laporan kasus kelompok anestesi
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
1/39
Laporan Kasus Kelompok
Anestesi Umum
Pada Pasien dengan Diagnosis SOL setinggi T2-3
Disusun Oleh:
Eza Nia Pratiwi
Poppy Zindi Hana Desti
Suci Martha Dani
Nori Purnama
Pembimbing :
dr. Sutantri Edi Prabowo, Sp.An
dr. Sony, Sp.An
dr. Dino, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVEERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
2/39
BAB I
PENDAHULUAN
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi lesi ini akan meningkatkan tekanan intrakranial.1
Tumor, hematom, dan abses merupakan suatu massa yang dapat
menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinalis atau dapat langsung menekan
vena-vena besar yang ada di otak, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
intrakranial. Kranium merupakan tempat yang kaku, dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Adapun efek yang dapat di timbulkan akibat peningkatan tekanan intrakranial
berupa iskemia otak, dan juga akan mengganggu aliran darah ke otak sehingga
fungsi otak juga akan terganggu. Kisaran nilai tekanan intrakranial (intracranial
pressure/ ICP) normal bervariasi sesuai dengan usia. Sebagai respon terhadap
peningkatan volume intrakranial, kompensasi awal yang terjadi melalui
perpindahan cairan serebrospinal dari ventrikel ke ruang subaraknoid serebral,
dan meningkatkan penyerapan cairan serebrospinal. Peningkatan tekanan
intrakranial biasanya disebabkan oleh peningkatan volume otak (edema serebral),
darah (perdarahan intrakranial), lesi desak ruang, atau cairan serebrospinal
(hidrosefalus).2
Angka kejadian lesi desak ruang ( space occupying lesion/SOL) pada
tahun 2010 di Moudsly Hospital di Negara Inggris didapatkan bahwa 32,7 %
pasien dengan tumor serebral tidak memiliki riwawat trauma sebelumnya
.1
Olehkarena efek yang ditimbukan akibat adanya lesi desak ruang ini sangat berbahaya
terutama pada fungsi otak, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan gejala-gejala, komplikasi dan penatalaksaan yang
sesuai untuk pasien- pasien yang mengalami lesi desak ruang tersebut.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
3/39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari
rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi
darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai
naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-
hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada
tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari
cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar,
meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-
tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung
pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang
ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan
keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang
diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada
timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
4/39
kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum
melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk
menegakkan diagnose.
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak,
cairan serebrospinal (CSS) dan darah yang masing-masing tidak dapat diperas.
Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum.
Ia juga memiliki tentorium yang kaku yang memisahkan hemisfer serebral dari
serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium.
Sirkulasi cairan serebrospinal
Produksi
CSS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, tiga dan
empat, dimana ventrikel lateral merupakan bagian terpenting. 70 % CSS
diproduksi disini dan 30 % sisanya berasal dari struktur ekstrakhoroidal seperti
ependima dan parenkhima otak.
Pleksus khoroid dibentuk oleh invaginasi piamatervaskuler (tela
khoroidea) yang membawa lapisan epitel pembungkus dari lapis ependima
ventrikel. Pleksus khoroid mempunyai permukaan yang berupa lipatan-lipatan
halus hingga kedua ventrikel lateral memiliki permukaan 40 m2. Mereka terdiri
dari jaringan ikat pada pusatnya yang mengandung beberapa jaringan kapiler
yang luas dengan lapisan epitel permukaan sel kuboid atau kolumner pendek.Produksi CSS merupakan proses yang kompleks. Beberapa komponen plasma
darah melewati dinding kapiler dan epitel khoroid dengan susah payah, lainnya
masuk CSS secara difusi dan lainnya melalui bantuan aktifitas metabolik pada sel
epitel khoroid. Transport aktif ion ion tertentu (terutama ion sodium) melalui sel
epitel, diikuti gerakan pasif air untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
antara CSS dan plasma darah.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
5/39
Sirkulasi Ventrikuler
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem
ventrikuler, dari ventrikel lateral melalui foramen Monro (foramen
interventrikuler) keventrikel tiga, akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini
keluar melalui foramina diatap ventrikel keempat kesisterna magna.
Sirkulasi Subarakhnoid
Sebagian cairan menuju rongga subarakhnoid spinal, namun kebanyakan
melalui pintu tentorial (pada sisterna ambien) sekeliling otak tengah untuk
mencapai rongga subarakhnoid diatas konveksitas hemisfer serebral.
Absorpsi
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villaarakhnoid adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural
dan vena epidural; mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang
terletak antara CSS dan darah vena pada villi. Villi merupakan katup yang
sensitif tekanan hingga aliran padanya adalah satu arah. Bila tekanan CSS
melebihi tekanan vena, katup terbuka, sedang bila lebih rendah dari tekanan vena
maka katup akan menutup sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus
kerongga subarakhnoid. Secara keseluruhan, kebanyakan CSS dibentuk di
ventrikel lateral dan ventrikel keempat dan kebanyakan diabsorpsi di sinus
sagittal. Dalam keadaan normal, terdapat keseimbangan antara pembentukan dan
absorpsi CSS. Derajat absorpsi adalah tergantung tekanan dan bertambah bila
tekanan CSS meningkat. Sebagai tambahan, tahanan terhadap aliran tampaknya
berkurang pada tekanan CSS yang lebih tinggi dibanding tekanan normal. Ini
membantu untuk mengkompensasi peninggian TIK dengan meningkatkan aliran
dan absorpsi CSS. Hampir dapat dipastikan bahwa jalur absorptif adalah bagian
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
6/39
dari villi arakhnoid, seperti juga lapisan ependima ventrikel dan selaput saraf
spinal; dan kepentingan relatifnya mungkin bervariasi tergantung pada TIK dan
patensi dari jalur CSS secara keseluruhan. Sebagai tambahan atas jalur utama
aliran CSS, terdapat aliran CSS melalui otak, mirip dengan cara cairan limfe.
