kti mas udin

120
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST DEBRIDEMENT POD IV A/I FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRADI RUANG BEDAH ORTHOPEDI GEDUNG KEMUNING Lt. II RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna OLEH: MAS UDIN NIM. 13. 13. 1075 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 26-Jan-2017

127 views

Category:

Data & Analytics


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti mas udin

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUANSISTEM MUSKULOSKELETAL : “POST DEBRIDEMENT POD IV A/I

FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA” DI RUANG BEDAHORTHOPEDI GEDUNG KEMUNING Lt. II RSUP

dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikanDiploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

OLEH:

MAS UDINNIM. 13. 13. 1075

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

RAHA2016

Page 2: Kti mas udin

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :

”Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di

Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat

dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan penguji.

Raha, 27 Juni 2016

Pembimbing

WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.KesNIP. 19850104 2011012014

Mengetahui

Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.KepNIP. 198002122003122006

Page 3: Kti mas udin

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATANJln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan PengujiPada Tanggal, 02 Juli 2016

DEWAN PENGUJI

1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)

2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)

3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratanuntuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada

Akademi Keperawatan Pemkab Muna

Raha, Juni 2016Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iiiiii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATANJln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan PengujiPada Tanggal, 02 Juli 2016

DEWAN PENGUJI

1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)

2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)

3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratanuntuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada

Akademi Keperawatan Pemkab Muna

Raha, Juni 2016Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iiiiii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATANJln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan PengujiPada Tanggal, 02 Juli 2016

DEWAN PENGUJI

1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)

2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)

3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratanuntuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada

Akademi Keperawatan Pemkab Muna

Raha, Juni 2016Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iii

Page 4: Kti mas udin

iv

ABSTRAK

Latar Belakang : Berdasarkan hasil medical record Ruang Perawatan Bedah Ortophedi GedungKemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan Desember2015 sampai dengan Februari 2016, terdapat kasus sebanyak 114 pasien dan diantara 10 penyakitterbesar itu, Fraktur Tibia masuk urutan pertama dalam 10 penyakit terbesar. Dengan jumlahpenderita 20 orang dengan persentase 17,22 %.Tujuan : Karya Tulis Ilmiah ini untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan mampumelaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial denganpendekatanproses keperawatan tentang pelaksaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguansistem Muskuloskeletal : ”Fraktur Tibia Fibula”.Metode Telaahan : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode analisisdeskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakantekhnik sebagai berikut : observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studikepustakaanHasil : Dari hasil pengkajian didapatkan 5 diagnosa yang terdiri dari 4 diagnosa actual yakni nyeri,berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat Tindakan debridement, gangguanmobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan gerakan sendi, defisit perawatan diri berhubungandengan keterbatasan rentang gerak, ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan 1diagnosa resiko yakni resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi. Dari hasilevaluasi setelah diberikan perawatan selama 3 hari pada klien Tn. A, didapatkan 3 diagnosakeperawatan belum teratasi tetapi sudah ada perubahan, serta 2 diagnosa telah teratasi yaitu ansietasdan defisit perawatan diri.Kesimpulan : Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pemberian asuhan keperawatan yangkomprehensif pada klien dengan ganguan sistem muskuloskeletal : “Fraktur Tibia Fibula”berdasarkan teori dan kondisi klien sangat besar pengaruhnya terhadap proses penyembuhan sertaadanya kerjasama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta tim kesehatan lain.

Page 5: Kti mas udin

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia

Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III

Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena

itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari., MARS. Selaku Direktur Utama Pendidikan

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah

memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian

praktek klinik keperawatan pada Rumah sakit yang dipimpinnya.

2. Ibu Santhy, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akademi Keperawatan

Pemerintahan Kabupaten Muna yang telah membimbing dan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper pemkab

Muna.

3. Ibu Dewi Tita Agustina, S.Kep.,Ns selaku CI Lahan dalam pelaksanaan ujian

akhir program praktek klinik keperawatan untuk studi kasus pada Karya Tulis

Ilmiah ini.

4. Bapak Almawin Susen, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku CI Institusi ujian akhir

program praktek klinik keperawatan Bandung yang telah banyak meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis melakukan asuhan

keperawatan.

5. Ibu Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing Karya Tulis

Ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam

Page 6: Kti mas udin

vi

memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Pemkab Muna yang telah

memberikan dukunagan dan bantuan serta kerja sama dalam proses

penyusunana Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Tn. A beserta keluarga yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama

melaksanakan asuhan keperawatan.

8. Keluarga tercinta khususnya Ayahndaku “Sandi dan Ibundaku Iha, adikku

Ediarto”serta seluruh keluarga yang tidak putus - putusnya memberikan doa,

motivasi, harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti

pendidikan hingga penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebut

satu persatu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Buat seseorang yang spesial sahabatku “Niksan” yang senantiasa menemani

serta telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan cepat tanpa rasa lelah.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak

yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan baik dari segipenulisan maupun isinya, olehnya itu penulis

mengharapakan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi

penulis dan seprofesi dan pembaca yang budiman guna mengembangkan dunia

keperawatan.

Raha, 25 Juni 2016

Penulis

Page 7: Kti mas udin

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................... iv

KATA PENGANTAR............................................................................. v

DAFTAR ISI............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

MOTTO PERSEMBAHAN ................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................... 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................. 4

D. Manfaat Penulisan ............................................................... 6

E. Metode Telaahan ................................................................. 7

F. Waktu Pelaksanaan.............................................................. 7

G. Tempat Pelaksanaan ............................................................ 8

H. Sistematika Telaahan ........................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

: POST DEBIDEMENT POD IV a/i FRAKTUR TIBIA

FIBULA DEXTRA

A. Konsep Dasar

1. Defenisi......................................................................... 10

2. Anatomi Fisiologis Sistem Persarafan.......................... 11

3. Etiologi ......................................................................... 20

Page 8: Kti mas udin

viii

4. Klasifikasi ..................................................................... 20

5. Patofisiologi.................................................................. 21

6. Tanda dan Gejala .......................................................... 22

7. Pemeriksaan Penunjang................................................ 22

8. Penatalaksanaan Medis................................................. 23

9. Komplikasi.................................................................... 28

10. Penyimpangan KDM .................................................... 29

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian....................................................................... 31

2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 44

3. Perencanaan .................................................................... 45

4. Implementasi................................................................... 52

5. Evaluasi........................................................................... 52

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian .................................................................... 54

2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 67

3. Rencana Asuhan Keperawatan ..................................... 73

4. Implementasi dan Evaluasi ........................................... 76

5. Catatan Perkembangan ................................................. 80

B. Pembahasan

1. Pengkajian .................................................................... 86

2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 87

3. Perencanaan .................................................................. 87

4. Implementasi ................................................................ 88

5. Evaluasi ........................................................................ 89

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan...................................................................... 91

B. Rekomendasi ................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 9: Kti mas udin

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sepuluh Penyakit Terbesar .............................................................. 3

2. Klasifikasi Nilai IMT....................................................................... 33

3. Intervensi dan Rasional : Nyeri........................................................ 46

4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas Fisik ...................... 47

5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit ...................... 48

6. Intervensi dan Rasional : Kurang Pengetahuan ............................... 49

7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Infeksi .............................. 50

8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Disfungsi Neurovaskuler ... 50

9. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Gangguan Pertukaran Gas . 51

10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Trauma ............ 52

11. Aktivitas Sehari - Hari ..................................................................... 64

12. Pemeriksaan Hasil Laboratorium..................................................... 66

13. Analisa Data..................................................................................... 68

14. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................... 70

15. Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 73

16. Catatan Perkembangan..................................................................... 77

Page 10: Kti mas udin

x

DAFTAR BAGAN

1. Penyimpangan KDM ............................................................................ 29

2. Genogram.............................................................................................. 56

Page 11: Kti mas udin

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal ............................................... 11

Page 12: Kti mas udin

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Satuan Acara Pembelajaran

Lampiran II : Leaflet

Lampiran III : Lembar Konsultasi

Page 13: Kti mas udin

xiii

MOTTO PERSEMBAHAN

MANFAATKANLAH SETIAP KESEMPATANYANG ADA

“MAS UDIN”

WAKTUADALAHPELUANG

Page 14: Kti mas udin

xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : Mas Udin

Tempat tanggal lahir : Wanci, 09 Januari 1996

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Suku /Bangsa : Buton / Indonesia

Alamat : Jln. Pendidikan

2. Riwayat Pendidikan

a. SD Negeri 2 Mandati 1 masuk tahun 2001 dan lulus tahun 2007

b. SMP Negeri 3 Wakatobi masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010

c. MAN 1 Wakatobi masuk tahun 2010 dan lulus tahun 2013

d. Sejak tahun 2013 mengikuti pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya tahun

2016.

Page 15: Kti mas udin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakangp

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar

masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga di bidang kesehatan

terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan

dikelompokkan ke dalam tiga belas jenis, yang terdiri atas : tenaga medis,

tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga

kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,

tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik

biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya.

(Kemenkes RI, 2014).

Page 16: Kti mas udin

2

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Trauma yang menyebabkan

fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan

pada ekstermitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan

juga dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada

tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah (Astuti,

2011).

Fraktur memberikan dampak yang signifikan pada perubahan kualitas

hidup individu, menyebabkan restriksi aktivitas, ketidakmampuan, cacat fisik,

perburukan kondisi dan kehilangan penghasilan. Fraktur juga menyebabkan

pasien harus dirawat dirumah sakit, mengalami gangguan mobilisasi,

ketidakmampuan (disability), ketidakmandirian, dan bahkan meninggal dunia

(Astuti, 2011).

WHO memperkirakan pada pertengahan abad mendatang, jumlah

fraktur meningkat tiga kalilipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta

kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari Internasional Fraktur Foundation

menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari

delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko mengalami fraktur

akibat osteoporosis dalam hidup mereka (Astuti, 2011).

Angka kejadian fraktur di RS. Al-Irsyad Surabaya dari januari 2010

sampai dengan desember 2010 terdapat 1239 kasus, dari jumlah tersebut

kasus fraktur pada laki-laki sebanyak 878 (71%) dan pada wanita 361 (29%).

Page 17: Kti mas udin

3

Sedangkan kasus pada ektermitas bawah mencapai angka 733 (59%). (Astuti,

2011).

Berdasarkan data yang diperoleh di Ruang Bedah Orthopedi Gedung

Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

penderita gangguan Sistem Muskuloskeletal khususnya fraktur tibia fibula

pada bulan desember 2015 sampai dengan februari 2016 adalah sebagai

berikut :

Table.1...Daftar Sepuluh Besar Penyakit di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning..Lt. II .Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode..Desember .2015 sampai dengan Februari 2016

No. Penyakit Jumlah %1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

Fraktur TibiaTumor ginjalTumor kulitPost LEBPHRetensi UrineHipospadiaHidroneposisTumor RectumCholelithiasis

20151312121010976

17,2213,3111,3811,8211,628,628,627,645,324,85

Jumlah 114 100Sumber : ..Rekam Medik Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit

.Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Desember .2015 sampai dengan

.Februari 2016.

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari jumlah pasien yang

mengalami fraktur tibia fibula adalah berjumlah 20 pasien (17,22%),

angka kejadian ini menempati urutan pertama dari data sepuluh penyakit

terbesar di atas. Fraktur Tibia Fibula dengan peringkat tersebut dapat

memberikan masalah yang sangat kompleks bagi tubuh. Selain itu fraktur

akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya

syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, kerusakan arteri,

Page 18: Kti mas udin

4

infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama

akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan

yang dapat berujung pada kematian.

Melihat keadaan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik

untuk menulis Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul.: “Asuhan

Keperawatan pada Klien Tn..A dengan Gangguan Sistem

Muskuloskletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula

Dextra Di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah

Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang

lingkup masalah yang di bahas yaitu Asuhan Keperawatan pada Klien

Tn..A dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal : Post Debridement POD

IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung

Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum.

Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata

yang komprehensif dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada

Klien dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal : Post Debridement

POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, meliputi aspek biologis,

Page 19: Kti mas udin

5

psikologis, spiritual dan cultural berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan Pada Klien

dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement

POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV

a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan Pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV

a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV

a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan Pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV

a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

f. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post

Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

Page 20: Kti mas udin

6

D. Manfaat

1. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya di

bagian Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah

Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

2. Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan

mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal.: Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia

Fibula Dextra.

3. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Sebagai sumbangsih isi pikir dalam mengembangkan ilmu

keperawatan, khususnya dalam pemberian Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post

Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

4. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan dalam penerapan Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post

Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.

Page 21: Kti mas udin

7

E. Metode Telaahan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan

metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam

pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut :

1. Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko,

sosial, kultural dan spiritual.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi

lisan secara langsung pada klien dan keluarganya.

3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan fisik pada klien secara head to toe meliputi inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi dan di dokumentasikan secara

persistem.

4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data

dan status klien melalui rekam medik.

5. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari teori-

teori dari buku-buku, dan literatur yang terpercaya seperti internet

dan surat kabar, sebagai kerangka teori yang dijadikan acuan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.

F. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan studi kasus mulai pada dari tanggal 1 sampai dengan 4

Maret 2015.

Page 22: Kti mas udin

8

G. Tempat Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Orthopedi Gedung

Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 (empat)

bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan, menjelaskan Latar Belakang, Ruang lingkup

Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu

Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan serta Sistematika

Telaahan.

BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal.: Post Debridement

POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, menjelaskan

tentang Konsep Dasar Medis meliputi Definisi, Anatomi

Fisiologi Sistem Muskuloskeletal, Etiologi, Klasifikasi,

Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik,

Penatalaksanaan Medik, Komplikasi, dan Penyimpangan

KDM, serta Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan

yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,

Implementasi dan Evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus Dan Pembahasan. Membahas tentang

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien Tn. A dengan

Page 23: Kti mas udin

9

Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal : Post

Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra yang

disusun berdasarkan pada proses keperawatan yang

mencakup Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Tindakan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan

Perkembangan serta Pembahasan menjelaskan tentang

perbandingan antara fakta dan teoritis yang ada, dibahas

secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Rencana Tindakan, Implementasi, Evaluasi

serta Catatan Perkembangan.

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, membahas tentang

Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan

Rekomendasi yang terikat operasional untuk mengatasi

masalah yang sama di kemudian hari.

Page 24: Kti mas udin

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGANGANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST

DEBRIDEMENT POD IV A/I FRAKTURTIBIA FIBULA DEXTRA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Selama masa perawatan,

klien dengan fraktur ekstremitas bawah melakukan penyesuaian (adaptasi)

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada diri, lingkungan

disekitarnya, kebutuhan fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan

interdependensi dalam mempertahankan homeostasis (keseimbangan),

yang dapat menghasilkan perilaku respons adaptif atau respons

maladaptive (Hariana & Ariani, 2007).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

dengan jenisnya dan luasnya (Solihati, 2013).

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,

tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Astuti,

2011).

Dari ketiga pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fraktur

adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan, yang

menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan otot dan sendi, dislokasi

Page 25: Kti mas udin

11

sendi, ruptur tendon, kerusakan syaraf serta kerusakan pembuluh darah

yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

a. Anatomi Sistem Muskuloskeletal

Gambar 1. Anatomi Sistem MuskuloskeletalSumber : (Syaifuddin, 2006).

