link and match lipi 2009

Upload: siswanto-ayahnya-nuhahana

Post on 16-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    1/165

    LINK AND MATCH

    DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRI

    DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING TENAGA

    KERJA DAN INDUSTRI

    Editor :

    Endang S. Soesilowati

    LIPI

    PUSAT PENELITIAN EKONOMI

    LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

    2009

    Link match.indd iLink & match.indd i 6/22/2010 6:38:37 PM6/22/2010 6:38:37 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    2/165

    ii

    KATA PENGANTAR

    2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI)

    KATALOG DALAM TERBITANPUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH LIPI

    Link and Match Dunia Pendidikan dan Industri dalam MeningkatkanDaya Saing Tenaga Kerja dan Industri/editor Endang S. Soesilowati,Inne Dwiastuti. - [Jakarta] : Pusat Penelitian Ekonomi LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia, 2009.

    i-xi + 153 hlm: 15 cm x 21 cm

    331ISBN : 978-602-8659-21-5

    Penerbi t: LIPI Press, anggota Ikapi Pusat Penelit ian Ekonomi (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widya Graha Lt. 4 - 5 Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta

    12710 Telp: 021- 5207120 Fax: 021- 5262139

    LIPI

    Link match.indd iiLink & match.indd ii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    3/165

    iii

    Penelitian Link and MatchDunia Pendidikan dan Industri dalamMeningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja dan Industri paling tidakmengandung suatu makna penting bagi perekonomian nasional. Maknaini terutama tentang berbagai aspek dalam hubungan/keterkaitandan kesesuaian antara dunia pendidikan sebagai supplier tenaga kerja

    dengan dunia kerja sebagai demand tenaga kerja. Ditengarai adanyamismatch jenis dan kualitas kompetensi supply tenaga kerja yangdihasilkan dunia pendidikan dengan permintaan (kebutuhan) tenagakerja oleh dunia kerja. Keadaan ini jelas memperburuk keadaan oversupplytenaga kerja di Indonesia yang secara langsung mengakibatkanrelatif rendahnya kapasitas/daya saing tenaga kerja yang selanjutnyamelemahkan daya saing dunia usaha khususnya dunia industri sebagai"leading sector" dalam perekonomian industri.

    Penelitian link and matchtahap ini dengan analisis yang masihterbatas pada lingkup dunia pendidikan perguruan tinggi dan industridi dua lokasi Batam/Kepri dan Banten diharapkan dapat mengungkaptentang existing conditiondisertai faktor-faktor yang mempengaruhi

    kondisi ekonomi tersebut dan rekomendasi dalam scope terbatas.Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan mendalamakan memberikan solusi efektif dalam mempertautkan kesesuaiankualikasi tenaga kerja yang dihasilkan dunia pendidikan dengankebutuhan dunia usaha yang pada gilirannya akan berkontribusisignikan dalam memperkuat daya saing ekonomi Indonesia.

    Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI

    Drs Darwin Syamsulbahri, MSc. APU

    Link match.indd iiiLink & match.indd iii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    4/165

    iv

    ABSTRAK

    Link match.indd ivLink & match.indd iv 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    5/165

    v

    Program link and matchtelah dicanangkan sejak tahun 1989, dirancang

    untuk menjembatani kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja.

    Namun demikian, berdasarkan data statistik angka pengangguran, tingginya

    lowongan kerja tak terisi, rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis

    data sakernas menunjukkkan bahwa mismatch pendidikan dan tuntutan

    dunia industri masih tinggi. Studi ini bertujuan mengukur implementasi linkand matchdunia pendidikan dan industri. Selain mengkaji berbagai kebijakan

    bidang pendidikan, industri, dan tenaga kerja, studi ini juga menggunakan

    metode survei terhadap para pekerja di beberapa industri terpilih di propinsi

    Kepri (Batam) dan Banten yang merupakan daerah dengan pangsa industri

    tertinggi, dan tingkat pengangguran yang juga tinggi. Dengan melakukan

    kajian tentang implementasi link and matchdunia pendidikan dan industri,

    diharapkan dapat menghasilkan rumusan strategi untuk menyelaraskan

    sistem pendidikan menengah ke atas yang sesuai dengan kebutuhan dan

    permintaan pasar kerja. Kesesusaian kompetensi dengan jenis pekerjaan,

    akan meningkatkan daya saing tenaga kerja dan juga industri (usaha), yang

    pada gilirannya akan memperkuat perekonomian nasional.

    Hasil studi menunjukkan bahwa program link and match masih

    terkonsentrasi pada penyelarasan tenaga kerja berpendidikan sekolah

    menengah. Istilah link and matchsendiri tidak terlalu dipahami oleh beberapa

    narasumber dari industri terpilih. Keahlian yang dibutuhkan oleh pasar kerja

    tidak mengacu pada keahlian berdasarkan ijazah yang dimiliki, melainkan

    berbagai atribut keahlian yang tidak secara langsung diajarkan pada masa

    pendidikan sekolah/perguruan tinggi. Atas kuesioner yang disebarkan

    pada pekerja industri berpendidikan D1 ke atas, menunjukkan bahwa

    pekerja yang matchantara latar belakang pendidikan dengan pekerjaannya,

    cenderung memiliki prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan

    yang mismatch.

    ABSTRACT

    Link match.indd vLink & match.indd v 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    6/165

    vi

    The link and match program which was rstly set up in 1989 aimedto link the industry demand and labour supply. However, up to recent, thecondition of mismatch between education and labour market demandstill exist, as shown by statistical data in the last ve years of the increasingrate of educated unemployment and unlled job vacancies. The study

    aims to assess the implementation of link and match between educationand industry. The methodological research applied in this study is not onlyevaluating educational, industrial, and employment policies, but also impliesthe employment survey method in several industries in Banten and Batam.The result of the study is expected to give a valuable input for the educationaland industrial stakeholders in order to minimize the educated unemploymentrate, and to advance worker productivity, which in turn, enhancing labourand industrial competitiveness.

    The research ndings show that link-match program is still mainlyconcentrated on the secondary level. Although several industries studied doconsider the skill of workers in the recruitment processes, unlike in Banten,

    several industries studied in Batam were not familiar with the term oflink-match. The skill that they meant is not the skill that mentioned in thecerticate of graduation, but it seems to be the basic skill that could not betaught in the formal school at all. Based on 200 questioners gathered fromtwo regions (Banten and Batam) some key relevance ndings show that forall items, without any exemption indicate that those workers who stated theireducational background match with their current jobs will be highly likelybetter than those worker who stated that their educational background donot match with their current job.

    Link match.indd viLink & match.indd vi 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    7/165

    vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

    ABSTRAK ...................................................................................................................iii

    ABSTRACT .................................................................................................................iv

    DAFTAR ISI .................................................................................................................v

    DAFTAR TABEL..................... ........................ ........................ ....................... .......... vii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................ix

    BAB I LINK AND MATCH DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRISEBUAH PENGANTAR .............................................................................1

    Oleh: Endang S Soesilowati dkk

    BAB II KENDALA DAN REALISASI KEBIJAKAN LINK AND MATCHDUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRI SEBAGAI UPAYAPENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI ..................... ..................... 17

    Oleh: Inne Dwiastuti & Bahtiar RifaiBAB III POLA PENYERAPAN DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS TENAGA

    KERJA BERPENDIDIKAN TINGGI DI DUNIA INDUSTRI ............... 51 Oleh: ZamroniBAB IV TINGKAT KESESUAIAN KOMPETENSI PENDIDIKAN DENGAN

    BIDANG PEKERJAAN PADA DUNIA INDUSTRI ....................... .....89 Oleh: Endang S Soesilowati

    BAB V STRATEGI PENINGKATAN LINK AND MATCHDUNIAPENDIDIKAN TINGGI DAN INDUSTRI ..................... .......................125

    Oleh: Darwin Syamsulbahri

    Link match.indd viiLink & match.indd vii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    8/165

    viii

    Link match.indd viiiLink & match.indd viii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    9/165

    ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Peringkat HDI beberapa Negara di Asia ..................... ........... 37

    Tabel 2.2 The Global Competitiveness Index: Perbandingan

    Ranking 2008-2009 dan 20092010 ........................................38Tabel 2.3 Penduduk 15 + yang Bekerja menurut Pendidikan

    Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang) ....................... .......... 40

    Tabel 2.4 Penduduk Berumur 15 tahun + yang bekerja seminggu

    yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan

    pendidikan tinggi yang ditamatkan, 2007 ......................... ..41

    Tabel 2.5 Persentase Latar Belakang Pengetahuan yang

    Diterapkan Dengan Pendidikan Terakhir Responden ......44

    Tabel 3.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Dan Jenis Kegiatan

    Selama Semingu yang lalu, 2005-2009 ..................................52

    Tabel 3.2 Angka Pengangguran Terbuka Menurut PendidikanTertinggi yang Ditamatkan ..................... ......................... .......... 54

