laporan praktikum teknik pembakaran flash fire point

37
FLASH AND FIRE POINT 7 2313 030 016 2313 030 033 2313 030 035 2313 030 051 15 Oktober 2015 Ir. Sri Murwanti, M.T Tomi Adam B, A.Md. LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN Modul Praktikum : Kelompok : 1. Shinta Hilmy Izzati  NRP  2. Danissa Hanum A  NRP  3. Zandhika Alfi P  NRP  4. Aprise Mujiartono  NRP Tanggal Per cobaan : Dos e n Pem bim bin g :  Asisten :

Upload: zandhika-alfi-pratama

Post on 13-Apr-2018

761 views

Category:

Documents


83 download

TRANSCRIPT

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 1/37

FLASH AND FIRE POINT

7

2313 030 016

2313 030 033

2313 030 035

2313 030 051

15 Oktober 2015

Ir. Sri Murwanti, M.T

Tomi Adam B, A.Md.

LABORATORIUMTEKNIK

PEMBAKARAN

Modul Praktikum :

Kelompok :

1. Shinta Hilmy Izzati  NRP 

2. Danissa Hanum A  NRP 

3. Zandhika Alfi P  NRP 

4. Aprise Mujiartono  NRP

Tanggal Percobaan :

Dosen Pembimbing : 

Asisten :

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 2/37

PROGRAM STUDI Diii

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI

INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI

SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2015

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 3/37

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, flash dan fire point suatu bahan bakar

sangat perlu diketahui. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan

timbulnya kebakaran dari peralatan dipilih minyak dengan titik nyala

yang tinggi. Minyak bumi yang memiliki titik nyala terendah akan

membahayakan, karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila

minyak tersebut memiliki titik nyala terlalu tinggi juga kurang baik,

karena akan susah mengalami kebakaran. Ditinjau dari segi keselamatan,minyak yang baik mempunyai nilai titik nyala yang tinggi karena tidak

mudah terbakar. Demikian pula pada halnya pada minyak mentah, pada

suhu tertentu ada gas yang terbebaskan di atas pemukaan, apabila disulut

api, maka minyak mentah tersebut akan menyala. Titik nyala secara

prinsip ditentukan untuk minyak bumi sehingga dengan demikian dapat

mengantisipasi bahaya terbakarnya produk-produk minyak bumi.

Semakin kecil specific gravity minyak mentah, maka semakin tinggi °API-

nya, berarti minyak dengan jumlah C1-C3  semakin banyak, dengansemakin banyak gas, semakin rendah titik nyala dan titik bakarnya, maka

akan semakin mudah terbakar produk petroleum yang akan diproduksi

(Anonim, 2015).

Titik nyala ( flash point) adalah temperatur terendah dimana

campuran senyawa dengan udara pada tekanan normal dapat menyala

(terbakar sekejap) setelah ada suatu inisiasi,misalnya dengan adanya

percikan api (Toni, 2013). 

Dengan telah dilakukannya praktikum flash dan fire point ini,

praktikan berharap bahwa dengan mengetahui titik nyala dan titik api

suatu bahan bakar akan mempermudah dari segi penggunaan,

penyimpanan. Apakah bahan bakar tersebut mudah terbakar atau

tidaknya.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 4/37

I-2

BAB I PENDAHULUAN

I.2 Rumusan Masalah

1. 

Bagaimana cara mengetahui titik nyala ( flash point) dan titik api

( fire point) dari suatu bahan bakar dengan tepat dan akurat? 2.

 

Bagaimana mempelajari dan mengetahui metode pengukuran titik

nyala pada sampel bahan bakar berdasarkan ASTM D92-05a? 

I.3 Tujuan Percobaan

1. 

Untuk mengetahui titik nyala ( flash point) dan titik api ( fire point)

dari suatu bahan bakar dengan tepat dan akurat.

2. 

Untuk mempelajari dan mengetahui metode pengukuran titik nyala

pada sampel bahan bakar berdasarkan ASTM D92-05a.

I.4 Manfaat Percobaan

Mempelajari dan mengetahui titik nyala ( flash point) dan titik api

( fire point) dari suatu bahan bakar dengan menggunakan metode

standar ASTM D92-05a.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 5/37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Bahan Bakar

Bahan bakar adalah bahan yang apabila terbakar yaitu berkontak

dan bereaksi dengan oksigen atau udara akan timbul panas. Jadi bahan

yang digunakan (digolongkan) sebagai bahan bakar harus mengandung

unsur-unsur atau senyawa yang dapat terbakar yairu : karbon,hidrogen

atau hidrokarbon. Walaupun belerang misalnya kalau terbakar juga akan

mengeluarkan panas,tetapi belerang tidak dipandang sebagai bahan bakar(Sri Murwati, 2010).

Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan

proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan

pengeluaran panas.

Bahan bakar dapat dibedakan menjadi :

1. 

Bahan bakar fosil, seperti : batubara, minyak bumi, dan gas

bumi

2. 

Bahan bakar nuklir, seperti : uranium dan plutonium. Padabahan nuklirm panas

3. 

Bahan bakar lain, seperti : sisa tumbuh-tumbuhan

(biomass),minyak nabati(straight,vegetable oil), minyak hewani,

biofuel/biodiesel(Fauzian, 2012).

Setiap bahan bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran

yang berbeda-beda. Karakteristik inilah yang menentukan sifat-sifat

dalam proses pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan

dapat disempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia ke

dalam bahan bakar tersebut, dengan harapan akan mempengaruhi daya

anti knocking  atau daya letup dari bahan bakar dan dalam hal ini

menunjuk apa yang dinamakan dengan bilangan oktan (octane number).

Proses pembakaran bahan bakar dalam sepeda motor bensin tau mesin

diesel sangat dipengaruhi oleh bilangan setana (cetana number).

Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk

memperoleh energi yang disebut dengan energi panas (heat energy). Hasil

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 6/37

II-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pembakaran bahan bakar yang berupa energi panas dapat di bentuk

menjadi energi lain, misalnya : energi untuk penerangan, energi mekanis

dan sebagainya. Dengan demikian setiap hasil pembakaran bahan bakar

akan didapatkan suatu bentuk energi yang lain yang dapat di sesuaikan

dengan demikian dengan kebutuhan. Sisa-sisa hasil pembakaran dalam

bahan bakar yang harus diperhatikan. Oleh karena itu sisa dari hasil

pembakaran yang kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatif

terhadap lingkungan. Sisa pembakaran ini akan mengandung gas-gas

beracun, terutama di timbulkan oleh pembakaran pada motor bensin.

