material.

    Referensi akan berpusat sekitar gambaran dari penggunaan,

    penahanan dan waktu. Partikel dapat berupa monolitik atau

    kapsular dan termasuk suatu bangun sebagai nanopartikel lipid

    dan protein liposom dan sebagainya

    Bagaimanapun masih dipertentangkan bahwa pengetahuan saat ini

    menyatakan bahwa ketidakmampuannya meninggalkan sirkulasi

    umum pembawa partikulat hanya memiliki kegunaan yang terbatas

    kepada sasaran biokimia atau selular diantara vaskulatura, untuk

    memisahkan bahagian anatomi atau kepada sasaran ekstravaskular

    pada daerah yang sangat spesifik, atau dimana kondisi patologis

    mengizinkannya.

    Tabel 1 memberikan sifat-sifat yang kelihatan dibutuhkan untuk

    pembawa tempat spesifik.

  • Tabel 1. Karakteristik ideal sistem POTS

    Faktor-faktor biologis : -Pembawa vaskular kepada tempat aksi -Penempatan pada tempat (secara aktif dan pasif) -Saluran epi-dan/endotelial -Distribusi obat terbatas kepada tempat sasaran -Perlindungan obat dan host satu sama lainnya -Pelepasan terkontrol oleh proses-proses biologis -Pelepasan yang berhubungan dengan kepekaan target

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan obat : -Modalitas terkontrol dan frekwensi lepas -Tidak ada pelepasan yang prematur selama transit -Kadar yang cukup dari obat yang dibawa

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembawa -Kompetibel secara biologis -Dapat didegradasi/ekskresi -Tidak ada modulasi pembawa dari penyakit -Menyenangkan dan murah untuk dibuat dan diformulasi -Sistem stabil secara kimia dan fisika dalam bentuk sediaannya

  • Pertimbangan Anatomis Dan Fisiologis

    Dua bentuk kontak partikel ditentukan terutama oleh lokalisasi

    biologisnya yaitu ukuran dan karakter permukaan.

    POTS dengan partikel tergantung kepada kombinasi

    peristiwa/halangan/kemampuan anatomis dan pato-fisiologis,

    termasuk bahagian yang dapat dicapai secara anatomis, dan proses

    selular normal dan disfungsi dari kedua tipe aktif dan pasif.

    Kesempatan biologis ini akan dievaluasi selanjutnya, dengan

    memberikan contoh beberapa kemungkinan potensi terapeutik

    yang dapat timbul.

    Ciri Bagian Anatomi Beberapa bagian anatomi berada, dimana pengenalan langsung

    partikulat menyebabkan penahanan yang disebabkan oleh fisika

    ruang. Kesempatan ini terjadi untuk pengobatan penyakit yang

    membutuhkan dosis yang tepat dan lepas diperlambat pada

    tempatnya.

  • Bahagian tersebut seperti mata, persendian, vagina, anus dan alat

    pernafasan.

    Penting sekali, meskipun partikel kecil kurang dari 5 m dapat

    diambil oleh jaringan histiosit fagositis, yang dapat menyebabkan

    penahanan pada tempat pemberian ini.

    Dengan injeksi intra artikular pada pengobatan kanker dan

    inflamasi kronis partikel liposome dan monolitik telah dipelajari

    memiliki agregat koloid sederhana dan atau radio koloid.

    Kesinambungan zat seperti itu pada tempat ini sangat penting

    dan Noble dan kawan-kawan telah menunjukkan hal ini

    berhubungan dengan ukuran partikel, partikel yang lebih besar (7

    15 m) diameter akan tetap tertinggal untuk periode yang lebih

    lama.

    Tidak jelas bagaimana partikel tertinggal diantara persendian

    meskipun beberapa golongan telah menyarankan bahwa ini

    disebabkan oleh pengambilan oleh sel makrofagus tetap yang

    berada diantara sinofium.

  • Penggunaan partikel untuk obat lepas terkontrol pada paru-paru

    telah disarankan. Paten yang baru telah menunjukkan bahwa

    system penghantran aerosol liposomal lepas diperlambat secara

    teknis adalah memungkinkan.

    Ukuran adalah sangat penting untuk retensi. Iritasi mata yang

    terjadi dengan hampir semua butir-butiran dapat disingkirkan

    dengan membuatnya hidrofilik, terikat dengan pengeluarannya

    setelah pelepasan obat.

    Penelitian terakhir telah menunjukkan bahwa sistim pembentukan

    gel in situ dari nanopartikel dapat digunakan untuk memberikan

    efek terapi yang diperpanjang pada mata dikombinasi dengan

    mudahnya pemakaian dan toleransi yang baik.

    Mata yang mengandung sel fagositosis tinggi mampu mengambil

    material partikulat. Sebagai contoh telah dibuktikan bahwa

    partikel lateks polisteirin diambil (diduga melalui fagositosis) oleh

    endothelium kornea kelinci.

  • Salah satu penelitian yang paling ambisius adalah penelitian

    Klipstein dan kawan-kawan yang menunjukkan bahwa imunisasi

    oral biasa dicapai dengan membungkus enterotoksin yang tidak

    tahan panas dan mikrosfer yang tergantung pH (albumin).

