lapkas sergai.doc

Upload: lazy-boy

Post on 20-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    1/19

    Topik : Stroke Hemoragik

    Tanggal (Kasus) : 01 Agustus 2015 Presenter : dr. Karina Witary Ayu

    Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Pipin Andriyani dr. Saidi M G

    Tempat Presentasi : RSUD. Sultan Sulaiman, Serdang Bedagai

    Objektif Presentasi :

    Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

    Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

    Neonatus

    Bayi

    Anak

    Remaja

    Dewasa

    Lansia

    Bumil

    Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal

    ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan

    dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan

    nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien

    ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.

    Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun

    yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),

    kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-).

    Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan tatalasana yang tepat sesuai dengan penyakit

    yang dialami pasien

    Bahan

    Bahasan Tinjauan

    Pustaka

    Riset Kasus Audit

    Cara

    Membahas Diskusi Presentasi dan

    diskusi

    Email Pos

    Data Pasien Nama/Umur: Tn. A / 52 tahun

    Alamat: Perumnas Gardena, Firdaus Sei Rampah

    Agama: Islam

    Status: Menikah

    Pekerjaan: PNS

    No. Reg :

    03.31.24

    Nama RS : RSUD Sultan Sulaiman Telp : Terdaftar Sejak:

    Data utama untuk bahan diskusi1. Diagnosis/Gambaran Klinis :

    Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal ini

    dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan dan

    tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan nyeri

    kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien ke kamar

    mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal. Riwayat kejang (-

    ) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu dengan

    pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-), kolesterol (-), stroke

    sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-).

    2. Riwayat Pengobatan : tidak jelas

    3. Riwayat Kesehatan/penyakit : Hipertensi (+)

    4. Riwayat Keluarga : Sudah menikah, memiliki 2 anak

    5. Riwayat Pekerjaan : PNS

    Daftar Pustaka

    1. Misbach, J., 1999. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi,

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    2/19

    Manajemen. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    2. Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan

    Penatalaksanaan. CDK 185:38(4)

    3. Elkind, Mitchell. 2009. TIA and Stroke: Pathophysiology,

    Management, and Prevention. American Health and Drugs Benefits:

    2009 (8)

    4. Sjahrir, H., 2003. Stroke Hemoragik dan Iskemik. Medan:

    Yandira Agung5. National Stroke Association, 2009. Public Stroke Prevention

    Guidelines. Available from: http://www.stroke.org/site/PageServer?

    pagename=RISK. [Accessed 18 Agustus 2015]

    Hasil Pembelajaran

    1. Etiologi dan Patogenesa Stroke Hemoragik

    2. Gejala Klinis dan Pemeriksaan Stroke Hemoragik

    3. Penegakan Diagnosa Hemoragik

    4. Penatalaksanaan dan Komplikasi Hemoragik

    1. Subjektif :

    Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal

    ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan

    dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan

    nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien

    ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.

    Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun

    yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),

    kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-). Riwayat

    pengobatan sebelumnya (-).

    2. Objektif :

    Keadaan Umum : Somnolen

    GCS: 8 (E/V/M: 3/3/2)

    Vital sign :

    TD = 230/110 mmHg

    HR = 110 x/i

    RR = 28 x/i

    T = 36,7OC

    A. Status Generalis

    Kepala

    Mata : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Leher : TVJ dalam batas normal

    Pulmo

    Inspeksi : Pergerakan dada simetris, ketinggalan pernafasan (-)

    Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan

    Perkusi : Sonor dikedua lapang paruAuskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

    Cor

    Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    3/19

    Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

    Auskultasi : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Simetris

    Palpasi : Sopel, Hepar dan Lien tidak teraba

    Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

    Perkusi : Timpani

    Ekstremitas

    Akral hangat, Oedem tungkai -/-, Deformitas (-)

    B. Status Neurologis

    Peningkatan TIK :

    Nyeri Kepala (+), Muntah (+), Kejang (-)

    Perangsangan Meningeal:

    Kaku kuduk (-), Kerniq (-). Tanda Brudzkinski I (-), Tanda Brudzinski II (-)

    Pemeriksaan Nervus Kranialis:

    N I: Sulit dinilai

    N II, III: Refleks cahaya +/+, pupil isokor 3mm

    N III,IV,VI: Sulit dinilai

    N V: Reflex kornea (+)

    N VII: Sudut mulut jatuh ke kiri

    N VIII: Sulit dinilai

    N IX, X: Uvula medial, Refleks muntah (+)

