laras anggraeny (2012 33 063)

Upload: dzikhin8694

Post on 18-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIAKEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI

DOSEN :Ns. IMAM SUBIYANTO, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

OLEH :

LARAS ANGGRAENY - 201233063

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ESA UNGGULJl. Arjuna Utara 09 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 Indonesia

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Yth :1. Ns. Imam Subiyanto, S.Kep., M.Kep., Sp. KMB, selaku dosen dan pembimbing dalam pembuatan makalah ini.2. Kedua orang tua, yang selalu memberikan dukungan jasmani dan rohani sehingga makalah ini terselesaikan.3. Rekan-rekan satu kelompok dan seperjuangan, yang memberi banyak motivasi serta dukungan dalam penyelesaian makalah keperawatan lintas budaya ini.4. Seluruh yang bersangkutan dengan terselesaikannya makalah ini.Semoga dengan terselesaikannya makalah ini mampu memberikan maanfaat bagi pembaca. Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Terima kasih.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGBronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kemtian yang tinggi, di Negara berkembang infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sehingga penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 35%. Pnumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang di rawat per tahun.Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan menapat batuk selama beberapa hari. Dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Gambaran klinis pada bronkopneumonia ini haru dapat dibedakan dengan gambaran klinis bronkiolitis, aspirasi pneumonia, Tb paru primer, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.Makalah ini akan membahas tentang Definisi, penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan asuhan keperawatan tentang penykit bronkopneumonia.

1.2 TUJUAN1.2.1 TUJUAN UMUMBerdasarkan atas kurikulum yang berlaku, para mahasiswa/i diharuskan untuk membuat sebuah asuhan keperawatan pada sistem respirasi yang ditujukan untuk mempertahankan nilai atau poin yang sudah ada. Maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk :1. Syarat penilaian.2. Dapat lebih memahami bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada sistem respirasi.

1.2.2 TUJUAN KHUSUS1. Perawat mampu memahami definisi, etiologi, patofisiologi, tanda gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.2. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Brokopneumonia.

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Konsep Dasar2.1.1 DefinisiPneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya brasal dari suatu infeksi. (Price, 1995).Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbecak. (Smeltzer, 2001).

2.1.2 Klasifikasi PneumoniaKlasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularisb. Pneumonia atipikal, di tandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.2. Berdasarkan faktor lingkungan a. Pneumonia komunitasb. Pneumonia nosokomialc. Pneumonia rekurensd. Pneumonia aspirasie. Pneumonia pada gagguan imun f. Pneumonia hipostatik3. Berdasarkan sindrom kiinisa. Pneumonia bakterial berupa:pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia lobar serta pneumonia bakteria ltipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang di sertai konsolidasi paru.b. Pnumonia non bakterial,di kenal pneumonia atipikal yang di sebabkan mycoplasma, chlamydia pneumoniae atau legionella Klasifikasi berdasarkan reeves (2001) :a. Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Streptococal merupakan organisme penyebab umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.c. Lobar dan Bronkopneumonia dikstegorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

2.1.3 Etiologi1. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.Aeruginosa.2. VirusDisebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.3. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.4. ProtozoaMenimbulkan terjadinya Pneumocystis cariini pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).

2.1.4 Patofisiologi

Resti terhadapPenyebaraninfeksiJamur, bakteri, protozoa

Peningkatan suhu tubuh Masuk alveoli

Nyeri PleuritikKongestif (4-12 jam)Eksudat dan serous masuk alveoli

Hepatisasi merah(48 jam)Penumpukan Paru-paru tampak merah dan berganulacairan dalam Karena SDM dan leukosit DMN mengisi alveolialveoli

Hepatitis kelabu (3-8 hari)Paru-paru tampak kelabu karena leukositResolusi 7-11 Dan fibrin mengalami konsolidasi didalam alveolihari

Gangguan pertukaran gasRMNKonsolidasi jaringan paru

BerkeringatMetabolisme Gg pola nafasCompliance paru me

Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhResti Kekurangan volume cairanIntoleransiaktivitas Suplay O2 me

Sputum Kental

Gangguan jalan nafasMual, muntah

2.1.5 Tanda dan GejalaBronkopneumonia biasanya di dahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, bronkopneumonia mengalami tanda dang gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan,saat bernapas menggunakan otot aksesoris dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 : 435)Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat.

