laporan kasus ulin anakvvzv

Upload: thiefeezae

Post on 10-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JIwa

TRANSCRIPT

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: An. MAMUsia: 6 tahun Jenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: Pendidikan: SDPekerjaan: Tidak bekerjaAgama: IslamSuku: BanjarBangsa: Indonesia Status Perkawinan: Belum MenikahTanggal Berobat: 11 Agustus 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRIDiperoleh dari alloanamnesa dengan Ny. Y, orangtua kandung pasien pada tanggal 11 Agustus 2014, pukul 10.00 wita.

A. KELUHAN UTAMA : Terus bertanya apakah nyeri dada kiri OS berbahayaKELUHAN TAMBAHAN:Kemampuan berbahasa dan bicara kembali seperti bayiTerlalu aktif dan rewelSusah berteman dan takut orang asing.B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAlloanamnesis dengan Ny. Y / 35 tahun / ibu kandung osIbu os mengeluh os terus mengalami kalimat pertanyaan yang sama selama 1 bulan terakhir sejak pertengahan Juli 2014, os terus menanyakan dan terlihat cemas apakah nyeri dada yang dialaminya berbahaya atau tidak, Jajajajajkiwi cakiiit gapapaka? Jaja kiwi cakiit gapapapapapapa? Os kerap menunjuk-nunjuk dan meremas dada sebelah kirinya seperti kesakitan. Bila pertanyaan os tidak dijawab maka os akan mengamuk. Saat mengamuk os dapat membenturkan kepalanya ke dinding, menangis menjerit-jerit dan melempar mainannya. Bila pertanyaan os dijawab maka os akan tenang untuk sebentar kemudian mengulang lagi pertanyaan yang sama. Pada awal 2012, saat os berusia 4 tahun 4 bulan dan memasuki TK 0 besar terjadi kemunduran pada diri os, yaitu cara bicara os yang berubah seperti anak bayi, berliur, mengoceh menggumam dan mengulang kata-kata tertentu. Saat itu os mulai mengeluh tumbuh kepala di bahu kirinya yang bisa bicara. Saat itu os juga sering berkata bahwa dirinya telah mati, dirinya tidak ada di dunia ini. Os sering ketakutan dan mengamuk saat pergi ke sekolah sehingga sering tidak masuk TK. Os menjadi sulit berteman dengan anak-anak sebayanya, hanya mau berteman dengan kakaknya di rumah. Bila di bawa ke acara keluarga, maka os tampak ragu-ragu saat bertemu saudara-saudara sepupu sebaya, seperti belum pernah kenal, setelah beberapa saat baru mau bermain bersama, terus berulang setiap bertemu. Os di biasanya terpaku dengan satu mainan selama seharian, namun esok harinya mainan favorit os bisa berubah. Saat diajak berbicara kadang os tidak mau menatap mata lawan bicara. Selain itu saat tidur os kerap mengigau dan menjerit-jerit kata yang tidak jelas, tetapi pola tidurnya baik dan tidak mengompol. Os tinggal bersama kedua orang tuanya seorang kakak laki-laki, dan pembantu. Os masih harus dimandikan, dipasangkan pakaian dan diberi makan. Tidur os tetap normal seperti biasa dan teratur. Os dimasukkan ke SD inklusi anak-anak berkebutuhan khusus. Di sekolah tersebut os juga sering ketakutan dan susah berteman, dan lambat belajar karna susah diarahkan.Awal tahun 2012 saat mulai muncul perubahan perilaku tersebut, orang tua os langsung membawa os ke dr E sp.AK dan os didiagnosa sementara suspek autisme. Kemudian orang tua os membawa os ke dr. G sp. AK, os didiagnosa GPPH dan gangguan emosional. Saat itu os di beri terapi wicara, terapi perilaku dan psikoterapi oleh bagian rehab medik . Pertengahan tahun 2013 saat berumur 6 tahun os menjalani psikoterapi di Kandangan untuk keluhan emosi, liur menetes-netes dan perasaan mati dan tumbuh kepalanya. Saat itu sudah ada perbaikan, namun os kemudian diterapi psikomotorik di Rantau oleh sebuah lembaga penelitian anak selama setahun (2013-2014). Os berhenti terapi karna menurut ibu os tak ada perbaikan, pasien hanya ditanya-tanya oleh terapis. Lalu pada pertengahan bulan Juli 2014 os dibawa ke Banjarmasin untuk terapi perilaku dan terapi wicara di Poliklinik Khusus Psikologi/Jiwa RSUD Ulin, os juga disarankan untuk masuk sekolah inklusi. Os belum pernah mendapat obat-obatan.Autoanamnesis:Os tidak koperatif saat diajak berbicara. Os tidak mau menjawab saat ditegur dan diberikan pertanyaan. Os hanya berlarian memainkan bonekanya dan smarphone, mengoceh tanpa henti. serta menjerit-jerit ketakutan pada setiap petugas medis berpakaian putih yang mau memeriksa, sehingga autoanamnesa menjadi tidak bisa dilakukan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Segera setelah lahir os pernah dirawat di RS karna muntah-muntah selama 7 hari Os pernah ada riwayat demam tinggi dengan penurunan kesadaran Os pernah ada riwayat asthma Os tidak ada riwayat kejang