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama dari sistem

muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,

otot, rangka, tendon, ligamen, bursa dan jaringan– jaringan khusus yang

menghubungan struktur–struktur ini (Syaifuddin, 2006).

1) Tulang

Tulang merupakan organ yang sangat penting yang memiliki

berbagai fungsi diantaranya fungsi mekanis yakni melakukan

Page 26: Kti mas udin

12

pembentukan rangka dan tempat melekatnya berbagai otot kemudian

tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa

dilepaskan setiap saat dari kebutuhan kemudian tempat sum – sum

tulang dalam membentuk sel darah dan secara umum sebagai

pelindung pada organ–organ viseral.

Tulang terdiri dari 3 macam yakni, tulang pipih seperti tulang

kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata serta tulang

tarsalia dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang

panjang umumnya berbentuk lebar pada bagian ujung tulang panjang

dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tulang panjang tersebut

epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang yang akan

menyatu pada tulang orang dewasa. Sedangkan pada anak – anak

terpisah dan lebih elastis (Syaifuddin, 2006).

Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan

kepada batang tubuh dengan perantara gelang panggul. Pada tulang

anggota gerak bawah terdiri dari :

1 Tulang Koxae : Tulang kering: Tulang pangkal paha

1 Femur : Tulang paha

1 Tibia : Tulang kering

1 Fibula : Tulang betis

1 Patela : Tempurung lutut

1 Tulang Tarsal : Tulang pangkal kaki

5 Tulang Metatarsal : Tulang telapak kaki

14 Falanx : Ruas jari kaki

Page 27: Kti mas udin

13

a) Tulang Koxae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur dan

dibentuk oleh 3 tulang yang bermutu diasetabulum yaitu semua

rongga berbentuk sawan dipermukaan eksternal dari tulang koxa

dan menekan kepala femur dalam formasi gelang panggul.

b) Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh.

Tulang ini bersendi dengan asetabulum dan formasi persendian

panggul dan dari sini ia menjulur medial kelutut dan membuat

sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan

mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas dan

ujung bawah.

c) Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari

tungkai bawah dan terletak medial dari tibula atau tulang betis.

Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dengan dua buah

ujung yaitu ujung atas memperlihatkan kondil medial dan

kondial lateral sedangkan ujung bawah masuk kedalam formasi

persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan kebawah

sebelah medial atau malcolus tibiae.

d) Tibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai

bawah. Tulang ini adalah tulang dengan sebuah batang dua

ujung. Ujung atas kepala dan bersendi dengan bagian belakang

luar dari tibia tetapi tidak masuk kedalam formasi sendi lutut.

Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan

memberi banyak kaitan, sedangkan ujung bawah disebelah

Page 28: Kti mas udin

14

bawah lebih memanjang menjadi malwolus lateraus atau

maleolus fibulae.

e) Patela atau tempurung lutut adalah tulang biji atau tulang

sesamoid yang berkembang didalam tendondan otot kwadrisep

extensor. Apex patela meruncing kebawah. Permukaan anterior

dari tulang adalah kasar permukaan, posteriornya halus dan

bersendi dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur.

Letaknya didepan sendi lututtetapi tidak ikut serta didalamnya.

f) Tulang tarsal atau tulang pangkal kaki. Ada tujuh buah tulang –

tulang yang secara kolektif digunakan tarsus. Tulang – tulang itu

terbentuk jala dalam pembungkus jaringan kompak. Tulang –

tulang ini mendukung berat badan kalau berdiri.

g) Kalkaneus atau tulang tumit adalah tulang terbesar dari tulang

tapak kaki. Tulang itu ada disebelah belakang dan membentuk

tumit serta mengalihkan berat badan diatas tanah kebelakang.

Memberi kaitan pada otot besar dari betis dengan perantara

tendon achiles atau tendon kalkaneus, disebelah atas bersendi

dengan taltus dan didepan dengan kuboid (Syaifuddin, 2006).

2) Sendi

Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari

kerangka. Sendi terdiri dari tiga jenis yaitu : sendi fibrous, sendi

kartilaginosa / sendi tulang rawan dan sendi sinovial atau diartroses.

Page 29: Kti mas udin

15

a) Sendi fibrous atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat

bergerak atau merekat ikat (Syaifuddin, 2006).

b) Sendi kartilagenesta atau sendi tulang rawan.

Sendi kartilago atau sendi tulang rawan adalah sendi

dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendiannya

dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit

gerakan, misalnya : simfisis pubis, dimana sebuah bantalan

tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis yaitu sendi

intervertebral dengan cakram intervetebral dari pada tulang

rawan fibro. Simfisis adalah istilah yang digunakan untuk

melukiskan sebuah persendian yang hanya dapat bergerak

sedikit, sedangkan ujung – ujung tulang dipisahkan oleh sebuah

bantalan tulang rawan (Syaifuddin, 2006).

c) Sendi sinovial adalah persendian yang bergerak bebas dan

terdapat banyak ragamnya. Semuanya mempunyai ciri yang

sama yaitu : Ujung tulang – tulang yang masuk dalam formasi

persendian ditutupi oleh tulang rawan hialin, ligamen diperlukan

untuk mengikat tulang – tulangnya, bersama sebuah rongga

persendian rongganya terbungkus oleh sebuah kapsul dari pada

jaringan fibrous yang biasanya diperkuat oleh ligamen

(Syaifuddin, 2006).

Page 30: Kti mas udin

16

Jenis sendi sinovial terdiri dari 6 jenis yaitu : sendi datar

atau sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kendiloid, sendi

berporos dan sendi pelana.

(1) Sendi datar atau sendi geser yaitu dua permukaan datar

tulang saling melincur satu atas yang lainnya, misalnya

sendi karpys dan tarsus.

(2) Sendi putar yaitu dimana sebuah ujung bulat tepat masuk

didalam sebuah rongga cawan tulang lain, mengijinkan

gerakan kesegala jurusan, misalnya sendi panggul dan sendi

bahu.

(3) Sendi engsel yaitu didalam jenis ini satu permukaan bundar

diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga hanya

mungkin gerakan dalam satu bidang seperti gerakan engsel.

Contoh yang baik adalah sendi siku.

(4) Sendi kendiloid mirip sendi engsel tetapi dapat bergerak

dalam dua bidang, lateral, kebelakang, dan kedepan

sehingga fleksibel dan ekstensi, adduksi (kesamping atau

ketengah) dan sedikit sirkunduksi, sedikit pada pergelangan

tangan tetapi bukan rotasi.

(5) Sendi berporos atau sendi putar ialah yang hanya mungkin

berputaran seperti pada gerakan kepala, dimana atlas yang

berbentuk cincin berputar sekitar proses yang berbentuk

paku dari axis (servikal kedua atau epistroveus).

Page 31: Kti mas udin

17

(6) Sendi pelana atau sendi yang timbul bolak balik menerima

misalnya sendi antara trapezium (multagulum mayus) dan

tulang metakarpal pertama dari ibu jari, memberi banyak

kebebasan bergerak, memungkinkan ibu jari berhadapan

dengan jari-jari lainya (Syaifuddin, 2006).

3) Otot dan Tendon

Otot dengan kemampuan berkontraksi memungkinkan tubuh

bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki orido dan inserasi

tulang otot dihubungkan dengan tulang melalui tendon yakni satu

jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat

insersinya ditulang (Syaifuddin, 2006).

4) Ligamen

Mengikat tulang dalam sendi ligamen dan tendon otot, yang

melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi pada beberapa sendi,

ligamen antara beberapa sendi (misalnya : ligamen kurstatum

dilutut) terletak di dalam kapsul sendi dan memperkuat stabilitas

sendi.

5) Bursa

Bursa adalah suatu kantung berisi cairan sinovial yang terletak

dititik pergeseran, bursa biasanya merupakan bantalan bagi

pergeseran tendon. Ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa

sendi lainnya.

Page 32: Kti mas udin

18

b. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan tempat melekatnya otot untuk bekerja.

2) Melindungi organ.

3) Membentuk eritrosit dalam sum – sum tulang.

4) Menyimpan kalsium dan fosfor.

Fungsi Umum Tulang :

1) Formasi Kerangka

2) Formasi sendi- sendi

3) Perlengketan otot

4) Sebagai Pengungkit

5) Penyokong berat badan

6) Proteksi

7) Haemopoeisis

8) Imunologi

9) Penyimpanan kalsium (97%)

Fungsi Khusus Tulang :

1) Sinus-sinus paranasalis : menimbulkan nada pada suara

2) Email gigi : memotong, menggigit dan menggilas makanan

3) Tulang kecil telinga : mengkonduksi gelombang suara

4) Panggul wanita : memudahkan proses partus

Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan

fleksibilitas dalam tubuh.

Page 33: Kti mas udin

19

Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya :

1) Fibrosa : hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa

2) Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan

tulang rawan.

3) Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligament untuk

mempertahankan persendian.

Otot adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi

kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap

perubahan lingkungan. Fungsi otot adalah mengontrol pergerakan,

mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas (Syaifuddin,

2006).

Otot terdiri dari 3 jenis :

1) Otot bergaris (otot lurik, otot rangka, otot sadar) dan akan

berkontraksi jika dirangsang oleh stimulus saraf. Misalnya otot

pada ekstremitas.

2) Otot polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tidak sadar) dan

berkontraksi tanpa stimulus saraf. Misalnya pembuluh darah,

pembuluh limfe, dan lain - lain.

3) Otot spinkter, misalnya. spinkter ani, spinkter pilorus.

3. Etiologi

a. Pukulan langsung

b. Jatuh dengan kaki fleksi

c. Gerakan memutir yang keras (Solihati, 2007).

Page 34: Kti mas udin

20

4. Klasifikasi

a. Fraktur tertutup, yaitu Fraktur ini tanpa adanya komplikasi, kulit

masih utuh, tulang tidahk menonjol atau menembus kulit/ terhubungan

dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan

dunia luar, dibagi dalam tiga derajat yaitu :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka

kecil kurang dari 1 cm, luka terbuka bersih, biasanya

diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam

menembus keluar, benturan otot minimal, biasanya pada

fraktur simple transfersal atau fraktur oblig.

Derajat II : Luka lebih besar dari 1 cm, dengan kerusakan jaringan

yang luas, dengan fraktur minimal, fraktur simple dengan

minimal cominutif, luka disebabkan karena benturan dari

luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas termasuk otot, kulit dan struktur

pembuluh darah dan saraf, kondisi luka kotor, dapat

dibagi menjadi 3. III A : Laserasi jaringan lunak cukup

luas dengan terangkatnya periosteum minimal dan kulit

masih dapat menutup luka, biasanya terjadi pada fraktur

segmental, luka tembak. III B : Kerusakan jaringan lunak

yang luas dengan terangkatnya periosteum dan terjadi

bone expose yang membutuhkan penutupan jaringan

Page 35: Kti mas udin

21

lunak dengan flap, biasanya terjadi kontaminasi luas

pada luka. III C : Terjadi cedera pada pembuluh darah

yang membutuhkan repair (Solihati, 2007).

5. Patofisiologi

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan ooleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan

metabolik, patologik, kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang

terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan

mengakibatkan pendarahan, maka volume darah turun. COP menurun

maka akan terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematomaakan

mengeksudasi plasma atau poliferasi menjadi edem lokal maka

penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai

serabu saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain

itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang

menimbulkan nyeri gerak sehinggah mobilits fisik terganggu .disamping

itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan

dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan

jaringan lunak akan mengakibatkan gangguan integritas kulit. Fraktur

adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh gangguan metabolik,

patologik yang terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumya pada pasien

fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang

bertujuan untuk mempertahankan fragmen tulang yang telah di hubungkan

tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).

Page 36: Kti mas udin

22

6. Tanda dan Gejala

a. Nyeri, dinyatakan langsung setelah terjadi trauma, hal ini disebabkan

adanya spasme (mengalami peregangan) otot, tekanan dari patahan

tulang atau jaringan sekitarnya.

b. Deformitas, disebabnkan adanya trauma dan pergerakan otot yang

mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, sehingga tulang

kehilngan bentuk normalnya.

c. Hematoma yang jelas, merupakan perubahan warna kulit sebagai

akibat dari ektravasasi di jaringan sekitarnya.

d. Edema berat, biasanya timbul lebih cepat karena cairan serosa

terlokalisir pada daerah fraktur dan terjadi ekstravasasi di sekitar

jaringan (Solihati, 2007).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis

fraktur.

b. CT Scan tulang, digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan

panjangnya tulang didaerah yang sulit dievaluasi.

c. Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat

atau menurun.

d. Arteriogram bila terjadi kerusakan vaskuler (Solihati, 2007).

Page 37: Kti mas udin

23

8. Penatalaksanaan medik

a. Debridement

1) Pengertian

Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang

bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang

mengahalangi proses penyembuhan luka dan potensial terjadi atau

berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus

rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini

dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan

sesuai kebutuhan (Price & Wilson, 2005).

2) Tujuan

Debridement merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar.

Tindakan ini memiliki dua tujuan :

a) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh

bakteri dan benda asing.

b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dalam

persiapan kesembuhan luka.

3) Jenis-jenis debridement

a) Debridement alami

Pada peristiwa Debridement alami, jaringan mati akan

memisahkan diri secara spontan dari jaringan viable yang ada di

bawahnya. Namun, pemakaian preparat topical anti bakteri

cenderung memperlambat proses pemisahan ester yang alami.

Page 38: Kti mas udin

24

Tindakan mempercepat proses ini akan menguntungkan bagi

pasien dan dapat dilakukan dengan cara-cara lain seperti

Debridement mekanis atau bedah sehingga waktu antara

terjadinya invasi bakteri dan tumbuhnya masalah yang lain

dapat dikurangi.

b) Debridement mekanis

Debridement mekanis meliputi penggunaan gunting

bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat

eskar.Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau perawat yang

berpengalaman, dan biasanya Debridement mekanis dikerjakan

setiap hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan

luka. Debridement dengan cara-cara ini dilaksanakan sampai

tempat yang masih terasa sakit dan mengeluarkan darah.

Preparat hemostatik atau balutan tekan dapat digunakan untuk

menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang

kecil.

c) Debridement bedah

Debridement bedah merupakan tindakan operasi dengan

melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi

tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar

secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah.

Tindakan ini dapat dimulai beberapa hari atau segera setelah

kondisi hemodinamik pasien stabil dan edemanya berkurang.

Page 39: Kti mas udin

25

Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau

balutan.Balutan biologic temporer atau balutan biosintetik dapat

digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang pada pembedahan

berikutnya.

4) Prosedur Tindakan Debridemnt

Sebelum dilakuk debridement, diberikan antibiotik profilaks

yang dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan

sefalosforin. Biasanya di pakai sefalosforin golongan pertama pada

fraktur terbuka gustilo tape III, diberikan tambahan berupa golongan

amoniklikosida, seperti tobramicin atau gentamicin. Golongan

sefalosforin golongan III dipertimbangkan disini. Sedangkan pada

fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman cloctridia, diberikaqn

penicilin.

Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah

google, boot dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan

operasi, dilakukan pencucian dengan povine iodine, lalu drapping

area operasi. Penggunaan tidak dianjurkan, karena kita akan

melakukan pengamatan terhadap perdarahan jaringan. Debridement

dilakukan pertama kali pada daerah kulit. Kemudian rawat

perdarahan di vena dengan melakukan koagulasi. Buka fascia untuk

menilai otot dan tendon. Viabilitas otot dinilai dengan empat C,

“Color, Cotractility, Circulation and Consistency”. Lakukan

pengangkatan kontaminasi canal medullary dengan saw atau

Page 40: Kti mas udin

26

rongeour. Curittage canal medullary dihindarkan dengan alasan

mencegah infeksi kearah proksimal. Irigasi dilakukan dengan normal

salien penggunaan normal saline adalah 6 – 10 liter untuk fraktur

terbuka grade II dan III. Tulang dipertahankan dengan reposisi. Bisa

digunkan eksternal fiksasi pada fraktur grade III4. Penutupan luka

dilakukan jika memungkinkan. Pada fraktur tipe III yang tidak bisa

dilakukan penutupan luka, dilakukan rawat luka terbuka, hingga luka

dapat ditutupsempurna (Solihati, 2007).

b. ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

1) Definisi

ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan

internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur.

2) Tujuan

Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi

fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.

Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan

untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers

3) Indikasi

a) Pasien penderita dan pasca stroke.

b) Pasien yang menderita kelumpuhan.

c) Pasien yang menderita fraktur.

4) Kontra Indikasi

a) Pasien dengan penurunan kesadaran.

Page 41: Kti mas udin

27

b) Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang

c) Pasien yang mengalami kelemahan (malaise).

5) Persiapan atau Prosedur Pemasangan Orif

a) Persiapan alat dan Ruangan

(1) Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi,

Suction, Hepafik, Gunting.

(2) Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction

steril, Selang cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam

ukuran jarum.

(3) Set Orif : Koker panjang 2, Klem bengkok 6, Bengkok

panjang 1, Pinset cirugis 2, Gunting jaringan 1, Kom 2,

Pisturi 1, Hand mest Platina 1 set, Kassa steril, Gunting

benang 2, Penjepit kasa 1, Bor 1, Hak Pacul 1, Hak Sedang 1,

dan Hak Duk 3

b) Prosedur Operasi :

(1) Pasien sudah teranastesi GA

(2) Tim bedah melakukan cuci tangan (Scrub)

(3) Tim bedah telah memakai baju operasi (Gloving)

(4) Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan

dengan arah dari dalam keluar, alkohol dua kali, betadine 2x.

(5) Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping)

(6) Hidupkan cuter unit

(7) Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah paramedian

Page 42: Kti mas udin

28

(8) Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat

tulang yang fraktur.

(9) Lakukan pengeboran pada tulang

(10)Pasang platina

(11)Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl

(12)Jahit subkutis dengan plain 2/0

(13)Jahit bagian kulit dengan side 2/0

(14)Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik

(Solihati, 2007).

9. Komplikasi

a. Gangguan saraf proneus, klien tidak dapat melakukan dorsofleksi ibu

jari dan gangguan.

b. Sensasi pada sela jari pertama dan kedua.

c. Kerusakan arteri tibialis.

d. Sindrom kompartemen.

e. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat sendi.

f. Komplikasi yang lain :

1) Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak

seharusnya.

2) Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

3) Non union : tulang yang tidak menyambung kembali (Solihati,

2007).

Page 43: Kti mas udin

29

Page 44: Kti mas udin

30

Page 45: Kti mas udin

31

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang tereorganisasi dan

sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, yang berfokus

pada respon manusia baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat

karena adanya gangguan kesehatan aktual maupun potensial (Asmadi, 2008).

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun

kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan

masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi (Nursalam, 2013)

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah

yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai

atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, social dan spiritual yang

optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan,

penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan

(Asmadi, 2008).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2013). Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan

menggunakan 4 metode yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapannya meliputi:

Page 46: Kti mas udin

32

a. Pengumpulan data

Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Penjelasan

mengenai kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut (Nursalam,

2013).

1) Data subjektif, adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif

diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien,

perasaan, dan ide tentang status kesehatnnya.

2) Data objektif, adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh

perawat. Yang termasuk data objektif adalah frekuensi

pernapasan, tekanan darah, adanya edema, dan berat badan

Pengumpulan data dari klien fraktur terdiri dari :

1) Biodata klien

1) Identitas klien

Biodata klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital, tanggal

masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no.medrek, diagnosa

medis dan alamat.

2) Identitas penanggung

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

dan hubungan dengan klien.

Page 47: Kti mas udin

33

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

Alasan utama klien saaat masuk rumah sakit di dapatkan

saat masuk rumah sakit yang di jadikan dasar untuk

menggali kondisi klien saat ini.

(2) Keluhan Utama

Keluhan yang paling di rasakan yang merupakan alasan

klien sehingga masuk rumah sakit atau di bawah ke rumah

sakit. Pada umunya pada kasus fraktur yang menjadi

keluhan utama adalah nyeri baik nyeri tekan maupun nyeri

gerak.

(3) Riwayat Keluhan Utama

Yaitu kapan keluhan mulai timbul, bagaimana terjadinya

apakah tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang

dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang

digunakan, adakah keluhan yang menyertai. Riwayat

keluhan utama dijabarkan dengan PQRST

P : Paliative/Provokatif yaitu yang menyebabkan

gejala, apa saja yang dapat mengurangi dan

memperberatnya.faktor pencetusnya adalah fraktur.

Q : Quality/Quantity yaitu bagaimana gejala dirasakan

oleh klien (panas, pedih) dan lain-lain.pada kasus

Page 48: Kti mas udin

34

fraktur nyeri yang dirasakan bisanya berdenyut,

ketat, tumpul atau seperti ditusuk-tusuk.

R : Region/Radiasi yaitu dimana gejala terasa ? Apakah

rasa nyeri tersebut menjalar atau menyebar ke area

lain. untuk kasus ini biasanya terlokalisasi hanya

pada daerah frakturnya.

S : Severe/Scale yaitu sejauh mana keluhan tersebut

mengganggu aktivitasnya, dengan menggunakan

skala nyeri. biasanya nyeri selalu mengganggu

dengan skala 3-4 (0-10).

T : Timing/Time yaitu kapan terjadinya gejala dan

frekuensi terjadinya keluhan. biasanya pada kasus

fraktur berlangsung terus-menerus sampai keadaan

fraktur membaik.

b) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami

sesuatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang

memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu diketahui untuk menentukan apakah dalam keluarga ada

penyakit keturunan atau penyakit – penyakit karena lingkungan

yang kurang sehat yang berdampak negatif sehingga

memperberat penyakitnya. Biasanya fraktur tidak ada

Page 49: Kti mas udin

35

kecenderungan menurun dari keluarga karena penyebab

biasanya kecelakaan.

3) Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

terhadap berbagai sistim tubuh. Maka akan ditemukan hal-hal

sebagai berikut :

a) Keadaan Umum

Pada klien yang imobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan

umumnya, meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara,

karena imobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan.

b) Tanda-tanda vital yaitu pengukuran yang meliputi suhu badan,

tekanan darah, pernapasan, serta denyut nadi.

c) Kesadaran

Tingkat kesadaran yaitu pengamatan yang dilakukan oleh perawat

tentang kondisi atau tingkat kesadaran klien dengan mengunakan

Glows Coma Skala (GCS) yang meliputi Eye (mata) dengan nilai

tertinggi yaitu 4 jika klien membuka mata spontan, 3 jika klien

membuka mata dengan rangsangan suara, 2 jika klien membuka

mata dengan rangsangan nyeri dan 1 jika tidak ada respon.

Motorik (pergerakan) diberikan nilai 6 jika klien menggerakan

tangan sesuai perintah, nilai 5 jika klien dapat melokalilasi nyeri,

dan 4 jika klien bergerak menjauhi sumber nyeri, 3 jika fleksi

abnormal, dan 2 jika ekstensi abnormal. Verbal (suara) di beri

Page 50: Kti mas udin

36

nilai 5 jika klien terorientasi, nilai 4 jika klien bingung, 3 jika

kata-kata tidak teratur, 2 jika suara tidak dapat dimengerti, 1 jika

tidak ada respon. Klien di kategorikan dengan kesadaran kompos

metis jika nilai GCS 14-15, kesadaran apatis jika GCS 12-13,

somnolen jika GCS 11-12, sopor jika nilai GCS 8-10 dan koma

jika nilai GCS ≥5.

d) Pemeriksaan Antropometri

Antropometri yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan

mengukur berat badan tinggi dan badan dalam menentukan berat

badan ideal seseorang, dapat digunakan rumus keadaan berat

badan dalam satuan kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan

meter, maka akan diperoleh nilai indeks masa tubuh (IMT).

Untuk mengetahui batas normal IMT dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 2. Klasifikasi Nilai IMTKategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0Sumber : (Hardi, 2015).

e) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara head to toe dengan

mengunkan empat langkah yaitu inspeksi (melihat), Palpasi

(meraba), auskultasi (mendengar) dan palpasi (mengetuk) dan di

dokumentasikan secara persistem.

Page 51: Kti mas udin

37

(1) Sistem Pernapasan

Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sekret

pada lubang hidung, pergerakkan cuping hidung waktu

bernafas, auskultasi bunyi nafas. Hal ini penting karena

imobilisasi berpengaruh pada pengembangan paru dan

mobilisasi sekret pada jalan nafas.

(2) Sistem Kardiovaskuler

Pengkajian mulai dilaksanakan dari warna konjungtiva,

warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, dengan

auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada daerah dada dan

pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung

frekuensi denyut nadi.

(3) Sistim Pencernaan

Konstipasi, perubahan pola makan dan minum dari normal,

kurang kegiatan dan BAB harus menggunakan pispot juga

merupakan hal yang dapat menyebabkan perubahan pola

eliminasi BAB.

(4) Sistim Genitourinaria

Dapat dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada

daerah pinggang. Observasi dan palpasi

(5) Sistem musculoskeletal

Yang perlu dikaji pada sistim ini adalah range of motion dari

pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak

Page 52: Kti mas udin

38

bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien

waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan

observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka. Selain

ROM tonus dan kekuatan otot dikaji karena klien immobilitas

biasanya tonus dan kekuatan otot menurun.

Terdapat nyeri pada daerah yang terkena, terjadi deformitas,

spasme otot dan kelemahan otot.

(6) Sistem integumen

Pada fraktur biasanya terjadi pembengkakan kulit dan

jaringan, perubahan warna kulit, laserasi kulit, avulasi

jaringan dan perubahan suhu.

(7) Sistem Endokrin

Pada fraktur biasanya dapat ditemukan pembesaran kelenjar

limfe sebagai dampak dari respon tubuh terhadap

perlindungan dari adanya infeksi.

(8) Sistem Indera

Pada klien dengan fraktur biasanya tidak ditemukan adanya

kelainan pada sistem ini.

(9) Sistem Imun

Pada klien dengan fraktur akan mengalami penurunan sistem

imunitas tubuh hal ini dikarenakan oleh infasi

mikroorganisme patogen yang dapat masuk melalui luka.

Page 53: Kti mas udin

39

(10) Sistem Reproduksi

Pada klien dengan fraktur tidak ditemukan kelainan dalam

sistem reproduksi.

(11) Sistem neurosensori

Yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf kranial,

fungsi sensori serta refleks. Pada klien dengan fraktur

biasanya terjadi hilang gerakan atau sensasi, spasme otot,

kesemutan atau paraestesis.

4) Pola Aktivitas Sehari-Hari

a) Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada perubahan

selama dirumah sakit dan perlu dikaji frekwensi dan makanan

yang disukai dan yang tidak disukai pada klien dengan fraktur

nafsu makan bisanya tidak ada perubahan.

b) Eliminasi

Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah ada

perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur

biasanya terjadi perubahan pola bab akibat kurangnya gerakan

sehingga mempengaruhi mobilitas usus berkurang.

c) Personal higiene

Bagaimana kebiasaan mandi , mencuci rambut dan gosok gigi

klien. Apakah ada perubahan atau tidak. Pada klien dengan

fraktur biasanya kebutuhan personal higiene tidak dapat

Page 54: Kti mas udin

40

dilakukan sendiri karena keterbatsan gerak, sehingga

memerlukan bantuan dari perawat dan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan personal higienenya.

d) Istirahat tidur

Bagaimana kebisaan istirahat dan tidur klien, apakah ada

perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur

pola tidur terganggu akibat nyeri yang dirasakan.

e) Aktivitas dan Olahraga

Bagaimana kebisaan olahraga klien, apakah ada perubahan

selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur tidak dapat

lagi melakukan olahraga dan berhubungan dengan

ekstremitas. Namun mobilisasi ringan dapat dilakukan dengan

menggerakkan bagian ekstremitas yang tidak fraktur.

5) Data Psikososial

Pengkajian pada klien yang imobilisasi pada dasarnya sama dengan

pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain, yaitu mengenai

konsep diri (gambaran diri, ideal diri, citra tubuh, harga diri, peran

diri dan identitas diri) dan hubungan atau intreraksi klien baik

dengan anggota keluarganya maupun dengan lingkungan disekitar

ruangan rumah sakit. Pada klien yang mengalami fraktur dan

immobilisasi, adanya perubahan pada konsep diri terjadi secara

perlahan-lahan yang dapat dilakukan melalui observasi terhadap

adanya perubahan yang kurang wajar dalam status emosional,

Page 55: Kti mas udin

41

perubahan tingkah laku serta menurunnya kemampuan dalam

pemecahan masalah.

6) Data Spiritual

Klien yang mengalami fraktur perlu dikaji tentang agama dan

kepribadiannya, keyakinan, harapan serta semangat yang terkadang

dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan

penyakitnya.

7) Data Penunjang

a) Laboratorium

Dengan pemeriksaan darah, urine untuk mengetahui kadar

alkali fosfatase, kalsium, kreatinin dan fosfat.

b) Diagnostik

Uji sinar dan rontgen digunakan untuk mengetahui luasnya

fraktur, bone scane, tomografi, CT-Scan digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan. Hasil pemeriksaan

prosedur diagnostik merupakan dasar diagnosa, pengobatan

serta kemajuan dari suatu penyakit atau status kesehatan.

Prosedur diagnostik merupakan suatu proses multifase, yaitu

mengidentifikasi kebutuhan dari pemeriksaan, persiapan

pemeriksaan fisik serta edukasi bagi klien dan keluarganya,

pengumpulan, pemberian label dan penyimpanan spesimen.

Page 56: Kti mas udin

42

8) Pengobatan Dan Perawatan

a) Pengobatan

Pada klien dengan fraktur tindakan yang pertama yaitu

tindakan debridement dan pemasangan fiksasi pada daerah

fraktur, serta pemberian obat yang dilakukan seperti

antibiotik, analgetik.

b) Perawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien

dengan fraktur yaitu perawatan luka serta membantu klien

memenuhi kebutuhan KDM klien yang tidak dapat

dilakukan sendiri.

c. Pengelompokan Data

Pengelompokan data adalah kegiatan mengumpulkan informasi

tentang klien yanmg dilakukan secara sistematis untuk menentukan

masalah-masalah serta kebutuhan klien. Biasanya menggunakan

wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi dari

diri klien, keluarga dan orang lain. Dalam pendokumentasiannya

pengelompokan data dibagi menjadi dua yaitu data subjektif (DS)

yang merupakan keluhan yang di ungkapan oleh klien, serta data

Objektif (DO) yang merupakan data yang di perolah dari hasil

obserfasi perawat (Nursalam, 2013).

