laporan praktikum patologi sistemik (1)

Upload: aditya-rendra

Post on 10-Feb-2018

382 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    1/16

    LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK

    NEKROPSI MENCIT

    NAMA KELOMPOK :

    VERY IQBAL M 105130107111011

    SAKTI MUSTIKA W 105130107111015

    ADITYA RENDRA S 105130107111016

    KAHARUDIN SETYO U 105130107111017

    ZUMROTUN KHABIBA 105130113111001

    PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2013

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    2/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangAutopsi atau nekropsi untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam

    menetapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari seekor hewan.

    Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang akurat harus ditunjang dengan hasil

    pemeriksaan dari beberapa laboratorium penunjang, seperti bakteriolagi, virology, parasitologi,

    patologi klinik, toxicology dsb. Nekropsi tidak akan dapat mengungkapkan semua penyebab dari

    suatu penyakit , penyebab kejadian suatu penyakit, kebanyakan berhubungan dengan

    manajemen, termasuk pemenuhan nutrisi yang buruk, kekurangan pakan dan minum, ventilasi

    yang tidak mencukupi, sanitasi yang buruk, unggas mengalami kedinginan atau kepanasan, dan

    populasi yang berlebihan. Keadaan serupa tadi memerlukan pemeriksaan lapangan untuk

    menentukan penyebab masalah. Nekropsi seringkali dilakukan untuk dapat mengidentifikasi

    proses penyakit infeksius, defisiensi nutrisi, keracunan, penyakit parasitik, dan tumor.

    Nekropsi (pemeriksaan postmortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit

    dengan melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan

    melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai. Pemeriksaan postmortem

    dilakukan bila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit

    atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian, dan atas permintaan klien. Pada umumnya

    ada 2 macam cara nekropsi yaitu : (1). Seksi lengkap, dimana setiap organ / jaringan dibuka dan

    diperiksa. (2) seksi tidak lengkap, bila kematian / sakitnya hewan diperkirakan menderita

    penyakit yang sangat menular/ zoonosis ( anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb ). Nekropsi harus

    dilakukan sebelum bangkai mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6 8 jam setelah

    kematian.

    Dengan adanya praktikum diharapkan mahasiswa dapat mendapat gambaran,

    pengetahuan, serta wawasan sehingga dapat menerapkan ilmu yang sudah didapat di bangku

    kuliah untuk dipraktikkan di lapangan

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    3/16

    1.1 Tujuan

    Mengetahui cara dan teknik nekropsi pada mencit

    Dapat mendiagnosa dengan teknik diagnosis standart (diagnosa klinik) terhadap kasus

    yang ada

    nekropsi untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam menetapkan

    diagnosa

    1.2 Manfaat

    Dapat mengerti, memahami dan menjelaskan kasus yang ditemui saat praktikum

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    4/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Nekropsi

    Autopsi atau nekropsi untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam

    menetapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari seekor hewan.

    Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang akurat harus ditunjang dengan hasil

    pemeriksaan dari beberapa laboratorium penunjang, seperti bakteriolagi, virology,

    parasitologi, patologi klinik, toxicology dsb. Nekropsi tidak akan dapat mengungkapkan

    semua penyebab dari suatu penyakit , penyebab kejadian suatu penyakit, kebanyakan

    berhubungan dengan manajemen, termasuk pemenuhan nutrisi yang buruk, kekurangan

    pakan dan minum, ventilasi yang tidak mencukupi, sanitasi yang buruk, unggas

    mengalami kedinginan atau kepanasan, dan populasi yang berlebihan. Keadaan serupa

    tadi memerlukan pemeriksaan lapangan untuk menentukan penyebab masalah. Nekropsi

    seringkali dilakukan untuk dapat mengidentifikasi proses penyakit infeksius, defisiensi

    nutrisi, keracunan, penyakit parasitik, dan tumor.

    Nekropsi (pemeriksaan postmortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit

    dengan melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan

    melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai. Pemeriksaan

    postmortem dilakukan bila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda

    yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian, dan atas

    permintaan klien. Pada umumnya ada 2 macam cara nekropsi yaitu : (1). Seksi lengkap,

    dimana setiap organ / jaringan dibuka dan diperiksa. (2) seksi tidak lengkap, bila

    kematian / sakitnya hewan diperkirakan menderita penyakit yang sangat menular/

    zoonosis ( anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb ). Nekropsi harus dilakukan sebelum bangkai

    mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 68 jam setelah kematian.