    Tabel 3.3 Pencari Kerja terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar dan

    Penempatan tenaga Kerja ...........................................................55

    Tabel 3.4 Cara mendapatkan informasi utk dapat pekerjaan (%) ... 60

    Tabel 3.5 Persyaratan yang sulit dipenuhi saat pertama

    masuk kerja......... ..............................................................................67

    Tabel 3.6 Tiga Faktor Penting Yang Mempengaruhi

    Produktivitas Kerja ..........................................................................70

    Tabel 3.7 Intensitas Pengaruh dari Faktor Penentu

    produktivitas kerja ......................................................................... 71

    Tabel 3.8 Latar belakang Pendidikan dan produktivitas kerja ......... 79

    Tabel 3.9 Jumlah Perusahaan (%) Yang Melakukan Training

    Berdasarkan Kelompok ............................................................... 81

    Link match.indd ixLink & match.indd ix 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    10/165

    x

    Tabel 4.1 Persentase Responden berdasarkan Kesesuaian Latar

    Belakang Pendidikan dengan Jenis Pekerjaan ....................99

    Tabel 4.2 Perbandingan Persentase Responden Match dan

    Mismatch berdasarkan Dukungan Bekal Pendidikan .....101

    Tabel 4.3 Perbandingan Persentase Responden Match dan

    Mismatch berdasarkan Waktu tunggu mendapatkan

    pekerjaan ............ ........................ ........................ ....................... ....104Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Responden match dan tidak

    match berdasarkan Waktu Tunggu Mendapatkan

    Pekerjaan yang Sesuai ................................................................105

    Tabel 4.5 Perbandingan Persentase Responden match dan mis-

    match berdasarkan Pengalaman kerja di tempat lain ......107

    Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Responden match dan

    mismatch berdasarkan Upah rata-rata perbulan ..............110

    Tabel 4.7 Persentase Responden berdasarkan tingkat Pendidikan

    dan Posisi Pekerjaan menurut Gender ..................................112

    Tabel 4.8 Perbandingan Responden match dan tidak matchberdasarkan Posisi Pekerjaan Sekarang dan Posisi

    Pekerjaan Pertama Bekerja .......................................................114

    Tabel 4.9 Persentase dan Sekor rata-rata Responden atas Tingkat

    Kesukaannya terhadap Posisi Jabatan Mereka ................ 118

    Tabel 5.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

    Dan Kegiatan Seminggu Yang Lalu, 2005 dan 2008. ..... .......134

    Tabel 5.2 Pertumbuhan Tenaga Kerja Yang Bekerja, Pengangguran

    Terbuka, dan Angkatan Kerja, Tahun 2005-2008. (%) .....135

    Tabel 5.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja

    Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Sektor Dan

    Pendidikan Yang Di Tamatkan, 2008. ....................... .............138

    Tabel 5.4 Persentase Responden TK Lulusan PT Beberapa Industri

    Di Batam Dan Banten Berdasarkan Kesesuaian Pendidikan

    Dengan Jenis Pekerjaannya. ....................................................144

    Link match.indd xLink & match.indd x 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    11/165

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Persentase Responden Berdasarkan Pilihan terhadap

    faktor yang menentukan dalam melamar pekerjaan ....42

    Gambar 2.2 Perbandingan Persentase Responden BerdasarkanWaktu Tunggu mendapatkan Pekerjaan yang Sesuai ...43

    Gambar 3.1 Proses Perekrutan Tenaga Kerja di Dunia Industri .......... 61

    Gambar 3.2 Pengaruh tambahan tahun pendidikan pada

    Upah-laki-laki dan perempuan (%) LFS 1993-2001 ....... 75

    Gambar 4.1 Model Iceberg dari Lima karakteristik pembentuk

    kompetensi ..............................................................................92

    Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Kesesuaian pekerjaan

    Responden dengan latar belakang pendidikan

    berdasarkan kelompok Umur ..............................................102Gambar 4.3 Perbandingan Persentase Kesesuaian pekerjaan

    Responden dengan latar belakang pendidikan

    berdasarkan lama kerja...........................................................106

    Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan dan Tingkat Upah berdasarkan

    Gender ..........................................................................................111

    Gambar 4.5 Perbandingan persentase responden antara yang

    match dan yang mismatchterhadap tiga faktor

    eksternal yang paling mempengaruhi semangat kerja. ..116

    Gambar 4.6 Perbandingan persentase responden antara yang

    matchdan yang mismatchterhadap tiga faktor imbalan yang paling mempengaruhi semangat kerja. 117

    Gambar 5.1 Model Triple Helix ............................. ........................ ...............148

    Link match.indd xiLink & match.indd xi 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    12/165

    xii

    Link match.indd xiiLink & match.indd xii 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    13/165

    1

    Sebuah Pengantar

    BAB 1

    LINK AND MATCH

    DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRISebuah Pengantar

    Endang S Soesilowati dkk.

    Latar Belakang

    Jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 mencapai 105,8 juta

    orang dan meningkat menjadi 113,74 juta orang di tahun 2009 atau

    tumbuh sebesar 1,76 % (2005-2009). Sementara, pengangguran

    terbuka masih terjadi sebesar 10,25 juta (2006) dan 9,26 juta (Februari

    2009) dengan rata-rata penurunan per tahun sebesar -1,85 %1.

    Namun, jumlah pengangguran terdidik meningkat dari tahun ke

    tahun. Proporsi penganggur terdidik dari total angka pengangguranpada tahun 2004 sebesar 26 % menjadi 50,3 % di tahun 2008 (Koban,

    2008). Yang lebih memprihatinkan adalah jumlah sarjana yang

    menganggur melonjak drastis dari 348.107 orang tahun 2004 menjadi

    626.621 orang tahun 2009, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun

    sebesar 14,03 %. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan

    III, berdasarkan data Sakernas BPS tahun 2007 terdapat lebih dari

    740.000 orang yang menganggur. Pada Februari 2009, sebanyak 1,11

    juta orang dari 9,26 juta orang pengangguran berasal dari program

    Diploma dan Universitas. Di sisi lain, walaupun peranan sektor industri

    terhadap pembentukan ekonomi nasional menunjukkan penurunan,

    namun sektor industri tetap merupakan leading sectorperekonomiannasional melalui kontribusi sektoralnya yang paling besar, yaitu

    27,4% di tahun 2005, 27,5% tahun 2006, 27,1% tahun 2007, 26,9 %

    1Dihitung dari data Sakernas BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_

    subyek=06& notab=1

    Link match.indd 1Link & match.indd 1 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    14/165

    2

    Endang S Soesilowati dkk

    tahun 2008, dan sebesar 27,3% pada tahun 20092. Selama 2004-2009

    sektor industri ditargetkan tumbuh 8,56% dan menyerap tenaga kerja

    setidaknya 2,6 juta orang per tahun, namun ternyata pertumbuhan

    industri terus menurun, yaitu hanya 7,5% tahun 2004, 5,9% tahun

    2005, 5,3% tahun 2006, 5,2% tahun 2007, dan 4,4% sampai triwulan

    II 2008 (Kuncoro, 2008), demikian pula share penyerapan tenaga

    kerjanya yang cenderung menunjukkan adanya penurunan, yaitu12,27% di tahun 2005 menjadi 12,07% di tahun 2009 3. Di sisi lain,

    persentasi lowongan kerja tidak terisi menunjukkan kecenderungan

    adanya peningkatan. Data Statistik Indonesia yang dikeluarkan oleh

    BPS, menunjukkan bahwa pada tahun 2005, 16,10 % lowongan kerja

    yang tidak terisi, dan pada dua tahun berikutnya (2007) meningkat

    menjadi 41,56 %.

    Mengacu kepada beberapa penjelasan di muka, maka

    permasalahan penting SDM di Indonesia tentu saja selain terletak

    pada tingginya tenaga kerja terdidik yang tidak terserap di dunia

    kerja, juga munculnya misallocation of human resources, yaitu adanya

    kesenjangan yang terjadi antara pasar tenaga kerja dan duniapendidikan. Hal ini antara lain tersirat dalam pernyataan Dirjen

    Depnakertrans, Tjetje Al Anshori bahwa 70% angkatan kerja tidak

    mampu memenuhi kualikasi lowongan kerja yang tersedia (dalam

    Job Expo, 17 Maret 2008). Pernyataan tersebut diangkat lagi oleh

    Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabinet Bersatu pertama,

    Erman Suparno bahwa tingginya lowongan kerja yang tidak terisi

    ditengarai oleh karena adanya ketidakcocokan antara kebutuhan

    dan penyediaan tenaga kerja yang di antaranya karena kesenjangan

    keterampilan dan pendidikan4.

