lapsus ikm revisi

Upload: an-ordinary-k-chazwin

Post on 10-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    1/39

    TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    LAPORAN KASUS INDIVIDU

    HIPERTENSI

    Oleh

    PARA DIVIA

    H1A 007 049

    DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

    BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/PUSKESMAS KEDIRI

    2013

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    2/39

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita

    tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

    Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

    siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi (1).

    Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder.

    Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.

    Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti

    bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien

    hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Yang kedua adalah hipertensi sekunder

    yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi,

    pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor

    pengatur tekanan darah (1).

    WHO 2000 menunjukkan, diseluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%

    penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.

    Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

    pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negarasedang berkembang, termasuk Indonesia. Ini membalikkan teori sebelumnya bahwa

    hipertensi banyak menyerang kalangan mapan. Faktanya, di Negara maju yang sarat

    kemakmuran justru hipertensi bisa dikendalikan (2).

    Di Amerika sendiri, data dari JNC 7 menunjukkan dari sekitar 50 juta penderita

    hipertensi hanya 70% yang menyadari mereka menderita hipertensi dan hanya 59% yang

    telah menjalani terapi dan 34% yang terkontrol (3).

    Prevalensi hipertensi di Indonesia sendiri cukup tinggi. Selain itu, akibat yang

    ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu

    faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh

    darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah

    menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang

    hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau

    datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan,

    sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil

    pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    3/39

    Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki

    hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (4).

    Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah

    kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

    1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang

    menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab

    kematian nomor satu (4).

    Puskesmas sebagai pusat pelayanan primer mempunyai peran yang sangat penting

    untuk melakukan tugas dan fungsinya sebagai garda terdepan dalam meningkatkan upaya

    kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dilihat dari data 10 penyakit

    terbanyak rawat jalan di Puskesmas Kediri, penyakit hipertensi menduduki peringkat

    keempat dengan jumlah 3414 kasus dari bulan Januari hingga bulan Desember 2012. Dengan

    demikian angka kejadian penyakit hipertensi yang tinggi tersebut dapat menurunkan derajat

    kesehatan masyarakat di wilayah Kediri. Untuk itu, laporan ini akan membahas tentang

    pengobatan dan pencegahan penyakit hipertensi pada masyarakat.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    4/39

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. GAMBARAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDIRI

    Pada tahun 2007 didapatkan penyakit hipertensi menempati urutan kedelapan pada

    data sepuluh penyakit terbanyak tahun 2007 puskesmas Kediri dengan jumlah kasus

    sebanyak 1702 kasus (11). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

    Grafik 2.1. Daftar 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2007

    Dilihat dari grafik 10 penyakit terbanyak tahun 2009 di bawah ini, penyakit hipertensi

    menempati urutan kesepuluh dari sepuluh pernyakit terbanyak pasien rawat jalan dengan

    jumlah kasus sebanyak 696 kasus. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dari tahun 2007 (10)

    11361

    5456

    4624 4376

    2163 1963 1733 17021565 1047

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    5/39

    Grafik 2.2 Daftar 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2009

    3067

    1969

    1426

    1171 1158 1119

    841754 737 696

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    6/39

    Pada tahun 2010, penyakit hipertensi berada pada urutan kesepuluh dari daftar 10 penyakit

    terbanyak rawat jalan di wilayah Puskesmas Kediri dengan jumlah kasus sebanyak 670 kasus

    (9).

    Grafik 2.3. Daftar 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2010

    4236

    2097

    1543 1378 12871147

    829 743 737 670

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    4500

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    7/39

    Pada tahun 2012 didapatkan penyakit hipertensi menempati urutan keempat pada data

    sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat jalan tahun 2012 dengan jumlah kasus sebanyak

    3414 kasus (8). Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Grafik 2.4. Daftar 10 Penyakit Rawat Jalan Terbanyak Puskesmas Kediri Tahun 2012

    Jika jumlah kasus penyakit hipertensi tahun 2007, tahun 2009, tahun 2010, dan tahun 2012

    dibandingkan maka didapatkan gambaran seperti pada grafik di bawah ini. Tampak

    penurunan kasus dari tahun 2007 ke tahun 2009 yaitu sebanyak 1702 kasus menjadi 696

    kasus, dari tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu sebanyak 696 menjadi 670. Namun terjadi

    peningkatan kasus dari tahun 2010 ke tahun 2012, yaitu sebanyak 670 kasus menjadi 3414

    kasus.

    12923

    3788 3688 34142799

    2306 2169 1920 1883

    583

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    14000

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    8/39

    Tabel 2.1 Data 10 penyakit terbanyak rawat inap di puskesmas Kediri bulan Januari-

    Desember tahun 20102012

    No Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

    Nama penyakit Jumlah

    kasus

    Nama penyakit Jumlah

    kasus

    Nama

    penyakit

    Jumlah

    kasus

    1. Diare 340 Diare 354 Diare 298

    2. Typhoid 257 Dispepsia 168 Typhoid 189

    3. Dispepsia 251 Pneumonia 119 Pneumonia 128

    4. Pneumonia 120 Typhoid 102 Dispepsia 125

    5. Observasi febris 118 Observasi febris 73 DHF 93

    6. ISPA 62 Asma Bronkial 50 ISPA 54

    7. Suspec. Thyfoid 55 ISPA 47 Infeksi saluran

    kencing

    45

    8. Susp. DHF 46 Hipertensi 47 Hipertensi 39

    9. Cedera Kepala

    Ringan

    45 Kejang Demam

    Sederhana

    30 Asma Bronkial 33

    10. Infeksi saluran

    kencing

    30 Disentri 30 Observasi

    febris

    25

    1702

    696670

    3414

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    2007 2009 2010 2012

    PERBANDINGAN JUMLAH KASUS RAWAT JALAN PENYAKIT

    HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDIRI TAHUN 2007, 2009, 2010,

    DAN 2012

    Jumlah Kasus

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    9/39

    Sementara itu pada data 10 penyakit terbanyak rawat inap di Puskesmas Kediri, hipertensi

    menduduki peringkat kedelapan pada tahun 2011 dengan jumlah kasus sebanyak 47 kasus

    dan mengalami penurunan menjadi 39 kasus pada tahun 2012 (8).