Sedangkan hasil pembakaran yang di timbulkan oleh motor diesel akan

dapat menimbulkan gas asap yang berwarna gelap yang akan mengotori

lingkungan. Namun pada motor diesel ini tidak berbahaya bagi

lingkungan, jika di banding dengan gas sisa hasil pembakaran pada motor

bensin (Hermawan, 2012).

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi

energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat

dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan

manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar

tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen diudara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah

melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi

nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini

merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia.

Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif

(Abidin, 2012).

II.1.2 Spesifikasi Bahan BakarBerdasarkan makna kata isi yang telah tercantumkan dan

terkandung pada Surat Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas

Bumi tahun 2008, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Republik Indonesia. Standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak

 jenis minyak bakar yang dipasarkan di dalam negeri adalah sebagai

berikut:

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 7/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel II.1 Spesifikasi Bahan Bakar Minyak

A. 

Spesifikasi I

No. Karakteristik SatuanBatasan Metode

UjiIFO-1 IFO 2

Min Maks Min Maks ASTM

1. Nilai Kalor MJ/kg 41.87 41.87 D 240

2.Densitas pada

150CKg/m3  - 991 - 991 D 1298

3.

Viskositas

kinematik pada

500C

mm2/dt - 180 - 380 D 445

4.Kandungan

sulfur%m/m - 3.5 4.0

D 1552/

2662

5. Titik Tuang 0C - 30 - 40 D 97

6. Titik Nyala 0C 60 - 60 - D 93

7. Residu Karbon %m/m  - 16 20 D 189

8.Kandungan

Abu

%m/m  - 0.10 - 0.15 D 482

9. Sedimen total %m/m  - 0.10 - 0.10 D 473

10.Kandungan

Air%v/v - 0.75 - 1.0 D 95

11. Vanadium mg/kg - 200 - - AAS

12.Aluminium +

siliconmg/kg - 80 - -

D 5184 /

AAS

B. 

Spesifikasi II

No. Karakteristik Satuan

Batasan Metode

UjiIFO-1 IFO 2

Min Maks Min Maks ASTM

1.Densitas pada

150CKg/m3  - 991 - 991 D 1298

2.Viskositas

kinematik padamm2/dt - 180 - 380 D 445

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 8/37

II-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

500C

3.Kandungan

sulfur%m/m - 3.5 4.0

D 1552/

2662

4. Titik Tuang 0C - 30 - 40 D 97

5. Titik Nyala 0C 60 - 60 - D 93

6. Residu Karbon %m/m  - 16 20 D 189

7.Kandungan

Abu%m/m  - 0.10 - 0.15 D 482

8. Sedimen total %m/m  - 0.10 - 0.10 D 473

9. Kandungan Air %v/v - 0.75 - 1.0 D 95

10. Vanadium mg/kg - 200 - - AAS

11.Aluminium +

siliconmg/kg - 80 - -

D 5184 /

AAS

II.1.3 Pengertian Titik Nyala (Flash Point) dan Titik Api (Fire Point)

Titik nyala (flash point)  adalah suhu terendah minyak harus

dipanaskan agar menghasilkan uap secukupnya untuk bercampur dengan

udara dan dapat menyala (flammable) bila dilewati api kecil. Satuannya

adalah derajat (°) Celcius atau derajat (°) Fahrenheit. Titik Api (fire point) adalah suhu terendah minyak yang harus dipanaskan untuk menghasilkan

uap secukupnya agar bercampur dengan udara dan dapat terbakar selama

paling sedikit 5 detik. Satuan titik api adalah derajat (°) Celcius atau

derajat Fahrenheit. Suhu ini juga perlu diperhatikan seperti halnya titik

bakar, walaupun penyalaan minyak yang terjadi belum stabil, paling

sedikit 5 detik, tetapi hal ini sudah membahayakan (Marsudi, 2005).

Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah

dari suatu bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat,

apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api.

Titik nyala diperlukan sehubungan adanya pertimbangan-pertimbangan

mengenai keamanan dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan

bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik nyala ini tidak

mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian bahan

bakar minyak untuk mesin diesel atau ketel uap (Hariska, Suciati, & Ramja,

2012).

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 9/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Flash point  ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan

pemanasan yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test

 flame) diarahkan pada permukaan sample. Test flame  ini terus diarahkanpada permukaan sample dengan berganti-ganti sehingga mencapai atau

terjadi semacam ledakan karena adanya tekanan dan api yang terdapat

pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan flash point (Hermeidi,

2015). 

Penentuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana

apabila contoh akan terbakar atau menyala kurang lebih lima detik maka

lihat suhunya sebagai fire point. Penentuan titik nyala dapat dilakukan

pada produk-produk yang volatile seperti gasoline dan solven-solvenringan karena mempunyai flash point di bawah temperatur normal

(Hermeidi, 2015).

Semula penentuan  flash point dan  fire point ini dimaksudkan untuk

keamanan dimana orang yang bekerja tanpa khawatir akan terjadinya

kebakaran, tetapi perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah

tidaknya minyak tersebut menguap (Hermeidi, 2015).

II.1.4 Macam-macam Metode untuk Menentukan Flash dan Fire Point

1. 

Penentuan Flash Point dengan Open Cup Apparatus

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan  flash point  Close Clip

dari petroleum produk dan cairan lain yang mempunyai Flash Point 

antara 0-120°F. Ada tiga macam yang menguraikan cara

penggunaannya yakni metoda A, untuk sampel yang mempunyai  flash

 point 0 s/d 65°F. Metode B untuk contoh yang mempunyai  flash point 

66 s/d 89°F. Metode C untuk sampel yang mempunyai flash point 90 s/d120°F.

