lahan pertanian berkelanjutan di kota tangerang

Upload: aconk-firmansyah

Post on 23-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    1/16

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Perubahan Fungsi Lahan

    Konversi lahan pertanian dewasa ini telah menjadi isu global, tidak saja di negara

    berkembang di mana pertanian masih menjadi sektor dominan, tetapi juga di negara-

    negara maju. Dalam prosesnya, konversi lahan pertanian senantiasa berkaitan erat

    dengan ekspansi atau perluasan lahan perkotaan sebagai wujud fisik dari proses

    urbanisasi. Kiveil (1993) menggambarkan bagaimana lahan menjadi faktor kunci

    dalam kaitannya dengan pola dan proses perubahan kota. Hal ini karena terdapat

    kaitan yang erat antara penggunaan lahan dan perubahan demografis di kawasan

    perkotaan, yang dapat ditunjukkan dalam ukuran konsumsi lahan perkotaan marjinal

    per peningkatan rumah tangga (Vesterby dan Heimlich, 1991).

    Kota Tangerang, merupakan salah satu contoh wilayah yang tumbuh dan

    berkembang dari status Kabupaten menjadi Kota, dan seiring laju perkembangan

    wilayah perkotaan, telah terjadi konversi yang bersifat masif dari pertanian subur ke

    penggunaan non pertanian, terutama dalam wilayah yang dipengaruhi oleh

    pertumbuhan sektor industri dan jasa perdagangan berikut perkembangan

    pembangunan permukiman seiring pertumbuhan penduduk yang meningkat pula.

    Terlebih dalam perspektif makro, seperti kota Tangerang yang pertumbuhannya

    sangat pesat bahwa fenomena konversi lahan pertanian terjadi dalam konteks

    transformasi struktural perekonomian dan demografis. Tranformasi struktural dalam

    perekonomian, dari yang semula bertumpu pada pertanian ke arah yang lebih

    bersifat industri, dan pertumbuhan penduduk perkotaan yang pesat akan

    mengakibatkan konversi dari penggunaan lahan pertanian ke penggunaan non

    pertanian yang luar biasa.

    Terkait rencana peluasan bandara Soekarno Hatta yang akan mengkonversi lahan

    pertanian di sekitar wilayah bandara tersebut, telah ditetapkan dengan Surat

    Keputusan Walikota Nomor 460-38-2002 mengenai penetapan pembebasan lahan

    seluas 565 ha yang merupakan areal lahan pertanian produktif. Rencana lokasi untuk

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    2/16

    2

    perluasan lahan bandara tersebut di antaranya di wilayah kecamatan Benda, wilayah

    kecamatan Neglasari.

    Berikut ini Tabel I.1 adalah penggunaan lahan di Kota Tangerang dari tahun 2000

    sampai dengan tahun 2005 berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Pengolahan

    Data Elektronik Pusat Pemerintahan Kota Tangerang (sumber dari BPN kota

    Tangerang).

    Tabel I.1 Tata guna lahan kota Tangerang

    (Ha)

    Penggunaan

    Lahan

    Tahun

    2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Pertanian 4.468 4.459 4.319,52 4.318,50 4.318,50 4.318,50

    Urban Industri 9.234 9.234,55 9.522,36 9.787,50 10.100,78 10.431,22

    - Urban

    (Permukiman)5.886 5.971,55 6.126,36 6.288,50 6.534,78 6.813,22

    - Industri

    (LahanAktivitas NonPertanian)

    3.348 3.353 3.396 3.499 3.566 3.618

    Belum

    Terpakai 2.860 2.778,45 2.567,12 2.303 1.989,72 1.659,28

    Bandara

    Soekarno Hatta1.816 1.816 1.969 1.969 1.969 1.969

    Total Lahan 18.378 18.378 18.378 18.378 18.378 18.378 Catatan : Luas Lahan Pertanian tahun 2004 dan 2005 tidak ada data (disamakan dengan tahun 2003)

    Sumber / Source: BPS Kota Tangerang & Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang

    Tabel I.1 di atas menggambarkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian dan

    lahan belum terpakai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Sebaliknya, terjadi

    peningkatan luas lahan urban industri dari tahun 2000 sampai dengan 2005 yang

    mengkonversi dari lahan pertanian dan lahan belum terpakai. Untuk lahan bandara

    Soekarno Hatta pada tahun 2002 terjadi peningkatan dari 1.816 ha menjadi 1.969 ha

    yang mengkonversi lahan pertanian yang berada di sekitar wilayah bandara tersebut.

