laporan audit (edited)

Upload: sarah-bonita

Post on 14-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AUDIT AIR DI GEDUNG KULIAH BERSAMA C,D DAN E UNIVERSITAS DIPONEGORODisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumen Lingkungan

Disusun Oleh:

Kelompok 1 A

Samsul Aripin

210801111200Novarida Hidayanti

21080111130048Futry Tria Christy

21080111130049

Sarah Bonita

21080111130051

Nur Illahiyah M

21080111130052PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan air yang memenuhi syarat kesehatan, yang secara garis besar kesehatan adalah air yang tidak berwarna (bening dan tembus pandang), tidak berubah rasanya dan tidak juga berubah baunya serta tidak mengandung zat-zat dan kuman yang mengganggu kesehatan. Air bersih merupakan layanan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Air bersih sendiri mempunyai peran vital sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi dan investasi selain prasarana jalan.. Ketersediaan air bersih dapat dipenuhi bermacam sumber. Diantaranya dapat dilakukan dengan berlangganan melalui PDAM, pengadaan air mandiri melalui sumur, ataupun membeli air menggunakan tangki, pada kampus Universitas Diponegoro sendiri khususnya Gedung Kuliah Bersama Fakultas Teknik penyediaan air nya melalui sumur yang terletak di Gedung Teknik Elektro.

Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih melalui sumur harus memperhatikan aturan perijinan yang ada. (link perijinan sumur/air bawah tanah). Adanya peraturan ini dengan harapan agar dalam penggunaan air tanah tidak terjadi penggunaan secara berlebihan dan dalam rangka mengkontrol daya dukung lingkungan terhadap penyediaan air bersih.

Audit lingkungan sendiri berguna dalam mengevaluasi sistematis dan obyektif dari dampak yang ada maupun potensial dampak dari suatu kegiatan atas lingkungan. Apa yang dievaluasi biasanya termasuk pengelolaan lingkungan dari suatu kegiatan, pentaatan pada peraturan dalam pengelolaan lingkungan, termasuk mengevaluasi penyediaan air bersih termasuk kandungannya apakah sudah memenuhi syarat kesehatan.

.

Seiring dengan semakin bertambahnya populasi di Gedung Dekanat Fakultas Teknik kebutuhan akan ketersediaan air bersih juga akan semakin meningkat. Penelitian-penelitian di lakukan untuk menemukan solusi dari masalah ini. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat untuk memverifikasi secara objektif kualitas dan kuantitas air sehingga dapat direncanakan suatu upaya penghematan air sehingga dapat mengurangi kerugian baik dalam hal financial, maupun dalam hal lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kualitas dan kuantitas air Sumur Bor di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E?2. Bagaimana sistem penyediaan air bersih di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E?3. Bagaimana aspek-aspek yang berpeluang untuk penghematan air bersih dari pemakaian air di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E?1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu:

1. Menganalisa Kualitas dan Kuantitas Air Bersih di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E Universitas Diponegoro.

2. Menganalisa Sistem Penyediaan Air Bersih di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E Universitas Diponegoro.

3. Menganalisa peluang untuk penghematan air bersih dari pemakaian air bersih di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E Universitas Diponegoro dan memberikan rekomendasi terhadap penghematan air.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan dilaksanakannya audit Air Bersih pada Gedung Kuliah Bersama C, D dan E Universitas Diponegoro Semarang diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Sebagai informasi untuk menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Teknik Lingkungan mengenai audit air.2. Untuk mengetahui kualitas air sumur bor yang di kelola oleh pihak kampus.

3. Mencegah pemborosan tanpa mengurangi kenyamanan penghuni gedung.

4. Memberikan masukan kepada Universitas Diponegoro tentang peluang penghematan air yang dapat dilakukan pada air bersih Gedung Kuliah Bersama C, D dan E Universitas Diponegoro.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Dan Sifat Audit Lingkungan2.1.1 Pengertian Audit Lingkungan:

1. Berdasarkan Kep. Men. LH No. 42 Tahun 1994 :

Suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik, dan obyektif, tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, system manajemen, dan peralatan yang digunakan, dengan tujuan memfasilitasi control manajemen terhadap upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijaksaaan usaha atau kegatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.2. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 :

Evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakaan yang ditetapkan oleh pemerintah.3. Menurut United States Environmental Protection Agency (US EPA):

Audit Lingkungan adalah suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi secara periodik dan objektif berdasarkan aturan yang ada terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan pentaatan kebutuhan lingkungan.2.1.2 Sifat Audit LingkunganApapun nama yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu program audit lingkungan -audit, review, surveillance, survey, assessment, evaluation, atau appraisal- poin penting ialah program demikian mengaudit dan menelaah status lingkungan dari fasilitas individual.

Salah satu perbedaan utama antara audit lingkungan dan tipe audit yang lain adalah eksistensi dan ketiadaan standar. Terdapat sedikit standar untuk audit lingkungan. Audit keuangan mempunyai standar yang disebarluaskan oleh badan standar akuntansi yang berwenang. Perbedaan yang lain adalah jumlah sistem yang ada. Sistem akuntansi keuangan yang rinci dan terkoordinasi yang berjalan dapat menjadi sasaran audit keuangan. Namun, diluar hal-hal seperti data pengendalian polusi, persetujuan dan MOU (Memorandum of Understanding), sacara tipikal terdapat sedikit informasi lingkungan relative yang dapat diaudit.

2.2Fungsi Audit Lingkungan:1. Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Misalnya baku mutu lingkungan.2. Dokumen suatu usaha tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur pengelolaan, dan pemantauan lingkungan termasuk tanggap darurat.3. Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan lingkungan.4. Bukti realisasi dan keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam dokumen DOKUMEN LINGKUNGAN.5. Upaya perbaikan penggunaan sumber daya.6. Upaya untuk meningkatan tindakan yang telah dilaksanakan/yang perlu dilaksanakan oleh suatu usaha untuk memenuhi kepentingan lingkungan

2.3 Manfaat Audit Lingkungan :

1. Mengidentifikasi resiko lingkungan dan pengelolaannya.2. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan.3. Menghindari kerugian financial (penutupan usaha, pembatasan usaha, publikasi pencemaran nama)4. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha.5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradilan.6. Meningkatkan kepedulian pimpinan dan staf terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan.7. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya.8. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha.9. Menyediakan laporan audit lingkungan.2.4 Sasaran Audit Lingkungan :

1. Pengembangan kebijakan lingkungan

2. Penaatan terhadap regulasi, lisensi, dan standar

3. Review tentang tindakan manajemen dan operasi perusahaan

4. Meninimisasi resiko lingkungan

5. Efisiensi penggunaan energi dan sumberdaya alam

6. Perbaikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja

7. Pengembangan aktivitas pasca-Dokumen Lingkungan8. Penyediaan informasi untuk asuransi, merger, dan disinvesment

9. Pengembangan citra Hijau untuk perusahaan

2.5 Ruang lingkup Audit Lingkungan :

1. Sejarah berdirinya organisasi , rona lingkungan, pencemaran dan kerusakan lingkungan, upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan isu isu lingkungan yang terkait.