Page 57: Kti mas udin

43

d. Analisa Data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan

mentabulasi, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta

mengaitkan dengan menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa

keperawatan, biasanya ditemukan data subyektif dan objektif.

Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen

utama, yaitu :

1) Problem (Masalah) merupakan gambaran keadaan klien dimana

tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah

kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang

seharusnya tidak terjadi.

2) Etiologi (Penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab

keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap

terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku,

lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.

3) Sign & Symptom (Tanda& Gejala) adalah ciri, tanda atau gejala

yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan

diagnosis keperawatan (Nursalam, 2013).

e. Prioritas Masalah

Prioritas keperawatan dituliskan dalam urutan tertentu untuk

memudahkan pengurutan diagnose keperawatan berkaitan yang

dipilih yang tersaji dalam pedoman rencana perawatan (Doenges,

2000).

Page 58: Kti mas udin

44

Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan criteria

prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera

diatasi :

1) Masalah dapat mengancam jiwa klien

2) Masalah actual

3) Masalah potensial atau resiko tinggi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusi (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013).

Adapun diagnosa yang sering muncul pada gangguan sistem

muskuloskeletal : fraktur (Doengoes, 2000)

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema,

cedara pada jaringan tulang lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress,

ansietas.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro

muskukler : nyeri/ ketidaknyamanan, terapi rekritif (imobilisasi tungkai)

c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara

tusuk; fraktur terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi, kawat,

sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan

imobilisasi fisik.

Page 59: Kti mas udin

45

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengigat,

salah interpretasi informasi.

e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

ketahanan primer : kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada

lingkungan, prosedur infasif trauma tulang.

f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan

penurunan/iterupsi aliran darah; cedara vaskuler langsung, udema paru

berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia.

g. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran

alveolar/kapiler :intertisial udema paru, kongesti.

h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan, menetapkan

pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengetahui

masalah klien (Doenges, 2000).

Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan keperawatan

yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan klien

yang telah teridentifikasi dalam merumuskan tujuan harus jelas dengan

kriteria yang dapat diukur.

Page 60: Kti mas udin

46

Adapun rencana keperawatan untuk penderita fraktur berdasarkan

beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang

edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress,

ansietas.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berangsur-angsur

berkurang dengan kriteria :

1) Wajah tidak meringis lagi

2) Nampak tenang

Tabel 3. Intervensi dan Rasional : NyeriIntervensi Rasional

1. Pertahankan imobilisasi padabagian yang sakit dengan tirahbaring, gips, pembebat, traksi.

2. Tinggikan dan dukungekstremitas yan terkena.

3. Hindari penggunaan seprei /bantal plastik dibawahekstremitas dalam gips.

4. Tinggikan penutup tempat tidur,pertahan linen tebuka pad ibu jarikaki.

5. Evaluasi keluhan nyeri / ketidak-nyaman, perhatikan lokasi dankarakteristik termasuk intensitas(skala 0 – 10).

6. Dorong pasien untukmendiskusikan masalahsehubungan dengan cedera.

7. Berikan alternatif tindakankenya-man, contoh pijatan,pijatan pung-gung, perubahanposisi.

8. Dorong menggunakanmenajemen stress contohnyarelaksasi progresif, latihan napasdalam, imajinasi visualisasi dan

1. Menghilangkan nyeri dan mencegahkesalahan posisi tulang / teganganjaringan yang cedera.

2. Meningkatkan aliran balik vena,menurunkan edema dan menurunkannyeri.

3. Dapat meningkatkan ketidaknyama-nan karena peningkatan produksipanas dalam gips yang kering.

4. Mempertahankan kehangatan tubuhtanpa ketidaknyamanan karenatekanan selimut pada bagian yangsakit.

5. Mempengaruhi pilihan / pengawasankeefektifan intervensi.

6. Membantu untuk menghilangkanansietas. Pasien dapat merasakankebutuhan untuk menghilangkanpengalaman kecelakaan.

7. Meningkatkan sirkulasi umum,menurunkan tekanan area lokal dankelelahan otot.

8. Memfokuskan kembali perhatian,meningkatkan rasa kontrol, dandapat meningkatkan kemampuankoping dalam menajemen nyeri,yang mungkin menetap untuk

Page 61: Kti mas udin

47

sentuhan terapeutik.9. Identifikasi aktivitas terapeutik

yang tepat untuk usia pasien,kemampuan fisik danpenampilan peribadi.

10. Lakukan kompres dingin 24 – 48jam pertama dan sesuaikeperluan.

11. Kolaborasi pemberian obatanalgetik.

periode lebih lama.9. Mencegah kebosanan, menurunkan

tegangan dan dapat meningkatkankekuatan otot, dapat meningkatkanharga diri dan kemampuan koping.

10. Menurunkan edema / pembentukanhematom, menurunkan sensasinyeri.

11. Analgetik berfungsi untuk memblokreseptor saraf nyeri sehingga nyeritidak dipersepsikan.

Sumber : (Doengoes 2000).

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler : Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi

tungkai).

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan klien akan mempertahankan

mobilisasi pada tingkat lebih tinggi dengan kriteria :

1) Menyatakan ketidaknyamanan hilang

2) Pada daerah fraktur bisa berfungsi lagi

Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas FisikIntervensi Rasional

1. Kaji derajat imobilisasi yangdi-hasilkan oleh cedera /pengobatan dan perhatianpasien terhadap imobilisasi.

2. Instruksikan pasien untuk /bantu dalam rentang gerakpasien / aktif padaekstremitas yang sakit danyang tak sakit.

3. Dorong latihan isometrikmulai dengan tungkai yangtak sakit.

4. Berikan papan kaki, bebatperge-langan, gulungantrokanter / tangan yangsesuai.

5. Tempatkan dalam posisiterlen-tang secara periodik,bila traksi digunakan untukmenstabilkan fraktur tungkai

1. Pasien mungkin dibatasi oleh panda-ngan diri / persepsi diri tentangketerbatasan fisik aktual, memerlukaninformasi / intervensi untuk mening-katkan kemajuan kesehatan.

2. Meningkatkan aliran darah ke otot dantulang untuk meningkatkan tonus otot,mempertahankan gerak sendi, mence-gah kontraktur / atropi, dan resorpsikalsium karena tidak digunakan.

3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuksendi atau menggerakan tungkai danmembantu memperta-hankan kekuatandan massa otot.

4. Berguna dalam mempertahankanfungsional ekstremitas, tangan / kakidan mencegah komplikasi contohnyakontraktur / kaki jatuh.

5. Menurunkan resiko kontraktur flekasipanggul.

Page 62: Kti mas udin

48

bawah.6. Bantu / dorong perawatan diri

/ kebersihan contoh mandi.7. Berikan / bantu dalam

mobilisasi dengan kursi roda,tongkat sesegera mungkin.Instruksikan keamanan dalammenggunakan alat mobilitas.

8. Ubah posisi secara periodikdan dorong untuk latihanbatuk / napas dalam.

6. Meningkatkan kekuatan otot dansirkulasi, meningkatkan kontrol pasiendalam situasi, meningkatkan kesehatandiri langsung.

7. Mobilisasi dini menurunkan komp-likasi tirah baring contoh plebitis danmeningkatkan penyembuhan dannormalisasi fungsi organ.

8. Mencegah / menurunkan insiden kom-plikasi kulit / pernapasan (contohnyadekobitus atelektasis, pneumonia)

Sumber : (Doengoes 2000).

c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara

tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi, kawat,

sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan

imobilisasi fisik.

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda kerusakan

integritas kulit dengan kriteria luka mulai sembuh.

Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas KulitIntervensi Rasional

1. Kaji daerah luka terbuka,adanya benda asing,perdarahan, perubahanwarna (kelabu, memutih).

2. Ubah posisi dengan sering.3. Beri penguatan pada

balutan awal / penggantiansesuai indikasi. Gunakanteknik aseptik yang ketat.

4. Periksa luka secara teratur,catat karakteristik danintegritas kulit.

5. Biarkan terjadi kontakantara luka dengan udarasesegera mungkin atau usapdengan kain kasa tipissesuai kebutuhan.

1. Memberikan informasi tentang sirku-lasikulit dan masalah yang disebab-kan olehalat dan atau pemasangan gips / bebat atautraksi, atau pemben-tukan edema yangmembutuhkan intervensi medik lanjut.

2. Mengurangi tekanan konstan pada areayang sama dan meminimalkan resikokerusakan kulit.

3. Melindungi luka dari perlukaan mekanisdan kontaminasi, mencegah akumulasicairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.

4. Pengenalan akan adanya kegagalan prosespenyembuhan luka / berkem-bangnyakomplikasi secara dini dapat mencegahterjadinya kondisi yang lebih buruk.

5. Membantu mengeringkan luka danmemfasilitasi proses penyembuhan luka.

Sumber : (Doengoes 2000).

Page 63: Kti mas udin

49

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/

mengingat, salah interpretasi informasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan menyatakan pemahaman

kondisi prognosis, dan pengobatan dengan kriteria :

1) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan

alasan tindakan.

Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Kurang PengetahuanIntervensi Rasional

1. Kaji ulang prosespenyekit, prosedurpembedahan.

2. Dorong memilih tidurdan aktivitas.

3. Kaji ulang perawatanluka.

4. Identifikasikewaspadaanperdarahan.

1. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasiendapat membuat pilihan informasi.

2. Mengubah energi untuk penyembuhan danmencegah kelelahan yang dapat meningkatkanresiko cedera / jatuh.

3. Meningkatkan kemandirian pada perawatandiri, menurunkan resiko komplikasi.

4. Menurunkan resiko perdarahan karena terapiatau tindakan pembedahan.

Sumber : (Doengoes 2000).

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

ketahanan primer : Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada

lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda yang

menunjukkan terjadinya infeksi dengan kriteria :

1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema, dan demam.

Page 64: Kti mas udin

50

Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi InfeksiIntervensi Rasional

1. Catat adanya tanda-tanda infeksi,pertahankankantindakan sterilisasi danprosedur / kebijakanaseptik.

2. Uju kesterilan semuaperalatan.

3. Periksa kulit untukmengetahui adanyainfeksi yang terjadi.

4. Sediakan pembalut yangsteril.

5. Lakukan irigasi lukayang banyak, misalnyasalin air, antibiotik, dananseptik.

1. Mengetahui adanya tanda-tanda infeksisehingga memudahkan dalam memilihintervensi yang tepat.

2. Membantu mencegah terjadinya infeksi lebihlanjut akibat peralatan yang tidak steril.

3. Gangguan pada integritas atau dekat denganlokasi operasi adalah sumber kontaminasiluka. Menggunting / bercukur secara berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah abrasidan penorehan pada kulit.

4. Mencegah kontaminasi lingkungan pada lukayang baru.

5. Dapat digunakan pada intraoperasi untukmengurangi jumlah bakteri pada lokasi danpembersihan luka debris, mis : tulang,jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.

Sumber : (Doengoes 2000).

f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan

penurunan/iterupsi aliran darah ; cedera vaskuler langsung, udema paru

berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia.

Tujuan :

setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda disfungsi

neurovaskuler.

Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap DisfungsiNeurovaskulerIntervensi Rasional

1. Lepaskan perhiasan dariekstrimitas yang sakit

2. Kaji aliran kapiler, warnakulit, dan kehangatan distalpada fraktur

3. Lakukan pengkajianneuromuskular, perhatikanperubahan fungsimotor/sensor

4. Kaji keluhan rasa terbakardibawah gips

5. Awasi posisi/lokasi cincinpenyokong bebat

6. Selidiki tanda iskemiaekstrimitas tiba-tiba, contoh

1. Dapat membendung sirkulasi bila terjadedema

2. Warna kulit putih menunjukkangangguan arterial. Sianosis di gangguanvena

3. Gangguan perasaan kebas, kesemutan,peningkatan nyeri terjadi bila sirkulasipada saraf tidak adekuat atau saraf rusak

4. Faktor ini disebabkan ataumengidentifikasikan tekananjaringan/iskemia, menimbulkankerusakan atau nekrosis

5. Alat traksi dapat menyebabkan tekananpada pembuluh darah/saraf, terutamapada aksila dan lipat paha.

Page 65: Kti mas udin

51

peniurunan suhu kulit, danpeningkatan nyeri

7. Dorong pasien untukmelakukan ambulasi sesegeramungkin

8. Awasi tanda vital.

6. Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut)dapat menyebabkan kerusakan arteriyang berdekatan, dengan akibathilangnya aliran darah ke distal

7. Meningkatkan sirkulasi dan menurunkanpengumpulan darah khususnya padaekstrimitas bawah

8. Perubahan tanda-tanda vitalmenunjukkan peningkatan sirkulasi

Sumber : (Doengoes 2000).

g. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

aliran darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler

:intertisial udema paru, kongesti.

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan tidak menunjukkan terjadinya

gangguan pola napas.

Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Pertukaran GasIntervensi Rasional

1. Awasi frekuensi pernafasandan upayanya. Perhatikanstridor, penggunaan ototbantu retraksi, terjadinyasianosis sentral.

2. Auaskultasi bunyi nafasperhatikan terjadinya ketidaksamaan

3. Atasi jaringan cedera/tulangdengan lembut, khusunyaselama beberapa hari pertama

4. Bantu dalam latihan nafasdalam

5. Observasi sputum untuk tandaadanya darah.

1.Tarkipnea, dispnea, dan perubahan dalammental dan tanda dini insufisiensipernafasan dan mungkin hanya indikatorterjadinya emboli paru tahap awal

2.Perubahan dalam bunyi adventisiusmenunjukan terjadinya komplikasipernafasan

3.Dapat mencegah terjadinya emboli lemak,yang erat hubungannya dengan fraktur.

4.Menungkatkan ventilasi alveolar danperfusireposisi meningkatkan drimnagesekret dan menurunkan kongesti pada areadependen.

5.Hemodialisa dapat terjadi dengan emboliparu.

Sumber : (Doengoes 2000)

h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan pasien akan :

1. mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur

Page 66: Kti mas udin

52

2. menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi

fraktur

Tabel 11. Intervensi dan Rasional: Resiko tinggi terhadap trauma berhubungandengan fraktur

Intervensi Rasional1. Pertahankan cara baring

/ekstremitas sesuaiindikasi

2. Letakan papan dibawahtempat tidur atautempatkan pasien padatempat tidur ortopedik

3. Sokong fraktur denganbantal atau gulunganselimut, pertahankanposissi netral padabagianyang sakit dengan bantalpasir.

4. Bantu letakan beban dibawah roda tempat tidurbila di indikasikan

5. Kaji ulang tahanan yangmungkin timbul karenaterapi,contoh pergelangantidak menekuk ataududuk dengan traksi buckatau tidak memutar dipergelangan dengan traksirussel.

1. Meningkatkan stabilitas,menurunkankemungkinan gangguan posisi ataupenyembuhan

2. Tempat tidur lembut atau lentur dapatmembuat deformasi gips yang masih basah,mematahkan gips yang sudah kering, ataumempengaruhi dengan penarikan traksi.

3. Mencegah gerakan yang tidak perlu danperubahan-perubahan posisi yang tepat daribantal juga dapat mencegah tekanandeformitas pada gips yang kering.