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI1. Riwayat Antenatal dan PrenatalSelama os dalam kandungan, ibu os tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius. Ibu os tidak mendapat masalah yang dapat membuatnya gelisah atau sedih. Os lahir cukup bulan, dilahirkan di rumah sakit dengan cara sectio caesaria karna saat itu pembukaan leher rahim lambat. Setelah lahir os dinyatakan tidak segera menangis, tanpa cacat bawaan.2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. MistrustOs diberi ASI langsung dari ibu os dan disayang-sayang sambil dinyanyikan. Os biasanya menyediakan waktu khusus untuk menyusui os sambil mengajak bicara os. Ibu os sering memakaikan pakaian bayi dan aksesoris yang berwarna-warni pada os. Ada riwayat demam tinggi namun tak ada riwayat kejang pada os. Tumbuh kembang os normal seperti bayi seusianya. Sekitar umur 1 tahun os sudah mulai bisa berjalan sambil berpegangan dan bicara kata-kata sederhana. Saat fase ini ibu os belum menyapih os.3. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & DoubtOs sudah mulai lancar berjalan dan suka menjelajah ruangan rumahnya. Os disapih umur 1 tahun 8 bulan. Ibu os mulai sibuk bekerja. Sehingga os lebih banyak diasuh oleh pembantu. Pembantu memiliki berbagai pekerjaan rumah tangga sehingga os kadang dibiarkan bermain dan menjelajah sendiri di dalam ruang-ruang yang diberi pembatas. Ada riwayat asthma. Os tidak hiperaktif dan masih merespon saat diberi stimulus oleh lingkungan sekitarnya.4. Preschool Age (3 6 tahun) Inisiative vs. GuiltOs sering ikut melipat-lipat pakaian dan menyapu lantai tetapi tidak sampai tuntas dan kadang ditegur orang tuanya karna dianggap memperlambat pekerjaan. Saat berumur 3 tahun os mempunyai teman khayalan. Os biasanya mengurung diri di kamar untuk bermain dan berbicara sendiri dengan teman khayalan os. Menurut ibu os, os berkata teman khayalan os tidak menyuruh os untuk melakukan hal-hal buruk, hanya bermain biasa, tetapi jika ditanya lebih lanjut mengenai bagaimana bentuk teman khayalannya os tidak menjawab. Os sudah mulai bisa mandi dan menggosok gigi asalkan didampingi. Os juga bisa makan sendiri menggunakan sendok mengikuti keluarga walau berceceran. Os masih berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os dan TK sampai umur 5 tahun. Saat masuk TK 0 kecil, os langsung bisa membaca lancar dan bicara tanpa diajari. Setelah itu terjadi penurunan kemampuan bicara dan berbahasa os. Hanya mau berteman dengan kakaknya. Tidak mau masuk sekolah. Os sering memiliki pikiran aneh seperti kematian, dan kepala yang tumbuh di bahunya dan bisa bicara.5. School Age (6 12 tahun) Industry vs. InferiorityOs masih mengalami gangguan berbicara dan berbahasa. Os memainkan mainannya sesuai fungsi, tetapi terpaku hanya pada 1 mainan seharian berulang-ulang. Saat bermain os tidak peduli keadaan sekitarnya bahkan bila dimarahi orang tua os. Os mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun dan os masih takut masuk sekolah. Sekarang os mengeluh nyeri di dadanya.6. Riwayat PendidikanDulu os masuk ke TK biasa, sekarang os sedang bersekolah di SD inklusi atas saran Poliklinik Khusus Psikologi/Jiwa RSUD Ulin. Os mengalami hambatan belajar karna sulit diarahkan.7. Riwayat PekerjaanOs sebelumnya tidak pernah bekerja.8. Riwayat PerkawinanOs belum menikah.