2. Perubahan rona dan kualitas lingkungan sejak kegiatan dibangun sampai dengan waktu pelaksanaan audit lingkungan.

3. Penggunaan inputdan sumber daya alam, termasuk energy, proses produksi, produk yang dihasilkan dan limbah-limbah yang dihasilkan.

4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensi pencemaran dan kerusakan yang mungkin akan timbul.

5. Kajian resiko lingkungan.

6. Penataan terhadap perizinan, standar standar dan pengelolaan B3 dan limbah B3.

7. Penataan terhadap hasil DOKUMEN LINGKUNGAN ( RKL dan RPL)

2.6 Jenis-Jenis Audit Lingkungan :

Audit lingkungan ada beberapa jenis, yang pelaksanaannya sangat tergantung pada kebutuhan manajemen/ perusahaan. (Tardan dkk, 1997) :

1. Audit Pentaatan

Audit Pentaatan memiliki sifat :

a. Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.

b. Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.

c. Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.

d. Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.

e. Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.

f. Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.

2. Audit ManajemenAudit jenis ini mempunyai sifat :

a. Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan.

b. Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan.

c. Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.

d. Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.

e. Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan penanganan limbah.

f. Menilai tempat pembuangan secara rinci.

g. Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan masyarakat.

3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi LimbahJenis audit ini mempunyai sifat :

a. Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.

b. Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.

c. Mencari tindakan alternatif pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah.4. Audit Konservasi AirSifat audit ini adalah :a. Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan, penggunaan ulang dan pendaur-ulangan

5. Audit Konservasi EnergiSifat audit ini adalah :

a. Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan bakar minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta meminimalkan penggunaannya.

6. Audit Pengotoran/ Kontaminasi Lokasi UsahaSifat audit ini adalah :

a. Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

b. Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan contoh sampel tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan hal yang khusus pada audit jenis ini (audit lain tidak melakukan pengambilan sampel).

c. Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika diperlukan.

7. Audit Keselamatan dan Kesehatan KerjaJenis audit ini memiliki sifat :

a. Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang berhubungan erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentanf keselamatan dan kesehatan kerja.

8. Audit Perolehan (Procurement Audit)

Sifat audit ini adalah :

a. Meninjau praktek pembelian

b. Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif.c. Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah atau audit produksi bersih.d. Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian.

e. Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to grave)

2.7 Prinsip Prinsip Dasar1. Karakteristik dasar

a. Prosedur yang sistematis dan terdokumentasi

b. Obyektif dan independent

c. Kriteria Audit

d. Pembuktian dan pengujian fakta

e. Laporan audit

2. Kunci keberhasilan

a. Dukungan Pimpinanb. Keikut - sertaan semua pihakc. Kemandirian dan obyektivitas auditord. Kesepakatan tentang metodologi dan lingkup audit antara auditee dan auditor

3. Sifat Kerahasiaan

4. Pengawasan Mutu Hasil Audit Lingkungan dan Kualifikasi Auditor5. Peran dan tanggung jawab tim audit2.8 Metodologi Audit Lingkungan

1. Daftar Uji Sederhana (Checklist)

Cara ini dipilih jika telah memiliki informasi atau data yang cukup banyak. Informasi parameter yang di audit diberikan dengan data atau deskriptif. Seluruh anggota tim dimintai pendapatnya dan kemudian dibuat daftar (list). Daftar ini kemudian diuji oleh tim auditor

2. Questionare

Memberikan arahan dan petunjuk kepada auditor dalam mengidi daftar pertanyaan dan atau cara mengajukan pertanyaanPada metode ini, jawaban pertanyan sudah tersedia. Contoh bentuk jawaban yang disediakan pada metode ini:

a. Jawaban pertanyaan langsung menunjukkan perbedaan secara jelas dalam bentuk: yes/no/unknown

b. Jawaban menunjukkan tingkat implementasi:

- No action/not yet been taken

- Action on progress

- Limited presence

- Adequate presence

- Not appleciable3. Sistem Peringkat (Rating System)

Bentuk dasar: daftar pertanyaan dan pemberian nilai (skor). Contoh:Berdasarkan tingkat nilai implementasi/keberadaan:

a. Nilai 5 : telah dilaksanakan semua

b. Nilai 1-3 : baru dilaksanakan sebagian

c. Nilai 0 : belum dilaksanakan

2.10 Perbedaan Audit Lingkungan dengan DOKUMEN LINGKUNGANAudit LingkunganDokumen Lingkungan

Dibuat untuk kegiatan pembangunan yang sedang berjalanDibuat untuk rencana kegiatan pembangunan

Dibuat berkali-kali (periodik)Dibuat hanya 1 kali

Untuk telaah masalah yang sedang dihadapi (terbatas pada masalah yang dihadapi)Untuk perkiraan potensi dampak lingkungan secara total

Dilaksanakan berdasarkan Kep.No.42/MENLH/1994 dan format teknis sesuai tujuan audit lingkunganDilaksanakan berdasarkan PP 08/ 2001 dan peraturan pelaksanaannya

Sukarela, insentif, dan disentifWajib (Mandatory)

RahasiaTerbuka

2.11 Air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat dimanfaatkan sebagai air minum setelah mengalami proses pemasakan terlebih dahulu. Batasan air bersih yaitu air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air, yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologi, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Persyaratan tersebut juga memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air bersih hingga ke konsumen (Ketentuan Umum PP No. 82 tahun 2001 dan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990).Berdasarkan UU nomor 7 tahun 2004 air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.2.12 Air Minum

