kti tasya maharani

48
  Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II  1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penggunaan antibiotik di dunia dan Indonesia semakin hari semakin banyak seiiring dengan bertambahnya penyakit infeksi di Indonesia dan berbagai tempat di  belahan dunia. Penyakit infeksi tetap menempati peringkat pertama dalam angka morbiditas dan mortalitas.Pemakaian antibiotik menjadi lini pertama dalam terapi  penyakit infeksi, disamping terapi simtomatik dan suportif lainnya. Apabila  pemakaiaannya kurang bijak dan rasional, maka dikhawatirkan resistensi terhadap antibiotik akan bertambah tinggi, terjadinya collateral damage dan efek samping yang tidak diinginkan, alhasil infeksi akan semakin sulit diberantas. Situasi  penggunaan antibiotik di rumah sakit pada umumnya adalah peresepan antibiotik generasi baru yang boleh diresepkan oleh semua dokter. Semua antibiotik boleh digunakan tanpa batasan yang jelas, tidak adanya protokol terkini yang mengatur  penggunaannya, ditambah lagi dengan tidak tepat indikasi, kurang memperhatikan kontra indikasi dan efek samping. Hal- hal ini akan meningkatkan angka resistensi kuman terhadap antibiotik yang berujung pada meningkatnya morbiditas dan mortalitas penderita ( Pohan, 2009). Menurut Center  for Disease Control and Prevention  sekitar 150 juta resep antibiotika ditulis di Amerika Serikat dalam setahun. Hal ini berarti bahwa sekitar 50  juta pounds antibiotika digunak an di Amerika Serikat setahun, diantaranya 22 sampai 25 juta dolar untuk peternakan dan pertanian. Hasil penelitian Gonzales menunjukan

Upload: tasya-maharani-putri

Post on 17-Oct-2015

302 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang Penggunaan antibiotik di dunia dan Indonesia semakin hari semakin banyak seiiring dengan bertambahnya penyakit infeksi di Indonesia dan berbagai tempat di belahan dunia. Penyakit infeksi tetap menempati peringkat pertama dalam angka morbiditas dan mortalitas.Pemakaian antibiotik menjadi lini pertama dalam terapi penyakit infeksi, disamping terapi simtomatik dan suportif lainnya. Apabila pemakaiaannya kurang bijak dan rasional, maka dikhawatirkan resistensi terhadap antibiotik akan bertambah tinggi, terjadinya collateral damage dan efek samping yang tidak diinginkan, alhasil infeksi akan semakin sulit diberantas. Situasi penggunaan antibiotik di rumah sakit pada umumnya adalah peresepan antibiotik generasi baru yang boleh diresepkan oleh semua dokter. Semua antibiotik boleh digunakan tanpa batasan yang jelas, tidak adanya protokol terkini yang mengatur penggunaannya, ditambah lagi dengan tidak tepat indikasi, kurang memperhatikan kontra indikasi dan efek samping. Hal- hal ini akan meningkatkan angka resistensi kuman terhadap antibiotik yang berujung pada meningkatnya morbiditas dan mortalitas penderita ( Pohan, 2009). Menurut Center for Disease Control and Prevention sekitar 150 juta resep antibiotika ditulis di Amerika Serikat dalam setahun. Hal ini berarti bahwa sekitar 50 juta pounds antibiotika digunakan di Amerika Serikat setahun, diantaranya 22 sampai 25 juta dolar untuk peternakan dan pertanian. Hasil penelitian Gonzales menunjukan bahwa 30% resep antibiotika diperuntukan infeksi saluran nafas, lebih dari separuhnya mungkin viral, yang tidak memerlukan antibiotika (Sensakovie & Smith,2000). Rumah sakit merupakan tempat dimana penggunaan antibiotika paling banyak ditemukan. Dinegara yang sudah maju 13-37% dari seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30-80% pasien yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotika. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional sangat banyak dijumpai baik di negara maju maupun negara berkembang. (http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm) Beberapa alasan mengapa antibiotik harus digunakan secara rasional yaitu pertama untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi, oleh karena itu harus dipilih antibiotika yang paling tepat dengan dosis akurat, cara dan lama pemberian yang sesuai, dan memberikan resiko efek samping seminimal mungkin. Kedua adalah untuk meminimalkan resiko terjadinya resistensi bakteri, dan ketiga untuk menjamin terciptanya pelayanan kesehatan yang baik dengan biaya yang terjangkau. Dampak negative dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah munculnya dan berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotika, perawatan penderita lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan ( lokakarya nasional I,2005). Karena kurang tepatnya pemberian antibiotik menimbulkan efek samping yang sering terjadi yaitu gangguan beberapa organ tubuh. Apalagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak, karena tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih belum tumbuh sempurna. Apalagi anak beresiko paling sering mendapatkan antibiotika, karena lebih sering sakit akibat daya tahan tubuh lebih rentan. Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan unit pelayanan kesehatan yang juga melayani masalah kesehatan pada anak. Banyaknya pasien anak yang mengalami infeksi sehingga diberikan antibiotik sebagai salah satu cara penggobatan yang dilakukan. Pemberian antibiotik pada anak sangat bervariasi mulai dari jenis antibiotik sampai bentuk sediaan yang digunakan. Periode pengambilan data dilakukan selama setahun yaitu tahun 2010 dikarenakan untuk mendapatkan data yang lebih valid dan sebagai sampel data diharapkan memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sample penelitian. Latar belakang diatas mendorong minat penulis untuk mengetahui tentang profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini ingin mengetahui :1. Sepuluh besar jenis antibiotik berdasarkan zat aktif.2. Jumlah dan persentase golongan antibiotik terbanyak dan paling sedikit3. Jumlah dan persentase peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terbanyak dan paling sedikit4. Sepuluh besar jumlah obat lain yang sering dikombinasikan bersama dengan antibiotik.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat bagi penulis Mengetahui tentang profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.1.4.2 Manfaat bagi akademik Sebagai bahan referensi mengenai profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010 dan sebagai referensi Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