4. Membantu posisi tepat pasien dan fungsitraksi dengan memberikan keseimbangantimbal balik.

5. Mempertahankan interaksi tarikan traksi.

Sumber : (Doengoes 2001)

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup

peningkatan kesehatan (Nursalam, 2013)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,

Page 67: Kti mas udin

53

rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk

melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2013).

Sistem penulisan ini dapat menggunakan system SOAP atau model

dokumentasi lainnya (Nursalam, 2013).

S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah

baru.

P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon.

Page 68: Kti mas udin

54

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN KASUS

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata

a) Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 39 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Alamat : Garut

Suku / bangsa : Sunda / Indonesia

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal masuk : 26-02-2016

Tanggal pengkajian : 01-03-2016

Dx. Medis : Post Debridement POD IV a/i

Fraktur Tibia Fibula Dextra

No. Register : 000151413

Page 69: Kti mas udin

55

b) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. D

Usia : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan klien : Istri Klien

Alamat : Garut

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016

klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien

mengalami kecelakaan lalu lintas akibat tertabrak mobil dan

tidak sadarkan diri beberapa menit, klien lansung di bawah

ke Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

untuk mendapatkan tindakan/perawatan.

(2) Keluhan Utama : Nyeri

(3) Riwayat Keluhan Utama

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016

klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh luka bekas

operasi, sifat nyeri seperti tersayat benda tajam, yang

dirasakan secara hilang timbul, pada daerah betis kanan,

Page 70: Kti mas udin

56

Skala nyeri yang dirasakan 6 (0-10), ekspresi wajah

meringis saat nyeri, nyeri bertambah saat klien

bergerak/beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidak

beraktivitas.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

(1) Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

(2) Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalulintas.

(3) Klien tidak alergi terhadap makanan ataupun jenis alergi

lainnya.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

(1) Klien mangatakan tidak ada yang menderita penyakit yang

sama dalam keluarga.

(2) Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan

dalam keluarga

(3) Genogram..

?

?

39

?

?

??

?

?

??

?

35

5

Page 71: Kti mas udin

57

Keterangan :: Laki-laki

: Perempuan

? : Usia tidak dikaji

: Klien

-------- : Tinggal serumah

X : Meninggal

: Garis keturunan

Bagan 2 : Genogram 3 generasi

3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : lemah

b) Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5)

c) Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernapasan : 22 x/menit

d) Berat badan dan tinggi badan

BB : 54 kg

TB : 165 cm

Indeks Masa Tubuh

IMT = ( , ) = 23 kg/m

Page 72: Kti mas udin

58

Jadi IMT / klien adalah 23 kg/m (normal).

e) Pemeriksaan Fisik Persistem

(1) Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,

bentuk dada normal dengan perbandingan diameter anterior

posterior : transversal 1 : 2, pergerakan dada simetris, tidak

terdapat retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot-

otot pernapasan, napas teratur, frekuensi pernapasan 22

x/menit, vokal fremitus teraba sama antara kiri dan kanan

pada saat klien mengatakan tujuh-tujuh, saat diperkusi suara

paru resonan, saat dilakukan auskultasi bunyi napas vasikuler

dan tidak terdengar bunyi napas tambahan.

(2) Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 82 x/menit,

konjungtiva merah mudah, tidak terdapat peninggian JVP,

CRT < 2 detik, akral teraba hangat dengan suhu 36,50C,

irama jantung reguler, bunyi jantung murni S1 lup pada linea

midelavicula kiri ICS V dan linea sternal kanan ICS IV dan

bunyi jantung S2 dup pada linea sternal kiri dan kanan ICS II,

tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti mur-mur

ataupun gallops.

Page 73: Kti mas udin

59

(3) Sistem Pencernaan

Bentuk bibir simetris, keadaan gigi nampak kotor, tidak ada

karies gigi, nafsu makan baik, tidak memakai gigi palsu,

lidah berwarna merah muda dan dalam keadaan bersih dan

lembab, mulut nampak berbau, tidak terdapat lesi pada

mukosa mulut, bising usus 6 x/menit, tidak ada nyeri tekan

pada abdomen saat dilakukan palpasi, tidak terdapat

pembesaran hepar dan limfa, BAB lancar, klien minum

sekitar 1500 cc/hari, saat diperkusi terdengar bunyi timpani

pada abdomen.

(4) Sistem Perkemihan

Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada keluhan nyeri tekan,

BAK lancar, terpasang dower kateter, jumlah urine 1500 cc

/24 jam dalam urine bag.

(5) Sistem Musculoskeletal

(a) Ekstremitas Atas

Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tidak terdapat

oedema, pada tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9%

28 tetes/menit, pergerakan tangan bebas, kuku nampak

kotor, tidak terdapat nyeri tekan, CRT < 2 detik, kekuatan

otot 5/5.

Page 74: Kti mas udin

60

(b) Ekstremitas Bawah

Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tampak terpasang

pen pada kaki kanan. Kekuatan otot 5/1, klien

mengatakan kaki kanan susah digerakan, nyeri tekan

pada betis kanan.

(6) Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang, rambut klien nampak kusam dan

berminyak, rambut berwarna hitam, selama masuk dirumah

sakit belum pernah mandi hanya dilap basah, distribusi

rambut merata, rambut mudah rontok, akral teraba hangat,

suhu tubuh 36,5 0C, terdapat nyeri tekan pada daerah

disekitar luka, tampak luka masih basah dengan panjang

±8 cm, kemerahan, dan tertutup verban.

(7) Sistem Endokrin

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.

(8) Sistem Reproduksi

Pada daerah genitalia tidak dilakukan pengkajian.

(9) Sistem Persarafan

(a) Test Fungsi Cerebrum

i. Tingkat Kesadaran

Compos mentis, GCS 15 (Eye : terbuka spontan 4 ;

Motorik : mengikuti perintah ketika disuruh

mengangkat tangan 6 : Verbal : oriented 5).

Page 75: Kti mas udin

61

ii. Status Mental

Status mental klien jelas, klien dapat berkomunikasi

dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh perawat.

iii. Pengkajian Bicara

Bicara jelas, klien dapat berkomunikasi dengan baik

dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

perawat.

(b) Tes Nervus Kranial

i. Nervus 1 (Olfaktorius)

Klien dapat mencium dan membedakan bau minyak

kayu putih dan kopi dengan mata klien dipejamkan

dan salah satu lubang hidung klien ditutup.

ii. Nervus II (Optikus)

Klien dapat membaca papan nama perawat pada

jarak + 80 cm tanpa menggunakan kaca mata. Lapang

pandang klien baik, ketika klien dapat melihat jari

perawat saat perawat mengarakan jari dari saping ke

tengah atau dari tengah ke samping.

iii. Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, khoklearis,

abdusen).

Pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya kontriksi

+/+ ketika disinari dengan menggunakan penlight,

Page 76: Kti mas udin

62

kedudukan bola mata simetris dan tidak menonjol,

tidak terdapat strabismus, gerak bola mata kesegala

arah ketika diuji dengan menggunakan pulpen yang

digerakan kelateral, medial, atas dan bawah.

iv. Nervus V (Trigeminus)

Ketika disuru merapatkan gigi dengan kuat, teraba

otot masseter dan otot temporalis.

v. Nervus VII (Fasialis)

Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi,

klien dapat memejamkan mata dan menyeringai, klien

dapat merasakan pilinan kapas yang diusapkan ke

daerah pipi dan kelopak mata klien.

vi. Nervus VIII (Akustikus)

Klien disuruh tutup mata, kemudian klien disuruh

mendengarkan remasan kertas ditelinga kanan dan

kiri, klien dapat mendengarkan pada jarak + 15 cm.

vii. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

Pada saat disuru mengucapkan “Aaaa….” suara klien

jelas, uvula klien terletak ditengah, ini terlihat pada

saat klien disuru membuka mulutnya.

Page 77: Kti mas udin

63

viii. Nervus XI (Aksesorius)

Klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan

mengikuti tangan perawat.

ix. Nervus XII (Hipoglosus)

Pada saat klien disuruh membuka mulut dan

menjulurkan lidah ke segala arah, klien dapat

melakukannya, lidah klien tidak atrofi.

(c) Pemeriksaan Fungsi Sensori

Klien dapat merasakan usapan atau sentuhan pilinan

kapas di daerah pipi, kelopak mata, dan dahi klien.

(d) Pemeriksaan Refleks

Refleks tendon ekstremitas atas : Trisep +/+, bisep +/+

Refleks tendon ekstremitas bawah sebelah kanan : tidak

dilakukan pemeriksaan disebabkan nyeri dirasakan klien

pada saat bergerak.

(10). Sistem Panca Indera

(1) Mata

Bentuk mata simetris, sklera ikteris, tidak ada gangguan

penglihatan.

(2) Hidung

Tidak terdapat lendir, tidak ada gangguan penciuman serta

klien dapat membedakan bau kopi dan alkohol.

Page 78: Kti mas udin

64

(3) Lidah

Lidah nampak bersih, pergerakan lidah baik, serta klien

dapat merasakan rasa manis, asin dan pahit.

(4) Pendengaran / Telinga

Bentuk telinga simetris, tidak terdapat gangguan

pendengaran.

(5) Kulit

Kulit nampak kotor, tidak ada moonfice, tidak ada

pembengkakan periorbital, serta klien dapat merasakan

sensasi tajam dan sentuhan.

(11). Sistem imun

Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tidak ada

tekan di daerah kelenjar limfe.

2) Pola Aktivitas Sehari-hari

Tabel 12. Pola Aktivitas Sehari - haria) NutrisiSebelum sakit Saat sakitMakan :(1). Pola makan : teratur, porsi makan

dihabiskan(2). Frekuensi makan: 3 kali perhari(3). Jenis makanan : nasi, lauk pauk

dan sayuran.(4). Keluhan : tidak adaMinum :1) Pantangan : tidak ada pantangan2) Intake cairan perhari : 7 – 8 gelas

perhari3) Jenis cairan : air putih dan susu4) Keluhan : Tidak ada

Makan :(1) Pola makan : teratur, porsi

makan dihabiskan(2) Frekuensi makan : 3 kali perhari(3) Jenis makanan: bubur, lauk pauk

dan sayuran(4) Keluhan : tidak adaMinum :(1) Intake cairan perhari 6-7

gelas/hari(2) Jenis cairan : air putih dan cairan

infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit(3) Keluhan : tidak ada

b) Pola eliminasiSebelum sakit Saat sakit

BAK :(1) Frekuensi BAK/hari : 4-5 kali/hari(2) .Warna urine : kuning jernih(3) .Bau : amoniak(4) Keluhan : Tidak ada

BAK :(1)...terpasang dower kateter dengan

jumlah urine 1500 cc/24 jamdalam urine bag.

(2)...Warna urine : kuning.

Page 79: Kti mas udin

65

BAB :(1) .Frekuensi BAB: 1 kali sehari(2) .Konsistensi : lunak(3) .Warna feses : kuning(4) Bau : bau khas feses(5) Keluhan : tidak ada

(3)...Bau : amoniak(4) Keluhan : tidak adaBAB :(1)...Frekuensi BAB : 1 kali sehari(2)...Konsistensi : lunak(3)...Warna feses : kuning(4)...Bau : bau khas feses(5) Keluhan : Tidak ada

c) Personal hygieneSebelum sakit Saat sakit(1)..Frekuensi mandi : 2 kali

sehari(2).Frekuensi cuci rambut : 2 kali

perminggu(3).Frekuensi gosok gigi : 3 kali sehari(4).Frekuensi potong kuku : 1

kali perminggu(5) keluhan : tidak ada

(1) 1 X seminggu dengan hanyamenggunakan waslap.

(2) 1 X seminggu

(3) belum pernah(4) belum pernah

(5) Keluhan :Klien mengatakan selama di rumahsakit klien belum pernah mandihanya dilap basah saja, dan selamadirawat dirumah sakit hanya sekalicuci rambut, belum pernah gosokgigi, belum pernah potong kuku.

d) Gangguan istirahat tidurSebelum sakit Saat sakit(1) .Kebiasaan tidur siang : pukul

13.00 – 16.00(2) .Kebiasaan tidur malam :

pukul 21.00 – 06.00(3) keluhan : tidak ada

(1) tidur siang pukul 13.00-16.00

(2) tidur malam pukul 20.00-06.00

(3) keluhan : tidak adae) Pola aktivitasSebelum sakit Saat sakitklien mengatakan klien adalah seorangwiraswasta dan tidak ada keterbatasandalam bergerak.Keluhan : tidak ada

Tampak aktivitas klien di bantu olehperawat dan keluarga.Keluhan :Klien mengatakan bahwa selamaberada di rumah sakit aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat.

2) Keadaan psikologi

(a) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya

(b) klien sering bertanya tentang proses pengobatannya.

(c) Klien berharap agar cepat sembuh.

Page 80: Kti mas udin

66

3) Pola Interaksi Sosial

a) Klien mudah bergaul dengan orang-orang dilingkungan tempat

tinggalnya.

b) Hubungan antara klien dengan keluarga baik.

c) Orang terdekat klien adalah orang tua dan istri.

4) Data Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 13. Pemeriksaan laboratorium ( tanggal 11 maret 2016)No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

1. I. Hematologi* PT.INR

Masa prothroinbin(PT)INRAPTT

* Darah rutinHemoglobinHematokritLeukositEritrositTrombosit

13.10.99

11,836

90004,15

308.000

11.1 – 15.10.83-1.16

12-1635-47

4400-113003,6-5,8

15.000-450.000

DetikDetik

g/dl%%

/mm³Juta/ul/mm3

2 * Indeks EritrositMCUMcHMcHc

82.425.530.9

80-10026-3432-36

FlPg%

5) Perawatan dan Pengobatan

(a) Perawatan

1) Observasi TTV

2) Perawatan luka 2 kali sehari

(b) Pengobatan

1) IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit

2) Ranitidin 50 mg tiap 12 jam / IV

Page 81: Kti mas udin

67

3) Ketorolac 30 mg tiap 12 jam / IV

4) Cefazolin 1000 mg tiap 12 jam / IV.

b. Pengelompokan Data

1) Data Subjektif

a) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan

b) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas.

d) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit

aktifitasnya di bantu oleh keluarga dan perawat

e) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien

belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah

keramas dan potong kuku.

f) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya.

g) Klien sering bertanya tantang proses pengobatannya.

2) Data Objektif

a) Ekspresi wajah meringis.

b) Skala nyeri 6 (0-10 ).

c) Nyeri tekan pada betis kanan.

d) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan.

e) Keadaan umum lemah.

f) Tampak aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

g) Tampak terpasang pen pada kaki kanan

h) Kekuatan otot 5/1.

Page 82: Kti mas udin

68

i) Penampilan klien nampak kotor.

j) Kuku klien nampak panjang dan kotor.

k) Rambut nampak kusam dan berminyak.

l) Keadaan gigi nampak kotor dan mulut berbau

m)Klien nampak cemas.

n) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm

dan tertutup verban.

o) Lab : Leukosit 9000/mm³

c. Analisa Data

Tabel 14. Analisa DataNo. Simptom Etiologi Problem

1 DS :a. Klien mengeluh nyeri

pada betis kanan.b. Klien mengatakan nyeri

yang dirasakan hilangtimbul.

DO :a. Ekspresi wajah meringisb. Skala nyeri 6 (0-10).c. Nyeri tekan pada betis

kanan.

