laporan rs kusta

Upload: fajar-tea-jie

Post on 21-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    1/47

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pendahuluan

    Kusta termasuk penyakit tertua, kata kusta berasal dari bahasa India yaitu

    kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Penyakit kusta merupakan

    penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena sering kali mengakibatkan

    mutilasi pada anggot tubuh terutama bagian kaki. Kusta atau lepra merupakan

    penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae termasuk bakteri gram

    negatif yang tahan asam. Mycobacterium leprae sudah tidak terlalu banyak

    penderitanya saat ini, namun di beberapa daerah di Indonesia M leprae masih bisa

    ditemukan.1

    Kusta dahulu dikenal dengan penyakit yang tidak dapat sembuh dan diobati,

    namun sejak tahun 1!0 dimana program Multi "rug #reatment $M"#% mulai

    diperkenalkan, kusta dapat didiagnosis dan diterapi. Pengobatan Kusta pada

    &anita hamil dan anak'anak harus sangat di perhatikan. (aik dari dosis sampai

    pemilihan jenis obat. )gar dapat menghindari efek samping yang tidak di

    kehendaki.1

    2.2 Definisi

    Kusta atau morbus *ansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan

    penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. +araf

    perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian

    atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1

    1

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    2/47

    2.3 Sinonim

    +inonim morbus hansen adalah leprae atau dapat juga disebut dengan

    penyakit kusta.1

    2.4 Epidemioloi

    Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel

    rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapatkan di urin. "i Indonesia

    penderita anak'anak diba&ah umur 14 tahun didapatkan kurang lebih 11, -,

    tetapi anak di ba&ah 1 tahun jarang sekali. +aat ini usaha pencatatan penderita di

    ba&ah 1 tahun penting dilakukan untuk dicari kemungkinan ada tidaknya kusta

    kongenital. rekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara /' tahun.

    $KI%

    Kusta terdapat dimana'mana terutama )sia, )frika, )merika latin, daerah

    tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonomi rendah. Makin rendah

    sosial ekonomi makin berat penyakitnya sebaliknya sosial ekonomi yang tinggi

    sangat membantu penyembuhan. $KI%

    2.! E"ioloi

    Kuman penyebab adalahMycobacterium lepraeyang ditemukan oleh 2.)

    *ansen pada tahun 1!34 di o&egia, yang sampai sekarang belum juga dapat

    dibiakkan dalam media artificial.Mycobacterium leprae berbentuk basil dengan

    ukuran '! 5m 6 0, 5m, tahan asam dan alcohol serta gram'positif.$ rook dan

    KI% (iasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu'satu, hidup dalam sel

    terutama jaringan yang bersuhu dingin. Manusia adalah reser7oir pertama dari

    Mycobacterium leprae, sedangkan binatang yang dapat menjadi reser7oir lepra

    ditemukan pada spesies yaitu armadillos, simpanse, dan mangabey monkey.

    $dr.benny%

    2

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    3/47

    2ambar 1. Mycobacterium leprae

    2.# Klasifi$asi

    "iagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakterioskopis, dan

    histopatologis, imunologi. "i antara ketiganya, diagnosis secara klinislah yang

    terpenting dan paling sederhana. *asil bakterioskopis memerlukan &aktu paling

    sedikit 1 8 0 menit, sedangkan histopatologik 10 8 14 hari. Kalau

    memungkinkan dapat dilakukan tes lepromin $mitsuda% untuk membantu

    penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat diketahui setelah minggu. Penentuan

    tipe kusta perlu dilakukan agar dapat menetapkan terapi yang sesuai./

    #erdapat banyak jenis klasifikasi penyakit kusta diantaranya adalah klasifikasi

    Madrid, klasifikasi 9idley':opling, dan klasifikasi menurut ;*< =$KI%

    #abel 1. >ona spektrum kusta menurut berbagai klasifikasi.$KI%

    K?)+IIK)+I >

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    4/47

    Pasien secara gejala klinisnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok untuk

    tujuan pengobatan. Pasien dengan pausibasilar memiliki sedikit atau bahkan tidak

    ditemukan bakteri pada lesinya, biasanya ' lesi atau lebih sedikit $untuk tujuan

    pengobatan , temuan basil tahan asam mengklasifikasikan pasien dalam

    pausibasilar *ansen%. Pasien dengan multibasilar didapatkan multipel, lesi

    simetris, dan pada biopsi dan smear di dapatkan adanya bakteri tahan asam.

    Kekebalan seluler $cell mediated immunityB CMI% tiap indi7idu akan menentukan

    penyakit *ansen yang di alami penderita. :ika respon CMI terhadap M. leprae

    kuat, maka jumlah organisme akan sedikit $tipe pausibasilar%, dan sebaliknya jika

    respon ini tidak memadai, maka jumlah organisme akan banyak $multibasilar%.

    $andre&%

    #abel /. +pektrum hubungan antara host-parasitedi penyakit Morbus *ansen.

    $andre&%

    9esistensi tinggi 9esistensi tidak stabil #idak

    resisten

    #uberkuloid

    $##%

    (orderline

    #uberkuloid

    $(#%

    (orderline

    $((%

    (orderline

    ?epromatous

    $(?%

    ?epromatous

    $??%

    ?esi 1' +edikit +edikit

    atau

    beberapa,

    asimetris

    (anyak (anyak dan

    simetris

    +mear

    basil

    0 1C /C C 4C

    #es

    lepromin

    C /C C C 0

    *istologi +el epiteloid berkurang

    Kerusakan saraf, sarcoid

    seperti granulom

    Meningkatkan hiatiocytes, foam cell,

    granuloma, sepertixanthoma

    4

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    5/47

    :ika penyakit kulit tidak tampak, gejala klinis yang mungkin muncul

    adalahpatchhipopigmentasi tunggal, mungkin dengan anestesi ringan. Ini disebut

    kusta indeterminate, karena perjalanan penyakit yang tidak dapat diprediksi pada

    tahap ini. ?esi dapat hilang secara spontan atau dapat berlanjut ke bentuk lain dari

    penyakit *ansen.$andre&%

    +pektrum kusta memiliki dua tipe yang stabil, yaitu tuberkuloid dan

    lepromatosa. (entuk'bentuk tipe tersebut tidak dapat berubah, pasien tetap dalam

    satu bentuk atau bentuk lain sepanjang perjalanan penyakit. #uberkuloid atau yang

    disebut ##, memiliki kekebalan seluler CMI yang tinggi, ditandai dengan lesi

    yang kurang dari lima $sering hanya satu% dan organisme yang ditemukan sangat

    sedikit $pausibasilar%. Pasien memiliki imunitas seluler yang kuat terhadap

    organisme. "alam sejarah banyak pasien kusta ## sembuh secara spontan selama

    beberapa tahun. (entuk lepromatosa disebut juga ?? memiliki CMIyang sangat

    terbatas terhadap organisme, lesi sangat banyak, dan banyak ditemukan organisme

    $multibasilar%. "iantara tipe lepromatus dan tuberkuloid terdapat berbagai tipe.