    2.2. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI

    A. Definisi dan Klasifikasi

    Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada

    tiga kesempatan yang berbeda. Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul

    terutama karena faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong

    timbulnya kenaikan tekanan darah adalah (5,6):

    1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:

    a. Faktor Keturunan (Genetik). Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensiterbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada

    kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang

    penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan

    secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan

    hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda

    dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.

    b. Jenis Kelamin (Gender). Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderitahipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi

    oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat

    (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan

    pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman

    terhadap pekerjaan dan pengangguran.

    c. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderitahipertensi juga semakin besar.

    2. Faktor yang dapat dimodifikasi

    a. Obesitas (Kegemukan). Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapaiindeks massa tubuh >27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga

    merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan

    ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah

    penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak

    obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas

    saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    10/39

    b. Stres. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas sarafsimpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress

    menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini

    secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan

    pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.

    c. Asupan garam. Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsigaram dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada

    mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

    peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan

    diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali

    pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi

    esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.

    d. Kurang aktivitas fisik. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatanterhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik

    aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

    menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka risiko

    timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko

    timbulnya hipertensi juga akan bertambah.

    e. Gaya hidup yang kurang sehat. Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya denganhipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang

    olahraga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

    Klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on

    Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dibagi

    menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2 (3).

    Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

    Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normal

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    11/39

    B. Epidemiologi

    WHO 2000 menunjukkan, diseluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%

    penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.

    Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

    pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara

    sedang berkembang, termasuk Indonesia. Ini membalikkan teori sebelumnya bahwa

    hipertensi banyak menyerang kalangan mapan. Faktanya, di Negara maju yang sarat

    kemakmuran justru hipertensi bisa dikendalikan (2).

    Di Amerika sendiri, data dari JNC 7 menunjukkan dari sekitar 50 juta penderita

    hipertensi hanya 70% yang menyadari mereka menderita hipertensi dan hanya 59% yang

    telah menjalani terapi dan 34% yang terkontrol. Angka ini meningkat dari tahun

    sebelumnya (3).

    Distribusi penyakit sistem sirkulasi rawat jalan di seluruh rumah sakit di seluruh

    Indonesia menurut jenis kelamin pada 2004 dan 2005 menunjukkan, penderita terbanyak

    adalah laki-laki. Kasus terbanyak penyakit sistem sirkulasi di rumah sakit seluruh

    Indonesia pada tahun 2004 dan 2005 adalah hipertensi esensial dan stroke. Dokter umum

    adalah tenaga pelayanan kesehatan yang paling banyak terlihat dalam pengendalian

    penyakit sistem sirkulasi. Dari survei hipertensi di rumah sakit pada tahun 2001

    (Hospital-based study)yang melibatkan 28 rumah sakit di Indonesia dengan 3.273 pasien

    tercatat. Studi yang dilaporkan dalam Journal Neurology ini merupakan bagian dari

    ASEAN Neurological Association cooperative study on stroke, di 7 negara. Dari total

    40,4% kasus hipertensi yang ditemukan, sebanyak 33,5% tidak mendapat terapi dan 3,5%

    mendapat terapi (1).

    C. Etiologi

    Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer atau Hipertensi Idiopatik) merupakan

    hipertensi yang tidak jelas etiologinya (penyakit yang mendasari tidak diketahui adanya).

    Kelainan hemodinamik utama dalam hipertensi ini yaitu peningkatan resistensi perifer.

    Meskipun etiologi dari hipertensi ini tidak diketahui dengan jelas, namun diduga

    multifaktorial yang memainkan peranan pada terjadinya hipertensi esensial, diantaranya

    (1,5,6):

    Genetik atau keturunan faktor keturunan bersifat poligenik terlihat dari adanya riwayat penyakit

    kardiovaskular

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    12/39

    riwayat predesposisi genetik, berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan

    terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskular, dan resistensi insulin

    Lingkungan (Intake garam, stres, dan obesitas)Intake garam

    Sejumlah besar penderita dewasa dengan hipertensi esensial sensitive terhadap

    masukan garam

    Mekanisme sensitifitas garam tidak jelas, namun mungkin melibatkan ion klorida

    bukan ion natrium

    Individu dengan sensitive garam tampak mengalami gangguan dalam kemampuan

    untuk mengeksresikan urin beban natrium

    Hipertensi Sekunder memiliki prevalensi 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi

    lebih sering daripada hipertensi esensial pada bayi dan anak. Tinggi tekanan darah dapat

    membantu dalam membedakan hipertensi sekunder dengan primer, pada umumnya

    remaja dengan hipertensi esensial mempunyai tekanan diastolic pada atau sedikit di atas

    persentil ke-50 menurut umur (5,6).

    Etiologi hipertensi bervariasi sesuai dengan variasi umur dan variasi penyakit penyerta

    lainnya (6).

    Berdasarkan umur: Pada BBL, hipertensi sering dihubungkan dengan kateterisasi umbilikalis tinggi

    dan penyumbatan arteri renalis karena pembentukan thrombus

    sekitar 75-80 % anak dengan hipertensi sekunder mempunyai kelainan

    ginjal

    sekitar 25-50% mengalami infeksi saluran kencing, hal ini sering

    terkait dengan lesi obstruktif saluran kencing

    dapat disertai dengan retensi natrium.

    Pada masa anak awal biasanya sekunder, tetapi pada masa anak akhir dan remajasebabnya lebih sering primer

    Berdasarkan penyakit: Penyakit ginjal (hipertensi renal)

    Lesi parenkim ginjal : glomerulonefritis akut dan kronis Lesi ginjal congenital Tumor dan trauma Lesi renovaskuler, seperti koarktasio aorta dan Stenosis arteri renalis

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    13/39

    keduanya menimbulkan hipertensi melalui perangsangansystem

    rennin-angiotensin-aldosteron

    Penyakit endokrin (hipertesni endokrin) Endokrinopati

    melibatkan tiroid, paratiroid, dan kelenjar adrenal

    hipertensi sistolik dan takikardi sering ada pada hipertirodisme,

    tetapi tekanan diastolicnya biasanya tidak naik

    hiperkalsemia akibat hiperparatiroidisme atau sebab lain, sering

    menyebabkan kenaikan ringan pada tekanan karena

    bertambanhnya tonus vascular.

    gangguan adrenokortikal (tumor yang mensekresi aldosteron,

    hyperplasia adrenal, sindron Crushing) dapat menghasilkan

    hipertensi jika ada kenaikan pengaruh mineralkortikoid karena

    bertmbahnya aldosteron, atau kortisol.