1.4.3 Manfaat bagi RSUP Fatmawati Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan mengenai profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.1.4.4 Manfaat bagi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengadaan obat pada periode selanjutnya.

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Antibiotik Antibiotik adalah senyawa kimia yang khas yang dihasilkan oleh organisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme ( Soekarjo,2000). Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy,2007). Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia termasuk kecil (Tjay & Rahardja, 2007).

2.2 Klasifikasi Antibiotik2.2.1 Penggolongan antibitiotik berdasarkan spectrum aktivitasnya :a. Antibiotik narrow-spectrum (spektrum sempit). Obat-obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya Penisilin-G dan Penisilin-V, eritromisin, klindamisin yang hanya bekerja terhadap kuman gram positif sedangkan streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiskat yang aktif khusus hanya pada kuman gram-negatif.

b. Antibiotik broad-spectrum (spektrum luas) bekerja terhadap lebih banyak kuman baik gram-positif maupun gram-negatif antara lain sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin2.2.2 Berdasarkan daya kerjaa. Zat-zat bakterisid, yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-obat ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :a) Zat-zat yang bekerja terhadap fase tumbuh misalnya penisilin, sefalosporin, polipeptida, rifampisin dan kuinolon-kuinolon.b) Zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya aminoglikosid, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan polipeptidab. Zat-zat bakteriostatik, yang pada dosis biasa terutama berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Contohnya adalah kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida dan linkomisin(Tjay & Rahardja, 2007).

2.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek.a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamid atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek sulfonamid dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA. Untuk dapat bekerja, dihidrofolat harus diubah menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetrahidrofolat. Enzim dihidrofolat reduktase yang berperanan di sini dihambat oleh trimetoprim, sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat yang fungsional. PAS merupakan analog PABA, dan bekerja dengan menghambat sintesis asam folat pada M. tuberculosis. Sulfonamid tidak efektif terhadap M. tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid. Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan enzim untuk sintesis asam folat yang bersifat sangat khusus bagi masing-masing jenis mikroba.Contohnya adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon.b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin, yang menghambat reaksi terakhir (transpeptidasi) dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmosis dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.Contohnya adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin.c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba. Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuaterner dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap kuman Gram-positif karena jumlah jumlah fosfor bakteri ini rendah. Kuman Gram-negatif yang menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya. Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan (surface-active agents), dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.Contohnya adalah polimiksin dan golongan polien.d. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30 S dan 50 S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70 S. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30 S dan menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik aminoglikosid lainnya yaitu gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama, namun potensinya berbeda. Eritromisin berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru. Linkomisin juga berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat sintesis protein. Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30 S dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat pengikatan asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase.Contohnya adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.e. Antibiotik yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker, tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan di sini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin, salah satu derivat rifamisin, berikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada sub unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.Contohnya adalah rifampisin dan golongan kuinolon (Setiabudy, 2007).

2.4 Antibiotik tersendiri yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 20101. Cefixime ( Cefilla, Cefspan, Cefarox )Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.Indikasi : Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut dan kronik, demam tifoid.Efek samping : Syok, reaksi hipersensitivitas, kelainan hematologi, peningkatan hasil tes fungsi hati, gangguan GI, disfungsi ginjal, gangguan penafasan, sakit kepala atau pusing( jarang).Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap cefiximePerhatian : Hipersensitivitas terhadap penisilin, infeksi ginjal berat, gizi buruk, hamil dan laktasiDosis : Anak 1,5-3 mg/kg BB 2 x/hr.Infeksi lebih berat atau tak terkendali : 6 mg/kg BB 2 x/hrDemam tifoid pada anak 10-15 mg/kg BB selama 2 minggu

2. INHMekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Indikasi : Untuk semua bentuk tuberkulosis dengan kuman yang sensitif baik untuk pecegahan maupun pengobatanEfek samping : Neuropati perifer dan efek neurotoksik lain, mual, muntah, reaksi pada hati dan hematologik, reaksi hipersensitivitas, reaksi metabolik dan endokrin, sindrom reumatikKontra Indikasi : Hepatitis yang dipicu oleh obat atau penyakit hati akut karena penyebab apapun, epilepsi, insufiensi ginjalPerhatian : Konsumsi alkohol setiap hari, DM, gangguan fungsi ginjal, kecendrungan konvulsi, hamil dan laktasiDosis : Anak 10-20 mg/kg BB/hr sebagai dosis tunggal. Maks 300 mg/hr3. RifampisinMekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Indikasi : TBCEfek samping : Gangguan GI, ruam kulit, leukopenia, anemia, hemolisis, pusing, sakit kepala, demam, urtikaria, hematuria, kegagalan ginjal akutKontra Indikasi : Hipersensitif terhadap rifampisin, penderita dengan ikterusPerhatian : Alkoholisme, kerusakan fungsi hati, menyebabkan air seni, air mata dan dahak berwarna kemerahanDosis : Anak 10-20 mg/kgBB/hari, tidak melebihi 600 mg

4. Cefadroxil ( Lapicef, Cefat )Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, saluran GI dan infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri yang peka.Efek samping : Kolitis pseudomembran, alergi, pruritus general, moniliasis genital, vaginitis, neutropenia sedang dan sementara, peningkatan transaminase serum.Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporinPerhatian : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, mendapat terapi diuretik poten dan antibiotik nefrotoksikDosis : Anak 30 mg/kg BB/hr dalam 2 dosis terbagi tiap 12 jam5. Amoxicillin ( Amoxan)Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, bronkitis kronis, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kencing, meningitis bakterial, infeksi telinga dan uretritis.Efek samping : Reaksi hipersensitif, gangguan GIKontra indikasi : Hipersensitif terhadap penisilinPerhatian : Hipersensitifitas terhadap sefalosporin, kerusakan ginjal.Dosis : Anak 20 mg/kg BB/hari terbagi tiap 8 jam

6. Eritromicin ( Erytrin, Eritanin, Erysanbe)Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, gonore dan sifilis, difteri, intestinal amoebiasis, tetanus dan peradangan lain disebabkan mikroorganismeEfek samping : Gangguan GI, ototoksisitasKontra indikasi : Kepekaan terhadap eritromisinPerhatian : Kerusakan fungsi hatiDosis : Anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam7. Sulfamethoksazol dan trimetroprim ( kontrimoksazol)Mekanisme kerja : Menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan ginjal, saluran pencernaan dan jaringan kulit serta jaringan lunak, uretritis gonorkokal, disentri basiler.Efek samping : Ruam kulit, leukopenia, neutropenia, trombositopenia dan mualKontra indikasi : Penderita dengan kerusakan hati, payah ginjal yang berat, sensitif terhadap trimetroprim dan sulfamethoxazolePerhatian : Pada penderita gangguan ginjal dosis perlu dikurangi atau jarak pemberian obat diperpanjang untuk mencegah kumulasi dalam darah, pengobatan harus dihentikan jika terjadi ruam kulitDosis : Anak ( 6-12 tahun) : 80 mg trimetroprim+400 mg sulfamethoxazole 2x sehari ( pagi dan sore hari)Anak ( 6 bulan -5 tahun) : 40 mg trimetroprim+200 mg sulfamethoxazole 2x sehari ( pagi dan sore hari)Bayi( 2-6 bulan) : 20 mg trimetroprim+100 mg sulfamethoxazole 8. Co-amoxiclav : Amoxicillin dan Asam klavulanat( Klaneksy,Amoxiclav) Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran urogenital, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi, peritonitis dan infeksi setelah operasi, pembedahan besarEfek samping : Reaksi hipersensitifitas dan gangguan GIKontra indikasi : HipersensitifPerhatian : Bayi yang lahir dari ibu yang alergi terhadap penisilin, superinfeksi, hamil dan laktasiDosis : Dewasa dan anak > 12 thn: 1g tiap 8 jamAnak 3 bulan- 12 thn : 25 mg/kgBB/hari tiap 12 jamAnak 0-3 bulan : 25mg/kgBB/hari tiap 12 jam9. PirazinamidMekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Indikasi : TBCEfek samping : Hepatotoksik, demam, anoreksia, hepatomegali, gagal hati, mual, muntah, anemia sideroblastik, urtikaria, gout.Kontra Indikasi : Pasien dengan gangguan fungsi hatiPerhatian : Hati-hati dengan efek hepatotoksis dan meningkatkan kadar asam uratDosis : Dewasa 20-25 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau terbagi. Dosis maksimal adalah 3 gram sehari10. Klaritomisin ( abbotic XL )Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : infeksi saluran nafas, otitis media akut, infeksi kulit dan struktur kulitEfek samping : Diare, mual, nyeri dan rasa tidak enak pada perut, gangguan pengecapan, dispepsia, sakit kepala.Kontra indikasi : Hipersensitifitas, pasien dalam pengobatan dengan terfenadin yang mempunyai kelainan jantung atau gangguan elektrolit.Perhatian : Kerusakan hati atau ginjal, kehamilan dan laktasiDosis : 500-1000 mg/24 jam selama 7-14 hari11. Azitromisin ( Binozyt, Mezatrin )Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, infeksi kulit, infeksi saluran kemihEfek samping : Diare, mual, muntah, nyeri lambung, dispepsia, ruam kulit, sakit kepala, vertigo, kelelahanKontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap makrolidPerhatian : Kerusakan hati/ginjal parahm pasien-pasien pneumoniaDosis : 500 mg dosis tunggal pada hari pertama diikuti 250 mg dosis tunggal pada 4 hari berikutnya12. Phenoxymetil penisilin ( Ospen )Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba.Indikasi : Infeksi disebabkan oleh kuman yang peka terhadap penisilin, angia tonsilaris, bronkitis bakterial, otitis media akut,sinusitis akut, bisul, terapi penunjang pada pneumonia bakterial, mencegah kambuh demam reumatik, poliartritis.Efek samping : Gangguan GI, ruam, anafilaksis, urtikaria, demam, nyeri sendi, anemia hemolitik, kelainan hematologiKontra indikasi : sensitifitas terhadap penisilin dan sefalosporinPerhatian : Dapat menimbulkan glikosuria palsu, hipersensitif terhadap sefalosporin, diastesis alergi atau asma, kerusakan hati dan ginjalDosis : Anak 6-12 tahun 250 mg 4x/hariAnak 1-6 tahun 250 mg 3x/hari13. Tiamfenikol ( Urfamicin, Biothicol, Thiamycin)Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : Untuk pengobatan tipus, paratipus, infeksi yang disebabkan Salmonella, infeksi meningeal, riketsia, limfogranuloma, infeksi oleh kuman yang resisten terhadap antibiotika lainnya dan sensitif terhadap thiamfenikolEfek samping : Gangguan GI, diare, sembelit dan sakit perut jarang terjadi, kulit merah dan gatal-gatal, anoreksia, vertigo, sakit kepala, sindroma grayKontra indikasi : Hipersensitif, disfungsi ginjal dan hati beratPerhatian : Hamil, laktasi, bayi prematur, bayi baru lahir, superinfeksiDosis :Anak sehari 50 mg/kg BB terbagi dalam 3 takaran