    Mikrosfer disini berperan sebagai pelindung dari asam dan dari

    ajuvan, memberikan peningkatan dari respon serum yang kuat

    dan antitoksin mukosa. Penyakit gastrointestinal yang dapat

    disarankan untuk pencapaian melalui rute ini termasuk karsinoma

    kolon dan penyakit Crohn.

    Saluran Epitelial Membran epitelial gastrointestinal terdiri dari sawar yang

    bersambung secara anatomi dari sel yang mana dapat dilewati oleh

    material dengan BM kecil melalui difusi sederhana dan berbagai

    proses pembawa. Sebagai tambahan material BM rendah yang polar mampu untuk

    berdifusi melalui sambungan sel epitelial yang sempit (rute

    paraselular), dan makromolekul dapat diadsorbsi dari lumen oleh

    proses vesikuler selular oleh pinositosis fasa cair atau endositosis

    (reseptor yang diberi zat antara) yang dikhususkan.

  • NANOPARTIKEL

    Nano partikel adalah partikel padat koloidal dengan rentang ukuran dari

    10 nm sampai 1000nm (1 m). Terdiri dari bahan makromolekul pada

    mana bahan aktif (obat atau bahan aktif secara biologi) terlarut, dijerat,

    atau di enkapsulasi, dan/atau dimana BA di absorbsi (attached)

    Dalam pengertian ini termasuk pula apa yang dikenal sebagai nano

    pellet, nano kapsul dengan membentuk dinding cangkang seperti

    mikrosfer, jika ukurannya kurang dari 1 m.

    Termasuk pula kisi polimer seperti obat yang dijerat dalam skala

    molekuler

  • Definisi nanopartikel sering sangat sukar disepakati, apakah partikel ini berupa matrik kontinu atau dinding seperti cangkang, atau diadsorbsi pada partikel

    Nanopartikel. (a) tipe monolitik (b) tipe kapsul

  • METODE PREPARASI

    A. Polimerisasi emulsi

    B. Polimerisasi pada/dalam fasa kontinu air

    C. Polimerisasi emulsi pada/dalam fasa kontinu organic

    D. Polimerisasi antarmuka

    E. Deposisi pelarut

    F. Evaporasi pelarut

    G. Preparasi nano partikel poliakrilat dengan desolvasi dari larutan

    organic polimer

    H. Produksi nanopartikel albumin dalam emulsi minyak

    I. Produksi nanopartikel gelatin dalam emulsi minyak

    J. Nano partikel dihasilkan melalui desolvasi makro molekul

    K. Nano partikel karbohidrat

  • A. Polimerisasi Emulsi.

    Cara polimerisasi emulsi ini merupakan cara paling banyak digunakan

    untuk menghasilkan nano partikel

    Terminologi polimerisasi emulsi ini tidak selalu tepat/benar, karena

    kadang-kadang proses berlangsung tanpa zat pengemulsi

  • Terminologi ini digunakan karena monomer di emulsifikasikan dalam

    suatu non solven dengan bantuan pengemulsifikasi. Sesudah

    polimerisasi akan diperoleh suspensi polimer halus

    Awalnya diduga bahwa partikel polimer ini dihasilkan melalui

    polimerisasi dari tetesan emulsi monomer. Belakangan diketahui

    bahwa partikel polimer yang dihasilkan lebih

    halus dari tetesan emulsi awal

  • Karena alasan tersebut, teori polimerisasi emulsi direvisi dari

    polimerisasi lokasi menjadi pengemulsi misel

    Misel ada bersama molekul pengemulsi tunggal, yang berada dalam

    larutan dan dengan molekul pengemulsi yang diadsorbsi pada antar

    muka emulsi/tetesan, hal ini menstabilkan tetesan emulsi.

    Selanjutnya molekul monomer akan berdifusi dari tetesan emulsi

    kedalam misel pengemulsi dan selanjutnya mensolubilisasi molekul

    monomer dalam misel, dimana kemudian terjadi polimerisasi

    membentuk latek polimer

  • Fitch dkk mengamati bahwa konsentrasi pengemulsi tidak

    mempengaruhi kecepatan polimerisasi, dan pembentukan partikel

    (diamati melalui alat pemencar Tyndall) adalah independen dari

    kecepatan polimerisasi

    Pembentukan partikel dalam pelarut spesifik, dalam kasus ini air,

    selalu terjadi pada konsentrasi spesifik, yang merupakan hal

    karakteristik untuk polimer.

    Sebagai tambahan, jumlah misel pengemulsi yang ada tidak

    mempengaruhi jumlah partikel terbentuk. Bahkan pada konsentrasi

    monomer rendah, polimerisasi emulsi dapat berlangsung tanpa

    keberadaan molekul pengemulsi

  • Fitch berkesimpulan bahwa : lokasi dari inisiasi polimerisasi berada

    dalam fasa pelarut.

    Inisiasi berlangsung dalam fasa ini apabila molekul monomer terlarut di

    tumbuk (hit) oleh molekul pemula (stater) atau karena radiasi energi

    tinggi. Polimerisasi dan pertumbuhan rantai tetap dijaga oleh molekul

    monomer selanjutnya, yang berdifusi pada polimer yang sedang

    tumbuh. Difusi molekul monomer pada partikel polimer yang sedang

    tumbuh lebih cepat dari pada proses polimerisasi, hal ini menyediakan

    monomer yang cukup pada lokasi sekitar (vicinity) dari lokasi polimer.