    Kasus yang dekat dengan tipe tuberkuloid disebut borderline tuberkuloid $(#%,

    kasus yang dekat dengan tipe lepromatous yang disebut lepromatous borderline

    $(?%, dan kasus yang berada di tengah'tengah disebut borderline $((%. #ipe

    (orderline adalah karakteristik yang labil, dan dalam perjalanan &aktu tipe ##

    menuju ??, disebut sebagai proses downgrading. Morbus *ansen bisa hanya

    menyerang saraf saja. "i epal dan India, Morbus *ansen yang murni

    menyerang saraf ditemukan sebesar - dari semua kasus baru Morbus *ansen.

    $andre&%

    5

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    6/47

    #abel . (agan diagnosis klinis menurut ;*< $1%.$KI%

    P( M(1. ?esi kulit

    $macula datar,

    papul yang

    meninggi,

    nous%

    ' 1' lesi

    ' *ipopigmentasi

    ' "istribusi tidak

    simetris

    ' *ilangnya sensasi

    yang jelas

    ' D lesi

    ' "istribusi

    lebih simetris

    ' *ilangnya

    sensasi kurang

    jelas

    /. Kerusakan

    saraf

    $menyebabkan

    hilangnyasensasiEkelema

    han otot yang

    dipersarafi

    oleh saraf yang

    terkena

    ' *anya satu cabang

    saraf

    ' (anyak

    cabang saraf

    Menurut ;*< pada tahun 1!1, kusta dibagi menjadi multibasilar dan

    pausibasilar. Fang termasuk dalam multibasilar adalah tipe ??, (?, dan (( pada

    klasifikasi 9idley':opling dengan indeks bakteri lebih dari /C sedangkan

    pausibasilar adalah tipe I, ## dan (# dengan indeks bakteri kurang dari /C.

    $KI%

    ntuk kepentingan pengobatan pada tahun 1!3 telah terjadi perubahan.

    Fang dimaksud dengan kusta P( adalah kusta dengan (#) negati7e pada

    pemeriksaan kerokan kulit, yaitu tipe I, ##, dan (# menurut klasifikasi 9idley A

    :opling. (ila pada tipe'tipe tersebut disertai (#) positif, maka akan dimasukkan

    ke dalam kusta M(. +edangkan kusta M( adalah semua penderita kusta tipe ((,

    (?, dan ?? atau apapun klasifikasi klinisnya dengan (#) positif, harus diobati

    dengan rejimen M"#'M(.$KI%

    2.% Pa"oenesis

    6

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    7/47

    Patogenesis yang menyebabkan kerusakan jaringan disebabkan oleh empat

    prinsip yang menyebabkan kerusakan jaringan.

    1. "erajat ekspresi CMI $cell mediated immunity) ?epromatous leprosi

    terjadi karena kegagalan CMI spesifik mela&an M. leprae yang

    mengakibatkan multifikasi bakteri, penyebaran dan akumulasi bakteri dari

    antigen serta menyerang jaringan lunak. Ketidakaktifan dari lymphocite

    dan macrofagemenandakan bah&a kerusakan jaringan saraf perifer lambat

    dan memiliki onset yang gradual. +edangkan pada tuberkuloid leprosy,

    CMI berekspresi dengan kuat, sehingga infeksi terbatas pada sebagian

    bagian kulit dan persarafan perifer. Infiltrasi limfosit yang cepat

    menyebabkan kerusakan saraf. )ntara kedua bentuk tipe terletak bentuk

    batas penyakit, yang mencerminkan keseimbangan antara CMI dan

    bakteri.

    #ingkat luasnya infeksi dan multifikasi bakteri. Pada lepromatous leprosi,

    penyebaran secara hematogen telah terjadi. (asil menyebar mulai dari lokasi

    superfisial, termasuk mata, mukosa saluran pernafasan bagian atas, testis,

    otot' otot halus, tulang pada tangan, kaki dan &ajah, dan juga persarafan

    perifer dan kulit. Pada tuberkuloid leprosy, multifikasi basil terbatas

    penyebarannya pada &ilayah yang tidak luas dan basil tidak dapat dengan

    mudah ditemukan.

    4 Kerusakan jaringan yang diakibatkan proses imunologis G reaksi kusta Pada

    pasien dengan tipe borderline $(#,((,(?% imunologis pasien tidak stabil

    dan beresiko terjadinya respon reaksi imunomediasi. Pada reaksi type 1

    terjadi penundaan reaksi hipersensitifitas yang disebabkan oleh

    7

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    8/47

    meningkatnya paparan dari antigen M. leprae pada kulit dan jaringan

    persarafan. Pada reaksi type /, erithema nodusum leprosumtejadi karena

    adanya imun komplek deposisi dan sering terjadi pada pasien type (? dan

    ?? yang memproduksi antibodi dan memiliki antigen yang kuat.

    Kerusakan persarafan dan komplikasinya. Kerusakan persarafan terjadi pada

    lesi kulit, serabut saraf sensorik dan otonom yang mensuplai dermal serta

    subkutan mengalami kerusakan. Kerusakan pada persarafan ini akan

    mengakibatkan kehilangan sensasi sensorik dan hilangnya ekskresi keringat

    pada area lesi. jung saraf perifer rentan karena letak mereka di superfisial

    ataupun padafibro-osseus tunnel. Karena hal ini, peningkatan diameter dari

    persarafan akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra neural.

    )kibatnya akan terjadi kompresi neural yang mengakibatkan iskemik.

    Kerusakan pada persarafan perifer akan memberikan tanda'tanda hilangnya

    rasa sensoris berdasarkan dermatom dan hilangnya fungsi motorik yang

    dipersarafi oleh persarafan yang rusak tersebut. (ukti fisiologis keterlibatan

    saraf otonom pusat dan perifer juga telah dilaporkan.

    Kerusakan persarafan menyebabkan timbulnya anastesia, kelemahan otot dan

    kontraktur serta disfungsi autonomik. *al ini akan memudahkan terjadinya

    trauma, terbentur, luka, terbakar, terpotong, yang akhirnya akan menjadi nekrosis

    jaringan karena trauma yang terjadi terus'menerus yang akan menjadi ulserasi,

    secondaryselulitis, dan osteomielitis serta hilangnya jaringan lunak pada akhirnya

    akan berakhir pada kecacatan./

    Pada kusta tipe ?? terjadi kelumpuhan sistem imunitas seluler, dengan

    demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat

    8

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    9/47

    bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan. Pada kusta

    tipe ## kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag

    sanggup menghancurkan kuman. +ayangnya setelah kuman di fagosit, makrofag

    akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang'kadang

    bersatu membentuk sel datia langhans. (ila infeksi ini tidak segera di atasi akan

    terjadi rekasi berlebihan dan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan saraf

    dan jaringan sekitarnya.