Cara ini kompleks dan mungkin berperan dalam pergerakan dan pembuangan
cairan edem serebral pada keadaan patologis.
Volume Otak
Rata-rata berat otak manusia sekitar 1400 g, sekitar 2 % dari berat badan
total. Volume glial sekitar 700-900 ml dan neuron-neuron 500-700 ml. Volume
cairan ekstraselular (ECF) sangat sedikit. Sebagai perkiraan, glia dan neuron
mengisi 70 % kandung intrakranial, dimana masing-masing 10% untuk CSS,
darah dan cairan ekstraselular. Perubahan otak sendiri mungkin bertanggung-
jawab dalam peninggian kandung intrakranial. Contoh paling jelas adalah pada
tumor otak seperti glioma. Disamping itu, penambahan volume otak sering secara
dangkal dikatakan sebagai edema otak dimana maksudnya adalah pembengkakan
otak sederhana. Penggunaan kata edema otak harus dibatasi pada penambahan
kandung air otak. Otak mengandung kandung air yang tinggi: 70 % pada
substansi putih dan 80% pada substansi kelabu yang lebih seluler. Kebanyakan
air otak adalah (80%) intraseluler. Volume normal cairan ekstraseluler kurang
dari 75 ml, namun bertambah hingga mencapai 10% volume intra- kranial.
Rongga ekstraseluler berhubungan dengan CSS via ependima. Air otak berasal
dari darah dan akhirnya kembali kesana juga. Relatif sedikit air otak yang
berjalan melalui jalur lain, yaitu melalui CSS.
Autoregulasi
Fenomena autoregulasi cenderung mempertahankan CBF pada tekanan
darah rata-rata antara 50-160 mmHg. Dibawah 50 mmHg CBF berkurang
bertahap, dan diatas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh serebral dan
peninggian TIK. Autoregulasi sangat terganggu pada misalnya cedera kepala .
Karena peninggian CBV berperan meninggikan TIK, penting untuk mencegah
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
7/39
hipertensi arterial sistemik seperti juga halnya mencegah syok pada cedera kepala
berat. Pengobatan hipertensi sedang yang sangat agresif atau koreksi hipotensi
yang tidak memadai bisa berakibat gawat, terutama pada pasien tua.
Hubungan antara tekanan dan voluime
Karena sutura tengkorak telah mengalami fusi, volume intra kranial total
tetap konstan. Isi intrakranial utama adalah otak, darah dan CSS yang masing-
masing tak dapat diperas. Karenanya bila volume salah satu bertambah akan
menyebabkan peninggian TIK kecuali terjadi reduksi yang bersamaan dan ekual
volume lainnya. TIK normal pada keadaan istirahat adalah 10 mmHg (136
mmH2O). Sebagai pegangan , tekanan diatas 20 mmHg adalah abnormal, dan
diatas 40 mmHg dikategorikan sebagai peninggian yang parah. Semakin tinggi
TIK pada cedera kepala, semakin buruk outcomenya.
Konsekuensi dari lesi desak ruang
Bila timbul massa yang baru didalam kranium seperti tumor, abses atau
bekuan darah, pertama-tama ia akan menggeser isi intrakranial normal.
Doktrin Monro-Kellie
Konsep vital terpenting untuk mengerti dinamika TIK. Dinyatakan bahwa
volume total isi intrakranial harus tetap konstan. Ini beralasan karena kranium
adalah kotak yang tidak ekspansil. Bila V adalah volume, maka
VOtak+ VCSS+ VDarah+ V Massa= Konstan
Karena ukuran lesi massa intrakranial, seperti hematoma, bertambah,
kompensasinya adalah memeras CSS dan darah vena keluar. Tekanan intrakranial
tetap normal. Namun akhirnya tak ada lagi CSS atau darah vena yang dapat
digeser, dan mekanisme kompensasi tak lagi efektif. Pada titik ini, TIK mulai
naik secara nyata, bahkan dengan penambahan sejumlah kecil ukuran massa
intrakranial. Karenanya TIK yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya lesi massa.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
8/39
Pergeseran CSS
CSS dapat dipaksa dari rongga ventrikel dan subarakhnoid kerongga
subarakhnoid spinal melalui foramen magnum. Rongga subarakhnoid spinal
bersifat distensibel dan mudah menerima CSS ekstra. Namun kemampuan ini
terbatas oleh volume CSS yang telah ada dan oleh kecenderungan jalur CSS
untuk mengalami obstruksi. Sekali hal ini terjadi, produksi CSS diatas bendungan
yang tetap berlangsung akan menambah peninggian TIK.