    2 Angka 2007 2009 berturut turut merupakan angka sementara, sangat sementara, dan sangat sangat

    sementara http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11&notab=43Dihitung dari angka SAKERNAS BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06& notab=24 Pada acara diskusi Mencari Sistem Perlindungan TKI yang Efektif yang diadakan oleh Departemen Tenaga

    Kerja, Kamis 2 Juli 2009, Pengangguran Banyak, 70% Lowongan Tak Terisi: Calon tenaga kerja yang ada

    hanya mampu mengisi 30 persen lowongan. http://bisnis.vivanews.com/news/read/71765-pengangguran_

    banyak__70__lowongan_ tak_terisi

    Link match.indd 2Link & match.indd 2 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    15/165

    3

    Sebuah Pengantar

    Dalam menjembatani hal tersebut, sebetulnya Menteri

    Pendidikan Prof. Dr. Ing. Wardiman (Periode 1989-1998) telah

    mencanangkan program link and match antara dunia pendidikan

    dengan dunia industri5. Link and matchadalah penggalian kompetensi

    yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Diharapkan paradigma

    orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tapi lebih demand

    minded (kebutuhan pasar). Program link and match meliputi duasasaran, yaitu pada tingkat sekolah menengah, dan pada tingkat

    perguruan tinggi. Khusus untuk sekolah menengah, sasaran program

    pemerintah (cq DEPDIKNAS) mengubah proporsi siswa SMU vs SMK

    70:30, menjadi 30:70. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi

    diharapkan adanya peran industri untuk menciptakan pelatihan-

    pelatihan khusus bahkan bekerja sama untuk mendirikan institusi

    sesuai dengan jenis industri yang dikembangkan.6Sejak tahun 1994,

    Dewan Pengembangan Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-

    PT) mengembangkan konsep Cooperative Academic Education

    Program (Co-Op) yang menjalin kerjasama dengan lebih dari 62

    industri, terdiri dari manufaktur, perbankan hingga telekomunikasi7.

    Namun demikian, pasca berjalannya program Link and

    Match (hampir dua dasawarsa), belum nampak hasil seperti yang

    diharapkan. Masih tinggi lulusan sarjana, di samping bekerja tidak

    sesuai dengan bidang studi, juga harus menunggu dalam waktu

    lama untuk mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, lowongan kerja yang

    tidak terisi semakin meningkat. Mengacu pada beberapa phenomena

    di atas, maka penelitian yang mengkaji implementasi kebijakan link

    and match dunia pendidikan dan industri sebagai salah satu upaya

    strategis untuk meningkatkan esiensi, mutu tenaga kerja dan daya

    saing industri, layak untuk dilakukan.

    5 Dalam Diskusi panel dan Lokakarya Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Barat pada 17 Desember 2008, beliau

    mengingatkan kembali perlunya program link and match.6Beberapa institusi yang telah ada antara lain, STTTelkom, IBI (Institut Bank Indonesia), STTI (Sekolah Tinggi

    Teknologi Tekstil), Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (NHI).7 Pedoman Umum Penyelenggaraan Co-op. http://kelembagaan.dikti.go.id/index.php/pedoman/141-

    pedoman-umum-penyelenggaraan-program-co-op

    Link match.indd 3Link & match.indd 3 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    16/165

    4

    Endang S Soesilowati dkk

    Masalah Penelitian

    Tingginya angka pengangguran dapat dijelaskan dari berbagai

    aspek, salah satu diantaranya adalah adanya ketidak selarasan

    (mismatch) antara supply tenaga kerja dan demand dunia usaha

    (industri)8. Pada penelitian ini jawaban yang diberikan untuk

    menjelaskan tingginya angka pengangguran dilakukan menggunakan

    asumsi ketidak selarasan (mismatch) dunia pendidikan dan industri

    yang dikenal dengan istilah education mismatch atau education-job

    mismatch. Francesca Sgobbi and Ftima Suleman9 mengemukakan

    bahwa mismatchpendidikan terjadi oleh karena adanya heterogenitas

    kemampuan pekerja pada kualikasi pendidikan yang sama. Kesadaran

    dari adanya heterogenitas kemampuan dari para pekerja juga telah

    meningkatkan perhatian para peneliti untuk memusatkan pertanyaan

    penelitian nya terhadap mismatchpendidikan, khususnya di Negara-

    negara maju. Berbagai teori dikemukakan dalam memahami fenomena

    mismatch pendidikan ini. Beberapa diantaranya, Sgobbi & Suleman

    (2007) dengan teori human capital, job matching, dan occupational

    mobility, Brahim Boudarbat dan Victor Chernoff (2009) menggunakanhuman capital, credentialism, job matching, dantechnological change

    theory, dan Farooq, Javid, Ahmed, dan Khan (2009), mengemukakan

    human capital, job competition, career mobility, assignment model,

    signaling model, dan matching theory. Dari ketiga kelompok peneliti

    tersebut paling tidak terdapat dua pendekatan yang sama, yaitu teori

    tentang human capital danjob matching,dimana merekaberpendapat

    bahwa mismatch pendidikan merupakan keadaan sementara yang

    terjadi akibat pertukaran informasi yang kurang memadai antara

    pemberi kerja dan pencari kerja. Hal ini paling tidak menunjukkan

    8 Daniel Mnich and Jan Svejnar (2009) dalam studinya yang berjudul Unemployment and Worker-Firm

    Mathing: Theory and Evidence from East and West Europe dalam menjelaskan tentang pengangguran yangterjadi di Eropa Timur dan Barat, mereka mengajukan tiga macam hipotesa, yaitu mismatch, low demand, dan

    restrukturisasi ekonomi. Sejak tahun 1990 an mismatch terjadi hampir di semua Negara Eropa yang sedang

    dalam periode transisi ekonomi.9 A methodological contribution to the measurement of skill (m is)match, draft tulisan dari Sgobbi dan Su leman

    yang akan dipresentasika dan didiskusikan pada Decowe Conference: Ljubljana, Slovenia, 24-25 September

    2009.

    Link match.indd 4Link & match.indd 4 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    17/165

    5

    Sebuah Pengantar

    adanya in-effi siensi dalam alokasi sumber daya manusia (Farooq et al.,

    2009).

    Program link and match telah dicanangkan sejak tahun 1989,

    namun demikian berdasarkan data statistik yang menunjukkan masih

    tingginya angka pengangguran, tingginya lowongan kerja yang tidak

    terisi, dan rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis data

    sakernas tersebut di muka, menunjukkan bahwa mismatchpendidikandan kebutuhan keahlian pasar kerja masih tinggi, khususnya bagi

    tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Mismatchantara pendidikan

    dan pekerjaan mengakibatkan tingkat pendapatan yang lebih rendah,

    rendahnya kepuasan kerja, dan tingginya tingkat turnover pekerja,

    yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas pekerja (Bender &

    Heywood, 2006). Farooq et al (2009) menunjukkan beberapa penelitian

    yang telah dilakukan tentang education-job mismatches bahwa hal

    tersebut memberikan pengaruh yang relevan terhadap esiensi

    investasi pendidikan baik publik maupun swasta, karena education-

    job mismatchesmempengaruhi upah dan juga keluaran/hasil tenaga

    kerja lainnya, seperti kepuasan kerja (Hersch 1991, Groot 1996), on-the-job training(Sicherman 1991), mobilitas geogra (Dekker et al. 1996),

    dan turn overpekerja (Hersch, 1991 dikutip dari Farooq et.al, 2009).

    Hersch (1991), dan Battu, et al. (2000) telah meneliti tentang pengaruh

    non-moneter dari adanya job-education mismatch, dan menemukan

    bahwa pekerja yang overeducated dan pekerja perempuan yang

    undereducated menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang kurang

    dibandingkan dengan pekerja yang match, dan selanjutnya dia

    menyimpulkan bahwa pekerja yang memiliki pendidikan yang tepat

    memiliki premi pada kepuasan kerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).

    Namun, Allen dan van der Velden (2001), dan Green dan McIntosh

    (2002) menemukan bahwa mismatch dalam kualikasi menurunkankemungkinan pekerja untuk sangat puas, sementara mismatchdalam

    pendidikan tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pekerja (dikutip

    dari Farooq et.al, 2009). Robst (2007) menunjukkan bahwa mismatch

    pendidikan dengan pekerjaan telah mengakibatkan rendahnya

    Link match.indd 5Link & match.indd 5 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    18/165

    6

    Endang S Soesilowati dkk

    pendapatan yang diterima pekerja.10 Dalam teori ekonomi tentang

    Total Factor Productivity, besaran upah/pendapatan merupakan salah

    satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas

    pekerja yang tentu saja akan mempengaruhi kinerja industri.