C. RIWAYAT KELUARGA

Herediter (-) Keterangan : = Pasien = Laki-laki = Wanita = Meninggal

D. RIWAYAT SITUASI SEKARANGOs bersama ayahnya, seorang kakak laki-laki, dan pembantu di rumah semi permanen dengan 3 kamar tidur dan ventilasi rumah yang cukup. Rumah os terletak di komplek padat perumahan. Ibu os bekerja di Tapin tetapi setiap akhir pekan ibu os sering mengunjungi os. Os masih sekolah di SD inklusi kelas 1. Kehidupan sehari-hari os dibiayai oleh kedua orang tua os.

PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYAOs hanya berlarian tanpa arah, mengoceh dan sibuk dengan mainannya. Os tidak merespon saat ditanya, tetapi sering bertanya dalam bahasa yang tidak jelas apakah nyeri dadanya tidak apa-apa sehingga sulit dievaluasi.

III. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum1. PenampilanOs datang diantar oleh ibu dan ayah os. Wajah os terlihat sesuai anak seusianya. Os bertubuh montok, memakai baju coklat sailor, celana panjang hitam dan sandal hitam gambar kartun. Os tampak terawat dan bersih. Rambut os agak panjang seperti mangkuk. Os terus bermain dengan mainan jerapah dan Smartphone layar sentuhnya, terkadang menjerit ketakutan dan tidak merespon diberi pertanyaan. Os menjerit dan lari jika badannya disentuh.2. KesadaranE4 Vx M63. Perilaku dan aktivitas psikomotorHiperaktif, infantil.4. PembicaraanPerseveratif, (Terus mengulang kalimat pertanyaan mengenai nyeri dada), babbling.5. Sikap terhadap pemeriksaTidak kooperatif, defensif, agresif.6. Kontak psikisKontak ada tetapi sangat sulit dipertahankan.

Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati7. Afek: Disthym (irritable)8. Hidup emosi : a. Stabilitas : Tidak stabilb. Pengendalian : Tidak dapat mengendalikanc. Dalam-dangkal : dalamd. Skala differensiasi: sempite. Arus emosi : cepat9. Ekspresi Afektif: Terlihat takut, gelisah, marah10. Keserasian: Appropriate11. Empati: Dapat dirabarasakan

Fungsi Kognitif12. Intelegensi dan pengetahuan umum: sulit dievaluasi13. Daya konsentrasi : sulit dievaluasi14. Orientasi: Waktu: sulit dievaluasi Tempat: Os mengerti sedang di RS Orang:Os terus berteriak dokter gigi ssssssssssssssssspada tenaga medis berseragam putih Situasi: sulit dievaluasi15. Daya Ingat: Segera: sulit dievaluasi Jangka Pendek: sulit dievaluasi Jangka Panjang: sulit dievaluasi16. Pikiran abstrak: sulit dievaluasi17. Bakat kreatif: sulit dievaluasi18. Kemampuan menolong diri sendiri: tidak dapat menolong diri sendiri

Gangguan PersepsiHalusinasi auditorik/visual/olfaktorik : Sulit dievaluasiDepersonalisasi / derealisasi : Os mengeluh merasa dada sebelah kirinya nyeri.

B. Proses Pikir1. Arus Pikira. Produktivitas: os menjerit dan mengoceh spontanb. Kontinuitas : os tidak menjawab pertanyaanc. Hendaya berbahasa: Ya, os berbicara seperti bayi2. Isi Pikir: a. Preokupasi: sulit dievaluasib. Gangguan Isi Pikir : Perseverasi, os takut dengan nyeri di dada kiri