    Tetesan monomer dan misel pengemulsi terutama berperilaku sebagai

    reservoir untuk monomer, selanjutnya dan pada tahap selanjutnya

    sebagai reservoir untuk molekul pengemulsi yang menstabilkan partikel

    polimer sesudah pemisahan fasa dan mencegah terjadinya koagulasi

    Jadi beberapa system dapat berpolimerisasi tanpa keberadaan zat

    pengemulsi

  • Catatan :

    1. Pada awalnya, selama polimerisasi emulsi, pertumbuhan molekul polimer

    masih berada dalam keadaan terlarut pada fasa kontinu sekitar

    2. Sesudah mencapai (sampai) bobot molekul tertentu molekul terbentuk

    menjadi tidak larut, sehingga pemisahan fasa dan pembentukan partikel

    (dapat dilihat melalui alat pencar Tyndall)

    3. Sesudah pemisahan fasa, penambahan monomer dan molekul polimer,

    termasuk mikro dan makromolekul, berdifusi kedalam partikel poloimer

    yang sedang tumbuh, menjaga pertumbuhan partikel selanjutnya

  • 1. Terminasi polimerisasi melalui reaksi dua radikal, dapat berlangsung

    sebelum atau sesudah pembentukan partikel

    2. Jadi, suatu partikel tunggal polimer terdiri dari sejumlah besar

    makromolekul. BM nanopartikel berada diantara : 103 Da pada

    nanopartikel poli (alkil siano akrilat) dan 4 x 105 Da pada nano partikel

    poli (metil metakrilat)

    Sebagai contoh : untuk ukuran partikel 100nm dan BJ sekitar 1,0 g/cm2

    (BJ nyata nanopartikel antara 1,00 1,15 g/cm2), suatu partikel akan

    terdiri dari sekitar 103 dan 5 x 10

    5 makromolekul tunggal, tergantung

    pada BM dan polimer akhir

  • a. Pertimbangan Umum Bila diberikan kedalam vaskulatura, partikel dapat mencapai

    target selama sirkulasi atau saat meninggalkan vaskulatura dapat mencapai target lain. Bagaimanapun diskusi berikut akan menunjukkan kesempatan untuk yang terakhir adalah sangat terbatas. Ekstravasasi pada endotelia normal adalah mungkin melalui gap endothelial khusus atau proses vesikuler fasa cair dan bahan alam yang reseptornya dimediasi secara konstitutif atau non konstitutif.

    PEMBERIAN PARENTERAL

    Tabel 2 memberikan gambaran anatomi kapiler endotelia.

    Terlihat bahwa kapiler dengan enditolia berlanjut dan membran

    dasar yang tak terganggu adalah sangat tersebar dan meskipun

    zat terlarut dengan BM yang rendah dan jumlah makromolekul

    yang banyak mampu untuk melalui sawar (barrier) ini, umumnya

    prtikel yang besar dari 40 nm tidak bisa.

  • Sebagai contoh , penyelidikan dengan electron mikroskop menunjukan

    pori berukuran hingga 150 nm dalam sinusoid hati.

    Tipe/Karakter Jaringan

    Bersambung Otot rangka, polos dan jantung;

    jaringan ikat, CNS, pankreas;

    Sambungan kuat gonad, paru-paru

    Vesikular trafficking

    Membran dasar bersambung

    Tak Bersambung

    Berjendela Kelenjar eksokrin dan endokrin,

    Jarak 20 80 nm saluran pencernaan, glomerulus-

    Membran tipis 4 6 nm ginjal, kapiler peritubular,

    Membran dasar bersambung plexus choroid

    Sinusoidal

    Jarak sekitar 150 nm Hati, empedu, sum-sum tulang

    Membran dasar tidak

    ada pada hati, terputus pada

    empedu dan sum-sum tulang

    Tabel 2. : Gambaran anatomi sawar (barrier) endotelia.

  • b. Target Intaravaskuler

    1. Penyaringan kapiler

    Partikel yang berukuran besar dari kapiler yang paling sempit akan

    tersaring. Fenomena ini telah diteliti untuk berbagai kondisi penyakit

    termasuk kanker, emfisema dan pembentukan thrombus. Alasanya bahwa

    diantara organ yang sakit pada titik filtrasi konsentrasi obat akan tinggi

    untuk waktu tertentu menyebabkan meningkatnya ketersediaan obat untuk

    aksi langsung atau absorpsi melalui endotelia.

    Semua partikel seperti itu diinjeksikan secara intra vena (jauh dari vena

    portal) akan terperangkap dalam kapiler paru-paru. Sesungguhnya ini

    dasar penggunaan partikel berlebel serum albumin manusia untuk

    pengujian skintigrafis berbagai massa dalam paru-paru. Menariknya,

    meskipun pengiriman ke paru-paru adalah secara arteri awalnya, massa

    tumor ditunjukkan sebagai titik dingin yaitu partikel menyebar di paru-

    paru kecuali massa tumor.

