laporan he 101 weinda hartiwi

Upload: tapaix

Post on 17-Feb-2018

349 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    1/36

    1Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Heat exchanger merupakan alat penting yang digunakan pada hampir seluruh

    industri (baik industri kimia, energy, migas, makanan, dan industri lainnya). Heat

    exchanger merupakan alat yang memungkinkan terjadinya perpindahan panas antar

    fluida dan berfungsi sebagai pemanas atau pendingin. Aplikasi heat exchanger secara

    umum seperti AC (air conditioning), radiator mobil, refrigerasi, pemanas ruangan, dan

    lain-lain.

    Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) merupakan unit yang

    mengolah Atmospheric Residue dari Crude Distillation Unit (CDU) menjadi produkDemetallized Atmospheric Residue (DMAR) yang disiapkan sebagai umpan (feed)

    untuk Residue Catalytic Cracker (RCC). Selain DMAR, juga dihasilkan produk lain

    seperti off-gas, naphtha, kerosene, dangas oil.

    Heat exchanger 13-E-101 yang ada pada unit AHU merupakan alat perpindahan

    panas antara reactor feed yang berupa atmospheric residue (AR) dengan reactor

    effluent yang berupa demetallized atmospheric residue (DMAR). AR berasal dari

    filtered feed surge drum (12-V-501) dan akan dipanaskan sebelum masuk ke reaktor

    (13-R-103). DMAR berasal dari reaktor (13-R-103) yang akan didinginkan sebelum

    masuk ke hot high pressure separator (13-V-101).

    Salah satu faktor yang mempengaruhi proses perpindahan panas pada heat

    exchanger adalahfouling factor (Rd).Fouling terjadi ketika adanya akumulasi kotoran

    atau bahan-bahan yang tidak diinginkan pada permukaan dinding heat exchanger.

    Pengotor ini berasal dari partikel yang terangkut dari fluida yang mengalir dalam heat

    exchanger. Fouling yang terjadi dapat menyebabkan pengurangan pada cross sectional

    area dan berakibat meningkatnya nilai pressure drop, sehingga menurunkan efisiensi

    dari heat exchanger. Fouling factor (Rd) merupakan angka yang menunjukkan

    ketahanan heat exchanger terhadap pengotor, semakin besar nilai Rd maka efisiensi

    panas semakin menurun dan sebaliknya.

    Jika efisiensi menurun, kehilangan panas pada heat exchanger akan menjadi

    lebih besar dan energi yang dibutuhkan untuk proses perpindahan panas menjadi

    semakin tinggi, sehingga biaya yang dibutuhkan semakin besar. Maka dari itu, evaluasi

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    2/36

    2Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    nilai fouling factor (Rd) diperlukan untuk menentukan apakah heat exchanger masih

    layak digunakan atau perlu dilakukan pembersihan.

    1.2 Perumusan Masalah

    Heat Exchanger didesain untuk mendapatkan perpindahan panas yang

    diinginkan. Heat Exchanger 13-E-101 ini berfungsi untuk memanaskan feed sebelum

    masuk ke reaktor.

    Kondisi suhu operasi sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan pada

    reaktor sehingga performa dari heat exchanger ini perlu diperhatikan dan dievaluasi

    untuk menjaga agar kondisi suhu tidak menyimpang dan kemudian mempengaruhi hasil

    produk reaktor.

    1.3 Tujuan

    Tujuan tugas khusus ini adalah mengevaluasi performa heat exchanger 13-E-

    101 A/B dengan menghitung nilai fouling factor (Rd) dan pressure drop (P) pada

    kondisi aktual dan dibandingkan dengan kondisidesainheat exchanger tersebut.

    1.4 Manfaat

    Manfaat evaluasi kinerja heat exchanger 13-E-101 A/B ini adalah untuk dapat

    mengetahui performance dan efisiensi kerja alat tersebut, apakah masih layak

    beroperasi atau perlu dilakukan pembersihan.

    1.5 Ruang Lingkup

    Data yang digunakan dalam tugas khusus ini berasal dari heat exchanger(13-E-

    101 A/B) dalam Unit 13 pada Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU)

    di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Data diambil pada tanggal 1 Agustus

    2015- 31 Oktober 2015.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    3/36

    3Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Heat Exchanger

    Heat exchanger merupakan alat perpindahan panas antar fluida yang

    terjadi akibat adanya perbedaan suhu antar fluida tersebut. Kinerja heat

    exchanger dalam industri sangat penting dalam menentukan kelancaran proses

    produksi. Heat exchanger perlu didesain sesuai dengan kegunaan sehingga

    diperoleh spesifikasi yang tepat.

    Terdapat empat jenis heat exchanger yang umum digunakan (Holman,

    2010):

    1.

    Double Pipe Heat Exchanger

    Gambar 2.1. Double Pipe Heat Exchanger

    Tipe yang paling sederhana, berbentuk seperti pipa yang terletak

    dalam pipa yang lebih besar. Salah satu fluida mengalir dalam tube yang

    lebih kecil dan fluida lainnya mengalir dalam rongga antara tube yang

    lebih besar dan yang lebih kecil, atau disebut dengan annulus. Aliran

    counter atau parallel dapat digunakan pada heat exchanger jenis ini.

    Pembersihan heat exchanger ini mudah dilakukan. Biasanya digunakan

    untuk proses perpindahan panas yang kecil, efektif untuk kebutuhan luas

    transfer panas antara kurang dari 200 ft2(Holman, 2010).

    Untuk kebutuhan perpindahan yang besar, tidak dianjurkan

    menggunakan tipe ini karena akan membutuhkan jumlah hairpins yang

    banyak sehingga tidak ekonomis, memakan tempat lebih besar, dan jika

    ada kebocoran akan sulit dikontrol.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    4/36

    4Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    2. Cross Flow Heat Exchanger

    Gambar 2.2. Cross-FlowHeat Exchanger, One F lu id M ixed and One

    Unmixed

    Gambar 2.3. Cross-FlowHeat Exchanger, F lu ids Unmixed

    Umum digunakan untuk pemanasan atau pendinginan gas atau

    udara. Pada gambar 2.2. heat exchanger di atas, gas yang mengalir

    melalui tube bundlemerupakan mixed stream karena gas dapat bergerak

    dengan bebas selama proses perpindahan panas, sedangkan fluida

    lainnya yang mengalir dalam tubes merupakan unmixed stream karena

    mengalir dalam pipa yang terpisah satu sama lain sehingga selama

    proses perpindahan panas tidak dapat bercampur.