C. Pengendalian ImpulsTidak terkendali

D. Daya Nilai1. Daya nilai sosial: sulit dievaluasi2. Uji daya nilai: sulit dievaluasi3. Penilaian realitas: Terganggu

E. TilikanTilikan 3 : Pasien sadar dirinya sakit, tetapi menyalahkan penyakit fisik (dalam pandangan pemeriksa)F. Taraf dapat dipercayaDapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT1. Status InternusKeadaan Umum: Tampak sehat, kesadaran kompos mentisTanda Vital: Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi: 95 X/menit Respirasi: 20 X/menit Suhu: 36,2 oC Berat Badan: 30 kg Tinggi Badan: 119 cmBentuk badan: GemukKulit : sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali, kelembaban cukup, tidak anemis.Kepala: Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokorHidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada sekretMulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir terlihat lembabLeher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah beningThoraks: Inspeksi: Simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi: Sulit dievaluasiPerkusi: Cor : Sulit dievaluasi Pulmo : Sulit dievaluasiAuskultasi: Cor : S1=S2 tunggal, murmur (-)Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)Abdomen:Inspeksi: Simetris, cembungAuskultasi: Peristaltik usus normalPalpasi : Sulit dievaluasiPerkusi: Sulit dievaluasi Ektremitas: pergerakan bebas, tidak ada edema atau atrofi, tidak ada tremor.2. Status Neurologis :Nervus I-XII: Sulit dievaluasiGejala rangsang meningeal: Sulit dievaluasiGejala TIK meningkat: tidak adaRefleks fisiologis: Sulit dievaluasiRefleks patologis: Sulit dievaluasi

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Os mulai mengalami perubahan perilaku sejak os berada di kelas 0 besar TK. Stressor psikososial tidak diketahui. Namun menurut ibu os, os memiliki riwayat punya teman khayalan, menganggap diri mati dan pemikiran aneh mengenai kepala yang tumbuh di bahu kiri, bisa bicara. Menurut ibu os juga os memiliki riwayat merasa dirinya sudah mati. Os mengalami kemunduran berbahasa dan berbicara. Gejala psikosis Mengamuk Pemikiran aneh mengenai tubuh (merasa dada kiri nyeri)Os tidak bisa mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, buang air kecil dan besar serta berpakaian sendiri Os saat diwawancara sering berlarian, atau sibuk dengan mainan sendiri, Os mengoceh, menjerit tanpa makna dan tidak mau menjawab saat ditegur dan diberikan pertanyaan. Os menjerit dan kabur jika badannya disentuh. Os pernah diterapi gangguan emosi saat berumur 4 tahun di Kandangan., kemudian diterapi psikomotor saat berumur 5 tahun di Rantau. Lalu os menjalani terapi autisme asperger selama 1 bulan di RSUD UlinPemeriksaan Psikiatri : Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hiperaktif, defensif, tidak kooperatif Kontak psikis : Ada tetapi sulit dipertahankan Pembicaraan : Os tidak mau menjawab Afek : hypothym Ekspresi afektif : Takut, terlihat gelisah Konsentrasi : sulit dievaluasi Daya ingat segera : sulit dievaluasi Daya nilai sosial : sulit dievaluasi Uji Daya nilai : sulit dievaluasi Persepsi : Halusinasi auditorik (kepala tumbuh dan bisa bicara) Depersonalisasi / derealisasi : Riwayat merasa tumbuh kepala, riwayat merasa dirinya telah mati. OS merasa dadanya nyeri. Preokupasi : sulit dievaluasi Gangguan pikiran : Preservasi Produktivitas : Os mengoceh dan menjerit-jerit spontan Kontinuitas: os tidak menjawab pertanyaan Penilaian realita : sulit dievaluasi Tilikan : Derajat 3 Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: F21 Gangguan Skizotipal F.51.5 Mimpi buruk F.80.0 Gangguan Artikulasi Berbicara KhasAksis II: Tidak adaAksis III: Tidak adaAksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, Masalah berkaitan pendidikanAksis V: GAF SCALE 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas dalam beberapa fungsi).

VII. PROGNOSISDiagnosis penyakit: dubia ad malamPerjalanan penyakit: ad malamCiri kepribadian: dubia ad bonamRiwayat herediter: ad bonamUsia saat menderita: dubia ad malamPola keluarga: ad bonamPendidikan: ad bonamEkonomi: ad bonamLingkungan sosial: ad bonamOrganobiologi: ad bonamPengobatan psikiatri: dubia ad malamKesimpulan: Dubia ad bonam

VIII. RENCANA TERAPIPsikoterapi: support dan edukasi terhadap penderita dan keluargaTerapi Religi: pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, belajar membaca kitab suci dan maknanya.Rehabilitasi : memberi kegiatan kepada penderita yang sesuai bakat dan minatnya agar membantu memepercepat penyembuhan.Psikofarmaka: Trihexypenidyl 1,5 mg Risperidone 1 mgB 12 1 tabAsam Folat 1 tabDalam bentuk puyer 2x1 bungkus