Jalur subarakhnoid mungkin terbendung di tentorium atau foramen
magnum. Jalur CSS intraventrikular mungkin terbendung pada ventrikel tiga atau
akuaduktus yang akan menyebabkan temuan yang khas pada sken CT dimana
ventrikel lateral kolaps pada sisi massa, sedangkan ventrikel lateral disisi
berlawanan akan tampak distensi.
Pergeseran Volume Otak
Pergeseran otak sendiri oleh lesi massa hanya dapat terjadi pada derajat
yang sangat terbatas. Pada tumor yang tumbuh lambat seperti meningioma,
pergeseran otak mungkin sangat nyata, terdapat kehilangan yang jelas dari
volume otak, mungkin akibat pengurangan cairan ekstraselular dan kandung
lemak otak sekitar tumor. Bagaimanapun dengan massa yang meluas cepat, otak
segera tergeser dari satu kompartemen intrakranial ke kompartemen lainnya atau
melalui foramen magnum.
Bila massa terus membesar, volume yang dapat digeser terpakai semua
dan TIK mulai meningkat. Selama fase kompensasi, terjadi penggantian volume
yang hampir ekual dan sedikit saja perubahan pada TIK. Pada titik dekompensasi,
peninggian volume selanjutnya akan menyebabkan penambahan tekanan yang
makin lama makin besar. Peninggian TIK yang persisten diatas 20 mmHg
tampaknya berhubungan dengan peninggian tahanan aliran CSS. Hasil CT
menampakkan bagian yang tahanannya meningkat adalah pada tentorium.
Karenanya temuan CT yang menampakkan obliterasi sisterna perimesensefalik
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
9/39
merupakan bukti penting bahwa TIK meninggi atau pertanda bahwa bahaya
segera datang.
Perlu disadari bahwa segala sesuatu yang mencegah atau menghalangi
pergeseran volume kompensatori akan menyebabkan peningkatan TIK yang lebih
segera. Misalnya tumor fossa posterior adalah merupakan lesi massa sendiri,
namun juga memblok aliran CSS dari ventrikel atau melalui foramen magnum.
Karenanya volume CSS bertambah dan kompensasi untuk massa tumornya
sendiri akan terbatas. Selanjutnya penderita dengan massa yang terus meluas
akan mendadak sampai pada titik dekompensasi bila aliran vena serebral dibatasi
oleh peninggian tekanan vena jugular akibat kompresi leher atau obstruksipernafasan.
Perubahan volume sendiri bersifat penjumlahan. Efek tumor otak akan
sangat meningkat oleh edema otak. Pada banyak keadaan klinis, perubahan
volume sangat kompleks. Ini terutama pada cedera kepala dimana mungkin
terdapat bekuan darah, edema otak serta gangguan absorpsi CSS akibat
perdarahan subarakhnoid atau perdarahan intraventrikuler. Mungkin dapat
ditambahkan vasodilatasi akibat hilangnya autoregulasi atau hiperkarbia.
Walau urut-urutan kejadian berakibat perubahan yang terjadi dengan
peninggian TIK progresif karena sebab apapun, hubungan antara tingkat TIK dan
keadaan neurologik juga tergantung pada tingkat perubahan dan adanya
pergeseran otak. Tumor tumbuh lambat seperti meningioma mungkin tumbuh
hingga ukuran besar tanpa adanya tanda peninggian TIK. Sebaliknya hematoma
ekstradural akut yang lebih kecil mungkin menyebabkan kompresi otak yangberat dan cepat.
Untuk lesi yang membesar cepat seperti hematoma epidural, perjalanan
klinik dapat diprediksi dari hubungan volume-tekanan yang sudah dijelaskan
terdahulu. Pada tahap awal ekspansi massa intrakranial, perubahan TIK sedikit
dan pasien tetap baik dengan sedikit gejala. Bila massa terus membesar,
mekanisme kompensasi berkurang dan TIK meningkat. Pasien mengeluh nyeri
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
10/39
kepala yang memburuk oleh faktor-faktor yang menambah TIK seperti batuk,
membungkuk atau berbaring terlentang, dan kemudian menjadi mengantuk.
Penderita menjadi lebih mengantuk. Kompresi atau pergeseran batang otak
menyebabkan peninggian tekanan darah, sedang denyut nadi dan respirasi
menjadi lambat.
Dengan ekspansi dan peninggian TIK selanjutnya, pasien menjadi tidak
responsif. Pupil tak berreaksi dan berdilatasi, serta tak ada refleks batang otak.
Akhirnya fungsi batang otak berhenti. Tekanan darah merosot, nadi lambat,
respirasi menjadi lambat dan tak teratur serta akhirnya berhenti.
TIK DAN Pergeseran Otak
Transtentorial
Lateral
Massa yang terletak lebih kelateral menyebabkan pergeseran bagian
medial lobus temporal (unkus) melalui hiatus tentorial serta akan menekan batang
otak secara transversal. Saraf ketiga terkompresi menyebabkan dilatasi pupil
ipsilateral. Penekanan pedunkel serebral menyebabkan hemiparesis kontralateral.
Pergeseran selanjutnya menekan pedunkel serebral yang berseberangan terhadap
tepi tentorial menyebabkan hemiparesis ipsilateral hingga terjadi kuadriparesis.
Sebagai tambahan, pergeseran pedunkel yang berseberangan pada tepi tentorial
sebagai efek yang pertama akan menyebabkan hemiparesis ipsilateral. Indentasi
pedunkel serebral ini disebut 'Kernohan's notch'. Arteria serebral posterior
mungkin tertekan pada tepi tentorial, menyebabkan infark lobus oksipital dengan
akibat hemianopia.
