laporan praktikum anatomi dan fisiologi manusia darah

18
 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA “ DARAH “ Oleh : Kelompok BRONCHUS Esther Juliana Rehulina (101434014) Anggi Chikitta (10143403 2) Ardy Wicaksono (101434048) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Upload: ryan11001

Post on 16-Oct-2015

568 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

jhvbmnklm

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

    DARAH

    Oleh : Kelompok BRONCHUS

    Esther Juliana Rehulina (101434014)

    Anggi Chikitta (101434032)

    Ardy Wicaksono (101434048)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2012

  • A. Acara Praktikum :

    a. Judul : Darah

    b. Tempat Pelaksanan : Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma

    c. Tanggal : 30 Maret 2012

    d. Waktu : 07.30 10.00 WIB

    B. Tujuan Praktikum :

    1. Untuk mengetahui macam-macam golongan darah.

    2. Untuk mengetahui komponen penyusun darah.

    3. Untuk mengetahui jenis-jenis sel darah.

    C. Dasar Teori / Tinjauan Pustaka :

    Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk

    membantu proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-

    sel darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat

    unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan

    satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan

    45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau

    volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40 sampai 47. Fungsi utama darah

    adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga

    menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan

    mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan

    tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme,

    obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang

    sebagai air seni. Pada waktu sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur

    oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. (Evelyn, 2009)

  • Susunan darah. Serum darah atau plasma terdiri atas :

    Tabel 1. Komposisi Darah

    Air 91,0%

    Protein 8,0% Albumin, globulin,

    protromblin, dan fibrinogen

    Mineral 0,9% Natrium klorida, natrium

    bikarbonat, garam kalsium,

    fosfor, magnesium, besi.

    Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin,

    kolesterol, dan asam amino. Plasma juga berisi gas (oksigen dan karbon dioksida, hormon-

    hormon, enzim, dan antigen). Sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, leukosit

    atau sel darah putih, dan trombosit atau butiran pembeku. (Evelyn, 2009)

    Sel Darah Merah

    Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada dua sisinya,

    sehingga dilihat berbentuk piringan pipih. Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira

    115 hari. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang.

    Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Sel

    menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limfa

    dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai

    protein dalam jaringan-jaringan, zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk

    digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. (Evelyn, 2009)

    Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin

    yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang

    rusak pada luka memar. Bila terjadi perdarahan, sel darah merah dengan hemoglobinnya

    sebagai pembawa oksigen hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu

    beberapa minggu berikutnya. Tapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau

    dibawahnya, diperlukan transfusi darah. (Diah, 2007)

    Hemoglobin ialah protein pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap

    hemoglobin kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap

    oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah.

  • Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.

    Oksihemoglobin beredar ke seluruh jaringan tubuh apabila kadar oksigen dalam tubuh

    lebih rendah dari pada dalam paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen

    digunakan dalam metabolisme sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan

    karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Selain itu hemoglobin berperan dalam menjaga

    keseimbangan asam dan basa (penyanggah asam dan basa). (Evelyn, 2009)

    Sel Darah Putih

    Sel darah putih berjumlah sekitar 5000 sampai 10000 butir untuk setiap mikroliter

    darah manusia. Sel darah putih (leukosit) berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari

    pembuluh kapiler apabila ditemukan anti gen. Proses keluarnya leukosit disebut dengan

    diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit yang masuk dalam tubuh disebut

    antibodi. (Evelyn, 2009)

    Sel darah putih terdapat didalam darah manusia yang jauh lebih besar daripada sel

    darah merah. Sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa

    bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem

    ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang

    terpenting. Leukosit dibagi dalam dua kelompok yaitu granulosit dan agranulosit.

    Granulosit jika plasmanya berglanuler dan aglanurosit jika plasmanya tidak berglanuler.

    Leukosit granurosit dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu neutrofil, basofil, eusinofil.

