lahan pertanian berkelanjutan di kota tangerang
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
1/16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Perubahan Fungsi Lahan
Konversi lahan pertanian dewasa ini telah menjadi isu global, tidak saja di negara
berkembang di mana pertanian masih menjadi sektor dominan, tetapi juga di negara-
negara maju. Dalam prosesnya, konversi lahan pertanian senantiasa berkaitan erat
dengan ekspansi atau perluasan lahan perkotaan sebagai wujud fisik dari proses
urbanisasi. Kiveil (1993) menggambarkan bagaimana lahan menjadi faktor kunci
dalam kaitannya dengan pola dan proses perubahan kota. Hal ini karena terdapat
kaitan yang erat antara penggunaan lahan dan perubahan demografis di kawasan
perkotaan, yang dapat ditunjukkan dalam ukuran konsumsi lahan perkotaan marjinal
per peningkatan rumah tangga (Vesterby dan Heimlich, 1991).
Kota Tangerang, merupakan salah satu contoh wilayah yang tumbuh dan
berkembang dari status Kabupaten menjadi Kota, dan seiring laju perkembangan
wilayah perkotaan, telah terjadi konversi yang bersifat masif dari pertanian subur ke
penggunaan non pertanian, terutama dalam wilayah yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan sektor industri dan jasa perdagangan berikut perkembangan
pembangunan permukiman seiring pertumbuhan penduduk yang meningkat pula.
Terlebih dalam perspektif makro, seperti kota Tangerang yang pertumbuhannya
sangat pesat bahwa fenomena konversi lahan pertanian terjadi dalam konteks
transformasi struktural perekonomian dan demografis. Tranformasi struktural dalam
perekonomian, dari yang semula bertumpu pada pertanian ke arah yang lebih
bersifat industri, dan pertumbuhan penduduk perkotaan yang pesat akan
mengakibatkan konversi dari penggunaan lahan pertanian ke penggunaan non
pertanian yang luar biasa.
Terkait rencana peluasan bandara Soekarno Hatta yang akan mengkonversi lahan
pertanian di sekitar wilayah bandara tersebut, telah ditetapkan dengan Surat
Keputusan Walikota Nomor 460-38-2002 mengenai penetapan pembebasan lahan
seluas 565 ha yang merupakan areal lahan pertanian produktif. Rencana lokasi untuk
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
2/16
2
perluasan lahan bandara tersebut di antaranya di wilayah kecamatan Benda, wilayah
kecamatan Neglasari.
Berikut ini Tabel I.1 adalah penggunaan lahan di Kota Tangerang dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2005 berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Pengolahan
Data Elektronik Pusat Pemerintahan Kota Tangerang (sumber dari BPN kota
Tangerang).
Tabel I.1 Tata guna lahan kota Tangerang
(Ha)
Penggunaan
Lahan
Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pertanian 4.468 4.459 4.319,52 4.318,50 4.318,50 4.318,50
Urban Industri 9.234 9.234,55 9.522,36 9.787,50 10.100,78 10.431,22
- Urban
(Permukiman)5.886 5.971,55 6.126,36 6.288,50 6.534,78 6.813,22
- Industri
(LahanAktivitas NonPertanian)
3.348 3.353 3.396 3.499 3.566 3.618
Belum
Terpakai 2.860 2.778,45 2.567,12 2.303 1.989,72 1.659,28
Bandara
Soekarno Hatta1.816 1.816 1.969 1.969 1.969 1.969
Total Lahan 18.378 18.378 18.378 18.378 18.378 18.378 Catatan : Luas Lahan Pertanian tahun 2004 dan 2005 tidak ada data (disamakan dengan tahun 2003)
Sumber / Source: BPS Kota Tangerang & Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
Tabel I.1 di atas menggambarkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian dan
lahan belum terpakai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Sebaliknya, terjadi
peningkatan luas lahan urban industri dari tahun 2000 sampai dengan 2005 yang
mengkonversi dari lahan pertanian dan lahan belum terpakai. Untuk lahan bandara
Soekarno Hatta pada tahun 2002 terjadi peningkatan dari 1.816 ha menjadi 1.969 ha
yang mengkonversi lahan pertanian yang berada di sekitar wilayah bandara tersebut.