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah :1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a. Nyeri pleuritikb. Nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a. Mengecil, kemudian menjadi hilang b. Krekels, ronki, egofoni3. Gerakan dada tidak simetis 4. Mengigil dan demam 38,8 C sampai 41,1 C, delirium 5. Diafoesis6. Anoreksia 7. Malaise8. Batuk kental, produktifa. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 9. Gelisah 10. Sianosis a. Area sirkumoral b. Dasar kuku kebiruan 11. Masalah-masalah psikososial ; disorientasi, ansietas, takut mati

2.1.6 KomplikasiKomplikasi dari bronkopneumonia adalah :a. Ateletaksis adalalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnyamobilisasi atau reflek batuk hilang. Apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsik.b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleur. Terjadi dimulai adanya gangguan pembersihan jalan nafas akibat penutupan sputum, peradangan yang menjalar ke bronkiolus mulai melubang dan membesar.c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. Di dalam paru-paru berdinding tebal, nanah mengisi rongga yang di bentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru. Bisul sering merupakan hasil dari bunyi aspirasi radang paru-paru ketika campuran organism masuk ke dalam paru-paru bisul dapat menyebabkan hemoragik di dalam paru-paru jika tidak diperlakukan, terapi antibiotik yang khusus membunuh bakteri anaerob organisme lain secara cepat dan mengurangi bahayad. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Penyebaran virus haemofillus influenza melalui hematogen ke system syaraf sentral. Penyebarannya juga bias di mulai saat terjadi infeksi saluran pernafasan atau dimana manifestasi klinik meningitis meenyerupai pneumonia (whaley wong).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktual; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.2. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah; diambil dengan biopsi jarum, 3. aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.4. JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. 5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin. 6. LED : meningkat.7. Pemeriksaan fungsi paru: volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.8. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah. 9. Bilirubin: mungkin meningkat.10. Aspiransi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka:menyatakan intranklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges,1999)

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA3.1 Pengkajian1. Aktifitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.2. Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat.3. Integritas Ego Gejala : banyak stressor, masalah financial.4. Makanan / Cairan Gejala: kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi.5. Neurosensori Gejala: sakit kepala dengan frontal . Tanda: perubahan mental .6. Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,atralgia.7. Pernafasan Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau puluren. Perkusi : pekek diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural. Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang terlibat atau nafas Bronkial. 8. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam. Tanda: berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.9. Penyuluhan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis .

3.2 Penatalaksanaan1.Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan. 2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri.3. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat. 4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan.5. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas.6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduk.7. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik.

3.3 Asuhan Keperawatan3.3.1 Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Dapat dihubungkan dengan : a. Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi sputumb. Nyeri pleuritik c. Penurunan energi, kelemahan Kemungkinan dibuktikan dengan :a. Perubahan frekuensi kedalaman pernafasanb. Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori c. Dispnea, sianosis d. Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum Kriteria Hasil a. Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafasb. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosisIntervensi :Mandiri a. Kali frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dadab. Auskultasi paru cacat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi) c. Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam d. Penghisapan sesuai indikasi e. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hariKolaborasi a. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterafi lainb. Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesikc. Berikan cairan tambahan d. Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetrie. Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan

3. Kerusakan pertukaran gas dapat dihubungkan dengana. Perubahan membran alveolar-kapiler (efek inflamasi)b. Gangguan kapasitas oksigen darah Kemungkinan dibuktikan oleh :a. Dispnea, sianosis b. Takikandi c. Gelisah / perubahan mental d. Hipoksia Kriteria Hasil : a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen Intervensi : Mandiri a. Kaji frekuensi, kedalaman den kemudahan bernafas b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku c. Kaji status mental d. Awasi status jantung / iramae. Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil f. Pertahankan istirahat tidur g. Tinggikan kepala dan dorong sering mrngubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif h. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.Kolaborasi a. Berikan terapi oksigen dengan benar b. Awasi GDA

3. Pola nafas tidak efektifDapat dihubungkan dengan a. Proses inflamasi b. Penurunan complience paruc. Nyeri Kemungkinan dibuktikan oleh :a. Dispnea, takipnea b. Penggunaan otot aksesoric. Perubahan kedalam nafas d. GDA abnormalKriteria Hasil : a. Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normalIntervensi : Mandiri a. Kaji frekuensi, kedalam pernafasan dan ekspansi dada b. Auskultasi bunyi nafas c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi d. Observasi pola batuk dan karakter sekret e. Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektifKolaborasi a. Berikan oksigen tambahan b. Awasi GDA 4. Peningkatan suhu tubuhDapat dihubungkan : proses infeksi Kemungkinan dibuktikan oleh : a. Demam, penampilan kemerahan b. Menggigil, takikandiKriteria Hasil a. Pasien tidak memperhatikan tanda peningkatan suhu tubuh b. Tidak menggigilc. Nadi normal Intervensi : Mandiri a. Obeservasi suhu tubuh (4 jam) b. Pantau warna kulit c. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan Kolaborasi d. Berikan obat sesuai indikasi : antiseptike. Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari 5. Resiko tinggi penyebaran infeksiDapat dihubungkan dengan : a. Ketidakadekuatan pertahanan utama b. Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun)Kemungkinan dibuktikan oleh : a. Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktualKriteria Hasil : a. Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi b. Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko infeksiIntervensi : Mandiri a. Pantau TTV b. Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna jumlah dan bau sekretc. Dorong teknik mencucui tangan dengan baikd. Ubah posisi dengan sering e. Batasi pengunjung sesuai indikasif. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu g. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang Kolaborasi a. Berikan antimikrobal sesuai indikasi6. Intoleran aktivitas Dapat dihubungkan dengan :a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan okeigen b. Kelemahan, kelelahan Kemungkinan dibuktikan dengan : a. Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan b. Dispnea, takipneac. Takikandi d. Pucat / sianosis Kriteria Hasil : a. Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea. Kelemahan berlebihan dan TTV dalam rentang normal Intervensi : Mandiri a. Evaluasi respon klien terhadap aktifitas b. Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat d. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan 7. Nyeri Dapat dihubungkan dengan : a. Inflamasi parankim parub. Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin c. Batuk menetap Kemungkinan dibuktikan dengan : a. Nyeri dada b. Sakit kepala, nyeri sendi c. Melindungi area yang sakit d. Perilaku distraksi, gelisah