    Pada gambar 2.3. heat exchanger di atas, gas yang mengalir

    melalui finned-tube bundles sehingga tidak dapat bercampur karena

    terpisah antara fin. Biasanya diaplikasikan pada air-conditioner.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    5/36

    5Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    3. Compact Heat Exchanger

    Gambar 2.4. F inned-Tube Exchanger with F lat Tubes

    Umumnya digunakan untuk sistem gas di mana overall heat

    transfer coefficient-nya kecil sehingga diinginkan luas permukaan yang

    besar untuk volume exchanger yang kecil. Biasanya luas

    permukaannnya lebih besar dari 650 m2per m3.

    4. Shell and Tube Heat Exchanger

    Gambar 2.5. 1-1 Shell and TubeHeat Exchanger

    Tipe yang paling umum digunakan dalam industri, terutama

    industri minyak. Salah satu fluida mengalir dalam shell dan fluida

    lainnya mengalir dalam tube yang berada pada dalam shell. Baffle

    ditambahkan untuk meningkatkan turbulensi aliran dan koefisien

    konveksi, yang akan meningkatkan transfer panas antara fluida (real-

    world-physics-problem.com).

    Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih

    penempatan fluida dalam shell atau tube (Kern, 1985):

    Fluida dengan laju alir lebih rendah dialirkan dalam tube.Diameter tube yang lebih kecil meningkatkan kecepatan fluida

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    6/36

    6Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    sehingga dapat mempercepat proses perpindahan panas dan

    menghambat terjadi fouling.

    Fluida yang kotor (mudah menimbulkan kerak)

    a. Melalui tubekarena tube-tubedengan mudah dibersihkan.

    b.

    Melalui shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau sejumlah

    besar dari coke atau reruntuhan ada yang dapat terkumpul di

    shell dan dapat dihilangkan melalui tempat pembuangan pada

    shell.

    Fluida bertekanan tinggi, corrosive, dan water dilewatkan

    melalui tube karena ketahanan terhadap korosif, relatif murah,

    dan juga kekuatan darishell diameter tubemelebihishell.

    Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tubekarena adanya cukup ruangan. Sedangkan fluida yang

    mempunyai volume kecil dilewatkan melalui shellkarena dapat

    dipasang baffle untuk menambah transfer rate tanpa

    menghasilkan kelebihanpressure drop.

    Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate

    dilewatkan melaluishell karena dapat digunakan baffle.

    Komponen dalam shell dan tube (Kern, 1985):

    Tube

    Tube merupakan komponen dasar dalam Heat Exchanger,

    memberikan perpindahan panas di permukaan antara kedua

    fluida. Variabel-variabel penting dapat ditentukan dalam

    pemilihan tube antara lain outside diameter tubes, ketebalan

    dinding tube, pitch tubes, tata letak/pola tube. Jenis tube yang

    umum digunakan yaitu tubeyang mempunyai strip pada bagian

    luar tube (finned tube) dan tube dengan permukaan yang rata

    (bare tube).

    Baffle

    Baffle berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar

    tube, menahan vibrasi yang disebabkan oleh fluida dan agar

    terjadi aliran turbulen di dalam shell. Berdasarkan garis aliran,

    baffledibagi menjadi 2 tipe, yakni :

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    7/36

    7Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    a. Plate Baffle

    Plate baffle terdiri dari beberapa tipe diantaranya segmental

    baffle, disk and doughnut, dan orifice baffles.

    b. Rod Baffle

    Pada rod bafflepenggolongan tipebaffleberdasarkan penurunan

    tekanan.

    Shell

    Shell merupakan suatu silinder yang dilengkapi dengan

    inlet/outlet noozle. Shell terbuat dari bahan karbon dan alloy

    dengan tebal tertentu untuk menahan beban berat, temperatur,

    dan tekanan fluida.

    Tube SheetTube sheetmerupakan ujung-ujung tube sehingga menjadi satu

    bagian (tube bundle). Secara struktur tube sheet bergantung

    terhadap tube (tube hole dan tube pitch). Jika jarak tube kecil

    maka tube hoketidak dapat dilubangi terlalu dekat. Jarak paling

    dekat antar 2 tube disebut clearence dan ligament, yang

    mempunyai ukuran standar di dalam suatu shell pada Heat

    Exchanger.

    Tie Rods

    Tie rods adalah komponen yang berfungsi untuk memasang

    baffle dan tube support pada jarak tertentu. Jumlah tie rods

    tergantung dari ukuran dan konstruksiHeat Exchanger.

    Arah aliran yang paling sering digunakan pada heat exchanger terbagi menjadi 2

    tipe, yaitu:

    1. Co-Current / Parallel Flow

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    8/36

    8Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Gambar 2.6. Aliran Paralel

    Gambar 2.7. Profil Temperature untuk Aliran Paralel

    2. Counter Flow

    Gambar 2.8. Aliran Counter Current

    Gambar 2.9. Profil Temperatur untuk Aliran Counter Current

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    9/36

    9Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    2.2. Permasalahan pada Heat Exchanger

    Permasalahan yang biasanya timbul pada heat exchangerpada umumnya adalah

    sebagai berikut:

    1. Masalah proses

    Penurunan performa karena fouling sehingga target perpindahan

    panas tidak tercapai.

    Perubahan distribusi aliran dalam proses sehingga menyebabkan

    terjadinya penyimpangan aliran pada shell atau tube.

    Perubahan sifat fisis dari fluida akibat perubahan suhu, total flow dari

    fluida itu sendiri.

    2. Masalah mekanikal

    Kerusakan pada bagian heat exchanger.

    Korosi.

    Kebocoran.

    2.3. Fouling

    Fouling adalah akumulasi endapan bahan-bahan yang tidak diinginkan

    pada permukaan alat perpindahan panas. Pada Shell and Tube Heat Exchanger,

    fouling dapat terjadi baik pada bagian dalam (inner) tube maupun luar (outside)tube dan dapat terjadi pula pada bagian dalam (inner) shell. Fouling juga dapat

    menyebabkan pengurangan cross sectional area, dan meningkatkan pressure

    drop, sehingga dibutuhkan energi ekstra untuk pemompaan. Walaupun tidak

    secara umum, masalah peningkatan pressure drop lebih serius daripada

    peningkatan thermal resitanceatau tahanan panas (Kern, 1985).

    2.4. Tipe Fouling pada Heat Exchanger

    Atmospheric Residue biasanya masih banyak mengandung metal Nikel

    (Ni), Vanadium (V), dan Carbon (C) dalam jumlah yang tinggi. Hal tersebut

    dapat menyebabkan timbulnya coke. Lapisan tebal coke yang ditemukan pada

    dindingtubedalamzoneyang temperaturnya tinggi, akan menjadi sangat keras,

    kuat menempel dan seringkali mempunyai ketebalan lebih dari 2-5 mm. Lapisan

    ini bertambah seiring dengan waktu. Tipe deposit yang ditemukan tergantung

    pada :

    a. Lokasi dalamHeat Exchanger.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    10/36

    10Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    b. Temperatur.

    c. Waktu tinggal dari deposit.