2.5 Pengertian bentuk sediaan farmasi di depo rawat jalan rumah sakit umum pusat fatmawati yang berasal dari poliklinik anak. Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni, tapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan menggunakan berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan teknologi manufacturing yang tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan farmasi yang berkualitas. (Ansel, 1989)a) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Depkes, 1995).Contoh : Tablet Kotrimoksazol, INH, PZA, Rifampisin, Eritromisin. b) Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai ( Depkes,1995).Contoh : Kapsul Rifampisin, Cefixime.c) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai bahan obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok ( Depkes,1979).Contoh : Salep Fusicom, Fuson, Gentamisin, Bactroban.d) Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil atau tidak larut dalam pembawa air ( Depkes,1979).Contoh : Sirup kering Amoxicillin, cefixim, Cefadroxil, Dexyclav, Cefat forte dry syr, Amoxan, Cefarox, Amoxyclav, Sporetik, Claneksy.e) Puyer adalah serbuk yang terbagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum ( Depkes,1979).f) Drop adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi untuk obat dalam yang digunakan dengan cara diteteskan (Depkes, 1979).Contoh : Cendo fenikol 0,5%, Amoxicillin drop.

2.6 Definisi OperasionalNoVariableDefinisi OperasionalAlat UkurHasil Ukur

1Antibiotik berdasarkan golonganPeresepan antibiotik di Poliklinik Anak berdasarkan mekanisme kerja.ResepAntibiotik dari golongan :1. Sefalosporin2. Antimikrobakteri3. Makrolida4. Penisilin5. Sulfonamid6. Gol. lain7. Kloramfenikol8. Aminoglikosida

2.Antibiotik berdasarkan zat aktifPeresepan antibiotik di Poliklinik Anak berdasarkan zat yang terkandung dalam antibiotik tersebut.ResepAntibiotik dari zat aktif :1. Cefixime2. INH3. Cefadroxil4. Rifampisin5. Eritromisin6. Amoxicillin7. dll

3.Antibiotik berdasarkan bentuk sediaanPeresepan antibiotik di Poliklinik Anak berdasarkan bentuk sediaan yang digunakan.