IX. DISKUSI Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai F21 Gangguan Skizotipal, F.51.5 Mimpi buruk dan F.80.0 Gangguan Artikulasi Berbicara Khas.1Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang somatic, maupun dalam bidang psikologis. Anak bukan miniatur orang dewasa, karena memang prosesnya berlainan. Dengan demikian tidak boleh dilupakan bahwa gangguan jiwa pada anak timbul sewakt kepribadiannya sedang berkembang serta bahwa gangguan jiwa tersebut mungkin merupakan refleksi penyimpangan dalam perkembangan itu dan bukan merupakan suatu keadaan yang statis atau permanen. Dengan demikian ilmu kesehatan anak berkembang menjadi spesialisasi tersendiri dalam ilmu kedokteran, sebagai mana ilmu psikiatri anak2.Psikosis yang terdapat pada masa kanak-kanak dan remaja telah menjadi topik yang kontroversial sepanjang sejarah bidang psikiatri anak karena masih belum jelas. Diperlukan kepastian diagnosa agar didapatkan pengobatan serta prognosis yang akurat, sehingga menjadi pertanyaan penting adalah apakah berbagai psikosis pada anak bersebelahan dengan psikosis bentuk dewasa, atau apakah gejala dicap sebagai psikotik di masa muda, terutama pada anak-anak prapubertas, persis sama dengan yang terlihat pada orang dewasa. Secara historis, definisi psikosis pada anak-anak dan remaja telah sangat kabur karena kerancuan tentang peran sesuai dengan tahapan perkembangan imajinasi dan fantasi pada anak-anak dan remaja dengan dan tanpa gangguan kejiwaan. Formulasi "psikosis masa kanak-kanak" dan psikosis awalnya dikonsep sebagai bagian dari spektrum gangguan perkembangan pervasif, namun saat ini, gejala psikosis dan tidak ada perbedaan dalam definisi gangguan psikotik untuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,4th edition,Text Revision (DSM-IV-TR). Psikosis fungsional yang mungkin timbul pada anak dapat berupa autisme infantil dini, psikosis simbiotik, skizofrenia onset dini serta gangguan skizotipal. Pada umumnya psikosa pada anak jauh lebih jarang ketimbang orang dewasa,2,3.Kata "psikosis" berlaku untuk suatu keadaan (yaitu, keadaan psikotik) serta sebagai suatu intetitas diagnosis. Diagnostik gejala psikotik yang berbeda dijelaskan dalam DSM-IV-TR meliputi disorganisasi atau gangguan berat pada proses pikiran atau ucapan, isi pikiran, atau perilaku, atau negativisme ekstrim. Halusinasi dan delusi biasanya digunakan untuk menetapkan diagnosis psikosis. Namun, tak satu pun dari gejala-gejala ini patonomonik untuk psikosis, karena mereka dapat terjadi dalam kondisi medis atau neurologis organik lainnya, seperti demensia atau komplikasi dari gangguan kejang. Anak-anak normal dengan kehidupan fantasi aktif sering dapat salah mempersepsikan pikiran mereka sebagai peristiwa aktual dan bisa memaksa bahwa pikiran atau mimpi benar-benar terjadi, yang tampaknya akan memenuhi definisi halusinasi dan delusi3.Skizofrenia mungkin adalah gangguan jiwa yang paling dapat dipelajari dari gangguan kejiwaan dewasa. Gejala dan fenomenologi yang pasti, dan terdapat komparasi keberagaman neuroimaging, genetik, dan penelitian neurokognitif yang menginformasikan pemahaman gangguan tersebut. Ketika kriteria ini diterapkan pada remaja yang lebih tua, kelompok usia ketika episode pertama sering terjadi, diagnosis ini masih dapat diandalkan. Namun, pada kelompok usia yang lebih muda, masalah perkembangan bahasa dan kognisi mengganggu keandalan akurasi diagnostik. Bentuk dewasa skizofrenia bukanlah entitas yang pasti, melainkan tampaknya sekumpulan etiologi gangguan berbeda dengan presentasi klinis yang serupa. Tidak ada neuropatologi konsisten yang mengidentifikasi penyakit3.Pada pasien ini terdapat berbagai gejala klinis yang muncul dalam rentang waktu 3 tahun, berawal dari teman khayalan yang dimiliki pasien. Terdapat berbagai pendapat mengenai pada usia berapa memiliki teman khayalan masih termasuk normal pada anak, namun banyak para ahli mengatakan