Sentral
Bila ekspansi terletak lebih disentral seperti tumor bifrontal, masing-
masing lobus temporal mungkin menekan batang otak. Kompresi tektum
berakibat paresis upward gazedan ptosis bilateral.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
11/39
Tonsilar
Mungkin merupakan tahap akhir kompresi otak supra-tentorial progresif,
dan menampakkan tahap akhir dari kegagalan batang otak. Kadang-kadang pada
tumor fossa posterior, herniasi tonsilar berdiri sendiri, menyebabkan tortikolis,
suatu refleks dalam usaha mengurangi tekanan pada medulla. Kesadaran
mungkin tidak terganggu, namun gangguan respirasi terjadi berat dan cepat.
Subfalsin
Pergeseran permukaan medial hemisfer (girus singulata) didekat falks
mungkin menekan arteria serebral anterior menimbulkan paralisis tungkai
kontralateral. Ini jarang ditemukan berdiri sendiri.
Gambaran Klinik (Tr ias Klasik)
Trias nyeri kepala, edema papil dan muntah secara umum dianggap
sebagai karakteristik peninggian TIK. Namun demikian, dua pertiga pasien
dengan lesi desak ruang memiliki semua gambaran tersebut, sedang kebanyakan
sisanya umumnya dua. Walau demikian, tidak satupun dari ketiganya khas untuk
peninggian tekanan, kecuali edema papil, banyak penyebab lain yang
menyebabkan masing-masing berdiri sendiri dan bila mereka timbul bersama
akan memperkuat dugaan adanya peninggian TIK.
Simptomatologi peninggian TIK tergantung lebih banyak pada penyebab
daripada tingkat tekanan yang terjadi. Tak ada korelasi yang konsisten antara
tinggi tekanan dengan beratnya gejala.
LESI DESAK RUANG (SOL) BERDASARKAN LOKASI
Berdasarkan lokasinya lesi desak ruang (SOL) dapat dibedakan menjadi
SOL yang terletak di Supratentorium dan SOL yang terletak di Infratentorium.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
12/39
TUMOR OTAK
A. Definisi
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-
sel otak atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor
otak dapat dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna).
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,
tetapi tidak ganas.
Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusupdan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) - ia berasal atau penyebaran
dari organ tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara, tulang, kulit dan
organ tubuh lainnya.
Tumor otak primer bermula dan terbentuk di dalam otak. Tumor tersebut
mungkin tumbuh dan terbentuk di suatu tempat yang kecil atau ia dapat meluas
ke daerah-daerah sekitar yang berdekatan. Tumor sekunder (metastatik) bermula
atau tumbuh di tempat lain dan kemudiannya menyebar melalui saluran darah ke
otak untuk membentuk tumor otak sekunder (tempat asalnya ialah kanker paru-paru, payudara, usus, kulit dan lain-lain). Tumor otak metastasis merupakan
komplikasi neurologis yang paling sering dari kanker sistemik.
B. Lokasi Tumor Otak
Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor terbanyak
adalah glioma, metastase dan meningioma. Pada anak-anak 60 persen terjadi
infratentorial. Medulloblastoma dan astrositoma serebelar adalah predominan.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
13/39
C. Patologi Tumor Otak
Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 'ganas', namun
istilah ini tidak dapat langsung dibandingkan dengan tumor yang terjadi
ekstrakranial. Tumor intrakranial jinak mempunyai efek merusak karena ia
berkembang di dalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Astrositoma jinak
bisa menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk
pengangkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang kritis yang bahkan
mencegah pengangkatan parsial sekalipun.Tumor intrakranial ganas berarti
pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah,
mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Namun metastasis kedaerah
ekstrakranial jarang terjadi.
D. Insidensi dan prevalensi
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap
tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai
10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum.
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1 (3-12 tahun), sedangkan
pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000
populasi per tahun. Lebih sedikit pasien dengan tumor metastatik yang datang ke
pusat bedah saraf,walau insidens sebenarnya harus sebanding, bahkan melebihi
tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer terjadi pada anak-anak di bawah
usia 15 tahun.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
14/39
Sekitar 15-20% pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak
metastasis. Insiden dari tumor ini + 4.1-11.1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden
tumor otak metastasis meningkat sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik
yang memperpanjang angka harapan hidup, semakin banyaknya populasi lanjut
usia, meningkatnya insiden kanker paru dan melanoma dan kemampuan MRI
dalam mendeteksi metastasis berukuran kecil. Saat ini tumor otak metastasis
dianggap sebagai tumor intrakranial yang tersering dengan ratio 10:1
dibandingkan dengan tumor otak primer.
Enampuluh sampai delapan puluh % tumor otak metastasis pada orang
dewasa berasal dari paru, payudara, melanoma, kolon dan ginjal. Tumor primeryang tersering adalah paru (40-60%), diikuti oleh payudara, melanoma, kolon dan
ginjal dengan insiden relatif 10%, 3.5%, 2.8% dan 1.2% Umur saat didiagnosis
tumor otak metastasis berkorelasi dengan umur saat tumor primernya didiagnosis.