Gambar II.1 Flash and Fire Points by Open Cup Apparatus

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 10/37

II-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.  Penentuan Flash Point dengan Pensky-Martens Closed Tester ASTM D

93-71

Metode ini menerangkan suatu prosedur untuk memeriksa titik nyala

dengan alat Pensky-Martens (C.C) dari pada contoh minyak bakar,

minyak kental maupun suspensi padat, bila tidak diterangkan dengan

alat lain. Metode ini tidak berlaku untuk minyak pengering, cairan

berlilin sebagai pelarut atau out-back-back asphalt. Cara ini boleh

dipakai untuk menguji campuran minyak pelumas dengan sedikit

bahan yang mudah menguap.

Gambar II.2 Flash and Fire Points by Pensky Martens Closed Cup Tester

3. 

Penentuan Flash Point dengan Tag Closed Tester

Metode ini dimaksudkan untuk pemeriksaan minyak hasil yang

mempunyai flash point (titik nyala) dibawah 175°F (79°C) kecuali

untuk produk yang sebagai fuel oil, memakai metoda ASTM D-93.

Gambar II. 3 Flash and Fire Points by Tag Closed Tester

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 11/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. 

Penentuan Flash Point dengan Cleveland Open Cup

Cara ini menerangkan suatu prosedur pengujian titik nyala dan titik

api dari semua hasil minyak kecuali untuk bahan bakar atau contoh-contoh minyak yang mempunyai titik nyala terbuka (open cup)  di

bawah 175°F (79°C).

Gambar II. 4 Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup

(ebenezerski, 2015)

II.1.5 Mekanisme Terjadinya Flash dan Fire Point

Setiap cairan yang mudah terbakar memiliki tekanan uap, yangmerupakan fungsi dari temperatur suatu bahan bakar cair. Dengan

naiknya suhu, maka tekanan uap akan mengalami kenaikan, dengan

meningkatnya tekanan uap, konsentrasi penguapan cairan yang mudah

terbakar di udara meningkat, karena itu suhu yang menentukan

konsentrasi penguapan cairan yang mudah terbakar di udara dalam

kondisi kesetimbangan. Cairan yang mudah terbakar yang berbeda

membutuhkan konsentrasi yang berbeda dari bahan bakar di udara untuk

mempertahankan pembakaran. Titik nyala adalah suhu minimum di mana

ada konsentrasi yang cukup dari penguapan bahan bakar di udara untuk

menyebarkan pembakaran setelah sumber pengapian dinyalakan

(Mahmudah, 2014).

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 12/37

II-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.6 Manfaat dan Aplikasi dari Flash dan Fire Point

Menurut Mahmudah (2014), manfaat dan penggunaan dari

penetapan Flash dan Fire Point  produk-produk dari minyak bumi

menurut metode uji ASTM D 92-05a antara lain adalah sebagai berikut: 

1. 

Flash Point dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan sampel

untuk membentuk campuran yang mudah menyala jika ada udara di

bawah kondisi terkontrol. Ini merupakan satu-satunya sifat bahan

bakar yang harus dipertimbangkan dalam memperkirakan timbulnya

bahaya kebakaran pada bahan bakar tersebut.

2. 

Flash Point  diperlukan dalam pelayaran dan peraturan keamanan

bahan bakar yang akan ditransport untuk mendefinisikan bahan-bahan

yang mudah menyala dan juga mudah terbakar, seseorang seharusnya

tetap mengacu pada aturan  –  aturan khusus yang terkait pada definisi

yang tepat dari penggolongan bahan-bahan tersebut diatas. 

3. 

Flash Point dapat menunjukkan adanya bahan yang mudah menguap

dan mudah terbakar didalam suatu bahan yang relatif tidak mudah

untuk menguap ataupun relatif tidak mudah untuk terbakar.

4. 

Fire Point  dapat juga digunakan untuk mengukur karakteristik dari

sample untuk mendukung proses pembakaran.Dalam dunia indusri, terutama industri perminyakan penting sekali

untuk mengetahui flash dan fire point dari suatu bahan bakar. Hal ini

berkaitan dari segi penggunaan atau pengolahan dan penyimpanan.

Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan,

karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut

mempunyai titik nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah

mengalami pembakaran. Tetapi kalau ditinjau dari segi keselamatan maka

minyak yang baik mempunyai flash point yang tinggi karena tidak mudahterbakar (Hermeidi, 2015).

II.2 Karakteristik Bahan Bakar

a. 

Solar

Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340°C,

dan merupakan bahan bakar mesin diesel. Solar tidak dapat menguap

pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 13/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

atas untuk diolah kembali. Umumnya, solar mengandung belerang

dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan

dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur kemudahanmenyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.

Saat ini, Pertamina telah memproduksi bahan bakar solar ramah

lingkungan dengan merek dagang Pertamina DEX (Diesel

Environment Extra). Angka setana DEX dirancang memiliki angka

setana minimal 53 sementara produk solar yang ada di pasaran adalah

48. Bahan bakar ramah lingkungan tersebut memiliki kandungan sulfur

maksimum 300 ppm atau jauh lebih rendah dibandingkan solar di

pasaran yang kandungan sulfur maksimumnya mencapai 5000 ppm(Hariyanto, 2013).

Sifat Atau Karakteristik Dari Bahan Bakar Diesel Atau Solar

1. Tidak berwarna atau sedikit kekuningan dan berbau

2. Encer dan tidak menguap di bawah temperature normal

3. Mempunyai titik nyala tinggi (40-100°C)

4. Terbakar spontan pada 350°, sedikit dibawah temperature bensin

5. Mempunyai berat jenis 0,82-0,86

6. Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10500 kcal/kg)

7. Memiliki rantai hidrokarbon C14 s/d C18 

Syarat-syarat Kualitas Solar yang diperlukan sebagai berikut :

1. 

Mudah terbakar

2. 

Solar harus dapat memungkinkan engine bekerja lembut dengan

sedikit knocking.

3. 

Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku)

Solar harus tetap cair pada temperatur rendah sehingga engine akanmudah dihidupkan dan berputar lembut.

4. 

DayaPelumasan

Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nosel

Oleh karena itu harus mempunyai sifat daya pelumas yang baik.

5. 

KekentalanSolar

solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat

disemprotkan oleh injektor.

6. 

