laporan fenomena dasar messi

Upload: niammmbladdush

Post on 10-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

laporan bab 4

TRANSCRIPT

SIMPLE VIBRATION APPARATUSBAB IVSIMPLE VIBRATION APPARATUS

4.1 SIMPLE VIBRATION APPARATUS4.1.1 GetaranGetaran adalah gerakan bolak balik yang di sekitar daerah kesetimbangan dalam suatu interval waktu. Kesetimbangan disini adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengang eraktersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar. Macam macam getaran terdiri dari :1. Getaran bebasGetaran bebas terjadi jika sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas. Contoh getaran bebas adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan.2. Getaran paksaGetaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar yang diterapkan pada sistem mekanis.

4.1.2 Hukum Hooke Hukum hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas besaranya gaya hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat di gambarkan sebagai berikut :

Dimana, F adalah gaya ( N ) k adalah konstanta pegas ( N/m) x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya ( m ) 4.1.3 Degree of Freedom

Gambar 4.1 Degree of FreedomSumber : Anonymous

Degree of freedom ( Derajat kebebasan ) adalah derajat independensi yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. DOF memiliki 6 gerakan, yaitu searah sumbu x, searah sumbu y, searah sumbu z, rotasi, revolusi dan translasi. Menurut jumlahnya derajat kebebasan terdiri dari 3, yaitu : 1. Single degree of freedom system

m

Gambar4.2 Sistem Single degree of freedomSumber : dokumentasi pribadi

Pada masalah dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik bertanda negatif ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu Y(t). struktur seperti itu dinamakan derajat kebebasan tunggal / single degree of freedom system.

2. Double degree of freedom system

Gambar 4.3 Double degree of freedomSumber : Anonymous

Dalam sistem massa pegas seperti terlihat dalam Gambar 4.3 di atas, bila gerakan massa ml dan m2 secara vertikal dibatasi maka paling sedikit dibutuhkan satu koordinat x(t) guna menentukan kedudukan massa pada berbagai waktu. Berarti sistem membutuhkan dua buah koordinat bersama-sama untuk menentukan kedudukan massa; sistem ini adalah sistem dua-derajat-kebebasan. 3. Multi degree of freedom system

Gambar 4.4 Multi degree of freedomSumber : Anonymous

Sistem banyak derajat kebebasan adalah sebuah system yang mempunyai koordinat bebas untuk mengetahui kedudukan massa lebih dari dua buah. Pada dasarnya, analisa system banyak derajat kebebasan adalah sama dengan system satu atau dua derajat kebebasan. Tetapi karena banyaknya langkah yang harus dilewati untuk mencari frekuensi pribadi melalui perhitungan matematis, maka system digolongkan menjadi banyak derajat kebebasan.

4.1.4 Sistem Getaran Bebas Sistem getaran bebas terjadi dalam suatu sistem karena tidak adanya eksitasi luar sebagai hasil dari energi kinetik atau energi potensial yang ada pada sistem. Sistem getaran bebas berawal dari transfer energi kinetik ke potensial secara kontinu, begitu pula sebaliknya.

Gambar 4.5 Model sistem getaran bebasSumber : Modul Praktikum FDM Jurusan Teknik Mesin FTUB 2013/2014

Perhatikan sebuah massa m yang disangga oleh pegas dengan kekakuan k, serta inertia diabaikan. Massa m lalu ditarik kebawah dari posisi setimbang, kemudian dilepas.Pada selang waktu t, massa akan berbeda pada jarak x dari posisi setimbang dan gaya pegas -kxyang bekerja ada benda akan cenderung menahannya pada posisi setimbang. Persamaan dari gerakan:

Atau

Dengan ,

Gerakannya adalah gerakan harmonis sederhana dan periode T diberikan dengan persamaan :atauDengan s = defleksi statis = Frekuensi diberikan dengan persamaan:atau

4.1.5 Sistem Getaran Bebas Teredam

Gambar 4.6 Model sistem getaran bebas teredamSumber : Modul Praktikum FDM Jurusan Teknik Mesin FTUB 2013/2014