    Penelitian oleh Martodam dkk., jelas menunjukan bahwa partikel

    berukuran 15 m dihalangi dalam paru-paru (filtrasi) dari tikus yang

    emfisema setelah pemberian intra vena . pelengketan pada inhibitor leukosit

    elastase manusia menyebabkan peningkatan simptoma emfisema.

  • 2. Sistem Mononuklear Fagosit (MPS)

    Partikel yang mampu untuk bergerak bebas melalui sistem kardiovaskuler

    umumnya dieliminasi dalam beberapa menit dari sirkulasi oleh MPS.

    Eliminasi partikel menunjkkan hubungan dengan berbagai factor termasuk

    ukuran, dosis, muatan permukaan, sifat matriks partikel, kestabilan partikel

    dan kondisi fisiologis spesies. MPS dapat digolongkan sebagai pemaksaan

    penghantaran tempat spesifik atau sebagai kesempatan untuk pensasaran

    dan sebagai sasaran penyakit.

    MPS adalah sistem jaringan ikat sel yang terdistribusi diseluruh tubuh. Sel-

    sel sistem retikuloendotelial (RES) termasuk MPS; bagaimanapun RES lain

    tidak memfagositosis, termasuk sel endotelial hati yang berperan dalam

    penghilangan partikel asing oleh proses endositik (non fagositik). Sebagai

    tambahan, sel-sel Langerhans dan sel-sel yang berhubungan dapat

    merupakan sel tambahan yang berguna tetapi sering non fagositik dan dapat

    tanpa reseptor Fe dan C3.

    Fungsi utama MPS termasuk penghilangan berbagai substansi yang merusak dari

    plasma, katabolisme makromolekul yang dicerna, partisipasi dalam respon immun

    dan sistesis dan sekresi berbagai molekul efektor. Efek ini kadang-kadang tergantung

    pada umur. Material yang dihilangkan termasuk sel darah merah yang tak berguna

    lagi, sel tumor yang bersirkulasi, koloid inert, pecahan jaringan autologous,

    kompleks immun, protein yang denaturasi, glikoprotein spesifik, endotoksin bakteri,

    steroid dan lipoprotein.

  • Makrofagus dan sel fagositik lain mensintesa dan mengeluarkan monokin

    termasuk enzim seperti kalaginase dan beberapa efektor seperti pirogen,

    prostgalandin, prokoagulan, faktor stimulasi koloni, interferon dan tumorisidal

    faktor.

    Sel-sel MPS adalah messenkimal pada aslinya dan termasuk sel-sel retikulum

    fagositikal aktif dari jaringan ikat retikulat, sel Kupffer stellat yang membatasi

    dinding sinosoid hepar, sel Hortega (mikroglia) dari CNS, histiosit (yaitu

    makrofag jaringan) dan makrofag darah atau mastosit.

    Fagositosis ini merupakan rute yang potensi untuk mengambil sistem

    penghantaran obat koloid dan sangat menarik untuk dicatat bahwa sel-sel

    termasuk platelet yang mengambil partikel lateks (diameter 87 nm) dalam

    sistem saluran terbukanya, diikuti oleh lokasinya di dalam vakuola platelet,

    dengan fagositosis secara kronologis serupa seperti yang diberikan leukosit

    polimorfonukleat.

    Apabila partikel asing masuk secara intra vena lebih kurang 90% diekstraksi

    oleh sel Kupffer, 5% oleh empedu dan beberapa % memasuki sum-sum tulang.

    Ada pertimbangan variasi spesies yang terobservasi, dengan kelinci terutama

    menunjukkan pengambilan yang lebih besar oleh sum-sum tulang dari pada

    spesies lain.

  • Dominasi hati tidak menunjukkan konsentrasi makrofag dalam tubuh. Setelah

    100% transit melalui paru-paru lebih kurang 28% darah dari jantung melalui

    hati dan memasuki empedu dan usus dengan

  • Mikropartikel berikatan dengan satu ligan telah berhasil ditargetkan terhadap

    sel darah secara in vitro dan in vivo. Pelengktan kovalen eritrosit anti tikus

    F(ab)2 antibodi terhadap liposom diperkuat ikatannya terhadap eritrosit secara

    in vivo dan menurunkan pengambilan vesikel oleh hati.

    Kandungan liposom juga disebarkan ke sel-sel dimana mereka terikat. Demikian

    juga untuk memperkuat eliminasi sel-sel telah tergambar dalam penemuan ini.

    Meskipun pendekatan tersebut kelihatan menarik internalisasi partikel

    kelompok darah berbeda dan ini membutuhkan pertimbangan selanjutnya.

    Penelitian yang saat ini dilakukan menunjukkan bahwa dengan membangun

    liposom berisikan transferin dapat digunakan secara in vivo untuk transportasi

    DNA eksogen ke eritroblas sum-sum pada kelinci anemia. Sel-sel tersebut

    memiliki reseptor transferin pada permukaannya.

    4. Endotelial normal/abnormal dan sasaran

    yang berhubungan dengan endotelial.