    2.5. Penyebab Fouling padaHeat Exchanger

    Fouling dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut (Holman, 1985):

    1. Temperatur operasi yang tinggi

    2. Waktu tinggal lama, terutama pada daerah bertemperatur tinggi

    3.

    Kecepatan aliran

    Dengan kecepatan yang tinggi dapat meminimalkan pembentukan fouling

    (untuk segala jenis fouling), namun yang harus diperhatikan juga bahwa

    menjalankan STHE (Shell and Tube Heat Exchanger) pada kecepatan alir

    tinggi dapat menyebabkan tingginya pressure drop, kecepatan tinggi jugadapat mengakibatkan erosi dan juga memerlukan energi pemompaan yang

    besar.

    4. Material konstruksi dan permukaan yang halus

    Pemilihan material tube sangat penting, beberapa tipe biofouling dapat

    terhambat pembentukannya dengan menggunakan copper-bearing alloy,

    permukaan bahan atau materi tube yang halus dapat mengurangi laju

    pembentukanfouling.Copperdan alloy-nya dapat mengurangi pembentukan

    biofouling dikarenakan materi atau bahan ini bersifat racun terhadap

    organisme tersebut.

    2.6. Akibat Fouling

    Kerugian yang ditimbulkan akibat fouling (Holman, 1985):

    1. Peningkatan capital cost heat exchanger.

    Foulingyang tinggi akan menyebabkan penguranganoverall coefficient heat

    transfer. Dengan demikian dibutuhkan luas area perpindahan yang lebih

    (bila dibandingkan dengan foulingyang lebih rendah). Luas heat exchanger

    yang lebih besar akan mengakibatkan peningkatan cost.

    2. Peningkatan energi.

    Dibutuhkan energy tambahan sehubungan dengan peningkatan energi pompa

    dan efisiensi termodinamika yang rendah pada kondensasi dan siklus

    refrigerasi.

    3.

    Maintenance costmeningkat.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    11/36

    11Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Untuk antifoulant, chemical treatment dan untuk pembersihan permukaan

    perpindahan panas yang tertutup olehfouling.

    4. Pengurangan output atau keluaran (rate).

    Dikarenakan pengurangan cross sectional area.

    5.

    Menimbulkandowntime cost

    Downtimeadalah kerugian waktu produksi yang diakibatkan oleh peralatan

    tidak dapat dioperasikan dengan semestinya dikarenakan oleh maintenance,

    power failureataupower trip,breakdown.

    2.7. Cara Menghambat Fouling

    Pemilihan Heat Exchanger yang tepat dapat mengurangi pembentukan

    fouling dikarenakan area dead space yang lebih sedikit dibandingkan dengantipe yang lainnya, seperti platedan spiral heat exchanger, namun begitu Heat

    Exchanger tersebut hanya dapat menangani desain pressure sampai 20-25 bar

    dan desain temperatur 250 0C (plate) dan 400 0C (spiral). Untuk penggunaan

    Heat Exchanger tipeshelland tube (STHE) ada beberapa ketentuan, yaitu :

    1. Fluida yang ditempatkan pada tube.

    a. Gunakan diameter tube yang lebih besar. STHE umumnya didesain

    dengan ukuran tube dari 20 mm/25mm, untuk penggunaan fluida yang kotor

    (fouling resistance> 0,0004 h-m2 0C/kal gunakan tube dengan outside diameter,

    OD minimum 25 mm.

    b.

    Kecepatan tinggi, dengan mengoperasikan heat exchanger dengan

    kecepatan yang tinggi mengakibatkan pressure drop lebih cepat daripada

    kenaikan koefisien perpindahan panas maka perlu dicari kecepatan yang

    optimum.

    c. Margin Pressure Drop yang cukup. Pada heat exchanger yang

    digunakan untuk fluida yang berpotensi terbentuk fouling tinggi disarankan

    menggunakan margin 30-40% antara pressure dropyang diizinkan (allowable)

    dari pressure drop terhitung (calculated). Hal ini dilakukan untuk antisipasi

    pressure drop yang tinggi akibat penggunaan kecepatan tinggi.

    d.

    Gunakan tube bundle dan heat exchanger cadangan. Jika penggunaan

    Heat Exchangeruntuk fluida yang berpotensi membentukfoulingsangat ekstrim

    maka tube bundle cadangan sebaiknya digunakan. Jika fouling telah terjadi

    cukup cepat (setiap 2-3 bulan) maka sebaiknya digunakan Heat Exchanger

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    12/36

    12Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    cadangan. STHE cadangan juga diperlukan untuk tipe STHE Fixed tube sheet

    (pembentukanfoulingyang tinggi pada tube, seperti pada reboiler thermosiphon

    verticalyang menggunakan fluida polimer seperti pada butadiene plant).

    e. Gunakan 2shell yang disusun secara paralel. Dengan penggunaan STHE

    dimana shell disusun secara seri, maka jika salah satu STHE telah terjadi

    penumpukan (akumulasi) fouling (dimana STHE tersebut disservice) maka

    STHE yang salah satunya lagi dapat digunakan, walaupun tentunya terjadi

    penurunan output, sebaiknya kapasitas yang digunakan masing-masing antara

    60-70% dari kapasitas total.

    f.

    Gunakan wire fin tube. Penggunaan wire fin tube, dapat mengurangi

    terbentuknya fouling, pada awalnya penambahan wine fin tube ini digunakan

    untuk meningkatkan perpindahan panas tubepada aliran laminar. Wire findapatmenaikkan pencampuran radial (radial mixing) dari dinding tube hingga ke

    bagian centre (tengah), efek gerakan pengadukan inilah yang dapat

    meminimalisasikan deposit pada dinding tube.

    2.

    Fluida yang ditempatkan padashell.

    a. Gunakan U-Tube atau Floating Head. Kelemahan penggunaan U-Tube

    adalah kesulitan pembersihan pada bagian U.

    b.

    Gunakan susunan tubesecarasquareatau rorate square. Susunansquare

    menyediakan akses yang lebih sehingga cleaning heat exchanger secara

    mechanicaldengan menggunakan roddingatau hydrojettingbaik pada susunan

    triangel. Namun begitu,tubeyang disusun secarasquarememberikan koefisien

    heat transferyang rendah. Untuk situasi seperti ini, maka rotate square dapat

    diguanakan.

    c. Meminimalisasikan dead space dengan desain baffle secara optimum.