    +el scha&n merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae, di samping

    itu sel +ch&ann berfungsi sebagai demielinasi dan hanya sedikit fungsinya

    sebagai fagositosis. :adi bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel +ch&ann,

    kuman dapat bermigrasi dan berakti7asi. )kibatnya akti7itas regenerasi saraf

    berkurang dan terjadi kerusakan yang progesif.

    2.& 'anifes"asi $linis

    (esi a)al dan e*ala +an mun,ul

    2ejala prodromal sangat jarang dan penyakit ini diidentifikasi hingga

    munculnya suatu erupsi pada kulit.Manifestasi klinis pertama pada 0- pasien

    adalah mati rasa, dan mungkin terjadi beberapa tahun sebelum lesi pada kulit dan

    tanda'tanda lainnya di temukan. )&alnya akan terjadi perubahan sensitifitas

    sensorik terhadap suhu dan raba ringan, paling sering terjadi di tangan dan kaki.

    Kehilangan kemampuan membedakan panas dan dingin terjadi lebih a&al dari

    9

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    10/47

    pada sensibilitas terhadap benda tajam. 2ejala tanda'tanda kerusakan pada saraf

    dan intensitasnya tergantung pada jenis kusta yang dialami.4

    Pasien sering datang dengan gejala gangguan pada sarafG yaitu kelemahan

    atau anestesi karena lesi yang menyerang saraf perifer, atau melepuh, terbakar

    atau ulkus di tangan dan kaki yang mengalami anestesi. Pada pasien dengan tipe

    borderline mungkin tampak reaksi dengan nyeri saraf, tiba'tiba palsy, beberapa

    lesi baru pada kulit, nyeri pada mata, atau demam sistemik.

    ?esi yang pertama kali muncul biasanya adalah berkurangnya sensasi

    sensorik pada kulit, atau lesi kulit terlihat. ?esi yang a&al kali muncul,

    berdasarkan sur7ei, merupakan kusta indeterminate, yang paling sering ditemukan

    pada &ajah, permukaan ekstremitas, pantat atau badan. Pada daerah Kulit kepala,

    ketiak, lipatan paha dan kulit daerah pinggang cenderung aman dari lesi. ?esi

    indeterminate terdiri dari satu atau lebih dengan sedikit hipopigmentasi atau

    makula eritematosa, dengan diameter beberapa sentimeter, dengan batas yang

    tidak tegas. Pertumbuhan rambut dan fungsi saraf tidak terganggu. (iopsi dapat

    menunjukkan infiltrasi perineurovascular, dan bila dilakukan pemeriksaan yang

    berkelanjutan akan ditemukan sedikit (#)./atau bahkan tidak didapatkan (#).

    Tu-e$uloidLeprosy /TT0

    ?esi tuberkuloid yang tunggal atau sedikit jumlahnya $lima atau kurang% dan

    distribusi yang asimetris. ?esi dapat hipopigmentasi atau eritematosa, dan

    biasanya kering, bersisik, dan rambut yang rontok. ?esi khas kusta tuberkuloid

    besar, disertai plaueeritematosa dengan batas jelas dengan bagian tepi yang

    10

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    11/47

    meninggi dan didapatkan central healing. Predileksi tersering adalah &ajah,

    tungkai, atau tubuh. +edangkan bagian yang tidak didapatkan lesi pada kulit

    kepala, ketiak, selangkangan, dan perineum.4

    ?esi pada kulit yang tampak berupa plak yang mencolok $berbeda &arna

    dengan kulit sekitarnya%, eritematosa, copper coloured atau ungu, tampak

    peninggian pada tepi lesi dan hipopigmentasi pada tengah lesi. @ritema mungkin

    tidak tampak pada pasien dengan kulit yang lebih gelap. 2angguan sensorik sulit

    di temukan pada &ajah dikarenakan banyaknya suplai dari ujung saraf sensorik.

    :ika pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan menggunakan jari, di bagian luar,

    maka akan teraba saraf yang menebal di sekitarnya, misalnya ner7us ulnaris

    menebal jika terdapat lesi di lengan. mumnya didapatkan efloresensi makula

    pada lesi, erythematous di kulit yang cerah dan hipopigmentasi $tidak pernah

    depigmentasi% di kulit gelap./

    Borderline Tu-e$uloid/BT0

    ?esi ini menyerupai tipe ## kecuali bah&a lesi lebih kecil dan jumlah lesi

    yang lebih banyak. #erdapat satelitlesi disekitar makula yang besar dan plaues.4

    gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe

    tuberkuloid. )danya gangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid, dan biasanya

    asimetris. ?esi satelit biasanya ada dan terletak dekat saraf perifer yang menebal.

    #erdapat lebih sedikit rambut rontok.

    11

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    12/47

    Mid borderline /BB0

    "alam kusta borderline, lesi kulit banyak $tapi masih dapat dihitung% dan

    merah, plak berbentuk tidak teratur. ?esi satelit kecil dapat mengelilingi plak lebih

    besar. #epi lesi susah digolongkan sehingga lebih condong di tipe tuberkuloid.

    nervesmungkin menebal dan nyeri, anestesi hanya sedang pada lesi.4

    Merupakan tipe yang paling tidak stabil dari semua tipe dalam spektrum

    penyakit kusta. "isebut juga sebagai bentuk dimorfik dan bentuk ini jarang

    dijumpai. ?esi dapat berupa lesi yang infiltratif. Permukaan lesi dapat berkilap,

    batas lesi kurang jelas dengan jumlah lesi yang melebihi (# dan cenderung

    simetris. ?esi sangat ber7ariasi, baik dalam ukuran, bentuk, ataupun distribusinya.

    (isa didapatkan lesipunched outyang merupakan cirri khas tipe ini. Pemeriksaan

    bakteriologis ditemukan sejumlah bakteri, reaksi lepromin biasanya negatif, lesi

    merah dan bentuk ireguler, lesi satelit kecil mungkin tampak, mungkin terdapat

    regional adenopathy.

    Borderline lepromatous leprosy

    "alam kusta tipe borderline lepromatosa, lesi simetris, banyak $terlalu banyak

    untuk dihitung%, dan mungkin termasuk makula, papula, plak, dan nodul.

    Kemudian saraf mulai terkena, nervusyang membesar, nyeri, atau keduanya, dan

    biasanya simetris. *ilangnya sensasi dan berkeringat lebih lesi indi7idual adalah

    normal. Pasien biasanya tidak menunjukkan gambaran fullblown kusta

    12

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    13/47

    lepromatosa, seperti madarosis$hilangnya rambut alis%, keratitis, ulserasi hidung,

    dan leonine facies.4

    +ecara klasik lesi dimulai dengan makula. )&alnya hanya dalam jumlah

    sedikit dan dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebih jelas dan lebih

    ber7ariasi bentuknya. ;alaupun masih kecil, papul dan nodul lebih tegas dengan

    distribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodus tampaknya melekuk pada

    bagian tengah. ?esi bagian tengah sering tampak normal dengan pinggir luarnya,

    dan beberapa plak tampak seperti punched out. #anda'tanda kerusakan saraf

    berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan hilangnya

    rambut lebih cepat muncul dibandigkan dengan tipe ??. Penebalan saraf dapat

    teraba pada tempat predileksi.