Pada tahun 2005, penggunaan lahan di kota Tangerang seluas 18.378 Ha tercatat
antara lain untuk penggunaan aktivitas ekonomi nonpertanian seperti kegiatan
industri besar/sedang, perdagangan dan jasa, transportasi, permukiman, dan lain-lain
seluas 10.431,22 Ha; sedangkan seluas 4.318,50 merupakan lahan pertanian
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
3/16
3
(ekonomi pertanian). Untuk kegiatan Bandara Soekarno Hatta seluas 1.969 Ha dan
sisa lahan belum terpakai sekitar 1.659,28 Ha.
Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, ditambah pula dengan rencana
konversi lahan pertanian untuk perluasan bandara Soekarno Hatta, hal ini akan terus
mengurangi lahan pertanian. Dalam rangka memelihara pembangunan pertanian
berkelanjutan dan menjaga keseimbangan lingkungan, dikaitkan dengan makin
berkurangnya lahan pertanian itu, kota Tangerang membutuhkan penyediaan
kawasan khusus pertanian yang teratur dan terencana dengan baik. Penyediaan
kawasan pertanian di kota Tangerang tersebut telah direncanakan sejak tahun 1999
yang dikuatkan dengan hasil kajian pekerjaan konsultan mengenai masihdiperlukannya ketersediaan lahan pertanian (sawah) perkotaan. Di samping itu,
peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 menyaratkan adanya Tata
Ruang Hijau yang di dalamnya terdapat lahan pertanian perkotaan.
Di samping disebabkan oleh rencana perluasan bandara Soekarno Hatta, fenomena
konversi atau alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian yang
berlangsung pesat di kota Tangerang merupakan risiko suatu wilayah terhadap
pengembangan perkotaan yang makin pesat. Laju konversi itu di kota Tangerang
juga mendapat perhatian karena menyangkut dimensi permasalahan yang luas.
Pertama, dalam konteks makro fenomena ini merupakan dampak dari proses
transformasi struktur ekonomi (dari pertanian ke industri maupun dari pertanian ke
sektor jasa dan perdagangan), serta dampak demografis (dari perdesaan ke
perkotaan) yang pada gilirannya menuntut pula adanya transformasi alokasi sumber
daya lahan dari pertanian ke non pertanian. Kedua, fenomena konversi itu justru
terjadi pada lahan sawah di wilayah selama ini menghasilkan produksi padi, yaitu
wilayah kecamatan Benda (wilayah perluasan Bandara Soekarno Hatta) yang
memiliki produktivitas tinggi karena didukung oleh prasarana irigasi teknis sehingga
dapat menjadi ancaman terhadap usaha tani dan mempertahankan supply beras
khususnya untuk masyarakat setempat di wilayah Desa Belendung dan sekitarnya.
Ketiga, fenomena konversi lahan pertanian (sawah) terkait dengan dampak sosial-
ekonominya, dalam skala mikro rumah tangga petani, terutama kaitannya dengan
pergeseran struktur ketenagakerjaan dan penguasaan-pemilikan lahan pertanian.
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
4/16
4
Dalam konteks regional lokasi Kota Tangerang yang potensial, terutama dinilai dari
aksesibilitas dengan pusat kota Jakarta, Bandara Soekarno Hatta, pelabuhan laut
Tanjung Priok dan Bojonagara di Cilegon, dan kota-kota lainnya di Jabodetabek dan
Jawa Barat; menyebabkan kota ini menjadi sangat menarik bagi perkembangan
kegiatan seperti perumahan, industri, perdagangan dan jasa. Keterbatasan lahan di
DKI Jakarta untuk kegiatan industri dan perumahan mengakibatkan adanya
pergeseran kegiatan itu ke wilayah penyangga, termasuk Kota Tangerang.
Sejalan dengan perkembangan kedua kegiatan tersebut, berkembang pula kegiatan
perdagangan dan jasa serta pergudangan di sepanjang koridor jalan utama yang
menghubungkan simpul-simpul utama transportasi nasional dan internasionaldengan DKI Jakarta. Perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut kemudian
menimbulkan beberapa masalah bagi kota Tangerang.
Lahan pertanian yang direncanakan untuk penggunaan perluasan Bandara Soekarno
Hatta (perubahan peruntukan) di wilayah perluasan Bandara Soekarno Hatta terletak
di lokasi berikut (Tabel I.2).