    Tumor yang mensekresi katekolamin, karena pengaruh epinefrin dannoreepinefrin pada jantung dan vaskuler

    Sindrom Guillain-Barre, poliomyelitis, luka bakar dan sindrom Steven-johnson akibat kelebihan katekolamin sehingga menaikkan tekanan darah

    sebentar-bentar

    Penyalahgunaan obat-obatan, agen terapeutik, dan toksin. Kontrasepsi hormonal Hormon adrenokortikotropik Kortikosteroid Simpatomimetik amin (efedrin, penilefsin, fenilpropanolamin, emfetamin) Kokain Siklosporin Sitropoietin.

    D. Patogenesis

    Patofisiologi atau mekanisme dari hipertensi merupakan suatu proses yang

    kompleks. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi

    essensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial/primer adalah jenis

    hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    14/39

    hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan terus

    diarahkan untuk mengatasi hipertensi ini (1).

    Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena

    interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor yang mendorong timbulnya

    kenaikan darah tersebut adalah (1,7):

    1. Faktor risiko, seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,genetis

    2. Sistem saraf simpatis3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi endotel

    pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan

    interstisium juga memberikan kontribusi akhir.

    4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem RAA. HipertensiSekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain

    karena kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit

    kelenjar adrenal atau pemakaian obat seperti pil KB, kortikosteroid, simpatometik

    amin (efedrin, fenilefrin, amfetamin), siklosporin, dan eritropoetin.

    Di dalam tubuh terdapat sistem yang mencegah perubahan tekanan darah secara akut

    yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan

    kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya,

    sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi

    kurang cepat dan yang bereaksi dalam jangka panjang.

    Refleks kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol

    yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus

    karotis dan arkus aorta yang berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh

    lain sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang bereaksi segera adalah refleks

    kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan refleks yang berasal dari

    atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.

    Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang

    dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopressin termasuk sistem kontrol yang

    bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan

    oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ

    terutama ginjal. Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat

    kompleks. Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    15/39

    yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten yang berlangsung

    dalam jangka panjang.

    Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan

    perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap

    selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat

    disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud refleks autoregulasi ialah

    mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh

    karena curah jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang

    mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.

    Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap

    dalam waktu lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat.

    Oleh karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang

    berperan pada hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau

    perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses

    tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula dengan kelainan struktural

    pembuluh darah dan jantung, pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding,

    sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.

    Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi,

    mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

    angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE berperan secara

    fisiologis dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angitensinogen yang

    dibentuk di hati.Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

    menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

    menjadi angiotensin II, yang memegang peranan penting dalam menaikkan tekanan

    darah melalui dua jalur utama (1,5).

    Pertama adalah dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

    rasa haus. ADH diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan bekerja pada ginjal

    untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat

    sedikit urin yang dikeluarkan dari tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi

    osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

    ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian interseluler. Akibatnya, volume

    darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua

    adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan

    hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    16/39

    cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara

    mereabsorbsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl aka n diencerkan

    kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada gilirannya

    akan meningkatkan volume dan tekanan darah (5,6).

    E. Gejala Klinis

    Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila

    demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi hipertensi pada ginjal, mata, otak,

    atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah,

    telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing

    (7).Berikut adalah gejala-gejala pada hipertensi terkait dengan etiologinya (6):

    1. Hipertensi esensial ringan : Jarang menimbulkan gejala Seiring memburuknya kondisi Sakit kepala namun tidak spesifik Sakit kepala pada bagian suboccipital (suboccipital pulsating headache) yang

    biasnya terjadi di pagi hari

    2. Hiperteni dipercepat: Somnolen (mengantuk) Kebingungan Gangguan penglihatan Mual-muntah

    3. Hipertensi dengan pheochromocytomas : Sakit kepala Cemas Tremor Mual muntah Berdebar Berkeringat Pucat

    4. Hipertensi pada aldosteronisme primer Kelemahan otot Polyuria

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    17/39

    Polyfagia Polydipsia Nokturia yang disebabkan oleh hipokalemia

    F. Diagnosis

    Anamnesis

    Anamnesis atau proses wawancara merupakan langkah awal untuk penegakkan diagnosis

    hipertensi. Anamnesis atau wawancara bertujuan untuk menggali informasi tentang

    penyakit pasien. Anamnesis ini bisa dilakukan langsung dengan pasien (autoanamnesis)

    atau dengan keluarga pasien (heteroanamnesis). Hal- hal yang dapat ditanyakan untuk

    mendapatkan informasi penyakit hipertensi meliputi (1,3):

    1. Sudah berapa lama pasien menderita hipertensi dan berapa tekanan darahnya?2. Pertanyaan yang menunjukkan adanya indikasi hipertensi sekunder, seperti:

    a. Apakah ada keluarga dengan penyakit ginjal (ginjal polikistik)?

    b. Apakah pasien mempunyai penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,

    pemakaian obat-obat analgesik dan obat lainnya?

    c. Apakah ada gejala-gejala, seperti episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan dan

    palpitasi? (gejala tersebut di atas dapat mengindikasikan adanya penyakit

    feokromasitoma)

    d. Apakah ada gejala - gejala, seperti episode lemah otot dan tetani? (gejala tersebut di

    atas dapat mengindikasikan adanya penyakit aldosteronisme)

    3. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko penyakit hipertensi,

    seperti:

    a. Apakah ada riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga

    pasien?

    b. Apakah ada riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya?

    c. Apakah ada riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya?

    d. Apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok?

    e. Bagaimana dengan pola makan pasien?

    f. Apakah pasien mengalami kegemukan dan bagaimana intensitas olahraga pasien?

    g. Bagaimana kepribadian pasien ?