    Lepromatous leprosy

    ?esi kusta lepromatous berupa makula yang menyebar dan simetris tersebar

    ke seluruh tubuh. Makula tuberkuloid bentuknya besar dan sedikit jumlahnya,

    sedangkan makula lepromatosa berbentuk kecil dan banyak. Makula lepromatosa

    yang tidak jelas, menunjukkan tidak ada perubahan dalam tekstur kulit, dan samar

    dengan kulit di sekitarnya. )da sedikit anastesi atau mungkin tidak ditemukannya

    anastesi pada lesi, tidak ada penebalan saraf, dan tidak didapatkan gangguan

    berkeringat. *ilangnya rambut secara lambat namun progesif terjadi pada

    sepertiga bagian luar alis, kemudian bulu mata, dan akhirnya, tubuh, namun,

    rambut kulit kepala biasanya tidak terkena.

    13

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    14/47

    Infiltrasi lepromatosa dapat dibagi menjadi diffuse, plak, dan nodular

    $2ambar /.!%. :enis diffuse ditandai dengan perkembangan infiltrasi diffuse di

    &ajah, terutama dahi, madarosis, dan kulit yang mengkilap dan seperti lilin,

    kadang'kadang digambarkan seperti tampilan yang dipernis $varnished%.

    Infiltrasi dapat bermanifestasi dengan perkembangan nodul yang disebut

    lepromas. odul a&al yang tidak jelas dan paling sering terjadi di bagian acral G

    telinga $2ambar /.% , alis, hidung, dagu, siku, tangan, pantat, atau lutut.

    Kerusakan nervus juga terjadi pada lepromatous kusta, namun berkembang

    dengan lambat. +eperti lesi kulit, kerusakan saraf terjadi bilateral simetris,

    biasanya dalam bentuk stocking-glove. Ini sering salah didiagnosis sebagai

    neuropati diabetes di )+.4

    2ejala klinis a&al berupa kulit $karena kerusakan nervus biasanya tanpa

    gejala%, tetapi terjadi tanpa disadari oleh pasien, yang sering mengeluhkan gejala

    klinis yang lain, di antaranya hidung buntu dan epistaksis, dan edema kaki dan

    pergelangan kaki karena peningkatan stasis kapiler dan permeabilitas. #anda'tanda

    kulit terdiri dari makula, berdifusi papula, infi ltration atau nodul, atau keempat'

    empatnya. Makula kecil, multiple, eritematosa atau agak hipopigmentasi, dengan

    tepi kabur dan permukaan mengkilap. Papula dan nodul biasanya memiliki &arna

    yang sama dengan kulit normal, tetapi kadang'kadang eritematosa, dengan

    distribusi bilateral simetris pada &ajah, lengan, kaki dan pantat, mungkin terdapat

    di mana saja selain di rambut kulit kepala, aksila, lipat paha dan perineum $daerah

    kulit dengan suhu yang tinggi%. Pada lesi tidak didapatkan gangguan pertumbuhan

    rambut dan sensasi. ?esi mukosa mulut berupa papules pada bibir dan nodul pada

    14

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    15/47

    palatum $mungkin terjaadi perforasi%, u7ula, lidah dan gusi. Mukosa hidung

    tampak hiperemi atau ulserasi dan mudah berdarah, epistaksisumum terjadi./

    +araf sensoris yang terpanjang yang akan pertama kali terkena, menyebabkan

    mati rasa dan anestesi pada permukaan dorsal tangan dan kaki, dan kemudian

    pada permukaan ekstensor lengan dan kaki, dan akhirnya berakhir di tubuh.

    Infiltrasi saraf kornea menyebabkan anestesi, yang menjadi predisposisi cedera,

    infeksi dan kebutaan jika terdapat lagophthalmoskarena terjadi kerusakan saraf

    &ajah. #angan dan kaki membengkak dan dapat terjadi edema. Pada radiografi

    mungkin didapatkan osteoporosis di falang, kista osteolitik kecil dan fraktur

    kompresi. :ari'jari terlihat menjadi bengkok atau pendek. Kuku menjadi tipis dan

    rapuh./

    :ika pasien tetap tidak diobati maka garis dahi menjadi lebih tebal dan

    mengental $facies leonine%, alis dan bulu mata menjadi menipis atau hilang

    $madarosis%, lobus telinga menebal, hidung menjadi cacat, dan dapat terjadi

    deformitas hidung karena perforasi pada septum, dan kehilangan tulang hidung

    bagian depan.1 Pada stadium lanjut serabut'serabut saraf perifer mengalami

    degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anestesi dan pengecilan otot

    tangan dan kaki.

    2ambaran klinis ogan tubuh lain yang dapat diserang yaituG mata berupa

    iritis, iridosiklitis, gangguan 7isus sampai kebutaan. "an hidungG epistaksis,

    hidung pelana. #ulang dan sendiG aborsi, mutilasi, arthritis. ?idahG lkus dan

    nodus. ?aringsG suara parau. #estisGginekomasti, epididimitis akut, orkhitis,atrofi.

    15

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    16/47

    Kelenjar limfe G limfadenitis. 9ambutG alopesia, madarosis. 2injalG

    glumerulonefritis, )mioloidoisis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.

    Keusa$an pada saaf

    "ari ketiga fungsi fisiologis saraf, komponen sensorik adalah yang pertama

    dan yang paling parah terkena dampaknya, tapi terkadang didapatkan lesi murni

    pada motorik. "isfungsi otonom akan selalu muncul dengan kerusakan saraf yang

    parah. "alam lesi kulit ini terkait dengan hilangnya pertumbuhan rambut, dan

    kelenjar sebasea dan sekresi keringat, dan minimnya pembentukan pigmen. "i

    tungkai akan menyebabkan statisnya kapiler, sianosis dan kekeringan, yang

    menyebabkan rentan terhadap kulit yang pecah'pecah. "ua penelitian kohort

    besar dengan pemeriksaan saraf sistematis menunjukkan bah&a saraf tibialis

    posterior adalah yang paling sering terkena, diikuti oleh ulnaris, median, poplitea

    lateral dan &ajah. ?esi pada ner7us ulnaris dan ner7us median biasanya

    rendahEsedikit, yang menyebabkan pengecilan otot tapi kelemahan fleksor tidak

    mendalam, dan anestesi dari dua bagian tangan. mumnya lesi pada saraf

    peroneal menyebabkan kesulitan dalam dorsofleksi dan e7ersi kaki dan anestesi

    pada bagian luar kaki, sebuah kombinasi yang merupakan predisposisi trauma dan

    ulserasi plantar. Kerusakan saraf tibialis posterior termasuk hal yang serius karena

    menyebabkan kelumpuhan dan kontraktur otot'otot kecil kaki dan anestesi dari

    telapak kaki./

    KumanM.lepraesering menyerang saraf tepi yang terletak superfisial dengan

    suhu yang relati7e dingin. +araf tepi yang dapat terserang akan menunjukkan

    16

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    17/47

    berbagai kelainan yaituG . asialis $lagoptalmus, mulut, mencong%, .