    2.2 Mencit ( Mus musculus )

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    5/16

    Mencit liar atau mencit rumah adalah hewan semarga dengan mencit laboratorium.

    Hewan percobaan ini dapat di sebut juga tikus atau tikus putih. Tetapi karena hewan ini paling

    kecil diantara berbagai jenis hewan percobaan dan karena amat banyak galur mencit, maka

    hewan ini disebut dengan mencit. Mencit ini ditempatkan dalam genus mus, sub family murinae,

    family muridae, ordo rodentia. Mencit ini berasal dari Amerika dan Eropa. Mus musculus

    adalah spesies yang umum digunakan untuk penelitian biomedis.

    Bulu mencit liar berwarna keabu-abuan, dan warna perut sedikit lebih pucat. Mata

    berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan bervariasi, tetapi pada umumnya pada umur

    empat minggu berat badan mencapai 18-20 gram. Mencit liar dewasa dapat mencapai 30-40

    gram pada umur enam bulan atau lebih. Mencit liar makan segala macam makanan ( omnivora

    ), dan mau mencoba makan apapun penganan yang tersedia bahkan yang tidak biasa di

    makan.Mencit laboratorium kira kira mempunyai berat badan sama dengan mencit liar, tetapi

    setelah diternakkan selama selektif selama delapan puluh tahun yang lalu, sekarang ada berbagai

    macam bulu dan timbul banyak galur dengan berat badan berbeda.

    o Kandang Mencit

    Mencit laboratorium dapat dikandangkan dalam kotak sebesar kotak sepatu.

    Kandangdapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya plastic ( polipropilen atau

    polikarbonat ). Alumunium atau baja tahan karat ( stainless steel ). Kadang-kadang mencit dapat

    ditempatkan di kandang yng mempunyai dinding dan lantai dari kawat. Prinsip dasar yang perlu

    di perhatikan dalam memilih kandang mencit adalah harus mudah dibersihkan dan disterilkan.

    Pada dasarnya kandang harus ada alas yang bersih. Alas yang sering dipakai seperti

    serpihan kayu ( tatal ), sekam atau amapas tongkol jagung. Kriteria untuk pemilihan alas

    disesuaikan dengan keperluan pemeliharaan. Sebelum digunakan alas akan lebih baik jikadiautoklaf terlebih dahulu.

    o Makanan Mencit

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    6/16

    Banyak faktor-faktor lingkungan terutama kualitas makanan berpengaruh pada kondisi

    mencit secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut dapar mempengaruhi kemampuan mencit

    mencapai potensi genetic untuk tumbuh, berbiak,umur, atau reaksi rehadap pengobatan dan lain-

    lain. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas makanan termasuk apakah

    bahan makanan mudah dicerna, enak dan mencit mau makan, cara menyiapkan dan menyimpan

    makanan serta konsentrasi zat kimia atau bahkan kuman pecemar. Pada umumnya, makanan

    mencit dengan kualitas harus tersedia sebab perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan

    berat badan dan tenaga.

    Bahan-bahan makanan harus dikeringkan sebelum disimpan agar tidak cepat rusak dan

    juga untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan cendawan. Ada dua macam system kawin yang

    biasa dipakai pada mencit, yaitu pasangan monogami ( seekor betina dengan seekor jantan ) dan

    kelompok poligami ( dua atau tiga betina dengan seekor jantan ). Pada kelompok pertama,

    system ini menghasilkan jumlahanak maksimum dalam waktu minimum, dan akan diperolh data

    pembiakan mencit jantan dan betina yang lengkap. Kerugiannya yaitu bahwa diperlukan seekor

    jantan untuk dua atau tiga betina, bahkan untuk lima ekor betina.