    STHE lebih mudah mengalami fouling dikarenakan adanya dead space. Oleh

    sebab itu, penentuan jarak antar baffle (baffle spacing) dan baffle cut sangat

    penting, kedua variabel tersebut sangat berpengaruh dalam penentuan besar

    kecilnya koefisien perpindahan panas pada shell. Nilai baffle cut sebaiknya

    dugunakan antara 20-30%, dimana baffle cut sebesar 25% adalah nilai yang

    cukup baik sebagai starter. Untuk perpindahan panas yang hanya melibatkan

    panassensible(seperti heater atau cooler) disarankan tidak menenpatkan posisi

    baffle secara vertikal, untuk perpindahan panas yang melibatkan panas laten atau

    terjadinya perubahan fase (seperti condenser dan vaporizer) disarankan untuk

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    13/36

    13Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    menempatkan posisi bafflesecara vertikal. Rasio antara baffle-space/shell, nilai

    rasio antara 0,3-0,6 dapat digunakan sebagai starter. Pemilihan baffle cut dan

    spacing yang baik sebaiknya yang dapat menghasilkan stream B (cross flow)

    yang besar dan meminimalisasikan kebocoran (leakage) dan bypass stream.

    d.

    Kecepatan tinggi, sama seperti tube, penggunaan kecepatan tinggi pada

    shell akan dapat mengurangi pembentukan fouling, dan dapat menaikkan

    koefisien perpindahan panas shell. Kecepatan pada shellumumnya (disamping

    faktor lain seperti tube pitchdan lain-lain).

    e. Gunakan tube pitch yang lebih besar untuk fouling yang lebih sangat

    tinggi. Umumnya tube pitchyang digunakan adalah sebesar 1,25 kali dari OD

    untuk triangular pitch dan 6 mm lebih dari OD untuksquare.

    2.8. Metode Cleaning

    2.8.1. Chemical/Physical Cleaning

    Chemical Cleaningadalah suatu metode dimana pembersihan dilakukan

    dengan mensirkulasikan agentmelalui peralatan. Salah satu cara metode

    ini adalah dengan flushing.

    Keuntungannya :

    a.

    Tidak perlu membongkar alat sehingga menghemat waktu dan buruh.

    b.Tidak ada kerusakan mekanik pada tube.

    Kerugiannya :

    a.

    Pembersihan beberapa tipe deposit, dalam hal ini coke sukar

    dilakukan.

    b.Tube yang tersumbat penuh disarankan dilakukan mechanical

    cleaning terlebih dahulu, karena sirkulasi dari cleaning agent tidak

    mungkin dilakukan.

    c.

    Sangat sukar untuk meyakinkan bahwa peralatan benar-benar telah

    bersih.

    d.Deposit kemungkinan dapat terakumulasi di tempat dimana aliran

    relatif lambat.

    2.8.2. Mechanical Cleaning

    Ada 3 tipe mechanical cleaningyang biasa dilakukan yaitu :

    1.

    Drillingatau Turbining

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    14/36

    14Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Pembersihan ini dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada

    dinding tube. Pembersihan ini paling dianjurkan untuk tubeyang tertutup

    total. Drilling paling baik dilakukan secara bertahap dengan kenaikan

    mata bor.

    2.

    Hidrojetting

    Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke dalam

    tubepada tekanan yang tinggi. Pembersihan dengan cara ini untuk jenis

    deposit lunak.

    3. Sandblasting

    Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran air

    dengan pasir ke dalam tubepada tekanan tinggi.

    2.8.3.

    Gabungan

    Cara yang paling umum untuk metode ini adalah chemical cleaning

    diikuti dengan mechanical cleaning.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    15/36

    15Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Pengumpulan Data

    Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam perhitungan, yaitu data primer

    dan data sekunder.

    a. Data Primer

    Data primer digunakan sebagai dasar analisa untuk evaluasi heat exchanger13-

    E-101 A/B pada Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU). Data

    ini diperoleh dari Heat Exchanger Data Sheet Atmospheris Residue

    Hydrodemetallization Unit.

    Tabel 3.1. Data Design H eat Exchanger 13-E-101

    Unit Value

    Duty MM kcal/h 12,34

    Corrected Mean Temp. Di ff .oC 59,9

    Overall Transfer Coeff . Service Kcal/h.m2.oC 233

    Overal l Transfer Coeff . Clean Kcal/h.m .oC 312

    Total Fouling All owance h.m .oC/kcal 0,0011

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    16/36

    16Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Tabel 3.2. PerformanceData Heat Exchanger 13-E-101

    F lu id Al location Unit Shell Side Tube Side

    F lui d Name Reactor Effluent Reactor Feed

    Total F low Quantity Kg/h 217897 208754

    L imiti ng Operation EOR EOR

    Condensation/Vaporiz

    ation Curve No.

    RA 901898 RA 901898

    Film Transfer

    Coefficient

    Kcal/h.m .o

    C

    977 705

    Calc. Pressure Drop

    Clean/Fouled

    Kcal/cm 2 / 2.12 2.06 / 2.48

    Max. Allow. Fouled

    Pressure Drop

    Kcal/cm2

    2.5 2.8

    Average F lu id

    Velocity

    m/s 4.1 7.2

    Inlet Outlet Inlet Outlet

    TemperatureoC 429 371 306 374

    Operating Pressur e Kg/cm .g 160 157,5 155,5 183,3

    Weight Percent Vapor % 26,9 24,0 13,0 13,3

    Vapor Molecular

    Weight

    7,2 6,4 3,8 4,0

    Viscosity L iqui d cP 0,43 0,58 1,61 0,99

    Viscosity Vapor cP 0,019 0,0179 0,0158 0,017

    Density Li quid Kg/m 637 670 754 706

    Density Vapor Kg/m 18,42 17,62 13,62 12,49

    Thermal Conductivity

    Liquid

    kcal/h.m.o

    C 0,07 0,08 0,09 0,08

    Thermal Conductivity

    Vapor

    kcal/h.m.oC 0,263 0,250 0,254 0,275

    Specifi c Heat Liquid kcal/h.oC 0,86 0,80 0,705 0,771

    Specif ic Heat Vapor kcal/h.oC 1,434 1,489 2,053 2,041

    Enthalpy Kcal/kg 361,8 302,9 225,0 286,5

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    17/36

    17Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Tabel 3.3. ConstructionData Heat Exchanger 13-E-101