    Pada tahun 2005, penggunaan lahan di kota Tangerang seluas 18.378 Ha tercatat

    antara lain untuk penggunaan aktivitas ekonomi nonpertanian seperti kegiatan

    industri besar/sedang, perdagangan dan jasa, transportasi, permukiman, dan lain-lain

    seluas 10.431,22 Ha; sedangkan seluas 4.318,50 merupakan lahan pertanian

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    3/16

    3

    (ekonomi pertanian). Untuk kegiatan Bandara Soekarno Hatta seluas 1.969 Ha dan

    sisa lahan belum terpakai sekitar 1.659,28 Ha.

    Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, ditambah pula dengan rencana

    konversi lahan pertanian untuk perluasan bandara Soekarno Hatta, hal ini akan terus

    mengurangi lahan pertanian. Dalam rangka memelihara pembangunan pertanian

    berkelanjutan dan menjaga keseimbangan lingkungan, dikaitkan dengan makin

    berkurangnya lahan pertanian itu, kota Tangerang membutuhkan penyediaan

    kawasan khusus pertanian yang teratur dan terencana dengan baik. Penyediaan

    kawasan pertanian di kota Tangerang tersebut telah direncanakan sejak tahun 1999

    yang dikuatkan dengan hasil kajian pekerjaan konsultan mengenai masihdiperlukannya ketersediaan lahan pertanian (sawah) perkotaan. Di samping itu,

    peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 menyaratkan adanya Tata

    Ruang Hijau yang di dalamnya terdapat lahan pertanian perkotaan.

    Di samping disebabkan oleh rencana perluasan bandara Soekarno Hatta, fenomena

    konversi atau alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian yang

    berlangsung pesat di kota Tangerang merupakan risiko suatu wilayah terhadap

    pengembangan perkotaan yang makin pesat. Laju konversi itu di kota Tangerang

    juga mendapat perhatian karena menyangkut dimensi permasalahan yang luas.

    Pertama, dalam konteks makro fenomena ini merupakan dampak dari proses

    transformasi struktur ekonomi (dari pertanian ke industri maupun dari pertanian ke

    sektor jasa dan perdagangan), serta dampak demografis (dari perdesaan ke

    perkotaan) yang pada gilirannya menuntut pula adanya transformasi alokasi sumber

    daya lahan dari pertanian ke non pertanian. Kedua, fenomena konversi itu justru

    terjadi pada lahan sawah di wilayah selama ini menghasilkan produksi padi, yaitu

    wilayah kecamatan Benda (wilayah perluasan Bandara Soekarno Hatta) yang

    memiliki produktivitas tinggi karena didukung oleh prasarana irigasi teknis sehingga

    dapat menjadi ancaman terhadap usaha tani dan mempertahankan supply beras

    khususnya untuk masyarakat setempat di wilayah Desa Belendung dan sekitarnya.

    Ketiga, fenomena konversi lahan pertanian (sawah) terkait dengan dampak sosial-

    ekonominya, dalam skala mikro rumah tangga petani, terutama kaitannya dengan

    pergeseran struktur ketenagakerjaan dan penguasaan-pemilikan lahan pertanian.