    Leukosit agranulosit dikelompokan menjadi 2, yaitu monosit dan limfosit.

    Neutrofil berjumlah ( 60%) dalam sel darah putih. Neutrofil memiliki nukleus yang

    terdiri dari 2 sampai 5 lobus (ruang). Sel-sel ini berukuran sekitar 8 milimikro dalam

    keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi.

    Mula-mula sel-sel neutrofil melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel; kemudian

    membuat ruang tertutup yang berisi partikel-partikel yang berisi fagositosis. Sebuah sel

    neutrofil dapat menfagositosis 5 sampai 20 bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif

    dan mati.

    Eosinofil berbentuk hampir seperti bola berukuran hampir 9 milimikro dalam keadaan

    segar. Memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya

    fagositosis yang lemah. Fungsi eosinofil dapat mendetoksifikasi toksin penyebab radang.

    Eosinofil dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak.

  • Basofil memiliki nukleus berbentuk s yang bersifat fagosit. Basofil melepaskan

    heparin ke dalam darah. Heparin adalah mukupolisakarida yang banyak terdapat di dalam

    hati dan paru-paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu basofil juga

    melepaskan histamin. Histamin adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi

    terhadap antigen yang sesuai.

    Monosit memiliki satu nukleus besar yang berbentuk tapal kuda atau ginjal.

    Berdiameter 12 sampai 20 mikrometer. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke

    jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fogosit yang bersifat

    makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling

    efektif dan berumur panjang.

    Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6 sampai 14 mikrometer.

    Dibentuk di sumsum tulang sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat dua jenis sel

    limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang

    berkembang menjadi limfosit B, sedangkan limfosit yang berda di sumsum tulang dan

    pindah ke timus berkembang menjadi limfosit T. Limfosit B berperan dalam pembentukan

    antibodi. Limfosit T memiliki berbagai fungsi, contohnya limfosit siktoksit-T berfungsi

    menghancurkan sel yang terserang virus. (Diah, 2007)

    Keping Darah

    Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%). Trombosit adalah sel kecil kira-kira

    sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter

    kubik darah. Trombosit tidak memiliki inti. Dibentuk dalam sumsum tulang dari

    megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang.

    Masa hidupnya dalam darah sekitar 5 sampai 9 hari. Trombosit bertanggung jawab dalam

    proses pembekuan darah atau penggumpalan darah. Trombosit pada permukaan yang luka

    akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. (Evelyn, 2009)

    Serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi.

    Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, berarti bagian tetap cair. Serum terdiri dari

    semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit,

    antibodi, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma

    - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi.

  • Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan

    darah. (Wikipedia, 2012)

    Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya

    dengan cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan

    mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang

    masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.

    (Alfiansyah, 2011)

    Golongan darah, darah dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen

    yang terdapat dialam sel. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan

    tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya antibodi yang terdapat dalam plasma

    akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe B yang dapat

    menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan

    penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a

    (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B).

    Sistem A, B, O menurut Karl Landstenier (1868-1943) didasarkan pada ada atau

    tidaknya aglutinogen dalam darah. Empat golongan darah dikelompokkan menjadi

    golongan A, golongan B, golongan AB, golongan O.

    - Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-b

    dalam plasma darah.

    - Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a

    dalam plasma darah.

    - Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan B, dan

    plasma darah tidak memiliki aglutinin.

    - Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan

    plasma darah memiliki aglutinin-a dan b. (Diah, 2007)

  • Gambar 1. Antibodi dan Antigen pada Golongan Darah

    (Sumber :Luisa, powerpoint)

    Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah

    satu hal pertama yang dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh

    bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan

    antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut

    aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya

    sangat lengket. Ketika sel, virus, parasit dan bakteri digumpalkan, mereka melekat satu sama

    lain dan menggumpal, yang menjadikan tugas pembuangan mereka lebih mudah. Ini lebih

    seperti memborgol kriminal menjadi satu. Mereka menjadi tidak berbahaya daripada ketika

    dibiarkan bergerak dengan bebas. Aglutinasi merupakan konsep penting dalam analisis

    golongan darah. Antibodi golongan darah ini, yang seringkali disebut isohemaglutinin,

    merupakan antibodi paling kuat dalam sistem kekebalan tubuh, dan kemampuan mereka

    untuk menggumpalkan sel-sel golongan darah yang berbeda sangat kuat sehingga bisa

    diamati dengan cepat di slide kaca dengan mata biasa (Anonim, 2009).