Perhatikan massa benda m disangga oleh pegas dengan kekakuan k dan inertia diabaikan dan dihubungkan dengan sebuah dashpot oli yang mempunyai hambatan yang dapat dianggap sebanding dengan kecepatan relative. Massa m ditarik kebawah dari posisi seimbang, kemudian dilepaskan. Pada selang waktu t, massa akan berada pada jarak x dari posisi setimbang. Gaya pegas kx yang bekerja pada benda akan cenderung menahannya pada keadaan seimbang dan gaya peredaman yang cenderung untuk melawan gerakan adalah

Dimana c adalah konstanta peredaman.Persamaan dari gerakan tersebut adalah:

Bentuk standar dari sistem ini adalah:

Maka untuk kasus inidanadalah damping ratio atau factor untuk sistem pegas massa damper, yang selengkapnya akan dibahas pada subbab selanjutnya. Jenis jenis peredaman: 1. UnderdampedBenda yang mengalami underdamped biasanya melakukan beberapa getaran sebelumberhenti. Benda masih melakukan beberapa getaran sebelum berhenti karena redaman yang dialami tidak terlalu besar. Contoh sebuah benda yang digantung dalam ujung pegas.. Gambar 4.7 UnderdampedSumber : Anonymous

2. Critical damping Benda yang mengalami critical damping biasanya langsung berhenti bergetar (benda langsung kembali ke posisi setimbang). Benda langsung berhenti karena redaman yang dialami cukup besar. Contoh bola yang digantung pada ujung pegas kemudian tercelup ke dalam air.

Gambar 4.8 Critical dampingSumber : Anonymous3. Over damping Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada critical damping benda tiba lebih cepat di posisi setimbangnya, sedangkan pada over damping benda lama sekali di posisi setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami oleh benda sangat besar. Contoh sebuah benda yang digantungkan pada ujung pegas kemudian bola masuk ke dalam wadah yang berisi minyak kental. Adanya minyak kental menyebabkan bola sulit kembali ke posisi setimbang.

Gambar 4.9 OverdampedSumber : Anonymous

4.1.6 Frekuensi, Periode, Amplitudo dan Damping Ratio 1. FrekuensiFrekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan tiap detik.Satuan dari frekuensi adalah Hertz (Hz).2. PeriodePeriode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran. Satu getaran merupakan gerak bolak-balik kembali ke posisi semula.

3. AmplitudoSecara sederhana amplitudo dapat diartikan sebagai simpangan terbesar yang dihitung dari kedudukan setimbang. Osilasi merupakan variasi periodik terhadap waktu yang didapat dari hasil pengukuran.

dimana:

Hubungan antara frekuensi dengan panjang gelombang dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:

Nilai cepat rambat gelombang (v) dan waktu (t) dapat dicari dengan simple vibration apparatus, sehingga panjang gelombang () dapat diketahui. 4. Damping Ratio Damping ratio adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis.

dimana:: Damping ratio c : Konstanta peredamank : Konstanta pegasm : Massa Jikamaka sistem under damped Jikamaka sistem adalah critically damped Jikamaka sistem adalah over damped

4.2. Tujuan Pengujian1. Untuk memahami hubungan antara massa benda, kekakuan dari pegas dan periode atau frekuensi dari osilasi untuk system pegas massa sederhana yang mempunyai satu derajat kebebasan.2. Untuk memahami hubungan antara gaya, viskositas dari oli dan kecepatan untuk bermacam macam keadaan dari dashpot yang dapat diatur.3. Untuk mengamati efek dari bermacam kuantitas peredaman untuk suatu respon dari orde kedua dari sistem mekanika untuk suatu input langkah.

4.3. Spesifikasi AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini adalah Sanderson Simple Vibration Apparatus.

Gambar 4.10 Simple Vibration ApparatusSumber : Laboratoruim Fenomena Dasar Mesin FT-UB

Rangka dapat bergerak secara vertical pada roller guides dengan membawa central stud ke massa yang dapat dipasangkan.Massa frame adalah 1,7 kgMassa tiap piringan 1,0 kgTiga buah pegas masing-masing :Pegas No.1k = 3,30 kN/mPegas No.2k = 1,22 kN/mPegas No.3k = 0,47 kN/mSebuah pena terdapat pada Vibrating frame dan kertas yang digerakkan motor sinkron menghasilkan amplitudo / time recording (kecepatan kertas = 0,02 m/s).