    Antigen yang spesifik terhadap organ berada dalam sel kapiler endotelial,

    berperan sebagai pemberi tanda penyakit yang berkaitan. Sebagai contoh

    telah ditunjukkan adanya pemberi tanda endotelial yang unik pada

    endotelial yang diturunkan dari kaposisarkoma yang berkaitan dengan

    AIDS.

  • Pensasaran dengan ligan mampu untuk menentukan dan bersatu dengan

    pemberi tanda tersebut telah sering dijadikan pokok pembicaraan tetapi hanya

    sedikit penelitian yang dilakukan.

    Tidak diragukan lagi pemberi tanda endotelial tertentu ini dapat digambarkan

    oleh skintigrafi tetapi apakah ini signifikan untuk kemoterapi masih belum

    jelas.

    Meskipun banyak penelitian penggambaran telah dilakukan dengan konjugat

    yang mudah larut, pembawa partikulat telah diarahkan dengan baik ke sasaran

    endotelial dimana kondisi patologis berada. Sebagai contoh berbagai kondisi

    penyakit sistem kardiovaskular dimana struktur subendotelial yang secara

    trombogenik normal masuk ke dalam berkontak dengan darah. Ini adalah

    kasus di dalam angioplastik transluminal dari saluran stenotik yang

    menyebabkan pendadaran yang dekat dan sering struktur dinding vaskular

    media.

    Dengan mengikat antibodi antikolagen tipe I, atau fibronektin manusia

    terhadap kolesterol liposom yang mengandung oleat di dalam perfusi arteri

    secara in situ dengan parsial tertutup dari pendadaran struktur membran

    dasar, bangun tersebut secara selektif terikat dengan zoba bebas endotelial dari

    segmen arteri.

  • c. Target ekstra vaskuler

    Seperti didiskusikan diatas membran endotelial dapat memberikan sawar bersambung

    atau tak bersambung terhadap saluran partikulat. Perameabilitas membran berubah

    oleh beberapa penyakit.

    1. Ekstravasasi partikel yang berhubungan dengan penyakit

    1.a Inflamasi

    Hipermiabilitas endotelial pada berbagai tempat inflamasi telah diketahui dengan

    baik. Ini merupakan penggunaan yang penting untuk pencapaian obat-obat

    antiinflamasi untuk daerah ekstra vaskuler yang terinflamasi. Sebagai contoh pada

    area inflamasi yang diinduksi oleh karagenin akumulasi lipid mikrosfer berukuran

    diameter 200 nm disekitar sel endotelial saluran darah dan penetrasinya ke

    lapisan lebih luar dari saluran darah telah dilaporkan.

    1.b Iskemia/levivaskuler hipertensif

    Peningkatan permiabelitas didalam endotelial kelihatan sebagai factor yang penting

    didalam patogenesis lesi hipertensif yang menyebabkan infiltrasi dan akumulasi

    material plasma. Sebagai contoh pada percobaan hipertensi malignan, koloid bese

    dan partikel karbon antara 5 50 m mampu untuk lewat.

    Sebagai tambahan, kapiler terlihat permeable pada tempat iskimia jaringan pada

    arteri mesenteric dan miokardium, meskipun apakah ini kesempatan untuk

    penggunaan obat masih belum jelas.

  • 1.c Tumor endotelial

    Meskipun adalah benar peramebilitas mikrosirkulasi pada tumor sering lebih tinggi

    dari pada yang ditemukan pada jaringan normal ini adalah sangat bervariasi dan

    merupakan komponen yang tak dapt diduga dari fisiologi tumour. Untuk koloid

    anorganik hanya pencapaian terbatas telah ditunjukkan dan kemudian apabila

    partikel diameternya

  • SISTEM PENGHANTARAN OBAT SECARA ORAL

    Penghantaran obat secara oral telah dikenal semenjak lama

    sebagai rute pemberian yang paling banyak digunakan

    dibandingkan dengan semua rute yang telah dikembangkan untuk

    menghantarkan obat dengan berbagai bentuk sediaan yang

    berbeda. Alasan mengapa rute oral paling banyak digunakan

    adalah disamping alasan tradisional yaitu obat akan diserap

    sebaik makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kenyataannya

    pengembangan produk farmasi untuk penghantaran oral,

    disamping bentuk fisik (bentuk sediaan padat, setengah padat dan

    cair), juga melibatkan karakteristik bentuk sediaan yang harus

    sesuai dengan fisiologi saluran cerna.

    Semua produk farmasi yang diformula untuk penghantaran

    sistemik melalui rute oral, disamping model penghantaran (lepas

    cepat, lepas lambat atau lepas terkendali) dan disain bentuk

    sediaan (padat, semi padat dan cair), harus dikembangkan juga

    sesuai dengan karakteristik intrinsik dari fisiologi saluran cerna.

  • Oleh karena itu, pengertian dasar dari berbagai disiplin ilmu

    seperti fisiologi saluran cerna, farmakokinetik, farmakodinamik

    dan disain formulasi adalah penting untuk pendekatan

    pengembangan sistem penghantaran obat (SPO) secara oral

    dengan baik. Sistem penghantaran adalah ilmu yang lebih

    kompleks terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang diperlukan

    dalam mendisain dan optimisasi dari sistem.