    Unit Shell Side Tube Side

    Design Pressure Min ./As

    Built

    Kg/cm .g 171,1 /

    F.V.@50oC

    197,3 /

    F.V.@50oC

    Design Temperatureo

    C 454 389

    Nominal Pipe Size I n/Out in 14 / 14 12 / 12

    Nozzle ANSI

    Rating/Facing

    2500 RJ 2500 RJ

    Number of Passes 2 2

    Unit Value

    Shell I D Estimated mm 1143

    Tubes Number Required per shell /U

    Tubes

    1274 / 637

    Tube OD mm 19

    Straight L ength Tube mm 6096

    Bare Tube Thickness M in . mm 2,77

    BWG 12

    Sur face Ratio Bare In/Out 1,411

    Pitch on Angle and Layout 45o mm 25,4

    Baff le Spacing

    Central mm 590

    Inlet mm 686

    Outlet mm 686

    End mm 635

    Pitch on 30o

    Layout mm 25,4

    b. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data aktual temperature masuk dan keluar, serta laju

    alir fluida yang mengalir dalam shell dan tube heat exchanger pada periode

    bulan Agustus - Oktober 2015.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    18/36

    18Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    3.2. Pengolahan Data

    Pengolahan data untuk mencari nilaifouling factor (Rd) danpressure drop (P)

    dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut (Coulson, 2005):

    1. Perhitungan Shell Side Heat Transfer Coefficient (ho)

    Flow Area (as)

    dengan, IDshell = diameter dalamshell (m)

    ODtube= diameter luar tube (m)

    B = baffle spacing (m)

    Pt = tube pitch (m)

    Mass Velocity (Gs)

    dengan, ms= massa fluida dishell (kg/h)

    as =flow area shell (m2)

    Equivalent Diameter (De)

    dengan, ODtube= diameter luar tube (m)

    Pt = tube pitch (m)

    Reynold Number (Res)

    dengan, Gs= mass velocity shell (kg/m

    2.h)

    De = diameter ekuivalen (m)

    = viskositas fluida dishell (kg/m.h)

    Heat Transfer Factor (jh)

    Diperoleh dari Figure 12.29 Coulson, dengan 25% baffle cut.

    Heat Transfer Coefficient (ho)

    dengan, c = kapasitas panas (kcal/kg.oC)

    = viskositas fluida dishell (kg/m.h)

    k = konduktivitas termal (kcal/h.m.oC)

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    19/36

    19Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    jh = heat transfer factor

    Re = reynold number

    De = diameter ekuivalen (m)

    2.

    Perhitungan Tube Side Heat Transfer Coefficient (hi)

    Flow Area (at)

    dengan, at= flow area per tube (m2) (Table 10 Kern)

    Nt= jumlah tubes

    Np= jumlah tube passes

    Mass Velocity (Gt)

    dengan, mt= massa fluida di tube (kg/h)

    at =flow area tube (m2)

    Reynold Number (Ret)

    dengan, Gt= mass velocity tube (kg/m2.h)

    IDtube= diameter dalam tube (m) (Tabel 10 Kern)

    = viskositas fluida di tube (kg/m.h)

    Heat Transfer Factor (jh)

    Diperoleh dari Figure 12.23 Coulson.

    Heat Transfer Coefficient (hi)

    dengan, c = kapasitas panas (kcal/kg.oC)

    = viskositas fluida di tube (kg/m.h)

    k = konduktivitas termal (kcal/h.m.oC)

    jh = heat transfer factor

    Re = reynold number

    IDtube= diameter dalamtube (m) (Tabel 10 Kern)

    3. PerhitunganFouling Factor (Rd)

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    20/36

    20Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Log Mean Temperature Difference(LMTD)

    Untuk aliran countercurrent:

    dengan, T1= hot fluid inlet temperature(oC)

    T2 = hot fluid outlet temperature(oC)

    t1 = coldfluid inlet temperature(oC)

    t2 = cold fluid outlet temperature(oC)

    Heat Transfer Surface (A)

    dengan, Nt= jumlah tubes total

    L = panjang tube (m)

    ao= outside surface per lin(m2/m) (Table 10 Kern)

    Design Overall Coefficient (Ud)

    dengan, Q = beban panas (kcal/kg)

    A = heat transfer surface (m2)

    Ft = temperature correction factor

    LMTD =Log Mean Temperature Difference (oC)

    Clean Overall Coefficient (Uc)

    dengan, ho = Shell Side Heat Transfer Coefficient

    (kcal/h.m2

    .o

    C)hi = Tube Side Heat Transfer Coefficient

    (kcal/h.m2.oC)

    hio =Annulus Heat Transfer Coefficient

    (kcal/h.m2.oC)

    IDtube = diameter dalamtube(m) (Tabel 10 Kern)

    ODtube = diameter luar tube(m)

    Fouling Factor (Rd)

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    21/36

    21Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    dengan, Uc =Design Overall Coefficient (kcal/h.m2.oC)

    Ud = Clean Overall Coefficient (kcal/h.m2.oC)

    Rd =Fouling Factor (h.m2.oC/kcal)

    4. PerhitunganPressure Drop (P) di Shell

    ( ) ()

    dengan, Ps =pressure drop dishell(kgf/cm2)

    jf = friction factor (Figure 12.30 Coulson, 25%

    baffle cut)

    De = diameter ekuivalen (m)

    IDshell = diameter dalamshell (m)

    L = panjang tube (m)

    B = baffle spacing (m)

    = densitas fluida dishell(kg/m3)vs = kecepatan aliran dishell(m/s)

    5.

    PerhitunganPressure Drop (P) di Tube

    [ ( )]

    dengan, Pt =pressure drop di tube (kgf/cm

    2)

    jf =friction factor(Figure 12.24 Coulson)

    Np = jumlah pass di tube

    IDtube = diameter dalam tube (m)

    L = panjang tube (m) = densitas fluida di tube(kg/m3)vt = kecepatan aliran di tube(m/s)

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    22/36

    22Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Perbandingan Rd Design dan Aktual

    Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan data actual pada

    periode Agustus Oktober 2015, diperoleh hasil dalam bentuk grafik yang dibagi

    menjadi tiap bulan sebagai berikut:

    Gambar 4.1. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

    Gambar 4.2. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode September 2015

    00.00020.00040.00060.0008

    0.0010.00120.00140.00160.0018

    0.0020.0022

    0.0024

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Rd(h.m

    2.oC/kcal)

    Day

    Rd Design vs Rd Aktual Periode Agustus

    2015

    Rd design

    Rd Aktual

    0

    0.0002

    0.0004

    0.0006

    0.0008

    0.001

    0.00120.0014

    0.0016

    0.0018

    0.002

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Rd(h.m

    2.oC/kcal)

    Day

    Rd Design vs Rd Aktual Periode September

    2015

    Rd design

    Rd Aktual

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    23/36

    23Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Gambar 4.3. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

    Dari hasil performa exchanger pada tiga bulan terakhir, dilihat bahwa nilai Rd actual

    sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh kapasitas fluida yang masuk exchanger nilainya tidak

    tetap dan berubah-ubah setiap harinya. Ketika nilai Rd actual lebih kecil dari Rd desain, hal ini

    disebabkan oleh kapasitas fluida yang masuk lebih kecil dari kapasitas desain. Semakin sedikit

    fluida yang masuk maka pengotor yang dibawa oleh fluida tersebut semakin sedikit sehingga

    memperkecil kemungkinan terjadi fouling. Ketika kapasitas fluida yang masuk besar, maka

    kemungkinan terjadi fouling juga lebih besar karena fluida yang masuk membawa pengotor

    lebih banyak dan mengakibatkan nilai Rd menjadi lebih besar.