Post Debridement

Terputusnya kontinuitasjaringan tulang

Pelepasan zat – zat kimia

seperti bradikinin, histamin,dan serotonin

Merangsang saraf perifer

dihantarkan ke jalur kordaspinalis

Dihantarkan ke jalurSpinothalamic traet (STT)

Diteruskan ke medulla

spinalis

Thalamus

Korteks serebri

Nyeri di persepsikan

Nyeri

2 DS:a. Klien mengatakan kaki

kanan susah digerakan.b. Klien mengatakan nyeri

Post Debridement

Terputusnya kontinuitas

Gangguanmobilitas fisik

Page 83: Kti mas udin

69

bertambah saatmelakukan aktifitas.

c. Klien mengatakan susahmelakukan aktifitas.

d. Klien mengatakan selamadi RS aktifitas di bantuoleh perawat dan keluarga

DO :a. Keadaan umum lemahb. Tampak aktifitas dibantu

oleh keluarga danperawat.

c. Tampak terpasang penpada betis kanan.

d. Kekuatan otot 5/1.

jaringan akibat traumaeksternal

NyeriBertambah bila bergerak

Terjadi pembatasan gerak

Pergerakan tidak maksimum

Gangguan mobilitas fisik

3 DS :a. Klien mengatakan bahwa

selama berada di rumahsakit klien belum pernahmandi, hanya di lap sajadan 1 kali, belum pernahkeramas dan potong kuku

DO :a. Kulit nampak kotor.b. Rambut nampak kusam

dan berminyak.c. Gigi nampak kotor dan

berbau.d. Kuku klien nampak

panjang dan kotor

Post Debridement

NyeriBertambah bila bergerak

Terjadi pembatasan gerak

Pergerakan tidak maksimum

Ketidakmampuan dalammelakukan perawatan diri

Defisit perawatan diri.

Defisitperawatan diri

4 Ds :a. Klien mengatakan cemas

dengan keadaannya.b. Klien sering bertanya

tentang prosespengobatannya

Do :a. Klien nampak cemas.

Post Debridement

Adanya perubahan statuskesehatan

Kurangnya pengetahuantentang penyakit yang di

alami

Stress psikologis

Ansietas

Ansietas

5 DS :DO :a. Nampak luka masih

basah kemerahan denganpanjang ± 8 cm dantertutup verban

b. Suhu : 36,50Cc. Laboratorium..: leukosit

9000 mm3

Post Debridement

Terputusnya kontinuitasjaringan

Kerusakan pelindung kulitprimer

Kecenderunganmikroorganisme untuk

berkembang biak

Resiko tinggiinfeksi

Page 84: Kti mas udin

70

Portal of entry

Resiko tinggi infeksiSumber : Hasil Analisa Data Primer.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan akibat Tindakan debridement ditandai

dengan :

DS :

1) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan.

2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

DO :

1) .Ekspresi wajah meringis

2) Skala nyeri 6 (0-10).

3) Nyeri tekan pada betis kanan.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kerusakan

gerakan sendi ditandai dengan :

DS:

1) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan.

2) Klien mengatakan nyeri bertambah saat melakukan aktifitas.

3) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas.

4) Klien mengatakan selama di RS aktifitas di bantu oleh perawat dan

keluarga

DO :

1) Keadaan umum lemah

2) Tampak aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

Page 85: Kti mas udin

71

3) Tampak terpasang pen pada betis kanan.

4) Kekuatan otot 5/1.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak

yang ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum

pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas

dan potong kuku

DO :

1) Kulit nampak kotor.

2) Rambut nampak kusam dan berminyak.

3) Gigi nampak kotor dan mulut berbau

4) Kuku klien nampak panjang dan kotor

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai

dengan :

DS :

1) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya.

2) Klien sering bertanya tentang proses pengobatannya

DO :

1) Klien nampak cemas.

e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post

operasi yang ditandai dengan :

DS : -

Page 86: Kti mas udin

72

DO :

1) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm dan

tertutup verban

2) Suhu 36,50C

3) Laboratorium..: leukosit 9000 mm3

Page 87: Kti mas udin

73

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : Tn. A Tanggal masuk : 26 Februari 2016Umur : 39 Tahun Tanggal pengkajian : 01 Maret 2016Jenis kelamin : Laki-Laki No. Register : 000151413Alamat : Garut Diagnosa : Fraktur Tibia Fibula Post

Debridement

Tabel 15. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional1 2 3 4 5

1. Nyeri berhubungan dengan akibattindakan debridement ditandai dengan :DS :a. Klien mengeluh nyeri pada betis

kanan.b. Klien mengatakan nyeri yang

dirasakan hilang timbul.DO :a. Ekspresi wajah meringisb. Skala nyeri 6 (0-10).c. Nyeri tekan padabetis kanan.

Tujuan :Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 4 harinyeri teratasi dengankriteria :a. Ekspresi wajah nampak

rileksb. Skala nyeri 0 (0-10)c. Tidak ada nyeri tekan

1. Catat lokasi dan intensitasnyeri.

2. Beri posisi yang nyaman

3. Ajarkan teknik relaksasidan distraksi pada klien jikamengalami nyeri.

4. Lanjutkan program dalampemberian obat analgetik.

1. Membantu dalam evaluasikebutuhan dan keefektifanintervensi.

2. Untuk mengurangi rasa nyeri3. Dapat mengalihkan perhatian

klien terhadap nyeri.

4. Obat analgetik dapatmengurangi rasa nyeri.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungandengan nyeri kerusakan gerakan sendiditandai dengan :DS :a. Klien mengatakan kaki kanan susah

digerakan.b. Klien mengatakan nyeri bertambah

saat melakukan aktifitas.

Tujuan :Setelah diberi tindakankeperawatan selama 4 harigangguan mobilitas fisikteratasi dengan kriteria :a. Klien dapat beraktifitas

secara mandiri.b. Kekuatan otot normal

1. Observasi tingkatkemampuan mobilitasklien.

2. Bantu klien dalammemenuhi kebutuhanaktivitas sehari-hari.

3. Bantu klien melakukangerakan-gerakan sendi

1. Untuk menentukan tingkataktivitas dan bantuan yangdiberikan.

2. Bantuan yang diberikanmampu memenuhi kebutuhanaktivitasnya.

3. Mempertahankan fungsi sendidan mencegah penurunan

Page 88: Kti mas udin

74

c. Klien mengatakan susah melakukanaktifitas.

d. Klien mengatakan selama di RSaktifitas di bantu oleh perawat dankeluarga

DO :a. Keadaan umum lemahb. Tampak aktifitas dibantu oleh

keluarga dan perawat.c. Tampak terpasang pen pada betis

kanan.a. Kekuatan otot 5/1.

5/5. secara aktif.4. Anjurkan keluarga klien

untuk turut membantumelatih dan memberikanmotivasi kepada klien.

tonus dan kekuatan otot sertamencegah kontraktur.

4. Keterlibatan keluarga sangatberarti dalam memberikandukungan moril kliensehingga klien akan optimisdalam keterbatasanya.

3. Defisit perawatan diri berhubungandengan kelemahan yang ditandai dengan:DS :a. Klien mengatakan bahwa selama

berada di rumah sakit klien belumpernah mandi, hanya di lap saja dan 1kali, belum pernah keramas danpotong kuku

DO :a. Kulit nampak kotor.b. Rambut nampak kusam dan

berminyak.c. Gigi nampak kotor dan mulut berbaud. Kuku klien nampak panjang dan

kotor

Tujuan :Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 4 haridefisit perawatan diriteratasi dengan kriteria :a. Penampilan klien rapi

dan bersih.b. Dapat melakukan

perawatan diri secaramandiri.

c. Rambut tampak bersih.d. Gigi nampak bersih

dan mulut tidak berbaue. Kuku bersih dan

pendek.

1. Kaji hambatan terhadappartisipasi dalam perawatandiri. Identifikasi ataurencana untukmemodifikasi lingkungan.

2. Berikan HE pada klien dankeluarga akan pentingnyaperawatan diri.

3. Bantu klien dalammelakukan perawatan diriseperti mandi, keramas danmemotong kuku bilapanjang serta lakukanperawatan oral higiene.

4. Anjurkan keluarga klienuntuk membantu aktivitasperawatan diri klien sampaiklien bisa melakukan secaramandiri.

1. Mengetahui sejauh mana kliendapat melakukan perawatandiri sehingga perawat dapatmembuat intervensi yang dapatmembantu dalam penentuanselanjutnya.

2. Membantu menambahpengetahuan klien akanpentingnya perawatan diriselama proses penyem-buhanklien.

3. Membantu memenuhikebutuhan akan perawatan diriselama proses penyembuhanklien.

4. Keterlibatan keluargamerupakan support bagi kliensehingga klien mau untuk ikutserta dalam perawatan dirisampai klien bisa melakukansecara mandiri.

Page 89: Kti mas udin

75

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnyapengetahuan :Ds :a. klien mengatakan cemas dengan

keadaannya.b. Klien sering bertanya tentang proses

pengobatannyaDo :a. Klien nampak cemas

Tujuan :Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 4 hariansietas dapat teratasidengan criteria :a. Klien tidak cemas lagi.b.Klien tidak bertanya lagi

1. Kaji tingkat kecemasanklien.

2. Mengajarakan manajemenstress ( teknik relaksasi ),yaitu menghirup napasmelalui hidung dankeluarkan pelan-pelan darimulut

3. Beri HE kepada keluargatentang penyakit yangdialami klien

4. Anjurkan kepada klien agarklien banyak berdoa.

1. Menentukan intervensiselanjutnya

2. Dapat menurunkan kecemasandan menambah pengetahuanklien.

3. Untuk mengurangi ansietas danmenambahkan semangat padaklien untuk sembuh.

5 Resiko tinggi terjadinya Resiko infeksiberhubungan dengan adanya luka bekasoperasi ditandai dengan:DS : -DO :a. Nampak luka masih basah

kemerahan dengan panjang ± 8 cmdan tertutup verban

b. Suhu : 36,50Cc. Laboratorium..: leukosit 9000 mm3

Tujuan :Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 4 hariinfeksi tidak terjadi dengankriteria :a. Tidak ada tanda-tanda

infeksib. Suhu normal (36,50C-

37,50C).c. Leukosit normal

(10.000-15.000).

1. Pantau suhu secara teratur,catat muncul-nya tanda-tanda klinis dari prosesinfeksi.

2. Pertahankan teknik aseptikdan antiseptik dalamperawatan luka.

3. Lakukan perawatan lukasetiap hari.

4. Lanjutkan program dalampemberian obat antibiotik.

1. Peningkatan suhu merupakantanda utama munculnyainfeksi. Timbulnya tanda klinisyang terus-menerus merupakanindikasiperkembangan/penyebaranbakteri pathogen.

2. Menurunkan resiko klienterkena infeksi, mengo-ntrolpenyebaran sumber infeksi danmencegah pemajanan padaindividu terinfeksi.

3. Dapat menurunkan resikoterjadinya infeksi.

4. Antibiotik dapat mence-gahterjadinya infeksi.

Page 90: Kti mas udin

76

4 . Implementasi dan Evaluasi

Tabel 16. Implementasi dan EvaluasiDx

KepHari/

TanggalJam Implementasi

Hari/Tanggal

Jam Evaluasi

1 2 3 4 5 6I Selasa,

1 Maret2016

07.30

08.20

12.00

12.40

1. Mencatat lokasi dan intensitas nyeri.Hasil : nyeri dirasakan pada betis kanan, denganskala nyeri 6 (0-10).Eksperi wajah klien nampak meringis.

2. Memberikan posisi yang nyamanHasil :klien merasa nyaman dengan posisiterlentang

3. Mengajarkan teknik relaksasi pada klien dengancara menarik napas dalam secara perlahan-lahanmelalui hidung, tahan beberapa detik kemudiandihembuskan secara perlahan melalui mulut.Hasil :Klien memahami apa yang di ajarkan oleh perawatdan mau mengikutinya.

4. Melanjutkan program dalam pemberian obatanalgetik sesuai indikasi yaitu ketorolac 30 mg/12jam/IVHasil :Injeksi ketorolac 1 cc / IV

Selasa,1 Maret 2016

13.00 S :

O :

A :P :

Klien mengatakan lukanyamasih terasa nyeri1. Klien meringis saat

lukanya disentuh2. Skala nyeri 6 (0-10)3. Nyeri tekan pada betis

kanan.Tujuan belum tercapailanjutkan Intervensi 1,2,3,4

II Selasa,1 Maret2016

08.35 1. Mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas kliendengan menganjurkan klien untuk mengangkatkaki kanannya.Hasil :Klien belum bisa mengangkat kaki kanannya,kekuatan otot 5/1.

Selasa,1 Maret 2016

13.10 S : 1. Klien mengatakan belumbisa mengerakan kakikanan.

2. Klien mengatakan susahmelakukan aktivitasnya.

3. Klien mengatakan bahwa

Page 91: Kti mas udin

77

08.40

09.00

09.15

2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhanaktivitas sehari-hari seperti makan, minum, BABdan BAK.Hasil : klien belum mampu melakukan aktifitasnyasecara mandiri

3. Membantu klien melakukan gerakan-gerakan sendisecara aktif pada ekstremitas atas dan bawahsebanyak 8x hitungan.Hasil :Klien melakukan pergerakan sendi padaekstremitas atas dan bawah

4. Menganjurkan keluarga klien untuk turutmembantu melatih dan memberikan motivasikepada klien dalam melakukan latihan mobilitasfisik seperti ROM.Hasil :Keluarga klien mau mengikuti anjuran dariperawat.

O :

A :P :

selam berada di rumahsakit aktifitasnya di bantuoleh keluarga dan perawat.

1. Klien belum bisamengangkat kaki kananya.

2. Kekuatan oaot 5/13. Klien belum bisa

melakukan aktivitasnyasecara mandiri.

Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan4

III Selasa,1 Maret2016

09.10

09.15

1. Memantau hambatan terhadap partisipasi dalamperawatan diri.Hasil :Klien belum dapat melakukan aktivitas secaramandiri khususnya perawatan diri.

2. Memberikan HE pada klien dan keluarga akanpentingnya perawatan diri dengan caramenjelaskan :1. Pengertian mandi dan keramas2. Pentingnya mandi dan keramas bagi

kesembuhan.3. Pentingnya kebersihan mulut dan gigiHasil :Klien dan keluarga paham dengan penjelasanperawat.

Selasa,1 Maret2016

13.15 S :

O :

A :P :

Klien mengatakan setelahdimandikan oleh perawat klienmerasa segar.Klien nampak bersih dan rapiMulut dan gigi nampak bersihdan kecuali kuku masihpanjang dan kotorTujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan4

Page 92: Kti mas udin

78

09.20

09.40

3. Membantu klien dalam melakukan perawatan diriseperti mandi, keramas dan sikat gigiHasil :Setelah dimandikan, keramas klien merasa segardan lebih nyaman, serta mulut dan gigi bersih.

4. Menganjurkan keluarga klien untuk membantuaktivitas perawatan diri klien seperti mandi,keramas dan memotong kuku bila panjang sampaiklien bisa melakukan secara mandiri.Hasil :Keluarga mau untuk membantu klien dalammelakukan perawatan diri sampai klien dapatmelakukannya sendiri.