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penentuan standar kualitas air minum adalah efek yang ditimbulkan oleh tiap-tiap parameter apabila dosisnya melebihi batas yang telah ditetapkan. Pengertian dari standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas dengan memasukkan pertimbangan non teknis, seperti kondisi sosial-ekonomi, target tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada, dan teknologi yang tersedia. Sedangkan kriteria kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan hubungan dosis dan respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor mencapai atau melebihi batas maksimum yang ditetapkan dalam waktu tertentu. Dengan begitu, kriteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air. Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IX/2010, yang membedakan kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas tiap parameter fisik, kimia, biologi, dan radiologi maksimum yang diperbolehkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010, yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih merupakan air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, tetapi belum dapat digunakan untuk minum. 2.13 Jenis Sumber Air Baku

Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga dan sehari-hari Berikut adalah jenis sumber air baku : (DPU Cipta Karya, 2002).1. Air tanah ( sumur dangkal, sumur permukaan )

Air tanah adalah air yang tersimpan/ terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Air tanah secara umum mempunyai sifat sifat yang menguntungkan khususnya dari segi bakteriologis, namun demikian dari segi kiiawi mempunyai beberapa karateristik yang tertentu yaitu tingkat kesadahan, Kalsium,Magnesium, Bicarbonat, Clorida.

Keuntungan dan kerugian pemanfaatan air tanah:

a. Pada umumnya bebas dari bakteri patogen.

b. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut.

c. Paling praktis dan ekonomis.

Kerugian :

a. Air tanah sering kali mengandung banyak mineral mineral Fe, Mn, Ca dan sebagainya.

b. Biasanya membutuhkan pemompaan

2. Air permukaan ( mata air, sungai, danau )

Pada umumnya sumber air permukaan baik berupa sungai, danau maupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Air permukaan pada hakekatnya banyak tersedia di alam. Kondisi air permukaan sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyak hal yang merupakan elemen meteorologi dan elemen daerah pengaliran. Pada umumnya kekeruhan air pemukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempun, dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki padatan terendap rendah, dan bahan tersuspensi cukup tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif rendah dari pada kualitas air danau, rawa, dan reservoar. Air permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu.

3. Air hujan

Pada umumnya kualitaas cukup baik, namun air yang berasal dari sini akan mengakibatkan kerusakan kerusakan terhadap logam (korosi). Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecil hujan sehingga tidak mencukupi jika digunakan penyediaan air bersih.

Dalam PP No. 82 tahun 2001, air diklasifikasikan menurut mutunya ke dalam empat kelas, yaitu :

1. Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.14 Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum yang ada di Indonesia saat ini masih menggunakan Peraturan Pemerintah No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum. Daftar ini memuat nilai parameter-parameter yang boleh terkandung dalam air minum sehingga aman untuk konsumsi manusia.

2.14.1 Parameter Fisika

a. Bau

Air minum yang berbau mengurangi nilai estetisnya sehingga masyarakat konsumen tidak akan menyukainya. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae.b. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan anik pula. Selanjutnya efek TDS maupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.c. KekeruhanKekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan meningkatkan kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, terutama bila mikroba itu patogen.d. RasaAir minum biasanya tidak memberikan rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab timbulnya rasa tersebut.e. SuhuSuhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar :

1. Tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan

2. Menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa

3. Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak

4. Bila air diminum dapat menghilangkan dahagaf. WarnaAir minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda dan menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.2.14.2 Parameter Kimia

a. Kimia Anorganik

1. Air RaksaAir raksa atau hydrargyrum (Hg) adalah metal yang menguap pada temperatur kamar. Karena sifat kimia-fisikanya, merkuri pernah digunakan sebagai campuran obat. Saat ini merkuri banyak digunakan di dalam industri pembuatan amalgam, perhiasan, instrumentasi, fungisida, bakterisida, dan laian-laian.

Hg merupakan racun sistemik dan diakumulasi di hati, ginjal, limpa, dan tulang. Oleh tubuh Hg diekskresikan lewat urine, feces, keringat, saliva, dan air susu. Keracunan Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf pusat (SSP) seperti kelainan kepribadian, tremor, convulsi, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan. Gejala gastro intestinal (GI) seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis, sakit saat mengunyah, dan lain-lain. Pada kulit dapat terjadi dermatitis dan ulcer. Hg organik cenderung merusak SSP sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal dan menyebabkan cacat bawaan.

Di alam, Hg anorganik dapat berubah menjadi organik begitu pula sebaliknya, karena adanya interaksi dengan mikroba. Genus Pseudomonas dan Neurospora dapat mengubah Hg anorganik menjadi organik. Staphilococcus aureus antara lain dapat mereduksi Hg2+ menjadi Hg elemental.

2. AluminiumAluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk oleh karena itu banyak digunakan manusia, sehingga terdapat di lingkungan dan dalam berbagai jenis makanan. Sumber alamiah Al terutama adalah bauxit dan cryolit. Industri pengilangan minyak, peleburan metal, dan industri pengguna Al merupakan sumber buatan.

Dalam dosis tinggi Al dapat menimbulkan lluka pada usus. Al yang berbentuk debu akan terakumulasi dalam paru-paru. Al juga dapat menyebabkan iritasi, kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan.

3. Arsen

Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan, dan sangat toksik. As elemental didapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas bersama-sama dengan Cu, sehingga didapatkan sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah sejak lama sering digunakan untuk racun tikus. Keracunan As pada manusia sudah sangat dikenal, baik yang disengaja maupun tidak. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber, disusul dengan koma, dan bila dilanjutkan akan menyebabkan kematian. Secara kronis, keracunan As dapat menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare atau konstipasi, dan sebagainya. As juga dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Dahulu As dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum, tetapi ternyata As dapat menimbulkan kanker kulit pada peminumnya.

4. Barium

Barium (Ba) juga suatu metal berwarna putih. Sumber alamiahnya adalah BaSO4 dan BaCO3. Ba digunakan dalam industri gelas, keramik, tekstil, car, plastik, dan lain-lain. Seperti halnya Al, Ba juga banyak terdapat di alam. Dalam bentuk debu, Ba terakumulasi di dalam paru-paru dan menyebabkan fibrosis yang terkenal dengan sebutan Baritosis. Ba yang larut dalam cairan tubuh adalah Barium khlorida atau Barium sulfida yang bersifat toksis. Efek keracunan Ba yaitu dapat menghentikan otot-otot jantung dalam waktu satu jam yang dapat berakhir pada kelumpuhan urat saraf.