    4. Pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan adanya gejala kerusakan organ, seperti :

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    18/39

    a. Otak dan mata : Apakah ada gejala-gejala seperti sakit kepala, vertigo, gangguan

    penglihatan, TIA, defisit sensoris atau defisit motoris?

    b. Jantung : Apakah ada gejala-gejala seperti palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak

    kaki?

    c. Ginjal : Apakah ada gejala-gejala seperti haus, poliuria, nokturia,hematuria?

    d. Arteri perifer : Apakah ada gejala-gejala seperti ekstremitas dingin, klaudikasio

    intermiten?

    5. Bagaimana riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya?

    6. Apakah ada faktor lainnya yang mendukung terjadinya hipertensi, seperti faktor-faktor

    pribadi, keluarga dan lingkungan?

    Pemeriksaan Fisis

    Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat

    selama 5 menit. Kaki di lantai dengan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran dan

    peletakkan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa) dan

    stetoskop harus benar. Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela 1-5 menit (3).

    G. Penatalaksanaan

    Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya,Kemenkes membuat kebijakan yaitu (4):

    1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif

    (skrining)

    2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan

    PosbinduPTM

    3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi

    Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui peningkatan sumber daya tenaga kesehatan

    yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana

    PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas; peningkatan manajemen

    pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan

    holistik; serta peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif,

    maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    19/39

    Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah (1):

    Target tekanan darah

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    20/39

    polos vaskular, stimulasi alfa menyebabkan relaksasi. Pada pusat vasootor, arus

    sipatik dihabat oleh stiulasi alfa. Efek sentral kurang jelas.

    o Penyekat digunakan secara luas sebagai antihipertensi. Efektivitas seua obat inihampir saa dalam menurunkan tekanan darah tetapi sebagian ada yang mempunyai

    selektivitas lebih besar terhadap reseptor jantung dibanding obat lain yang tidak

    kardioselektif.

    o Penyekat mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsik (ISA) (pindolol,oxprenolol, acebutalol dan celiprolol) suatu sifat yang menyebabkan lebih sedikit

    penurunan denyut jantung dan renin untuk perubahan tekanan darah yang sama jika

    dibandingkan dengan penyekat dapat memperberat bronkospasme, klaudikasio, dan

    gagal jantung kongestif yang tidak diterapi dan relatif merupakan kontraindikasi

    untuk keadaan teresbut. Efek samping dapat berupa kelelahan, insomnia, mimpi

    buruk, halusinasi, depresi dan impotensi.

    3. Vasodilator langsungObat ini menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer.

    Contoh kelompok obat ini adalah obat oral hidralazin, prazosin, dan minoksidil dan

    obat intravena diazoksid dan nitroprusid. Semuanya cenderung menimbulkan

    takikardia reflektif, hidralazin dapat terkait dengan sindro lupus jika digunakan

    dengan dosis tinggi dan inoksidil biasanya menyebabkan hirsutisme.

    4. Penghambat renin-angiotensino Penyekat reseptor adrenergik menghambat produksi renin ginjal dari aparatus

    jukstaglomerulus dan mungkin menyekat konversi substrat renin menjadi angiotensin.

    Obat yang paling banyak digunakan dari kelompok obat ini untuk hipertensi yaitu

    penghambat ACE, seperti captopril, nelapril, lisinopril dan raipril, dan yang paling

    akhir dikembangkan penyekat reseptor angiotensin II seperti losartan dan valsartan.

    o Angiotensin II adalah vasokonstriktor dan memacu produksi aldosteron, sehinggamenyekat produksinya. Penghambat ACE dapat menyebabkan hilangnya rasa

    pengecapan, kulit merah, dan biasanya menyebabkan batuk kering iritatif, yang

    mungkin disebabkan peningkatan kadar bradikinin.

    H. Tindakan Preventif

    Pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan. Pada prinsipnya

    keduanya merupakan kombinasi umum(1,3,4)

    :

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    21/39

    1. Intervensi untuk menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan menggeser

    distribusi tekanan darah ke arah yang lebih rendah.

    2. Strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka yang mempunyai

    kecenderungan meningginya tekanan darah. Kelompok masyarakat ini termasuk

    mereka yang mengalami tekanan darah normal dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-

    139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita hipertensi,

    obesitas, tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alkohol dan mengkonsumsi

    garam secara berlebih.

    Pencegahan atau penanggulangan hipertensi dengan modifikasi gaya hidup cukup efektif

    dapat menurunkan resiko kardiovaskular dengan biaya sedikit dan risiko minimal.

    Langkah-langkah yang dianjurkan adalah (1):

    Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indikator berupa indeks massa

    tubuh 27).

    Membatasi konsumsi alkohol.

    Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-40 menit/hari).

    Mengurangi asupan natrium (

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    22/39

    kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka

    mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (1,6).

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    23/39

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    I. Identitas PasienNama Pasien : Tn. S

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Pekerjaan : Petani

    Pedidikan : SD

    Umur : 70 tahun

    Alamat : Karang Kuripan

    Kunjungan ke Pusk. : 08 Januari 2013

    II. AnamnesisKeluhan utama : Sakit Kepala

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan sejak dua hari yang lalu. Sakit

    kepala dirasakan berdenyut pada semua bagian kepala, dirasakan terus menerus, dan disertai

    kaku dan tegang pada tengkuknya. Keluhan kadang disertai dengan mata berkunang-kunang.

    Keluhan dirasakan memberat jika pasien melakukan aktifitas dan berkurang bila istirahat,

    sehingga selama dua hari terakhir pasien hanya beristirahat dan tidak bekerja.

    Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan

    hilang timbul dan muncul terutama saat pasien banyak beraktifitas atau sedang banyak

    pikiran. Kemudian bila dalam keadaan tidak kambuh, pasien merasa biasa dan dapat

    melakukan aktifitas sehari-hari.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), DM (-), riwayat operasi (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

    Riwayat Pengobatan

    Bila keluhan sakit kepala kambuh, pasien biasanya berobat di puskesmas. Pasien mengaku

    diberikan yang diminum 2 kali sehari. Keluhan biasanya membaik dengan meminum obat

    sehingga pasien tidak pernah kontrol kembali ke puskesmas. Pasien biasanya kembali ke

    puskesmas bila keluhan tidak membaik.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    24/39

    Riwayat Sosial, ekonomi dan Lingkungan :

    Pasien merupakan kepala keluarga. Istri pasien telah meninggal sekitar 5 tahun yang lalukarena sakit (pasien tidak mengetahui sakit istrinya). Pasien memiliki 4 orang anak, 3

    orang diantaranya telah berkeluarga. Pasien saat ini tinggal di rumah berlima dengan dua

    orang anaknya (anak kedua dan keempat), serta dua orang cucu (cucu dari anak pertama

    dan anak keempat).

    Rumah yang dihuni saat ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1 dapur. Luasrumah pasien 8 x 6 meter, dengan teras dan kamar mandi yang letaknya di sebelah utara

    rumah. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga berjarak 3 meter di sebelah utara, 6

    meter di sebelah barat, dan 3 meter di sebelah selatan. Tempat jemuran terletak di sebelah

    barat rumah.

    Tempat pembuangan sampah berada depan gudang yang bersebelahan dengan kamarmandi. Tembok rumah tidak menyatu dengan tembok tetangga. Ventilasi cukup baik,

    terdapat 3 jendela yang sering dibuka. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah

    berupa tembok, plafon terbuat dari triplek, atap rumah terbuat dari genteng.

    Sumber air minum berasal dari air sumur keluarga yang berada di dekat kamar mandi,berjarak 3 meter dari rumah, dan air sumur biasanya dimasak terlebih dahulu sebelum

    diminum.

    Keluarga pasien memiliki jamban dengan sebuah kamar mandi yang terletak di sebelahutara rumah pasien dengan jarak sekitar 2 meter dari rumah.

    Pembuangan sampah di kali yang berjarak 200 meter dari rumah. Sistem pembuangansampah keluarga yaitu sampah dikumpulkan dibelakang rumah kemudian sampah

    sampah yang dikumpulkan dibawa ke kali.

    Pendapatan keluarga berasal dari penghasilan anak dan cucu pasien yang bekerja sebagaipengecer makanan ringan. Kira-kira perbulan mencapai Rp.300.000 Rp. 600.000 per

    bulan. Pasien memiliki sawah seluas 25 are, namun karena keterbatasan biaya dalam

    pengolahan, saat ini sawah pasien tidak ditanami apa-apa sehingga pasien tidak memiliki

    penghasilan sendiri.

    Pasien mengakui sudah merokok sedari remaja. Rokok yang dikonsumsi oleh pasienberupa rokok tembakau hitam pilitan tanpa filter. Dalam satu hari pasien mengkonsumsi 5-

    8 batang rokok pilitan dengan ukuran 2x besar rokok filter. Menurut pasien semenjak

    diketahui menderita tekanan darah tinggi, pasien mulai mengurangi rokok dan saat ini

    pasien sudah tidak merokok lagi.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    25/39

    Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi garam yang cukup tinggi. Pada saat pasienmakan, selain nasi dan lauknya, pasien juga menyediakan satu piring kecil garam yang

    digunakan untuk menambah rasa pada makanan. Semenjak diketahui menderita darah

    tinggi, pasien sudah meninggalkan kebiasaan tersebut.

    Pasien juga memiliki kebiasaan mengopi sedari remaja. Dalam satu hari pasienmenghabiskan 3-4 gelas besar kopi hitam. Namun sejak sakit pasien mengakui

    mengurangi konsumsi kopi menjadi 1-2 gelas perhari.

    Pasien mengakui beberapa tahun terakhir sering mengalami susah tidur karena banyakpikiran. Hal ini terutama dirasakan semenjak istrinya meninggal dunia. Pasien juga

    mengatakan bahwa hubungannya dengan anak kedua kurang harmonis dan sering cekcok

    sehingga membuat pasien sering stres.

    Ikhtisar Keluarga

    Keterangan:

    : Lakilaki

    : Perempuan

    : Pasien

    15

    39 4038

    18

    47 43

    26 2230

    55 50

    70 +

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    26/39

    III. Pemeriksaan FisikKeadaaan umum : sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 160/100 mmHg

    Frek. Nadi : 88 x/menit

    Frek. Nafas : 18 x/menit

    Suhu : 36,8 C

    Berat Badan : 55 kg

    Tinggi Badan : 165 cm

    Status Gizi : Baik

    Status Generalis

    Kepala : Deformitas (-)

    Rambut : Hitam beruban, lurus, lebat

    Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)

    Telinga : Liang telinga lapang, serumen (+/+)

    Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

    Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)

    Gigi dan mulut: Karies dentis (+), sianosis (-)

    Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

    Paru:

    Inspeksi : bentuk ukuran dada normal, otot bantu nafas (-), venektasi (-), retraksi (-), iga

    dan sela iga normal, fossa jugularis normal, fossa supra et infra clavicula

    normal.

    Palpasi : gerakan dinding dada simetris, fremitus kiri = fremitus kanan, nyeri dada (-)

    Perkusi : sonor (+/+), batas paru organ dalam batas normal

    Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

    Jantung:

    Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-5 sinistra

    Perkusi : redup

    Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    27/39

    Abdomen:

    Inspeksi : hiperemi (-), distensi (-)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Palpasi : turgor baik, nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba

    Perkusi : timpani

    Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, turgor baik, pembengkakan sendi ( -), edema tungkai

    (-)

    Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

    IV. Pemeriksaan Penunjang (-)

    V. Diagnosis KerjaHipertensi Grade II

    VI. Diagnosis Holistik Aspek personal

    Pasien datang dengan keluhan sakit kepala berdenyut, kaku pada tengkuk dan badan

    lemas-lemas. Kekhawatiran pasien adalah kondisi pasien membutuhkan perawatan

    inap di puskesmas. Harapan pasien adalah pasien dapat kembali sembuh dan

    beraktivitas seperti biasa.

    Aspek klinikHipertensi grade II

    Aspek psikososial keluargaKurangnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenai hipertensi berupa pengetahuan

    tentang hal-hal yang menjadi faktor resiko dan gaya hidup yang dapat memicu

    terjadinya hipertensi.