Tabel I.2 Lahan sawah yang direncanakan akan dikonversi ke
penggunaan non pertanian
LOKASI / LUAS SAWAH (HA)KECAMATAN BENDA KECAMATAN NEGLASARI
JUMLAHBenda Jurumudi Pajang Belendung Karanganyar Karangsari Selapajangjaya
132 10 - 137 91 85 110 565
Sumber / Source: BPS Kota Tangerang & Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
Tabel I.2 memperlihatkan areal lahan pertanian yang mengalami konversi sangat
terkait dengan perubahan perluasan areal Bandara Soekarno Hatta, di antaranya di
wilayah kecamatan Benda (kelurahan Jurumudi, Benda, dan Belendung) status lahan
dimiliki oleh perorangan, dan 20% persen sudah dialihfungsikan ke penggunaan
permukiman dan jasa perdagangan, sedangkan selebihnya 80% masih dimanfaatkan
oleh petani penggarap (buruh tani) untuk bercocok tanam padi. Untuk wilayah
kecamatan Neglasari (kelurahan Karanganyar, Karangsari, Selapajangjaya) status
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
5/16
5
lahan pertanian adalah milik PT. Angkasa Pura II (55%), luas lahan tersebut terletak
di lokasi kecamatan Neglasari, selebihnya 45% adalah milik perseorangan;
penggunaan lahan masih dimanfaatkan oleh petani setempat.
Gambar I.1 Peta wilayah kota TangerangSumber : hasil modifikasi sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang
Gambar I.1 di atas menggambarkan wilayah kota Tangerang (dibatasi oleh garis
tebal warna merah), yang berbatasan langsung di sebelah barat dengan Kecamatan
Cikupa kabupaten Tangerang, akses langsung ke pulau Sumatera (samudera
Indonesia). Sebelah utara, berbatasan dengan kecamatan Teluknaga dan kecamatan
Sepatan kabupaten Tangerang. Sebelah selatan, berbatasan dengan kecamatan
Curug, kecamatan Serpong dan kecamatan Pondok Aren kabupaten Tangerang.
Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta. Letak geografis yang sedemikian itu
sangat menguntungkan bagi daerah Kota Tangerang, terutama dalam pengembangan
ekonomi wilayah.
KONVERSI L AHAN
PERTANIAN UNTUK
RENCANA
PERLUASAN
BANDARA
SOETTA
KABUPATEN
TANGERANG
KABUPATEN
TANGERANG
DKI
JAKARTAKOTA
TANGERANG
TIMURBARAT
S
U
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
6/16
6
Gambar I.2 Lokasi penelitianSumber : hasil modifikasi sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang
Gambar I.2 merupakan gambaran lokasi penelitian di sekitar wilayah bandara
Soekarno Hatta di mana kebutuhan lahan yang semakin tinggi untuk kepentingan
aktivitas transportasi udara terkait dengan perluasan Bandara Soekarno Hatta yang
akan mendesak lahan yang diperuntukkan untuk kepentingan pertanian, karena lahan
pertanian yang ada tersebut lebih cenderung digunakan untuk suatu kegiatan
pembangunan yang nilai ekonominya lebih tinggi. Surat Keputusan Walikota Nomor
460-38-2002 mengenai penetapan pembebasan lahan seluas 565 hektar di wilayah
Kecamatan Neglasari, kecamatan Benda untuk perluasan Bandara Soekarno Hatta,
nampaknya kebijakan tersebut kurang mempertimbangkan kaidah keseimbangan
ekologis dan tujuan memelihara pertanian berkelanjutan.
Perkembangan penduduk di kota Tangerang dari tahun 2000 sampai dengan 2005
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2000 jumlah penduduk
sekitar 1.311.746 jiwa, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 1.507.084 jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk kota Tangerang cukup tinggi rata-rata sebesar
4%/tahun selama tahun 2002 sampai dengan 2005 (Gambar I.3). Kota Tangerang
sampai saat ini dapat dikatakan cukup padat, dimana tiap kilometer persegi dihuni
rata-rata 8.552 jiwa.
Error! Objects cannot be created from editing field codes.
