lapkas sergai.doc
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
1/19
Topik : Stroke Hemoragik
Tanggal (Kasus) : 01 Agustus 2015 Presenter : dr. Karina Witary Ayu
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Pipin Andriyani dr. Saidi M G
Tempat Presentasi : RSUD. Sultan Sulaiman, Serdang Bedagai
Objektif Presentasi :
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal
ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan
dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien
ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.
Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun
yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),
kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-).
Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan tatalasana yang tepat sesuai dengan penyakit
yang dialami pasien
Bahan
Bahasan Tinjauan
Pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
Membahas Diskusi Presentasi dan
diskusi
Email Pos
Data Pasien Nama/Umur: Tn. A / 52 tahun
Alamat: Perumnas Gardena, Firdaus Sei Rampah
Agama: Islam
Status: Menikah
Pekerjaan: PNS
No. Reg :
03.31.24
Nama RS : RSUD Sultan Sulaiman Telp : Terdaftar Sejak:
Data utama untuk bahan diskusi1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal ini
dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan dan
tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien ke kamar
mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal. Riwayat kejang (-
) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu dengan
pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-), kolesterol (-), stroke
sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-).
2. Riwayat Pengobatan : tidak jelas
3. Riwayat Kesehatan/penyakit : Hipertensi (+)
4. Riwayat Keluarga : Sudah menikah, memiliki 2 anak
5. Riwayat Pekerjaan : PNS
Daftar Pustaka
1. Misbach, J., 1999. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi,
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
2/19
Manajemen. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan
Penatalaksanaan. CDK 185:38(4)
3. Elkind, Mitchell. 2009. TIA and Stroke: Pathophysiology,
Management, and Prevention. American Health and Drugs Benefits:
2009 (8)
4. Sjahrir, H., 2003. Stroke Hemoragik dan Iskemik. Medan:
Yandira Agung5. National Stroke Association, 2009. Public Stroke Prevention
Guidelines. Available from: http://www.stroke.org/site/PageServer?
pagename=RISK. [Accessed 18 Agustus 2015]
Hasil Pembelajaran
1. Etiologi dan Patogenesa Stroke Hemoragik
2. Gejala Klinis dan Pemeriksaan Stroke Hemoragik
3. Penegakan Diagnosa Hemoragik
4. Penatalaksanaan dan Komplikasi Hemoragik
1. Subjektif :
Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal
ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan
dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien
ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.
Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun
yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),
kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-). Riwayat
pengobatan sebelumnya (-).
2. Objektif :
Keadaan Umum : Somnolen
GCS: 8 (E/V/M: 3/3/2)
Vital sign :
TD = 230/110 mmHg
HR = 110 x/i
RR = 28 x/i
T = 36,7OC
A. Status Generalis
Kepala
Mata : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : TVJ dalam batas normal