ResepAntibiotik dari bentuk sediaan :1. Puyer2. Sirup kering3. Tablet4. Kapsul5. dll

4.Antibiotik berdasarkan kombinasiPeresepan antibiotik di Poliklinik Anak berdasarkan obat-obat lain yang diresepkan bersama dengan AntibiotikResepKombinasi antibiotik dengan obat jenis lain :1. Mukolitik2. Bronkodilator3. Kortikosteroid4. Antihistamin5. Analgetik /antipiretik6. Dekongestan7. dll

BAB IIIMetode Penelitian

1. 2. 3. 3.1 Desain penelitian Karya Tulis Ilmiah ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010.3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011.3.3 Populasi dan sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh lembar resep yang mengandung antibiotik di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010 dan sampel yang digunakan adalah seluruh resep yang mengandung antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.3.4 Cara pengumpulan data Data yang dipergunakan adalah data primer yang berasal dari lembar resep Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.3.5 Cara Pengolahan Data Untuk mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010, maka langkah langkah yang dilakukan adalah :1. Mengumpulkan semua resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 20102. Memilah semua resep dari poliklinik Anak3. Mengumpulkan resep yang mengandung antibiotik 4. Mencatat resep yang mengandung antibiotik 5. Mengelompokan bentuk sediaan antibiotik yang banyak diresepkan6. Menyusun Antibiotik berdasarkan zat aktifnya7. Mengelompokkan resep berdasarkan penggolongan Antibiotik8. Menggelompokan obat lain yang paling banyak digunakan bersama dengan antibiotik9. Melakukan perhitungan jumlah dan persentase10. Menyajikan data dalam bentuk data

BAB IVGambaran Umum Tempat Pengambilan Data

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP) Fatmawati terletak di wilayah Jakarta Selatan Kecamatan Cilandak dengan luas bangunan 57.457.5000 m2 dan luas tanah 13 hektar. Berdasarkan Kepmenkes RI No.472/Menkes/SK/IV/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Peningkatan kelas RSUP Fatmawati yang ditetapkan sebagai RSUP dengan klasifikasi Kelas A.4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan salah satu unit penunjang medis yang bertugas melaksanakan pengadaan, penyimpanan, peracikan dan pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP Fatmawati serta memberikan informasi obat kepada tim pelayanan kesehatan di RSUP Fatmawati dan pasien rawat inap ataupun rawat jalan. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dikepalai oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh dua orang Wakil Kepala Instalasi Farmasi yaitu: 1. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan farmasi.2. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang perbekalan farmasi.Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati mempunyai beberapa sub instalasi dengan kegiatan yang berbeda-beda, yaitu :a. Depo Farmasi Rawat Jalan

b. Depo Farmasi Rawat Inap c. Depo Farmasi Askes dan Depo Farmasi Pegawaid. Depo Farmasi Bedah Sentral e. Depo Farmasi Rawat Darurat f. Gudang Farmasig. Tata Usahah. Produksi Farmasi (Steril dan Non Steril)i. Pelayanan Informasi Obat (PIO)4.3 Depo Farmasi Rawat Jalan Depo farmasi Rawat Jalan merupakan bagian dari Instalasi Farmasi yang bertugas melayani pasien dari poliklinik baik pasien umum, pasien jaminan kantor, dan pasien asuransi kecuali pasien Askes. Depo Farmasi ini berada di bawah pengawasan Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan farmasi dengan tenaga kerja berjumlah 8 orang terdiri dari 4 orang asisten apoteker, 3 juru resep dan 1 orang kasir. Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik di lantai I, II, III yang terdiri dari :a. Poliklinik Penyakit Dalamb. Poliklinik Bedahc. Poliklinik Kesehatan Anakd. Poliklinik Kebidanane. Poliklinik Saraff. Poliklinik Bedah Sarafg. Poliklinik Penyakit Jiwah. Poliklinik THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan)i. Poliklinik Mataj. Poliklinik Kulit dan Kelamink. Poliklinik Gigi dan Mulutl. Poliklinik Jantungm. Poliklinik Orthodaedin. Poliklinik Paruo. Poliklinik Bedah Kankerp. Poliklinik OK Minorq. Poliklinik Tumbuh Kembangr. Poliklinik Rehabilitasi Mediks. Poliklinik Kesehatan Remaja

BAB VHasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap lembar resep khususnya antibiotik bagi anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.1.1 Peresepan Sepuluh Besar Jenis Antibiotik Berdasarkan Zat Aktif yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.NoZat AktifJumlah (R/) tahun 2010

1Cefixime229

2INH99

3Cefadroxil 92

4Rifampisin79

5Eritromisin44

6Amoxicillin 30

7Co-Amoxiclav30

8Kontrimoksazole20

9PZA19

10Klaritomisin16

Tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/ dan yang terkecil adalah klaritomisin sebanyak 16 R/.

Tabel 5.1.2 Peresepan Antibiotik Berdasarkan Golongan yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010 NoGolonganJumlah (R/) tahun 2010%

1Sefalosporin32845,37

2Antimikobakterium20027,66

3Makrolid7910,93

4Penisilin699,54

5Sulfonamid212,90

6Golongan lain131,80

7Kloramfenikol91,24

8Aminoglikosida40,55

Jumlah723100%

Tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/ (45,37%) dan yang terkecil adalah Aminoglikosida sebanyak 4 R/ ( 0,55%).