    Berdasarkan fenomena di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan

    penelitian:

    Bagaimana peta permasalahan konsep dan realisasi kebijakan link

    and matchantara dunia pendidikan dan dunia industri?

    Sejauhmana sistem pendidikan mengacu pada dinamika

    kebutuhan industri/ pasar kerja?

    Sejauh mana konsistensi kebijakan rekruitmen tenaga kerja dan

    realisasi penyerapan dalam industri mengacu pada latar belakang

    pendidikan pekerja?

    Bagaimana kinerja pekerja yang bekerja sesuai dengan bidang

    studi pendidikannya?Strategi dan kebijakan seperti apa yang dapat diterapkan untuk

    meningkatkan link and match dunia pendidikan dan industri ?

    Tujuan Penelitian

    Tujuan Umum penelitian ini adalah menganalisa implementasi

    link and match dunia pendidikan dan industri, yang secara khusus

    mencari jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu:

    Memetakan permasalahan konsep dan realisasi kebijakan link andmatchdunia pendidikan dan dunia industri.

    10 Dikutip dari Martin Nordin et al, 2008. Education-Occupation Mismatch: Is There an Income Penalty? IZA

    Discussion Paper No. 3806 October 2008

    Link match.indd 6Link & match.indd 6 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    19/165

    7

    Sebuah Pengantar

    Menemukenali orientasi kebijakan kurikulum Perguruan Tinggi

    Mengungkapkan kebijakan rekruitmen tenaga kerja dan realisasi

    penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi pada industri

    Menganalisis tingkat kesesuaian kompetensi pekerja dengan

    bidang pekerjaannya

    Merumuskan strategi peningkatan realisasi link and matchdunia

    pendidikan dan dunia industri.

    Lingkup dan Alur Permasalahan Penelitian

    Dengan alasan esiensi, efektivitas, dan ketajaman fokus

    penelitian, maka lingkup kegiatan penelitian link and match dunia

    pendidikan dan industri pada tahun 2009, dibatasi pada kajian khusus

    terhadap penyerapan tenaga kerja di industri (perusahaan yang

    bergerak pada jenis industri pengolahan) dengan tingkat pendidikan

    diploma (D1) ke atas. Kegiatan penelitian dimulai dengan melakukanstudi literatur baik berdasarkan buku, jurnal ilmiah, media elektronik,

    maupun data statistik yang mengulas tentang kondisi sumber daya

    manusia di Indonesia yang menggambarkan adanya permasalahan

    dalam tingkat pengangguran, produktivitas pekerja, dan relasi antara

    pendidikan dengan dunia kerja, khususnya industri. Berdasarkan

    keadaan tersebut, penelitian ini kemudian memetakan penyebab

    permasalahan yang ada baik di tingkat institusi pendidikan, maupun

    pada industri. Hal ini diperoleh melalui kajian terhadap kebijakan-

    kebijakan yang dikeluarkan baik dalam bidang pendidikan, tenaga

    kerja, maupun industri. Kegiatan ini disertai dengan perolehan

    informasi yang menggambarkan tentang kebutuhan dan tuntutanindustri. Ini dipelajari melalui kumpulan iklan lowongan kerja pada

    surat kabar nasional dan juga media elektronik, serta focus group

    discussion dengan beberapa narasumber yang mewakili dunia

    Link match.indd 7Link & match.indd 7 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    20/165

    8

    Endang S Soesilowati dkk

    pendidikan tinggi, industri, dan ketenaga kerjaan. Langkah studi

    selanjutnya mengungkapkan sejauhmana efektivitas program link

    and match dari kebijakan pendidikan teraplikasikan dalam dunia

    kerja, melalui survei yang dilakukan terhadap pekerja. Pekerja yang

    dijadikan sampel studi diambil dari beberapa persusahaan menengah

    besar pada industri pengolahan.

    Setelah data dan informasi yang diperoleh melaluisurvei terhadap pekerja selesai diolah dan dianalisa, penelitian

    memformulasikan beberapa strategi untuk mengoptimalkan

    implementasi program link and match tersebut, dengan tujuan

    meningkatkan esiensi dan produktivitas pekerja di perusahaan,

    sehingga memiliki dayasaing tinggi, baik bagi pekerja maupun industri.

    Rangkaian penjelasan tentang tahapan lingkup kajian ini dapat dilihat

    pada diagram alur permasalahan penelitian.

    Link match.indd 8Link & match.indd 8 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    21/165

    9

    Sebuah Pengantar

    Alur Permasalahan

    AlurPermas

    alahan

    Existing

    Condition

    Tingginya

    Penga

    ngguran

    terdidik

    Tingginya

    lowongankerja

    yangtakterisi

    Renda

    hnya

    keterkaitan

    antara

    institusi

    pendid

    ikan

    danindustri

    TenagaKerja

    (ProdukLinkand

    Match)

    Kebijakan

    pendidikan

    Kebijakan

    Industri

    Goals:Formulasi

    strategi

    -

    Meningkatkan

    imple

    mentasi

    program

    linkand

    matc

    hdunia

    pend

    idikandan

    industri

    -

    Meningkatkan

    kiner

    ja/produktivitas

    SDM

    -

    Meningkatkandaya

    saing

    industri

    RekomendasiPerbaikan

    danimplementasi

    linkandmatch

    Link match.indd 9Link & match.indd 9 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    22/165

    10

    Endang S Soesilowati dkk

    Metode Penelitian

    Buku ini ditulis berdasarkan penelitian yang merupakan

    penelitian aplikasi kebijakan, dengan tujuan mengukur sejauhmana

    pencapaian program link and matchdiimplementasikan pada dunia

    pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan industri/pasar kerja. Untuk

    dapat mengukur sejauhmana implementasi program link and match

    dunia pendidikan dan industri, maka seyogyanya informasi dari keduabelah pihak ---dunia pendidikan maupun dunia industri--- diperha-

    tikan secara cermat. Namun demikian, tidak berarti penelitian hanya

    mengumpulkan informasi secara langsung terhadap kedua sumber

    informasi tersebut, tapi dapat pula dilakukan dengan menggali infor-

    masi dari pekerja itu sendiri sebagai objek pengguna dari implemen-

    tasi program link and match. Oleh karena lingkup kegiatan penelitian

    dipusatkan pada implementasi program link and matchdalam peru-

    sahaan (industri), melalui kebijakan penempatan pekerja dalam jenis

    pekerjaan serta jabatan yang tepat (the right man in the right place),

    maka penelitian juga menggunakan pendekatan bidang studi eko-

    nomi sumber daya manusia.

    Untuk dapat mengukur sejauhmana implementasi program link

    and matchdunia pendidikan dan industri, jenis data yang digunakan

    dalam penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Dari sisi sumber

    data yang digunakan sebagai bahan analisis, penelitian menggunakan

    data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh

    terutama dengan menggunakan metode survei terhadap para

    pekerja dengan latar belakang pendidikan D1 ke atas yang telah

    bekerja di perusahaan-perusahaan terpilih yang mewakili beberapa

    jenis industri. In-depth interview juga digunakan dalam penelititan

    ini dengan narasumber-narasumber terpilih dari Dinas Pendidikan,

    Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian, dan parapimpinan dari Perguruan Tinggi, serta Human Resource Development

    (HRD) di perusahaan terpilih, serta para pakar lainnya baik dari bidang

    pendidikan maupun industri. Data sekunder diperoleh melalui

    Link match.indd 10Link & match.indd 10 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    23/165

    11

    Sebuah Pengantar

    pengumpulan dokumen kebijakan, data statistik dari publikasi resmi

    baik yang dikeluarkan pemerintah maupun swasta, buku, jurnal

    internasional, media massa, dan berbagai bahan dari internet yang

    mendukung analisis penelitian.

    Metode survei terhadap para pekerja terutama menggunakan

    kuesioner terstruktur dengan memberikan pilihan jawaban yang

    tersedia. Beberapa pertanyaan terbuka ditambahkan, untukmemperoleh informasi yang lebih lengkap. Kandungan pertanyaan

    terutama mengungkapkan pengalaman pekerja dalam menerapkan

    pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal yang dimiliki

    dalam proses perolehan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang

    dilakukan.

    Merujuk pada data shareindustri terhadap PDRB dan data angka

    pengangguran yang cukup tinggi, maka lokasi penelitian dipilih

    Kepulauan Riau dan Banten. Atas data karyawan di perusahaan yang

    diteliti, dilakukan random stratied sampling, yang mewakili pekerja dari

    beberapa strata posisi jabatan di perusahaan terpilih. Masing-masingperusahaan dari industri pengolahan diambil secara proporsional 100

    orang pekerja dengan tingkat pendidikan D1 ke atas, dari masing-

    masing daerah penelitian sebagai responden, sehingga responden

    yang diberikan kuesioner berjumlah 200 orang.