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, ketinggalan pernafasan (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor dikedua lapang paruAuskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
3/19
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Sopel, Hepar dan Lien tidak teraba
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat, Oedem tungkai -/-, Deformitas (-)
B. Status Neurologis
Peningkatan TIK :
Nyeri Kepala (+), Muntah (+), Kejang (-)
Perangsangan Meningeal:
Kaku kuduk (-), Kerniq (-). Tanda Brudzkinski I (-), Tanda Brudzinski II (-)
Pemeriksaan Nervus Kranialis:
N I: Sulit dinilai
N II, III: Refleks cahaya +/+, pupil isokor 3mm
N III,IV,VI: Sulit dinilai
N V: Reflex kornea (+)
N VII: Sudut mulut jatuh ke kiri
N VIII: Sulit dinilai
N IX, X: Uvula medial, Refleks muntah (+)
N X: Sulit dinilai
N XII: Lidah istirahat medial
Nervus I
Meatus nasi dextra
Meatus nasi sinistra
Normosmia
:
sdn
sdn
Anosmia
: sdn
sdn
Parosmia
: sdn
sdn
Hiposmia
: sdn
sdn
Nervus II Oculi dextra Oculi sinistra
Visus
: sdn
sdnLapangan pandang
-Normal : sdn sdn
- Menyempit : sdn sdn
- Hemianopsia : sdn sdn
- Scotoma : sdn sdn
Reflex ancaman
: (+)
(+)
Fundus okuli
:
- Warna : tdp
- Batas : tdp
- Ekskavasio : tdp
- Arteri : tdp
- Vena
: tdp
Nervus III IV VI
Oculi dextra
Oculi sinistra
Gerakan bola mata
:
sdn
sdn
Nistagmus
:
sdn
sdn
Pupil
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
4/19
- Lebar : isokor, 3 mm isokor,
3mm-
Bentuk
:
bulat
b
ulat
- Reflex cahaya langsung : (+) (+)
- Reflex cahaya tidak langsung : (+) (+)
- Rima palpebra : 7 mm 7
mm- Deviasi conjugate : (-) (-)
- Fenomena dolls eye :
(+)
(+)
- Strabismus : (-) (-)
Nervus V Kanan Kiri
Motorik
- Membuka dan menutup mulut : sdn sdn
- Palpasi otot masseter & temporalis :
sdn
sdn
- Kekuatan gigitan
:
sdn
sdn
Sensorik
- Kulit : sdn
- Selaput lendir : sdn
Reflex kornea
: (+)
Reflex masseter
: sdn
Reflex bersin : sdn
Nervus VII
Motorik Kanan Kiri
- Mimik
: sudut mulut jatuh kekiri
- Kerut kening :
sdn
sdn
- Menutup mata :
sdn
sdn
- Meniup sekuatnya :
sdn
sdn
- Memperlihatkan gigi :
sdn
sdn
- Tertawa : sdn sdn
Sensorik
- Pengecapan 2/3 depan lidah
:
sdn
sdn
- Produksi kelenjar ludah : (+) (+)
- Hiperakusis :
sdn sdn
- Refleks stapedial : tdp tdp
Nervus VIII Kanan Kiri
Auditorius-
Pendengaran
:
sdn
sdn- Tes rinne :
sdn
sdn
- Tes weber : sdn sdn
- Tes schwabach : sdn sdn
Vestibularis
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
5/19
- Nistagmus :
sdn
sdn
- Reaksi kalori : tdp tdp
- Vertigo : sdn sdn
- Tinnitus :
sdn
sdn
Nervus IX, X
Pallatum molle
: sdnUvula : sdn
Disfagia
: tdp
Disartria
: tdp
Disfonia
: tdp
Reflex muntah
: (+)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : sdn
Nervus XI
kanan
kiri
Mengangkat bahu
: sdn
sdn
Fungsi otot sternocleidomastoideus
: sdn
sdn
Nervus XII
Lidah
- Tremor : sdn
- Atrofi : sdn
- Fasikulasi : sdn
Ujung lidah sewaktu istirahat
: medial
Ujung lidah sewaktu dijulurkan
: sdn
Sistem Motorik
Trofi
: EutrofiTonus otot
: Normotonus
Kekuatan otot
: sdn la
ESD: sdn
ESS: sdn
EID: sdn
EIS: sdn
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : berbaring
Gerakan spontan abnormal
- Tremor : (-)
- Khorea : (-)
- Ballismus : (-)
- Mioklonus : (-)
- Atetosis : (-)
- Distonia
: (-)
- Spasme : (-)
- Tic : (-)
- Dan lain-lain : (-)
Test Sensibilitas
Eksteroseptif
: sdn
Proprioseptif
: sdn
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Stereognosis : sdn
- Pengenalan dua titik : sdn
- Grafestesia
: sdn
Refleks
kanan
kiri
Reflex fisiologis
- Biceps :
++
++