IV Selasa,1 Maret2016

09.30

09.50

10.00

10.20

1. Kaji tingkat kecemasan klienHasil : klien mengalami kecemasan ringan

Klien sudah tidak bertanya tentangpengobatanya.

2. Mengajarakan manajemen stress ( teknik relaksasi), yaitu menarik napas melalui hidung dankeluarkan pelan-pelan dari mulutHasil : klien sudah mau melakukanya dengan caramenarik napas melalui hidung dan keluarkan pelan-pelan dari mulut.

3. Beri HE kepada keluarga tentang penyakit yangdialami klienHasil : klien paham dan pasrah dengan penyakityang dideritanya

4. Anjurkan kepada klien agar klien banyak berdoaHasil : klien mau melaksanakan saran dariperawat

Selasa,1 Maret2016

13.50 S :klien tidak cemas lagi dengankeadaannya

O :klien sudah tidak bertanya tentangpengobatanyaklien nampak paham dan pasrah

A: tujuan tercapaiP : pertahankan intervensi.

V Selasa,1 Maret2016

10.40 1. Memantau suhu secara teratur denganthermometer . Mencatat munculnya tanda-tandaklinis dari proses infeksi seperti tumor, rubor,

Selasa,1 Maret2016

13.05 S :

O :

Klien mengatakan luka padapaha kanan.1. Luka tampak bersih dan

Page 93: Kti mas udin

79

11.00

11.20

12.50

dolor, kalor fungsio laesa.Hasil :Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi S :36,50C.

2. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalamperawatan luka yaitu dengan cuci tangan danmemakai handscone pada saat perawatan luka danmenggunakan betadin.Hasil : keadaan luka nampak bersih, kemerahandan panjang luka ± 8 cm dan luka tertutup verban

3. Melakukan perawatan luka setiap hari.Hasil :Melakukan ganti verban dengan cara steril.

4. Memberikan obat antibiotic : cefazolin 1000 mgtiap 12 jam / IVHasil :Diberikan injeksi cefazolin 10 cc / IV.

A :P :

kemerahan.2. Tidak terjadi peningkatan

suhu tubuh3. Suhu tubuh 36,50C.4. Tidak terdapat tanda-

tanda infeksi. Tampakterpasang verban padadaerah luka.

Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan4

Page 94: Kti mas udin

80

5. Catatan Perkembangan

Tabel 17. Catatan PerkembanganNo No.

DxHari/Tgl

.Jam Catatan Perkembangan

1. I Rabu,2 Maret

2016

08.00

08.10

08.20

08.30

08.35

S :

O :

A :P :I :

E :

Klien mengatakan masih merasa nyeri pada lukabekas operasi1. Ekspresi wajah klien masih tampak meringis saat

lukanya di sentuh.2. Skala nyeri 6 (0-10).3. Nyeri tekan pada betis kanan.Tujuan belum tercapai.Lanjutkan intervensi 1,2, dan 41. Mecatat lokasi dan intensitas nyeri.

Hasil : nyeri pada betis kanan, dengan skalanyeri 6 (0-10).

2. Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisiberbaring.Hasil : klien merasa nyaman dengan posisiberbaring

4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik sesuaiindikasi yaitu ketorolac 30 mg tiap 12 jam /IV.Hasil : injeksi ketorolac 1 cc /IV

Masalah belum teratasi2. II Rabu,

2 Maret2016

08.10

09.15

09.20

09.30

09.40

09.45

S :

O :

A :P :I :

1. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu olehkeluarga

2. Klien mengatakan belum dapat bergerak denganbebas karena merasa nyeri bila bergerak.

1. Nampak aktivitas masih di bantu perawat dankeluarga .

2. Kekuatan otot 5 1Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas

klien dengan menganjurkan klien untukmengangkat kaki kanannya.Hasil : klien masi susah mengangkat kaki kanan ,kekuatan otot 5 1.

2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhanaktivitas sehari-hari seperti makan, minum, BABdan BAK..Hasil : klien belum mampu melakukanaktifitasnya secara mendiri.

3. Membantu klien melakukan gerakan-gerakansendi secara aktif pada ekstremitas atas danbawah sebanyak 8x hitungan.Hasil : klien melakukan pergerakan sendipadaekstermitas atas dan bawah.

4. Menganjurkan keluarga klien untuk turutmembantu melatih dan memberikan motivasikepada klien dalam melakukan latihan mobilitasfisik seperti ROM.Hasil : keluarga klien mengikuti anjuran dariperawat.

Page 95: Kti mas udin

81

No No.Dx

Hari/Tgl.

Jam Catatan Perkembangan

13.10 E : Masalah belum teratasi3. III Rabu,

2 Maret2016

08.10

08.40

08.50

09.00

09.20

09.50

S :

O :

A :P :I :

E :

1. Klien mengatakan merasa segar setelahdimandikan oleh perawat.

1. Penampilan klien nampak bersih dan rapi2. Mulut dan gigi nampak bersih dan kecuali

kuku masih panjang dan kotorTujuan tercapai sebagianLanjutkan intervensi 1,2,3, dan 41. Memantau hambatan terhadap partisipasi dalam

perawatan diri.Hasil :Klien belum dapat melakukan aktivitas secaramandiri khususnya perawatan diri.

2. Memberikan HE pada klien dan keluarga akanpentingnya perawatan diri dengan caramenjelaskan :1. Pentingnya kebersihan kukuHasil :Klien dan keluarga paham dengan penjelasanperawat.

3. Membantu klien dalam melakukan perawatandiri yaitu potong kukuHasil :Kuku tangan dan kaki pendek dan bersih

4. Menganjurkan keluarga klien untuk membantuaktivitas perawatan diri klien memotong kukubila panjang sampai klien bisa melakukan secaramandiri.Hasil :Keluarga mau untuk membantu klien dalammelakukan perawatan diri sampai klien dapatmelakukannya sendiri.Masalah teratasi

4 IV Rabu,2 Maret

201608.10

08.40

08.50

09.00

09.10

S:O:

A :P :I :

1. Luka tampak bersih dan kemerahan.2. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh3. Suhu tubuh 36,50C.4. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Tampak

terpasang verban pada daerah luka.Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Memantau suhu secara teratur, catat munculnya

tanda-tanda klinis dan proses infeksi.Hasil : tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi,suhu 36,8oc

2. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalamperawatan luka yaitu dengan cuci tangan danmemakai handscone pada saat perawatan lukadan menggunakan betadin.Hasil : keadaan luka nampak bersih, kemerahandan panjang luka ± 8 cm dan luka tertutup verban

3. Melakukan perawatan luk

Page 96: Kti mas udin

82

No No.Dx

Hari/Tgl.

Jam Catatan Perkembangan

13.10

E :

setiap hari.Hasil : melakukan ganti verband dengan carasteril.

4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik sesuaiindikasi yaitu cefazolin 1000 mg tiap 12 jam/IV.Hasil : diberikan injeksi cefazolin 10 cc /IV.Masalah belum teratasi

5 I Kamis,3 Maret

2016

08.00

08.10

08.20

08.30

13.00

S :

O :

A :P :I :

E :

Klien mengatakan masih merasa nyeri pada betiskanan.1. Ekspresi wajah klien masih tampak meringis2. Skala nyeri 6 (0-10).Tujuan belum tercapai.Lanjutkan intervensi 1,2, dan 41. Mecatat lokasi dan intensitas nyeri.

Hasil : nyeri pada betis kanan, dengan skala nyeri4 (0-10).

2. Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisiberbaring.Hasil : klien merasa nyaman dengan posisiberbaring.

4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik sesuaiindikasi yaitu keterolac 30 mg tiap 12 jam /IVHasil : diberikan injeksi ketorolac 1cc/IV.

Masalah belum teratasi.

Page 97: Kti mas udin

83

No No.Dx

Hari/Tgl.

Jam Catatan Perkembangan

6. II Kamis,3 Maret

2016

08.10

09.15

09.20

09.30

09.35

09.40

09.45

S :

O :

A :P :I :

E :

1. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu olehkeluarga

2. Klien mengatakan belum dapat bergerak denganbebas karena merasa nyeri bila bergerak.

1. Klien tampak beristirahat diatas tempat tidur2. Klien tampak BAK diatas tempat tidur dengan

menggunakan pispot.Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas

klien dengan menganjurkan klien untukmengangkat kaki kanannya.Hasil : klien mengatakan susah mengakatkakinya.

2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhanaktivitas sehari-hari seperti mkn, minum, BABdan BAK.Hasil : klien belum bisa melakukan aktifitasnyasecara mendiri.

3. Membantu klien melakukan gerakan-gerakansendi secara aktif pada ekstremitas atas danbawah sebanyak 8x hitungan.Hasil : klien melakukan pergerakan sendi padaektermitas atas dan bawah.

4. Menganjurkan keluarga klien untuk turutmembantu melatih dan memberikan motivasikepada klien dalam melakukan latihan mobilitasfisik seperti ROM.Hasil : keluarga klien kooperatif.Masalah belum teratasi

7. III Kamis,3 Maret

2016

08.10 S :

O :

A :P :

Klien mengatakan merasa segar setelah dimandikanoleh perawat.Klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandirikhususnya perawatan diri..Kuku nampak pendek dan bersih.Tujuan tercapaiPertahankan intervensi

8 V Kamis,3 Maret

201608.10

08.40

08.50

S :O:

A :P :I :

1. Luka tampak bersih dan kemerahan.2. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh3. Suhu tubuh 36,50C.4. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Tampak

terpasang verban pada daerah luka.Tujuan tercapai sebagianLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Memantau suhu secara teratur, catat munculnya

tanda-tanda klinis dan proses infeksi.Hasil : tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi,dengan suhu 36,4oc

2. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalamperawatan luka yaitu dengan cuci tangan danmemakai handscone pada saat perawatan lukadan menggunakan betadin.

Page 98: Kti mas udin

84

No No.Dx

Hari/Tgl.

Jam Catatan Perkembangan

09.00

09.10

13.10 E :

Hasil : keadaan luka nampak bersih, kemerahandan panjang luka ± 8 cm dan luka tertutupverban

3. Melakukan perawatan luka setiap hari.Hasil : melakukan ganti verband setiap harisecara steril.

4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotiksesuai indikasi yaitu cefazolin 1000 mg /IV.Hasil : diberikan injeksi cerfazolin 10 cc /IV

Masalah belum teratasi9 I Jum’at,

4 Maret2016

08.00

08.10

08.20

08.30

08.35

S :

O :

A :P :I :

\

E :

Klien mengatakan masih merasa nyeri pada betiskanan.1. Ekspresi wajah klien masih tampak meringis2. Skala nyeri 4 (0-10).Tujuan belum tercapai.Lanjutkan intervensi 1,2 dan 41. Mencatat lokasi dan intensitas nyeri.

Hasil : nyeri pada betis kanan dengan skala nyeri4 (0-10).

2. Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisiberbaringHasil : klien merasa lebih nyaman dengan posisiberbaring.

3. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik sesuaiindikasi yaitu keterolac 30 mg /IV.Hasil : diberikan injeksi ketorolac 1cc/ IVMasalah belum teratasi

10 II Jum’at,4 Maret

2016

08.10

09.15

09.20

09.30

09.40

S :

O :

A :P :I :

1. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu olehkeluarga

2. Klien mengatakan belum dapat bergerak denganbebas karena merasa nyeri bila bergerak.

1. Klien tampak beristirahat diatas tempat tidur2. Klien tampak BAK diatas tempat tidur dengan

menggunakan pispot.Tujuan belum tercapaiLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas

klien dengan menganjurkan klien untukmengangkat kaki kanannya.Hasil : klien belum bisa mengangkat kakikanannya.

2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhanaktivitas sehari-hari seperti makan, minum,BAB dan BAK..Hasil : klien belum mampu melakukan aktifitassecara mandiri.

3. Membantu klien melakukan gerakan-gerakansendi secara aktif pada ekstremitas atas danbawah sebanyak 8x hitungan.Hasil : klien melakukan pergerakan sendi atasdan bawah.

4. Menganjurkan keluarga klien untuk turutmembantu melatih dan memberikan motivasi

Page 99: Kti mas udin

85

No No.Dx

Hari/Tgl.

Jam Catatan Perkembangan

13.10 E :

kepada klien dalam melakukan latihan mobilitasfisik seperti ROM.Hasil : klien dan keluarga mau mengikutianjuran dari perawat.

Masalah belum teratasi11 V Jum’at,

4 Maret2016

08.10

08.40

08.50

09.00

09.10

13.10

S:O:

A :P :I :

E :

1. Luka tampak bersih dan kemerahan.2. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh3. Suhu tubuh 36,50C.4. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Tampak

terpasang verban pada daerah luka.Tujuan tercapai sebagianLanjutkan intervensi 1,2,3 dan 41. Memantau suhu secara teratur, catat munculnya

tanda-tanda klinis dan proses infeksi.Hasil : tanda-tanda infeksi tidak mucul, dengansuhu 36,8oc.

2. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalamperawatan luka.Hasil : keadaan luka nampak bersih

3. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalamperawatan luka yaitu dengan cuci tangan danmemakai handscone pada saat perawatan lukadan menggunakan betadin.Hasil : keadaan lukanampak bersih, kemerahan dan panjang luka ± 8cm dan luka tertutup verban

4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotiksesuai indikasi yaitu cefazolin 1000 mg/IV. Hasil: diberikan injeksi ceftriaksone 10 cc /IV.Masalah belum teratasi.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini akan diulas mengenai kesenjangan antara teori

yang ada di BAB II dan tinjauan kasus di BAB III. Kesenjangan yang

ditemukan akan dibahas berdasarkan tahapan asuhan keperawatan yaitu tahap

pengkajian, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi dan juga

dokumentasi keperawatan, sesuai dengan Asuhan Keperawatan pada Klien

Tn. A dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV

a/i Fraktur Tibia Fibula Diruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

Page 100: Kti mas udin

86

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan

tujuan memperoleh data-data untuk menentukan masalah keperawatan

yang tepat. Pengkajian dilakukan dengan anamnesa dan observasi guna

mendapatkan data subyektif dan data obyektif yang akurat. Selama tahap

ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien

cukup koperatif dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Hanya masalah waktu yang terlalu pendek yang menjadi

hambatan penulis saat pengkajian.

Terdapat kesenjangan yang penulis temukan pada fakta yang di

dapat dengan teori di mana ada data – data di tinjaun kasus tidak terdapat

pada tinjaun teoritis seperti : klien walaupun mengalami nyeri, tetapi tidak

sampai mengganggu tidur malamnya hal ini karena tingkat nyeri yang di

rasakan oleh klien belum terlalu berat, selain itu keadaan umum lemah,

tampak aktivitas klien di bantu oleh perawat dan keluarga, kekuatan otot

5/1.

Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia

dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap

stimulus yang berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik yang

didapatkan berbeda pula.

Page 101: Kti mas udin

87

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan perbandingan antara kemungkinan diagnosa keperawatan

yang ada diteori dengan diagnosa keperawatan pada kasus, diagnosa yang

ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan didalam teori adalah :

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi

penyakitnya.

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak

ditemukan dalam kasus adalah :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan udema dan efek

inhalasi asap.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

metabolisme tidak adekuat.

c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon

monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.

d..Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar.