5. Besi

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Oleh karena itu mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Dalam dosis besar, Fe dapat merusak dinding usus yang jika berkelanjutan bisa menyebabkan kematian. Debu Fe juga dapat diakumulasi dalam alveoli yang bisa menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.

6. Fluorida

Fluorida adalah senyawa fluor. Fluor (F) adalah halogen yang sangat reaktif, sehingga di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toksis dan lebih iritan daripada yang organik. Keracunan kronis menyebabkan tubuh menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu, fluorosis gigi serta kerangka, dab gangguan pencernaan yang dapat disertai dehidrasi. Pada kasus pencernaan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker tulang. Hal ini meresahkan para dokter gigi yang menggunakan senyawa fluor bagi pencegahan caries gigi. Juga para ahli penyediaan air bersih perlu meninjau lagi kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi fluorida.

7. Cadmium

Cadmium (Cd) adalah metal yang berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb dalam jumlah yang kecil. Cd didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain.

Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun bagi manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjutan dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multipel. Di jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit Itai-itai Byo. Gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilisasi pada laki-laki.

8. Kesadahan

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan air bersih tersebut.

9. Khlorida

Khlorida adalah senyawa halogen khlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak Cl, akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak di antaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai negara maju sekarang ini, khlorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan.

10. Khromium

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Cr didapatkan pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif, dapat menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr dapat menimbulkan kanker.

11. Mangan

Mangan (Mn) adalah metal kelabu kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf : insomnia, lemah kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan terus berlanjut, maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita Parkinsonism. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post enchepalitic Parkinsonism, multiple sclerosis, amyitophic lateral sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif (penyakit Wilson). Keracunan Mn adalah salah satu contoh dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memeperkirakannya. Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna, yaitu ungu/hitam.

12. Natrium

Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karenanya bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroksida Na ini sangat korosif, tetapi NaCl justru dibutuhkan oleh tubuh.

13. Nitrat, Nitrit

Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI, diare campur darah, disusul konvulsi, koma, dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin (MetHb). Dalam jumlah melebihi normal, MetHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi Methemoglobinaemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Akibatnya, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini dikenal sebagai penyakit blue babies.

14. Perak

Perak atau Argentum (Ag) adalah metal berwarna putih. Ag didapat pada antara lain inustri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin, dan cat rambut. Bila masuk ke dalam tubuh, Ag akan diakumulasi di berbagai organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen, karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat pada nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena perak diakumulasi dalam selaput lendir dan kulit.

15. pH

Air minum sebaiknya netral, tidak asam atau basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

16. Selenium

Selenium adalah logam yang berbau bawang putih yang diperoleh bersama-sama dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat anatara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut maka akan terjadi gejala gangguan susunan saraf, seperti hilangnya refleks, iritasi cerebral, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik dan mungkin juga bersifat karsinogenik.

17. Seng

Seng (Z) adalah metal yang didapat pada insutri alloy, keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toksisitas Zn pada hakikatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.

18. Sianida

Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya memerlukan pengolahan khusus. Selain itu hidrocyanida juga mudah terbakar.

19. Sulfat

Sulfat bersifat iritan bagi saluran GI, bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan

diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada heat exchangers.

20. Sulfida

Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif, dan iritan. Dalam dosis tinggi merusak SSP. Keracunan biasanya jarang terjadi, karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka ia tidak akan keracunan. Tetapi bila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat, sehingga orang tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut yang mematikan dalam waktu yang singkat karena asphyxia.

21. Tembaga

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Namun dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing, lemah, anemia, kram, konvulsi, shock, koma, dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah, menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.

22. Timbal

Timbal atau Plumbum (Pb) adalah metal kehitaman. Dahulu digunakan sebagai konstituen/unsur dalam cat, batere, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Pb organik (TEL : Tetra Ethyl Lead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan.

Pb adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI, anorexia, muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminaria.

Pb organik cenderung menyebabkan encephalopathy. Pada keracunan akut, terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor, koma, dan kematian.

a. Kimia Organik

1. Aldrin dan Dieldrin

Aldrin (C12H8Cl6), merupakan racun sistemik berbentuk kristal yang digunakan sebagai insektisida. Aldrin dapat menimbulkan keracunan yang akut maupun kronis. Efeknya menimbulkan iritasi, konvulsi, depresi, dan dapat merusak hati dalam 1-4 jam. Bila dipanaskan aldrin akan terurai dan mengeluarkan fosgen dan HCl yang toksis.

Dieldrin (C12H10Cl6) juga berbentuk kristal dan digunakan sebagai insektisida. Toksisitasnya belum diketahui dengan jelas, sekalipun dapat diabsorbsi oleh kulit sehat. Susunan saraf pusat (SSP) dapat terstimulasi dan terjadi anorexia, konvulsi, dan koma. Pada hewan, LD50-nya adalah 5 kali LD50 DDT. Dieldrin menyebabkan kulit telur unggas menjadi tipis sehingga mudah pecah. Pada tikus percobaan, baik aldrin maupun dieldrin dapat menimbulkan kanker dan mutasi.

2. Benzene

Benzene atau benzol (C6H6) digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak. Toksisitasnya dapat akut lokal, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan erythyema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP bersifat narkotik dan anestetik. Pemaparan kronis menimbulkan hypoplasia ataupun hyperplasi sumsum tulang yang berakibat anemia, leucopenia, thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia.

3. Benzo(a)pyrene (B(a)P)

B(a)P adalah suatu polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), hasil pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna. Didapat di dalam asap rokok, gas buang kendaraan bermotor, dan jelaga. B(a)P cepat menghilang dalam udara segera terkena cahaya. B(a)P dan senyawa-senyawa PAH lainnya menarik perhatian para ahli karena sifat karsinogenik dan merupakan mutagen yang potensial.

4. Chlordane

Chlordane (C10H6Cl8) adalah insektisida, tergolong hidrokarbon terchlorinasi dan seringkali didapat sebagai pencemar air. Chlordane mudah sekali diabsorbsi kulit, menimbulkan hyperexitasi dan konvulsi, dan disebut juga sebagai penyebab kelainan gambaran darah. Bila dipanaskan akan berdekomposisi dan mengeluarkan gas Cl2.