4.4. Cara Pengambilan DataStep I1. Aturlah paper strip pada roller sehingga siap digunakan.2. Pasanglah pena pada penjepit pena.3. Pasang pegas sesuai dengan konstanta yang akan dicobakan.4. Tekan pegas sampai pada dasar, sebelum dilepas pastikan motor dalam posisi on sehingga roller berputar, kemudian lepaskan pegas.5. Catat hasil osilasi sesuai table.6. Tambahkan beban, kemudian ulangi percobaan seperti nomor 4.Step II1. Pasang peralatan damper.2. Aturlah putaran sesuai dengan bukaan yang dikehendaki.3. Ulangi percobaan seperti nomor 4 step I.4. Tambahkan beban dan ulangi percobaan.5. Lakukan percobaan dengan teliti dan benar.

4.5. Hasil Pengujian4.5.1. Data Hasil PengujianBerikut ini hasil osilasi untuk hubungan antara massa dengan frekuensi pada Konstanta Pegas pada (k) = 3,3 kN/m pada massa (m) = 2,7kg ; 3,7kg ; 4,7kg :

k = 0,47 kN/m; m= 2,7kgk = 0,47 kN/m; m= 3,7kgk = 0,47 kN/m; m= 4,7kg

k = 1,22 kN/m; m= 2,7kgk = 1,22 kN/m; m= 3,7kgk = 1,22 kN/m; m= 4,7kg

k = 3,3 kN/m; m= 2,7kgk = 3,3 kN/m; m= 3,7kgk = 3,3 kN/m; m= 4,7kg

Berikut hasil osilasi untuk hubungan putaran katup dengan konstanta peredam pada Konstanta Pegas (k) = 3,3 kN/m, putaran katup (ganjil) = 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25 pada massa (m) = 2,7kg ; 3,7kg ; 4,7kg :

Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 2,7 kg dan SAE 40

Putaran (n) = 3Putaran (n) = 5Putaran (n) = 7

Putaran (n) = 9Putaran (n) = 11Putaran (n) = 13

Putaran (n) = 15Putaran (n) = 17Putaran (n) = 19

Putaran (n) = 21Putaran (n) = 23Putaran (n) = 25

Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 3,7 kg

Putaran (n) = 3Putaran (n) = 5Putaran (n) = 7

Putaran (n) = 9Putaran (n) = 11Putaran (n) = 13

Putaran (n) = 15Putaran (n) = 17Putaran (n) = 19

Putaran (n) = 21Putaran (n) = 23Putaran (n) = 25

Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 4,7 kg

Putaran (n) = 3Putaran (n) = 5Putaran (n) = 7

Putaran (n) = 9Putaran (n) = 11Putaran (n) = 13

Putaran (n) = 15Putaran (n) = 17Putaran (n) = 19

Putaran (n) = 21Putaran (n) = 23Putaran (n) = 25

4.5.2. Contoh PerhitunganA. Hubungan antara massa dengan frekuensiFrekuensi Aktual = 0,5 cm = 0,009 mv = 0,02 m/s

Frekuensi Teoritism = 2,7 kgk = 0,47 kN/m = 470 N/m

B. Hubungan antara putaran katup dengan konstanta peredaman

Damping ratio

Konstanta peredaman

4.5.3. Grafik dan Pembahasan4.5.3.1. Grafik Hubungan Antara Massa Dan Frekuensi1. Hubungan antara massa dengan frekuensi pada konstanta pegas = 0.47 kN/mKeterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.1 Data pengujianNo.XYY'

12.72.2222222222.100909782

23.71.7391304351.794685786

34.71.6666666671.592356688

2. Hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada Konstanta Pegas = 1.22 kN/mKeterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.2 Data pengujianNo.XYY'

12.73.3333333333.384841909

23.72.8571428572.891474786

34.72.52.565496005

3. Hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada Konstanta Pegas = 3.3 kN/mKeterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.3 Data pengujianNo.XYY'