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal.

f. Hipotermia berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan

luka yang terbuka

3. Perencanaan

Dalam tahap ini penulis menerapkan perencanaan dengan baik sesuai

dengan keadaan klien yang diambil dari beberapa referensi. Dalam

Page 102: Kti mas udin

88

penyusunan perencanaan tidak semua intervensi yang ada dalam teori

terdapat dalam kasus, kesenjangan ini terjadi karena tidak semua diagnosa

keperawatan yang ada dalam teori muncul dalam kasus, dan juga

intervensi yang ada dalam teori tidak semua dapat dipersiapkan di rumah

sakit tempat penulis praktek. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori

dan muncul pada kasus pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena

perencanaan pada kasus penulis berpatokan pada tinjauan teoritis,

sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus dan tidak ada pada teori,

penulis membuat intervensi berdasarkan tinjauan teoritis yang

berhubungan dengan masalah yang dialami oleh klien.

4. Implementasi

Pada tahap ini, pada dasarnya penulis melaksanakan tindakan

berdasarkan rencana yang telah dibuat. Tahap ini merupakan realisasi dari

perencanaan yang telah disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu

pada perencanaan yang merupakan suatu pendukung berjalannya tahap

pelaksanaan adalah kerjasama yang baik antara perawat, klien dan

keluarga sehingga memudahkan dalam setiap tindakan. Selain itu adanya

dukungan dari perawat pembimbing. Adapun yang menjadi faktor

penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan

prasarana yang terdapat di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana

dan prasarana, namun setiap intervensi yang telah disusun dapat

diimplementasikan kepada klien.

Page 103: Kti mas udin

89

Dalam teori, pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari

rencana yang meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan,

melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan-ketentuan rumah

sakit serta melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah

ditetapkan dengan harapan dapat mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena

semua perencanaan dalam kasus yang disusun telah dilaksanakan.

5. Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan

dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan

mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Adapun evaluasi dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien

Tn. A yang dirawat selama 4 hari perawatan dari tanggal 1 sampai dengan

4 Maret 2016, ada 4 diagnosa keperawatan aktual dan 1 diagnosa

keperawatan resiko yaitu nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

kerusakan gerakan sendi, Defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyakitnya, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka

trauma.

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan

keperawatan maka evaluasi dapat disimpulkan bahwa sampai hari ke

empat masalah keperawatan yang ada pada klien Tn. A adalah 2 diagnosa

Page 104: Kti mas udin

90

keperawatan yang teratasi yaitu defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan dan ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Sedangkan 3 diagnosa belum teratasi tetapi sudah menunjukan adanya

perubahan yaitu nyeri berhubungan dengan adanya terputusnya kontinuitas

jaringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kerusakan

pergerakan sendi, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka

bekas operasi. Hal ini disebabkan karena beberapa masalah keperawatan

membutuhkan waktu berbeda - beda dalam proses penyembuhan.

Page 105: Kti mas udin

29

11. Penyimpangan KDM

- Trauma langsung- Tekanan yang berulang- Akibat proses patologis (osteoporosis)

Fraktur

Terputusnya kontinuitasjaringan

Menekan jaringan sekitarnya(pembuluh darah dan saraf)

Luka terbuka

Kerusakanjaringan kulit

Gangguanintegritas kulit

Pemajangan dengandunia luar

Kontaminasiberkelanjutan

Pintu mikroorganismemudah ke jaringan

Resiko tinggiinfeksi

Pembatasan pergerakan

Penurunan / inte-rupsi alirandarah

Resti disfungsineurovaskuler perifer

For the entri

Aliran darah terg Peningkatan neurotrans-mitter(bradikinin, histamin, serotinin dan

prostaglandin)

Merangsang saraf perifer

Tindakan Debridemen

Perubahan aliran udara Emboli lemak Perubahan membranalveolar/kapiler paru

Udema paru

Resiko tinggi terhadap gangguanpertukaran gas

Page 106: Kti mas udin

30

Bagan I : Penyimpangan Kebutuhan Dasar ManusiaSumber : (Nurarif & Kusuma, 2015).

Dihantarkan ke kordaspinalis

Diteruskan ke jalur spinothamamic traet (STT)

Thalamus

Corteks cerebri

(Corteks cerebri)

Nyeri dipresepsikan

Gangguanmobilitas fisik

Motilitas ususmenurun

Selalu merasakenyang

Anoreksia

Intake tidakadekuat

Resiko nutrisi kurangdari kebutuhan

Perubahan status kesehatan

Informasi tidakadekuat

Salah interpretasiinformasi

Kurangnyapengetahuan

Menrangsang Susunan sarafotonom (Norephineprin)

Mempengaruhi mediator kimia(Norephineprin)

Mengaktifkan RAS

REM menurun

Klien selalu terjaga

Gangguan tidur

Page 107: Kti mas udin

91

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses

keperawatan pada klien Tn. A yang penulis laksanakan di Ruang Bedah

Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

yang dimulai pada tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016 dengan mengacu

pada tujuan ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :

1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan,

yang menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan otot dan sendi,

dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan syaraf serta kerusakan pembuluh

darah yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

2. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data

yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik

studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi

untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada

prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis

berpatokan pada tinjauan teoritis, serta diagnosa yang muncul pada kasus

ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi

berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Page 108: Kti mas udin

92

4. Pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja

sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan

dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari

perawat pembimbing.

5. Setelah mengimplementasi asuhan keperawatan yang telah direncanakan

selama 4 hari, yang dimulai tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016,

maka seluruh tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat tercapai.

Dalam studi kasus ini terdapat 5 diagnosa yang terdiri dari empat diagnosa

actual dan satu diagnose resiko. 2 diagnosa teratasi yaitu deficit perawatan

diri dan ansietas, dan 3 diagnosa tidak teratasi yang terdiri dari nyeri,

gangguan mobilitas fisik dan resiko infeksi.

B. Rekomendasi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal : Post

Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra penulis

merekomendasikan :

1. Untuk Pihak Rumah Sakit

Rumah Sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

komperhensif yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan

menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang

pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi.

Page 109: Kti mas udin

93

2. Untuk Institusi Akper Pemkab Muna

Institusi dan penyelenggara pendidikan diharapkan menyediakan buku-

buku referensi yang memadai, yang menyangkut hal - hal terbaru tentang

penatalaksanaan perawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan,

khususnya penyakit Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula

Dextra, serta menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek

keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan karya tulis

dimasa yang akan datang.

3. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan.

Bagi perkembangan ilmu keperaawatan yaitu dapat mengembangkan ilmu

keperawatan, khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien

dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i

Fraktur Tibia Fibula Dextra.

Page 110: Kti mas udin

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. EGC : Jakarta.

Astuti, P. (2011). Pengaruh edukasi preoperasi terstruktur (dengan teori kognitif social)

terhadap self-efficacy dan perilaku latihan post operasai pada pasien fraktur

ekstremitas bawah dengan pembedahan di Surabaya. Universitas Indonesia,

Fakultas Ilmu Keperawatan, Program Magister Ilmu Keperawatan, Depok.

Doenges, M. E, at all. (2000). Rencana asuhan keperawatatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC : Jakarta.

Solihati, I. (2013). Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat pada

kasus fraktur cruris sinistra di lantai I GPS RSUP Fatmawati. Universitas

Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Depok.

Hariani, S & Ariani, Y. (2007). Respons adaptasi klien dengan fraktur ekstremitas

bawah selama masa rawatan di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU dr.

Pirngadi Medan. J Keperawatan Rufaidah Universitas Sumatera Utara, Volume

2 Nomor 2, November 2007.

Kementrian, Kes, RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 : Jakarta

Nursalam. (2013). Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik Edisi 2.

Salemba Medika : Jakarta.

RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. (2016), Medical Record : Bandung.

Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperatan Edisi 3. EGC :

Jakarta.

Wijaya, S. Andra & Putri, M. Yessie. (2013). Keperawatan medical bedah 2

(Keperawatan dewasa). Nuha Medika : Yogyakarta.

Page 111: Kti mas udin

Lampiran III

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATANJln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954

LEMBAR KONSULTASI

Nama : MAS UDINNIM : 13. 13. 1075Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan keperawatan pada Klien Tn. A

dengan Gangguan System Muskuloskeletal :“Post Debidement POD IV a/I Fraktur TibiaFibula Dextra” di Ruang Bedah OrthopediGedung Kemuning Lantai II Rumah SakitUmum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah : Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes

NO HARI/TGLPOKOK

BAHASAN/SUBPOKOK BAHASAN

SARANPEMBIMBING

PARAFPEMBIMBING

1 Selasa,03 Mei2016

a. Konsul Judul KTI 1) Konsul Judul2) ACC Judul

KTI2 Sabtu,

07 Mei2016

a. Lanjut BAB Ib. Tujuan

1) Perhatikansistematikapenulisan.

2) Hilangkanbeberapareferensi.

3) Setiap katabahasa medisdi miringkan.

4) Sesuaikandenganpanduan.

3 Senin,09 Mei2016

a. Latar belakang 1) Perhatikansistematikapenulisan.

Page 112: Kti mas udin

4 Rabu,11 Mei2016

a. BAB I(Pendahuluan)

1)ACC BAB I2)Lanjut BAB

II5 Kamis,

12 Mei2016

a. BAB II (TinjauanTeoritis.1) Pengertian

anatomifisiologi.

2) Pengkajian.3) Diagnose

keperawatan

1) Cari referensiyang sesuaidenganmasalah.

2) Pada gambarpakai spasi 3.

3) Perhatikantanda baca.

4) DatapengkajianlengkapiTTV,Kesadaran, &IMT.

5) Systempemeriksaanfisik sesuaiteori.

6 Sabtu,14 Mei2016

a. BAB II (Tinjauanteori)

1) ACC BAB IIlanjut BABIII

7 Selasa,31 Mei2016

a. Konsul BAB III 1) Perhatikansistematikapenulisan

2) Isi bab IIIsesuaikandengan isipada bab II

3) Tambahkansatu diagnosepada BAB III

4) Perbaikitulisan caper

8 Rabu,01 Juni2016

a. Konsul BAB III 1) Perbaikisistematikapenulisan

2) Cari rumus

Page 113: Kti mas udin

IMT3) Perbaiki

pembahasan9 Jum’at,

03 Juni2016

a. ACC BAB III 1) Lanjut konsulBAB IV

10 Sabtu,04 Juni2016

a. Konsul BAB IV 1) Perbaikisistematikapenulisan

11 Senin,06 Juni2016

a. ACC BAB IV 1) Lanjut konsulkelengkapanKTI

12 Rabu,08 Juni2016

a. Konsulkelengkapan KTI

1) Perbaikisistematikapenulisan

13 Jum’at,10 Juni2016

a. ACC KTI secarakeseluruhan

Page 114: Kti mas udin

Nyeri adalah suatu perasaan

yang menimbulkan ketegangan

dan siksaaan bagi yang

mengalaminya.

PENGERTIAN TEKHNIK

MENGATASI NYERI

Suatu hubungan untuk

mengurangi rasa tidak nyaman

nyeri pada seseorang.

1. Mengurangi rasa nyeri

2. Merelaksasikan ketegangan

otot

3. Mengalihkan perhatian agar

nyeri tidak terasa atau

hilang

4. Menghalangi sampainya

rangsangan nyeri ke otak

agar rangsangan nyeri tidak

dipersepsikan

5. Mengurangi kecemasan.

OLEH :

MAS UDIN

13.13.1075

Lampiran III

Page 115: Kti mas udin

4. Tekhnik rangsangan dan

masase (pijatan)

Maksudnya untuk

menghalangi sampainya

rangsangan nyeri ke otak

agar rangsangan nyeri tidak

dipersepsikan, misalnya :

Menggosok kulit atau

mengusap-usap kulit

Kompres dengan air

panas atau hangat

3. Tekhik Imajinasi

Membayangkan sesuatu

yang menarik dan

menyenangkan

1. Tekhnik Relaksasi

Tekhnik nafas dalam yaitumenarik napas melalui hidungkemudian mengeluarkannyasecara perlahan melaui mulutdengan gerakan lambat danteratur

2. Tekhnik Distraksi

Memfokuskan perhatian diripada sesuatu selain pada nyeri

misalnya :

Mengobrol dengan oranglain

Mendengarkan music Melakukan aktivitas atau

permainan seperti bermaincatur

Membaca dan menonton

Page 116: Kti mas udin

Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Kurangnya informasi mengenai teknik mengatasi nyeri

Pokok Bahasan : Nyeri

Sub Pokok Bahasan : Teknik mengatasi nyeri

Sasaran : Tn. A dan keluarga

Waktu : 15 Menit

Tempat : Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami

dan mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :

1) Menyebutkan pengertian nyeri dengan benar tanpa melihat catatan / leaflet

2) Menyebutkan pengertian teknik mengatasi nyeri dengan benar tanpa

melihat catatan / leaflet

3) Menyebutkan tujuan mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catata/

leaflet

4) Menyebutkan cara mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catatan

leaflet

5) Mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri.

Page 117: Kti mas udin

3. Pokok Materi

1) Pengertian nyeri

2) Pengertian teknik mengatasi nyeri

3) Tujuan mengatasi nyeri

4) Cara mengatasi nyeri

4. Kegiatan Belajar Mengajar

1) Metode : ceramah, tanya jawab dan demonstrasi

2) Langkah – langkah kegiatan :

a. Kegiatan Pra Pembelajaran

a) Mempersiapkan materi, media dan tempat

b) Kontrak waktu

b. Membuka Pembelajaran

a) Memberi salam

b) Perkenalan

c) Menjelaskan pokok bahasan

d) Menjelaskan tujuan

e) Apersepsi

c. Kegiatan inti

a) Penyuluh menyampaikan materi

b) Sasaran menyimak materi

c) Sasaran mengajukan pertanyaan

d) Penyuluh menjawab pertanyaan

e) Penyuluh menyimpulkan jawaban

Page 118: Kti mas udin

d. Penutup

a) Evaluasi

b) Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi

c) Memberi salam

5. Media

Media : Leaflet

6. Evaluasi

1) Prosedur : Post test

2) Jenis tes : Pertanyaan secara lisan

3) Butir soal : 4 soal

a. Sebutkan pengertian nyeri

b. Sebutkan pengertian teknik mengatasi nyeri

c. sebutkan tujuan mengatasi nyeri

d. Sebutkan cara mengatasi nyeri

7. Lampiran Materi dan Media

Page 119: Kti mas udin

Lampiran II

TEKNIK MENGATASI NYERI

A. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial yang menimbulkan

ketegangn dan siksaan bagi yang mengalaminya.

B. Pengertian teknik mengatasi nyeri

Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang

sampai tingkat yang dapat ditoleransi.

C. Tujuan mengatasi nyeri

1. Mengurangi rasa nyeri

2. Merelaksasikan ketegangan otot

3. Mengalihkan perhatin agar nyeri tidak terasa atau hilang

4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri

tidak dipersepsikan

5. Mengurangi kecemasan

D. Cara mengatasi nyeri

1. teknik relaksasi

Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara

perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.

Page 120: Kti mas udin

2. Teknik distraksi

Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri, misalnya :

a. Mengobrol dengan orang lain

b. Mendengarkan musik

c. Melakuakan aktivitas atau permainan seperti bermain catur

d. Membaca dan menonton

3. teknik imajinasi

Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan

2. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)

Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar

rangsangan nyeri tidak dipersepsikan, misalnya :

a. Menggosok kulit atau mengusap-usap kulit

b. Kompres dengan air hangat atau panas