Kandungan Sulfur

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 14/37

II-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sulfur merusak pemakaian komponen engine, dan kandungan sulfur

solar harus sekecil mungkin.

7. 

Stabil

Tidak berubah dalam kualitas, tidak mudah larut selama disimpan.(Hariyanto, 2013) 

Tabel II.2. MSDS Solar

NO

.

KARAKTERISTI

KSATUAN

BATASAN METODE

MIN MAKS ASTM IP

1.

Bilangan Cetana

Angka Setana

atau

Indeks Setana

-

-

48

45

-

-

D 613-95

D 4737-96a

2.Berat Jenis pada

150CKg/m3 815 870

D1298/D4052-

96

3.Viskositas (pada

suhu 400C)‘mm

2/sec 2.0 5.0 D445-97

4.Kandungan

Sulfur%m/m - 0.35 D 2622-98

5. DestilasiTemp. 95

0C - 370

6. Titik Nyala 0C 60 - D 93-99c

7. Titik Tuang 0C - 18 D 97

8. Residu Karbon %m/m - 0.1 D 4530-93

9. Kandungan Air mg/kg - 500 D 1744-92

10. Biological Growth - Nihil

11.

Kandungan

FAME %v/v - 10

12.

Kandungan

Methanol dan

Etanol

%v/vTak

TerdeteksiD 4815

13.Korosi Lempeng

Tembagamenit -

Kelas

1D 130-94

14. Kandungan Abu %v/v - 0.01 D 482-95

15. Kandungan %m/m - 0.01 D 473

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 15/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sedimen

16.Bilangan Asam

Kuat

mg

KOH/g

- 0 D 664

17.Bilangan Asam

Total

mg

KOH/g- 0.5 D 664

18. Partikulat Mg/l - - D 2276-99

19.Penampi;an

VisualJernih & Terang

20. WarnaNo.

ASTM3.0 D 1500

b. 

Kerosin

Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak

berwarna dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 200 °C

dan 300 °C. Minyak tanah atau disebut juga parafin. Minyak tanah

banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor, sekarang banyak

digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4

atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan

bakar roket. Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair.

Kerosin didestilasi langsung dari minyak mentah dan memerlukan

pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox atau hydrotreater

untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene dapat juga

diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan

bagian dari minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak.

Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan

dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin,naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen

senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak

tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik

nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta

bau dan warna yang khas (Lusty, 2011).

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 16/37

II-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pengolahan Minyak Tanah:

a. 

Pencucian dengan asam sulfat

Pada pengolahan minyak tanah dilakukan pencucian dengan asam

sulfat, untuk mengetahui kadar belerang dan kandungan senyawa yang

membentuk kerak pada sumbu serta warna. Proses ini dilakukan

dengan cara penambahan asam sulfat sampai 5 kali, setelah dipisahkan

kemudian dicuci dengan soda dan air.

b. 

Proses Adeleanu

Proses ini pada dasarnya hanya ekstraksi senyawa aromatik

menggunakan belerang dioksida.

Pemakaian terpenting dan sifat fisik kerosin yakni sebagai minyak

lampu. Kerosin sebagai minyak lampu dihasilkan dengan jalan

penyulingan langsung, sifat-sifatnya yang harus diperhatikan bila

kerosin digunakan sebagai minyak lampu adalah:

a. 

Warna

Kerosin dibagi dalam berbagai kelas warna yakni water spirit (tidak

berwarna), primer spirit dan standar spirit. Di India, pemakai di

pedalaman tidak mampu membeli kerosin putih karena mengira ini

adalah air dan mengira hanya yang berwarna kuning atau sawomatang saja yang dapat membakar dengan baik.

b. 

Sifat Bakar

Nyala kerosin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah

seperti kandungan hidrokarbon, alkane-alkana memiliki titik nyala

api yang paling baik serta sifat bakar naphten terletak antara

aromatic dan alkana.

Tabel II.3 MSDS Kerosene 

NO KARAKTERISTIK SATUAN BATASAN METODE

MIN MAKS ASTM IP

1. Densitas pada 150C kg/m3 - 835 D 1298 -

2. Titik Asap Mm 15 - D 1322 -

3.Nilai Jelaga (Char

Value) mg/kg 38,0 310 IP 10

4.Distilasi:

Perolehan pada % vol

-

18

-

-

D 86

-

-

-

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 17/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2000C

Titik Akhir 0C - 310 - -

5. Titik Nyala Abel 0C 38.0 - - IP170

6.Kandungan

Belerang% massa - 0.20 D 1266 -

7.

Korosi Bilah

Tembaga

(3jam/500C)

- - No.1 D 130 -

8. Bau dan Warna

Dapat

Dipasarkan

II.3 Metode dan Peralatan Pengujian Flash dan Fire Point Berdasarkan

ASTM D-92

Alat yang dipakai untuk pemerikasaan titik nyala & titik api adalah

Open Cup & Pensky-Marten untuk minyak-minyak berat dan Tag Tester  

untuk minyak-minyak ringan. Titik nyala dapat diukur dengan metoda

wadah terbuka (Open Cup atau OC ) atau wadah tertutup (Closed Cup atau

CC ). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari

yang diukur dengan metoda wadah tertutup. Minyak berat yang akan

diperiksa dipanaskan pada kecepatan 10oF per menit, untuk minyak

ringan pada 1,8oF per menit. Metode standar untuk pengukuran titik

nyala adalah ASTM D-92.

Metode Pengujian Flash Point  dan Fire Point  berdasarkan ASTM

D92-05a adalah sebagai berikut:

1. 

Isi tempat sampel (cup) sampai tanda batas pengisian. Suhu sampeldan tempatnya tidak boleh melebihi 56°C (100°F) di bawah titik

nyala yang diharapkan.

2. 

Apabila sampel yang akan diuji dalam bentuk padat, maka perlu

dicairkan sehingga perlu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu

yang tidak boleh melebihi 56°C (100°F).

3. Pastikan panas awalnya akan naik 5-6°C (9-30°F)/menit. Apabila

suhu sampel sekitar 56°C (100°F) panasnya perlu diturunkan

sampai suhu 28°C (50°F) dengan kecepatan 5-6°C (9-11°F)/menit.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 18/37

II-14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Pada suhu 28°C (50°F) terakhir terjadi kenaikan suhu dari suhu

sebelumnya, pada kondisi ini perlu dijaga dari terganggunya

pengujian oleh uap ataupun busa.