    Darah dari golongan yang tidak sama apabila ditranfusikan akan mengakibatkan

    bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga terjadi hemolisis

    (memecahnya) sel darah merah.

  • Gambar 2. Uji Serum golongan darah A, B, AB, O

    (Sumber : Diah, Biologi 2)

    Cara lain dalam mengelompokkan golongan darah adalah dengan menggunakan

    metode Rhesus (Rh). Faktor Rh atau Rhesus dalam darah yang penting untuk diketahui pada

    bayi yang baru lahir kalau terjadi ketidakcocokan antara darah bayi dan darah ibunya.

    Apabila darah yang ditetesi dengan Rh terjadi penggumpalan, maka golongan darah tersebut

    Rh positif, dam apabila darah yang ditetesi Rh tidak terjadi penggumpalan maka darah

    tersebut dikatakan Rh negatif.

    Dipandang dari donor darah; golongan AB dapat memberi darah pada AB, golongan

    A kepada A dan AB, golongan B kepada B dan AB, golongan O adalah donor umum untuk

    semua golongan. Golongan AB adalah resipien umum, golongan A dapat menerima dari

    golongan A dan O, golongan B dapat menerima dari golongan B dan O, dan golongan O dari

    O. (Diah, 2007)

    D. Alat, Bahan dan Cara Kerja

    Alat Bahan

    1. Kaca benda

    2. Mikroskop

    3. Jarum lanset

    4. Tusuk gigi

    5. Kapas

    6. Serbet / tissue

    1. Alkohol 70 %

    2. Serum anti A

    3. Serum anti B

    4. Larutan Giemsa

    5. Methanol

  • 7. Pipet tetes

    8. Kaca pembesar

    Cara Kerja :

    1. Pengambilan darah

    - Tangan probandus diayun-ayunkan terlebih dahulu sebelum jari probandus ditusuk.

    - Ujung jari dibersihkan dengan alkohol 70 %.

    - Jari dipegang dan ditekan sedikit

    - Jari ditusuk dengan lanset/jarum Franke dengan arah tegak lurus, setelah darah keluar

    jari tidak boleh dipijat / diperas.

    - Tetesan pertama dihapus dengan kapas, tetesan berikutnya digunakan untuk

    pemeriksaan.

    2. Penetapan golongan darah

    - Kaca benda yang bersih dan kering disediakan.

    - Setetes serum anti-A diletakkan pada kaca benda

    - Setetes darah probandus diteteskan pada serum tersebut dan dicampur menggunakan

    tusuk gigi.

    - Kaca benda digoyangkan dengan membuat gerajan lingkaran.

    - Diamati ada tidaknya aglutinasi pada kaca benda.

    - Setetes serum anti-B diletakkan pada kaca benda

    - Setetes darah probandus diteteskan pada serum tersebut dan dicampur menggunakan

    tusuk gigi.

    - Kaca benda digoyangkan dengan membuat gerajan lingkaran.

    - Diamati ada tidaknya aglutinasi pada kaca benda

    - Golongan darah probandus ditentukan.

    3. Komponen penyusun darah

    - 3 tetes darah diletakkan pada kaca benda , didiamkan selama beberapa menit.

    - Perubahan yang terjadi diamati sesaat setelah darah diteteskan dan setelah beberapa

    menit didiamkan. Diamati menggunakan loupe.