    N X: Sulit dinilai

    N XII: Lidah istirahat medial

    Nervus I

    Meatus nasi dextra

    Meatus nasi sinistra

    Normosmia

    :

    sdn

    sdn

    Anosmia

    : sdn

    sdn

    Parosmia

    : sdn

    sdn

    Hiposmia

    : sdn

    sdn

    Nervus II Oculi dextra Oculi sinistra

    Visus

    : sdn

    sdnLapangan pandang

    -Normal : sdn sdn

    - Menyempit : sdn sdn

    - Hemianopsia : sdn sdn

    - Scotoma : sdn sdn

    Reflex ancaman

    : (+)

    (+)

    Fundus okuli

    :

    - Warna : tdp

    - Batas : tdp

    - Ekskavasio : tdp

    - Arteri : tdp

    - Vena

    : tdp

    Nervus III IV VI

    Oculi dextra

    Oculi sinistra

    Gerakan bola mata

    :

    sdn

    sdn

    Nistagmus

    :

    sdn

    sdn

    Pupil

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    4/19

    - Lebar : isokor, 3 mm isokor,

    3mm-

    Bentuk

    :

    bulat

    b

    ulat

    - Reflex cahaya langsung : (+) (+)

    - Reflex cahaya tidak langsung : (+) (+)

    - Rima palpebra : 7 mm 7

    mm- Deviasi conjugate : (-) (-)

    - Fenomena dolls eye :

    (+)

    (+)

    - Strabismus : (-) (-)

    Nervus V Kanan Kiri

    Motorik

    - Membuka dan menutup mulut : sdn sdn

    - Palpasi otot masseter & temporalis :

    sdn

    sdn

    - Kekuatan gigitan

    :

    sdn

    sdn

    Sensorik

    - Kulit : sdn

    - Selaput lendir : sdn

    Reflex kornea

    : (+)

    Reflex masseter

    : sdn

    Reflex bersin : sdn

    Nervus VII

    Motorik Kanan Kiri

    - Mimik

    : sudut mulut jatuh kekiri

    - Kerut kening :

    sdn

    sdn

    - Menutup mata :

    sdn

    sdn

    - Meniup sekuatnya :

    sdn

    sdn

    - Memperlihatkan gigi :

    sdn

    sdn

    - Tertawa : sdn sdn

    Sensorik

    - Pengecapan 2/3 depan lidah

    :

    sdn

    sdn

    - Produksi kelenjar ludah : (+) (+)

    - Hiperakusis :

    sdn sdn

    - Refleks stapedial : tdp tdp

    Nervus VIII Kanan Kiri

    Auditorius-

    Pendengaran

    :

    sdn

    sdn- Tes rinne :

    sdn

    sdn

    - Tes weber : sdn sdn

    - Tes schwabach : sdn sdn

    Vestibularis

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    5/19

    - Nistagmus :

    sdn

    sdn

    - Reaksi kalori : tdp tdp

    - Vertigo : sdn sdn

    - Tinnitus :

    sdn

    sdn

    Nervus IX, X

    Pallatum molle

    : sdnUvula : sdn

    Disfagia

    : tdp

    Disartria

    : tdp

    Disfonia

    : tdp

    Reflex muntah

    : (+)

    Pengecapan 1/3 belakang lidah : sdn

    Nervus XI

    kanan

    kiri

    Mengangkat bahu

    : sdn

    sdn

    Fungsi otot sternocleidomastoideus

    : sdn

    sdn

    Nervus XII

    Lidah

    - Tremor : sdn

    - Atrofi : sdn

    - Fasikulasi : sdn

    Ujung lidah sewaktu istirahat

    : medial

    Ujung lidah sewaktu dijulurkan

    : sdn

    Sistem Motorik

    Trofi

    : EutrofiTonus otot

    : Normotonus

    Kekuatan otot

    : sdn la

    ESD: sdn

    ESS: sdn

    EID: sdn

    EIS: sdn

    Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : berbaring

    Gerakan spontan abnormal

    - Tremor : (-)

    - Khorea : (-)

    - Ballismus : (-)

    - Mioklonus : (-)

    - Atetosis : (-)

    - Distonia

    : (-)

    - Spasme : (-)

    - Tic : (-)

    - Dan lain-lain : (-)

    Test Sensibilitas

    Eksteroseptif

    : sdn

    Proprioseptif

    : sdn

    Fungsi kortikal untuk sensibilitas

    - Stereognosis : sdn

    - Pengenalan dua titik : sdn

    - Grafestesia

    : sdn

    Refleks

    kanan

    kiri

    Reflex fisiologis

    - Biceps :