    Dalam kasus ini, kerangka keilmuan diperlukan untuk

    keberhasilan pengembangan sistem penghantaran obat secara oral

    yang meliputi 3 aspek dasar yaitu : (1) karakteristik fisikokimia,

    farmakokinetik dan farmakodinamik obat, (2) karakteristik

    anatomi dan fisiologi saluran cerna, (3) karakteristik fisikomekanik

    dan model penghantaran obat dari bentuk sediaan yang didisain.

    Bentuk sediaan oral lepas terkendali bukanlah istilah baru bagi

    orang-orang yang bekerja dibidang penelitan dan pengembangan

    farmasi.

  • Pemberian obat lepas terkendali berarti tidak hanya memperlama

    durasi penghantaran obat, yang sama halnya dengan obat lepas

    tunda dan lepas diperlama, tetapi juga memberikan kinetika

    pelepasan obat yang dapat diramalkan dan dapat berulang.

    Penghantaran obat lepas terkendali oral adalah suatu sistem

    penghantaran obat yang dapat menghantarkan obat secara terus

    menerus dengan kinetika yang dapat diramalkan dan berulang

    dalam periode waktu yang telah ditentukan selama melalui saluran

    cerna. Juga mencakup sistem yang dapat menghantarkan obat

    langsung ke tempat bekerjanya dalam saluran cerna baik untuk

    efek lokal maupun sistemik.

    Pada pengembangan pemberian obat lepas terkendali oral, ada 3

    faktor yang mempengaruhinya yaitu :

  • 1. Pengembangan suatu sistem penghantaran obat : untuk

    mengembangkan suatu sistem penghantaran obat lepas

    terkendali yang dapat menghantarkan obat dengan kecepatan

    yang efektif secara terapetik menuju tempat yang diinginkan

    selama waktu yang diperlukan untuk pengobatan yang optimal.

    2. Modulasi waktu transit dalam saluran cerna : untuk mengatur

    waktu transit dalam salurancerna agar pengembangan sistem

    penghantaran obat dapat menghantarkan obat ketempat

    bekerjanya atau ke sekitar tempat absorpsinya dan menetap

    disana selama periode waktu tertentu untuk memaksimalkan

    penghantaran dosis obat.

    3. Meminimalkan eliminasi pertama dihati : obat yang digunakan

    dapat mengalami eliminasi pertama dihati, perlu dilakukan usaha

    untuk meminimalkan pengaruh eliminasi pertama dihati ini.

    Semuanya dibicarakan dalam bagian ini, usaha dan pendekatan

    yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan diatas.

  • PENGEMBANGAN SISTEM BARU PENGHANTARAN OBAT UNTUK

    PEMAKAIAN OBAT LEPAS TERKENDALI ORAL

    1. Sistem Penghantaran Saluran Cerna yang Dikendalikan oleh

    Tekanan Osmotik

    Sistem ini dibuat dengan menyalut suatu inti yang mengandung

    obat yang aktif secara osmotik (atau kombinasi dari obat yang

    tidak aktif secara osmotik dengan suatu garam yang aktif secara

    osmotik seperti NaCl) dengan suatu membran semipermiabel

    berupa membran polimer biocompatible seperti selulosa asetat

    (Gambar 33). Celah penghantaran dibuat dengan diameter

    tertentu menggunakan sinar laser, melalui membran penyalut

    untuk mengatur pelepasan obat yang terlarut.

    Membran polimer ini tidak hanya semipermeabel tetapi juga kaku

    dan dapat mempertahankan keutuhan struktur dari sistem

    penghantran saluran cerna selama terjadi proses pelepasan obat.

    Karena sifatnya semipermeabel, maka air dapat masuk ke dalam

    sistem melalui membran sedangkan obat terlarut tidak dapat

    dilewatkan.

  • Gambar 33

    Sistem penghantaran obat lepas terkendali melalui tekanan osmotik

    (Yie, W. Chin., 1989)

  • Ketika air masuk secara kontinu ke dalam sistem melalui

    membran semipermeabel untuk melarutkan obat atau garam yang

    aktif secara osmotik, terjadilah perbedaan tekanan osmotik

    sehingga obat yang sudah terlarut akan dilepaskan ke luar sistem

    melalui celah yang terbentuk.

    Prinsipnya sistem penghantaran obat ini melepaskan obat yang

    sudah terlarut secara terus menerus menurut kinetika orde nol

    sampai konsentrasi obat yang aktif secara osmotik dalam sistem

    berkurang sampai ketingkat dibawah kelarutan jenuh. Kemudian

    pola pelepasan menjadi tidak mengikuti orde nol tapi mengikuti

    persamaan berikut :

    dQ (Q/t)

    ---- = --------------------------------

    dt {[1 + (Q/t)/SDVt](tr tz)}2

    dimana : (Q/t) = pelepasan obat dengan kecepatan orde nol, Vt =

    volume total obat dalam depo, tz = total waktu sistem melepaskan

    obat dengan kecepatan orde nol, tr = lamanya waktu tinggal

    sistem.