    #rigeminus $anestesi kornea%, . auricularis magnus, . 9adialis $drop wrist%, .

    lnaris $anestesi dan paresisEparalisis otot tangan jari H dan sebagaian jari IH%,

    .Medianus $anestesi dan paresisEparalisis otot tangan jari I,II,III dan sebagaian

    IH%, kerusakan ner7us ulnaris dan ner7us medianus menyebabkan jari kiting $clow

    toes% dan tangan cakar $claw hand%, . peroneus komunis !droop foot). . tibialis

    posterior $mati rasa telapak kaki dan jari kitting $Claw toes%.

    Mengenai saraf perifer yang perlu diperhatikan ialah pembesaran, konsistensi,

    dan nyeri atau tidak. *anya beberapa saraf superficial yang dapat dan perlu

    diperiksa, yaitu . fasialis, . )urikularis magnus, . 9adialis, . lnaris, .

    Medianus, . poplitea lateralis, dan . tibialis posterior. #ampaknya mudah, tetapi

    memerlukan latihan dan kebiasaan untuk memeriksanya. (agi tipe ke arah

    lepromatosa kelainan saraf biasanya bilateral dan menyeluruh, sedang bagi tipe

    tuberkuloid, kelainan sarafnya lebih terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.

    "eformitas pada kusta, sesuai dengan patofisiologinya, dapat dibagi

    dalam deformitas primer dan sekunder. "eformitas primer sebagai akibat

    langsung oleh granuloma yang terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae, yang

    mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya, yaitu kulit, mukosa traktus

    respiratorius atas, tulang'tulang jari, dan &ajah. "eformitas sekunder terjadi

    sebagai akibat kerusakan saraf, umumnya deformitas diakibatkan keduanya, tetapi

    terutama karena kerusakan saraf.

    2ejala'gejala kerusakan sarafG

    17

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    18/47

    . ulnaris G

    )nestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis la&ing kelingking dan jari manis

    )trofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial

    . medianus G

    )nesthesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari

    tengah

    #idak mampu aduksi ibu jari

    la&ing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah Ibu jari kontraktur

    )trofi otot tenar dan kedau otot lumbrikalis lateral

    . radialis G

    )nesthesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk

    #angan gantung $&rist drop%

    #idak mampu ekstensi jari'jari atau pergelangan tangan

    . poplitea laeralis G

    )nesthesia tungkai ba&ah, bagian lateral dan dorsum pedis

    Kaki gantung $foot drop%

    Kelemahan otot peroneus

    . tibialis posterior

    )nesthesia telapak kaki

    la& toes

    Paralisis otot intrinsic kaki dan kolaps arkus pedis

    . fasialis

    abang temporal dan Jigomatik menyebabkan lagoftalmus

    abang bukal, mandibular dan ser7ikal menyebabkan kehilangan ekspresi

    &ajah dan kegagalan mengatupkan bibir

    . trigeminus

    18

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    19/47

    )nesthesia kulit &ajah, kornea dan konjungti7a mata

    Kerusakan mata pada kusta juga dapat primer dan sekunder. Primer

    mengakibatkan alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga dapat mendesak

    jaringan mata lainnya. +ekunder disebabkan oleh rusaknya . fasialis yang dapat

    membuat paralisis . orbikularis palpebrarum sebagaian atau seleruhnya,

    mengakibatkan lagoftalmus yang selanjutnya, menyebabkan kerusakan bagian'

    bagian mata lainnya. +ecara sendiri 8sendiri atau bergabung akhirnya dapat

    menyebabkan kebutaan. Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri

    atas kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit

    kering dan alopesia. Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomastia akibat

    gangguan keseimbangan hormonal dan oleh karena infiltasi granuloma pada

    tubulus seminiferus testis.

    2. Dianosa

    Pemeriksaan histopatologi, gambaran histopatologi tipe tuberkoloid adalah

    tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit

    dan non solid. #ipe lepromatosa terdpat kelim sunyi subepidermal $ subepidermal

    clear "one % yaitu suatu daerah langsung di ba&ah epidermis yang jaringannya

    tidak patologik. (isa dijumpai sel 7ircho& dengan banyak basil. Pada tipe

    borderline terdapat campuran unsur 8 unsur tersebut. +el 7ircho& adalah histiosit

    yang dijadikan M. leprae sebagai tempat berkembangbiak dan sebagai alat

    pengangkut penyebarluasan.

    19

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    20/47

    Pemeriksaan serologik, didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh seseorang

    yang terinfeksi oleh M.leprae. Pemeriksaan serologik adalah M?P)

    $Mycobacterium #eprae $article %glutination%, uji @?I+) dan M? dipstick, P9.

    #es lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi

    tidak untuk diagnosis. #es ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita

    terhadap M. leprae. 0,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme,

    disuntikkan intradermal. Kemudian dibaca setelah 4! jamE /hari $reaksi

    ernandeJ% atau 8 4 minggu $reaksi Mitsuda%. 9eaksi ernandeJ positif bila

    terdapat indurasi dan eritemayang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap

    M. #eprae, yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantou6 test $PP"% pada

    tuberkolosis.1

    2.1 Pena"ala$sanaan

    #ujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan

    insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya

    penyakit, untuk mencapai tujuan tersebut, srategi pokok yg dilakukan didasarkan

    atas deteksi dini dan pengobatan penderita.

    "apson, diamino difenil sulfon $""+% bersifat bakteriostatik yaitu

    mengahalangi atau menghambat pertumbuhan bakteri. "apson merupakan

    antagonis kompetitif dari para-aminobe"oic acid $P)()% dan mencegah

    penggunaan P)() untuk sintesis folat oleh bakteri.1 "osis ""+ ialah 1'

    /mgEkg(( setiap hari. @fek samping dari dapson adalah anemia hemolitik, skin

    rash, anoreksia, nausea, muntah, sakit kepala, dan 7ertigo.

    20

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    21/47

    9ifampisin, bakteriosid yaitu membunuh kuman. 9ifampisin bekerja

    dengan cara menghambat &'%- dependent ('% polymerase pada sel bakteri

    dengan berikatan pada subunit beta.1 "osis rifampisin adalah 10 mgEkg((

    diberikan setiap hari atau setiap bulan. 9ifampisin tidak boleh diberikan sebagai

    monoterapi, oleh karena itu memperbesar kemungkinan terjadinya resistensi,

    tetapi pada pengobatan kombinasi selalu diikutkan. #idak boleh diberikan setiap

    minggu atau setiap / minggu karena efek sampingnya. @fek sampingnya adalah

    hepatotoksik, dan nefrotoksik.1,

    ?amprene atau lofaJimin, merupakan bakteriostatik dan dapat menekan

    reaksi kusta. lofaJimin bekerja dengan menghambat siklus sel dan transpor dari

    )EK )#Pase."osis sebagai antikusta adalah 0 mg setiap hari, atau 100 mg

    selang sehari, atau 6100 mg setiap minggu. :uga bersifat anti'inflamasi seihingga

    dapat dipakai pada penggunaan @? $eritema nodusum leprosum% dengan dosis

    lebih tinggi yaitu /00mg'00mgEhari, namun a&itan kerja baru timbul setelah /'

    minggu.1 @fek sampingnya adalah &arna kulit bisa menjadi ber&arna ungu

    kehitaman,&arna kulit akan kembali normal bila obat tersebut dihentikan, diare,

    nyeri lambung.