    ++

    ++

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    6/19

    - Triceps : ++ ++

    - Radioperiost :

    ++

    ++

    - APR :

    ++

    ++

    - KPR :

    ++

    ++

    - Strumple : + +

    Refleks Patologis- Babinski : - -

    - Oppenheim : - -

    - Chaddock : - -

    - Gordon : - -

    - Schaefer : - -

    - Hoffman-trommer : - -

    - Klonus lutut : - -

    - Klonus kaki : - -

    - Reflex primitive : - -

    KoordinasiLenggang

    : tdp

    Bicara

    : tdp

    Menulis

    : tdp

    Percobaan Apraksia

    : tdp

    Mimik

    : simetris

    Tes telunjuk-telunjuk

    : tdp

    Tes telunjuk-hidung

    : tdp

    Diadokhinesia

    : tdp

    Tes tumit-lutut

    : tdp

    Tes Romberg

    : tdp

    Vegetatif

    Vasomotorik

    : (+)

    Sudomotorik

    : (+)

    Pilo-erektor

    : sdn

    Miksi dan defekasi

    : (+)

    Potens dan libido

    : tdp

    Vertebra

    Bentuk

    -Normal : (+)

    - Scoliosis : (-)

    - Hiperlordosis

    : (-)

    Pergerakan

    - Leher : sdn

    - Pinggang : sdn

    Tanda perangsangan radikuler

    Laseque

    : sdn

    Cross laseque

    : sdn

    Tes Lhermitte

    : sdn

    Tes Naffziger

    : sdn

    Gejala-gejala serebellar

    Ataksia

    : sdnDisartria

    : sdn

    Tremor

    : (-)

    Nistagmus

    : sdn

    Fenomena rebound

    : sdn

    Vertigo

    : sdn

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    7/19

    Dan lain-lain

    : (-)

    Gejala-gejala ekstrapiramidal

    Tremor

    : (-)

    Rigiditas

    : sdn

    Bradikinesia

    : sdn

    Dan lain-lain

    : (-)

    Fungsi luhurKesadaran kualitatif

    : Apatis

    Ingatan baru

    : sdn

    Ingatan lama

    : sdn

    Orientasi

    - Diri : sdn

    - Tempat : sdn

    - Waktu : sdn

    - Situasi : sdn

    Intelegensia

    : sdn

    Daya pertimbangan

    : sdn

    Reaksi emosi

    : sdnAfasia

    - Ekspresif : sdn

    - Reseptif : sdn

    Apraksia

    : sdn

    Agnosia

    - Agnosia visual : sdn

    - Agnosia jari-jari : sdn

    - Akalkulia : sdn

    - Disorientasi kanan-kiri: sdn

    Pemeriksaan Refleks Fisiologis: Kanan Kiri

    Biceps/Triceps ++/++

    ++/++

    APR/KPR ++/++

    ++/++

    Pemeriksaan Refleks Patologis:

    Kanan Kiri

    Hoffman/Tromner -/- -/-

    Babinski - -

    Kekuatan Motorik:Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kiri

    Siriraj Stroke Score (SSS):

    (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan

    diastolik) ( 3 x tanda ateroma) 12

    Dengan:

    Derajat Kesadaran: (sadar = 0, delirium = 1, superkoma/koma = 2)

    Muntah: (ada= 1 tidak ada= 0)

    Nyeri Kepala: (ada = 1, tidak ada = 0)

    Tanda Ateroma: (ada = 1 tidak ada = 0 ; DM, angina, hiperkolesterol atau

    penyakit pembuluh darah)

    Jika nilai SSS:

    >1 = Stroke Hemoragik

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    8/19

    (2,5x1) + (2x1) + (2x1) + (0,1 + 110) (3x0) 12 = 5,5

    C. Pemeriksaan Laboratorium: (01/08/2015)

    Jenis Pemeriksaan Unit Hasil Normal

    Darah Rutin:

    Leukosit 10/mm3 18.500 4000-10000

    Eritrosit 10/mm3 5,32 3,8-5,8

    Hemoglobin (Hb) gr % 14,8 12-16

    Hematokrit % 46,2 35-50

    Trombosit 10/mm3 231.000 150000-450000

    PCT % 0,200 0,100-0,500

    MCV Fl 87,0 80-97

    MCH Pg 27,8 26,5-33,5

    MCHC % 32,0 31,5-35,5

    RDW % 13,0 10,0-15,0

    MPV nm3 8,7 6,5-11,0

    PDW % 14,7 10,0-18,0

    Kimia Klinik:

    Glukosa Ad Random mg/dL 194 !200

    Faal Hati:

    SGOT (AST) U/L 33 L: < 31

    P: < 35

    SGPT (ALT) U/L 29 L: < 35

    P: < 45

    Faal Ginjal:

    Ureum mg/dL 47 17-43

    Kreatinin mg/dL 1,5 L: 0,9-1,3

    P: 0,6-1,1

    Profil Lipid:

    Cholesterol mg/dL 175 !200

    Profil Arthritis:

    Uric Acid mg/dL 10,1 L: 3,5-7,2

    P: 2,6-6,0

    D. Pemeriksaan EKG:

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    9/19

    Kesan:

    Irama: Sinus Ritme

    Axis NormalHeart Rate 75x/i

    Gel. P Normal

    PR Interval Normal

    QRS Kompleks: I, II, III, avF, aVR normal , QS kompleks pada V1-V3, Gelombang

    RS pada V4

    Segmen ST Normal

    Gelombang T Normal

    3. Diagnosis

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosis

    kasus ini adalah: Somnolen + Hemiparase Sinistra + PN VII UMN Sinistra ec. Stroke

    Hemoragik + Krisis Hipertensi.

    4. Penatalaksanaan:

    Head up 30o

    NGT dan Kateter terpasang

    O24-6 l/i Nasal Kanul

    IVFD R Sol 20 gtt/i

    Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam

    Injeksi Ondansetron 1amp/8 jam

    Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12 jam

    Injeksi Citikolin 1 amp/12 jam TAO

    Injeksi Piracetam 1 gr/12 jam

    Injeksi Furosemid 1 amp/hari

    Amlodipin Sublingual 1x10 mg

    Konsul Dokter Spesialis Penyakit Dalam

    Anjuran Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Segera Rujuk, dan CT Scan Kepala di

    RS Rujukan

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    10/19

    5. Tinjauan Pustaka

    STROKE HEMORAGIK

    Definisi

    Stroke adalah suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau

    global, yang timbul mendadak berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian

    tanpa penyebab yang jelas selain vaskuler.Klasifikasi utama stroke dibagi menjadi 2 kategori

    berdasarkan penyebab, yaitu iskemia-infark dan hemoragik. Stroke hemoragik sendiri dibagi

    lagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.

    Stroke akibat perdarahan intraserebral adalah gejala disfungsi neurologis yang

    berkembang cepat akibat kumpulan darah di dalam parenkim otak atau sistem ventrikel yang

    tidak disebabkan oleh trauma. Sedangkan stroke akibat perdarahan subarakhnoid adalah

    gejala disfungsi neurologis dan/atau nyeri kepala akibat perdarahan di dalam ruangsubarakhnoid yang tidak disebabkan oleh trauma.

    Epidemiologi

    Setiap tahun sebanyak 15 juta jiwa di seluruh dunia menderita stroke dengan 5 juta di

    antaranya meninggal dunia, dan 5 juta lainnya menderita cacat permanen. Penyakit tekanan

    darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Perdarahan

    intraserebral merupakan penyebab morbiditas dan kematian pada 10%-15% pada kasus

    stroke pada ras kaukasia dan 30% pada ras Afrika dan Asia. Lokasi perdarahan paling sering

    adalah putamen (40%), lobus serebral (22%), thalamus (15%), pons (8%), serebelum (8%),

    dan kaudatus (7%)

    6

    . Insidensi perdarahan subarakhnoid bervariasi dari 6-16 per 100.000populasi, insidensi tertinggi terdapat di Finlandia dan Jepang.

    Gambar 1. Potongan horizontal serebrum (atas) dan potongan sagittal batang otak

    (bawah). Gambar di atas menunjukkan lokasi paling sering perdarahan intraserebral.

    Etiologi

    Beberapa penyebab terjadinya stroke hemoragik antara lain:

    a. Hipertensi

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    11/19

    b.Ruptured saccular aneurysm

    c. Cerebral amyloidosis

    d. Kelainan pembekuan darah dan koagulopati

    e. Komplikasi terapi antikoagulan

    f.Arteriovenous malformation

    Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa risiko stroke hemoragik lebih tinggi

    pada jenis kelamin laki-laki, hipertensi, dan tingginya konsumsi alkohol.Tingginya level

    LDL berhubungan dengan penurunan resiko stroke hemoragik, sedangkan level HDL yang

    tinggi berhubungan dengan risiko perdarahan intraserebral. Gaya hidup yang sehat dapat

    menurunkan faktor resiko stroke baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik.