Kriteria Hasil : a. Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol b. Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktifitas dengan cepet Intervensi :Mandiri a. Tentukan karakteristik nyeri b. Pantau TTV c. Ajarkan teknik relaksasid. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.8. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDapat dihubungkan dengan : a. Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi b. Anoreksia distensi aabdomenKriteria Hasil : a. Menunjukkan peningkatan nafsu makan b. Berat badan stabil atau meningkat Intervensi : Mandiri a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin c. Auskultasi bunyi usus d. Berikan makan porsi kecil dan sering e. Evaluasi status nutrisi 9. Resti kekurangn volume cairan Faktor resiko : a. Kehilangan cairan berlebihan (demam,berkeringan banyak, hiperventilasi, muntah)Kriteria Hasil :a. Balance cairan seimbangb. Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat Intervensi : Mandiri a. Kaji perubahan TTV b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa c. Cacat laporan mual / muntah d. Pantau masukan dan keluaran, cacat warna, karakter urinee. Hitung keseimbangan cairan f. Asupan cairan minimal 2500 / hari Kolaborasi a. Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametikb. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan 10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan Dapat dihubungkan dengan : a. Kurang terpajan informasi b. Kurang mengingat c. Kesalahan interpretasiKemungkinan dibuktikan oleh :a. Permintaan informasib. Pernyataan kesalahan konsep c. Kesalahan mengulang Kriteria Hasil : a. Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan b. Melakukan perubahan pola hidup Intervensi :Mandiri a. Kaji fungsi normal paru b. Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan c. Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal d. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif e. Tekankan perlunya malanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.

3.3.2 EvaluasiEvaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan ntuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi yang di harapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu :1. Diagnosa 1 S : Mengatakan tidak sesakO : Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atauSianosisA : Masalah teatasiP : Pertahankan rencana keperawatan2. Diagnosa 2S : Mengatakan tidak sesak dan merasa lebih tenangO : Tampak tenang, nadi normal dan RR normalA : Masalah teatasiP : Pertahankan rencana keperawatan3. Diagnosa 3S : Mengatakan nafas kembali normal dan tidak merasa sesak dan dada tidakterasa sakitO : Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalamrentang normalA : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan4. Diagnosa 4S : Mengatakan sudah tidak demamO : Suhu tubuh normal (36,5-37,5)A : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan5. Diagnosa 5S : Mengatakan tidak adanya nyeri dan lukaO : Penyebaran infeksi tidak terjadi.A : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan

6. Diagnosa 6S : Mengatakan sudah bisa melakukan aktivitasO : Tampak Aktivitas dapat ditingkatkan.A : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan7. Diagnosa 7S : Mengatakan rasa nyeri berkurang dan merasa lebih nyamanO : Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.A : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan8. Diagnosa 8S : Mengatakan nafsu makan bertambahO: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi dan beratbadan bertambahA : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan9. Diagnosa 9S : Mengatakan sudah tidak muntah dan sudah tidak berkeringatO : Balance cairan seimbang, Kekurangan volume cairan tidak terjadiA : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan10. Diagnosa 10S : Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan O : Terlihat Melakukan perubahan pola hidup A : Masalah teratasiP : Pertahankan rencana keperawatan

BAB IVPENUTUP1.1 KESIMPULANPenyakit bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat.Penyebab bronkopneumonia yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa. Dari hasil pengkajian bronkopneumonia ditemukan berbagai masalah diantaranya ketidakefktifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum yang berlebihan. Setelah diberikan teknik nafas dalam dan batuk efektif, pasien mampu meningkatkan upaya pernafasan yang akan memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas alami, mmbantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.1.2 SARANPeran perawat dalam penanganan permasalahan pasien dengan bronkopneumonia sangat besar terutama dalam hal intervensi keperawatan disamping tim kesehatan lain. Oleh karena itu perawat diharapkan dapat melakukan perawatan yang intensif serta memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarganya agar dapat mempercepat penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi. Dibutuhkan kerjasama yang baik dengan keluarga dalam membantu pelaksanaan perawatan dalam memnuhi kbutuhan sehari-hari pasien, dimana dengan bantuan tersebut pasien merasa terlindungi serta mendapat curahan kasih saying dari keluarganya sehingga dalam proses penyembuhan terhadap penyakit lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKADoenges, M.E., Moorhouse., & Geissler, A.C. (1999). Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3rd. EGC: Jakarta.Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Ed 2nd. EGC : JakartaPadila, S.kep., Ns. (2013). Asuhan keperawatan penyakit dalam. EGC : Jakarta