lap fisiologi tekanan darah

Upload: cheeca1

Post on 03-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    1/9

    DASAR TEORI

    Siklus jantung terdiri atas periode sistol (konstraksi dan pengosongan isi) dan

    diastol (relaksasi dan pengisian jantung) bergantian. Kontraksi terjadi akibat penyebaran

    eksisitas seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi otot jantung.

    Siklus jantung yang akan dibahas akan diawali dan diakhiri oleh oleh diastol ventrikel

    untuk menyelesaikan satu siklus penuh jantung, mekanismenya antara lain (Sherwood,

    2001) :

    1) Pengisian pasif selama diastol ventikel dan atrium

    Aliran darah yang kontinyu dari sistem vena masuk ke dalam atrium kanan,

    tekanan atrium sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel walaupun kedua

    bilik tersebut melemas. Karena kedua perbedaan ini, katup AV membuka darah

    langsung mengalir dari atrium ke ventrikel selama diastol ventrikel. Akibatnya

    volume ventrikel perlahan-lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi.

    2) Kontraksi Atrium

    Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk

    potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium, depolarisasi atrium tersebutlah

    yang menyebabkan kontraksi pada atrium yang memeras lebih banyak darah ke

    dalam ventrikel dan tekanan di atrium bertambah tinggi. Saat kontraksi atrium

    tekanan di atrium masih tetap tinggi sehingga katup AV masih terbuka. Diastolventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Kontraksi atrium dan pengisian

    pada ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal

    sebagai volume diastolik akhir (EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama

    siklus ini tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke dalam ventrikel. Kemudian

    impuls berjalan ke nodus AV dan sisem penghantar khusus untuk merangsang

    ventrikel sehingga terjadi pengaktifan ventrikel dan kontraksi atrium telah selesai.

    Karena terjadi kontraksi pada ventrikel, maka tekanan atrium mengecil sehingga

    menyebabkan katup AV menutup.

    3) Kontraksi ventrikel isovolumetrik

    Tekanan ventrikel harus tetap meningkat sebelum tekanan tersebut melebihi

    tekanan aorta untuk membuka katup aorta. Dengan demikian, terdapat periode

    waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta pada saat

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    2/9

    ventrikel menjadi suatu bilik tertutup. Karena semua katup tertutup tidak ada

    darah yang masuk atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval ini disebut

    dengan periode kontraksi ventrikel isovolumetrik. Sehingga volume dan tekanan

    ventrikel menjadi tetap.

    4) Ejeksi ventrikel

    Tekanan ventrikel yang tetap menyebabkan tekanan ventrikel terus bertambah

    sehingga tekanan di dalam ventrikel lebih besar daripada tekanan aorta dan

    membuka katup aorta dan darah mulai menyemprot. Volume ventrikel berkurang

    secara drastis sewaktu darah dipompa keluar melalui aorta. Sisitol ventrikel

    mencakup fase isovolumetrik dengan fase ejeksi ventrikel. Ventrikel

    mengosongkan diri secara sempurna selama penyemprotan. Dalam keadaan

    normal hanya separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam ventrikel pada

    akhir diastol dipompa selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel selama

    fase ejeksi usai disebut dengan volume sistolik akhir (ESV). Jumlah darah yang

    keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal dengan volume isi

    sekuncup.

    5) Relaksasi ventrikel isovolumetrik

    Pada fase ini katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih tetap tinggi

    daripa tekanan di atrium. Sehingga, semua katup kembali tertutup dan terjadi

    relaksasi ventrikel isovolumetrik. Apabila tekanan ventrikel kembali turun maka

    katup AV terbuka lagi dan terjadilah fase awal kembali.

    Dalam sistem sirkulasi, tekanan darah merupakan besaran yang penting. Tekanan

    ini harus diatur secara ketat karena dua alasan, yaitu tekanan tersebut harus cukup tinggi

    untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup karena tanpa tekanan ini, otak dan jaringan

    lain tidak akan menerima aliran yang adekuat; alasan yang kedua adalah tekanan tidak

    boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan

    meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-

    pembuluh halus. Penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan

    resistensi perifer total, karena pada rumus tekanan darah arteri itu sendiri adalah

    perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer. Pengaturan tekanan darah arteri rata-

    rata dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    3/9

    darah. Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke

    jaringan. Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah

    jantung, resistensi perifer total, dan volume total (Guyton,2008).

    Di lain sisi ada faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi

    perifer total, sehingga pengaturan tekanan darah menjadi sangat kompleks. Perubahan

    setiap faktor tersebut akan merubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan

    kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan (Guyton,2008).

    Faktor yang mempengaruhi curah jantung, yaitu kecepatan denyut jantung dan

    volume sekuncup. Kecepatan denyut jantung ditentukan oleh pengaruh saraf otonom,

    sedangkan volume sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan aktivitas simpatis.

    Aliran balik vena ditentukan oleh katup vena, efek penghisapan jantung, tekanan yang

    terjadi pada darah oleh kontraksi jantung, peningkatan aktivitas simpatis, pompa otot

    rangka, pompa respirasi, peningkatan volume darah (Sherwood, 2001).

    Faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total, yaitu jari-jari arteriol dan

    viskositas darah. Jari-jari arteriol ditentukan oleh kontrol intrinsik dan kontrol ekstrinsik.

    Kontrol intrinsik digunakan untuk menyesuaikan aliran darah melalui suatu jaringan

    dengan kebutuhan metabolik jaringan tersebut dan diperantarai oleh faktor-faktor

    jaringan yang bekerja pada otot polos arteriol. Kontrol intrinsik meliputi perubahan

    metabolik lokal menyangkut oksigen, karbodioksida dan metabolit lain, pengeluaran

    histamin, respon miogenik terhadap peregangan. Kontrol ektrinsik digunakan untuk

    mengatur tekanan darah dan terutama diperantarai oleh pengaruh simpatis dan otot-otot

    polos arteriol. Kontrol ekstrinsik meliputi aktivitas simpatis, epinefrin dan norepinefrin,

    angiotensin II, dan vasopresin. Sedangkan viskositas darah dipengaruhi oleh jumlah sel

    darah merah dan konsentrasi protein plasma (Yogiantoro, 2006).

    Aliran darah ke suatu jaringan tergantung pada gaya pendorong berupa tekanan

    darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena

    tekanan arteri tergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika

    arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami

    konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah

    mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi, tetapi juga ke otak, yang

    harus mendapat pasokan darah konstan. Oleh karena itu, variable kardiovaskuler harus

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    4/9

    terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun

    kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah (Yogiantoro, 2006).

    Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor di dalam

    sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai

    serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya.

    Penyesuaiannya terdiri dari penyesuaian jangka pendek dan penyesuaian jangka penjang.

    Penyesuaian jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah

    jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom

    pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang (dalam beberapa menit atau

    hari) melibatkan penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan

    garam dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urin dan rasa haus

    (Sherwood, 2001).

    Refleks baroreseptor merupakan mekanisme terpenting dalam pengaturan tekanan

    darah jangka pendek. Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan

    refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta

    pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai

    usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor terpenting yang berperan

    dalam pengaturan terus-menerus tekanan darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor

    lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan

    arteri rata-rata dan tekanan nadi. Ketanggapan reseptor-reseptor tersebut terhadap

    fluktuasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan mereka sebagai sensor tekanan, karena

    perubahan kecil pada tekanan sistolik atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa

    mengubah tekanan rata-rata. Baroreseptor memberikan informasi secara kontinu

    mengenai tekanan darah dengan menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap

    tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial reseptor di kedua

    baroreseptor akan meningkat, bila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan

    potensial aksi di neuron aferen oleh baroreseptor akan menurun juga (Sherwood, 2001).

    Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri

    adalah pusat kontrol kardiovaskuler yang terletak di medulla di dalam batang otak.

    Sebagai jalur aferen adalah sistem saraf otonom. Pusat control kardiovaskuler mengubah

    rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor (jantung dan

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    5/9

    pembuluh darah). Jika karena suatu hal dan tekanan arteri meningkat di atas normal,

    baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta akan meningkatkan kecepatan

    pembetukan potensial aksi di neuron aferen masing-masing. Setelah mendapat informasi

    bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan pembentukan potensial aksi tersebut,

    pusat kontrol kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan

    meningkatkan aktivitas parasimpatis ke sistem kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini

    menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan

    vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan

    resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal (Sherwood,

    2001).

    Sebaliknya, jika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor

    menurun yang menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas jantung

    dan vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola aktivitas

    eferen ini menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup

    disertai oleh vasokonstriksi arteriol dan vena. Perubahan-perubahan ini menyebabkan

    peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah naik

    kembali normal (Sherwood, 2001).

    Refleks Baroreseptor untuk memulihkan Tekanan Darah ke Normal :

    a. Refleks baroreseptor sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah

    Tekanan darah naik Potensial reseptor

    sinus karotikus danlengkung aorta

    Kecepatan

    pembentukanpotensial aksi di

    saraf aferen

    Kecepatan denyut

    jantungVolume

    sekuncup

    Vasodilatasiarteriol dan vena

    Aktivitas saraf

    jantung simpatisAktivitas saraf

    vasokonstriktor

    simpatisAktivitas saraf

    parasimpatis

    Pusat kardiovaskuler

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    6/9

    b. Refleks baroreseptor sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah

    Refleks dan respons lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah (Sudoyo, 2006) :

    1. Reseptor volume atrium kiri dan osmoreseptor hipotalamus mengatur

    keseimbangan garam dan air mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan

    darah dengan mengontrol volume plasma.