5. Catat pengamatan sebagai titik nyala, ketika asap muncul dan

menyebar di seluruh permukaan sampel.

6. Untuk menentukan titik api, lanjutkan pemanasan yang dilakukan

pada sampel setelah diketahui titik nyalanya, sehingga terjadi

peningkatan suhu 5-6°C (9-11°F)/menit. Melanjutkan pemanasan

hingga terjadi nyala api selama minimal 5 detik.

7. Catat suhu titik api yang terdeteksi pada saat sampel menyala.

8. Ketika peralatan selesai digunakan, untuk keamanan peralatan

usahakan suhunya kurang dari 60°C (140°F), kemudian bersihkan

tempat sampel (cup) sesuai dengan prosedur.

Ketepatan metode tes ini menurut Mahmudah, 2014 ditentukan oleh

hasil pemeriksaan statistik uji antar laboratorium adalah sebagai

berikut:

a. 

Repeatability  

Perbedaan antara hasil yang berturut-turut. Hasil yang

diperoleh dari operator yang sama, aparat yang sama, dan di bawahkondisi operasi konstan pada bahan uji identik, akan dalam jangka

panjang, dalam operasi normal dan benar dari metode pengujian,

melebihi nilai berikut dalam satu kasus di 20 kali pengujian.

Flash point 8°C (15°F)

Fire point 8°C (15°F)

b. 

Reproducibility  

Perbedaan antara dua dan hasil independen, yang diperoleh

dari operator yang berbeda, bekerja di laboratorium yang berbeda,pada bahan yang identik, akan dilakukan dalam jangka panjang,

dalam operasi normal dan benar dari tes metode, melebihi nilai

berikut hanya dalam satu kasus di 20 kali pengujian.

Flash point 18°C (32°F) 

Fire point 14°C (25°F) 

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 19/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.4 Aplikasi Jurnal

Pembuatan Bahan Bakar Minyak Solar 480C Bertitik Nyala

Minimum 550

C dan 520

C melalui Cutting Distillation Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” 

29 April 2011

Pada saat ini batasan titik nyala yang ditentukan untuk minyak Solar 48

di Indonesia adalah minimum 60°C, yang lebih tinggi dibandingkan dengan

negara-negara lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuat

minyak Solar 48 dengan titik nyala minimum 55oC dan 52oC denganmenggunakan metode cutting distillation. Proses cutting distillation dilakukan

terhadap campuran 50:50 minyak tanah dan minyak solar pada temperatur

penguapan distilat berkisar antara 10% sampai 40% dari volume distilat. Sisa

campuran bahan bakar yang diperoleh dari pemotongan distilasi yang

mempunyai angka setana paling mendekati 48 digunakan sebagai komponen

dasar untuk pembuatan minyak Solar 48 bertitik nyala 55oC dan 52oC.

Kemudian fraksi nafta digunakan untuk membuat penyesuaian titik nyala.

Berdasarkan hasil uji sifat-sifat fisika/kimia minyak solar 48 bertitik nyala 55oC

dan 52oC yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan spesifikasi

minyak Solar 48 yang berlaku di Indonesia sebagaimana diatur dalam Surat

Keputusan Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.

  Pada saat ini batasan spesifikasi titik nyala minyak Solar 48 di Indonesia

adalah minimum 60°C. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan titik nyala

minyak solar di negara lain. Bahkan Thailand dan Filipina punya spesifikasi

titik nyala lebih rendah lagi yaitu 52°C. Yang dimaksud dengan minyak Solar 48

adalah bahan bakar untuk mesin diesel putaran tinggi dengan spesifikasi titik

nyala ( flash point) minimum 60oC, angka setana minimum 48, dan sifat

fisika/kimia lainnya memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

Pemerintah melalui Surat Keputusan Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006

tanggal 17 Maret 2006. Menurunkan titik nyala minimum minyak solar 48 dari

60oC menjadi 55oC atau 52oC, dapat meningkatkan jumlah produksi minyak

solar dalam negeri, maksudnya bertambah rendah titik nyala minimum minyak

solar memberi peluang terhadap bertambahnya kandungan fraksi ringan dalam

minyak solar dan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan ekses minyak

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 20/37

II-16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tanah di kilang-kilang Pertamina. Titik nyala tidak berhubungan langsung

dengan kinerja mesin, tetapi merupakan karakteristik penting

dari bahan bakar minyak solar yang diperlukan untuk keamanan selama

penanganan dan penyimpanan (safety handling and storage).Titik nyala adalah temperatur terendah di mana uap dari bahan bakar

mulai terbakar. Perubahan titik nyala minyak solar selama penanganan dan

penyimpanan merupakan indikasi terjadinya perubahan mutu melalui proses

kontaminasi. Tujuan penelitian ini adalah membuat bahan bakar minyak Solar

48 bertitik nyala minimum 55oC dan 52oC melalui metode cutting distillation

dari campuran minyak tanah dan minyak solar dengan perbandingan 50:50 di

mana minyak solar yang

dihasilkan tersebut mempunyai sifat-sifat fisika/kimianya masih memenuhispesifikasi minyak solar 48 yang ditetapkan Pemerintah dan melihat

pengaruhnya terhadap perobahan karakteristik fisika/kimia lainnya.  