    5.2 Perbandingan P Design dan AktualShell

    0

    0.0002

    0.0004

    0.0006

    0.0008

    0.001

    0.0012

    0.0014

    0.0016

    0.0018

    0.002

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Rd(h.m

    2.oC/kcal)

    Day

    Rd Design vs Rd Aktual Periode Oktober

    2015

    Rd design

    Rd Aktual

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    24/36

    24Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Gambar 4.4. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

    Gambar 4.5. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode September 2015

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    11.2

    1.4

    1.6

    1.8

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    P(kgf/cm2)

    Day

    Ps Design vs Ps Aktual Periode Agustus 2015

    Ps Design

    Ps Aktual

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    1.6

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    P(kgf/cm2)

    Day

    Ps Design vs Ps Aktual Periode September

    2015

    Ps Design

    Ps Aktual

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    25/36

    25Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Gambar 4.6. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

    Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai pressure drop actual sangat

    fluktuatif. Nilai pressure drop sangat dipengaruhi oleh kapasitas fluida yang masuk. Pada bulan

    Agustus, nilai pressure drop actual lebih tinggi dari pressure drop desain. Hal ini menunjukkan

    bahwa kapasitas fluida yang masuk ke shell lebih besar, menyebabkan performa exchanger

    menurun dan dibutuhkan energy yang lebih besar untuk transfer panas. Ketika nilai pressure

    drop actual lebih kecil, maka kapasitas fluida yang masuk juga lebih sedikit dan mengakibatkan

    turunnya nilai pressure drop.

    5.3 Perbandingan P Design dan Aktual Tube

    Gambar 4.7. Perbandingan Pt Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    1.6

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    P(kgf/cm2

    )

    Day

    Ps Design vs Ps Aktual Periode Oktober 2015

    Ps Design

    Ps Aktual

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Pt(kgf/cm2

    )

    Day

    Pt Design vs Pt Aktual Periode Agustus 2015

    Pt Design

    Pt Aktual

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    26/36

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    27/36

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    28/36

    28Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Gambar 4.12. Perbandingan Efisiensi Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

    Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa efisiensi dari exchanger ini lebih rendah

    dari efisiensi desainnya. Hal ini juga berhubungan dengan kapasitas fluida yang masuk dalam

    exchanger. Ketika pada desain awal, kapasitas fluida yang masuk didesain pada kapasitas

    maksimum. Namun pada keadaan actual, kapasitas fluida yang masuk exchanger tidak sebesar

    kapasitas desain. Kebutuhan panas dari kapasitas desain dan actual yang berbeda menyebabkan

    efisiensi exchanger pada keadaan actual lebih kecil dari desain.

    Dari hasil analisis, terlihat bahwa Rd dan pressure drop saling berhubungan dan nilai

    keduanya dipengaruhi oleh kapasitas fluida yang masuk ke exchanger. Ketika fluida yang

    masuk ke exchanger jumalhnya lebih besar, maka pengotor yang terbawa juga lebih banyak,

    menyebabkan terbentuknya fouling lebih besar. Fouling yang terbentuk menyebabkan

    pengendapan pada permukaan transfer panas sehingga ketika fluida mengalir melewati

    permukaan yang kasar ini akan menurunkan nilai tekanan sehingga memperbesar pressure

    drop.

    87

    88

    89

    90

    91

    92

    93

    94

    95

    96

    9798

    99

    100

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Efisiensi(%)

    Day

    Efisiensi Design vs Efisiensi Aktual Periode

    Oktober 2015

    Efisiensi Design

    Efisiensi Aktual

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    29/36

    29Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Nilai Rd yang meningkat pada bulan Agustus dapat disebabkan oleh adanya

    fouling yang terbentuk akibat kapasitas fluida yang lebih besar. Nilai Rd

    tertinggi adalah 0,002 h.m2.oC/kcal dengan nilai Rd desain sebesar 0,0011

    h.m2.oC/kcal.

    2. Nilai pressure drop pada shell dan tube pada bulan Agustus lebih besar

    daripada bulan September dan Oktober. Hal ini dapat disebabkan oleh

    kapasitas fluida yang masuk exchanger lebih besar pada bulan Agustus.

    3. Nilai pressure drop pada shell dan tube masih dalam batas yang diizinkan. Di

    mana pada shell, nilai pressure drop tertinggi adalah 1,61 kg/cm2 g,

    sedangkan nilai pressure drop maksimum yang diizinkan dari desain adalah

    2,5 kg/cm2g. Sedangkan pada tube, nilai pressure drop tertinggi adalah 1,13

    kg/cm2

    g, sedangkan nilai pressure drop maksimum yang diizinkan daridesain adalah 2,8 kg/cm2g.

    4. Efisiensi dari heat exchanger 13-E-101 masih dalam rentang yang baik.

    Efisiensi terendah yang dicapai adalah 85%. Nilai ini masih dianggap cukup

    baik dan performa exchanger masih cukup layak untuk beroperasi.

    5.1 Saran

    Saran yang diberikan dari hasil analisis performa heat exchanger 11-E-101:

    1. Pada bulan Agustus, performa heat exchanger menurun, namun pada bulan

    September dan Oktober performa heat exchanger sudah kembali membaik.

    Sebaiknya pembersihan heat exchanger ini tetap dilakukan secara berkala

    agar performanya tidak turun lagi.