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
7/16
7
Gambar I.3 Perkembangan Penduduk dan PDRB kota Tangerang
(tahun 2000 s.d. 2005)Sumber : hasil olahan sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang
Laju pertumbuhan ekonomi kota Tangerang dari tahun 2000 sampai dengan 2005
cukup baik, ada peningkatan meskipun pertumbuhannya lambat. Gambar I.3
memperlihatkan PDRB kota Tangerang yang menunjukkan perkembangan yang
agak lambat, namun tetap tumbuh, rata-rata pertumbuhannya per tahun sekitar
6,04%/tahun. Sedangkan Gambar I.4 memperlihatkan PDRB per kapita yang tidak
tumbuh (tetap)/tidak ada peningkatan dari tahun 2003 sampai dengan 2005 sekitar
4,7 juta rupiah/tahun/kapita.
Gambar I.4 PDRB Perkapita dan Tingkat Pengangguran
(tahun 2000 s.d. 2005)Sumber : hasil olahan sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang
Kondisi tenaga kerja dikelompokkan dalam kategori tenaga kerja di sektor pertanian
dan di sektor nonpertanian. Tenaga kerja pertanian dari tahun 2000 sampai dengan
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
8/16
8
tahun 2005 mengalami penurunan karena terkait dengan berkurangnya luas lanah
pertanian, hingga tahun 2005 hanya sekitar 2% dari tenaga kerja total. Sedangkan
tenaga kerja non pertanian tahun 2000 sekitar 463.193 orang dan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian lebih kurang akibat daya tarik di sektor nonpertanian yang lebih
memiliki peluang untuk menaikkan pendapatan, selain akibat beralihfungsinya lahan
pertanian ke penggunaan nonpertanian.
Meningkatnya jumlah penduduk akan mengurangi luas lahan pertanian dan lahan
belum terpakai untuk dimanfaatkan sebagai lahan permukiman. Berkurangnya luas
lahan pertanian akan berpengaruh konstribusi PDRB pertanian yang makinberkurang pula. Selain itu, tenaga kerja yang tidak terserap di sektor nonpertanian
menambah jumlah angka pengangguran. Gambar 1.4 melukiskan tingkat
pengangguran di kota Tangerang sampai dengan 2005 mencapai 29%, terkait juga
dengan meningkatnya orang untuk inmigrasi tanpa bekal pendidikan dan
ketrampilan yang cukup.
Perumusan Masalah
1. Persoalan konversi lahan pertanian ke penggunaan kegiatan perkotaan
(permukiman, perdagangan dan jasa, dan industri) terjadi secara pesat di kota
Tangerang, akibat pengaruh peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, kebutuhan lahan urban industri ini sangat terkait langsung
dengan perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di sektor
industri.
2. Makin berkurangnya luas lahan pertanian akibat kebutuhan lahan nonpertanian
yang meningkat.
3. Pertumbuhan PDRB berjalan lambat, seiring laju pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi, sehingga laju pertumbuhan PDRB per kapita tidak tumbuh secara
wajar. Selain itu, konstribusi dari PDRB pertanian yang makin berkurang dari
tahun ke tahun.
4. Terjadi penurunan tenaga kerja di sektor pertanian, hal ini terkait makin
berkurangnya lahan pertanian. Berdasarkan komposisi tenaga kerja, 36%
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
9/16
9
merupakan penduduk usia produktif dari jumlah penduduk. Tingkat
pengangguran pada tahun 2005 mencapai angka 29% dari jumlah penduduk.
Jumlah penduduk yang terserap sebagai tenaga kerja di sektor nonpertanian pada
tahun 2000 sekitar 463.193 orang sedangkan di sektor pertanian sebanyak 663
orang. Peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi tidak sebanding dengan
kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian, menambah jumlah angka
pengangguran dari tahun ke tahun.
5. Rencana perluasan bandara Soekarno Hatta yang akan mengkonversi lahan
pertanian untuk perluasan wilayah bandara Soekarno Hatta agar mencapai
standar bandara internasional 3000 ha.
6.