  • 4. Jenis sel darah

    - 1 tetes darah diletakkan pada kaca benda 1 yang bersih

    - Dibuat apusan dengan cara: diambil kaca benda 2 yang bersih, disentuhkan salah satu

    ujungnya pada kaca benda 1 disebelah kiri tetesan darah tersebut, sehingga kedua

    gelas benda membentuk sudut 45 ke kanan.

    - Kaca benda 2 digerakkan ke kanan hingga tetesan darah berada di sudut antara kaca

    benda 1 dan 2. Hasilnya berupa garis tipis.

    - Gelas benda 2 digerakkan ke kiri dengan cepat dan teratur dengan besar sudut yang

    sama. Diperoleh hasil sediaan apus dari darah, berupa lapisan tipis dan homogen pada

    kaca benda 1.

    - Didiamkan beberapa saat hingga kering.

    - Pada sediaan apus yang telah kering ditetesi methanol selama 5 menit, kemudian

    dibuang lalu dikeringkan.

    - Sediaan ditetesi larutan Giemsa dan dibiarkan selama 30-45 menit, lalu

    dibuang/dicuci.

    - Sediaan dicuci dengan air mengalir kecil lalu dikeringkan diudara kamar.

    - Sediaan diamati dibawah mikroskop.

    - Sel-sel darah yang dijumpai digambar.

    E. Hasil Percobaan

    1. Penetapan golongan darah

    No. Nama

    Probandus Anti-A Anti-B

    Golongan

    Darah Gambar

    1 Anggi Tidak

    menggumpal

    Tidak

    menggumpal O

    2 Gebi Menggumpal Tidak

    menggumpal A

    3 Fifi Tidak

    menggumpal Menggumpal B

    4 Ambulans Menggumpal Menggumpal AB

    5 Indah Tidak

    menggumpal Menggumpal B

  • 2. Komponen penyusun darah

    Komponen penyusun darah terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah :

    Pada gelas benda

    Darah beberapa saat di luar tubuh Darah setelah lama di luar tubuh

    3. Jenis Sel Darah

    Jenis-jenis sel darah yang dijumpai :

    - Sel darah merah/eritrosit :

    Plasma darah

    Sel-sel

    darah

  • - Sel darah putih/leukosit :

    F. Pembahasan

    1. Penetapan golongan darah

    Inti sel berlobus 3

    Inti sel bulat

    Inti sel berbentuk

    kacang

    Inti sel

    berbentuk S

    Inti sel

    berlobus 3

    Sel darah

    merah

  • Penetapan golongan darah dilakukan dengan menggunakan serum anti-A dan serum

    anti-B yang berisi semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk

    cairan elektrolit, antibodi- A atau B, serta hormon. Darah sebagai sampel dalam penetapan

    golongan darah diperoleh dari lima orang probandus. Masing-masing sampel ditetesi serum

    anti-A dan serum anti-B untuk mengetahui golongan darah dari probandus tersebut. Dari

    percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil :

    Pada probandus pertama, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas

    benda. Darah tersebut akan digunakan sebagai sampel dalam penentuan golongan darah.

    Untuk mengetahui golongan darah probandus pertama, ditetesi serum anti-A dan serum anti-

    B. Setelah darah dan serum diaduk, kemudian diamati tampak darah yang diberi serum anti-A

    tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena pada darah tersebut tidak memiliki

    aglutinogen-A. Aglutinin merupakan protein dalam darah yang dapat menggumpalkan

    aglutinogen, apabila aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi

    aglutinasi, darah akan menggumpal dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Darah yang

    diberikan serum anti-B tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki

    aglutinogen-B. Apabila aglutinin-b tercampur dengan aglutinogen-B maka akan terjadi

    aglutinasi, darah akan menggumpal. Karena setelah ditetesi serum darah tidak ada yang

    menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A dan aglutinogen-B,

    sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus pertama adalah golongan darah O.

    Pada probandus kedua, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda.