    Patofisiologi

    Perdarahan Intraserebral

    Hipertensi kronik menyebabkan pelemahan dinding arteri dan perlahan membentuk

    aneurisma yang disebut Charcot-Bouchard microaneurysms yang menjadi predisposisi

    perdarahan intraserebral. Perdarahan biasanya dimulai dari cabang dalam sirkulus Willis

    seperti lenciculostriate, thalamogeniculate, dan thalamoperforating arteries. Peningkatan

    tekanan darah dan aliran darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan perdarahan

    intraserebral bahkan dengan tanpa riwayat hipertensi berat.

    Perdarahan terbartas pada ketahanan jaringan otak. Hematoma yang luas dapat

    menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dengan gejala nyeri kepala, muntah, dan

    penurunan kesadaran. Perluasan hematoma juga dapat menyebabkan edema otak dan

    herniasi.

    Perdarahan Sub Arakhnoid

    85% penyebab perdarahan subarachnoid disebabkan oleh aneurisma yang ruptur.

    Aneurisma dapat terberntuk akibat kombinasi kongenital dengan perubahan degeneratif.

    Aneurisma biasanya terbentuk pada percabangan arteri besar sirkulus Willis.

    Gambar 2. Lokasi paling sering terjadinya aneurisma intrakranial.

    Klasifikasi

    Perdarahan intrakranial spontan dibagi menjadi dua sub kategori, yaitu:

    a. Perdarahan Intraserebral

    Perdarahan intra serebral merujuk pada perdarahan yang terjadi pada parenkim otak.

    b. Perdarahan Subarachnoid

    Perdarahan yang terjadi di sekitar otak, tepatnya padasubarachnoid space.

    Manifestasi Klinis

    Perdarahan Intraserebral

    Selain peningkatan tekanan intrakranial yang tiba-tiba, perdarahan intraserebral memilikitanda neurologis spesifik tergantung lokasi terjadinya perdarahan. Walaupun begitu,

    hematoma yang berasal dari lokasi anatomi yang sama dapat memberikan gejala klinis dan

    prognosis yang berbeda karena perbedaan ukuran, lokasi intraregional, arah penyebaran

    intraparenkim, dan adanya perdarahan ventrikular.

    Gejala Perdarahan intraserebral berdasarkan lokasi perdarahan

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    12/19

    Lokasi Motorik/Sensorik Gerakan Mata Pupil Tanda Lain

    Putamen

    Hemiparesis

    kontralateral dan

    hemisensory loss

    Ipsilateral

    conjugate

    deviation

    NormalKiri: afasia

    Kanan: left sided neglect

    ThalamusContralateral

    hemisensory loss

    Down and in

    upgaze palsy

    Kecil,

    bereaksi

    lambat

    Somnolen, penurunan

    kewaspadaan; kiri: afasia

    LobusFrontal Lemah tungkaikontralateral Ipsilateralconjugate gaze Normal Abulia

    Temporal None NoneHemianopia

    Left: aphasia

    Occipital None None Hemianopia

    Parietal

    Slight contralateral

    hemiparesis and

    hemisensory loss

    Hemianopia; Kiri: afasia;

    Kanan: left neglect;

    gangguan

    menggambardan meniru

    Kaudatus

    None or slight

    contralateral

    hemiparesis

    None NormalAbulia, agitasi, penurunan

    daya ingat

    Pons Tetraparesis

    Bilateral

    horizontal gaze

    paresis, ocular

    bobbing

    Kecil;

    reaktifKoma

    CerebellarGait ataxia, hipotonia

    tungkai ipsilateral

    Ipsilateral gaze

    atau paresis

    nervus VI

    Kecil

    Muntah, kesulitan

    berjalan, miring saat

    duduk.

    Perdarahan Subarakhnoid

    Ketika aneurisma ruptur, darah menyebar menuju subarachnoid dan menyebar ke

    cairan serebrospinal. Hal ini berkembang menjadi peningkatan tekanan intrakranial dan iritasi

    meningen yang menyebabkan nyeri kepala yang hebat dan tiba-tiba, penurunan aktivitas fisikdan intelektual, muntah, dan penurunan kesadaran. Mengantuk, gelisah dan agitasi juga

    cukup sering dijumpai. Tanda neurologis fokal seperti hemiplegi dan hemianopia tidak

    dijumpai pada saat onset, kecuali jika aneurisma juga mendarahi otak. PSA pada umumnya

    menyertai berbagai komplikasi, seperti perdarahan berulang, hidrosefalus akut, dan iskemik

    otak global karena vasospasme.