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    4/16

    4

    Dalam konteks regional lokasi Kota Tangerang yang potensial, terutama dinilai dari

    aksesibilitas dengan pusat kota Jakarta, Bandara Soekarno Hatta, pelabuhan laut

    Tanjung Priok dan Bojonagara di Cilegon, dan kota-kota lainnya di Jabodetabek dan

    Jawa Barat; menyebabkan kota ini menjadi sangat menarik bagi perkembangan

    kegiatan seperti perumahan, industri, perdagangan dan jasa. Keterbatasan lahan di

    DKI Jakarta untuk kegiatan industri dan perumahan mengakibatkan adanya

    pergeseran kegiatan itu ke wilayah penyangga, termasuk Kota Tangerang.

    Sejalan dengan perkembangan kedua kegiatan tersebut, berkembang pula kegiatan

    perdagangan dan jasa serta pergudangan di sepanjang koridor jalan utama yang

    menghubungkan simpul-simpul utama transportasi nasional dan internasionaldengan DKI Jakarta. Perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut kemudian

    menimbulkan beberapa masalah bagi kota Tangerang.

    Lahan pertanian yang direncanakan untuk penggunaan perluasan Bandara Soekarno

    Hatta (perubahan peruntukan) di wilayah perluasan Bandara Soekarno Hatta terletak

    di lokasi berikut (Tabel I.2).

    Tabel I.2 Lahan sawah yang direncanakan akan dikonversi ke

    penggunaan non pertanian

    LOKASI / LUAS SAWAH (HA)KECAMATAN BENDA KECAMATAN NEGLASARI

    JUMLAHBenda Jurumudi Pajang Belendung Karanganyar Karangsari Selapajangjaya

    132 10 - 137 91 85 110 565

    Sumber / Source: BPS Kota Tangerang & Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang

    Tabel I.2 memperlihatkan areal lahan pertanian yang mengalami konversi sangat

    terkait dengan perubahan perluasan areal Bandara Soekarno Hatta, di antaranya di

    wilayah kecamatan Benda (kelurahan Jurumudi, Benda, dan Belendung) status lahan

    dimiliki oleh perorangan, dan 20% persen sudah dialihfungsikan ke penggunaan

    permukiman dan jasa perdagangan, sedangkan selebihnya 80% masih dimanfaatkan

    oleh petani penggarap (buruh tani) untuk bercocok tanam padi. Untuk wilayah

    kecamatan Neglasari (kelurahan Karanganyar, Karangsari, Selapajangjaya) status

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    5/16

    5

    lahan pertanian adalah milik PT. Angkasa Pura II (55%), luas lahan tersebut terletak

    di lokasi kecamatan Neglasari, selebihnya 45% adalah milik perseorangan;

    penggunaan lahan masih dimanfaatkan oleh petani setempat.

    Gambar I.1 Peta wilayah kota TangerangSumber : hasil modifikasi sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang

    Gambar I.1 di atas menggambarkan wilayah kota Tangerang (dibatasi oleh garis

    tebal warna merah), yang berbatasan langsung di sebelah barat dengan Kecamatan

    Cikupa kabupaten Tangerang, akses langsung ke pulau Sumatera (samudera

    Indonesia). Sebelah utara, berbatasan dengan kecamatan Teluknaga dan kecamatan

    Sepatan kabupaten Tangerang. Sebelah selatan, berbatasan dengan kecamatan

    Curug, kecamatan Serpong dan kecamatan Pondok Aren kabupaten Tangerang.

    Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta. Letak geografis yang sedemikian itu

    sangat menguntungkan bagi daerah Kota Tangerang, terutama dalam pengembangan

    ekonomi wilayah.

    KONVERSI L AHAN

    PERTANIAN UNTUK

    RENCANA

    PERLUASAN

    BANDARA

    SOETTA

    KABUPATEN

    TANGERANG

    KABUPATEN

    TANGERANG

    DKI

    JAKARTAKOTA

    TANGERANG

    TIMURBARAT

    S

    U

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    6/16

    6

    Gambar I.2 Lokasi penelitianSumber : hasil modifikasi sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang

    Gambar I.2 merupakan gambaran lokasi penelitian di sekitar wilayah bandara

    Soekarno Hatta di mana kebutuhan lahan yang semakin tinggi untuk kepentingan

    aktivitas transportasi udara terkait dengan perluasan Bandara Soekarno Hatta yang

    akan mendesak lahan yang diperuntukkan untuk kepentingan pertanian, karena lahan

    pertanian yang ada tersebut lebih cenderung digunakan untuk suatu kegiatan

    pembangunan yang nilai ekonominya lebih tinggi. Surat Keputusan Walikota Nomor

    460-38-2002 mengenai penetapan pembebasan lahan seluas 565 hektar di wilayah

    Kecamatan Neglasari, kecamatan Benda untuk perluasan Bandara Soekarno Hatta,

    nampaknya kebijakan tersebut kurang mempertimbangkan kaidah keseimbangan

    ekologis dan tujuan memelihara pertanian berkelanjutan.

    Perkembangan penduduk di kota Tangerang dari tahun 2000 sampai dengan 2005

    mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2000 jumlah penduduk

    sekitar 1.311.746 jiwa, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 1.507.084 jiwa.

    Tingkat pertumbuhan penduduk kota Tangerang cukup tinggi rata-rata sebesar

    4%/tahun selama tahun 2002 sampai dengan 2005 (Gambar I.3). Kota Tangerang

    sampai saat ini dapat dikatakan cukup padat, dimana tiap kilometer persegi dihuni

    rata-rata 8.552 jiwa.

    Error! Objects cannot be created from editing field codes.

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    7/16

    7

    Gambar I.3 Perkembangan Penduduk dan PDRB kota Tangerang

    (tahun 2000 s.d. 2005)Sumber : hasil olahan sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang

    Laju pertumbuhan ekonomi kota Tangerang dari tahun 2000 sampai dengan 2005

    cukup baik, ada peningkatan meskipun pertumbuhannya lambat. Gambar I.3

    memperlihatkan PDRB kota Tangerang yang menunjukkan perkembangan yang

    agak lambat, namun tetap tumbuh, rata-rata pertumbuhannya per tahun sekitar

    6,04%/tahun. Sedangkan Gambar I.4 memperlihatkan PDRB per kapita yang tidak

    tumbuh (tetap)/tidak ada peningkatan dari tahun 2003 sampai dengan 2005 sekitar

    4,7 juta rupiah/tahun/kapita.

    Gambar I.4 PDRB Perkapita dan Tingkat Pengangguran

    (tahun 2000 s.d. 2005)Sumber : hasil olahan sendiri berdasarkan data Bagian Elektronik Puspen kota Tangerang

    Kondisi tenaga kerja dikelompokkan dalam kategori tenaga kerja di sektor pertanian

    dan di sektor nonpertanian. Tenaga kerja pertanian dari tahun 2000 sampai dengan

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    8/16

    8

    tahun 2005 mengalami penurunan karena terkait dengan berkurangnya luas lanah

    pertanian, hingga tahun 2005 hanya sekitar 2% dari tenaga kerja total. Sedangkan

    tenaga kerja non pertanian tahun 2000 sekitar 463.193 orang dan mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun. Peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

    sektor non pertanian lebih kurang akibat daya tarik di sektor nonpertanian yang lebih

    memiliki peluang untuk menaikkan pendapatan, selain akibat beralihfungsinya lahan

    pertanian ke penggunaan nonpertanian.

    Meningkatnya jumlah penduduk akan mengurangi luas lahan pertanian dan lahan

    belum terpakai untuk dimanfaatkan sebagai lahan permukiman. Berkurangnya luas

    lahan pertanian akan berpengaruh konstribusi PDRB pertanian yang makinberkurang pula. Selain itu, tenaga kerja yang tidak terserap di sektor nonpertanian

    menambah jumlah angka pengangguran. Gambar 1.4 melukiskan tingkat

    pengangguran di kota Tangerang sampai dengan 2005 mencapai 29%, terkait juga

    dengan meningkatnya orang untuk inmigrasi tanpa bekal pendidikan dan

    ketrampilan yang cukup.