    Data primer dan sekunder yang diperoleh secara kuantitatif

    maupun kualitatif dianalisis dan dipresentasikan dalam berbagai tek-

    nik penyajian (grak, tabulasi) dari temuan-temuan selama penelitian

    berlangsung serta menganalisis hasil temuan dengan menggunakan

    analisis statistik. SPSS digunakan untuk data entry dananalysis. Tabulasi

    silang dan analisa korelasi digunakan untuk menguji variabel-variabel

    yang diajukan, dengan menganalisa probabilitas perbedaan dan/ataukesesuaian latar belakang pendidikan dan jenis pekerjaan, pengala-

    man kerja, jenjang jabatan, dan juga jenis kelamin. Analisa kualitatif

    dilakukan berdasarkan hasil transcriptin-depth interviewdengan para

    Link match.indd 11Link & match.indd 11 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    24/165

    12

    Endang S Soesilowati dkk

    narasumber, untuk mengidentikasi dan mengumpulkan informasi

    tentang strategi peningkatan implementasi program link and match

    yang sudah dan akan mereka lakukan.

    Untuk dapat menguji implementasi program link and match,

    penelitian ini merumuskan empat hipotesa berikut:

    Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kesesuaian ( match) denganlatar belakang pendidikan membutuhkan waktu yang lebih lama

    dibandingkan dengan yang tidak sesuai

    Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap produktivitas

    secara berbeda bagi pekerja yang memiliki kesesuaian (match)

    latar belakang pendidikan dan pekerjaannya dibandingkan

    dengan yang tidak sesuai

    Lebih banyak pekerja perempuan yang pekerjaannya sesuai

    (match) dengan latar belakang pendidikan dibandingkan dengan

    pekerja laki-laki

    Pekerja yang memiliki kesesuaian ( match) antara latar belakang

    pendidikan dengan bidang pekerjaannya memiliki tingkat

    kepuasan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak

    sesuai

    Pembabakan Penulisan

    Buku Link and Match ini disusun dalam lima bab. Bab 1, merupakan

    pengantar yang menggambarkan latar belakang permasalahan dan

    metodologi yang digunakan. Bab 2 mengungkapkan Kendala dan

    Realisasi Kebijakan Link & Matchdunia pendidikan dan industri, yangmenguraikan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan

    program Link & Match dan realisasi penerapannya di dua daerah

    penelitian dengan menitik beratkan pada aspek penyediaan tenaga

    Link match.indd 12Link & match.indd 12 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    25/165

    13

    Sebuah Pengantar

    kerja yang dipusatkan pada masalah pendidikan. Oleh karenanya, pada

    bab tersebut juga ditampilkan tentang orientasi kurikulum khususnya

    kurikulum pada perguruan tinggi, dan tingkat daya saing tenaga

    kerja. Bab selanjutnya, menyajikan Pola Penyerapan dan Tingkat

    Produktivitas Tenaga Kerja Berpendidikan Tinggi pada dunia Industri.

    Bab 3 tersebut menganalisis sisi permintaan dunia usaha/industri

    terhadap tenaga kerja, yang menguraikan tentang proses perekrutandan peranan pelatihan terhadap pekerja. Bab 4 dalam buku ini

    menganalisa keterkaitan antara kompetensi latar belakang pendidikan

    pekerja dengan jenis pekerjaan. Analisa dilakukan terhadap terutama

    hasil survei terhadap pekerja yang dipilih berdasarkan random

    pada beberapa perusahaan/industri terpilih di dua lokasi penelitian.

    Selain menyajikan perbandingan kondisi pekerja antara mereka

    yang memiliki kesesuaian/keselarasan dua variabel (pendidikan

    dan pekerjaan) juga dikaitkan dengan beberapa variabel inti yang

    dimiliki pekerja seperti pengalaman kerja, pengembangan karir,

    kompensasi, dan kepuasan kerja, dalam bab tersebut juga disajikan

    hasil pengujian empat hipotesa yang diajukan. Sebagai penutup buku

    ini memberikan strategi peningkatan implementasi link & matchdan

    prospek peningkatan daya saing tenaga kerja dan industri.

    Link match.indd 13Link & match.indd 13 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    26/165

    14

    Endang S Soesilowati dkk

    DAFTAR PUSTAKA

    Antara. 2008. Erman Suparno: Pentingnya Job Fair di Saat Krisis. (http://indonesiabergerak.antara.co.id/news/?i=1229072346, diakses 30

    Januari 2009).Bender, Keith A. dan Heywood, John S. 2006. Educational Mismatch

    among Ph.D.s: Determinants and Consequences. Working PaperNo. 12693. National Bureau of Economic Research (http://www.nber.org/papers/w12693, diakses 11 Februari 2009).

    Boudabart, B dan Chernoff, V. 2009. The Determinants of Education-Job Match among Canadian University Graduates. DiscussionPaper No. 4513 October 2009. IZA.

    Farooq, S; Javid, A; Ahmed U; Khan, M. J. (2009). Educational andQualicational Mismatches: Non-Monetary Consequences in

    Pakistan. European Journal of Social Sciences Volume 9, Number2.

    HAM/DAY. 2009. Penganggur Terdidik 4,5 Juta. Kompas 16 Februari.

    Irwandi. Distribusi Mahasiswa berdasarkan Bidang Studi, TingginyaAngka Pengangguran Sarjana. 16 Februari 2008. (http://www.dikti.go.id, diakses 4 Februari 2009).

    Isfenti, Sadila. Tantangan dan Peluang Sumber Daya Manusia di EraGlobalisasi. (http://digilib.usu.ac.id/download/fe/manajemen-isfanti.html, diakses 30 Januari 2009)

    Koban, Antonius Wiwan. 2008. Mengurangi Pengangguran Terdidik.Harian Jurnal Nasional 16 September 2008.

    Kuncoro, Mudrajad. 2008. Strategi penyelamatan Sektor riil. Harian

    Seputar Indonesia, 24 Desember 2008

    Link match.indd 14Link & match.indd 14 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    27/165

    15

    Sebuah Pengantar

    Mnich, D and Svejnar, J. 2009. Unemployment and Worker-Firm

    Matching: Theory and Evidence from East and West Europe. Policy

    Research Working Paper, No 4810. The World Bank Development

    Economics Department Research Support Unit January 2009

    (http://www.cepr.org/meets/wkcn/4/4561/papers/Svejnar.pdf,

    diakses 15 November 2009)

    Nordin, Martin et al, 2008. Education-Occupation Mismatch: Is Therean Income Penalty? IZA Discussion Paper No. 3806 October 2008

    ELN/WKM. 2008. Perguruan Tinggi Menjadi Sumber Pengangguran. 16

    Februari (http://www.dikti.go.id, diakses 4 Februari 2009).

    Sampoerna Foundation. Link-Match Pendidikan dan Kebutuhan

    Sektor Bisnis : 1st Public-Private Partnership Discussion Series.

    (http://www.sampoernafoundation.org/content/ view/ 882/342/

    lang,id/, diakses 30 Januari 2009).

    Sgobbi, F and Suleman, F (2009) A methodological contribution to the

    measurement of skill (mis)match. A draft will be presented anddiscussed at the Decowe Conference: Ljubljana, Slovenia, 24-25

    September 2009. (http://www.decowe.com/static/ uploadedhtmlarea/

    files/A_methodological_contribution_to_the_measurement_of_

    skill_mismatch.pdf. Diakses 27 januari 2010).

    Suara Karya. 2008. Paradigma Baru Ketenagakerjan : Penyediaan

    Tenaga Kerja Didasarkan pada Pendidikan. 5 Maret.