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
6/19
- Triceps : ++ ++
- Radioperiost :
++
++
- APR :
++
++
- KPR :
++
++
- Strumple : + +
Refleks Patologis- Babinski : - -
- Oppenheim : - -
- Chaddock : - -
- Gordon : - -
- Schaefer : - -
- Hoffman-trommer : - -
- Klonus lutut : - -
- Klonus kaki : - -
- Reflex primitive : - -
KoordinasiLenggang
: tdp
Bicara
: tdp
Menulis
: tdp
Percobaan Apraksia
: tdp
Mimik
: simetris
Tes telunjuk-telunjuk
: tdp
Tes telunjuk-hidung
: tdp
Diadokhinesia
: tdp
Tes tumit-lutut
: tdp
Tes Romberg
: tdp
Vegetatif
Vasomotorik
: (+)
Sudomotorik
: (+)
Pilo-erektor
: sdn
Miksi dan defekasi
: (+)
Potens dan libido
: tdp
Vertebra
Bentuk
-Normal : (+)
- Scoliosis : (-)
- Hiperlordosis
: (-)
Pergerakan
- Leher : sdn
- Pinggang : sdn
Tanda perangsangan radikuler
Laseque
: sdn
Cross laseque
: sdn
Tes Lhermitte
: sdn
Tes Naffziger
: sdn
Gejala-gejala serebellar
Ataksia
: sdnDisartria
: sdn
Tremor
: (-)
Nistagmus
: sdn
Fenomena rebound
: sdn
Vertigo
: sdn
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
7/19
Dan lain-lain
: (-)
Gejala-gejala ekstrapiramidal
Tremor
: (-)
Rigiditas
: sdn
Bradikinesia
: sdn
Dan lain-lain
: (-)
Fungsi luhurKesadaran kualitatif
: Apatis
Ingatan baru
: sdn
Ingatan lama
: sdn
Orientasi
- Diri : sdn
- Tempat : sdn
- Waktu : sdn
- Situasi : sdn
Intelegensia
: sdn
Daya pertimbangan
: sdn
Reaksi emosi
: sdnAfasia
- Ekspresif : sdn
- Reseptif : sdn
Apraksia
: sdn
Agnosia
- Agnosia visual : sdn
- Agnosia jari-jari : sdn
- Akalkulia : sdn
- Disorientasi kanan-kiri: sdn
Pemeriksaan Refleks Fisiologis: Kanan Kiri
Biceps/Triceps ++/++
++/++
APR/KPR ++/++
++/++
Pemeriksaan Refleks Patologis:
Kanan Kiri
Hoffman/Tromner -/- -/-
Babinski - -
Kekuatan Motorik:Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kiri
Siriraj Stroke Score (SSS):
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolik) ( 3 x tanda ateroma) 12
Dengan:
Derajat Kesadaran: (sadar = 0, delirium = 1, superkoma/koma = 2)
Muntah: (ada= 1 tidak ada= 0)
Nyeri Kepala: (ada = 1, tidak ada = 0)
Tanda Ateroma: (ada = 1 tidak ada = 0 ; DM, angina, hiperkolesterol atau
penyakit pembuluh darah)
Jika nilai SSS:
>1 = Stroke Hemoragik
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
8/19
(2,5x1) + (2x1) + (2x1) + (0,1 + 110) (3x0) 12 = 5,5
C. Pemeriksaan Laboratorium: (01/08/2015)
Jenis Pemeriksaan Unit Hasil Normal
Darah Rutin:
Leukosit 10/mm3 18.500 4000-10000
Eritrosit 10/mm3 5,32 3,8-5,8
Hemoglobin (Hb) gr % 14,8 12-16
Hematokrit % 46,2 35-50
Trombosit 10/mm3 231.000 150000-450000
PCT % 0,200 0,100-0,500
MCV Fl 87,0 80-97
MCH Pg 27,8 26,5-33,5
MCHC % 32,0 31,5-35,5
RDW % 13,0 10,0-15,0
MPV nm3 8,7 6,5-11,0
PDW % 14,7 10,0-18,0
Kimia Klinik:
Glukosa Ad Random mg/dL 194 !200
Faal Hati:
SGOT (AST) U/L 33 L: < 31
P: < 35
SGPT (ALT) U/L 29 L: < 35
P: < 45
Faal Ginjal:
Ureum mg/dL 47 17-43
Kreatinin mg/dL 1,5 L: 0,9-1,3
P: 0,6-1,1
Profil Lipid:
Cholesterol mg/dL 175 !200
Profil Arthritis:
Uric Acid mg/dL 10,1 L: 3,5-7,2
P: 2,6-6,0
D. Pemeriksaan EKG:
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
9/19
Kesan:
Irama: Sinus Ritme
Axis NormalHeart Rate 75x/i
Gel. P Normal
PR Interval Normal
QRS Kompleks: I, II, III, avF, aVR normal , QS kompleks pada V1-V3, Gelombang
RS pada V4
Segmen ST Normal
Gelombang T Normal
3. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosis
kasus ini adalah: Somnolen + Hemiparase Sinistra + PN VII UMN Sinistra ec. Stroke
Hemoragik + Krisis Hipertensi.