Paling sering ditemukan pada dekade ke 5 sampai dekade ke 7
Tabel 1. Insidensi tumor otak (Schwartz, Prinsip-prinsip Bedah)
Jenis Tumor Persentase
Glioma
Astrositoma stadium 1
Astrositoma stadium 2
Astrositoma stadium 3 dan 4 (glioblastoma multiformis)
Medulloblastoma
Oligodendroglioma
Ependimoma stadium 1-4
40-50
5-10
2-5
20-30
3-5
1-4
1-3
Meningioma 12-20
Tumor hipofise 5-15
Neurolemoma (terutama saraf VII) 3-10
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
15/39
Tumor metastatik 5-10
Tumor pembuluh darah
Malformasi arteriovenosa, hemangioblastoma,
endothelioma
0,5-1
Tumor defek-defek yang berkembang
Dermoid, epidermoid, teratoma
Kordoma, kista parafiseal
2-3
Kraniofaringioma 3-8
Pinealoma 0,5-0,8
Lain-lain
Sarkoma, papiloma dari pleksus koroid, lipoma, tak
terklasifikasi, dan lain-lain
1-3
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak
pada usia pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua
tumor primer di regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis
spinalis, dan frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain
yang tumbuh di regio ini.
Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding
pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1).
Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria Ependimoma banyak
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda
E. Etiologi dan Patofisiologi Tumor Otak
Etiologi Tumor Otak
Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak diketahui, namun
beberapa tumor, faktor predisposisinya diketahui:
a. Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah radiasi kepala
menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis) memperlihatkan peninggian
insiden tumor jinak maupun ganas; astrositoma, meningioma.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
16/39
b. Substansi-substansi karsinogenik.Bahan-bahan kimia seperti vinyl-chloride
c. Terapi Immunosupressif: Meninggikan insiden limfoma dan tumor
limforetikuler.
d. Neurofibromatosis:Berkaitan dengan peninggian insidens glioma saraf optik
serta meningioma.
e. Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan astrositoma
subependimal.
f. Kelainan genetik : mutasi and delesi genetic tumor suppressor genes seperti
mutasi gen TP53 (sindrom Li-Fraumeni), P16 (sindrom melanoma-glioma),
dan MMAC1 (termutasi pada kanker lanjut). Von Hippel-Lindau syndrome,
Turcot's syndrome.
g. Pasien dengan riwayat melanoma, kanker paru, mammae, colon, atau
h. Kanker ginjal beresiko besar terhadap tumor otak sekunder.
Patofisiologi Tumor Otak
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak
langsung memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat
pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak
(tekanan intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum serebelum
ataupun pangkal otak.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala
gejalanya terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan penderita. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggapdisebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron, misalnya glioblastoma multiforme.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
17/39
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer.Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. massa dalam tengkorak
2. terbentuknya edema sekitar tumor, dan
3. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih
osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikal lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanismekompensasi memerlukan waktu berharihari atau berbulanbulan untuk menjadi
efekif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi selsel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
18/39
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran, dan menekan saraf otak
ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsi serebelum tergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan
henti pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi
akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan
Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO.
A. berdasarkan lokasi
Tumor
Suprat
entoria
l
Cerebral lobe and deep
hemispheric tumor
Gliomas
(astrocyto
ma &
glioblasto
ma)
Sella turcica tumor Meningio
ma
Metastase
Pitutary
adenoma
Cranioph
aryngiom
a
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
19/39
Tumor
Infrate
ntorial
dewasa
anak-anak
Cerebellopontine angle
tumor
Bagian otak lain
Midline tumor
Tumor lobus cerebellum
Acoustic
schwanno
ma
Brainste
m glioma
Metastase
s
Hemangi
oblastom
a
Meningio
ma
Medullob
lastoma
Ependym
oma
Astrocyto
ma
Tabel 2. Prediksi dan topografi tumor otak
Dapat pula kita bagi menjadi letaknya di bagian otak :
1. Hemisfer Serebral
- ekstrinsik: meningioma, sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
- intrinsik : astrositoma, glioblastoma, oligodendroglioma,
ganglioglioma, linfoma, metastasis
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
20/39
2. Hipotalamus
Astrositoma
3. Daerah Seller/Supraseller
adenoma pituitaria, kraniofaringioma, meningioma, glioma saraf optik,
sista episermoid/dermoid
4. Dasar Tengkorak dan Sinus
karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat sinus, telinga /meningitis-
karsinomatosa, khordoma, tumor glomus jugulare, osteoma (mukosel)
5. Sistema ventrikuler
kista koloid, papiloma pleksus khoroid, ependimoma, germinoma,
teratoma, meningioma, pineositoma/pineoblastoma, astrositoma
6. Daerah Pineal
Ependimoma, germinoma, teratoma, meningioma, astrositoma,
pineositoma/pineoblastoma
7. Fossa Posterior
ekstrinsik: neurilemmoma (VIII, V), meningioma , sista
epidermoid/dermoid, kista arakhnoid
intrinsik :metastasis, hemangioblastoma, medulloblastoma *,
astrositoma * serebelum, batang otak
Klasifikasi berdasarkan tumor primer
Jenis Tumor AsalStatus
Keganasan
Persentase
Dari
Semua
Tumor
Yang Sering
Terkena
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
21/39
Otak
Kordoma
Sel saraf dari
kolumna
spinalis
Jinak
tetapi
invasif
Dewasa
Tumor sel germSel-sel
embrionik
Ganas
atau jinak1% Anak-anak
Glioma
(glioblastomamultiformis,
astrositoma,
oligodendtrositoma)
Sel-sel
penyokongotak, termasuk
astrosit &
oligodendrosit
Ganasatau relatif
jinak
65%Anak-anak &
dewasa
HemangioblastomaPembuluh
darahJinak 1-2%
Anak-anak &
dewasa
Meduloblastoma
Sel-sel
embrionikGanas Anak-anak
Meningioma
Sel-sel dari
selaput yg
membungkus
otak
Jinak 20% Dewasa
Osteoma
Tulang
tengkorak Jinak 2&
Anak-anak &
dewasa
OsteosarkomaTulang
tengkorakGanas
Anak-anak &
dewasa
Pinealoma
Sel-sel di
kelenjar
pinealis
Jinak 1% Anak-anak
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
22/39
Adenoma hipofisaSel-sel epitel
hipofisaJinak 2%
Anak-anak &
dewasa
Schwannoma
Sel Schwann
yg
membungkus
persarafan
Jinak 3% Dewasa
Gejala Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini,
karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan
meragukan tapi umumnya berjalan progresif. Baik pada tumor jinak maupun
ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak
mendapat penekanan.
Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul
gejala yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan
berdarah terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada
kanker payudara.
Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan
lokasinya.Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran
yang cukup besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya,
tumor yang berukuran kecilpun bisa menimbulkan efek yang fatal.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
1. Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang
2. Gejala tekanan tinggi intrakranial
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
23/39
3. Gejala tumor otak yang spesifik
Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi,
labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan
progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
a. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan
70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat
dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun
tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi
intrakranial. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena
selama tidur PCO2 arteri serebral meningkat, sehingga mengakibatkan
peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian mempertinggi lagi
tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan intrakranium sejenak karena batuk,
bersin, coitus dan mengejan akan memperberat nyeri kepala.
Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang
bila duduk. Adanya nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai
tumor otak. Nyeri kepala pada tumor otak, terutama ditemukan pada orang
dewasa dan kurang sering pada anak-anak. Pada anak kurang dari 10-12 tahun,
nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah
bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di
daerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
24/39
nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) padapain sensitive structure seperti
dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala
permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
b. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan
biasanya disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di
fossa posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering
tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Frekuensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor.
Pada tumor di fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih
lanjut. Schmidt dan Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih
sering pada tumor yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan bila
tumor terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa
posterior. Bangkitan kejang ditemukan pada 70% tumor otak di korteks, 50%
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
25/39
pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan diketemukan. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat
dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat
teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala
TTIK anpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan
craniopharingioma.
Papil edema
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-
kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu.
Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan
terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan
dan terjadi hidrosefalus interim.
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh euphoria,
tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut.
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontralateral,
kejang fokal
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
26/39
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster- kennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan disartria.
b. Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonymus
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
gyrus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns. Bangkitan
kejang dapat umum atau fokal, hemianopsia homonim, apraksia. Bila
tumor terletak pada lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia
sensorik atau afasia sensorik motorik, agrafia dan finger agnosia.
c. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan
psikomotor atau kejang yang didahului dengan aura atau halusinasi
(auraolfaktorius)
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik
motorik atau disfasia serta hemiparese.
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
27/39
d. Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan (aura berupa kilatan sinar yang tidak berbentuk) dimana
makula masih baik.
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia.
e. Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan
intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan
penurunan kesadaran
f. Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah pontin
angel
g. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
28/39
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
h. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
Gangguan Gerak Pada Tumor Serebelum
Gangguan Keterangan
Tremor intensional Tremor osilasi yang paling jelas pada
akhir gerakan halus
Asinergia Kurangnya kerjasama antara otot-otot
Dekomposisi gerakan Gerakan dilakukan secara terpisah-
pisah bukan sebagai satu gerakan yang
utuh
Dismetria Kesalahan dalam mengarahkan gerakan
Deviasi dari jalur gerakan Salah tujuan gerakan
Disdiadokokinesis Tidak dapat melakukan gerkan yang
bergantian
Nistagmus Osilasi mata yang cepat saat
memandang atau meilah suatu benda
i. Tumor fosa posterior
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.Tumor pada
ventrikel IV dan serebelum akan menggangu sirkulasi cairan serebrospinalis
sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi intrakranial. Keluhan nyeri
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
29/39
kepala, muntah dan papil edem akan terlihat secara akut, sedangkan tanda-tanda
lain dari serebelum akan mengikuti kemudian.
o False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons ekstensor
yang bilateral, kelainann mental dan gangguan endokrin
o Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi tumor.
Efek Klinis
Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil.
Pergeseran otak:perburukan tingkat kesadaran, dilatasi pupil.
Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor otak. Bisa umum, fokal,
atau fokal berkembang menjadi umum.
1. Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tumor:
2. Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, tonik atau klonik,
dimuka atau anggota kontralateral.
3. Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan menyebabkan baal dan
tinglingmuka dan anggota kontralateral.
4. Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
5. Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul dari lobus temporal
medial, membentuk halusinasi visual atau auditori, perasaan rasa
abnormal, perasaan cemas, deja vu, tidak familier atau depersonalisasi
serta automatisme.
