laporan modul 2 neuropsikiatri

Upload: tessa-meiliasari

Post on 11-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Laporan Modul 2 ( Kejang )Sistem Neuropsikiatri

Tutor:dr.Meita Dwi U

Aditya JhenevelM. SujatnikoAziz Rahman MuizFadillah ArifaniWikke AditiaTessa MeiliasariMega Robbiaty Utomo Jayyidah AfifahHaifah Auriana Sagita PutriDian Fitriany SuhardiAdlan Fariz20107300042010730064201073001720107300332010730112201073010420107300672010730055201073004520107300252010730003Kelompok 4

PROGRAM STUDI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2013

Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah dengan segala keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada NabiMuhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untukmenyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semuapihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. dr. Ferial SpRM , selaku Tutor yang telah memberi bimbingan selama ini.2. Seluruh dosen yang telah memberikan materi kuliah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Taala.Amin.Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 21 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISIKata Pengantar........................................................................................................iDaftar Isi.................................................................................................................iiBAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang........................................................................................11.2 Tujuan....................................................................................................1Bab II Pembahasana. Skenario..................................................................................................2b. Klarifikasi Istilah/Kata sulit.....................................................................2c. Kata Kunci..............................................................................................2d. Pertanyaan...............................................................................................2e. Jawaban Pertanyaan................................................................................3Bab III Penutup3.1 Kesimpulan............................................................................................133.2 Saran dan Kritik.....................................................................................13Daftar Pustaka.........................................................................................................14

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangModul kejang (seizure) ini diberikan pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Neuropsikiatri di semester keenam. Modul ini disajikan agar dapat dimengerti secara menyeluruh tentang konsep dasar penyakit-penyakit yang memberikan gejala kejang. Melalui modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang patomekanisme, gejala, alur diagnostik, penanganan, dan tatalaksana social serta stigma dari berbagai gangguan atau penyakit yang disertai dengan gejala kejang, termasuk gangguan kejiwaan yang disertai kejang.Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah penyakit dengan kejang baik yang idiopatik maupun simptomatik. 1.2 TujuanTujuan Instruksional Umum(TIU) :Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan bermacam-macam penyakit dengan gejala kejang yang mungkin dapat disertai dengan gangguan kejiawaan dan mampu memahami alur diagnosis, penanganan, serta tatalaksana, sosial dan stigma penderita dengan gangguan kejang.

BAB IIISI & PEMBAHASAN

2.1 Skenario Kasus 2 Seorang laki-laki usia 30 tahun mengunjungi dokter dengan keluhan nyeri kepala disertai dengan muntah menyembur, tidak sembuh dengan analgetik yang diberikan dokter. Hal ini dialaminya sewaktu-waktu dan semakin sering pada 2 bulan terakhir. Riwayat sebelumnya; seminggu lalu pasien ini didapati keluarganyakejang-kejang saat menonton TV dan tidak sadar. Dua menit setelah sadar, pasien mengeluh sakit kepala hebat disertai muntah.Pada pemeriksaan dokter ditemukan kelumpuhan ringan pada tangan dan kaki kiri. Pemeriksaan CT Scan; ada masa hiperdens pada daerah subkortikal kanan otak.

2.2 Kata/Kalimat Kunci Laki-laki, 30 tahun Nyeri kepala disertai muntah menyembur Tidak sembuh dengan analgetik Semakin sering pada 2 bulan terakhir Kejang dan tidak sadar saat menonton TV, saat sadar sakit kepala hebat dan muntah Kelumpuhan ringan tangan dan kaki kiri CT Scan : ada masa hiperdens di daerah subkortikal kanan otak

2.3 Analisa MasalahAnalisa masalah yang kami lakukan adalah dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan terkait skenario, dan membuat peta masalah:

2.4 Pertanyaan1 Jelaskan definisi, etiologi dan klasifikasi kejang ?2 Jelaskan Patomekanisme kejang, kejang sampai tidak sadar, mengapa timbul tiba tiba?3 Sebutkan penyakit penyakit nyeri kepala, kejang, lumpuh oleh karena lesi subkortikal4 Jelaskan pemeriksaan CT scan pada kasus di skenario ?5 Mengapa pasien tidak sembuh setelah diberi analgeti dan bagaimana penanganan awal pada pasien kejang ?6 Jelaskan mekanisme antar gejala !7 Jelaskan alur diagnostik dan bagaimana preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif pada kasus di skenario ?8 Bagaimana awal terbentuknya masa di subkortikal? Kenapa tumor tersebut menimbulkan gejala ?9 DD