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    22/47

    Minosiklin merupakn kelompok tetrasiklin, Mekanisme kerja

    bakterisidalnya lebih tinggi daripada klaritromisin tetapi lebih rendah daripada

    rifampisin. "osis standar harian 100 mg. @fek sampingnya adalah pe&arnaan gigi

    bayi dan anak'anak, kadang menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membrane

    mukosa serta berbagai gangguan saluran cerna dan susunan saraf pusat. #idak

    dianjurkan untuk anak'anak atau masa kehamilan.

    Klaritromisin merupakan antibiotic makrolid dan mempunyai akti7itas

    bakterisidal terhadap Mycobacterium leprae pada tikus dan manusia. Pada

    penderita kusta lepromatosa, dosis harian 00 mg dapat membunuh - kuman

    hidup dalam /! hari dan lebih dari ,- dalam hari. @fek sampingnya nausea,

    7omitus dan diare bila diberikan dengan dosis /000 mg.1

    Prednison, untuk penanganan dan pengobatan reaksi kusta. +ulfas errosus

    untuk penderita kusta dengan anemia berat. Hitamin ), untuk penderita kusta

    dengan kekeringan kulit dan bersisisk $ichtyosis%.1

    9egimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan

    oleh ;*

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    23/47

    mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.M"# dengan beberapa

    terapi alternatif telah ditetapkan pada 9apat Konsultasi Kusta asional $9KK%

    yang kiranya sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia. Kombinasi obat ini

    diberikan / tahun sampai tahun dengan syarat bakteriskopis harus negatif.

    )pabila bakterioskopis masih positf, pengobatan harus dilanjutkan sampai

    bakterioskopis negatif.1,

    +elama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan

    secara bakterioskopis minimal setiap bulan. :adi besar kemungkinan pengobatan

    kusta multibasilar ini hanya selama / sampai tahum. Penghentian pemberian

    obat laJim disebut 9elease rom #reatment $9#%. +etelah 9# dilanjutkan

    dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara klinis dan bakterioskopis minimal

    setiap tahun selama minimal tahun. Masa pengamatan setelah 9# dilakukan

    secara pasif untuk tipe P( selama / tahun dan tipe M( selama tahun.1 Kalau

    bakterioskopis tetap negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka dinyatakan

    bebas pengamatan atau disebut 9elease rom ontrol $9%.1,

    2ambar 9egimen M"# Morbus *ansen

    23

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    24/47

    #abel Pengobatan Morbus *ansen

    #erapi Pausi (asiler $P(%

    9ifampicin "apson

    24

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    25/47

    "e&asa 00 mgEbulan

    "iminum di depan petugas kesehatan

    100 mgEhr diminum di

    rumah

    )nak'anak

    $10'14 th%

    9egimen 40 mgEbulan

    "iminum di depan petugas kesehatan

    0 mgEhari diminum di

    rumah

    #abel M"# pada kusta Pausibasiler $P(%

    P( dengan lesi / 8 . ?ama pengobatan dosis ini bisa diselesaikan

    selama ' bulan. +etelah minum dosis ini dinyatakan 9# $(elease *rom

    reatment% yaitu berhenti minum obat./,,4 +elama pengobatan, pemeriksaan secara

    klinis setiap bulan dan bakterioskopis setelah bulan pada akhir pengobatan.

    Penga&asan dilakukan minimal setiap tahun selama / tahun secara klinis dan

    bakterioskopis. :ika tidak ada akti7asi secara klinis maupun bakteriologis tetap

    negatif dinyatakan 9 $release from control%. ntuk kasus yang resisten dapson

    $""+% bisa diganti dengan klofaJimin $lamprene% 100mgEhari.1,

    9egimen Pengobatan Kusta tersebut $;*

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    26/47

    )nak

    $'14 th%

    00 mg /00 mg 0 mg

    #abel 9egimen pengobatan kusta dengan lesi tunggal $9

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    27/47

    regimen pengobatan menjadi klofaJimin 0 mg, ofloksasin 400 mg, dan

    minosiklin 100 mg setiap hari selama bulan, diteruskan klofaJimin 0 mg

    ditambah ofloksasin 400 mg atau minosiklin 100 mg setiap hari selama ! bulan.

    (agi penderita M( yang menolak klofaJimin, dapat diberikan ofloksasin

    400 mgEhari atau minosiklin 100 mgEhari selama 1/ bulan. )lternatif lain ialah

    diberikan rifampisin 00 mg ditambah dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin

    100 mg dosis tunggal setiap bulan selama /4 bulan. +ecara farmakologik

    berdasarkan &aktu paruhnya,ofloksasin diberikan dengan dosis /6/00 mgEhari.

    amun ;*< menetapkan pemberian dosis tunggal 400 mgEhari.1,

    Peno-a"an ea$si $us"a.

    (ila reaksi tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat timbul

    kecacatan berupa kelumpuhan yang permanen seperti claw hand, drop foot, claw

    toes , dan kontraktur. ntuk mengatasi hal'hal tersebut diatas dilakukan

    pengobatan LPrinsip pengobatan 9eaksi Kusta L yaitu immobilisasiEistirahat,

    pemberian analgesik dan sedatif, pemberian obat'obat anti reaksi, M"#

    diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.

    Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat jalan, pemberian analgetik

    dan obat'obat penenang bila perlu, dapat diberikan hlorouine 10 mg N1

    selama ' hari, dan M"# $obat kusta% diteruskan dengan dosis yang tidak

    diubah.

    9eaksi berat, immobilisasi, ra&at inap di rumah sakit, pemberian analgesik

    dan sedati7e, M"# $obat kusta% diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian

    27

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    28/47

    obat'obat anti reaksi dan pemberian obat'obat kortikosteroid misalnya prednison.

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    29/47

    b. #ipe M( selama tahun tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.

    . Penderita P( yang telah mendapatkan pengobatan dosis $blister% dalam

    &aktu ' bulan dinyatakan 9#, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.

    . Penderita M( yang telah mendapatkan pengobatan dosis $blister% dalam

    &aktu 1/'1! bulan dinyatakan 9#, tanpa harus pemeriksaan

    laboratorium.

    3. "efaulter

    - :ika seseorang penderita P( tidak mengambilEminum obatnya lebih dari

    bulan $tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan

    sesuai dengan &aktu yang ditetapkan%, maka mereka dinyatakan

    sebagai "efault $er% P(.