    __________. 2008. 70 Persen Angkatan Kerja Tak Mampu Penuhi

    Kualikasi Lowongan, 18 Maret

    Suranto. 2006. Strategi Pembelajaran Dengan Focused Based Education.(http://eprints.ums.ac.id/84/1/JTI-0403-06-OK.pdf, diakses 30 Januari

    2009)

    Link match.indd 15Link & match.indd 15 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    28/165

    16

    Endang S Soesilowati dkk

    Link match.indd 16Link & match.indd 16 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    29/165

    17

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    BAB 2KENDALA DAN REALISASI KEBIJAKAN

    LINK AND MATCHDUNIA PENDIDIKAN DAN

    INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

    DAYA SAING INDUSTRI

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    Pendahuluan

    Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki

    era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga

    menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras

    dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan

    proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan

    semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat

    dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Tingkat

    keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan

    sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa

    dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh

    sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan

    dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal

    maupun jalur pendidikan non formal. Seperti telah dijelaskan pada Bab

    pengantar di muka, bahwa program Link and Matchyang pertama kali

    dicanangkan oleh Menteri pendidikan periode 1989-1998 bertujuan

    untuk menyelaraskan orientasi pendidikan dengan kebutuhanpasar kerja dengan sasaran baik di tingkat sekolah menengah

    maupun perguruan tinggi. Namun demikian, persoalan ketidak

    selarasan antara penyediaan dari dunia pendidikan dan kebutuhan

    Link match.indd 17Link & match.indd 17 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    30/165

    18

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    dunia industri masih tetap terjadi yang antara lain ditunjukkan oleh

    semakin meningkatnya jumlah penganggur berpendidikan. Untuk

    itu, Bab ini akan mengemukakan tentang kendala yang dihadapi

    dalam mengimplementasikan program link and match di dua daerah

    penelitian Batam (Kepri) dan Banten, dan juga berbagai upaya

    yang telah dilakukan khususnya dari sisi dunia pendidikan dalam

    mengimplementasikan program tersebut. Selanjutnya, tulisan inijuga mengungkapkan kesenjangan yang terjadi antara ketersediaan

    tenaga kerja dengan kebutuhan industri yang digambarkan melalui

    hasil survey terhadap 164 responden pekerja dengan latar belakang

    pendidikan tinggi (D1 ke atas) dari beberapa industri terpilih di dua

    daerah penelitian.

    Kendala yang dihadapi dalam Aplikasi Kebijakan Link

    and Match di daerah penellitian

    Berdasarkan pengamatan dan wawancara mendalam yang

    dilakukan terhadap beberapa narasumber di dua daerah penelitian,

    kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan program Link & Matchdapat diklasikasikan pada uraian berikut.

    Di Batam(Kepri)

    Istilah Link-Matchtidakcukup populer bagi beberapa perusahaan

    dari industri terpilih. Aplikasi program Link-Match nampaknya di Batam

    belum optimal karena terdapat beberapa permasalahan. Pertama,

    masalah keterbatasan infrastruktur belajar mengajar. Keterbatasan

    fasilitas praktikum yang tersedia di laboratorium, pembangunan

    infrastruktur penunjang aplikasi dan proses belajar yang belummencukupi terutama dikarenakan adanya kendala dana yang tersedia.

    Kedua, masalah kompetensi dari sdm di Batam. Kualikasi kompetensi

    yang dibutuhkan oleh dunia usaha lebih tinggi daripada yang mampu

    disediakan oleh dunia pendidikan. Hal ini terutama diakibatkan oleh

    Link match.indd 18Link & match.indd 18 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    31/165

    19

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    perubahan dan perkembangan industri yang jauh lebih cepat dan

    berkembang, sementara orientasi pendidikan tidak mudah melakukan

    penyesuaian terlebih dalam waktu yang singkat. Dicontohkan antara

    lain, perubahan tuntutan ketrampilan/keahlian tukang las misalnya.

    Pengajaran masih menggunakan bahan ajar dengan peralatan yang

    konvensional, padahal di dunia kerja sekitarnya sudah menggunakan

    perlatan kerja yang sangat modern. Ketiga, masalah kurikulum pendi-dikan. Kurikulum nasional kurang sesuai dengan kondisi daerah/kon-

    disi lokal. Belum ada panduan nasional yang berfungsi untuk menjadi

    pedoman pengembangan kurikulum sehingga mengakibatkan pen-

    gembangan kurikulum di daerah menjadi stagnan. Selain itu kurang-

    nya interaksi antara dunia pendidikan dan industri, mengakibatkan

    kebutuhan perusahaan tidak dapat diakomodir oleh dinas pendi-

    dikan setempat pada saat penyusunan kurikulum dilakukan. Hal ini

    mengakibatkan kurikulum yang ada relatif kurang mengimbangi per-

    kembangan maupun kebutuhan dunia kerja, akibatnya tenaga kerja

    yang dihasilkan tidak siap pakai. Namun demikian, di daerah peneli-

    tian Batam, khususnya, pengembangan kurikulum langsung dilaku-

    kan oleh sekolah bersama wakil masyarakat daerah tersebut, tanpa

    dukungan dari pemerintah pusat maupun industri secara langsung.

    Keempat, kurangnya koordinasi diantara stakeholders terkait. Walau-

    pun sudah terjadi hubungan antara dunia industri, tenaga kerja dan

    dinas pendidikan, namun belum ada koordinasi antara dinas industri,

    dinas tenaga kerja, dan dinas pendidikan maupun institusi industri.

    Kelima,belum ada pemetaan yang jelas dan pasti, berapa dan seperti

    apa tenaga kerja yang dibutuhkan dunia industri. Mayoritas industri

    di Batam merupakan industri perakitan sehingga tenaga kerja yang

    lebih dibutuhkan adalah sebatas operator yang cukup hanya tama-

    tan smU, dan belum memiliki keahlian khusus (skilled-labour). Disisi

    lain, perekonomian Batam telah mengarah kepada pariwisata mela-lui perdagangan umum, namun tenaga untuk hal ini juga belum siap.

    Keenam, terbatasnya lowongan pekerjaan bagi lulusan smU, sehing-

    ga banyak yang bekerja sebagai operator di industri, padahal mereka

    Link match.indd 19Link & match.indd 19 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    32/165

    20

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan latar belakang pendidi-

    kannya. Ketujuh, lulusan SMK masih banyak yang bekerja di luar bi-

    dangnya (sebanyak 50 persen) akibat keterbatasan lahan kerja yang

    sesuai dengan bidangnya, dan keengganan mereka untuk diberikan

    pekerjaan yang sama dengan lulusan SMU bekerja sebagai operator.

    Mereka menuntut untuk paling tidak diposisikan menjadi supervisor,

    padahal lowongan pekerjaan yang ada kebanyakan hanyalah menjadioperator. Selain itu, jenis SMK yang dibangun belum banyak mengacu

    pada jenis perusahaan yang berdiri di Batam.

    Di Banten

    Penerapan kebijakan program link & match di Banten juga belum

    optimal, karena terdapat beberapa kendala. Pertama, masalah

    oversupply mahasiswa pada jurusan yang lapangan pekerjaannya

    sedikit. Misalnya di Fakultas ekonomi, Fakultas Teknik Industri,

    Fakultas Pertanian, dan Fakultas Pendidikan (matematika dan biologi)

    di Universitas Tirtayasa (UNTIRTA) mengalami oversupplymahasiswa.Fenomena yang terjadi adalah justru bidang/jurusan yang masih

    diperlukan, peminatnya hanya sedikit. Misalnya: Fakultas Metalurgi

    mengalami kekurangan mahasiswa, padahal banyak tersedia lapangan

    pekerjaan di industri sekitar bagi para lulusan Fakultas Metalurgi.

    Untuk mengurangi masalah oversupplypada beberapa jurusan favorit

    dilakukan dengan menekan kuota penerimaan mahasiswa pada jurusan

    favorit tersebut dan menambah kuota penerimaan mahasiswa pada

    jurusan yang kurang diminati. Akan tetapi langkah ini kurang efektif,

    karena walaupun kuota mahasiswanya sudah ditambah, tetap saja

    Fakultas Metalurgi mengalami kekurangan mahasiswa. Kedua, masih

    tingginya kesenjangan antara kemampuan calon tenaga kerja dengankeahlian yang ditawarkan pada lowongan kerja. Ketiga, masih kurang

    memadainya fasilitas laboratorium di universitas, sehingga tidak

    mampu mengejar kecanggihan alat-alat di dunia industri. Keempat

    Link match.indd 20Link & match.indd 20 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    33/165

    21

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    kurangnya koordinasi antara pihak industri, lembaga pendidikan,

    dan dinas tenaga kerja. Wajib lapor perusahaan kepada Disnakertrans

    kurang direspon secara baik, sehingga dinas setempat kesulitan dalam

    melakukan Setting Program terutama menyangkut lowongan yang

    dibutuhkan. Bursa kerja khusus yang dilakukan lembaga pendidikan

    juga tidak berkoordinasi dengan Disnakertrans. Padahal, pelatihan

    yang diselenggarakan Disnaker selama ini konon telah mengacu padakurikulum sesuai kebutuhan perusahaan yang telah memberikan

    jaminan untuk dapat diterima kerja di perusahaan yang bersangkutan

    disertai dengan syarat magang bagi minimal lulusan SMU/SMK.

    Sebelum menggambarkan upaya atau strategi dalam menerapkan

    program Link and Match, penulis sajikan ulasan khusus tentang

    kurikulum pendidikan tinggi sebagai acuan dalam menganalisa upaya

    yang dilakukan beberapa kasus institusi pendidikan di kedua daerah

    penelitian.