2.5 Jawaban pertanyaan :1. definisi, etiologi, klasifikasi kejangDefinisi :Kejang adalah suatu kondisi otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otak, dapat karena kelainan intrakranial, ekstrakranial, atau metabolik. Etiologi kejang:Idiopatik 68%Bawaan 20%Trauma 5%Vaskular 2%Neoplastik 2%Infeksi 4%Degeneratif 1%

Klasifikasi kejang:Kejang parsial : Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah, fokus di satu bagian tetapi dapat menyebar ke bagian yang lain Parsial sederhana : Dapat bersifat motorik, sensorik, autonomik, psikik dan biasanya berlangsung kurang dari 1 menit Parsial kompleks : Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme. Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang generalisata. Biasanya berlangsung 1-3 menit. Kejang generalisata : Hilangnya kesadaran; tidak ada awitan fokal; bilateral dan simetrik; tidak ada aura Tonik-klonik : Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit lidah; fase pascaiktus Absence : Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat, tonus postural tidak hilang Monoklonik : Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai; cenderung singkat Atonik : Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks) Klonik : Gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan, tungaki, atau torso Tonik : Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai. Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi. Dapat menyebabkan henti napas.

2.Patomekanisme kejang, kejang sampai tidak sadar, dan timbul tiba tiba

3. penyakit penyakit nyeri kepala, kejang, lumpuh oleh karena lesi subkortikal Infeksi :Abses Serebrum, Meningitis, Ensefalitis, Tetanus. Tumor: Meningioma, glioblastoma, astrositoma Penyakit vaskular: Insufisiensi Serebrovaskular Arteriosklerosis, Infark Serebrum Trauma Kranioserebral INFEKSI

TUMOR

4. pemeriksaan CT scan pada kasus di skenario Gambaran dari potongan CT Scan kepala memperlihatkan dengan jelas kelainan-kelainan organ kepala dan ekstensinya. Pemberian media kontras untuk melihat adanya enhancement dipergunakan untuk menilai pembuluh darah, meningen, parenkim otak. Gambaran CT Scan pada kelainan-kelainan intrakranial : High density (hiperdens) , yaitu apabila densitas lesi lebih tinggi daripada jaringan normal sekitarnya Isodensity (isodens), yaitu apabila densitas lesi sama dengan jaringan sekitarnya Low density (hipodens), yaitu memperlihatkan gambaran CT Scan dengan nilai absorbsi yang rendah seperti pada infark

5. analgeti dan bagaimana penanganan awal pada pasien kejangAnalgetik zat zat yang pada dosis terapeutik menghilangkan atau menekan rasa nyeri.Analgetik terbagi kedalam 2 golongan, yaitu :1. Analgetik narkotik : Senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti contohnya rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker. Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik, sehingga disebut juga analgetik kuat 2. Analgetik Non-narkotik : Digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Karena itu kebanyakan analgetik non-narkotik juga bekerja antipiretik. Dikaitkan pada kasus dianalogikan pasien mengkonsumsi analgetik golongan non narkotik atau lemah sehingga nyeri kepala yang pasien derita tidak hilang. Nyeri kepala pada pasien bisa dikaitkan juga dengan gejala peningkatan tekanan intracranial, pada suatu referensi mengatakan bahwa salah satu gejala dari tumor intracranial adalah nyeri kepala Sehingga agar sakit kepala tersebut hilang atau berkurang bisa dilakukan pengobatan untuk menurunkan tekanan intracranial terlebih dahulu dengan menggunakan obat obatan osmotic agent contohnya manitol, furosemide dan gliserol. Penatalaksanaan Kejang1.Pelihara jalan nafas berikan 02, cegah aspirasi dan pertahankan tekanan tekanan darah optimal.2. Ambil darah untuk pemeriksaan glukosa, elektrolit, kalsium, magnesium, hitung darah tepi lengkap.Berikan 100mg tiamin diikuti glukosa 50% intravena.3. Phenytoin (15mg/kgBB diberikan dalam 30-45 menit)Obat ini bekerja dengan baik tidak menekan pusat pernafasan dan penderita dapat terlindungi dari serangan kejang berikutnya.4.Diazepam (valium) 5 mg IV secara lambat, berikan phenytoin dan phenobarbital apabila diazepam beresiko terjadinya depresi pernafasan.5.Bila phenytoin phenobarbital gagal, dapat diberikan paraldehida 5 mg dicampur 5 ml minyak mineral per-rektal.