4. Penatalaksanaan:
Head up 30o
NGT dan Kateter terpasang
O24-6 l/i Nasal Kanul
IVFD R Sol 20 gtt/i
Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
Injeksi Ondansetron 1amp/8 jam
Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Injeksi Citikolin 1 amp/12 jam TAO
Injeksi Piracetam 1 gr/12 jam
Injeksi Furosemid 1 amp/hari
Amlodipin Sublingual 1x10 mg
Konsul Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Anjuran Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Segera Rujuk, dan CT Scan Kepala di
RS Rujukan
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
10/19
5. Tinjauan Pustaka
STROKE HEMORAGIK
Definisi
Stroke adalah suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau
global, yang timbul mendadak berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa penyebab yang jelas selain vaskuler.Klasifikasi utama stroke dibagi menjadi 2 kategori
berdasarkan penyebab, yaitu iskemia-infark dan hemoragik. Stroke hemoragik sendiri dibagi
lagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Stroke akibat perdarahan intraserebral adalah gejala disfungsi neurologis yang
berkembang cepat akibat kumpulan darah di dalam parenkim otak atau sistem ventrikel yang
tidak disebabkan oleh trauma. Sedangkan stroke akibat perdarahan subarakhnoid adalah
gejala disfungsi neurologis dan/atau nyeri kepala akibat perdarahan di dalam ruangsubarakhnoid yang tidak disebabkan oleh trauma.
Epidemiologi
Setiap tahun sebanyak 15 juta jiwa di seluruh dunia menderita stroke dengan 5 juta di
antaranya meninggal dunia, dan 5 juta lainnya menderita cacat permanen. Penyakit tekanan
darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Perdarahan
intraserebral merupakan penyebab morbiditas dan kematian pada 10%-15% pada kasus
stroke pada ras kaukasia dan 30% pada ras Afrika dan Asia. Lokasi perdarahan paling sering
adalah putamen (40%), lobus serebral (22%), thalamus (15%), pons (8%), serebelum (8%),
dan kaudatus (7%)
6
. Insidensi perdarahan subarakhnoid bervariasi dari 6-16 per 100.000populasi, insidensi tertinggi terdapat di Finlandia dan Jepang.
Gambar 1. Potongan horizontal serebrum (atas) dan potongan sagittal batang otak
(bawah). Gambar di atas menunjukkan lokasi paling sering perdarahan intraserebral.
Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya stroke hemoragik antara lain:
a. Hipertensi
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
11/19
b.Ruptured saccular aneurysm
c. Cerebral amyloidosis
d. Kelainan pembekuan darah dan koagulopati
e. Komplikasi terapi antikoagulan
f.Arteriovenous malformation
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa risiko stroke hemoragik lebih tinggi
pada jenis kelamin laki-laki, hipertensi, dan tingginya konsumsi alkohol.Tingginya level
LDL berhubungan dengan penurunan resiko stroke hemoragik, sedangkan level HDL yang
tinggi berhubungan dengan risiko perdarahan intraserebral. Gaya hidup yang sehat dapat
menurunkan faktor resiko stroke baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik.
Patofisiologi
Perdarahan Intraserebral
Hipertensi kronik menyebabkan pelemahan dinding arteri dan perlahan membentuk
aneurisma yang disebut Charcot-Bouchard microaneurysms yang menjadi predisposisi
perdarahan intraserebral. Perdarahan biasanya dimulai dari cabang dalam sirkulus Willis
seperti lenciculostriate, thalamogeniculate, dan thalamoperforating arteries. Peningkatan
tekanan darah dan aliran darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan perdarahan
intraserebral bahkan dengan tanpa riwayat hipertensi berat.