    Perumusan Masalah

    1. Persoalan konversi lahan pertanian ke penggunaan kegiatan perkotaan

    (permukiman, perdagangan dan jasa, dan industri) terjadi secara pesat di kota

    Tangerang, akibat pengaruh peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun.

    Oleh karena itu, kebutuhan lahan urban industri ini sangat terkait langsung

    dengan perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di sektor

    industri.

    2. Makin berkurangnya luas lahan pertanian akibat kebutuhan lahan nonpertanian

    yang meningkat.

    3. Pertumbuhan PDRB berjalan lambat, seiring laju pertumbuhan penduduk yang

    cukup tinggi, sehingga laju pertumbuhan PDRB per kapita tidak tumbuh secara

    wajar. Selain itu, konstribusi dari PDRB pertanian yang makin berkurang dari

    tahun ke tahun.

    4. Terjadi penurunan tenaga kerja di sektor pertanian, hal ini terkait makin

    berkurangnya lahan pertanian. Berdasarkan komposisi tenaga kerja, 36%

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    9/16

    9

    merupakan penduduk usia produktif dari jumlah penduduk. Tingkat

    pengangguran pada tahun 2005 mencapai angka 29% dari jumlah penduduk.

    Jumlah penduduk yang terserap sebagai tenaga kerja di sektor nonpertanian pada

    tahun 2000 sekitar 463.193 orang sedangkan di sektor pertanian sebanyak 663

    orang. Peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi tidak sebanding dengan

    kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian, menambah jumlah angka

    pengangguran dari tahun ke tahun.

    5. Rencana perluasan bandara Soekarno Hatta yang akan mengkonversi lahan

    pertanian untuk perluasan wilayah bandara Soekarno Hatta agar mencapai

    standar bandara internasional 3000 ha.

    6.

    Di satu sisi ada keinginan dari pihak pemerintah kota Tangerang untuk tetapmempertahankan adanya lahan pertanian di wilayah kota Tangerang, serta

    keinginan untuk dapat meningkatkan PDRB kota dan PDRB per kapita.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    Fenomena yang menjadi persoalan tesis sesungguhnya memunculkan banyak sekali

    pertanyaan yang menghendaki jawaban. Namun demikian, dengan segala

    keterbatasan yang ada, tesis ini difokuskan pada tataran kebijakan tata kelola lahandi perkotaan atau tingkat kota. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang hendak

    dijawab melalui tesis ini adalah sebagai berikut.

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan terdahulu, fokus

    permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut.

    1. Bagaimana dinamika perubahan luas lahan pertanian dan perubahan penggunaan

    lahan lainnya yang terjadi di Kota Tangerang dapat dipahami sebagai suatu

    sistem melalui pemodelan system dynamics; bagaimanakah perilaku model

    tersebut dan hal-hal apakah yang dapat dipelajari dari model untuk membangun

    pemahaman tentang sistem yang sesungguhnya.

    2. Sejauhmana implikasi konversi lahan pertanian terhadap perubahan sosial

    ekonomi dalam konteks persoalan ini adalah terhadap perekonomian kota

    Tangerang.

    3.

    Strategi dan kebijakan apakah yang mungkin dapat dilakukan untuk

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    10/16

    10

    mengintervensi model agar dapat menghasilkan perilaku yang lebih dikehendaki

    dan apakah implikasinya terhadap sistem sebenarnya.

    1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Dengan menjawab petanyaan-pertanyaan penelitian di atas, studi yang dilakukan

    diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut.

    1. Mengkaji kemungkinan penerapan pemodelan dan simulasi system dynamics

    dalam memahami perilaku sistem yang sesungguhnya, dan menentukan strategi

    dan kebijakan yang dapat dilakukan terhadap sistem untuk menghasilkan

    perilaku yang lebih dikehendaki.

    2. Mengkaji pengembangan metode alternatif bagi basis penentuan kebijakan

    pengelolaan lahan perkotaan melalui pengendalian konversi lahan pertanian

    perkotaan dengan pendekatan system dynamics.