Tabel 5.1.3 Peresepan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan.yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.NoBentuk SediaanJumlah (R/) tahun 2010%

1Dry sirup31643,71

2Serbuk29941,36

3Tablet669,13

4Kapsul162,21

5Drops81,11

6Cream50,69

7Salep60,83

8Tetes mata50,69

9Tetes telinga20,28

Jumlah723100%

Tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah dry syrup sebanyak 316 R/ (43,71%), yang terkecil adalah tetes telinga sebanyak 2 R/ ( 0,28%).

Tabel 5.1.4 Peresepan Sepuluh Besar Jumlah Obat Lain yang Sering Dikombinasikan Bersama Antibiotik Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010.NoKombinasiJumlah (R/)

1Mukolitik323

2Bronkodilator214

3Kortikosteroid207

4Antihistamin203

5Analgetik & Antipiretik190

6Dekongestan187

7Vitamin & Mineral89

8Antiasma69

9Regulator GIT & antiflatulen32

10Antidiare26

Tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak 323 R/ dan yang terkecil adalah antidiare sebanyak 26 R/.

5.2 Pembahasan Pada tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/. Cefixime merupakan antibiotik golongan Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki keistimewaan meliputi gram negative yang luas daripada sefalosporin generasi satu dan dua, serta kesanggupannya mencapai susunan saraf pusat (Katzung,1997). Dapat diberikan secara oral karena tahan terhadap asam lambung ( Soekarjo,2000). Memiliki waktu paruh yang panjang sehingga dapat diberikan 1-2 kali sehari (McEvoy,1999). Sedangkan zat aktif antibiotik terkecil yang digunakan adalah Klaritomisin sebanyak 16 R/ karena dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dan peningkatan sementara enzim hati ( Setiabudy,2007) Pada tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/ (45,37%). Sefalosporin merupakan senyawa bakterisid dan spectrum kerja luas dengan indeks terapetik ( batas keamanan ) tinggi. Efektif untuk pengobatan infeksi Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. yang telah tahan terhadap penicillin. Efek samping toksisitas yang ditimbulkan lebih sedikit daripada antibiotik lain (Katzung,1997). Oleh karena itu sefalosporin menjadi pilihan utama dalam pengobatan pada pasien anak di RSUP Fatmawati. Sedangkan golongan antibiotik terkecil yang digunakan adalah golongan aminoglikosida yaitu sebanyak 4 R/ ( 0,55%) karena bentuk sediaan topikal sehingga penggunaannya lebih sedikit daripada bentuk sediaan lainnya. Beberapa turunan aminoglikosida sekarang sudah dibatasi untuk penggunaan oral dan topikal, dan untuk mencegah timbulnya bakteri yang resistensi penggunaan bentuk topikal juga harus dibatasi (Katzung,1997). Pada tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah dry syrup sebanyak 316 R/ (43,71%). Penggunaan obat secara oral dimaksudkan untuk efek sistemik dari obat yang terabsorbsi pada berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Pemberian secara oral dianggap lebih alami, tidak sulit,menyenangkan dan aman. Hal ini dikarenakan, bayi dan anakanak usia dibawah lima tahun lebih menyukai obat berbentuk cairan untuk diberikan dengan cara oral daripada bentuk padat. Bentuk sediaan sirup dapat menutupi rasa pahit atau bau dari zat obat, sehingga rasa dan aroma dari obat tersebut menjadi enak dan disukai oleh balita (Ansel, 2005). Keuntungan dari penggunaan dry sirup adalah obat lebih higienis, stabilitas lebih terjaga karena ketika ingin digunakan baru dilarutkan, dosis sesuai karena sudah ada takaran yang ditentukan. Pada tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak 323 R/. Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran nafas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum ( Estuningtyas, 2007). Berdasarkan data penyakit terbanyak yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010, ISPA merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak yang disertai berbagai macam tanda dan gejala, antara lain : batuk, pilek, sakit telinga (otitis media), sakit tenggorok (faringitis), dan kesulitan bernapas (Depkes, 2002). Dengan adanya mukolitik produksi mucus yang berlebihan akan mudah dikeluarkan.