5. Chloroform

Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terchlorinasi, suatu anestetik yang menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hati, jantung, dan ginjal. Keracunan chloroform dapat menimbulkan toksisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu chloroform digunakan sebagai anestetik, tetapi saat ini sudah disubstitusi dengan zat yang lebih aman.

6. 2,4 dichlorophenoxyl acetic acid (2,4-D)

2,4 D merupakan herbisida, mematikan tanaman berdaun lebar dengan mengganggu sistem hormonal tumbuhan. Bersifat iritan terhadap mata dan pencernaan. Di dalam air tumbuhan akan mudah membusuk, maka pertumbuhan mikroba pembusuk bertambah cepat sehingga oksigen terlarut (DO) cepat menurun. Secara tidak langsung, hal itu memperceoat kematian fauna dan flora yang aerobik. Pada burung zat ini menimbulkan kelainan bawaan, sehingga tergolong teratogen. Pada tumbuhan terjadi abrasi kromosom dan menyebabkan berubahnya warna dan bentuk tumbuhan.

7. Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT)

DDT adalah insektisida yang pertama kali dibuat orang dan telah ditemukan secara luas dan lama untuk keperluan kesehatan. DDT bersifat persisten sehingga terakumulasi dalam rantai makanan dan terjadi biomagnifikasi. Keracunan ini dapat menyebabkan pusing, mual, tremor, konvulsi, dan kerusakan hati, SSP, serta ginjal. Dosis kecil yang berulang lebih berbahaya daripada dosis tunggal.

8. Detergen

Detergen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran zat lipofilik menjadi lebih halus sehingga mempertinggi toksisitas racun. Detergen juga mempermudah absorpsi racun melalui insang. Detergen ada pula yang persisten, sehingga terjadi akumulasi.

9. 1,2 dichloroethane dan 1,3 dichloroethane

dichloroethame (CH3CHCl2) adalah cairan tidak berwarna, berbau wangi, berasa manis, dan mudah terbakar. Ia dapat menimbulkan toksisitas sistemik akut, kerusakan ginjal dan hati. Bila dipanaskan dapat timbul fosgen yang toksik.

10. Heptachlor dan Heptachlorepoxide

Kedua zat ini tergolong hidrokarbon terchlorinasi. Bahaya dapat timbul bila zat ini dipanaskan sehingga timbul gas beracun. Kedua zat ini juga menimbulkan kanker pada tikus dan menyebabkan kulit telur unggas menjadi tipis.

11. Gamma Hexachlorobenzene

Zat ini juga dissebut benzene hexachlorida (BHC), C6H6, isomer gammanya disebut lindane yang termasuk insektisida yang menimbulkan toksisitas akut maupun kronis sistemik. Lindane adalah insektisida jenis racun perut atau racun kontak.

12. Methoxychlor

Zat ini disebut juga DMDT, yaitu singkatan dari dimethoxyphenyl-dyphenyl-trichloroethane, suatu derivatif DDT yang toksisitas dan persistensinya lebih kurang daripada DDT. Apabila dipanaskan akan menimbulkan gas beracun (Cl). Keracunan dapat menyebabkan toksisitas akut lokal, alergi, dan akut sistemik. Sedangkan toksisitas kronisnya sama dengan toksisitas akut.

13. Pentachlorophenol

Rumus molekul pentachlorophenol adalah Cl5C6-OH, disingkat sebagai PCP. Toksisitas baik yang akut maupun kronis dapat bersifat lokal, iritan, dan sistemik. Pemaparan yang kronis ternyata menimbulkan kerusakan pada hati dan pada hewan percobaab dapat bersifat teratogenik. Bila dipanaskan juga menguapkan gas Cl2 yang toksis.

14. 4,6 trichlorophenol

Trichlorophenol (Cl3C6H2OH) adalah suatu herbisida defoliant. Sama dengan sebelumnya, ia menguapkan gas Cl2 yang toksis. Trichlorophenol mempunyai toksisitas baik akut lokal, iritan, dan akut sistemik maupun toksisitas sistemik. Zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila zat organik yang dapat dioksidasi (BOD) besar, maka ia menunjukkan adanya pencemaran. Berbeda dari standar 1975, zat-zat berikut ini tidak dimasukkan ke dalam standar 1990: CO2 agresif

Gas asphyxiant, merusak pipa, dan dapat melarutkan logam

Calcium

Pada dasarnya Calcium dibutuhkan oleh tubuh, jadi tidak merupakan benda asing. Calcium sendiri dapat merupakan iritan bagi kulit. Derajat toksisitasnya tergantung komponen senyawanya, karena Ca sendiri tidak toksis bagi tubuh, akan tetapi dalam jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu besar dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Dengan demikian adanya Ca di dalam daftar standar menunjukkan bahwa penyediaan air minum tidak hanya ditujukan untuk mencegah penyakit, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini dikarenakan manusia yang kekurangan Ca akan pula menderita hypocalcaemi.

Magnesium

Mg adalah salah satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan menyebabkan adanya rasa pada air. kelebihan unsur ini dapat menimbulkan depresi susunan saraf pusat dan otot-otot. Toksisitasnya banyak tergantung pada anion yang terikat pada Mg.

Ammonia

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, dan mengganggu proses desinfeksi dengan Khlor.

Senyawa phenol

Phenol mudah masuk lewat kulit sehat. Keracunan akut menyebabkan gejala GI, sakit perut, kelainan koordinasi bibir, mulut, dan tenggorokan. Keracunan kronis menimbulkan gejala GI, sulit menelan, hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta diikuti kematian. Rasa air berubah dan phenol menjadi lebih terasa bila air tercampur Khlor. 2.14.3 Parameter Mikrobiologis

Ke dalam parameter mikrobiologis ini hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri patogen, dan virus.

1. Kuman-kuman Parasitik

Kelompok ini terdiri atas protozoa, cacing, dan tungau. Penyakit cacing yang sangat banyak didapat di Indonesia antara lain adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Nector americanus, dan Taenia saginata/solium. Protozoa yang banyak didapat adalah Giardia lamblia dan Entamoeba histolitica. Tungau penyebab penyakit bawaan air adalah Scabies scabei.2. Bakteri dan Virus

Bakteri penyebab penyakit bawaan air terbanyak adalah Salmonella typhi/paratyphi, Shigella, dan Vibrio cholera. Sedangkan yang tergolong virus adalah Rotavirus, virus Hepatitis A, virus Poliomyelitis a.c., virus DHF, dan virus Trachoma.