Perdarahan terbartas pada ketahanan jaringan otak. Hematoma yang luas dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dengan gejala nyeri kepala, muntah, dan
penurunan kesadaran. Perluasan hematoma juga dapat menyebabkan edema otak dan
herniasi.
Perdarahan Sub Arakhnoid
85% penyebab perdarahan subarachnoid disebabkan oleh aneurisma yang ruptur.
Aneurisma dapat terberntuk akibat kombinasi kongenital dengan perubahan degeneratif.
Aneurisma biasanya terbentuk pada percabangan arteri besar sirkulus Willis.
Gambar 2. Lokasi paling sering terjadinya aneurisma intrakranial.
Klasifikasi
Perdarahan intrakranial spontan dibagi menjadi dua sub kategori, yaitu:
a. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intra serebral merujuk pada perdarahan yang terjadi pada parenkim otak.
b. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan yang terjadi di sekitar otak, tepatnya padasubarachnoid space.
Manifestasi Klinis
Perdarahan Intraserebral
Selain peningkatan tekanan intrakranial yang tiba-tiba, perdarahan intraserebral memilikitanda neurologis spesifik tergantung lokasi terjadinya perdarahan. Walaupun begitu,
hematoma yang berasal dari lokasi anatomi yang sama dapat memberikan gejala klinis dan
prognosis yang berbeda karena perbedaan ukuran, lokasi intraregional, arah penyebaran
intraparenkim, dan adanya perdarahan ventrikular.
Gejala Perdarahan intraserebral berdasarkan lokasi perdarahan
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
12/19
Lokasi Motorik/Sensorik Gerakan Mata Pupil Tanda Lain
Putamen
Hemiparesis
kontralateral dan
hemisensory loss
Ipsilateral
conjugate
deviation
NormalKiri: afasia
Kanan: left sided neglect
ThalamusContralateral
hemisensory loss
Down and in
upgaze palsy
Kecil,
bereaksi
lambat
Somnolen, penurunan
kewaspadaan; kiri: afasia
LobusFrontal Lemah tungkaikontralateral Ipsilateralconjugate gaze Normal Abulia
Temporal None NoneHemianopia
Left: aphasia
Occipital None None Hemianopia
Parietal
Slight contralateral
hemiparesis and
hemisensory loss
Hemianopia; Kiri: afasia;
Kanan: left neglect;
gangguan
menggambardan meniru
Kaudatus
None or slight
contralateral
hemiparesis
None NormalAbulia, agitasi, penurunan
daya ingat
Pons Tetraparesis
Bilateral
horizontal gaze
paresis, ocular
bobbing
Kecil;
reaktifKoma
CerebellarGait ataxia, hipotonia
tungkai ipsilateral
Ipsilateral gaze
atau paresis
nervus VI
Kecil
Muntah, kesulitan
berjalan, miring saat
duduk.
Perdarahan Subarakhnoid
Ketika aneurisma ruptur, darah menyebar menuju subarachnoid dan menyebar ke
cairan serebrospinal. Hal ini berkembang menjadi peningkatan tekanan intrakranial dan iritasi
meningen yang menyebabkan nyeri kepala yang hebat dan tiba-tiba, penurunan aktivitas fisikdan intelektual, muntah, dan penurunan kesadaran. Mengantuk, gelisah dan agitasi juga
cukup sering dijumpai. Tanda neurologis fokal seperti hemiplegi dan hemianopia tidak
dijumpai pada saat onset, kecuali jika aneurisma juga mendarahi otak. PSA pada umumnya
menyertai berbagai komplikasi, seperti perdarahan berulang, hidrosefalus akut, dan iskemik
otak global karena vasospasme.