Metodologi yang digunakan dalam penelitian pembuatan bahan bakar

minyak Solar 48 bertitik nyala 55oC dan 52oC adalah metode pemotongan fraksi

distilasi (cutting distillation) dari campuran minyak tanah dan minyak solar

dengan perbandingan 50:50. Pemotongan dilakukan berdasarkan temperatur

distilasi pada 10%, 20%, 30% dan 40% volume penguapan. Residu/sisa distilasi

ditampung dan di beri kode SM-B-10, SM-B-20, SM-B-30 dan SM-B-40 masing-

masing sesuai dengan persentasi volume penguapan. Selanjutnya dilakukan

pengujian titik nyala dan angka setana. Kemudian bahan bakar minyak solar

yang mempunyai angka setana paling mendekati spesifikasi minyak solar

diambil dan digunakan sebagai komponen minyak solar dasar pembuatan

minyak solar bertitik nyala 55oC dan 52oC. Selanjutnya dilakukan blending

fraksi nafta dengan persentasi penambahan bervariasi sehingga didapatkan

percontoh minyak solar bertitik nyala 55oC dan 52oC yang diberi kode MS-55

dan MS-52.  Kemudian dilakukan analisis karakteristik fisika/kimianya dengan

menggunakan metode ASTM sesuai dengan spesifikasi minyak solar yangditetapkan Pemerintah.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari pembuatan minyak solar bertitik

nyala 55°C dan 52°C melalui cutting distillation dapat disimpulkam sebagai

berikut:

1. Minyak Solar bertitik nyala 55°C (MS-55) didapatkan melalui cutting

distillation pada temperatur diperolehnya 40% volume penguapan dengan

penambahan 4,0% komponen nafta.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 21/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

II-17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Minyak Solar bertitik nyala 52°C (MS-52) didapatkan melalui cutting

distillation pada temperatur diperolehnya 40% volume penguapan dengan

penambahan 4,6% komponen nafta.

3. Karakteristik fisika/kimia minyak Solar 48 bertitik nyala 55°C dan 52°C yangdihasilkan, secara keseluruhan dapat memenuhi spesifikasi Minyak Solar 48

yang ditetapkan Pemerintah sesuai SK Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006

tanggal 17 Maret 2006.

4. Semakin rendah titik nyala minyak solar memberikan indikasi terjadinya

penurunan kemampuan pelumasan minyak solar tersebut.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 22/37

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan

1. 

Sampel: a. Solar 78 %

b. Kerosin 22 %

2. 

Reproducibility : 2 kali

3.  Repeatability : 3 kali

4. 

to = 36oC (Operator 1)

to = 34oC ; 36oC ; 38°C (Operator 2)

to = 38oC ; 34oC ; 36°C (Operator 3)

III.2 Bahan yang Digunakan

1. 

Solar

Tempat : Pom Bensin Pandugo

Tanggal : 15 Oktober 2015

Waktu : 14.37 WIB

2. 

Kerosin

Tempat : Toko Kelontong KeputihTanggal : 15 Oktober 2015

Waktu : 15.55 WIB

III.3 Alat yang digunakan

1. 

Termometer

2. 

Cawan

3. 

Kaki tiga

4. 

Statif5.

 

Kasa

6. 

Bunsen

7. 

Penyulut api

8. 

Pipet tetes

9. 

Gelas ukur

10. 

Stopwatch

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 23/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

III-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.4. Prosedur Percobaan

III.4.1. Menyiapkan serangkaian peralatan percobaan

1. 

Memasang termometer pada statif2.

 

Menempatkan bunsen pada kaki tiga

III.4.2. Menyiapkan sampel

1. 

Bahan bakar sebanyak 10 ml dengan komposisi solar sebanyak 7,6

ml dan kerosin 2,4 ml.

III.4.3. Tahap Persiapan Pengamatan

1. Menuangkan sampel Bahan bakar sebanyak 10 ml ke dalam cawan

porselen.

2. Meletakkan cawan porselen yang berisi sampel di atas kaki tiga.III.4.4. Tahap Pengamatan

1. 

Melihat suhu awal sampel sebagai t0°C.

2. 

Menyalakan bunsen.

3. 

Mencatat waktu setiap kenaikan suhu 2°C.

4. 

Mencatat temperatur ketika timbul asap.

5. 

Mencatat temperatur ketika sampel menyala pertama kali sebagai

titik nyala (flash point).

6. 

Mencatat temperatur ketika sampel timbul api dan menyalasekurang-kurangnya selama 5 detik sebagai titik api (fire point).

7. 

Memadamkan api pada sampel dengan menutupnya

menggunakan kain basah.

8. 

Mengulangi prosedur yang sama untuk variabel yang lain.

III.5. Diagram Alir Percobaan

III.5.1. Menyiapkan serangkaian peralatan percobaan 

Memasang termometer pada statif

Menempatkan bunsen pada kaki

Selesai

Mulai

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 24/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

III-3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.5.2. Menyiapkan sampel

III.5.3. Tahap Persiapan Pengamatan

Mulai

Sampel yang digunakan sebanyak 10 ml

dengan komposisi biosolar sebanyak 7,6 ml

dan kerosin 2,4 ml.

Selesai

Mulai

Menuangkan sampel sebanyak 10 ml ke

dalam cawan

Meletakkan cawan porselen yang berisi

sampel di atas kaki tiga.

Selesai

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 25/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

III-4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.5.4. Tahap Pengamatan

Mulai

Melihat suhu awal sampel sebagai t0°C

Menyalakan bunsen

Mencatat waktu setiap kenaikan suhu 2°C

Mencatat temperatur ketika timbul asap

Mencatat temperatur ketika sampel

menyala pertama kali sebagai titik nyala

(flash point) 

Mencatat temperatur ketika sampel timbul

api dan menyala sekurang-kurangnyaselama 5 detik sebagai titik api (fire point) 

Memadamkan api pada sampel dengan

menutupnya menggunakan kain basah

Mengulangi prosedur yang sama untuk

variabel yang lain

Selesai

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 26/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

III-5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.6. Gambar Alat Percobaan

Keterangan :

1. Statif

2.Termometer3.Cawan porselen

4. Kasa

5. Kaki tiga

6. Gelas sampel

7. Bunsen

7

6

1

2

3

4

5

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 27/37

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

III-6

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Halaman in i sengaja dikosongkan

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 28/37

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil PercobaanIV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Flash and Fire Point Oleh Operator I