3. JPT Coli/100 cc air

Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Hal ini tentunya tidak terlalu tepat, sampai saat ini, bakteri inilah yang paling ekonomis dapat digunakan untuk kepentingan tersebut. BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN

BAB IVGAMBARAN UMUM

GEDUNG KULIAH BERSAMA C, D DAN E4.1 Lokasi

Gedung ini diresmikan pada tanggal 5 januari 2010 oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Ir. Hj. Sri Eko Wahyuni, M.S. Gedung Kuliah Bersama C, D DAN E berada di Jl. Prof. H. Soedharto,SH, Tembalang Semarang.

Gambar 3.1. Lokasi Gedung Kuliah Bersama

4.2 Peruntukan

Gedung Kuliah Bersama C, D DAN E ini di gunakan untuk sebagai fasilitas perkuliahan untuk jurusan Teknik Lingkungan, Teknik Geodesi, Sistem Komputer, Teknik Industri. Gedung Kuliah Bersama Fakultas Teknik Universitas Diponegoro yang beralamat di Jl. Prof. H Sudarto, SH Tembalang, Semarang.. Digunakan oleh 50 orang karyawan termasuk OB dan kurang lebih sekitar 700 mahasiswa aktif. Gedung ini memiliki 3 lantai yang dipergunakan sebagai gedung perkuliahan, dengan fasilitas; perpustakaan, mushola, laboratorium dan toilet yang menunjang kebutuhan para civitas akademika Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Gedung ini terdiri dari 3 bagian (C, D, dan E). Bagian yang pertama C yaitu adalah gedung yang terdiri dari 3 lantai yang digunakan sebagai kantor administrasi dan ruang kuliah. Lantai satu digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Geodesi terdiri dari 2 ruang kelas dan 1 gudang. Lantai 2 digunakan sebagai ruang kantor administrasi Teknik Lingkungan. Sedangkan lantai 3 digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Lingkungan.

Bagian kedua D yang terletak di sebelah kanan gedung utama terdiri dari 3 lantai. Lantai satu digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Lingkungan dan Laboratorium Lingkungan. Lantai 2 digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Sistem Komputer dan laboratorium Teknik Sistem Komputer. Bagian ketiga E yang terletak di tengah gedung, lantai 1 dimanfaatkan sebagai perpustakaan Teknik Lingkungan dan Ruang Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan. Lantai 2 digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Sistem Komputer. Sedangkan Lantai 3 digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Teknik Industri.Fasilitas sanitasi yang terdapat pada gedung ini berupa water closet, keran air bersih, wastafel untuk cuci tangan yang terdapat di dalam kamar mandi, dapur, maupun area lain yang memiliki keran air bersih, sehingga gedung ini tepat menjadi sarana pembelajaran AUDIT DOKUMEN LINGKUNGAN mengenai air bersih. Di samping itu juga di karenakan setiap kamar mandi kurang dilengkapi bak mandi sehingga menggunakan ember untuk menampung air bersih. Sehingga diperlukan adanya audit untuk mengecek kelengkapan sarana sanitasi yang ada di Gedung Kuliah Bersama C,D dan E.BAB V

PEMBAHASAN LAPORAN AUDIT AIR

GEDUNG KULIAH BERSAMA C, D DAN ETempat :Gedung Kuliah Bersama C,D dan ETgl Audit :11 Juni 2014

Hal yang diaudit :Pemanfaatan Air BersihAuditor :Tim Audit Air Teknik Lingkungan Undip 2011 (Kelompok 1)

Kriteria Audit :1. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

2. Permenkes RI No. 492/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

5.1 Permasalahan Berdasarkan Survey :

1. Air yang digunakan adalah air tanah dari sumur artesis yang terletak di kampus elektro yang dialirkan dengan pompa dan juga sumur dangkal yang terletak di kampus GKB Belakang.2. Belum diketahui kandungan yang terdapat di dalam air tanah tersebut3. Air tanah ini dimanfaatkan untuk mandi, memasak, dan mencuci.1. Pendahuluan

Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pasal 8 ayat 6 dijelaskan bahwa Penggunaan air baku khususnya dari air tanah dan mata air wajib memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Air yang digunakan di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E dalah air tanah dimana air ini perlu dijaga kelestariannya agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Air tanah ini diambil dengan pompa dari sumur bor dan digunakan untuk menyediakan kebutuhan air untuk beberapa gedung, seperti gedung Kampus Elektro, gedung Kampus Geodesi, gedung Kampus Perkapalan, gedung Kampus Teknik Lingkungan, gedung Kampus Sistem Komputer, dan Gedung Dekanat Fakultas Teknik. Besarnya kapasitas kebutuhan air dari berbagai kampus ini mengakibatkan beban air tanah yang dipompa untuk memenuhi kebutuhan semakin meningkat. Padahal sesuai dengan PP No 16 tahun 2005 Pasal 8 ayat 6, dijelaskan bahwa Penggunaan air tanah untuk air baku tidak dibenarkan dalam jumlah yang melebihi kemampuan alam mengisinya kembali (Natural recharge) karena menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak mungkin bisa diperbaiki, yaitu turunnya permukaan air tanah.

Air tanah yang diambil dari pemompaan sumur di dekat Kampus Elektro digunakan untuk berbagai aktivitas di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E antara lain mandi, mencuci, dan memasak. Air ini juga digunakan untuk air minum para office boys (OB). Pemanfaatan air tanah untuk air minum sangat memprihatinkan. Padahal belum diketahui kandungan apa saja yang terdapat dalam air tanah tersebut apakah mengandung beban pencemar yang tinggi atau memiliki zat-zat berbahaya yang sangat riskan apabila masuk ke dalam jaringan tubuh. Untuk mengetahui kelayakan air bersih yang digunakan di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E, kami berupaya melakukan audit air bersih dimana hasil audit nantinya dapat bermanfaat untuk kebijakan penggunaan air di masa kini maupun masa datang.