    Penegakan Diagnostik

    Ketika pasien datang, perlu ditentukan apakah stroke yang dihadapi adalah stroke

    iskemik atau stroke hemoragik. Setelah dilakukan stabilisasi pada pasien stroke, dilakukan

    anamnesis kepada pasien atau aloanamnesis kepada pendamping pasien. Pada stroke

    hemoragik, serangan biasanya mendadak, terjadi saat sedang beraktivitas, dan terdapat nyerikepala sebelum serangan. Ditanyakan juga apakah pasien juga mengalami mual, muntah, dan

    kejang. Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan jantung serta riwayat pengunaan

    obat-obatan juga perlu ditanyakan.

    Setelah dilakukan anamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologis rutin. Pada

    pemeriksaan neurologis pada penderita stroke, pemeriksaan neuro-vascular juga harus

    diperhatikan. Pemeriksaan tersebut antara lain:

    a. Palpasi dan auskultasi arteri atau cabang arteri karotis yang terletak

    dekat permukaan.

    b. Mendengar dan mencari bruit cranial atau servikal

    c. mengukur tekanan darah pada kedua lengan.

    d. Mengukur tekanan arteria oftalmikae. Melihat dengan optalmoskop ke retina terutama ke pembuluh darahnya.

    Semua pasien dengan suspek stroke akut harus dilakukan beberapa pemeriksaan

    sebagai berikut:

    1. Elektrokardiogram (EKG)

    2. Pencitraan otak: CT tanpa kontras atau MRI dengan perfusi dan

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    13/19

    difusi

    3. Pemeriksaan laboratorium darah seperti, hematologi rutin, gula

    darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated

    Partial Thrombin Time (APTT), prothrombin time (PT), INR.

    Pemeriksaan laboratorium di ruang rawat antara lain, gula

    darah puasa dan 2 jam setelah makan, profil lipid, C-reactive

    protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi

    seperti: enzim jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit,

    analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.Pemeriksaan CT scan tanpa kontras dapat dilakukan untuk menyingkirkan

    kemungkinan diagnosis stroke iskemik. CT scan dapat memberikan informasi mengenai

    lokasi, ukuran infark, perdarahan, dan apakah perdarahan menyebar ke ruang

    intraventrikular. Jika pada CT scan ditemukan perdarahan pada basal ganglia, nuklelus

    kaudatus, talamus, pons, atau serebelum, angiografi tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, jika

    perdarahan ditemukan pada lokasi yang atipikal dan pasien berusia muda tanpa riwayat

    hipertensi, angiografi diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis Arteriovenous

    malformation, aneurisma, vaskulitis, dan tumor. Jika hasil CT scan normal, tetapi pada

    pemeriksaan rangsangan meningeal didapatkan hasil positif, lumbal punksi dilakukan untuk

    mendeteksi darah pada cairan serebrospinal.

    Jika sarana tidak memungkinkan, dapat digunakan skor stroke Siriraj untukmengeliminasi stroke iskemik.

    Diagnosis Banding

    Diagnosis banding stroke hemoragik antara lain sebagai berikut:

    a. Stroke Iskemikb. Ensefalitis

    c. Hipoglikemia

    d. Meningitis

    e.Neoplasma

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaa Perdarahan Intraserebral

    1. Diagnosis penilaian gawat darurat pada

    perdarahan intrakranial dan penyebabnya

    a. Pemeriksaan pencitraan

    yang cepat dengan CT atau MRIdirekomendasikan untuk membedakan stroke

    iskemik dengan perdarahan intrakranial.

    b. Angiografi CT dan CT

    dengan kontras dapat dipertimbangkan untuk

    membantu mengidentifikasi pasien dengan

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    14/19

    risiko perluasan hematoma. Bila secara klinis

    atau radiologis terdapat kecurigaan yang

    mengarah ke lesi struktural termasuk

    malformasi vaskuler dan tumor sebaiknya

    dilakukan angiografi CT, venografi CT, CT

    dengan kontras, MRI dengan kontras, MRA

    dan venografi MR.

    2. Tatalaksana Medis Perdarahan

    intrakraniala. Pasien dengan defisiensi

    berat faktor koagulasi atau trombositopenia

    berat sebaiknya mendapat terapi penggantian

    faktor koagulasi atau trombosit.

    b. Pasien dengan perdarahan

    intrakranial dan peningkatan INR terkait obat

    antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan

    warfarin, tetapi mendapat terapi untuk

    mengganti vitamin K-dependent factor dan

    mengkoreksi INR, serta mendapat vitamin K

    intravena. Konsentran kompleks protrombintidak menunjukkan perbaikan keluaran

    dibandingkan dengan Fresh Frozen Plasma.