Pemeriksaan Penunjang
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik
untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
- Elektroensefalografi (EEG)
- Foto polos kepala
- Arteriografi
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
30/39
- Computerized Tomografi (CT Scan)
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Komplikasi Penatalaksanaan
1. herniasi otak (sering fatal)
2. herniasi unkal
3. herniasi Foramen magnum
4. kerusakan neurologis permanen, progresif, dan amat besar
5. kehilangan kemampuan untuk berinteraksi atau berfungsi
6. efek samping medikasi, termasuk kemoterapi
7. efek samping penatalaksanan radiasi
8. rekurensi pertumbuhan tumor
LAMINEKTOMI
Pengertian
Laminektomi adalah sejenis operasi dekompresi tulang belakang, umumnya
digunakan untuk mengobati stenosis tulang belakang. Stenosis tulang belakang
disebabkan oleh menyempitnya tulang belakang dan tertekannya saraf-saraf di
tulang belakang. Akibatnya, penderita akan merasakan nyeri yang berkelanjutan,
mati rasa dan lemah pada bagian bawah tulang belakang, bokong dan kaki.
Dalam laminektomi, sebagian dari tulang belakang (lamina) akan diangkat untuk
meredakan nyeri pada saraf yang terganggu.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
31/39
Daftar Pustaka :
1. Wagshul ME, Eide PK, Madsen JR. The pulsating brain: A review ofexperimental
and clinical studies of intracranial pulsatility. Fluids and Barriers of the
CNS.
2011;8(5):1-23.
2. Iordache1 A, Munteanu R, Cosman M, Turliuc DM. Intracranial pressuremonitoring in neurosurgery department in Iasi latest developments.
Romanian Neurosurgery; 2012.
3. Raboel PH, Bartek J Jr., Andresen M, Bellander BM, Romner B. Review;Intracranial pressure monitoring: Invasive versus non-invasive methods.Denmark: Department of Neurosurgery Copenhagen University Hospital
Rigshospitalet; 2011
4. Raboel PH, Bartek J Jr., Andresen M, Bellander BM, Romner B. Review;Intracranial pressure monitoring: Invasive versus non-invasive methods.
Denmark: Department of Neurosurgery Copenhagen University Hospital
Rigshospitalet; 2011.
5. Hergenroeder GW, Moore AN, McCoy JP Jr., Samsel L, Ward NH,Clifton GL, Dash PK. Serum IL-6: A candidate biomarker for intracranial
pressure elevation following isolated traumatic brain injury. Journal of
Neuroinflammation. 2010;7:19.
6. Czarnik, T, Gawda R, Kolodziej W, Latka D, Weron KS, Weron R.Associations between intracranial pressure, intraocular pressure and mean
arterial pressure in patients with traumatic and non-traumatic brain
injuries. Injury, Int. J. Care Injured. 2009;40: 3339.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
32/39
7. Fan JY, Kirkness C, Vicini P, Burr R, Mitchell P. An approach todetermining intracranial pressure variability capable of predicting
decreased intracranial adaptive capacity in patient with traumatic brain
injury. Biol Res Nurs. 2010 April;11(4):317324.
8. Servadei F. Clinical value of decompressive craniectomy. N Engl J Med.2011 April 21;364(16):1558-1559. Patro A, Mohanty S. Pathophysiology
and treatment of traumatic brain edema.Indian Journal of Neurotrauma.
2009;6(1):11-16.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
33/39
BAB III
STATUS PASIEN
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU
Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. S Agama : Islam
Umur : 40 tahun Status : Menikah
Jenis kelamin : Laki-laki Nomor RM : 81 96 65
Pekerjaan : Petani Tanggal Operasi : 26 Agustus 2013
Tanggal MRS : 20 Juli 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kedua kaki tidak dapat digerakkan.Riwayat Penyakit Sekarang :
4 tahun yang lalu pasien sering merasa kaki dan daerah pinggangkesemutan atau kebas, kebas dirasakan secara terus menerus dan tidak
hilang dengan istirahat. Kebas dirasakan bertambah hebat pada siang
hingga malam hari sebelum tidur. Pasien mengalami kesulitan berjalan.
Pada awalnya pasien menggunakan tongkat untuk berjalan, sekitar 3
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
34/39
tahun yang lalu pasien harus menggunakan kursi roda. Pasien masih bisa
merasakan rabaan. Pasien juga mengeluhkan bisul yang timbul ketika
demam. Bisul berisi cairan dengan diameter bisul sebesar lebih kurang 10
cm. Nyeri dirasakan pada saat bisul meradang dan ketika bisul pecah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma tulang belakang tidak ada
Riwayat sosial :
Tidak memiliki kebiasaan merokok Tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alcohol
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang samaStatus generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS 15
Vital sign : TD : 120/80 Suhu : 36,5 C
Nadi : 84 Nafas : 22 x/menit
Berat badan : 68 kg
Pemeriksaan kepala
Mata : Kojungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupilreaktif, isokor
Mulut : Sianosis (-), Gigi palsu (-)Palatum, uvula dan arkus faring (+) Gradasi
Mallampati 1
Mandibula : Pasien mampu membuka mulut tanpa kesulitanGerakan sendi temporomandibular tidak terbatas
Leher : Tidak terdapat kekakuan leher
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
35/39
Pemeriksaan Thorax : Paru dan jantung dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen : Perut datar, tidak ada sikatrik, bising usus (+),perkusi timpani, nyeri tekan (-).
Pemeriksaan Ekstremitas : Status lokalis.