Proses audit air dilakukan pada tanggal 11 Juni 2014 yang berlokasi di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E UNDIP dengan melakukan interview dengan para staf yang ada di dekanat, menyebar kuisioner kepada para staf, karyawan, OB, mahasiswa, melakukan uji kadar air tanah yang digunakan untuk kegiatan (mandi, mencuci, dan memasak) di Gedung Kuliah Bersama C, D dan E. 2. Audit Observasi

Audit observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kelayakan air bersih yang ada di gedung Fakultas Teknik UNDIP. Observasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

a.Interview Staff

Interview dilakukan kepada narasumber (staff administrasi dari jursan Teknik Geodesi dan office Boy GKB) untuk memperoleh data mengenai sumber air bersih untuk Gedung Kuliah Bersama, bagaimana keadaan air yang digunakan, cara penyaluran air bersih, dan kegunaan air tersebut.

b.Sebaran QuisionerSelain melakukan interview, untuk memperoleh respond karyawan tentang penggunaan air bersih untuk kegiatan (mandi, mencuci, dan memasak) dan mengecek seberapa besar pengetahuan mereka tentang asal usul air bersih yang selama ini digunakan di Gedung Kuliah Bersama C,D dan E, kami melakukan penyebaran quisioner. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam quisioner tersebut :1. Apakah Anda mengetahui darimana sumber air yang digunakan untuk sehari-hari Gedung Kuliah Bersama C-D-E ?2. Apakah Anda mengetahui air dari Gedung Kuliah Bersama C-D-E umumnya digunakan untuk apa saja?

3. Apakah air yang digunakan dari Gedung Kuliah Bersama C-D-E berbau/berasa/berwarna?

4. Apakah Anda menyadari keadaan air yang tercemar tidak baik untuk kesehatan?

5. Menurut Anda, bagaimanakah tindakan warga dan pemerintah untuk mengatasi pencemaran lingkungan terutama air?

Dari sebaran quisioner sebanyak 20 lembar diperoleh jawaban sebagai berikut :

1. 9 narasumber (78,5%) menyatakan bahwa mereka mengetahui bahwa air yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari adalah air sumur/air tanah/air pompa, 3 narasumber (21,5%) menyatakan tidak tahu asal sumber air

2. 9 narasumber (78,5%) menyatakan bahwa air bersih yang ada digunakan untuk mandi, mencuci, memasak dan kegiatan sehari-hari (bukan untuk diminum). 3 narasumber (21,5%) hanya menyatakan bahwa mereka mengetahui pemanfaatan air bersih.

3. 7 narasumber (53,8%) menyatakan bahwa air tersebut berbau, berasa, dan berwarna. Sebanyak 6 narasumber (46,2 %) menyatakan secara kasat mata tidak berasa dan berbau ataupun berwarna, namun perlu dilakukan identifikasi secara laboratorium untuk kualitas air yang digunakan.4. 12 narasumber (92,3%) menyatakan mereka mengetahui bahwa air yang tercemar tidak layak dikonsumsi baik untuk mandi, mencuci, ataupun memasak karena dapat menimbulkan penyakit dan sebesar 7,7 % ( satu narasumber) menyatakan tidak mengetahui bahwa air yang tercemar tidak baik untuk kesehatan.5. 4 narasumber (30,7%) menyatakan bahwa pemerintahlah yang harus bertanggung jawab mengatur dan mengatasi permasalahan yang ada, 1 narasumber (7,7%) menyatakan bahwa pemerintah dan warga melakukan rembug dan mencari solusi untuk melakukan pengelolaan air bersih yang ada untuk mengendalikan pencemaran, dan 5 narasumber (38,5%) menyatakan bahwa warga yang harus lebih bertanggung jawab mengenai pengelolaan air, pengurangan pencemaran air limbah, dan konservasi secara sederhana. Dan 3 narasumber (23,1%) menyatakan abstain.

c.Uji Kadar Air Tanah

Pengujian kadar air tanah dilakukan dengan mengambil sampel air tanah yang ada di Gedung Kuliah Bersama C,D dan E untuk dilakukan pengukuran. Hasil uji kadar air tanah ini ditunjukan sebagai data berikut :

Temperatur : 26oC

pH : 7,19DHL : - 13 mS/cm

Kekeruhan : 1,55 NTU

TDS : 223 mg/L

Data hasil pengujian sampel air tanah Gedung Kuliah Bersama C, D dan E UNDIP menunjukan hal yang cukup memprihatinkan dimana nilai TDS melebihi baku mutu air berdasarkan Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut adalah perbandingan antara hasil pengujian air tanah dengan Peraturan yang ada :Parameter

Hasil Pengamatan

Permenkes 492/2010

Temperatur

26oC

-

pH

7,196,5 8,5

Kekeruhan

1,55 NTU

5 NTU

TDS

223 mg/l

50 mg/l

d.Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

a. Jumlah Alat Plambing

Luas Bangunan = 3000 m2 (Pembulatan)

Luas Efektif bangunan= 70% x Luas bangunan

= 70% x 3000m2

= 2100 m2Jumlah Penghuni

= Luas efektif / density

= 2100 m2 / 5 m2/orang

= 420 orang. (Semua Lantai)

Jumlah Penghuni tiap lantai= 420 orang/ 3 lantai = 140 orang/lantai

Perbandingan Pria : Wanita di Gedung Kuliah Bersama tiap lantai adalah 4: 3 (asumsi)

a. Pria

: x 140 orang= 80 orang

b. Wanita

: x 140 orang= 60 orang

Berdasar jumlah pria dan wanita tadi, dapat ditentukan jumlah alat plambing yang dibutuhkan tiap lantai sebagai berikut:Tabel 5.1

Jumlah Alat Plambing Lantai 1

Jumlah

WC

LAV

UR

FC

Pria

80

2

2

1

2

Wanita

60

3

3

-

3

Tabel 5.2

Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Gedung Kuliah Bersama Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lantai

Karyawan

Jumlah

Peralatan Plambing

ClosetUrinoir

Lavatory

Faucet

1

Pria

Wanita

80

60

2

3

1

-

2

3

2

3

2

Pria

Wanita

80

60

2

3

1

-

2

3

2

3

3

Pria

Wanita

80

60

2

3

1

-

2

3

2

3

Jumlah

420

15

3

15

15

b. Kebutuhan Air Gedung Kuliah Bersama FT UNDIP

Kebutuhan air rata-rata tiap orang = 100 L/org/hari

Jangka waktu pemakaian rata-rata perhari = 8 jam

Total kebutuhan air (Qd)