    3. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya mengatasi persoalan kebijakan yang

    umumnya terjadi di daerah-daerah dalam pengelolaan lahan perkotaan, khususnya

    pengelolaan lahan pertanian perkotaan di Kota Tangerang.

    Kegunaan penelitian ini adalah :

    1. Memberikan informasi bagaimana dinamika perubahan penggunaan lahan dan

    pengaruhnya terhadap keberadaan kawasan lahan pertanian.

    2. Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan

    tata ruang wilayah agar tetap memberikan aspek lingkungan terutama

    keberadaan kawasan lahan pertanian perkotaan sebagai bentuk komitmen dan

    kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan-Undangan yang diberlakukan.

    3. Memberikan solusi pemikiran dalam mengatasi terjadinya konversi lahan dan

    upaya pengendaliannya serta penentuan kebijakan yang tepat.

    I.5 Kerangka Konseptual

    Dengan diberlakukannya undang-undang tata ruang tahun 2007 dan Peraturan

    Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007, yang mensyaratkan lahan pertanian

    perkotaan include dalam Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan, persoalan konversi

    lahan pertanian di kota Tangerang merupakan bentuk pelanggaran terhadap

    Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut. Di samping itu, fenomena ini juga sebagai

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    11/16

    11

    trend masa kini atas persoalan konversi lahan yang bukan peruntukkannya. Konversi

    lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian akan mempengaruhi penurunan atas

    konstribusi pendapatan di sektor pertanian. Semakin luas lahan pertanian yang

    dikonversi ke penggunaan nonpertanian, maka semakin berkurang pendapatan di

    sektor pertanian. Pengaruh langsung konversi lahan pertanian ini adalah

    menurunnya daya beli masyarakat tani kota (buruh tani/penggarap) dan kesulitan

    pemenuhan hidup yang sebelumnya bergantung pada lahan pertanian. Pengaruh

    tidak langsungnya adalah menurunnya pendapatan di sektor pertanian dan PDRB

    sektor pertanian kota Tangerang maupun terhadap perekonomian kota Tangerang

    pada umumnya.

    Kerangka konseptual dinamika lahan dalam perekonomian kota Tangerang

    diperlihatkan dalam Gambar I.5 berikut.

    Gambar I.5 Konsep Dasar Model Dinamika Proses Pengembangan

    Kota Tangerang

    Gambar I.5 memperlihatkan causal loopyang terdiri atas 3 (tiga) sektor yaitu lahan,

    penduduk, dan ekonomi. Interaksi di antara ketiga sektor tersebut menghasilkan 5

    EKONOMI

    KETERSEDIAAN

    LAHAN

    POPULASI

    +

    -

    +

    -

    +

    +

    Loop 3

    (+)

    Loop 2

    Loop 1(-)

    (-)

    Loop 4

    (-)

    Loop 5

    (-)

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    12/16

    12

    (lima) umpan balik yaitu 1 (satu) umpan balik positif dan 4 (empat) umpan balik

    negatif. Loop 1 (negatif) menghubungkan antara ekonomi, ketersediaan lahan, dan

    ekonomi; artinya jika kegiatan ekonomi meningkat maka jumlah ketersediaan lahan

    akan berkurang, dan pada gilirannya ketersediaan lahan yang berkurang dapat

    membatasi peningkatan ekonomi tersebut. Loop2 (negatif) menghubungkan antara

    populasi, ekonomi, lahan dan populasi. Loop 2 ini mempunyai perilaku

    menyeimbangkan, jumlah penduduk yang bertambah akan meningkatkan

    perekonomian, yang kemudian dapat mengurangi ketersediaan lahan, yang pada

    akhirnya dapat menyeimbangkan pertambahan penduduk itu.. Loop 3 (positif)

    menghubungkan antara populasi, ekonomi, dan populasi; artinya jika populasi

    bertambah akan meningkatkan aktivitas ekonomi, aktivitas ekonomi yang baik akanmenyebabkan ketertarikan penduduk untuk inmigrasi, yang pada gilirannya akan