6. mekanisme antar gejala

7. alur diagnostik dan bagaimana preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif pada kasus di skenario Anamnesis Keluhan utama Onset Keluhan tambahan : muntah, letargi, anroreksia, kejang, kesulitan berfikir atau berbicara, ataksia, paralisis pada sebagian tubuh RPD Pemeriksaan fisik Test babinski Test fungsi sensoris Test refleks tendon Pemeriksaan penunjang MRI CT Scan Biopsi Angiografi serebralPreventive Menghindari trauma pada kepala Hindari makanan yang mengandung karsinogenik jika memiliki riwayat kanker pada keluarga Hindari paparan radiasi Hidup sehat tanpa rokok, alkohol, narkotika Olah raga rutin Promotive Mengetahui sedini mungkin tentang tanda-tanda dan bahaya kanker Pendidikan kesehatan Meningkatkan daya tahan tubuh Curative Kemoterapi Pembedahan Radiasi

RehabilitativeSesuai kebutuhan penderita sesua kategori: Restoratifbila penderita bisa diharapkan kembali seperti semula Supportif Bila penderita karena penyakitnya cacat PaliatifBila karena penyakitnya penderita semakin memburukPegangan penilaian kelemahan atau cacat Akibat metastasis pada SSP atau perifer Akibat pengobatan termasuk radiasi, kemoterapi, tindakan bedah dan nutrisi Komplikasi akibat immobilisasi Akibat psikologis 1. Gangguan lokomotor : Sering mengakibatkan hemiplegia motorik ataupun paraplegia. Membutuhkan fisioterapis, anggota gerak sehat dipelihara kekuatannya dan yang lumpuh digerakkan pasif jangan sampai kaku2. Keterampilan tangan : latihan okupasi seperti menulis, mengetik, memasukkan kancing baju3. Gangguan bicara : Bantuan komunikasi yang sesuai oleh speech therapist4. Gangguan koordinasi : Latihan koordinasi anggota gerak, yang paling sederhana dimulai dengan gerakan jari-jari sendiri5. Gangguan sensorik : - perasaan dalam (proprioseptif)- Perasaan superfisial (eksteroseptif)- Stereognosis6. Gangguan kejiwaan : pemulihan kejiwaan sangat penting dalam mengembalikan fungsi tubuh. Seringnya terjadi depresi, cemas, kelelahan berlebih, konsentrasi rendah dan kurangnya ingatan.

DIFERENSIAL DIAGNOSIS1. MeningiomaDefinisi a. Tumor meningeal jinak menunjukkan gambaran serupa dengan neoplasma maligna otak etiologi b. Penyebab blm diketahui secara pasti,tetapi dpt disebabkan krn faktor genetik. Epidemiologi c. Sering terjadi pd usia paruh baya d. Bisa terjadi pada wanita dan laki-laki, tetapi lebih banyak wanita