    Data Biologis Mencit

    o Lama hidup : 12 tahun, bisa sampai 3 tahun

    o Lama produksi ekonomis : 9 bulan

    o Lama bunting : 1921 hari

    o Kawin sesudah beranak : 124 jam

    o Umur disapih : 21 hari

    o Umur dewasa : 35 hari

    o Umur dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

    o Siklus kelamin : poliestrus

    o Siklus estrus : 4

    5 hari

    o Lama estrus : 1214 jam

    o Perkawinan : pada waktu estrus

    o Ovulasi : dekat akhir periode estrus, spontan

    o Fertilisasi : 2 jam sesudah kawin

    o Berat dewasa : 20 40 gr jantan; 1835 gr betina

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    7/16

    o Berat lahir : 0,5 1,0 gr

    o Jumlah anak : rata rata 6, bisa 15

    o Puting susu : 10 puting, 3 psg di dada, 2 psg di perut

    o Perkawinan kelompok : 4 betina dengan 1 jantan

    o Kromosom : 2n = 40

    o Aktivitas : nokturnal (malam)1 0 0 3

    o Gigi : 2 ( I CPM ) gigi seri tumbuh terus 1 0 3 3

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    8/16

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat & Bahan Praktikum

    - discetting set

    - seekor mencit

    - tempat bedah bangkai

    3.2 Cara Kerja Mencit diperiksa terlebih dahulu tubuh bagian luar dan diamati gejala klinis tertentu.

    Diperiksa secara teliti adanya parasit eksternal pada bulu dan kulit. Diamati warna cuping

    telinga. Diperhatikan pula terhadap kemungkinan adanya diare, leleran dari paru, nares dan

    mata serta kemungkinan adanya kebengkakan dan perubahan warna daerah facial3.

    Mencit yang masih dalam kondisi hidup dapat dibunuh (eutanasi) dengan cara menarik kepala

    ke depan dan menarik ekor kebelakang.

    Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit di bagian medial

    paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh.

    Paha ditarik ke bagian lateral dan diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian

    coxofemoralis.

    Irislah kulit pada bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot dan persendian pada daerah

    tersebut.

    Buat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior dan

    irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit juga diteruskan

    ke bagian posterior di daerah abdomen.

    Kuliti pada bagian ventral badan leher

    Potong dan singkirkan bagian dada demikian sehingga Nampak organ dalam

    Amati letak organ, adanya cairan pada rongga perut/ peritoneum dan rongg dada

    Saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal

    proventrikulus. Tarik keluar seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan memotong

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    9/16

    mesenterium sampai pada daerah kloaka. Periksa bursa fabrisius terhadap abnormalitas

    tertentu

    Hepar, lien dikelurkan dan dilakukan pemeriksaan

    Keluarkan paruh bawah, lidah, esofagus, trakhea, jantung dan paru-paru

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    10/16

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Sebelum nekropsi mencit dilakukan persiapan terlebih dahulu, yaitu

    mempersiapkan alat dan bahan nekropsi. Setelah semua sudah siap maka nekropsi

    segera dilakukan dengan cara Mencit diperiksa terlebih dahulu tubuh bagian luar dan

    diamati gejala klinis tertentu. Diperiksa secara teliti adanya parasit eksternal pada bulu dan kulit.

    Diamati warna cuping telinga. Diperhatikan pula terhadap kemungkinan adanya diare, leleran dari

    paru, nares dan mata serta kemungkinan adanya kebengkakan dan perubahan warna daerah facial.

    Mencit yang masih dalam kondisi hidup dapat dibunuh (eutanasi) dengan cara menarik kepala ke

    depan dan menarik ekor kebelakang.

    Hal ini dilakukan untuk mempermudah kematian mencit.Bangkai dibaringkan pada bagian

    dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit di bagian medial paha dan abdomen pada kedua sisi

    tubuh. Paha ditarik ke bagian lateral dan diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian

    coxofemoralis. Pada kulit di iris pada bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot dan

    persendian pada daerah tersebut. Dibuat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit

    ditarik ke bagian anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan

    pada kulit juga diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen.

    Dikuliti pada bagian ventral badan leher . pada bagian dada, dipotong dan singkirkan

    sehingga Nampak organ dalam. mengamati letak organ, adanya cairan pada rongga perut/

    peritoneum dan rongga dada. Pada Saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong

    oesophagus pada bagian proksimal proventrikulus. Tarik keluar seluruh saluran pencernaan ke

    arah posterior dengan memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka. Periksa bursa fabrisius

    terhadap abnormalitas tertentu . Hepar, lien dikelurkan dan dilakukan pemeriksaan setelah itu

    mengeluarkan paruh bawah, lidah, esofagus, trakhea, jantung dan paru-paru .Setelah daerah

    abdomen selesai tidak lupa bagian thorax yaitu mengeluarkan otak dan mata.