    meningkatkan populasi itu kembali. Loop 4 (negatif) menghubungkan antara

    populasi, ketersediaan lahan, dan populasi; artinya bertambahnya penduduk akan

    mengurangi ketersediaan lahan, sebaliknya menurunnya ketersediaan lahan akan

    menekan inmigrasi, yang pada gilirannya dapat mengurangi pertambahan penduduk

    itu (penyeimbangan). Loop 5 (negatif) menghubungkan antara ekonomi, populasi,

    ketersediaan lahan, dan ekonomi; artinya jika ekonomi tumbuh berkembang akan

    menjadi daya tarik penduduk untuk inmigrasi, penduduk dapat bertambah yang akan

    mengurangi ketersediaan lahan, dan pada gilirannya berkurangnya ketersediaan

    lahan ini akan membatasi peningkatan kegiatan ekonomi tersebut (penyeimbangan).

    Pendekatan mendasar terhadap persoalan dalam kajian tesis ini adalah melalui

    perubahan yang terjadi pada kondisi lahan sebagai suatu konsep tata guna lahan

    perkotaan. Konversi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian karena

    kepentingan pembangunan dan trend pertumbuhan kawasan perkotaan yang pesat,

    lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang timbul dalam struktur sosial

    ekonomi masyarakat yang sulit untuk dihindari, antara lain kebutuhan lahan

    permukiman yang meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk,

    perkembangan sektor jasa dan perdagangan dan industri, dan sebagainya.

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    13/16

    13

    1.6 Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan system dynamics(dinamika sistem) dengan

    melakukan kegiatan survey lapangan, yang didukung dengan wawancara dan studi

    literatur. Tasrif (1985) dalam Mulyana (1999) menyebutkan bahwa pemodelan

    dinamik terdiri atas 6 (enam) tahapan, yaitu : (1) definisi masalah, (2)

    konseptualisasi sistem, (3) representasi model, (4) analisis perilaku model, (5)

    evaluasi model, (6) analisis kebijakan dan implementasi model.

    System Dynamics sebagai salah satu metode berpikir sistem yang bisa melihat

    persoalan secara komprehensif serta berbagai aspek secara integral. Dalam tesis ini

    system dynamics digunakan untuk mengkaji proses berjalannya pembangunan dan

    disain kebijakan yang berbasis pengelolaan lahan pertanian di kawasan

    perkotaan/pinggiran kota dalam rangka mempertahankan produksi hasil budi daya

    pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani maupun memelihara kualitas

    lingkungan hidup, melalui kebijakan yang tetap menjaga keberadaan lahan pertanian

    dan kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di

    kota Tangerang.

    Langkah-langkah pemodelan system dynamics merupakan salah satu metode

    berpikir sistem yang diharapkan kurang lebih dapat menganalisis sistem dinamis

    yang dapat digunakan untuk melihat persoalan, menangani kerumitan, perubahan,

    dan ketidakpastian dari sebuah sistem yang nyata ini, meski nantinya tidak luput dari

    kekurangan dan keterbatasan. Namun paling tidak, model ini dapat digunakan

    sebagai pembelajaran tentang proses dinamis dalam rangka membawa kesadaran

    berpikir sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif ke depan mengenai

    kebijakan masa lampau dan sekarang yang terkadang kurang tepat.

    Secara umum, system dinamics merupakan strategi yang cocok untuk menjawab

    pertanyaan penelitian how dan why, di mana pertanyaan ini dijawab dengan

    pendekatan struktural. Sebagai suatu pendekatan struktural, fokus penelitian tidak

    terletak pada data tetapi pada struktur fenomena dan perilakunya; dan pendekatan ini

    didasarkan pada paradigma system thinking.