    VII. RencanaTerapi rawat jalan :

    Captopril Vitamin B kompleks

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    28/39

    VIII.PrognosisBonam

    IX. Konseling Edukasi kepada pasien untuk merubah gaya hidup diantaranya untuk

    mengurangi rokok dan meminum kopi, jika perlu berhenti mengkonsumsi.

    Pasien juga dianjurkan untuk menghindari stres karena stres dapat memicu

    timbulnya hipertensi. Selain itu menganjurkan pasien untuk rutin kontrol dan

    segera ke pusat kesehatan terdekat jika obat habis.

    Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi Menganjurkan pasien membatasi konsumsi garam dan makanan yang asin

    karena dapat memicu peningkatan tekanan darah.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    29/39

    BAB IV

    PENELUSURAN (HOME VISITE)

    4.1 Dasar Pemilihan Kasus

    Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cenderung

    meningkat tiap tahun baik di Indonesia maupun di dunia. Di Puskesmas Kediri sendiri,

    pada tahun 2012 didapatkan penyakit hipertensi menempati urutan keempat pada data

    10 penyakit terbanyak pasien rawat jalan tahun 2012 dengan jumlah kasus sebanyak

    3414 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kediri, dalam 5 tahun

    terakhir jumlah kasus hipertensi ini pada tahun 2012 meningkat lebih dari 200%

    dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu pada data 10 penyakit terbanyak

    rawat inap di Puskesmas Kediri, hipertensi menduduki peringkat kedelapan pada tahun

    2011 dengan jumlah kasus sebanyak 47 kasus dan mengalami penurunan menjadi 39

    kasus pada tahun 2012.

    Berdasarkan data tersebut, kasus penyakit hipertensi merupakan kasus yang harus

    dicari tahu mengapa kejadian kasus penyakit ini banyak terdapat di masyarakat wilayah

    Kediri dan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya.

    4.2 Tujuan

    Mengetahui faktor resiko yang menjadi penyebab penyakit hipertensi yang diderita oleh

    pasien.

    4.3 Metodologi

    Metodologi yang dipakai adalah wawancara dan pengamatan lingkungan tempat tinggal

    pasien. Variabel yang dipakai adalah faktor risiko hipertensi, tanda, dan gejala hipertensi.

    4.4 Hasil Penelusuran

    Pasien merupakan kepala keluarga. Istri pasien telah meninggal sekitar 5 tahun yanglalu karena sakit (pasien tidak mengetahui sakit istrinya). Pasien memiliki 4 orang

    anak, 3 orang diantaranya telah berkeluarga. Pasien saat ini tinggal di rumah berlima

    dengan dua orang anaknya (anak kedua dan keempat), serta dua orang cucu (cucu dari

    anak pertama dan anak keempat).

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    30/39

    Rumah yang dihuni saat ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1 dapur. Luasrumah pasien 8 x 6 meter, dengan teras dan kamar mandi yang letaknya di sebelah

    utara rumah. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga berjarak 3 meter di sebelah

    utara, 6 meter di sebelah barat, dan 3 meter di sebelah selatan. Tempat jemuran

    terletak di sebelah barat rumah.

    Tempat pembuangan sampah berada depan gudang yang bersebelahan dengan kamarmandi. Tembok rumah tidak menyatu dengan tembok tetangga. Ventilasi cukup baik,

    terdapat 3 jendela yang sering dibuka. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding

    rumah berupa tembok, plafon terbuat dari triplek, atap rumah terbuat dari genteng.

    Sumber air minum berasal dari air sumur keluarga yang berada di dekat kamar mandi,berjarak 3 meter dari rumah, dan air sumur biasanya dimasak terlebih dahulu sebelum

    diminum.

    Keluarga pasien memiliki jamban dengan sebuah kamar mandi yang terletak disebelah utara rumah pasien dengan jarak sekitar 2 meter dari rumah.

    Pembuangan sampah di kali yang berjarak 200 meter dari rumah. Sistempembuangan sampah keluarga yaitu sampah dikumpulkan dibelakang rumah

    kemudian sampahsampah yang dikumpulkan dibawa ke kali.

    Pendapatan keluarga berasal dari penghasilan anak dan cucu pasien yang bekerjasebagai pengecer makanan ringan. Kira-kira perbulan mencapai Rp.300.000 Rp.

    600.000 per bulan. Pasien memiliki sawah seluas 25 are, namun karena keterbatasan

    biaya dalam pengolahan, saat ini sawah pasien tidak ditanami apa-apa sehingga pasien

    tidak memiliki penghasilan sendiri.

    Pasien mengakui sudah merokok sedari remaja. Rokok yang dikonsumsi oleh pasienberupa rokok tembakau hitam pilitan tanpa filter. Dalam satu hari pasien

    mengkonsumsi 5-8 batang rokok pilitan dengan ukuran 2x besar rokok filter. Menurut

    pasien semenjak diketahui menderita tekanan darah tinggi, pasien mulai mengurangi

    rokok dan saat ini pasien sudah tidak merokok lagi.

    Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi garam yang cukup tinggi. Pada saat pasienmakan, selain nasi dan lauknya, pasien juga menyediakan satu piring kecil garam

    yang digunakan untuk menambah rasa pada makanan. Semenjak diketahui menderita

    darah tinggi, pasien sudah meninggalkan kebiasaan tersebut.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    31/39

    Pasien juga memiliki kebiasaan mengopi sedari remaja. Dalam satu hari pasienmenghabiskan 3-4 gelas besar kopi hitam. Namun sejak sakit pasien mengakui

    mengurangi konsumsi kopi menjadi 1-2 gelas perhari.

    Pasien mengakui beberapa tahun terakhir sering mengalami susah tidur karena banyak

    pikiran. Hal ini terutama dirasakan semenjak istrinya meninggal dunia. Pasien juga

    mengatakan bahwa hubungannya dengan anak kedua kurang harmonis dan sering

    cekcok sehingga membuat pasien sering stres.