    Orientasi Kurikulum Pendidikan Tinggi

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

    tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

    pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

    tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009:3). Sementara itu

    menurut Saylor, Alexander dan Lewis (1974, dalam Rusman, 2009)

    menerjemahkan kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk

    mempengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas

    maupun diluar sekolah. Dilain pihak, Harold B. Alberty (1965 dalam

    Rusman, 2009) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang

    diberikan kepada siswa di bawah tanggungjawab sekolah.

    Kurikulum dapat berisi cakupan luas dan dinilai dapat menggambarkan

    konsep tentang isi kurikulum (Saylor dan Alexander, 1966, dalam

    Link match.indd 21Link & match.indd 21 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    34/165

    22

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    Rusman, 2009). Menurut Saylor dan Alexander isi kurikulum adalah

    fakta, observasi, presepsi, ketajaman, sensibilitas, desain, dan solusi

    yang tergambarkan dari apa yang dipikirkan seseorang yang secara

    keseluruhan diperoleh dari pengamalan dan semua itu merupakan

    komponen yang menyusun pikiran yang mereorganisasi dan

    menyusun kembali hasil pengalaman tersebut ke dalam adat dan

    pengetahuan, ide, konsep, generalisasi, prinsip, rencana dan solusi.Dalam pandangan Zais (1976, dalam Rusman, 2009) isi kurikulum

    mencakup pengetahuan proses dan nilai. Hal ini dikuatkan melalui

    pertimbangan saat menyeleksi/menyusun kurikulum : 1) Kesadaran

    terhadap kedudukan pengetahuan dalam diri seseorang; 2). Kesadaran

    dari potensi pengetahuan yang melandasi isi (pembelajar dan

    pengalaman). Menurut Dewey (1996, dalam Rusman, 2009), Isi

    dideniskan sebagai pencatatan dan pengetahuan (simbol, grak,

    rekaman suara) yang terpisah dari potensinya untuk berinteraksi

    dengan lingkungan masyarakat. Lalu pengetahuan diterjemahkan

    sebagai pertambahan dan pendalaman arti.

    Isi kurikulum merupakan hal yang paling mendasar dan

    esensial dari rangkaian kurikulum, dimana terbagi dari dua hal

    utama:

    a) Bersifat umum

    Diaplikasikan kepada seluruh siswa, yang berfungsi penguatan

    proses interaksi dan pengembangan tingkat berpikir, mengasah

    perasaan dan berbagi pendekatan untuk dapat saling memahami,

    serta posisi siswa dalam lingkungan sekolah dan kehidupan

    sehari-hari.

    b) Bersifat khusus

    Diaplikasikan untuk program-program tertentu, disesuaikan

    berdasar kebutuhan berbeda atau mempunyai kemampuan

    Link match.indd 22Link & match.indd 22 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    35/165

    23

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    istimewa (lebih) dibanding siswa lainnya untuk mengaktualisasikan

    seluruh potensi yang dimilikinya.

    Manajemen Kurikulum

    Manajemen kurikulum didenisikan sebagai suatu sistem

    pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan

    sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikukum(Rusman, 2009:3). Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus

    dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah

    (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan

    manajemen kurikulum diberikan kepada lembaga pendidikan atau

    sekolah untuk mengelola kurikulumnya secara mandiri dengan

    memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran visi dan misi

    lembaga pendidikan atau sekolah yang bersangkutan dengan tidak

    mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Dengan kata

    lain, kebijakan nasional berfungsi sebagai pedoman utama dalam

    menyusun, menetapkan dan mengembangkan kurikulum yang

    selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing institusipendidikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing

    institusi pendidikan dapat berkembang sesuai dengan karakteristik

    masing-masing melalui spesialisasi pada bidangnya yang didukung

    dengan sumber daya sesuai kebutuhannya.

    Fungsi utama dari manajemen kurikulum (Rusman, 2009:5) adalah:

    a) Meningkatkan esiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.

    b) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa

    untuk mencapai hasil yang maksimal.

    c) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuaidengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar

    peserta didik.

    d) Meningkatkan esiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.

    Link match.indd 23Link & match.indd 23 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    36/165

    24

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    e) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengem-

    bangkan kurikulum.

    Implementasi Kurikulum

    Terdapat beberapa hal yang berpengaruh dalam implementasi

    kurikulum seperti: karakteristik kurikulum, strategi implementasi,

    karakteristik penilaian, pengetahuan pengajar tentang kurikulum,sikap terhadap kurikulum, dan ketrampilan mengarahkan (Hasan,

    1984, dalam Rusman, 2009:74). Selanjutnya, dukungan dari pimpinan

    instansi, dukungan dari rekan pengajar, dan dukungan dari dalam

    diri pengajar merupakan unsur utama dalam mengimplementasikan

    kurikulum (Mars 2002 dalam Rusman 2009).

    Implementasi kurikulum seharusnya dapat mendorong

    pengembangan kreativitas dari penyerapan materi sehingga secara

    langsung membuktikan adanya penguasaan materi. Hal utama yang

    harus diperhatikan adalah peserta didik sebagai subyek pembelajaran

    sehingga komunikasi multiarah mutlak diperlukan. Harapannya

    adalah subyek pembelajaran mampu memahami objek, menganalisis,dan merekonstruksi agar mampu membentuk pengetahuan baru

    (Rusman, 2009:75). Dengan kata lain, implementasi kurikulum

    mampu membentuk inovasi dan kreativitas siswa sehingga dapat

    mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelumnya

    (sebagai dasar pengembangan).

    Nana Syaodih (2001, dalam Rusman, 2009) melengkapi analisis

    implementasi kurikulum dengan menempatkan faktor pengajar

    sebagai kunci utama pelaksanaan kurikulum. Diperlukan pengajar

    yang memiliki kemampuan, semangat, kreativitas, inovasi dan dedikasi

    yang tinggi yang mampu mengimplementasikan kurikulum secaraoptimal. Faktor sarana dan prasarana, biaya, organisasi, lingkungan

    berfungsi sebagai pendukung dari hal tersebut. Artinya, bahwa

    meski kurikulum dan faktor pendukung relatif sederhana namun bila

    pengajar memiliki hal tersebut diatas, maka justru dapat mengubah

    Link match.indd 24Link & match.indd 24 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    37/165

    25

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    kesederhanaan dan keterbatasan faktor-faktor tersebut menjadi

    kekuatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

    Rusman (2009) memandang bahwa terdapat beberapa sumber daya

    pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum seperti :

    a) Manajemen Institusi Pendidikan

    Kemampuan mengelola berbagai hal (bersifat administrasi, teknis,keuangan maupun akademik) secara esien dan efektif sehingga

    mendukung proses pembelajaran.

    b) Pemanfaatan Sumber Belajar

    Bagaimana mengelola berbagai sumber-sumber belajar seperti:

    pesan (informasi); orang/manusia yang menyampaikan informasi

    (pengajar, tokoh/aktor maupun siswa); bahan/material; peralatan;

    teknik/metode; hingga lingkungan dalam mendukung proses

    belajar mengajar.

    c) Penggunaan Media Pembelajaran

    Bagaimana mengoptimalkan penggunaan media visual, cetakmaupun elektronik dalam menyampaikan informasi yang

    dibutuhkan dalam memproses belajar dan mengajar.

    d) Penggunaan Strategi dan Model-model Pembelajaran

    Bagaimana memilih strategi pembelajaran sesuai dengan

    kebutuhan secara efektif sehingga menghasilkan kualitas

    pendidikan yang optimal.

    e) Kualitas Kinerja Pengajar

    f ) Monitoring Pelaksanaan Kurikulum (Pembelajaran)

    Lebih jauh, terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalammelaksanakan manajemen kurikulum, sebagai berikut (Rusman,

    2009:4):

    Link match.indd 25Link & match.indd 25 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    38/165

    26

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    a) Produktivitas,

    Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan

    aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.

    b) Demokratisasi

    Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi

    yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada

    posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuhtanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

    c) Kooperatif

    Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan

    manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari

    berbagai pihak yang terlibat.

    d) Efektivitas dan esiensi

    Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus memper-

    timbangkan efektivitas dan esiensi untuk mencapai tujuan

    kurikulum dalam aspek biaya, tenaga dan waktu.

    e) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam

    kurikulum.