teman khayalan yang dimiliki sebelum usia sekolah (3-5 tahun) masih merupakan hal yang wajar. Anak yang memiliki teman khayalan kerap dihubungkan dengan proses psikopatologi karena dianggap tidak mampu membedakan antara realita dan fantasi, namun dalam beberapa tahun terakhir pandangan tersebut bergeser menjadi lebih positif, di mana teman khayalan dianggap mempunyai potensi kontribusi positif terhadap daya kognitif dalam menganalisa kejadian sehari-hari dan menuangkannya dalam diskusi dengan teman khayalan, menjadi tempat menuangkan ketakutan akibat trauma, serta mengasah kemampuan coping stress. Selain itu menurut Poulton dkk dalam Edelson menegaskan bahwa teman khayalan perlu disingkirkan dari kriteria halusinasi anak dengan psikosis5,6.Pasien mengalami beberapa gejala klinis, yaitu isi gangguan proses pikir, isi pikir, dan halusinasi auditorik berupa kepala kedua yang tumbuh di bahu kiri pasien, pemikiran bahwa pasien telah mati, serta keluhan nyeri pada dada kiri di mana ide-ide tersebut terus diulang dan ditekankan (preservasi). Sebagaimana skizofrenia yang didiagnosis pada usia berapa pun, Skizofrenia-onset-dini (SOD) muncul dengan dua jenis kelompok gejala, gejala psikotik positif dan gejala psikotik negatif. Gejala positif (fenomena yang muncul dan tidak seharusnya ada) pada anak-anak meliputi gangguan proses berpikir atau isi pikiran (seperti waham), sedangkan delusi mungkin muncul dengan meningkatnya umur gejala. Perkembangan gejala negatif (fenomena yang tidak muncul dan seharusnya ada) meliputi afek datar, anergi, dan kurangnya pembicaraan dan pemikiran. Anak prapubertas dengan psikosis tampaknya memiliki lebih sedikit delusi yang sistematik dan mempunyai insidensi gejala katatonik lebih rendah, tetapi mampu menunjukkan halusinasi, gangguan proses berpikir, dan afek datar. Kejadian SOD yang onsetnya sebelum usia 12 tahun memiliki prognosis yang lebih buruk. Keadaan lain dari SOD yang berkontribusi terhadap prognosis yang buruk yaitu keparahan gejala positif dan negatif dalam episode akut, fungsi kognitif yang lebih rendah, disfungsi premorbid dalam bahasa, perkembangan motorik, dan keterkaitan sosial3.Meskipun studi keluarga dan genetik memberikan banyak bukti mengenai keikutsertaan biologis di dalam timbulnya skizofrenia, tidak ada penanda biologis yang telah teridentifikasi dan mekanisme transisi skizofrenia masih belum dimengerti. Skizofrenia secara signifikan telah banyak didiagnosa pada kerabat derajat pertama dari pasien dengan skizofrenia dibandingkan populasi umum. Studi adopsi pada pasien dengan skizofrenia onset dewasa menunjukan bahwa skizofrenia tetap terdapat dalam keluarga biologis, bukan karena kerabat adoptif. Bukti genetik tambahan didukung oleh tingginya angka konkordansi untuk skizofrenia pada kembar monozigot dibandingkan kembar dizigot Skizofrenia dan gangguan skizotipal ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan, dan biasanya di sekolah mereka memiliki kecenderungan menyendiri, gelisah, mudah terpancing emosi (mengamuk) jika dipancing oleh teman sebaya di mana hal ini akan memperparah isolasi pasien.4,7Dimasukkannya atau tidaknya gangguan kepribadian dalam diskusi psikosis masa kanak-kanak mencerminkan kontroversi psikosis pada anak-anak. Para peneliti dan dokter umumnya kurang setuju mendiagnosis gangguan kepribadian pada populasi anak, dan perbedaan keadaan sifat gejala masih kontroversial pada berbagai rentang umur. Kurangnya hubungan, sosial, pemikiran yang aneh, dan masalah persepsi, seperti ilusi dan idea of reference tanpa psikosis yang sebenarnya, adalah karakteristik dari gangguan skizotipal sebagaimana didefinisikan pada orang dewasa. Dalam salah satu penelitian terhadap remaja dengan skizofrenia, gangguan keterampilan sosial remaja seperti di atas yang juga dilaporkan pada orang dewasa dengan kepribadian skizotipal. Remaja tersebut mengalami lebih banyak kesulitan dalam