12.75.7142857145.566925946

23.754.755503046

34.74.4444444444.219377642

Gambar 4.11 Hubungan antara massa dengan frekuensi

Analisa Grafik :Menurut teori, frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi dari suatu gelombang dipengaruhi oleh konstanta pegas dan massa dari pembebanan pada pegas tersebut. sesuai dengan rumus:

dimana: Semakin besar massa yang diberikan pada pegas, maka akan semakin besar konstanta peredaman yang dihasilkan, karena adanya hukum aksi reaki, jadi konstanta peredaman bernilai sama dengan gaya berat mengarah ke bawah karena adanya massa dan kontanta peredaman mengarah ke atas sebesar atau sebanding dengan gaya berat tersebut.Pada grafik terlihat sesuai teori dan diketahui bahwa frekuensi tertinggi adalah pada frekwensi aktual dengan k = 3.3 kN/m kemudian frekuensi teoritis dengan dengan k = 3.3 kN/m yang ke tiga ialah frekwensi teoritis dengan k = 1,22 kN/m setelah itu frekuensi aktual dengan dengan k = 1,22 kN/m selanjutnya defleksi frekuensi teoritis dengan k = 0,47 kN/m dan nilai frekuensi terendah pada frekuensi aktual k = 0,47 kN/m.

4.5.3.2. Grafik Hubungan Antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi viskositas oli pada massa 3,7 kg4. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli SAE = 40, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.4 Data pengujianNo.XY

1322.3809

2523.401

3724.39235

4926.82026

51127.74638

61327.20911

71527.20911

81727.20911

91927.74638

102133.62514

112345.72271

122563.05331

5. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli SAE = 60, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.5 Data pengujianNo.XY

139.569544

259.569544

379.569544

4910.12374

51110.12374

6138.843936

71510.12374

81714.26861

91915.31916

102117.3306

112324.39235

122568.47798

6. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli SAE = 80, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.6 Data pengujianNoxy

1322.36056

2526.27111

3728.07452

4929.78992

51129.78992

61335.10701

71538.62581

81740.89491

91948.74035

102168.41573

112373.11053

122580.1057

7. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli SAE = 100, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.7 Data pengujianNo.XY

1315,15956

2516,17127

3716,17127

4917,3306

51118,67319

61322,5873

71528,53722

81718,96768

91931,22484

102124,39235

112341,47772

122568,47798

8. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli SAE = 120, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.8 Data pengujianNo.XY

1311,20662

259,350286

379,350286

498,157266

51111,8407

61317,08537

71517,46997

81719,23327

91920,68464

102138,66096

112348,7847

122570,3892

Gambar 4.12 Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi viskositas oli pada 3,7 kg

Analisa Grafik :Menurut teori, bahwa dengan pembebanan yang sama dengan viskositas yang semakin besar maka konstanta peredaman semakin besar. Hal ini disebabkan, karena viskositas yang semakin besar menyebabkan gaya pegas untuk menarik ke arah kesetimbangan semakin besar karena semakin besar viskositas maka kemampuan untuk menahan tegangan geser semakin besar sehingga gaya gesek semakin besar sehingga fluida semakin sulit mengalir sehingga gaya peredaman semakin besar.Dan putaran katup yang semakin banyak mengakibatkan kedua lempengan semakin dekat sehingga fluida peredam yang mengalir melewati lubang pada katup menjadi terhambat karena volumenya semakin kecil, akibatnya konstanta peredaman semakin besar.

Dimana

Pada grafik terlihat adanya penyimpangan yaitu pada viskositas oli 40, 60, 80 dan 120. Seharusnya urutan viskositas oli terhadap konstanta peredaman mulai dari konstanta peredeman terbesar sampai terkecil yang benar adalah viskositas oli 120, 100, 80, 60 dan 40. Hal ini disebabkan karena adanya gaya dorong tambahan saat pelepasan pegas sehingga konstanta peredaman dari viskositas oli 40, 80, dan 100 lebih besar daripada viskositas oli 120.

4.5.3.3. Grafik Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi massa9. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3 kN/m dan Massa = 2.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.9 Data pengujianNo.XY

1320.83697

2526.31782

3725.47096

4928.72401

51126.31782

61330.41014

71530.9518

81730.41014

91930.41014

102130.41014

112353.8628

1225100.3902

10. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.10 Data pengujianNo.XY

1322.3809

2523.401

3724.39235

4926.82026

51127.74638

61327.20911

71527.20911

81727.20911

91927.74638

102133.62514

112345.72271

122563.05331

11. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3 kN/m dan Massa = 4.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.11 Data pengujianNo.XY