BAB VIKesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa:1. Sepuluh besar jenis antibiotik berdasarkan zat aktif adalah cefiksime sebanyak 229 R/, INH 99 R/, Cefadroxil 92 R/, Rifampisin 79 R/, Eritromisin 44 R/, Amoxicillin 30 R/, Co-amoxiclav 30 R/, Kotrimoksazole 20 R/, PZA 19 R/, dan Klaritomisin sebanyak 16 R/.2. Jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan adalah golongan sefalosporin 328 R/ (45,37%), sedangkan jumlah peresepan antibiotik terkecil adalah Aminoglikosida hanya sebanyak 4 R/ (0,55%).3. Jumlah peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terbanyak adalah Dry sirup sebanyak 316 R/ (43,71%), sedangkan jumlah peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terkecil adalah tetes telinga sebanyak 2 R/ ( 0,28%).4. Sepuluh besar jumlah obat lain yang sering dikombinasikan bersama antibiotik adalah mukolitik sebanyak 323 R/, bronkodilator 214 R/, kortikosteroid 207 R/, antihistamin 203 R/, analgetik & antipiretik 190 R/, dekongestan 187 R/, vitamin & mineral 89 R/, antiasma 69 R/, regulator GIT & antiflatulen 32 R/, dan antidiare sebanyak 26 R/.

6.2 Saran Penggunaan antibiotik terbanyak pada tahun 2010 dapat dijadikan :1. Bahan acuan dalam pengadaan obat pada tahun 2011 di RSUP Fatmawati.2. Dasar penelitian Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.3. Bahan evaluasi penggunaan antibiotik pada tahun 2011 di RSUP Fatmawati.

Daftar PustakaAnsel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Co-Amoxiclav atasi kegagalan terapi antibiotik akibat resistensi http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm)

Depkes, 1995,Farmakope Indonesia,Edisis IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.

Depkes, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, KORPRI Sub Unit Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes, 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Katzung,Bertram,1997. Farmakologi dasar dan Klinik. Edisi IV, Buku kedokteran ECG,Jakarta

Lokakarya nasional I, 2005, Pola resistensi antimikroba di RSU Dr. Soetomo Surabaya dan RSU Dr. Kariadi Semarang dan dalam kaitan dengan penggunaan antibiotik(abstrak), Jakarta.

McEvoy, Gerard, 1999, Drug Information, American Society Of Health System Pharmacists, Jakarta

Pohan, Herdiman., 2009, Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotik di RSCM Tahun 2009, Panitian Pengendalian Resistensi Antibiotik RSCM, Jakarta.

Soekarjo, Bambang, dkk, 2000, Kimia Medisinal,. Edisi kedua, Universitas Airlangga, Surabaya.

Sensakovie J.W.,Smith L.G, 2000 Oral antibiotik treatment of infectious disease.Med.Clin, North Am.

Tjay,T.H dan Kirana, R.,2007, Obat-obat penting,Elex Media Komputindo, Jakarta.

Tim penyususn buku 50 tahun RSUP Fatmawati, 2011, 50 tahun emas RSUP fatmawati ikut menyehatkan bangsa, Jakarta.

Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

www.fatmawatihospital.com

Lampiran 1Tabel penggunaan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010NoGolonganZat AktifNama ObatJumlahTotal

1SefalosporinCefiximeCefixime156229

Cefilla19

Cefspan8

Cefarox46

Cefadroxil MonohidrateLapicef5274

Cefat22

CefadroxilCefadroxil1818

Cefixime trihidrateSporetik44

Cefalexin MonohidrateCefabiotik11

Cefalexin Cefalexin22

Total328

2AntimikrobakteriumINHINH9999

RifampisinRifampisin7979

PZAPZA1919

EthambutolEthambutol33

Total200

3MakrolidKlaritomisinKlaritomisin1216

Abbotic XL4

EritromycinErytrin444

Eritromisin17

Eritanin2

Erysanbe21

AzitromycinBinozyt212

Mezatrin4

Azitromycin6

Azitromycin dihydrateZitromax22

ThiamphenicolUrfamicin11

ThiamphenicolThiamycin33

SpiramycinOsmycin11

Total79

4PenisilinAmoxicillinAmoxicillin1730

Amoxan13

Co-AmoxiclavCo-Amoxiclav330

Klaneksy12

Amoxiclav5

Dexyclav10

Phenoxymetil PenisillinOspen48

Phenoxymetil penisillin4

Amoxicillin & clavulanic acidAmoxicillin clavulanat11

Total69

5SulfonamidSulfametoksazol & TrimetroprimKontimoksazol2021

Co-trimoxazoleBactrim1

Total21

6Golongan lainClindamycinClindamycin11

Linkomycin Lincomycin11

Lincomycin HCLLincophar11

Mupirocin CaBactrobant oint35

Bactrobant zalf2

Mupirocin Bactoderm oint22

As. Fusidat & Na.fusidatFuson cream11

As. Fusidat Fusicom cream22

Total13

7KloramfenikolThiamphenicolBiothicol44

KloramfenikolKloramfenikol11

Cendo Fenikol44

Total9

8AminoglikosidaGentamisin Sulfat11

Neomisin33

Total4

Jumlah723

Lampiran 2Tabel penggunaan kombinasi obat yang digunakan bersama antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010NoGolonganNama ObatJumlah