Di satu sisi ada keinginan dari pihak pemerintah kota Tangerang untuk tetapmempertahankan adanya lahan pertanian di wilayah kota Tangerang, serta
keinginan untuk dapat meningkatkan PDRB kota dan PDRB per kapita.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Fenomena yang menjadi persoalan tesis sesungguhnya memunculkan banyak sekali
pertanyaan yang menghendaki jawaban. Namun demikian, dengan segala
keterbatasan yang ada, tesis ini difokuskan pada tataran kebijakan tata kelola lahandi perkotaan atau tingkat kota. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang hendak
dijawab melalui tesis ini adalah sebagai berikut.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan terdahulu, fokus
permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Bagaimana dinamika perubahan luas lahan pertanian dan perubahan penggunaan
lahan lainnya yang terjadi di Kota Tangerang dapat dipahami sebagai suatu
sistem melalui pemodelan system dynamics; bagaimanakah perilaku model
tersebut dan hal-hal apakah yang dapat dipelajari dari model untuk membangun
pemahaman tentang sistem yang sesungguhnya.
2. Sejauhmana implikasi konversi lahan pertanian terhadap perubahan sosial
ekonomi dalam konteks persoalan ini adalah terhadap perekonomian kota
Tangerang.
3.
Strategi dan kebijakan apakah yang mungkin dapat dilakukan untuk
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
10/16
10
mengintervensi model agar dapat menghasilkan perilaku yang lebih dikehendaki
dan apakah implikasinya terhadap sistem sebenarnya.
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan menjawab petanyaan-pertanyaan penelitian di atas, studi yang dilakukan
diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut.
1. Mengkaji kemungkinan penerapan pemodelan dan simulasi system dynamics
dalam memahami perilaku sistem yang sesungguhnya, dan menentukan strategi
dan kebijakan yang dapat dilakukan terhadap sistem untuk menghasilkan
perilaku yang lebih dikehendaki.
2. Mengkaji pengembangan metode alternatif bagi basis penentuan kebijakan
pengelolaan lahan perkotaan melalui pengendalian konversi lahan pertanian
perkotaan dengan pendekatan system dynamics.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya mengatasi persoalan kebijakan yang
umumnya terjadi di daerah-daerah dalam pengelolaan lahan perkotaan, khususnya
pengelolaan lahan pertanian perkotaan di Kota Tangerang.
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi bagaimana dinamika perubahan penggunaan lahan dan
pengaruhnya terhadap keberadaan kawasan lahan pertanian.
2. Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan
tata ruang wilayah agar tetap memberikan aspek lingkungan terutama
keberadaan kawasan lahan pertanian perkotaan sebagai bentuk komitmen dan
kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan-Undangan yang diberlakukan.
3. Memberikan solusi pemikiran dalam mengatasi terjadinya konversi lahan dan
upaya pengendaliannya serta penentuan kebijakan yang tepat.
I.5 Kerangka Konseptual
Dengan diberlakukannya undang-undang tata ruang tahun 2007 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007, yang mensyaratkan lahan pertanian
perkotaan include dalam Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan, persoalan konversi
lahan pertanian di kota Tangerang merupakan bentuk pelanggaran terhadap
Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut. Di samping itu, fenomena ini juga sebagai
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
11/16
11
trend masa kini atas persoalan konversi lahan yang bukan peruntukkannya. Konversi
lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian akan mempengaruhi penurunan atas
konstribusi pendapatan di sektor pertanian. Semakin luas lahan pertanian yang
dikonversi ke penggunaan nonpertanian, maka semakin berkurang pendapatan di
sektor pertanian. Pengaruh langsung konversi lahan pertanian ini adalah
menurunnya daya beli masyarakat tani kota (buruh tani/penggarap) dan kesulitan
pemenuhan hidup yang sebelumnya bergantung pada lahan pertanian. Pengaruh
tidak langsungnya adalah menurunnya pendapatan di sektor pertanian dan PDRB
sektor pertanian kota Tangerang maupun terhadap perekonomian kota Tangerang
pada umumnya.
Kerangka konseptual dinamika lahan dalam perekonomian kota Tangerang
diperlihatkan dalam Gambar I.5 berikut.