1310.78548

258.380973

378.380973

4910.78548

51111.41009

6139.565006

71512.11209

81727.49171

91930.22811

102134.99745

112340.12227

122591.32547

Gambar 4.13 Grafik Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi massa

Analisa Grafik :Pada Grafik hubungan putaran katup dengan kontanta peredaman yang massanya divariasikan, terlihat bahwa semakin besar putaran katup maka semakin besar konstanta peredamannya, dan semakin besar massa maka akan semakin besar konstanta peredamannya, terlihat juga pada rumus

Dimana

Hal ini dikarenakan adanya gaya aksi pada pegas dan reaksi pada damper sehingga semakin besar massa maka aksi reaksinya semakin kecil sehingga selisih puncak 1 dan puncak 2 besar yang menyebabkan konstanta peredamannya besar.Tetapi terjadi beberapa penyimpangan yaitu pada massa 4,7 kg yang rata-rata konstanta peredamannya lebih rendah dari massa 3,7 kg dan 2,7 kg. Hal ini dikarenakan damper pada massa 2,7 kg dan 3,7 kg telah terendam oli sehingga konstanta peredamannya lebih besar daripada konstanta peredaman pada massa 4,7 kg.

4.5.3.4. Grafik hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi konstanta pegas pada massa 4,7 kg12. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 0,47 kN/m dan massa = 4,7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.12 Data pengujianNo.XY

1335.89206

2536.0425

3736.22844

4936.7728

51136.22844

61336.46416

71538.00375

81736.7728

91938.16049

102137.19446

112342.84186

122594.9173

13. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman k = 1,22 kN/m dan Massa = 4,7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.13 Data pengujianNo.XY

1322.88771

2526.49376

3725.58363

4925.46741

51126.49376

61328.42405

71530.21121

81727.61562

91933.43141

102131.33307

112350.14711

122579.2848

14. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3,3 kN/m dan massa = 4.7 KgKeterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.14 Data pengujianNo.XY

1310.78548

258.380973

378.380973

4910.78548

51111.41009

6139.565006

71512.11209

81727.49171

91930.22811

102134.99745

112340.12227

122591.32547

Gambar 4.14 Grafik hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan variasi konstanta pegas pada massa 4,7 kg

Analisa Grafik :Menurut teori, hubungan putaran katup dengan kontanta peredaman yang konstanta pegasnya divariasikan, terlihat bahwa semakin besar putaran katup maka semakin besar konstanta peredamannya, dan semakin besar konstanta pegas maka akan semakin besar konstanta peredamannya, terlihat juga pada rumus

Dimana

Pada grafik terlihat terjadi beberapa penyimpangan yaitu pada k = 3,3 kN/m lebih kecil daripada k = 0,47 kN/m. Hal ini dikarenakan pada saat praktikum, oli yang berada pada damper terpercik keluar sehingga tidak menutup kemungkinan adanya ruang udara pada damper sehingga konstanta peredaman pada k = 3,3 kN/m lebih kecil daripada k = 0,47 kN/m.Kemudian percepatan pada k = 0,47 kN/m lebih besar daripada k = 3,3 kN/m sehingga gaya yang diperoleh pada k = 0,47 kN/m lebih besar daripada k = 3,3 kN/m yang menyebabkan konstanta peredamannya juga semakin besar.

4.5.4. Kesimpulan dan SaranA. KesimpulanSetelah kami melakukan pengujian simple vibration apparatus, secara garis besar dapat dipetakan menjadi dua bagian yaitu : tanpa menggunakan peredam dan menggunakan peredam.Percobaan pertama kami dapat menyimpulkan bahwa semakin besar massa maka frekuensi akan semakin yang akan ditimbulkan juga akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin kecil massa yang maka frekuensi yang akan terjadi semakin besar.Percobaan kedua kami yaitu hubungan putaran katup dengan konstanta peredaman. Dari data yang kami olah menunjukkan bahwa putaran katup dan massa berbanding lurus dengan konstanta peredaman, begitu juga sebaliknya semakin kecil massa maka konstanta peredaman akan semakin kecil, sesuai rumus :

C = konstanta peredaman = damping rasioWn = frekuensi naturalM = massaB. Saran1. Sebaiknya laboratorium memperbarui alat yang sudah tua.2. Sebaiknya deadline diperpanjang lagi dan dendanya jangan terlalu banyak.3. Sebaiknya praktikan lebih memahami apa yang dipelajari pada praktikum ini.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2013/2014