    Namun, pemberian konsentrat kompleks

    protrombin dapat mengurangi komplikasi

    dibandingkan dengan FFP dan dapat

    dipertimbangkan sebagai alternatif FFP.

    c. Apabila terjadi gangguan

    koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai

    berikut:

    Vitamin K 10 mg IV diberikanpada penderita dengan

    peningkatan INR dan

    diberikan dalam waktu yang

    sama dengan terapi yang lain

    karena efek akan timbul 6 jam

    kemudian. Kecepatan

    pemberian

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    15/19

    risiko kejadian tromboemboli akan meningkat

    dengan faktor VIIa rekombinan dan tidak ada

    keuntungan nyata pada pasien yang tidak

    terseleksi.

    e. Kegunaan dari transfusi

    trombosit pada pasien perdarahan intrakranial

    dengan riwayat penggunaan antiplatelet masih

    tidak jelas dan dalam tahap penelitian.

    f. Untuk mencegahtromboemboli vena pada pasien dengan

    perdarahan intrakranial, sebaiknya mendapat

    pneumatic intermittent compresion selain

    dengan stoking elastis.

    g. Setelah dokumentasi

    penghentian perdarahan, LMWH atau UFH

    subkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan

    untuk pencegahan tromboemboli vena pada

    pasien dengan mobilititas kurang setelah satu

    hingga empat hari pascaawitan.

    h. Efek heparin dapat diatasidengan pemberian protamin sulfat 10-15mg IV

    waktu 1-3 menit. Penderita dengan pemberian

    protamin sulfat perlu pengawasan ketat untuk

    melihat tanda-tanda hipertensitif.

    3. Tekanan Darah

    a. Pada pasien stroke

    perdarahan intraserebral akut, apabila TDS

    >200mmHg atau Mean Arterial Pressure

    (MAP)>150mmHg, tekanan darah diturunkan

    dengan menggunakan obat antihipertensi

    intravena secara kontinu dengan pemantauantekanan darah setiap 5 menit.

    b. Apabila TDS > 180mmHg

    atau MAP> 130mmHg disertai gejala dan

    tanda peningkatan tekanan intrakranial,

    dilakukan pemantauan tekanan intrakranial.

    Tekanan darah diturunkan dengan

    menggunakan obat antihipertensi intravena

    secara kontinu atau intermiten dengan

    pemantauan tekanan perfusi serebral >

    60mmHg.

    c. Apabila TDS > 180mmHg

    atau MAP > 130mmHg tanpa disertai gejala

    dan tanda peningkatan tekanan intrakranial,

    tekanan darah diturunkan secara hati-hati

    dengan menggunakan obat antihipertensi

    intravena kontinu atau intermiten dengan

    pemantauan tekanan darah setiap 15 menit

    hingga MAP 110mmHg atau tekanan darah

    160/90 mmHg. Penurunan TDS hingga 140

    mmHg masih diperbolehkan.

    d. Pada pasien stroke

    perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220

    mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepathingga TDS 140mmHg cukup aman.

    e. Penanganan nyeri termasuk

    upaya penting dalam penurunan tekanan darah

    pada penderita stroke perdarahan intraserebral.

    f. Obat antihipertensi

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    16/19

    parenteral golongan penyekat beta (labetolol

    dan esmolol), penyekat kanal kalsium

    (nikardipin dan diltiazem) intravena dapat

    digunakan dalam upaya di atas.

    g. Hidralasin dan nitroprusid

    sebaiknya tidak digunakan karena dapat

    menyebabkan peningkatan tekanan

    intrakranial.

    4. Penanganan di rumah sakit danpencegahan kerusakan otak sekunder

    a. Pemantauan awal dan

    penangan pasien perdarahan intrakranial

    sebaiknya dilakukan di ICU dengan dokter dan

    perawat yang memiliki keahlian perawatan

    intensif neurosains

    b. Memantau Glukosa

    c. Memantau kejang

    5. Prosedur/Operasi

    a. Penanganan dan

    pemantauan tekanan intrakranial pada pasiendengan skor GCS

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    17/19

    neurologi yang timbul.

    b. Pasien PSA derajat III, IV

    atau V berdasarkan H&H, perawatan harus

    lebih intensif

    Lakukan penatalaksanaan

    ABC sesuai dengan

    protokol pasien di ruang

    gawat darurat.