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    30/36

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    31/36

    31Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    LAMPIRAN

    Data Aktual Heat Exchanger 13-E-101 Periode AgustusOktober 2015

    Tanggal Shell Tube

    Kapasitas

    (ton/h)

    In (o

    C) Out (o

    C) Kapasitas

    (ton/h)

    In (o

    C) Out (o

    C)

    8/1/2015 237031 409.13 364.01 209219.3 291.02 345.25

    8/2/2015 236108.8 409.15 363.25 208727.3 289.75 344.31

    8/3/2015 235451.5 409.13 363.04 208838.5 290.05 343.92

    8/4/2015 235276.5 408.99 363.35 208778.5 290.13 343.90

    8/5/2015 234317.4 409.13 363.19 205160.7 290.53 344.29

    8/6/2015 235244 408.96 361.91 208779.8 288.61 343.84

    8/7/2015 236094 408.84 361.40 206669.5 287.86 343.82

    8/8/2015 236554.4 408.78 361.38 209957.1 288.13 343.34

    8/9/2015 235402.9 408.67 360.65 209693.9 286.66 342.50

    8/10/2015 234949.5 408.72 360.56 209855.8 286.85 342.52

    8/11/2015 234271.8 408.85 360.01 210175.9 285.89 342.07

    8/12/2015 235776.2 408.82 361.66 214273.6 289.06 343.90

    8/13/2015 236393.6 409.02 362.00 210395.6 290.11 344.47

    8/14/2015 236922.2 408.97 362.84 212198.7 292.20 345.98

    8/15/2015 237260.8 409.04 362.91 210290.1 292.55 346.74

    8/16/2015 237820.3 409.24 363.17 210286.7 293.65 347.53

    8/17/2015 236901.8 409.34 362.24 209812.3 292.01 347.16

    8/18/2015 237792.3 409.41 363.02 209957.6 294.28 348.63

    8/19/2015 237930.6 409.57 363.46 211559.4 294.78 349.10

    8/20/2015 235833.2 409.69 363.21 208672 293.90 348.66

    8/21/2015 234994.7 409.74 362.12 210079.1 291.94 347.28

    8/22/2015 235205 409.72 362.61 208723 292.29 346.93

    8/23/2015 236102.6 409.64 363.57 209120.5 293.43 346.97

    8/24/2015 233158.3 409.29 362.19 208222.2 291.08 345.20

    8/25/2015 233294.3 409.68 363.72 208621.8 292.94 346.07

    8/26/2015 235548.9 410.60 362.93 211391.6 290.37 344.91

    8/27/2015 231993.7 408.69 358.38 209508.7 282.92 340.41

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    32/36

    32Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    8/28/2015 228830.4 408.87 356.52 204928.1 280.00 339.01

    8/29/2015 223584.8 409.10 355.26 201387.9 276.83 338.28

    8/30/2015 196422 404.84 346.75 176185 271.36 336.75

    8/31/2015 194390.1 406.49 350.77 173208.5 279.53 343.09

    9/1/2015 190685.8 407.36 352.03 168445.3 281.93 345.18

    9/2/2015 179887.1 405.88 351.08 149086.2 284.92 347.44

    9/3/2015 160969.2 401.04 345.75 138459.7 284.22 346.89

    9/4/2015 181181 404.95 351.28 156914.1 286.73 348.30

    9/5/2015 207905.3 408.20 356.19 183950.4 287.12 347.92

    9/6/2015 208959.5 408.16 357.86 184341.1 290.48 349.60

    9/7/2015 220693.3 408.85 359.08 195400 290.58 348.77

    9/8/2015 228587.3 409.42 360.32 202928.2 290.50 348.35

    9/9/2015 220403.1 408.99 359.35 194557.4 290.07 348.43

    9/10/2015 215643.8 408.97 358.84 190801.4 289.40 347.87

    9/11/2015 216380 409.05 358.69 198556.2 288.37 346.97

    9/12/2015 216538.9 408.98 359.07 191414.6 288.88 346.92

    9/13/2015 219678.2 409.30 359.90 192432.2 289.83 347.42

    9/14/2015 220116.1 409.19 359.63 192622.1 289.33 346.90

    9/15/2015 219249.8 409.33 360.16 192384.2 289.83 346.65

    9/16/2015 214388.3 408.89 359.65 188888.4 290.28 347.31

    9/17/2015 211236.1 408.22 358.67 184112.2 289.06 346.32

    9/18/2015 208409.2 408.05 357.42 181536.7 287.13 345.20

    9/19/2015 197156.1 407.29 356.54 171976.1 289.52 347.30

    9/20/2015 200372.7 408.11 357.82 174284.6 290.31 347.89

    9/21/2015 194308.1 407.10 355.25 169074.8 286.84 346.19

    9/22/2015 190284.3 406.69 354.95 165050.8 287.41 346.54

    9/23/2015 190746.9 406.21 355.83 170313.1 289.17 347.25

    9/24/2015 191125 406.32 356.23 164833.4 289.42 346.97

    9/25/2015 192168.7 406.25 356.50 162172.9 290.07 347.63

    9/26/2015 191993.5 406.16 356.47 165670.8 289.56 347.18

    9/27/2015 191890.3 406.24 356.22 165676.2 288.88 346.75

    9/28/2015 192879.7 406.41 356.81 166425.9 289.80 346.78

    9/29/2015 192949.2 406.34 357.52 166523.2 290.56 347.29

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    33/36

    33Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    9/30/2015 193021.1 406.38 357.91 163958.3 291.22 347.17

    10/1/2015 193398.4 406.34 358.28 166634.4 291.45 347.50

    10/2/2015 192337.9 406.28 358.09 161544.9 291.74 347.64

    10/3/2015 191763 406.20 358.10 164748.3 290.84 347.14

    10/4/2015 191124.8 406.08 358.25 163129.9 292.63 348.07

    10/5/2015 195146.9 406.41 359.85 164883.4 294.79 349.17

    10/6/2015 186963.6 406.89 359.98 158709.2 295.14 350.36

    10/7/2015 183485.1 406.12 359.93 157038 296.43 351.21

    10/8/2015 181506.2 405.80 360.82 154952.2 298.86 352.42

    10/9/2015 182000.8 405.74 361.46 151164.9 299.96 352.75

    10/10/2015 182460.8 404.92 361.39 155118 300.49 352.77

    10/11/2015 182988.3 404.70 361.15 155230.7 299.98 352.34

    10/12/2015 182693.7 404.72 361.42 151673.5 299.80 352.07

    10/13/2015 183904.8 404.89 361.94 155520.4 299.99 352.19

    10/14/2015 184106.5 405.04 362.09 152412.2 300.66 352.39

    10/15/2015 184997.4 405.08 361.54 156906.5 300.01 352.58

    10/16/2015 190367.8 406.62 361.19 161430 297.79 351.65

    10/17/2015 191196.5 406.88 360.96 164197.1 297.78 351.92

    10/18/2015 185817.6 405.54 359.31 159609.3 297.06 351.45

    10/19/2015 195661.1 405.57 359.80 168561.3 295.00 349.24

    10/20/2015 196540.8 406.35 360.96 169471.9 296.48 350.55

    10/21/2015 190004.5 405.99 360.05 157882.9 296.02 350.52

    10/22/2015 190100.9 405.93 360.05 164302.5 295.83 350.39

    10/23/2015 188354 405.90 360.19 163837.3 295.72 349.98

    10/24/2015 188523.4 405.76 360.11 163855.9 296.07 349.37

    10/25/2015 188467.5 405.92 360.14 163675.7 295.80 349.47

    10/26/2015 191611 406.22 360.01 166586 294.01 348.35

    10/27/2015 199019.1 406.57 360.31 172774.9 294.22 348.01

    10/28/2015 199669.6 407.00 361.73 173189.6 296.53 349.27

    10/29/2015 199771.4 407.03 362.09 173150.1 297.11 349.26

    10/30/2015 199404.5 406.96 362.05 172691.2 296.62 349.00

    10/31/2015 199929.5 406.90 362.19 172476.7 297.01 349.47

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    34/36

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    35/36

    35Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    8/29/2015 217.1317 161.5076 0.001586 1.430853 0.993133 92.97211