Gambar I.5 Konsep Dasar Model Dinamika Proses Pengembangan
Kota Tangerang
Gambar I.5 memperlihatkan causal loopyang terdiri atas 3 (tiga) sektor yaitu lahan,
penduduk, dan ekonomi. Interaksi di antara ketiga sektor tersebut menghasilkan 5
EKONOMI
KETERSEDIAAN
LAHAN
POPULASI
+
-
+
-
+
+
Loop 3
(+)
Loop 2
Loop 1(-)
(-)
Loop 4
(-)
Loop 5
(-)
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
12/16
12
(lima) umpan balik yaitu 1 (satu) umpan balik positif dan 4 (empat) umpan balik
negatif. Loop 1 (negatif) menghubungkan antara ekonomi, ketersediaan lahan, dan
ekonomi; artinya jika kegiatan ekonomi meningkat maka jumlah ketersediaan lahan
akan berkurang, dan pada gilirannya ketersediaan lahan yang berkurang dapat
membatasi peningkatan ekonomi tersebut. Loop2 (negatif) menghubungkan antara
populasi, ekonomi, lahan dan populasi. Loop 2 ini mempunyai perilaku
menyeimbangkan, jumlah penduduk yang bertambah akan meningkatkan
perekonomian, yang kemudian dapat mengurangi ketersediaan lahan, yang pada
akhirnya dapat menyeimbangkan pertambahan penduduk itu.. Loop 3 (positif)
menghubungkan antara populasi, ekonomi, dan populasi; artinya jika populasi
bertambah akan meningkatkan aktivitas ekonomi, aktivitas ekonomi yang baik akanmenyebabkan ketertarikan penduduk untuk inmigrasi, yang pada gilirannya akan
meningkatkan populasi itu kembali. Loop 4 (negatif) menghubungkan antara
populasi, ketersediaan lahan, dan populasi; artinya bertambahnya penduduk akan
mengurangi ketersediaan lahan, sebaliknya menurunnya ketersediaan lahan akan
menekan inmigrasi, yang pada gilirannya dapat mengurangi pertambahan penduduk
itu (penyeimbangan). Loop 5 (negatif) menghubungkan antara ekonomi, populasi,
ketersediaan lahan, dan ekonomi; artinya jika ekonomi tumbuh berkembang akan
menjadi daya tarik penduduk untuk inmigrasi, penduduk dapat bertambah yang akan
mengurangi ketersediaan lahan, dan pada gilirannya berkurangnya ketersediaan
lahan ini akan membatasi peningkatan kegiatan ekonomi tersebut (penyeimbangan).
Pendekatan mendasar terhadap persoalan dalam kajian tesis ini adalah melalui
perubahan yang terjadi pada kondisi lahan sebagai suatu konsep tata guna lahan
perkotaan. Konversi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian karena
kepentingan pembangunan dan trend pertumbuhan kawasan perkotaan yang pesat,
lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang timbul dalam struktur sosial
ekonomi masyarakat yang sulit untuk dihindari, antara lain kebutuhan lahan
permukiman yang meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk,
perkembangan sektor jasa dan perdagangan dan industri, dan sebagainya.
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
13/16
13
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan system dynamics(dinamika sistem) dengan
melakukan kegiatan survey lapangan, yang didukung dengan wawancara dan studi
literatur. Tasrif (1985) dalam Mulyana (1999) menyebutkan bahwa pemodelan
dinamik terdiri atas 6 (enam) tahapan, yaitu : (1) definisi masalah, (2)
konseptualisasi sistem, (3) representasi model, (4) analisis perilaku model, (5)
evaluasi model, (6) analisis kebijakan dan implementasi model.
System Dynamics sebagai salah satu metode berpikir sistem yang bisa melihat
persoalan secara komprehensif serta berbagai aspek secara integral. Dalam tesis ini
system dynamics digunakan untuk mengkaji proses berjalannya pembangunan dan
disain kebijakan yang berbasis pengelolaan lahan pertanian di kawasan
perkotaan/pinggiran kota dalam rangka mempertahankan produksi hasil budi daya
pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani maupun memelihara kualitas
lingkungan hidup, melalui kebijakan yang tetap menjaga keberadaan lahan pertanian
dan kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di
kota Tangerang.
Langkah-langkah pemodelan system dynamics merupakan salah satu metode
berpikir sistem yang diharapkan kurang lebih dapat menganalisis sistem dinamis
yang dapat digunakan untuk melihat persoalan, menangani kerumitan, perubahan,
dan ketidakpastian dari sebuah sistem yang nyata ini, meski nantinya tidak luput dari
kekurangan dan keterbatasan. Namun paling tidak, model ini dapat digunakan
sebagai pembelajaran tentang proses dinamis dalam rangka membawa kesadaran
berpikir sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif ke depan mengenai
kebijakan masa lampau dan sekarang yang terkadang kurang tepat.