    4.5 Sketsa Denah Rumah

    Dapur teras

    ruang keluarga

    kamar tidur I kamar tidur II

    Keterangan:

    : pintu

    : jendela

    Kamar

    mandi

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    32/39

    4.6 Pengkajian Masalah Kesehatan Pasien

    Genetik:

    Usia usia pasien 70 thn,merupakan faktor resiko

    teterjadinya hipertensi

    Jenis kelamin pria >wanita

    Perilaku:Pengetahuan mengenai

    faktor penyebab hipertensi

    kurang:

    Asupan garam yangtinggi

    Kebiasaan merokoksejak muda

    Kebiasaanmengkonsumsi kopi

    sejak muda

    stress

    hipertensi

    Yankes:

    Informasi mengenaipenyakit hipertensi

    masih kurang

    diantaranya

    termasuk tindakan

    preventif dan

    penatalaksanaan

    hipertensi

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    33/39

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A.Aspek Klinik Pembahasan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

    Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki berusia 70 tahun yang

    datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan sejak dua hari yang lalu. Sakit

    kepala dirasakan berdenyut pada semua bagian kepala, dirasakan terus menerus,

    dan disertai kaku dan tegang pada tengkuknya. Keluhan kadang disertai dengan

    mata berkunang-kunang. Keluhan dirasakan memberat jika pasien melakukan

    aktifitas dan berkurang bila istirahat, sehingga selama dua hari terakhir pasien

    hanya beristirahat dan tidak bekerja.

    Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sejak 5 tahun yang lalu.

    Keluhan dirasakan hilang timbul dan muncul terutama saat pasien banyak

    beraktifitas atau sedang banyak pikiran. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak

    remaja dan sering mengkonsumsi garam dalam jumlah yang tinggi.

    Berdasarkan anamnesa kemungkinan diagnosa mengarah pada penyakit

    hipertensi yang ditandai dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan berdenyut dan

    rasa berat dan kaku pada tengkuk yang terkadang disertai dengan mata berkunang.

    Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien

    ini diantaranya usia tua, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan asupan garam

    tinggi serta faktor stres.

    Diagnosa tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan fisik dimana saat

    dilakukan pengukuran, didapatkan tekanan darah pasien mencapai 160/100 mmHg.

    Sementara itu hasil pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

    Pembahasan diagnosisDiagnosa hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik

    yaitu pengukuran tekanan darah. Anamnesa yang lengkap dapat membantu

    menegakkan diagnosa dan mencari kemungkinan faktor penyebab timbulnya

    hipertensi. Pada anamnesa perlu digali mengenai faktor genetik yaitu menanyakan

    pada pasien apakah orangtua atau saudaranya memiliki penyakit serupa. Selain itu

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    34/39

    yang perlu digali adalah kebiasaan atau gaya hidup yang meliputi aktivitas fisik,

    asupan garam, merokok, alkohol, dan sebagainya.

    Pembahasan terapiTerapi yang diberikan kepada pasien yaitu obat antihipertensi golongan ACE

    Inhibitor. Hal yang penting dilakukan dalam memanajemen pasien hipertensi yaitu

    edukasi untuk modifikasi gaya hidup. Pada pasien ini diantaranya yaitu

    mengurangi bahkan berhenti merokok, mengurangi asupan garam, menghindari

    stres dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit perhari. Pasien juga

    disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan. Selain itu

    pasien disarankan untuk rutin mengontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan

    terdekat untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dan mencegah timbulnya

    komplikasi yang tidak diinginkan.

    B. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Pada tahun 2007 didapatkan penyakit hipertensi menempati urutan kedelapan

    pada data sepuluh penyakit terbanyak tahun 2007 puskesmas Kediri dengan jumlah

    kasus sebanyak 1702 kasus.

    Dilihat dari grafik 10 penyakit terbanyak tahun 2009, penyakit hipertensi

    menempati urutan kesepuluh dari sepuluh pernyakit terbanyak pasien rawat jalan

    dengan jumlah kasus sebanyak 696 kasus. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan

    dari tahun 2007.

    Pada tahun 2010, penyakit hipertensi berada pada urutan kesepuluh dari daftar

    10 penyakit terbanyak rawat jalan di wilayah Puskesmas Kediri dengan jumlah kasus

    sebanyak 670 kasus.

    Pada tahun 2012 didapatkan penyakit hipertensi menempati urutan keempat

    pada data sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat jalan tahun 2012 dengan jumlah

    kasus sebanyak 3414 kasus.

    Jika jumlah kasus penyakit hipertensi tahun 2007, tahun 2009, tahun 2010, dan

    tahun 2012 dibandingkan maka tampak penurunan kasus dari tahun 2007 ke tahun

    2009 yaitu sebanyak 1702 kasus menjadi 696 kasus, dari tahun 2009 ke tahun 2010

    yaitu sebanyak 696 menjadi 670. Namun terjadi peningkatan kasus dari tahun 2010 ke

    tahun 2012, yaitu sebanyak 670 kasus menjadi 3414 kasus.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    35/39

    Sementara itu pada data 10 penyakit terbanyak rawat inap di Puskesmas

    Kediri, hipertensi menduduki peringkat kedelapan pada tahun 2011 dengan jumlah

    kasus sebanyak 47 kasus dan mengalami penurunan menjadi 39 kasus pada tahun

    2012.

    Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-

    faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma

    hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor

    genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor

    lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,

    cakupan dan kualitasnya). Hipertensi juga menjadi masalah di masyarakat disebabkan

    oleh karena faktor-faktor berikut :

    1. Faktor GenetikaPada pasien ini, peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat

    dihindari. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka

    kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai

    penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%

    penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini

    dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat.

    Penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapaui

    paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun

    bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.

    Jenis kelamin pasien yang merupakan seorang laki-laki juga menjadi salah

    satu faktor genetik yang tidak dapat dikendalikan. Penyakit hipertensi cenderung

    lebih tinggi pada pria daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat

    pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh

    perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya

    status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti

    perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Pada usia >60

    tahun, hipertensi cenderung lebih banyak pada wanita saat memasuki menopause.

    Wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki setelah

    menopause karena sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit

    kardiovaskuler oleh hormon estrogen.