Penegakan Diagnostik
Ketika pasien datang, perlu ditentukan apakah stroke yang dihadapi adalah stroke
iskemik atau stroke hemoragik. Setelah dilakukan stabilisasi pada pasien stroke, dilakukan
anamnesis kepada pasien atau aloanamnesis kepada pendamping pasien. Pada stroke
hemoragik, serangan biasanya mendadak, terjadi saat sedang beraktivitas, dan terdapat nyerikepala sebelum serangan. Ditanyakan juga apakah pasien juga mengalami mual, muntah, dan
kejang. Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan jantung serta riwayat pengunaan
obat-obatan juga perlu ditanyakan.
Setelah dilakukan anamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologis rutin. Pada
pemeriksaan neurologis pada penderita stroke, pemeriksaan neuro-vascular juga harus
diperhatikan. Pemeriksaan tersebut antara lain:
a. Palpasi dan auskultasi arteri atau cabang arteri karotis yang terletak
dekat permukaan.
b. Mendengar dan mencari bruit cranial atau servikal
c. mengukur tekanan darah pada kedua lengan.
d. Mengukur tekanan arteria oftalmikae. Melihat dengan optalmoskop ke retina terutama ke pembuluh darahnya.
Semua pasien dengan suspek stroke akut harus dilakukan beberapa pemeriksaan
sebagai berikut:
1. Elektrokardiogram (EKG)
2. Pencitraan otak: CT tanpa kontras atau MRI dengan perfusi dan
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
13/19
difusi
3. Pemeriksaan laboratorium darah seperti, hematologi rutin, gula
darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated
Partial Thrombin Time (APTT), prothrombin time (PT), INR.
Pemeriksaan laboratorium di ruang rawat antara lain, gula
darah puasa dan 2 jam setelah makan, profil lipid, C-reactive
protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi
seperti: enzim jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.Pemeriksaan CT scan tanpa kontras dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis stroke iskemik. CT scan dapat memberikan informasi mengenai
lokasi, ukuran infark, perdarahan, dan apakah perdarahan menyebar ke ruang
intraventrikular. Jika pada CT scan ditemukan perdarahan pada basal ganglia, nuklelus
kaudatus, talamus, pons, atau serebelum, angiografi tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, jika
perdarahan ditemukan pada lokasi yang atipikal dan pasien berusia muda tanpa riwayat
hipertensi, angiografi diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis Arteriovenous
malformation, aneurisma, vaskulitis, dan tumor. Jika hasil CT scan normal, tetapi pada
pemeriksaan rangsangan meningeal didapatkan hasil positif, lumbal punksi dilakukan untuk
mendeteksi darah pada cairan serebrospinal.
Jika sarana tidak memungkinkan, dapat digunakan skor stroke Siriraj untukmengeliminasi stroke iskemik.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding stroke hemoragik antara lain sebagai berikut:
a. Stroke Iskemikb. Ensefalitis
c. Hipoglikemia
d. Meningitis
e.Neoplasma
Penatalaksanaan
Penatalaksanaa Perdarahan Intraserebral
1. Diagnosis penilaian gawat darurat pada
perdarahan intrakranial dan penyebabnya
a. Pemeriksaan pencitraan
yang cepat dengan CT atau MRIdirekomendasikan untuk membedakan stroke
iskemik dengan perdarahan intrakranial.
b. Angiografi CT dan CT
dengan kontras dapat dipertimbangkan untuk
membantu mengidentifikasi pasien dengan
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
14/19
risiko perluasan hematoma. Bila secara klinis
atau radiologis terdapat kecurigaan yang
mengarah ke lesi struktural termasuk
malformasi vaskuler dan tumor sebaiknya
dilakukan angiografi CT, venografi CT, CT
dengan kontras, MRI dengan kontras, MRA
dan venografi MR.
2. Tatalaksana Medis Perdarahan
intrakraniala. Pasien dengan defisiensi
berat faktor koagulasi atau trombositopenia
berat sebaiknya mendapat terapi penggantian
faktor koagulasi atau trombosit.
b. Pasien dengan perdarahan
intrakranial dan peningkatan INR terkait obat
antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan
warfarin, tetapi mendapat terapi untuk
mengganti vitamin K-dependent factor dan
mengkoreksi INR, serta mendapat vitamin K
intravena. Konsentran kompleks protrombintidak menunjukkan perbaikan keluaran
dibandingkan dengan Fresh Frozen Plasma.