    8/30/2015 171.016 156.4012 0.000546 1.10906 0.75694 91.31581

    8/31/2015 171.6294 159.3095 0.000451 1.084152 0.737944 91.92045

    9/1/2015 168.2815 156.9655 0.000428 1.042488 0.6998 91.32563

    9/2/2015 152.0736 145.8004 0.000283 0.92849 0.549923 85.53196

    9/3/2015 139.4818 146.1771 0.000328 0.745988 0.473965 88.15626

    9/4/2015 158.9754 155.3784 0.000146 0.942104 0.610172 89.87260

    9/5/2015 204.1496 168.5535 0.001034 1.237155 0.838561 93.56072

    9/6/2015 206.1384 168.6968 0.001077 1.249031 0.844699 93.77847

    9/7/2015 218.212 172.3474 0.00122 1.392354 0.948678 93.62011

    9/8/2015 226.4303 174.8392 0.001303 1.492844 1.022879 94.59688

    9/9/2015 217.2298 170.457 0.001263 1.388509 0.940031 93.85411

    9/10/2015 212.5443 166.544 0.0013 1.329431 0.903412 93.31059

    9/11/2015 218.5399 171.2779 0.001263 1.338562 0.977195 96.57402

    9/12/2015 212.898 163.7043 0.001411 1.340379 0.908424 92.97261

    9/13/2015 214.9929 163.6713 0.001458 1.37899 0.918914 92.35033

    9/14/2015 214.9624 162.9987 0.001483 1.384673 0.920166 91.94567

    9/15/2015 214.6519 160.1283 0.001586 1.373487 0.918032 91.69668

    9/16/2015 210.772 160.2947 0.001494 1.313659 0.885566 92.28485

    9/17/2015 205.3482 156.2013 0.001532 1.276012 0.840226 91.08805

    9/18/2015 201.6555 154.2842 0.001523 1.242692 0.815379 90.35145

    9/19/2015 174.6687 152.4215 0.000836 1.112714 0.73374 89.81287

    9/20/2015 177.5422 153.1062 0.000899 1.148521 0.7542 90.07958

    9/21/2015 170.9165 151.2045 0.000763 1.081348 0.707569 90.09643

    9/22/2015 167.1423 148.9373 0.000731 1.037264 0.674664 89.65329

    9/23/2015 171.8618 153.4472 0.000698 1.042155 0.719441 93.09819

    9/24/2015 167.7116 146.4937 0.000864 1.046105 0.673882 89.60798

    9/25/2015 166.1258 145.484 0.000854 1.057491 0.65282 88.31095

    9/26/2015 168.624 147.7977 0.000836 1.055603 0.680892 90.50379

    9/27/2015 168.3562 147.3334 0.000848 1.054532 0.68048 90.35189

    9/28/2015 169.383 145.9104 0.00095 1.065164 0.687049 89.64516

    9/29/2015 169.7809 146.0956 0.000955 1.065692 0.68838 90.68538

    9/30/2015 167.9192 141.9866 0.001088 1.066328 0.667559 88.69131

  • 7/23/2019 Laporan He 101 Weinda Hartiwi

    36/36

    10/1/2015 170.2377 144.8635 0.001029 1.070378 0.689761 90.89463

    10/2/2015 166.0947 140.7919 0.001082 1.058757 0.648437 88.11737

    10/3/2015 168.1949 143.1036 0.001042 1.052461 0.673836 90.94019

    10/4/2015 167.3959 142.5616 0.001041 1.045456 0.661752 89.48242

    10/5/2015 170.4121 142.8849 0.001131 1.089205 0.677397 89.24282

    10/6/2015 164.2177 140.7581 0.001015 0.999575 0.628198 90.38556

    10/7/2015 162.6178 141.6374 0.000911 0.962974 0.615842 91.78441

    10/8/2015 161.3753 140.3029 0.000931 0.942118 0.600927 91.93962

    10/9/2015 158.7702 135.9118 0.001059 0.947069 0.572408 89.56294

    10/10/2015 162.1331 139.8774 0.000981 0.952131 0.602943 92.31557

    10/11/2015 162.1043 139.6134 0.000994 0.957787 0.603473 92.23428

    10/12/2015 159.0962 135.3297 0.001104 0.954613 0.575976 90.64598

    10/13/2015 162.5335 138.1446 0.001086 0.967087 0.605677 92.96876

    10/14/2015 160.2751 134.7976 0.001179 0.969113 0.58202 90.18927

    10/15/2015 163.9538 141.0654 0.00099 0.978685 0.616675 92.61217

    10/16/2015 168.0086 143.2071 0.001031 1.035962 0.651486 90.93371

    10/17/2015 170.4466 146.7044 0.000949 1.045001 0.674119 91.58511

    10/18/2015 165.287 145.4778 0.000824 0.988005 0.636512 91.40549

    10/19/2015 173.4579 147.1474 0.001031 1.095257 0.708077 92.32695

    10/20/2015 175.0969 148.5338 0.001021 1.104416 0.716961 92.89170

    10/21/2015 164.3659 140.3761 0.00104 1.03262 0.622071 89.14651

    10/22/2015 169.4207 145.9469 0.000949 1.033692 0.673555 92.95373

    10/23/2015 168.575 143.9829 0.001013 1.014739 0.669538 93.38306

    10/24/2015 168.5554 141.3226 0.001143 1.016635 0.669584 91.76736

    10/25/2015 168.3746 141.7578 0.001115 1.01597 0.668048 92.08701

    10/26/2015 170.6671 142.4251 0.001162 1.050093 0.690792 92.45499

    10/27/2015 194.5898 145.2846 0.001744 1.132622 0.743013 91.30241

    10/28/2015 196.1032 144.8103 0.001806 1.139331 0.748207 91.39807

    10/29/2015 196.2657 143.3258 0.001882 1.140336 0.748131 90.96061

    10/30/2015 195.5868 142.8677 0.001887 1.136195 0.743827 91.36265

    10/31/2015 195.7652 143.8304 0.001844 1.142149 0.742372 91.54498