    2. Faktor Perilaku

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    36/39

    Faktor perilaku yang berkaitan dengan gaya hidup merupakan faktor resiko

    yang dapat dicegah atau dikendalikan. Pada pasien ini kebiasaan merokok sejak

    muda telah menjadi faktor resiko yang menyebabkan pasien terkena penyakit

    hipertensi. Konsumsi nikotin, suatu bahan kimia yang terdapat di dalam rokok

    dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dengan menurunkan oksigen ke

    jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, meningkatkan

    pembekuan darah dan merusak sel-sel pada pembuluh darah.

    Selain merokok, pasien juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi

    sebanyak 3-4 gelas besar perhari. Kopi yang dikonsumsi berupa kopi hitam. Dari

    penelitian yang dilakukan, didapati bahwa individu yang mengkonsumsi kafein

    mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini karena kafein yang

    terkandung dalam kopi maupun teh. Dari studi kontrol placebo

    menunjukkan bahwa kafein dapat menurunkan denyut jantung, meningkatkan

    tekanan darah dan meningkatkan katekolamin dan asam lemak bebas dalam

    plasma.

    Pasien juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi garam tiap harinya. Keluarga

    pasien mengatakan bahwa tiap kali makan pasien selalu minta disediakan satu

    piring kecil garam yang digunakan untuk menambah rasa dan dikonsumsi

    bersamaan saat pasien sedang makan. Secara umum masyarakat sering

    menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal

    yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan

    garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan

    tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran)

    kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem

    pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di

    samping ada faktor lain yang berpengaruh.

    Selain beberapa faktor yang telah disebutkan, faktor stres menjadi salah satu

    pemicu timbulnya hipertensi. Pasien mengakui bahwa selama 5 tahun terakhir

    semenjak istrinya meninggal seringkali mengalami stres karena memikirkan anak-

    anaknya selain itu pasien memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan anak

    keduanya. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

    simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress

    menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    37/39

    ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan

    pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.

    3. Faktor Layanan KesehatanKurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya termasuk

    didalamnya yaitu tentang hal-hal yang dapat mencegah atau mengendalikan

    penyakit hipertensi yang dideritanya menjadi salah satu hal yang patut

    dipertimbangkan oleh pusat kesehatan untuk dipikirkan jalan keluarnya.

    Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan

    meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih

    sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu

    melakukan pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau

    mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui

    promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah,

    rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok.

    Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada

    kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka

    dapat dilakukan pengobatan secara dini.

    Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan

    kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut

    dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan

    darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal

    kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama

    agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali

    dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar

    dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan

    memperpanjang lama ketahanan hidup.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    38/39

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 faktor utama yangmempengaruhi hipertensi pada pasien ini yaitu faktor genetik, perilaku, dan

    pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, dari faktor genetik yaitu usia dan jenis

    kelamin pasien, faktor perilaku terkait kebiasaan pasien diantaranya kebiasaan

    merokok sejak usia remaja, kebiasaan mengkonsumsi kopi sejak muda, asupan

    garam yang tinggi, dan stres psikis, serta faktor yankes mengenai kurangnya

    informasi pasien mengenai penyakit hipertensi dan kurangnya kegiatan dari pusat

    kesehatan dalam memberi informasi kepada pasien mengenai hipertensi.

    Jika jumlah kasus penyakit hipertensi tahun 2007, tahun 2009, tahun 2010, dantahun 2012 dibandingkan maka tampak penurunan kasus dari tahun 2007 ke tahun

    2009 yaitu sebanyak 1702 kasus menjadi 696 kasus, dari tahun 2009 ke tahun 2010

    yaitu sebanyak 696 menjadi 670. Namun terjadi peningkatan kasus dari tahun 2010

    ke tahun 2012, yaitu sebanyak 670 kasus menjadi 3414 kasus.

    Saran

    Melakukan promosi kesehatan mengenai tindakan pencegahan dengan mengetahuifaktor resiko dan menerapkan pola hidup sehat dengan cara makan cukup sayur-

    buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok. Bagi

    pasien yang telah menderita hipertensi disarankan untuk rutin memeriksakan

    tekanan darah dan berobat di pusat kesehatan terdekat. Selain faktor resiko, petugasjuga memberikan informasi mengenai komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh

    penyakit hipertensi.

    Sebaiknya diadakan pengumpulan data sebaran penyakit hipertensi di desa-desawilayah Kediri sehingga dapat menentukan daerah sasaran utama penyuluhan

    hipertensi.

  • 7/22/2019 Lapsus Ikm Revisi

    39/39

    Daftar Pustaka

    1. Sudoyo, AW et al. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Balai Penerbit FKUI :Jakarta.

    2. World Health Organization (WHO), 2003, International Society of HypertensionStatement on Management of Hypertension, Australia: Lippincott Wiliam & Wilkins.

    3. US Departement of Health and Human Services. The seventh report of thejointnational committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high

    bloodpressure. 2004

    4. Depkes RI, 2012. Ditjen PPM dan PL.Jakarta.5. Diagnosis and Initial Evaluation of Hypertension. Dalam: Libby P, Bonow RO, Mann

    DL, Zipes DP. Braunwalds heart disease, a textbook of cardiovascular medicine.

    Edisi 8. 2007. USA: Saunders.

    6. Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit, Volume 1, Edisi 6. EGC: Jakarta.

    7. Armilawaty, Amalia H., Amiruddin R. Hipertensi dan Faktor RisikonyaDalam KajianEpidemiologi. New Paradigm Public Health. Posted 08 Dec2007. Available at:

    http://ridwanamiruddin.wordpress.com

    8.

    Tim Penyusun, 2012. Profil Puskesmas Kediri 2012. Dinas Kesehatan KabupatenLombok Barat

    9. Tim Penyusun, 2011. Profil Puskesmas Kediri 2010. Dinas Kesehatan KabupatenLombok Barat

    10.Tim Penyusun, 2010. Profil Puskesmas Kediri 2009. Dinas Kesehatan KabupatenLombok Barat.

    11.Tim Penyusun, 2008. Profil Puskesmas Kediri 2007. Dinas Kesehatan KabupatenLombok Barat.

    http://ridwanamiruddin.wordpress.com/http://ridwanamiruddin.wordpress.com/http://ridwanamiruddin.wordpress.com/