Namun, pemberian konsentrat kompleks
protrombin dapat mengurangi komplikasi
dibandingkan dengan FFP dan dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif FFP.
c. Apabila terjadi gangguan
koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai
berikut:
Vitamin K 10 mg IV diberikanpada penderita dengan
peningkatan INR dan
diberikan dalam waktu yang
sama dengan terapi yang lain
karena efek akan timbul 6 jam
kemudian. Kecepatan
pemberian
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
15/19
risiko kejadian tromboemboli akan meningkat
dengan faktor VIIa rekombinan dan tidak ada
keuntungan nyata pada pasien yang tidak
terseleksi.
e. Kegunaan dari transfusi
trombosit pada pasien perdarahan intrakranial
dengan riwayat penggunaan antiplatelet masih
tidak jelas dan dalam tahap penelitian.
f. Untuk mencegahtromboemboli vena pada pasien dengan
perdarahan intrakranial, sebaiknya mendapat
pneumatic intermittent compresion selain
dengan stoking elastis.
g. Setelah dokumentasi
penghentian perdarahan, LMWH atau UFH
subkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan
untuk pencegahan tromboemboli vena pada
pasien dengan mobilititas kurang setelah satu
hingga empat hari pascaawitan.
h. Efek heparin dapat diatasidengan pemberian protamin sulfat 10-15mg IV
waktu 1-3 menit. Penderita dengan pemberian
protamin sulfat perlu pengawasan ketat untuk
melihat tanda-tanda hipertensitif.
3. Tekanan Darah
a. Pada pasien stroke
perdarahan intraserebral akut, apabila TDS
>200mmHg atau Mean Arterial Pressure
(MAP)>150mmHg, tekanan darah diturunkan
dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena secara kontinu dengan pemantauantekanan darah setiap 5 menit.
b. Apabila TDS > 180mmHg
atau MAP> 130mmHg disertai gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial,
dilakukan pemantauan tekanan intrakranial.
Tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena
secara kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan perfusi serebral >
60mmHg.
c. Apabila TDS > 180mmHg
atau MAP > 130mmHg tanpa disertai gejala
dan tanda peningkatan tekanan intrakranial,
tekanan darah diturunkan secara hati-hati
dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit
hingga MAP 110mmHg atau tekanan darah
160/90 mmHg. Penurunan TDS hingga 140
mmHg masih diperbolehkan.
d. Pada pasien stroke
perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220
mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepathingga TDS 140mmHg cukup aman.
e. Penanganan nyeri termasuk
upaya penting dalam penurunan tekanan darah
pada penderita stroke perdarahan intraserebral.
f. Obat antihipertensi
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
16/19
parenteral golongan penyekat beta (labetolol
dan esmolol), penyekat kanal kalsium
(nikardipin dan diltiazem) intravena dapat
digunakan dalam upaya di atas.
g. Hidralasin dan nitroprusid
sebaiknya tidak digunakan karena dapat
menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial.
4. Penanganan di rumah sakit danpencegahan kerusakan otak sekunder
a. Pemantauan awal dan
penangan pasien perdarahan intrakranial
sebaiknya dilakukan di ICU dengan dokter dan
perawat yang memiliki keahlian perawatan
intensif neurosains
b. Memantau Glukosa
c. Memantau kejang
5. Prosedur/Operasi
a. Penanganan dan
pemantauan tekanan intrakranial pada pasiendengan skor GCS
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
17/19
neurologi yang timbul.
b. Pasien PSA derajat III, IV
atau V berdasarkan H&H, perawatan harus
lebih intensif
Lakukan penatalaksanaan
ABC sesuai dengan
protokol pasien di ruang
gawat darurat.
Perawatan di ruang intensif
atau semi intensif.