    2. Kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta Fungsi : secara refleks

    meningkatkan aktivitas pernafasan sehingga lebih banyak O2 yang masuk atau

    Tekanan darah

    menurun ke arah

    normal

    Curah jantung

    Resistensi perifer

    total

    Tekanan darah turun Potensial reseptor

    sinus karotikus danlengkung aorta

    Kecepatan

    pembentukanpotensial aksi di

    saraf aferen

    Kecepatan denyutjantung

    Volume

    sekuncupVasokonstriksi

    arteriol dan vena

    Aktivitas sarafjantung simpatis

    Aktivitas saraf

    vasokonstriktorsimpatis

    Aktivitas saraf

    parasimpatis

    Tekanan darah

    meningkat ke

    arah normal

    Curah jantung

    Resistensi perifertotal

    Pusat kardiovaskuler

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    7/9

    lebih banyak CO2 pembentuk asam yang keluar meningkatkan tekanan darah

    dengan mengirim impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskuler.

    3. Respons-respons kardiovaskuler yang berkaitan dengan emosi dan perilaku

    tertentu diperantarai oleh jalur korteks serebrum-hipotalamus dan tampaknya

    telah diprogram sebelumnya respon fight or flight simpatis, peningkatan

    denyut jantung dan tekanan darah yang khas pada orgasme seksual dan

    vasodilatasi kulit local khas pada blushing.

    4. Perubahan mencolok sistem kardiovaskuler pada saat berolahraga peningkatan

    besar aliran darah otot rangka, peningkatan curah jantung, penurunan resistensi

    perifer dan peningkatan tekanan arteri rata-rata.

    5. Kontrol hipotalamus terhadap arteriol kulit untuk mengatur suhu harus

    didahulukan daripada kontrol pusat kardiovaskuler terhadap pembuluh itu untuk

    mengatur tekanan darah tekanan darah dapat turun pada saat pembuluh kulit

    mengalami dilatasi menyeluruh untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh.

    6. Zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan dari sel endotel inhibisi enzim yang

    mengkatalisis sintetis EDRF/NO menyebabkan peningkatan cepat tekanan darah.

    Total Peripheral reristance (TPR) pada sistem kardiovaskular merupakan kombinasi dari

    Vaskular Resisten, Viskositas, dan Turbulensi. Vaskular Resistance, merupakan Benturan

    antara Dinding pembuluh darah dan sel darah didalamnya. Dipengaruhi oleh 2 hal

    (Martini. 2006) :

    a. Panjang pembuluh darah, Semakin Besar panjang pembuluh darah maka semakin

    banyak pula permukaan yang bersentuhan dengan sel darah. Hal tersebut jelas

    meningkatkan TPR. Pembuluh darah dapat memangjang dan memendek

    berbandung lurus dengan jumlah lemak di tubuh, atau dipengaruhi oleh berat

    badans seseorang.

    b. Diameter Pembuluh Darah, Semakin Kecil diameter, semakin tinggi resistensi

    dinding pembuluh darah, maka diperlukan tekanan yang semakin tinggi untuk

    mengalirkan darah. Jika dianalogikan sebagai sebuah selang, maka Selang yang

    diameternya lebih lebar memiliki aliran lebih rendah daripada selang yang

    berdiameter kecil. Diameter Pembuluh darah tersebut dapat membesar dan

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    8/9

    mengecil akibat Vasodilatasi yang terjadi Akibat aktivitas Tonus Vasomotor yang

    dipengaruhi oleh syaraf Simpatis.

    c. Viskositas, Semakin Kental cairan, semakin tinggi pula usaha yang diperlukan

    untuk mengalirkanya. Sebagai contoh, jika kita memiliki 2 spuitt yang diidi air

    dan syrup pada masing-masing spuitt. Maka untuk mengeluarkan cairan

    didalamnya diperlukan tekanan yang berceda.

    d. Turbulance, terjadi akibat adanya aliran darah yang tinggi, Permukaan pembuluh

    darah yang tidak rata, serta perubahan dalam diameter pembuluh darah. Pada

    keadaan normal, Tubbulensi hanya terjadi di daerah Atrium Ventrikel dan

    Ventrikel Truncus Pulmonalis / Aorta. Hal ini disebabkan pada daerah tersebih

    memiliki katup yang menyebabkan terjadi turbulensi saat darah menabrak katub

    yang tertutup.

    Turbulensi jarang terjadi di pembuluh darah yang lebih kecil, namun tetep saja

    bisa terjadi. Pada keadaan ini biasanya dikarenakan dinding pembuluh darah yang

    rusak contohnya pada keadaan Arteriosklerosis.

    DAPUS

    Gray, Huon H. 2002.Lecture Notes Kardiologi Ed.4. Jakarta : Erlangga

    Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Porses Penyakit.

    Vol.1. Ed.6. Jakarta : EGC

    Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta : EGC

    Guyton, Arthur C. 2008.Buku Ajar Fisiology Kedokteran. Penrbit Buku Kedoteran EGC:

    Jakarta

    Martini, Frederic H. 2006. Fundamental of Anatomy and Physiology. 7th edition. San

    fransisco Pearson.

    Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat

    penerbitan Departemen IPD FKUI

    Yogiantoro, Mohammad. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.4. Jakarta :

    FKUI

  • 7/28/2019 Lap Fisiologi Tekanan Darah

    9/9