Status Lokalis :
- Ekskremitas BawahInspeksi : kedua tungkai tampak lemah, deformitas (-), jejas (-)
Palpasi : refleks patologis/babinsky (+/+)
Pemeriksaan penunjang
Darah
Hb : 13,1 g/dL
Ht : 41,2 %
Leukosit : 5900 /mikroL
Trombosit : 475000/mikroL
GDS : 92 mg/dL
Diagnosis Kerja : SOL T2-3
Penatalaksanaan : Laminectomy tumor neural
Anastesi : General anestesiteknik ET
Status ASA :ASA II
Persiapan Alat
Mempersiapkan mesin anestesi, monitor, selang penghubung(connector),face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
36/39
terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane dan
isoflurane.
Mempersiapkan stetoskop, oropharynx tube (guedel) ukuran 8 cm, ETTjenis non kingking nomor 6, 6,5; 7pada pasien dipakai ETT no.6,5,
spuit 20 cc, introducer, hipafix(plester) 2 lembar ukuran 15x1,5 cm dan 2
lembar ukuran 5x3 cm,konektor, dan selangsuction.
Mempersiapkan spuit obat ukuran 3, 5, dan 10 ccPersiapan Obat Anastesi Umum
Premedikasi : Midazolam 5 mg
Induksi :Fentanyl 50 mcgPropofol 100 mgNotrixum 30 mg
Maintenance : Sumber aliran gas N2O, O2 dan Sevofluran
Recovery : Ketorolac 30 mg
Persiapan Pasien
Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu Memasang akses intravena (18G) dengan menggunakan tranfusi set dan
memberikan pasien loading cairan kristaloid.
Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen.Evalusi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini
didapatkan nadi pre anastesi 57x/menit , tekanan darah 156/87, dan
saturasi oksigen 100%.
Tahapan anastesi
1. PremedikasiDengan akses intravena, berikan bolus Midazolam 5 mg
2. Oksigenasi
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
37/39
Alirkan O2 4 L/menit melalui face mask dan letakan face mask kearah
depan wajah pasien. Meletakan sanggahan pada bahu pasien untuk
membuka airway dengan posisi yang anatomis.
3. InduksiBolus Fentanyl 50 mcg dilanjutkan dengan bolus propofol 100 mg,
selanjutnya cek respon reflek bulu mata pasien hingga dapat hasil respon
(-),diikuti dengan diikuti dengan pemberian bolus notrixum 30 mg.
4. Ventilasi- Kuasai patensi jalan nafas pasien, dengan memposisikan ekstensi
kepala, gunakan oropharynx tube untuk mencegah sumbatan lidah
pada jalan nafas pasien.
- Pasang face mask dan berikan aliran 02 3 L/menit ditambah denganaliran N2O 3 L/menit dan aliran sevoflurane 3 Vol %. Pasien
diberikan oksigenisasi selama 3 menit (ventilasi secara manual).
Setalah memastikan saturasi pasien baik, lanjutkan dengan
laringoskopi.
5. Laringoskopi- Lepaskan face mask dan goedel. Pegang laringoskop dengan tangan
kiri, posisikan kepala pasien ekstensi dan masukkan blade mulai dari
sudut kanan mulut pada sisi pertengahan garis lidah hingga mencapai
pangkal lidah.
6.
Intubasi- Telusuri lidah pasien hingga pangkal lidah, terlihat epiglottis,
dibelakang epiglottis terlihat plica vokalis, lalu masukan ETT no.6,5
dengan tangan kanan sampai batas garis hitam pada ETT.
Sambungkan ujung ETT dengan selang mesin anestesi, pastikan ETT
telah masuk ke trakea dengan melakukan auskultasi pada bagian
kanan dan kiri paru hingga terdapat suara nafas yang simetris kiri dan
kanan pada saat memompa balon dan pergerakan dinding dada
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
38/39
simetris. Bila telah simetris, fiksasi interna dengan mengembangkan
balon ETT dengan spuit 20 cc sebanyak 15 cc dengan udara. Fiksasi
eksterna ETT dengan plester yang telah disediakan. Tutup mata pasien
dengan plester, pasang goedel dan pindahkan dari pernafasan manual
spontan ke pengaturan IPPV pada ventilator dengan VT 450 ml/menit
dengan frekuensi 12x/menit.
7. Maintenance- Inhalasi O2 3 L/menit, N2O 3 L/menit, dan sevoflurane 3 vol %
8. Reverse- Pancing pasien bernafas spontan dengan mengembalikan pola
pernapasan dari IPPV ke manual spontan, lalu menutup aliran
sevoflurane dan N2O dan meninggikan O2 sampai 8 L/menit.
9. Ekstubasi- Pastikan pasien bernafas spontan dan teratur.- Melakukansuction slempada airway pasien- Pastikan tanda vital stabil- Mengempiskan balon, cabut selang ETT. Segara pasang face mask
dan pastikan airway lancar dengan triple maneuver. Pasien
dipndahkan ke ruang RR.
10.Recovery- Bolus ketorolac 30 mg
Instruksi di RR
- Oksigenasi dengan O23 L/menit- Awasi nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, dan saturasi oksigen.- Pasien di pindahkan dari ruang RR ke ruang rawat inap setelah
memiliki nilai aldrette > 8.
-
7/22/2019 Laporan Kasus Kelompok Anestesi
39/39