    Pada semua organ yang kelompok kami amati tidak ada satupun organ yang mengalami

    kelainan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa pada mencit yang kami nekropsi tidak mengalami

    sakit atau bisa di katakana bahwa mencit tersebut sehat.

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    11/16

    Gambar.01. peralatan praktikum

    Gambar.02. organ dalam mencit

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    12/16

    Hasil Nekropsi

    Organ Epikrise Diagnosa PA

    Keadaan Umum Luar

    Kulit dan bulu

    Mata

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Subkutis

    Perlemakan

    Otot

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Rongga Tubuh

    Situs ViserumSitus viserum tidak ada perubahan posis

    Traktus Respiratorius

    Kantung hawa

    Sinus hidung

    Laring

    Trakhea

    Paru-paru

    Kantung hawa keruh dan tidak terdapateksudat fibrinous (3/3)

    Sinus hidung berwarna normal

    Laring normal

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan, paru-paru terlihatberwarna merah muda dan mengapungketika dilakukan uji apung

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    13/16

    Traktus digestivus

    Rongga mulut

    Esofagus

    Tembolok

    Proventrikulus

    Gizzard

    Usus halus

    Usus besar

    Sekum

    Seka tonsil

    Hati

    Pankreas

    .Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Usus terlihat normal ,tidak terjadi hiperemi dan usus berisi

    makanan. Di usus halus tidak ditemukan hiperemi , hemorhagi

    , serta tidak ditemukan eksudat katarrhalis

    Tidak ada kelainan pada usus besar

    Tidak ada kelainan pada sekum

    Pada seka tonsil tidak ditemukan hemorrhagi

    Hati berwarna normal

    Tidak ada kelainan

    Traktus Sirkulatorius

    Jantung

    Pembuluh darah

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Sistem Limforetikular

    LimpaTidak ada kelainan

    Traktus Urogenitalia

    Ginjal

    Ureter

    Ovarium

    Oviduct

    Tidak adakelainan.

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    14/16

    Tidak ada kelainan

    Sistem Syaraf Pusat

    dan Perifer

    Otak

    Syaraf perifer

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Sistem Lokomosi

    Otot

    Tulang

    Persendian

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Tidak ada kelainan

    Diagnosa Kausalis : sehat

    Diagnosa Banding : -

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    15/16

    BAB V

    PENUTUP

    4.1 kesimpulan

    Nekropsi untuk melakukan pemeriksaan yag cepat dan tepat dalam menetapkan

    diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari seekor hewan. Nekropsi

    (pemeriksaan postmortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan

    melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan

    melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai Biasanya untuk

    melengkapi hasil diagnose yang akurat harus ditunjang dengan hasil pemeriksaan dari

    beberapa laboratorium penunjang. seperti bakteorologi, virology,parasitologi, patologi

    sistemik dsb.Pemeriksaan postmortem dilakukan bila ditemukan adanya penurunan

    produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan

    jumlah kematian, dan atas permintaan klien.

    4.2 saran

    Praktikum ini harus dilakukan dengan benar karena tata cara nekropsi

    mempengaruhi hasil nekropsi.

  • 7/22/2019 Laporan Praktikum Patologi Sistemik (1)

    16/16

    Daftar pustaka

    Kelly W.R. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. British Library: London

    Thomas NJ, Hunter DB, Atkinson CT. 2007. Infectious Diseases of Wild Birds. Blackwell

    Publishing. USA.

    Tilley & Smith. 2004. The Five Minute veterinary consult Canine & Feline Third

    Edition.Lippincot William & Wilkins. Philadelphia.

    Tully Jr. TN, Dorrestein GM, Jones AK. 2000. Handbook of Avian Medicine 2nd

    Ed. Saunders

    Elsevier.

    Price & Wilson 1999. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes. The

    University of Tennesee Health Science Cente

    Runnells RA, Monlux WS, Monlux AW. 1965. Principles of Veterinary Pathology 7 thEd. The

    Iowa State University Press. USA.