    Perawatan di ruang intensif

    atau semi intensif.

    Pertimbangkan intubasi

    endotrakheal untuk

    mencegak aspirasi dan

    menjalin jalan nafas

    terutama pada pasien

    dengan peninggian tekanan

    intrakranial.

    Hindari pemakaian obat-

    obat sedatif

    2. Tindakan untuk mencegah perdarahan

    ulang setelah PSA

    a. Kontrol dan monitor

    tekanan darah untuk mencegah perdarahan

    ulang. Tekanan darah 140-160 mmHg sangat

    disarankan.

    b. Istirahat total di tempat

    tidur

    c. Terapi antifibrinolitik.

    Terapi antitrombolitik dikontraindikasikan

    pada pasien dengan koagulopati, riwayat

    infark miokard akut, stroke iskemik, emboli

    paru, atau trombosis vena dalam. Terapi

    antifibrinolitik lebih dianjurkan pada pasien

    dengan risiko rendah terjadinya vasospasme

    atau pada pasien dengan penundaan operasi.

    3. Tindakan operasi pada aneurisma yang

    ruptur

    4. Pencegahan dan tatalaksana vasospasme

    a. Pemberian nimodipin dimulaidengan dosis 1-2mg/jam IV pada hari ke 3 atau

    secara oral 60mg setiap 6 jam selama 21 hari

    b. Pengobatan vasospasme

    serebral dimulai dengan penanganan anerurisma

    yang ruptur dengan mempertahan volume darah

    sirkulasi yang normal (euvolemia) dan

    menghindari terjadinya hipovelemia.

    c. Pada pasien PSA dengan

    tanda-tanda vasospasme, terapi hiperdinamik

    yang dikenal dengan triple-H perlu

    dipertimbangkan dengan tujuanmempertahankan tekanan perfusi serebral.

    d. Pada pasien yang gagal terapi

    konvensional, dianjurkan untuk pengobatan

    vasospasme.

    e. Cara lain untuk

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    18/19

    penatalaksanaan vasospasme adalah sebagai

    berikut

    Pencegahan vasospasme!

    Nimodipin 60 mg

    peroral 4 kali sehari!

    NaCl 3% intravena50ml 3 kali sehari

    !

    Menjaga

    keseimbangan

    elektrolit

    Delayed vasospasm!

    Stop nimodipin,

    antihipertensi dan

    diuretika!

    Berikan 5% albumin

    250 ml intravena!

    Bila memungkinkan

    lakukan pemasangan

    Swan-ganz, dan

    usahakan wedge

    pressure 12-14

    mmHg!

    Jaga cardiac index

    sekitar4L/min/sd.meter

    !

    Berikan dobutamin 2-

    15ug/kg/min

    5. Memantau dan mengelola tekanan darah

    6. Menatalaksana hiponatremia

    7. Memantau dan mengelola kejang

    8. Menatalaksanan komplikasi hidrosefalus

    9. Terapi tambahan

    a. Laksansia diperlukan untuk

    melunakkan feses secara regulerb. Analgesik

    !Asetaminofen

    " - 1 gr/4-6jam dengan dosis

    maksimal 4gr/4-6 jam

    !Kodein fosfat

    30-60 mg oral atau IM/4-6 jam

    ! Tylanol

    dengan kodein

    ! Menghindari

    asetosal

    c. Pasien yang sangat gelisahdapat diberikan

    ! Haloperidol

    im 1-10mg setiap 6 jam

    ! Petidin im

    50-100 mg atau morfin sc atau iv 5-

    10 mg/4-6jam

  • 7/24/2019 Lapkas Sergai.doc

    19/19

    ! Midazolam

    0,06-1,1mg/kg/jam

    ! Propofol 3-

    1mg/kg/jam

    Prognosis

    Perdarahan intraserebral

    Bergantung lokasi, ukuran, dan perkembangan hematoma. Pasien dengan hematomayang kecil tetapi berada pada strukturmidline, dapat berkembang menjadi herniasi sekunder

    yang menyebabkan kematian. Sebagian besar pasien bertahan dengan defisit neurologis.

    Perdarahan intraserebral berulang sekitar 2% per tahun.

    Perdarahan subarakhnoid

    Jika perdarahan terbatas, pasien dapat bertahan tetapi dengan resiko perdarahan

    kembali dalam beberapa minggu setelah onset PSA. Pada kejadian anneurisma yang ruptur,

    terdapat 3%-4% perdarahan kembali dalam 24 jam.

    1