  • Gambar 34. : Pengaruh ketebalan membran penyalut terhadap kecepatan dan lama

    pelepasan indometasin secara orde nol dari sistem penghantaran

    saluran cerna yang dikendalikan oleh tekanan osmotik

    (Yie, W. Chin., 1992)

  • Persamaan (1) menunjukkan bahwa kecepatan pelepasan orde nol

    obat dari sistem penghantaran obat yang dikendalikan oleh

    tekanan osmotik dapat diatur dengan memvariasikan ketebalan

    membran penyalut (hm) sehingga dapat mengatur lama

    penghantaran obat (Gambar 34). Persamaan ini juga menyarankan

    bahwa kecepatan pelepasan obat tergantung pada perbedaan

    tekanan osmotik s e. Makin besar perbedaan tekanan osmotik,

    makin tinggi kecepatan pelepasan obat (Gambar 35).

    Sistem penghantaran saluran cerna yang dikendalikan oleh

    tekanan osmotik ini telah digunakan untuk menghantarkan

    indometasin. Profil pelepasan indometasin dalam saluran cerna

    dari sistem penghantaran saluran cerna dengan dua kecepatan

    pelepasan telah dievaluasi secara klinis dibandingkan dengan

    kapsul indometasin.

  • Gambar 35. : Pengaruh tekanan osmotik s pada sistem penghan-taran saluran

    cerna yang dikendalikan oleh tekanan osmotik terhadap kecepat-

    an pelepasan fenilpropanol-amin (Yie, W. Chin., 1992)

  • Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 36, terlihat bahwa

    indometasin dilepaskan lebih lama oleh sistem penghantaran

    saluran cerna dengan profil pelepasan obat yang setara dengan

    kapsul indometasin pada jam ke 12 setelah 3 kali digunakan sehari

    yaitu pada jam ke 0, 4 dan 8. Data pada Gambar 36 juga

    memperlihatkan bahwa sistem penghantaran saluran cerna juga

    menghindari variasi konsentrasi sistemik dari indometasin yang

    diamati setelah 12 jam pemakaiannya dengan meminimalkan efek

    yang merugikan dari indometasin.

    Pengamatan onset penghantaran obat yang lebih lambat dari sistem

    penghantaran saluran cerna ini yang dihasilkan dari kebutuhaan untuk aktivasi

    sistem dapat diatasi dengan memasukkan dosis obat yang segera dilepaskan ke

    dalam sistem penghantaran saluran cerna. Caranya dengan membagi dosis

    terapi menjadi dua bagian. Sepertiga dosis terapi dijadikan dosis yang segera

    dilepaskan dan sisanya dua pertiga bagian dirancang sebagai fraksi lepas

    terkendali. Fraksi lepas terkendali disalut dengan membran semipermeabel,

    fraksi lepas segera digunakan untuk menyalut permukaan luar dari membran

    semipermeabel (Gambar 37) untuk menghasilkan dosis awal pada pemakaian

    oral.

  • Gambar 36. Perbandingan waktu untuk sejumlah indometasin yang dihantarkan pada

    manusia menggunakan berbagai bentuk sediaan. Indometasin kapsul : (O) 3

    unit yang diambil pada waktu ke nol dan () 1 unit yang digunakan pada jam

    ke nol, 4 dan 8. sistem terapi saluran cerna indometasin : () 1 unit sistem A (7mg/jam) pada jam ke nol, () 1 unit sistem B (9mg/jam) pada jam ke nol (Yie, W. Chien., 1992)

  • Pendekatan ini telah berhasil digunakan untuk mengembangkan

    tablet Acutrim yang dapat melepaskan fenilpropanolamin dengan

    kecepatan terkendali selama 16 jam secara oral untuk menekan

    nafsu makan harian. Profil plasma fenilpropanolamin dari

    penghantaran lepas terkendali yang digunakan sekali sehari

    dibandingkan dengan penghantaran lepas lambat

    fenilpropanolamin dari kapsul Dexatrim dan lepas segera dari

    formula larutan fenilpropanolamin pada Gambar 37.

    Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa level steady

    state plasma fenilpropanolamin adalah dicapai oleh tablet

    Acutrim lepas terkendali, tetapi tidak dicapai oleh kapsul

    Dexatrim lepas lambat dan larutan.

    Perbedaan penampilan klinik dari profil farmakokinetik

    fenilpropanolamin antara tablet Acutrim berupa sistem

    penghantaran obat lepas terkendali berdasarkan tekanan osmotik

    dan kapsul Dexatrim yang berupa sistem penghantaran obat lepas

    lambat berdasarkan teknologi spansule dapat dihubungkan

    dengan perbedaan profil pelepasan obat.

  • Uji disolusi menunjukkan bahwa sama halnya dengan lepas cepat

    dari sedian lepas segera, dosis fenilpropanolamin dari inti tablet

    Acutrim lepas terkendali dihantarkan secara kontinu dan teratur

    selama waktu yang lebih lama, sedangkan fenilpropanolamin dari

    kapsul Dexatrim hanya dilepaskan dengan profil pelepasan yang

    diperlama (Gambar 38).

    Sebaliknya, permukaan luar dari membran semipermeabel dapat

    juga disalut dengan suatu lapisan polimer bioerodible seperti salut

    enterik untuk mengatur penetrasi cairan saluran cerna melalui

    membran semipermeabel dan target penghantaran obat menuju

    bagian yang lebih bawah dari saluran cerna.