Pada Sampel Solar 78% dan Kerosene 22% Pada t0 = 36oC

mperatur waktu Keterangan Temperatur waktu Keterangan Temperatur Waktu Keter

36 0:32 - 36 0:45 - 36 0:34

38 0:58 - 38 0:58 - 38 0:45

40 1:02 - 40 1:06 - 40 0:57

42 1:08 - 42 1:17 - 42 1:10

44 1:12 Smoke 44 1:22 - 44 1:22

46 1:15 Smoke 46 1:36 Smoke 46 1:27

48 1:18 Smoke 48 1:42 Smoke 48 1:35

50 1:26 Smoke 50 1:46 Smoke 50 1:45 Sm

52 1:28 Flash 52 1:58 Smoke 52 1:56 Sm

54 1:29 Flash 54 2:02 Flash 54 2:12 Sm

56 1:31 Flash 56 2:15 Flash 56 2:19 Sm

58 1:34 Flash 58 2:20 Flash 58 2;33 Sm

60 1:36 Flash 60 2:22 Flash 60 2:35 Sm

62 1:38 Flash 62 2:25 Flash 62 2:36 Fl

64 1:42 Fire 64 2:32 Fire 64 2:38 Fl

66 1:44 Fire 66 2:34 Fire 66 2:41 F

68 1:45 Fire 68 2:35 Fire 68 2:43 F

70 1:46 Fire 70 2:36 Fire 70 2:45 F

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 29/37

 

IV-2

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

IV.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Flash and Fire Point Oleh Operator II

Pada Sampel Solar 78% dan Kerosene 22% Pada t1 = 34oC, 36oC dan 38oC

Temperatur Waktu Keterangan Temperatur Waktu Keterangan Temperatur Waktu Keterang

34 0:34 - 36 0:48 - 38 0:47 -

36 0:43 - 38 0:56 - 40 0:52 -

38 0:46 - 40 1:03 - 42 1:00 -

40 0:55 - 42 1:09 - 44 1:08 -

42 1:00 - 44 1:16 - 46 1:18 -

44 1:09 - 46 1:26 - 48 1:26 -

46 1:17 Smoke 48 1:34 - 50 1:33 -

48 1:26 Smoke 50 1:40 - 52 1:38 -

50 1:30 Smoke 52 1:53 - 54 1:45 -

52 1:44 Smoke 54 1:59 - 56 1:51 Smoke

54 1:52 Flash 56 2:09 Smoke 58 1:57 Smoke

56 1:57 Flash 58 2:13 Smoke 60 2:02 Smoke

58 2:05 Flash 60 2:20 Smoke 62 2:07 Smoke

60 2:10 Flash 62 2:27 Smoke 64 2:20 Smoke

62 2:17 Flash 64 2:31 Smoke 66 2:13 Smoke

64 2:19 Flash 66 2:34 Flash 68 2:16 Smoke

66 2:21 Fire 68 2:35 Flash 70 2:20 Flash

68 2:22 Fire 70 2:36 Flash 72 2:25 Flash

70 2:23 Fire 72 2:38 Flash 74 2:32 Flash

72 2:24 Fire 74 2:40 Fire 76 2:34 Fire

74 2:25 Fire 76 2:41 Fire 78 2:36 Fire

76 2:26 Fire 78 2:42 Fire 80 2:37 Fire

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 30/37

 

IV-3 

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

PUST K

78 2:27 Fire 80 2:43 Fire 82 2:38 F

80 2:28 Fire 82 2:44 Fire 84 2:39 Fi

IV.1.3  Tabel Hasil Pengamatan Flash and Fire Point Oleh Operator IIPada Sampel Solar 78% dan Kerosene 22% Pada t1 = 38oC, 34oC dan 36oC

Temperatur Waktu Keterangan Temperatur Waktu Keterangan Temperatur keterangan W

38 0:55 - 34 0:39 - 36 -

40 1:00 - 36 0:49 - 38 -

42 1:08 - 38 0:56 - 40 -

44 1:15 - 40 1:04 - 42 -

46 1:25 - 42 1:09 - 44 -

48 1:27 - 44 1:17 - 46 -

50 1:34 - 46 1:23 - 48 -

52 1:40 - 48 1:30 - 50 -

54 1:44 - 50 1:33 - 52 -

56 1:42 - 52 1:38 - 54 -

58 1:57 - 54 1;42 - 56 -

60 2:03 - 56 1:46 - 58 -

62 2:09 - 58 1:48 - 60 -

64 2:12 Smoke 60 1:50 Smoke 62 -

66 2:21 Smoke 62 1:52 Smoke 64 Smoke

68 2:23 Smoke 64 1:55 Smoke 66 Smoke

70 2:25 Smoke 66 1:57 Flash 68 Smoke

72 2:27 Smoke 68 2:01 Flash 70 Flash

74 2:28 Flash 70 2:06 Flash 72 Flash

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 31/37

 

IV-4

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

76 2:29 Flash 72 2:10 Flash 74 Flash 2:0

78 2:31 Fire 74 2:17 Fire 76 Fire 2:0

80 2:33 Fire 76 2:20 Fire 78 Fire 2:1

82 2:34 Fire 78 2:21 Fire 80 Fire 2:1

84 2:35 Fire 80 2:22 Fire 82 Fire 2:1

IV.2. Perhitungan Repeatability 

Untuk mendapatkan nilai Flash point dan  Fire Point dari sampel

Solar 78% : Kerosene 22%, yaitu dengan cara menghitung rata-rata Flash

 point dan Fire Point pada Operator I, II dan III sehingga didapatkan nilairepeatability. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.2.1, Tabel IV.2.2 dan

Tabel IV.2.3 berikut:

Tabel IV.2.1 Nilai rata-rata Flash Point dan Fire Point pada Sampel Solar

79% dan Kerosene 22% oleh Operator I

Parameter

Solar 78% + Kerosene 22%Repeatabilit

y

ASTM

D92-05a

Keteranga

nRepeat

I

Repeat

II

Repeat

III

Flash Point

Fire Point

52 0C

64 0C

54 oC

64 0C

62 oC

66 0C

4 0C

3 0C

Max.8 0C

Max.8 0C

Sesuai

Sesuai

Tabel IV.2.2 Nilai rata-rata Flash Point dan Fire Point pada Sampel Solar 79% dan

Kerosene 22% oleh Operator II

Parameter

Solar 78% + Kerosene 22%

Repeatability

ASTM

D92-05aKeteranga

nRepeat

I

Repeat

II

Repeat

III

Flash Point

Fire Point

54 0C

66 0C

66 oC

74 0C

70 oC

76 0C

6 0C

4 0C

Max.8 0C

Max.8 0C

Sesuai

Sesuai

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 32/37

 

IV-5 

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

PUST K

Tabel IV.2.3 Nilai rata-rata Flash Point  dan Fire Point pada Sampel Solar 79% dan

Kerosene 22% oleh Operator III

Paramete

r

Solar 78% + Kerosene 22%Repeatabili

ty

ASTM

D92-05aKeteranganRepeat

I

Repeat

II

Repeat

III

Flash

Point

Fire Point

74 0C

78 0C

66 oC

74 0C

70 oC

76 0C

3 0C

2 0C

Max.8 0C

Max.8 0C

Sesuai

Sesuai

IV.3. Pembahasan

Tujuan dari percobaan Flash Point dan Fire Point adalah untuk menentukan titiknyala ( flash point) dan titik api ( fire point) dari suatu bahan bakar menggunakan

metode standar ASTM D 92-05a.