    - :ika seseorang penderita M( tidak mengambilEminum obatnya lebih

    dari bulan $tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan

    sesuai dengan &aktu yang ditetapkan%, maka mereka dinyatakan

    sebagai "efault $er% M(.

    - #indakan bagi penderita "efaulterG

    a. "ikeluarkan dari monitoring dan register

    b. (ila kemudian dating lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis

    ulang dengan teliti, bilaG

    29

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    30/47

    1% "itemukan tanda'tanda klinis yang aktif

    ' KemerahanEpeninggian dari lesi lama dikulit

    ' )danya lesi baru

    ' )danya pembesaran saraf yang baru

    Maka penderita mendapat pengobatan M"# ulang sesuai

    klasifikasi.

    /% #idak ada tanda'tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati

    lagi.

    )da kalanya, jika penderita yang setelah dinyatakan default kemudian

    diobati kembali tetap belum memahami tujuan pengobatan sehingga ia

    berhenti atau tidak lagi mengambil obatnya sampai lebih dari bulan

    maka dinyatakan default kedua. amun untuk default kedua tidak

    dikeluarkan dari register dan hanya dilanjutkan pengobatan yang tersisa

    hingga lengkap. ntuk penderita dengan kebiasaan default diperlukan

    tindakan dan penanganan khusus.

    !. 9elapsEkambuh

    Penderita dinayatkan relaps.

    (ila setelah dinyatakan 9# timbul lesi baru pada kulit maka untuk

    menyatakan relaps harus dikonfirmasikan kedokter kusta yang memiliki

    30

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    31/47

    kemampuan klinis dalam mendiagnosis relaps. ntuk relaps M(, jika

    ternyata pada pemeriksaan ulang (#) setelah 9# terjadi peningkatan

    Indeks (akteriologi / $atau lebih% disbanding dengan saat diagnosis maka

    penderita dinyatakan 9elaps. 9ujukan dalam kasus relaps memungkinkan

    karena kasus relaps bukan termasuk kedaruratan.

    (ila hasil relaps telah dikonfirmasikan, maka penderita diobati "# sesuai

    hasil pemeriksaan pada saat itu.

    . Indikasi pengeluaran penderita dari register adalahG 9#, meninggal,

    pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.

    10. Pada keadaan'keadaam khusus $misalnya akses yang sulit ke pelayanan

    kesehatan% dapat diberikan sekaligusn beberapa blister disertai dengan

    pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk

    kembali kepelayanan kesehatan.3

    31

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    32/47

    ()(

    #I:)) K)++

    3.1 Iden"i"as Pasien

    ama G #n. M

    mur G /4 tahun

    :enis kelamin G ?aki'laki

    )gama G Islam

    Pekerjaan G Marketing (9I

    Pendidikan G +M)

    )lamat G +ukapura Kab. Probolinggo

    +tatus perka&inan G +udah menikah

    #anggal M9+ G :anuari /01

    3.2 Anamnesis

    Keluhan u"ama

    Kesemutan dan mati rasa ditangan dan kaki.

    i)a+a" pen+a$i" se$aan

    Pasien datang ke poli umum 9+ Probolinggo dengan keluhan kesemutan

    dan mati rasa ditangan dan kaki. Keluhan ini sejak :anuari /01, a&alnya

    pasien minum obat di&arung, namun &ajahnya makin membengkak dan

    kulit semakin menghitam. "iberi obat kusta dari 9+ Probolinggo dengan

    32

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    33/47

    lama pengobatan bulan, namun pada bulan keempat terputus. +atu bulan

    membaik, dapat berjalan sedikit demi sedikit. +etelah satu bulan lebih kaki

    tidak bisa dibuat berjalan, dan kemudian dirujuk ke 9+ Kusta +umber

    2lagah pada :uli /01, selanjutnya dira&at inap dan diberikan terapi

    M"#.

    i)a+a" pen+a$i" se-elumn+a

    Pasien sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya namun terapi

    terputus.

    i)a+a" pen+a$i" $eluaa

    +epengatahuan pasien tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami

    penyakit kusta.

    i)a+a" pen+a$i" dahulu

    "M $'% *# $'%

    i)a+a" peno-a"an

    Pasien mengaku sudah memeriksakan dirinya ke 9+ Probolinggo dengan

    diterapi M"# selama bulan namun pada bulan keempat terputus.

    i)a+a" alei

    9i&ayat )lergi disangkal oleh pasien baik alergi makanan atau obat 8

    obatan.

    i)a+a" Sosial

    33

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    34/47

    Pasien berkerja di (9I selama 1 tahun sebagai marketing. amun

    berhenti akibat keluhannya yaitu tidak bisa jalan dan nyeri sendi.

    Pasien bekerja dari rumah ke kantor menggunakan sepeda motor.

    ?amanya bekerja pasien sekitar 1/ jam. #etangga pasien ada yang

    menderita penyakit kusta sejak pasien masih kecil. amun pasien

    menyangkal tidak pernah bertatap muka dengan tetangganya dan

    pasien juga mengaku jarak antara rumah tetangganya cukup jauh.

    ?ingkungan rumah pasien bersih. +umber air menggunakan P")M.

    Pasien tinggal bersama anak, istri, dan mertuanya. afsu makan dalam

    batas normal. ()K dan ()( dalam batas normal.

    3.3 Pemei$saan 5isi$

    S"a"us Pesen"

    K G ukup

    Kesadaran G ompos Mentis

    #ekanan darah G 1/0E!0 mm*g

    adi G !/ kali per menit

    9espirasi G /4 kali per menit

    +uhu aksila G ,o

    S"a"us 6eneal

    Kepala G ormochepali

    ?eher G #idak tampak pembesaran .)urikulus magnus " dan +

    34

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    35/47

    Mata G )nemia $'E'%, Ikterus $'E'%

    #hora6 G or G +1+/ tunggal reguler, murmur $'%

    Pulmo G Hes CEC, 9h 'E', ;h 'E'

    )bdomen G "istensi $'% , (ising usus $C% normal

    @kstremitas G ?ihat status dermatologi

    S"a"us Dema"oloi

    9egio femoralis dan kruris G #erdapat beberapa krusta hiperpigmentasi.

    9egio brachiOi dan antebrachiOi G #erdapat beberapa krusta.

    35

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    36/47

    Pemei$saan Saaf Tepi

    +ensorik

    a. +ensasi raba G hipostesi di daerah pedis sinistra.

    -. +ensasi nyeri G hipoalgesia didalam lesi, tidak dikulit yang normal.

    ,. +ensasi suhu G tidak dilakukan.

    Motorik

    Pada pemeriksaan kekuatan otot tangan kanan dan kiri pada jari ke H

    dan ibu jari kurang kuat sedangkan pada pergelangan kuat. ntuk

    kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri yaitu pada pergelangan kurang

    kuat.