Qd= Jumlah penghuni x kebutuhan air rata-rata

= 140 orang x 100 L/orang/hari

= 14000 L/hari

= 14 m3/hari

Qd Total= 14 m3/hari x 3 lantai

= 42 m3/hari

3. Pembahasan

Berdasarkan audit observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa suplai air bersih pada Gedung Kuliah Bersama UNDIP berasal dari air tanah yang berlokasi di dekat kampus Elektro dari sumur artesis dan sumur dangkal yang ada di Gedung Kuliah Bersama FT UNDIP yang dipompa menuju gedung. Di Gedung Kuliah Bersama, terdapat 2 Tangki air dengan ukuran masing masing 1000 Liter. Air tanah ini digunakan untuk berbagai aktivitas antara lain mandi, mencuci, dan memasak. Saat melakukan audit untuk penyediaan air bersih, ternyata untuk gedung kuliah bersama FT diperlukan debit pengaliran 42000 liter/harinya dengan jumlah penghuni idealnya 140 orang/lantai. Selain itu, untuk jumlah alat plambing yang ada di gedung kuliah bersama masih kurang jumlahnya maupun perawatannya. Seharusnya jumlah WC 5 buah ( 2 buah pria, 3 buah wanita), urinoir 1 buah, lavatory 5 buah ( 2 buah pria, 3 buah wanita ). Tetapi pada kenyataannya, jumlah alat plambing yang ada kurang untuk memenuhi kapasitas orang yang ada. Jumlah alat plambing di Gedung Kuliah Bersama yang dapat berfungsi dengan baik antara lain: WC 4 buah (2 pria, 2 wanita), 2 lavatory (1pria, 1 wanita). Terdapat 2 WC yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Selain itu, tidak ada pembagian antara WC pria dan wanita. Tidak adanya bak mandi membuat kesulitan saat akan menyiram kotoran. Kebersihan toilet kurang diperhatikan dan ditemukan beberapa alat plambing yang sudah tidak layak dan seharusnya diganti (contoh: kebocoran keran di WC lantai 1).

Air bersih yang ada selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan kamar mandi dan wastafel, air tersebut digunakan untuk memasak. Mengingat hasil yang berbeda antara data hasil uji air tanah dan Permenkes RI no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Air Minum pada parameter TDS, maka air tersebut BELUM LAYAK untuk dikonsumsi. TDS yang terdapat dalam kandungan air tanah tersebut sangat besar yaitu 223 mg/l (sedangkan menurut baku mutu TDS yang diijinkan 50 mg/l).

TDS ( Total Dissolved Solids), yaitu jumlah kandungan unsur padat yang terlarut dalam air ( an-organik ) seperti, Tembaga, Alumunium, Besi, Kalsium, Klorin, Magnesium, Phospat dll. Semakin tinggi TDS maka dalam jangka panjang akan memberikan dampak Negatif pada tubuh manusia karena tidak sanggup diuraikan dan akan mengendap sebagai sumber berbagai penyakit degeneratif.TDS berdampak tidak langsung terhadap kesehatan karena efek kandungan TDS dalam air adalah memberi rasa pada air, yaitu air menjadi seperti air garam. Dalam jangka waktu panjang akan terjadi akumulasi garam di dalam ginjal manusia sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal.

Gambar 5.1Sumur Artesis di Gedung Elektro UNDIP

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Gambar 5.2

Pompa di Gedung Kuliah Bersama FT UNDIP

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Gambar 5.3

Keadaan Toilet di Gedung Kuliah Bersama Lantai 3

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Gambar 5.4 Letak Sumur Artesis

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)BAB VIPENUTUP6.1 Kesimpulan

Parameter Hasil PengamatanPermenkes 492/2010

Temperatur26oC-

pH7,196,5 8,5

Kekeruhan1,55 NTU5 NTU

TDS223 mgl/l500 mg/l

Kualitas air minum di Gedung Kuliah Bersama FT Universitas Diponegoro layak untuk digunakan mandi, cuci tangan, dan kebutuhan memasak walaupun ada parameter yang melebihi baku mutu, yaitu TDS, sebesar 223 mg/l.Dibutuhkan suplai air bersih sebesar 42 m3/hari. Jumlah alat plambing yang ada tidak mencukupi kebutuhan dan ada beberapa alat plambing yang sudah tidak layak pakai. Ada pula toilet yang tidak bisa digunakan dan juga tidak ada perbedaan antara toilet pria maupun wanita.

Selain itu pemanfaatan air juga tidak dilakukan dengan baik, sebagai contoh adalah adanya air dari AC yang tidak tertampung sehingga menyebabkan tumbuhnya lumut dan terbentuknya karat. Selain itu dari total 9 toilet dalam 5 kamar mandi, terdapat 2 toilet yang tidak berfungsi dan 1 toilet dengan air keran yang rusak. Wastafel pada beberapa kamar mandi juga mengalami kebocoran sehingga air buangannya harus ditampung di ember.6.2 Saran

Dibutuhkan konservasi air supaya persediaan air tanah pada sumur artesis tetep berkualitas, kuantitas yang cukup dan kontinyuitas walaupun musim kering.

Dibutuhkan perbaikan terhadap kamar mandi yang ada supaya penggunaannya lebih optimal dan dapat lebih nyaman saat menggunakan fasilitas MCK. Sebaiknya mulai memanfaatkan PAM atau membuat Sumur artesis cadangan. Juga melakukan pemanfaatan terhdap air buangan AC untuk penggunaan air suling di Laboratorium.Peluang penghematan air dapat dilakukan seperti menutup keran air jika tidak diperlukan, membuat tampungan untuk air dari AC dan dimanfaatkan sebagai air suling di laboratorium atau menyiram tanaman.LAMPIRAN DOKUMENTASI TAMBAHAN

Dokumentasi alat yang digunakan:

Dokumentasi Gedung C, D, dan E

Penentuan lokasi (sampling area) parameter yang di ukur

Survey lokasi (Analisis kondisi lokasi) dan pembagian kuisioner

Pelaksanaan sampling dengan parameter air bersih di toilet Gedung Kuliah Bersama.

Analisa data hasil sampling di Laboratorium Lingkungan.

HASIL PENGAMATAN

Wastafel

Kondisi Kamar Mandi

letak Sumur diambil dari berbagai posisi

Keran di mushola

Keran di laboratorium lingkungan

letak Sumur diambil dari berbagai posisi

Tumpahan air AC didepan mushola

Tumpahan air AC diatap depan mushola