Gejala Klinis Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari. Mual, Muntah Kejang Gangguan mental Perasaan abnormal dikepala. Pemeriksan Penunjang Foto polos : Hiperostosis , tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi, dan lesi litik pada tulang tengkorak, dilatasi arteri menings. CT-Scan : tampak gambaran hiperdense pada foto kontras, terlihat udem peritumoral, perdarhan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan MRI : memperlihatkan lesi berupa massa dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada. Angiografi : arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vaskular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon Penatalaksanaan Obat steroid diberikan u/ mengurangi pembengkakan Kortikosteroid (deksametason) untuk mengurangi tekanan intrakranial. Bedah reseksi Radioterapi Radiasi Stereotaktik (menggunakan sinar foton) Kemoterapi konvensional 2. Stroke hemoragik DefinisiStroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah diotak pecah sehingga menyebabkan iskemia(penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir.penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi,pecahnya aneurisma atau malforasi arteriovenosa,hemoragik dalam otak secara signifikan meningkatkan tekanan intrakranial ,yang memperburuk cedera otak yang dihasilkan Gambaran klinis : Sakit kepala hebat dan penurunan kesadaran Kebas pada wajah,ekstremitas kebingungan,pusing Aktivitas mental, emosi,bicara,penglihatan,dan pergerakan mengalami gangguan Diagnosis : Diagnosis yang cepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan CT-scan sangat sensitif terhadap hemoragi,suaatu pertimbangan penting karena ada perbedaan vital pada stroke iskemik dan stroke hemoragik. MRI jarang digunakan dlam situasi kedaruratan ini,akan tetapi setelah ct scan awal MRI dirokemndasikan untuk menentukan lokasi kerusakan yang tepatdan memantau lesi Komplikasi : Individu yang mengalamicedera vaskular serebral mayor pada otak yang mengontrol respons pernapasan atau kardiovaskular dapat meninggal. Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau stroke hemoragik,yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekanan intrakranial mningkat Penatalaksanaan : Stroke hemoragik diatasi dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan.mungkin diperlukan pembedahan Terapi fisik,bicara dan okupasional sering kali diperlukan Tirah baring dan penurunan stimulus eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral.tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intrakranial dapat dilakukan Diberikan tissue plasminogen activator.TPA harus diberikan sedini mungkin minimal 3 jam pertama seranga,agar lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang .

3. Meningitis Definisi : Meningitis adalah infeksi serius yg paling umum pada SSP. Etiologi : Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun jamur,protozoa, dan toksin juga merupakn penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain ditubuh,misalnya sinus,telinga,atau saluran nafas bagian atas.Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis Epidemiologi : Meningitis sering terjadi pada individu dewasa yg berusia 19 sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini penyebab nya meningitis bakterial yg paling sering adalah Streptococcus pneumoniae (meningitis pneumokokus) Gambaran klinis : Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi pada meningitis berupa sakit kepala,penurunan kesadaran,dan muntah.Papiledema (pembengkakan pada area disekitar saraf optikus)dapat terjadi pada kasus yg berat Kejang dan gerakan abnormal dapat terjadi Ketidakmampuan menekukkan dagu kedada tanpa nyeri(kaku kuduk) terjadi pada meningitis akibat iritasi saraf spinal Fotofobia(respon nyeri terhadap cahaya)akibat iritasi saraf kranial Demam akibat infeksi biasa terjadi pada meningitis Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan laboratorium untuk meningitis viral tidak diindikasikan (mis.,glukosa normal,peningkatan limfosit) CT scan dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat pembengkakan dan tempat nekrosis. Ct scan sangat cepat dan paling bermanfaat dalam situasi kedaruratan Penatalaksanaan : Terapi kortikosteroid (deksametason)untuk mengurangi inflamasi tampak bermanfaat untuk terapi adjuvans pada sebagian besar individu dewasa yg dicurigai mengalami meningitis pneumokokus Antibiotik spektrum luas diberikan setelah pengambilan CSS dan diganti apabila perlu setelah hasil kultur Beberapa jenis meningitis mengharuskan pasien diisolasi dirumah sakit Komplikasi : Individu dapat mengalami disabilitas permanen,kerusakan otak. Kejang

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPenyakit pada skenario ini kami simpulkan dengan diagnosa pertama yaitu penyakit Meningioma, yang didasarkan pada keluhan utama pasien yaitu nyeri kepala disertai dengan muntah menyembur, tidak sembuh dengan analgetik. Pasien juga kejang-kejang dan tidak sadar, selain itu pada pemeriksaan dokter ditemukan kelumpuhan ringan tangan dan kaki kiri dan pada CT Scan ditemukan adanya masa hiperdens pada daerah subkortikal kanan otak. Pasien ini akan kami rencanatatalaksana dengan terapi medikamentosa, yang kemudian kami rujuk ke dokter spesialis saraf.

3.2 SaranPada kasus-kasus neurologis, perlu diperhatikan letak-letak kelainan yang terjadi khususnya pada otak. Untuk mendapatkan tatalaksana yang tepat tentu diperlukan pemeriksaan penunjang yang benar-benar tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku saku PATOFISIOLOGI Elizabeth J. Corwin hal 253 D. Adams, Raymond, et.al.Principles of Neurology.1981. USA: McGraw-Hill Inc. A.Price, Sylvia, et.al.Patofisiologi vol. 2. 2006. Jakarta: EGC Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi, Vol.2. Jakarta: EGC

http://elib.fk.uwks.ac.id/