    Untuk mengetahui golongan darah probandus, ditetesi serum anti-A dan serum anti-B pada

    darah. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum anti-A

    mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-A, karena apabila

    aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi aglutinasi, darah akan

    menggumpal. Darah yang diberikan serum anti-B tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi

    karena tidak memiliki aglutinogen-B. Setelah ditetesi serum anti-A darah mengalami

    penggumpalan dan setelah ditetesi serum anti-B darah tidak menggumpal, maka darah

    tersebut memiliki aglutinogen-A dan tidak memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui

    bahwa golongan darah dari probandus kedua adalah golongan darah A.

    Pada probandus ketiga, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda.

    Ditetesi serum anti-A dan serum anti-B pada darah untuk mengetahui golongan darah

    probandus ketiga. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum anti-

    A tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-A, karena

    apabila aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi aglutinasi. Darah yang

  • diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-B.

    Aglutinin-b tidak bisa bercampur dengan aglutinogen-B, menyebabkan penggumpalan /

    aglutinasi. Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha mengidentifikasi karakter yang

    mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika

    sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia

    akan menciptakan antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh

    proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen

    dan menjadikannya sangat lengket.

    Karena setelah ditetesi serum anti-A darah tidak mengalami penggumpalan dan

    setelah ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki

    aglutinogen-A dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari

    probandus ketiga adalah golongan darah B.

    Pada probandus keempat, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas

    benda. Untuk mengetahui golongan darah probandus keempat, ditetesi serum anti-A dan

    serum anti-B pada darah. Setelah diaduk dan diamati, tampak darah yang diberi serum anti-A

    mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-A. Aglutinin-a tidak bisa

    bercampur dengan aglutinogen-A, dan menyebabkan penggumpalan/aglutinasi. Hal ini terjadi

    karena sistem kekebalan tubuh dapat mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah

    satu hal pertama yang dicari adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh

    bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, maka ia akan menciptakan

    antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut

    aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya

    sangat lengket. Darah yang diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi

    karena memiliki aglutinogen-B. Aglutinin-b tidak bisa bercampur dengan aglutinogen-B,

    akan menyebabkan penggumpalan/aglutinasi . Karena setelah ditetesi serum anti-A darah

    mengalami penggumpalan dan setelah ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah

    tersebut memiliki aglutinogen-A dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui

    golongan darah dari probandus keempat adalah golongan darah AB.

    Pada probandus kelima, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda.

    Ditetesi serum A dan serum B pada darah untuk mengetahui golongan darah probandus

    ketiga. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum anti A tidak

    mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-A, darah yang

    diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-B.

    Karena setelah ditetesi serum anti-A darah tidak mengalami penggumpalan dan setelah

  • ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A

    dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus ketiga

    adalah golongan darah B.

    Serum anti A menyebabkan aglutinasi pada golongan darah A dan golongan darah AB

    tidak mempunyai pengaruh pada golongan darah B dan golongan darah O. Serum anti B

    menyebabkan aglutinasi pada golongan darah B dan golongan darah AB tidak berpengaruh

    pada golongan darah A dan O.

    2. Komponen penyusun darah

    Plasma darah merupakan bagian darah yang cair. Plasma darah tersusun atas 90%

    air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel

    darah. Saat pertama darah ditetesi di kaca benda, sel-sel darah masih bergabung satu

    dengan yang lainnya (dapat menyebar merata) akan tetapi setelah beberapa menit di

    diamkan darah mengalami perubahan, dimana pada bagian tepi darah menjadi berwarna

    merah kekuningan sedangkan pada bagian tengah tampak merah pekat. Merah kekuningan

    tersebut ialah plasma darah dan merah pekat merupakan sel-sel darah. Apabila diamati

    menggunakan mikroskop, sel-sel darah tersebut tampak bergabung menjadi

    satu/berkumpul, sedangkan plasma darah tampak merah bening dan tidak ada plasma

    darahnya. Apabila darah sudah berada di luar tubuh dalam waktu yang cukup lama akan

    membeku dan berubah warna menjadi kehitaman. Selain itu akan nampak garis-garis

    hitam disela-sela sel darah. Garis-garis tersebut menunjukan bahwa darah telah mengalami

    kerusakan. Komponen darah dari percobaan di atas, ditemukan bahwa darah terdiri dari

    plasma dan sel darah di dalamnya.