    Disamping itu membran penyalut dari sistem pemnghantaran

    dapat juga dibuat dari dua atau lebih membran semipermeabel

    dengan permeabilitas yang berbeda atau lapisan membran

    semipermeabel dan membran mikroporous untuk mengatur

    kecepatan masuknya air sehingga dapat mengatur kecepatan

    pelepasan obat.

  • Gambar 37. : Perbandingan profil plasma fenilpropanolamin pada manusia yang

    dihantarkan dari beberapa bentuk sediaan : () fenilpropanolamin

    dari larutan, (O) dari kapsul Dexatrim dan () dari tablet Acutrim (Yie, W. Chin., 1992)

  • Gambar 38. : Perbandingan profil pelepasan fenilpropanolamin

    dari () kapsul Dexatrim dan () tablet Acutrim dalam medium disolusi (cairan lambung buatan

    selama 2 jam dan cairan usus buatan selama 22 jam)

    (Yie, W. Chin., 1992)

  • Sistem penghantaran saluran cerna yang diatur dengan tekanan osmotik dapat dimodifikasi dengan membuat dua kompartemen terpisah dengan partisi/pembatas yang dapat bergerak (Gambar 39).

    Kompartemen yang aktif osmotik menyerap air dari cairan saluran cerna untuk menghasilkan tekanan osmotik yang beraksi pada pembatas dan mendorong ke atas, mengurangi volume kompartemen depo obat dan melepaskan obat melalui celah.

    Harus digarisbawahi bahwa ada range spesifik dari diameter

    dimana kecepatan pelepasan orde nol tidak tergantung pada

    diameter celah penghantaran. Sistem ini sudah digunakan

    untuk pengembangan sistem penghantaran saluran cerna lepas

    terkendali oral nifedipin.

  • Profil pelepasan orde nol dari nifedipin dapat dicapai dan kadar nifedipin

    dalam plasma secara agak konstan dapat dipertahankan selama 24 jam

    (Gambar 40). Hubungan antara in vitro in vivo yang sangat baik telah

    didapatkan dari sistem penghantaran saluran cerna nifedipin.

    Gambar 39. (Atas) Generasi kedua

    dari sistem penghantaran obat

    yang diatur dengan tekanan

    osmotik memiliki kompartemen

    depo obat dan kompartemen yang

    aktif secara osmotik dipisahkan

    oleh sebuah pembatas yang dapat

    bergerak. (Bawah) Range diameter

    celah penghantaran yang dapat

    mempertahankan kecepatan

    konstan pelepasan nifedipin secara

    orde nol. Kecepatan pelepasan

    (mg/jam)/dosis awal (mg/sistem) :

    (O) 1,7/30, () 3,4/60, () 5,1/90. I adalah setengah dari nilai standar

    deviasi (Yie, W. Chin., 1992)

  • 2. Sistem Penghantaran Saluran Cerna yang Diken dalikan oleh Tekanan Hidrodinamik

    Sama halnya dengan tekanan osmotik, tekanan hidrodinamik juga merupakan sumber energi potensial untuk mengatur pelepasan senyawa obat. Sistem penghantaran obat saluran cerna yang dikendalikan oleh tekanan hidrodinamik dapat dibuat dengan memasukkan kompartemen obat yang dapat dilipat ke dalam cangkang yang kokoh (Gambar 43).

    Ruangan antara kompartemen obat dan bagian luar cangkang mengandung lapisan yang dapat mengembang yang terbuat dari polimer hidrofilik dengan ikatan silang, contohnya polihidroksi alkil metakrilat, yang dapat menyerap cairan saluran cerna melalui annular yang terbuka pada bagian bawah dari cangkang.

  • Gambar 43. Sistem penghantaran obat saluran cerna yang dikendalikan oleh

    tekanan hidrodinamik (M. Chung, et al., 1987)

  • 3. Sistem Penghantaran Saluran Cerna yang Dikendalikan oleh Penyerapan Membran

    Proses penyerapan membran telah berhasil digunakan untuk pengembangan sistem penghantaran obat lepas terkendali dari nitrogliserin yang digunakan secara transdermal (Transderm-Nitro sistem), estradiol (Estraderm sistem), scopolamin (Transderm-Scop sistem) dan klonidin (Catapres-TTS) melalui kulit utuh untuk pengobatan secara sistemik selama 1 7 hari.

    Juga telah digunakan untuk penghantaran lepas terkendali dari obat langsung ketempat bekerjanya, seperti pengantaran pilokarpin ke mata untuk pengobatan glaukoma selama 7 hari dan pemakaian intrauterin dari progesteron sebagai kontrasepsi selama 1 tahun.

    Polimer yang digunakan dalam sistem penghantaran obat lepas terkendali oleh penyerapan membran ini terbuat dari membran mikroporous atau nonporous yang dapat mengukur pelepasan obat.

    Proses penyerapan membran juga telah digunakan untuk pengembangan sistem penghantaran obat lepas terkendali oral dimana membran mikroporous dihasilkan selama transit di dalam saluran cerna, secara langsung dari penyalutan polimer nonporous. Beberapa pengembangan potensial telah terbukti seperti yang dijelaskan dibawah ini.