mengidentifikasi emosi positif daripada emosi lain dan kemampuannya dalam tugas peran sosial lebih buruk daripada kelompok kontrol. Defisit neuropsikologi berkorelasi dengan kemunculan tanda-tanda negatif pada remaja dengan gangguan skizotipal. Kepribadian skizotipal yang menunjukkan gejala negatif memiliki hubungan dengan dismorfia dan kemampuan kognitif lebih buruk, menunjukkan awal perkembangan yang tidak stabil3.Terdapat gangguan bahasa dan berbicara yang dialami pasien (seperti bayi), yaitu terjadi pengabaian bunyi, penggantian dan distorsi fonem. Pasien mengalami kemunduran artikulasi berbicara yang berat, di mana edoman kasar penilaian klinis pada artikulasi normal adalah bahwa anak normal berusia 5 tahun dapat mengartikulasikan fonem sulit seperti th, s dan r dengan benar, sedangkan pasien mengabaikan fonem sederhana seperti j dan d. Gangguan artikulasi tidak dapat dikaitkan dengan kelainan struktur atau neurologis, dan disertai dengan pengembangan bahasa yang normal. Anak tersebut mungkin juga memiliki masalah sosial, gangguan emosi, dan gangguan perilaku bersamaan.4Pasien sering mengalami mimpi buruk namun dengan pola tidur yang normal. Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu terjadi saat REM dan biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir malam. Biasanya tidak ada terapi spesifik yang diperlukan. Agen yang menekan tidur REM, seperti trisiklik, dapat mengurangi frekuensi mimpi buruk.4Tatalaksana untuk anak yang mengalami psikosis terdiri atas pendekatan multimodalitas berupa farmakoterapi dan psikoterapi. Obat antipsikotik diindikasikan karena hendaya yang ditimbulkan. Namun anak-anak memiliki respon yang kurang kuat terhadap obat antipsikotik dibandingkan remaja dan dewasa. Agen atipikal seperti risperidone dan olanzapine, lebih diutamakan sebagai lini pertama karena tolerabilitasnya yang mudah, meskipun terdapat resiko peningkatan berat badan sebagai efek samping. Pasien diberi Risperidone sebagai antipsikotik atipikal dan Trihexyphenidyl untuk menekan efek samping yang ditimbulkan antipsikotik. Selain itu pasien juga mendapat vitamin B12 dan Asam folat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan neurologisnya. 3,4,8Anak yang mengalami psikosis terutama skizofrenia dan gangguan skizotipal harus terus menerus dilatih oleh terapis dalam hal uji realitas dan dan sensitivitas terhadap rasa diri. Selain itu edukasi terhadap keluarga sebagai pengasuh utama dan lingkungan sekolah untuk pendekatan relijius sangat penting karena mempunyai andil besar dalam mengarahkan perilaku anak. Minat dan bakat anak dengan psikosis perlu dibina untuk mempercepat penyembuhan.3,4Belum ada data yang jelas mengenai prognosis psikosis pada anak karena kasus yang jarang. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, usia saat menderita, dan respon anak terhadap obat antipsikotik yang kurang baik. Namun prognosis dari aspek keluarga, pendidikan dan aspek ekonomi yang baik diharapkan memberi kontribusi positif terhadap kesembuhan pasien.4

Daftar Pustaka

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.3. Courviesie H, Labellarte M, Riddle M, Psychosis in Children: diagnosis and treatment. Dialogues in Clinical Neuroscience 2001;3(2):79-92

4. Kaplan, HI, Sadock BJ, Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004

5. Lydon D. Imaginary Companion: Are they good for children. Student Psychology Journal 2011; 11:1-10

6. Edelsohn G, Hallucinations in Children and Adolescents: considerations in the emergency setting. Am J Psychiatry 2006;163(5):781-785

7. Olin SS, Cannon TD, Parnas J, et al. Childhood Behavior Precursors of Schizotypal Personality Disorder. Schizophrenia Bulletin, 1997;23(1):93-103

8. Buitelaar JK. Open-label treatment with risperidone of 26 psychiatrically hospitalized children and adolescents with mixed diagnoses and aggressive behavior. J Child Adolesc Psychopharmacol. 2000;10:19-26.

24