Titik nyala ( flash point) dan titik api (fire point) merupakan salah satu parameter

penting yang diukur untuk mengetahui spesifikasi suatu bahan bakar. Titik nyala

( flash point) adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap yang apabila bercampur

dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala. Titik api ( fire point)

adalah temperatur dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada keadaan baku

dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.

(Kennedy, 1990).

Grafik IV.3.1 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada

sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 36°

Dari grafik IV.3.1  dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang

dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I

ini  flash point pada suhu 52°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 1,47

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 33/37

 

IV-6

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

menit dan fire point pada suhu 64°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu

1,7 menit. Pada repeat II  flash point pada suhu 54°C dengan waktu yang

dibutuhkan 2,03 menit dan  fire point pada suhu 64°C dengan waktu yang

dibutuhkan 2,53 menit. Pada repeat III ini  flash point  pada suhu 62°C

dengan waktu 2,6 menit dan fire point pada suhu 66°C dengan waktu 2,68

menit.

Grafik IV.3.2 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada

sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 34 0C, t1 = 36 0C dan t2 = 38 0C

Dari grafik IV.3.2  dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang

dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I

ini  flash point pada suhu 54°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 1,87

menit dan fire point pada suhu 66°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu

2,35 menit. Pada repeat II flash point pada suhu 66°C dengan waktu yang

dibutuhkan 2,57 menit dan  fire point pada suhu 74°C dengan waktu yang

dibutuhkan 2,67 menit. Pada repeat III ini  flash point  pada suhu 70°C

dengan waktu 2,33 menit dan fire point pada suhu 76°C dengan waktu 2,57

menit.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 34/37

 

IV-7 

B B IV H SIL PERCOB N D N PEMB H S N

PUST K

Grafik IV.3.3 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada

sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 38°, t1 = 34 0C dan t2 = 36 0C

Dari grafik IV.3.3  dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang

dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I

ini  flash point pada suhu 74°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 2,47

menit dan fire point pada suhu 78°C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu

2,52 menit. Pada repeat II flash point pada suhu 66°C dengan waktu yang

dibutuhkan 1,95 menit dan fire point pada suhu 74°C dengan waktu yang

dibutuhkan 2,28 menit. Pada repeat III ini  flash point  pada suhu 70°Cdengan waktu 2,07 menit dan fire point pada suhu 76°C dengan waktu 2,15

menit.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 35/37

BAB V

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

Dari Percobaan uji Flash Point dan Fire Point dengan menggunakan

sampel Solar 78% : Kerosin 22%, dapat diambil kesimpulan :

1. 

Flash point terjadi pada range suhu 54-74 oC sedangkan untuk fire

point terjadi pada range suhu 66-78 oC.

2. Berdasarkan MSDS dan ASTM D92-05a spesifikasi dari sampel

yang digunakan adalah Solar dengan flash point 120°C dan

Kerosin dengan flash point 38°C, sedangkan fire point adalah

ketika suhu naik 5-6°C/menit.

3. Dari hasil pengujian ketelitian repeatability Flash Point Solar

sebesar 0 - 16 0C dan Fire Point sebesar 2 - 18 0C tidak sesuai

dengan standar ASTM D92-05a tidak boleh melebihi 8 0C untuk

 flash point dan tidak boleh melebihi 18°C untuk fire point.

V.2 Saran

1. 

Ketika pengamatan terbentuknya smoke seharusnya lebih teliti

lagi, karena mempengaruhi flash and fire nya,

2. 

Lebih mempelajari lagi perbedaan penentuan flash point dan fire

point, karena secara teori sudah jelas namun pada saat praktikum

sangat sulit menentukan perbedaan antara titik flash point dan

fire point,

3. 

Lebih mempelajari lagi mengenai cara penyulutan api, dalam

posisi miring atau lebih cenderung ke posisi tegak,

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 36/37

V-2

BAB V KESIMPULAN 

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

4. 

Pada saat praktikum seharusnya persediaan cawan dan

termometer lebih banyak, agar proses praktikum tidak menunggu

pendinginan cawan untuk prosedur selanjutnya,

5. 

Lebih mempelajari lagi grafik apa saja yang seharusnya dibuat

dalam laoporan, karena masih rancu.

7/25/2019 Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash Fire Point

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-teknik-pembakaran-flash-fire-point 37/37

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2012, desember 7). Retrieved november 18, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/ALL%20ABOUT%2

0ME%20%20JENIS-JENIS%20BAHAN%20BAKAR.htm

ebenezererski. (2015, maret 13). Retrieved nopember 18, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/metode%20pengujian

%20sifat%20fisika%20minyak%20bumi%202014.htm

Hariyanto, F. (2013, july 31). Retrieved november 18, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Ferblog%20Gudang

%20ilmu%20%20%20MINYAK%20SOLAR%20%28%20sifat,kegunaan,dan%20jenis%

20-%20jenis%29.htm

Hermawan, A. (2012, juni 17). Retrieved 18 11, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Afrony%20Cysers%2

0%20Pengertian%20Bahan%20Bakar%20dan%20Pelumas.htm

Lusty. (2011, maret 2). Retrieved november 18, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Tentang%20Kerosin

%20_%20Lusty%20is%20Writing.htm

mahmudah. (2014, desember 5). Retrieved november 18, 2015, from

file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/

kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/BAB%20II%20Flash

%20and%20Fire%20Point%20awalin.pdf%20-%20Documents.htm