    3. Jenis sel darah

    Dibuat apusan pada kaca benda, apusan berupa lapisan tipis untuk melihat jenis-

    jenis sel/darah. Setelah dibuat apusan, didiamkan beberapa saat hingga kering. Sediaan

    apus yang telah kering ditetesi methanol hingga kering. Fungsi ditetesi methanol

    memfiksasi udara. Setelah kering sediaan apus ditetesi larutan Giemsa, kemudian ditunggu

    selama 30-45 menit. Fungsi pemberian larutan Giemsa untuk memberi warna pada sel agar

    sel-sel darah mudah dilihat dan dibedakan. Setelah 30 menit, sediaan dicuci kemudian

  • dikeringkan lalu diamati di bawah mikroskop. Dengan perbesaran yang kuat, dijumpai

    berbagai macam sel-sel darah. Sel-sel yang berhasil kami amati adalah neutrofil, limfosit,

    eusinofil, monosit, basofil, dan sel darah merah/eritrosit.

    Eritrosit merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak

    memiliki nukleus.

    Neutrofil merupakan sel darah putih yang memiliki nukleus yang terdiri dari dua

    sampai lima lobus (ruang). Sel neutrofil yang kami jumpai memiliki tiga lobus.

    Limfosit merupakan sel darah putih yang berbentuk seperti bola.

    Eusinofil merupakan sel darah putih yang berbentuk hampir seperti bola, memiliki

    nukleus yang terdiri dari dua lobus-tiga lobus. Sel eusinofil memiliki kecendrungan

    untuk berkumpul dalam suatu jaringan. Sel eusinofil yang kami jumpai memiliki

    tiga lobus dan dikelilingi sel-sel darah merah.

    Monosit merupakan sel darah putih yang memiliki satu nukleus besar dan

    berbentuk seperti ginjal / seperti kacang. Sel monosit memiliki inti sel yang

    berwarna biru.

    Basofil merupakan sel darah putih yang memiliki nukleus seperti S.

    G. Kesimpulan

    Setelah melakukan percobaan dalam menetapkan macam-macam golongan darah

    dengan cara ditetesi serum anti-A dan serum anti-B disimpulkan bahwa penetapan

    golongan darah A, B, O didasarkan pada ada tidaknya aglutinogen-A dan

    aglutinogen-B pada darah yang digumpalkan oleh aglutinin. Berdasarkan hal

    tersebut, diketahui adanya macam-macam golongan darah yaitu, A, B, O, dan AB.

    Komponen penyusun darah dari percobaan di atas, ditemukan bahwa darah terdiri

    dari plasma darah dan sel-sel darah di dalamnya.

    Sel-sel darah terdiri dari berbagai jenis, diantaranya sel darah merah/eritrosit, sel

    darah putih terdiri dari: neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan limfosit.

    H. Daftar Pustaka

    Campbell, reece. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga

    Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: Esis

  • Handoyo, Luisa Diana.2012. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.

    Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

    Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

    http://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah diakses 2 April 2012 pukul 20.34

    http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/fungsi-pengertian-komponen-plasma-darah.html

    diakses 2 April 2012 pukul 20.45

    I. Lampiran

    Golongan darah O Golongan darah A

    Golongan darah B Golongan darah AB

    Sediaan apus sebelum ditetesi methanol Sediaan apus setelah ditetesi larutan Giemsa

    Jenis-jenis sel dibawah mikroskop Jenis-jenis sel dibawah mikroskop