Secara umum, system dinamics merupakan strategi yang cocok untuk menjawab
pertanyaan penelitian how dan why, di mana pertanyaan ini dijawab dengan
pendekatan struktural. Sebagai suatu pendekatan struktural, fokus penelitian tidak
terletak pada data tetapi pada struktur fenomena dan perilakunya; dan pendekatan ini
didasarkan pada paradigma system thinking.
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
14/16
14
Dalam rangka membangun model dinamika sistem, data-data yang dibutuhkan
diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan pada beberapa tahapan pemanfaatan
lahan pertanian/sawah ke penggunaan nonpertanian, termasuk data awal mulai tahun
2000 sampai saat dilakukan penelitian. Namun untuk model data hanya smapai
tahun 2005. Selain itu, aspek pendukung lainnya yang akan dilihat meliputi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kota Tangerang, kebijakan birokrasi
terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan lahan pertanian/sawah di kota
Tangerang, kegiatan pertanian menjadi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat
sekitar kota Tangerang.
Model disimulasikan menggunakan software/perangkat lunak Powersim Constructorversi 2.5. Selanjutnya model disimulasikan untuk mengetahui kecenderungan
perilakunya, guna menyimpulkan hal-hal penting dalam kaitan dengan alternatif
kebijakan yang akan diterapkan. Gambar I.6 menggambarkan tahapan penelitian,
diawali dengan melakukan perencanaan penelitian dengan didasarkan pada kajian
terhadap literatur yang terkait dengan tesis. Selanjutnya, melakukan survey
pendahuluan untuk menggumpulkan data yang diperlukan. Data yang diperoleh
dianalisis, selanjutnya menyusun konsep sistem yang akan dibangun dalam model.
Terhadap model yang sudah dirancang dilakukan verifikasi untuk membuktikan
apakah model valid atau sesuai dengan kondisi sebenarnya. Tahap berikutnya
melakukan simulasi untuk melihat perilaku yang terjadi, kemudian menganalisis
adanya persoalan-persoalan yang terjadi. Tahap akhir adalah menetapkan beberapa
alternatif kebijakan dan melakukan analisis kebijakan untuk mendapatkan kebijakan
yang paling tepat untuk diimplementasikan agar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Berikut adalah Gambar I.6 yang melukiskan tahapan penelitian yang
telah diuraikan di atas.
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
15/16
15
Gambar I.6 Tahapan Penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
Permasalahan dan berbagai latarbelakang persoalan yang disajikan dalam penelitian
ini berikut maksud dan tujuan, metodologi dan sistematikanya tertuang dalam Bab I.
Sedangkan Bab II menyajikan bahasan secara teoritis atas permasalahan dalam studi
ini, pembahasan atas hasil studi yang pernah dilakukan, maupun berbagai teori yang
terkait dengan studi dalam tesis ini. Bab III menggambarkan kondisi umum lokasi
Perencanaan
Penelitian
Pengumpulan
data
Studi Literatur
Analisis
Kebijakan
Simulasi
Verifikasi
Pembuatan
model
Konseptualisasi
sistem
Analisis data
Survei
Pendahuluan
-
7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang
16/16
16
studi dan keterkaitannya dengan konversi lahan pertanian Kota Tangerang, meliputi
letak dan luas, kondisi lahan pertanian, lahan industri dan lahan urban (permukiman)
dan lahan Bandara Soekarno Hatta dan pendapatan (PDRB) di sektor pertanian, non
pertanian. Bab IV merupakan konseptualisasi dan metode system dynamics yang
menjelaskan mengenai konsep system dynamics, prinsip-prinsip pemodelan dalam
system dynamics dan simulasi system dynamics. Bab V memaparkan model
dinamika kota Tangerang dengan pengembangan atas kerangka kerja pemodelan,
konseptualisasi model, struktur model, formulasi model dan perilaku model.
Selanjutnya, Bab VI merupakan analisis kebijakan skenario dasar yang dilanjutkan
dengan skenario-skenario kebijakan dan hasil analisisnya. Untuk pembahasan atas
hasil analisis kebijakan tersebut dipaparkan di Bab VII. Sedangkan Bab VIIImerupakan hasil kesimpulan atas pembahasan dari mulai awal sampai dengan akhir
yang dipaparkan dalam tesis ini berikut rekomendasi termasuk untuk pengembangan
model selanjutnya maupun rekomendasi untuk penelitian lanjutannya.