1MukolitikAmbroxol syr13

Ambroxol tab118

Bisolvon 4

Bisolvon tab2

Bromhexim1

Epexol syr6

Epexol tab68

Interpect tab2

Mucopect drop3

Mucopect dry syr1

Mucopect paed syr12

Mucopect sol 20 ml3

Mucopect syr4

Mucopect tab78

Transpulmin syr6

Triaminic drop 10 ml1

Vectrin syr1

Total323

2BronkodilatorLasal72

Lasal exp syr6

Salbutamol129

Salbutamol exp syr1

Teofillin6

Total214

3KortikosteroidCortidex28

Dexametason4

Kenacort13

Ketricin5

Lameson16

Metil prednisolon5

Pehacort tab1

Prednison13

Thyrax tab2

Triamcort96

Trilac24

Total207

4AntihistaminCTM97

Celestamin syr2

Cetrizin25

Cetrizin drop4

Cetrizin syr8

Dextamin4

Estin syr2

Heptasan6

Histrine drop1

Histrine susp1

Histrine syr4

Homoclomin tab1

Ozen drop 5

Ozen syr13

Ryvel drop10

Ryvel syr11

Tiriz drop2

Tiriz syr4

Tiriz tab3

Total203

5Analgetik/AntipiretikDumin2

Pamol syr1

Panadol syr4

Panadol tab1

PCT drop6

PCT syr34

PCT tab12

Praxim forte syr13

Praxion6

Praxion drop2

Proris forte 60 ml1

Proris susp9

Sanmol drop21

Sanmol syr60

Sanmol tab5

Tempra drops 15 ml2

Tempra syr 60 ml10

Tramal caps1

Total190

6DekongestanActived syr2

Alco dmp syr1

Alco drop5

Alco syr3

Efedrin HCL5

Lapifed1

Longatin1

Rhinofed97

Rhinofed syr5

Tremenza syr18

Tremenza tab46

Trifed3

Total187

7Vitamin & MineralAphyalis8

B-com1

Bekombion syr2

Bicombion extra lisin2

Ca sandos syr1

Cobazym 1000 mcg2

Curvit cl emulsion9

Elkana syr1

Ferlin drops1

Ferriz syr2

Igastrum drop1

Imunos syr10

Vit A7

Vit B63

Zinci sulfat3

Zinkid syr2

Zinkid tab34

Total89

8AntiasmaAminophillin1

Combivent udv 2,5 ml5

Euphyllin retard mite1

Ketotifen1

Meptin53

Meptin syr3

Profillas syr1

Pulmicort resp 0,254

Total69

9Regulator GIT & antiflatulenL-Bio12

Vometa9

Vometa drop2

Vometa syr8

Vomidon syr1

Total32

10AntidiareBiodiar1

Lacto B24

Lacto K1

Total26

11Suplement & Terapi penunjangCurcuma syr2

Curvit 2

Folic acid1

Imboost syr2

Imudator syr6

Stimuno syr1

Vitacur syr9

Total23

12AntasidaAntasida1

Omeprazole1

Polysilane syr1

Ranitidine9

Rantin1

Total13

13Larutan elektrolit & NutrienNacl 0,9 % 2,5 ml1

Pedialite sol 4002

Renalite 200 ml10

Total13

14AntiansietasDiazepam5

Diazepam supp1

Stesolid rectal6

Total12

15AntijamurCandistin drop4

Fluconazole tab1

Myco C1

Myco Z2

Mycostatin drops2

Mystin syr1

Nystatin drops1

Total12

16Kolagogum & kolelitolitikEnzimplex4

Tripanzim5

Total9

17Ace InhibitorCaptopril8

Total8

18DiuretikFurosemid5

Glaucon1

Spironolacton1

Total7

19AntitusifVentolin 2

Ventolin exp syr3

Total5

20AntivirusAzyclovir1

Isiprinosin1

Isprinol syr 60 ml1

Isprinosin syr 60 ml2

Total5

21AntiepilepsiDepakene syr4

Total4

22Glikosida jantungDigoxin4

Total4

23Laksatif & PencaharLactulax syr 1202

Orezink tab2

Total4

24EkspectoranGG1

Codein1

OBH1

Total3

25Antiseptik & DesinfectanCaladin cair1

Otopraf1

Total2

26AntiinflamasiElocon lotion 10 ml1

Total1

27AntikoagulanAspirin3

Total3

28AntiamoebaFlagyl syr2

Total2

29Antirematik & AntipiraiProfenid supp1

Total1

Jumlah1671

Lampiran 3

Alur Pengambilan Data Antibiotik di RSUP Fatmawati

Mengumpulkan Resep 2010Memilah resep dari Poliklinik AnakMengumpulkan Resep Antibiotik Mencatat Berdasarkan Bentuk SediaanMemilah Berdasarkan GolonganMencatat Berdasarkan Zat AktifMengurutkan Antibiotik dari yang Terbesar sampai TerkecilMenjumlahkan dalam Bentuk %Menyajikan DataKombinasi Non-Antibiotik

Lampiran 4Data 10 besar penyakit ( kasus baru) pada Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010

Lampiran 5Contoh lembar resep yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010

[Type text]

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II 34