    Pembesaran saraf

    Saaf Tepi 7asil Pemei$saan

    . )urikularis Magnus Pembesaran dEs $'E'%, yeri $'E'%

    . lnaris Pembesaran dEs $'E'%, yeri $'E'%

    . #ibialis Posterior Pembesaran dEs $'E'%, yeri $'E'%

    . Peroneus ?ateralis Pembesaran dEs $'E'%, yeri $'E'%

    36

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    37/47

    Komunis

    3.4 esume

    Pasien datang ke poli umum 9+ Probolinggo dengan keluhan kesemutan

    dan mati rasa ditangan dan kaki. Keluhan ini sejak :anuari /01, a&alnya

    pasien minum obat di&arung, namun &ajahnya makin membengkak dan kulit

    semakin menghitam. "iberi obat kusta dari 9+ Probolinggo dengan lama

    pengobatan bulan, namun pada bulan keempat terputus. +atu bulan

    membaik, dapat berjalan sedikit demi sedikit. +etelah satu bulan lebih kaki

    tidak bisa dibuat berjalan, dan kemudian dirujuk ke 9+ Kusta +umber 2lagah

    pada :uli /01, selanjutnya dira&at inap dan diberikan terapi M"#.

    Pasien sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya namun terapi

    terputus. Pasien mengaku sudah memeriksakan dirinya ke 9+ Probolinggo

    dengan diterapi M"# selama bulan namun pada bulan keempat terputus.

    #etangga pasien ada yang menderita penyakit kusta sejak pasien masih kecil.

    amun pasien menyangkal tidak pernah bertatap muka dengan tetangganya

    dan pasien juga mengaku jarak antara rumah tetangganya cukup jauh.

    "ari hail pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoralis dan kruris

    terdapat beberapa krusta hiperpigmentasi, sedangkan pada regio brachiOi dan

    antebrachiOi terdapat beberapa krusta dan luka basah. Pada pemeriksaan saraf

    tepi sensasi raba terdapat hipostesi di daerah pedis sinistra dan sensasi nyeri

    terdapat hipoalgesia didalam lesi, tidak dikulit yang normal, sedangkan untuk

    kekuatan motorik pada pemeriksaan kekuatan otot tangan kanan dan kiri pada

    37

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    38/47

    jari ke H dan ibu jari kurang kuat sedangkan pada pergelangan kuat. ntuk

    kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri yaitu pada pergelangan kurang kuat.

    3.5 Dianosis

    @rythema odusum ?eprosum'@? $9eaksi Kusta #ipe /%

    3.# Dianosis -andin

    "ermatofitosis

    Pitiriasis Hesicolor

    Psoriasis Hulgaris

    Pitiriasis )lba

    3.% Plannin

    "iagnosis G

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan (akterioskopik

    Membantu menegakkan diagnosis

    Pengamatan pengobatan

    M. lepraeterlihat merah

    solid G batang utuh 8 hidup

    fragmented G batang terputus 8 mati

    granular G butiran 8 mati

    Indeks (akteri

    38

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    39/47

    kepadatan (#) $ solid C non solid % pada satu sediaan

    nilai 0 8 C

    Indeks Morfologi

    Persentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid

    dan non solid

    Pemeriksaan *istopatologik

    ntuk memastikan gambaran klinis

    Penentuan klasifikasi kusta

    Pemeriksaan +erologis

    #es @?I+) $@nJyme ?inked Immuno'sorbent )ssay%

    #es M?P) $Mycobacterium ?eprae Particle )glutination%

    #es M? dipstick $Mycobacterium ?eprae dipstick%

    #erapi G

    on medikamentosaG edukasi dan penyuluhan pada pasien, keluarga,

    dan lingkungan.

    Medikamentosa

    o 9eaksi @? $@rythema odusum ?eprosum%

    o (erat BD ra&at inap

    o

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    40/47

    Pemberian prednison harus diba&ah penga&asan dokter E

    petugas kesehatan dan harus dicatat pada formulir e7aluasi

    pengobatan reaksi berat. "osis pemberian PrednisonG

    / minggu pertamaG 40 mgEhari $16! tab% pagi hari sesudah

    makan

    / minggu keduaG 0 mgEhari $16 tab% pagi hari sesudah makan

    / minggu ketigaG /0 mgEhari $164 tab% pagi hari sesudah makan

    / minggu keempatG 1 mgEhari $16 tab% pagi hari sesudah

    makan

    / minggu kelimaG 10 mgEhari $16/ tab% pagi hari sesudah makan

    / minggu keenamG mgEhari $161 tab% pagi hari sesudah makan

    KlofaJimin

    KlofaJimin dapat diberikan pada penderita @? dengan dosis tunggal

    di pagi hari sesudah makan. "osis pemberian KlofaJiminG

    00 mgEhari atau 6100 mg dalam / bulan

    /00 mgEhari atau /6100 mg dalam / bulan

    100 mgEhari dalam / bulan

    Monitoring

    o +etiap petugas harus memonitor tanggal pemberian obat.

    o )pabila penderita terlambat mengambmil obat paling lama dalam

    40

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    41/47

    1 bulan harus dilakukan pelacakan.

    o 9# dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan

    pemeriksaan laboratorium. +etelah 9# penderita

    dikeluarkan dari form monitoring penderita.

    o Masa pengamatanG pengamatan setelah 9# dilakukan secara

    pasif.

    #ipe M( selama tahun tanpa diperlukan pemeriksaan

    laboratorium

    o Penderita M( yang telah mendapat pegobatan M"# 1/ dosis

    $blister% dalam &aktu 1/'1! bulan dinyatakan 9#, tanpa harus

    peneriksaan laboratorium.

    o "efaulter G

    o :ika seorang penderita M( tidak mengambil obatnya leih dari

    bulan maka dinyatakan sebagai "efaulter M(.

    o 9elapsEkambuh

    "inyatakan kambuh setelah dinyatakan 9# timbul lesi baru

    pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasikan

    ke dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis dalam

    mendiagnosis relaps. ntuk relaps M( jika ternyata pada

    pemeriksaan ulang (#) setelah 9# terjadi peningkatan Indeks

    (akteriologi / atau lebih dibanding saat diagnosis maka

    penderita dinyatakan relaps. (ila hasil relaps telah

    41

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    42/47

    dikonfirmasikan maka penderita diobati sesuai hasil pemeriksaan

    pada saat itu.

    o Pada keadaan khusus dapat diberikan sekaligus beberapa blister

    disertai dengan pesan penyuluhan lengkap dengan efek samping

    dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.

    @dukasi

    o Pemberian edukasi kepada pasien tentang berbagai hal yang dapat

    menimbulkan kecacatan.

    o Pencegahan cacat dan bertambah beratnya cacat yang telah ada

    kepada pasien dan keluarganya.

    3.& Ponosis

    Prognosis pada penyakit kusta tergantung pada stadium penyakit.

    Prognosis juga tergantung pada akses pasien terhadap terapi, kepatuhan

    pasien, dan inisiasi a&al pengobatan. +emakin baik akses pasien dan

    kepatuhan pasien maka semakin baik prognosi

    FOTO KASUS

    42

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    43/47

    43

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    44/47

    44

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    45/47

    45

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    46/47

    46

  • 7/24/2019 Laporan RS Kusta

    47/47