Pertimbangkan intubasi
endotrakheal untuk
mencegak aspirasi dan
menjalin jalan nafas
terutama pada pasien
dengan peninggian tekanan
intrakranial.
Hindari pemakaian obat-
obat sedatif
2. Tindakan untuk mencegah perdarahan
ulang setelah PSA
a. Kontrol dan monitor
tekanan darah untuk mencegah perdarahan
ulang. Tekanan darah 140-160 mmHg sangat
disarankan.
b. Istirahat total di tempat
tidur
c. Terapi antifibrinolitik.
Terapi antitrombolitik dikontraindikasikan
pada pasien dengan koagulopati, riwayat
infark miokard akut, stroke iskemik, emboli
paru, atau trombosis vena dalam. Terapi
antifibrinolitik lebih dianjurkan pada pasien
dengan risiko rendah terjadinya vasospasme
atau pada pasien dengan penundaan operasi.
3. Tindakan operasi pada aneurisma yang
ruptur
4. Pencegahan dan tatalaksana vasospasme
a. Pemberian nimodipin dimulaidengan dosis 1-2mg/jam IV pada hari ke 3 atau
secara oral 60mg setiap 6 jam selama 21 hari
b. Pengobatan vasospasme
serebral dimulai dengan penanganan anerurisma
yang ruptur dengan mempertahan volume darah
sirkulasi yang normal (euvolemia) dan
menghindari terjadinya hipovelemia.
c. Pada pasien PSA dengan
tanda-tanda vasospasme, terapi hiperdinamik
yang dikenal dengan triple-H perlu
dipertimbangkan dengan tujuanmempertahankan tekanan perfusi serebral.
d. Pada pasien yang gagal terapi
konvensional, dianjurkan untuk pengobatan
vasospasme.
e. Cara lain untuk
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
18/19
penatalaksanaan vasospasme adalah sebagai
berikut
Pencegahan vasospasme!
Nimodipin 60 mg
peroral 4 kali sehari!
NaCl 3% intravena50ml 3 kali sehari
!
Menjaga
keseimbangan
elektrolit
Delayed vasospasm!
Stop nimodipin,
antihipertensi dan
diuretika!
Berikan 5% albumin
250 ml intravena!
Bila memungkinkan
lakukan pemasangan
Swan-ganz, dan
usahakan wedge
pressure 12-14
mmHg!
Jaga cardiac index
sekitar4L/min/sd.meter
!
Berikan dobutamin 2-
15ug/kg/min
5. Memantau dan mengelola tekanan darah
6. Menatalaksana hiponatremia
7. Memantau dan mengelola kejang
8. Menatalaksanan komplikasi hidrosefalus
9. Terapi tambahan
a. Laksansia diperlukan untuk
melunakkan feses secara regulerb. Analgesik
!Asetaminofen
" - 1 gr/4-6jam dengan dosis
maksimal 4gr/4-6 jam
!Kodein fosfat
30-60 mg oral atau IM/4-6 jam
! Tylanol
dengan kodein
! Menghindari
asetosal
c. Pasien yang sangat gelisahdapat diberikan
! Haloperidol
im 1-10mg setiap 6 jam
! Petidin im
50-100 mg atau morfin sc atau iv 5-
10 mg/4-6jam
-
7/24/2019 Lapkas Sergai.doc
19/19
! Midazolam
0,06-1,1mg/kg/jam
! Propofol 3-
1mg/kg/jam
Prognosis
Perdarahan intraserebral
Bergantung lokasi, ukuran, dan perkembangan hematoma. Pasien dengan hematomayang kecil tetapi berada pada strukturmidline, dapat berkembang menjadi herniasi sekunder
yang menyebabkan kematian. Sebagian besar pasien bertahan dengan defisit neurologis.
Perdarahan intraserebral berulang sekitar 2% per tahun.
Perdarahan subarakhnoid
Jika perdarahan terbatas, pasien dapat bertahan tetapi dengan resiko perdarahan
kembali dalam beberapa minggu setelah onset PSA. Pada kejadian anneurisma yang ruptur,
terdapat 3%-4% perdarahan kembali dalam 24 jam.
1