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    14/16

    14

    Dalam rangka membangun model dinamika sistem, data-data yang dibutuhkan

    diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan pada beberapa tahapan pemanfaatan

    lahan pertanian/sawah ke penggunaan nonpertanian, termasuk data awal mulai tahun

    2000 sampai saat dilakukan penelitian. Namun untuk model data hanya smapai

    tahun 2005. Selain itu, aspek pendukung lainnya yang akan dilihat meliputi sosial

    ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kota Tangerang, kebijakan birokrasi

    terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan lahan pertanian/sawah di kota

    Tangerang, kegiatan pertanian menjadi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat

    sekitar kota Tangerang.

    Model disimulasikan menggunakan software/perangkat lunak Powersim Constructorversi 2.5. Selanjutnya model disimulasikan untuk mengetahui kecenderungan

    perilakunya, guna menyimpulkan hal-hal penting dalam kaitan dengan alternatif

    kebijakan yang akan diterapkan. Gambar I.6 menggambarkan tahapan penelitian,

    diawali dengan melakukan perencanaan penelitian dengan didasarkan pada kajian

    terhadap literatur yang terkait dengan tesis. Selanjutnya, melakukan survey

    pendahuluan untuk menggumpulkan data yang diperlukan. Data yang diperoleh

    dianalisis, selanjutnya menyusun konsep sistem yang akan dibangun dalam model.

    Terhadap model yang sudah dirancang dilakukan verifikasi untuk membuktikan

    apakah model valid atau sesuai dengan kondisi sebenarnya. Tahap berikutnya

    melakukan simulasi untuk melihat perilaku yang terjadi, kemudian menganalisis

    adanya persoalan-persoalan yang terjadi. Tahap akhir adalah menetapkan beberapa

    alternatif kebijakan dan melakukan analisis kebijakan untuk mendapatkan kebijakan

    yang paling tepat untuk diimplementasikan agar sesuai dengan kondisi yang

    diinginkan. Berikut adalah Gambar I.6 yang melukiskan tahapan penelitian yang

    telah diuraikan di atas.

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    15/16

    15

    Gambar I.6 Tahapan Penelitian

    1.7 Sistematika Penulisan

    Permasalahan dan berbagai latarbelakang persoalan yang disajikan dalam penelitian

    ini berikut maksud dan tujuan, metodologi dan sistematikanya tertuang dalam Bab I.

    Sedangkan Bab II menyajikan bahasan secara teoritis atas permasalahan dalam studi

    ini, pembahasan atas hasil studi yang pernah dilakukan, maupun berbagai teori yang

    terkait dengan studi dalam tesis ini. Bab III menggambarkan kondisi umum lokasi

    Perencanaan

    Penelitian

    Pengumpulan

    data

    Studi Literatur

    Analisis

    Kebijakan

    Simulasi

    Verifikasi

    Pembuatan

    model

    Konseptualisasi

    sistem

    Analisis data

    Survei

    Pendahuluan

  • 7/24/2019 Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kota Tangerang

    16/16

    16

    studi dan keterkaitannya dengan konversi lahan pertanian Kota Tangerang, meliputi

    letak dan luas, kondisi lahan pertanian, lahan industri dan lahan urban (permukiman)

    dan lahan Bandara Soekarno Hatta dan pendapatan (PDRB) di sektor pertanian, non

    pertanian. Bab IV merupakan konseptualisasi dan metode system dynamics yang

    menjelaskan mengenai konsep system dynamics, prinsip-prinsip pemodelan dalam

    system dynamics dan simulasi system dynamics. Bab V memaparkan model

    dinamika kota Tangerang dengan pengembangan atas kerangka kerja pemodelan,

    konseptualisasi model, struktur model, formulasi model dan perilaku model.

    Selanjutnya, Bab VI merupakan analisis kebijakan skenario dasar yang dilanjutkan

    dengan skenario-skenario kebijakan dan hasil analisisnya. Untuk pembahasan atas

    hasil analisis kebijakan tersebut dipaparkan di Bab VII. Sedangkan Bab VIIImerupakan hasil kesimpulan atas pembahasan dari mulai awal sampai dengan akhir

    yang dipaparkan dalam tesis ini berikut rekomendasi termasuk untuk pengembangan

    model selanjutnya maupun rekomendasi untuk penelitian lanjutannya.