    Realisasi Implementasi Link-Match dunia Pendidikan

    dan Industri di Batam dan Banten

    Mengacu pada informasi yang diperoleh melalui wawancara

    dengan para narasumber dari dinas pendidikan di dua daerah

    penelitian, mengesankan bahwa pemerintah daerah tidak dapat

    mencampuri kebijakan pendidikan tinggi setempat. Seperti telahdisebutkan sebelumnya, kasus Disdiknas Banten misalnya, penjabat

    yang mengurusi pendidikan tinggi adalah kepala seksi pada esselon

    empat, sementara ketua penyekenggara pendidikan tinggi sudah

    Link match.indd 26Link & match.indd 26 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    39/165

    27

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    menduduki esselon dua. Di sisi lain, kurikulum nasional dipandang

    kurang sesuai dengan kondisi daerah/kondisi lokal. Perusahaan

    memberikan masukan kepada dunia pendidikan untuk memasukkan

    hal-hal khusus yang bersifat praktis sesuai dengan kebutuhan industri.

    Sementara itu, seorang narasumber dari pihak industri menyatakan

    bahwa sampai saat ini pengajaran di perguruan tinggi masih terfokus

    pada pengembangan ilmu yang bersifat teoritis, dan kurang aplikatif.Inilah yang menjadi kunci permasalahan, mengapa lulusan perguruan

    tinggi tidak dapat mengisi kekosongan lowongan kerja yang tersedia.

    Pelatihan atau pendidikan tambahanpun nampaknya masih perlu

    disediakan oleh perusahaan, bila perusahaan ingin meningkatkan

    kompetensi pekerjanya yang lebih pas dengan kebutuhan jenis

    pekerjaan/posisi kerja bagi karyawan/pekerja bersangkutan (akan

    dijelaskan pada uraian selanjutnya).

    Baik di daerah penelitian Kepri maupun Banten pemerintah

    daerah mulai secara serius menggarap politeknik dengan jurusan

    yang beragam dan lebih menyesuaikan kebutuhan tenaga kerja

    dan pengembangan ekonomi daerah yang bersangkutan. Kepridengan mengembangkan Politeknik yang ada ditambahkan untuk

    jurusan maritim terutama untuk distribusi barang dan jasa. Langkah

    ini ditunjukkan dengan mengaktifkan kembali politeknik yang telah

    dilebur kedalam perguruan tinggi yang berorientasi akademik.

    Politeknik Batam yang telah diubah menjadi Universitas Maritim Raja

    Ali Haji (UMRAH) pada 2007 yang lalu, akhirnya diaktifkan kembali

    sebagai perguruan tinggi berorientasi vokasi yang mandiri. Bahkan,

    sesuai dengan program pemerintah yang mulai menaruh perhatian

    tinggi terhadap pendidikan vokasi, statusnya akan ditingkatkan, dari

    perguruan tinggi swasta (PTS) menjadi Badan hukum Pendidikan milik

    Pemerintah (BHPP), perguruan tinggi negeri (PTN) versi baru.

    Bagi provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki tiga daerah

    berstatus Free Trade Zone(FTZ), yaitu Batam, Bintan, dan Karimun (BBK),

    keberadaan BHPP Politeknik Batam tentu sangat membantu bagi

    Link match.indd 27Link & match.indd 27 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    40/165

    28

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    upayanya menyediakan tenaga kerja terampil di BBK. Diyakini, tenaga

    kerja terampil yang dididik di daerah investasi tentu akan memiliki

    daya tahan kerja lebih tinggi (ditunjukkan dengan rendahnya tingkat

    turn overpekerja). Keyakinan ini akan semakin tinggi bila peserta didik

    atau calon tenaga terampilnya adalah sdm unggulan yang diberi

    beasiswa oleh pemerintah daerah. Keberadaan BHPP Politeknik Batam

    layak menjadi bagian dari promosi bagi para calon investor, yaituterjaminnya ketersediaan tenaga kerja terampil di lokasi investasi.

    Sebagai BHPP, pengembangan Politeknik Batam akan didukung

    oleh Depdiknas yang semakin peduli terhadap pendidikan vokasi.

    Peran Depdiknas (pemerintah) bagi investasi dan pengoperasian

    yang diperlukan BHPP tertulis jelas pada UU BHP. Sebagai BHPP di

    FTZ, Politeknik Batam harus mampu mengembangkan diri agar dapat

    menghasilkan tenaga kerja dengan berbagai jenis keterampilan guna

    memenuhi kebutuhan industri. Kedua variabel di atas akan menjadi

    dasar yang kuat bagi pengembangan BHPP Politeknik Batam di masa

    mendatang.

    Politeknik Batam, merupakan satu-satunya Politeknik di kota

    Batam, diresmikan oleh Mendiknas RI berdasarkan Surat Keputusan

    Menteri Pendidikan Nasional Bulan Oktober No. 235/D/O/2000 dengan

    membuka tiga program studi yang memiliki tingkat kebutuhan

    tertinggi di kawasan industri Batam yaitu Akuntansi, Teknik Elektro

    dan Teknik Informatika. Ketiga Program Studi yang dimiliki Politeknik

    Batam telah mendapatkan akreditasi B dari Badan Akreditasi Nasional

    perguruan Tinggi (BANPT) pada tahun 2003, dan sertikasi ISO 9001-

    2000 untuk Quality Manajemen System pada tahun 2006. Politeknik

    Batam berada dibawah Yayasan Pendidikan Batam yang terdiri dari

    dari Pemerintah Kota Batam, Otorita Batam, Universitas Riau dan

    Institut Teknologi Bandung.

    Sementara itu, Banten khususnya di Serang, direncanakan

    pembangunan Politeknik bekerja sama dengan Universitas Negeri

    Link match.indd 28Link & match.indd 28 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    41/165

    29

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    setempat (UNTIRTA) dengan jurusan/ bidang studi kargo, akuntansi,

    kimia dan transportasi yang dianggap merupakan bidang studi

    yang saat ini lebih sesuai dengan kebutuhan usaha/industri dan

    pengembangan daerah setempat.

    Beberapa kebijakan lokal yang telah dilakukan baik di daerah penelitian

    Banten maupun Kepri dalam mengimplementasikan program Link and

    Matchdari sisi pendidikan dapat dikelompokkkan menjadi empat aspekyaitu, pengembangan kurikulum, pengembangan kapasitas institusi,

    pengembangan pengetahuan (knowledge), dan pengembangan skill

    SDM. Gambaran ini diperoleh terutama berdasarkan kajian terhadap

    empat lembaga perguruan tinggi (masing-masing diwakili oleh Poltek

    Batam dan UIB di Batam, UNTIRTA dan Poltek Piksi di Banten, serta

    BBLKI di Banten.

    Pengembangan Kurikulum

    Dalam pengembangan kurikulum, terdapat beberapa strategiyang diimplementasikan untuk mendukung keterkaitan (link andmatch) dunia pendidikan dan industri. Pertama, dengan membuka

    jurusan/kelas khusus sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya,pengembangan jurusan teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    (Untirta) Banten, sebagai bentuk akomodasi kebutuhan tenaga-tenagateknik di Krakatau Steel (KS). Krakatau steel tidak hanya menggagas

    jurusan tersebut namun mendukung dalam tenaga pengajar maupunbeberapa kebutuhan aplikasi (praktek) dari mahasiswa. Sementara

    di Batam, Mc Dermont dan Schneider bekerjasama membuka kelaskhusus (maksimal 20 orang) pada SMK di mana siswa dipersiapkan

    untuk bekerja di perusahaan tersebut. Berbagai materi pengajarandisesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, yang selanjutnya diikuti

    dengan magang di perusahaan tersebut selama satu semester.Di bagian akhir dilakukan uji kemampuan siswa atas penguasaan

    keahlian oleh perusahaan tersebut yang terwujud dalam sertikasi.

    Link match.indd 29Link & match.indd 29 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    42/165

    30

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    Tidak hanya dengan membuka kelas/jurusan khusus, namun

    kurikulum dapat diimplementasi dengan mengubah (merekonstruksi

    ulang) isi dari kurikulum itu sendiri. Dengan kata lain, tidak harus

    dengan mengubah struktur kurikulum (umum dan khusus) namun

    fokus kepada isi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat dicontohkan

    peningkatan aplikasi software visual basicke fox prodi Poltek Piksi Serang

    demi mengakomodasi kebutuhan teknologi yang berkembang demikianpesat. Sementara di Batam, UIB melakukan technical assistance dengan

    Universitas Indonesia, maupun dengan benchmarking melalui studi

    banding untuk melengkapinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti

    perkembangan kompetisi pendidikan yang semakin ketat, berbagai hal

    positif dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kurikulum sesuai

    kebutuhan pasar maupun institusi tersebut.

    Lebih jauh, hal tersebut dapat direalisasikan dalam bidang

    ajar yang disesuaikan dengan perkembangan nasional. Misalnya,

    perkembangan syariah dimanifestasikan dengan pengembangan

    jurusan ekonomi syariah di fakultas ekonomi Untirta. Pembukaan

    bidang ajar nampaknya cukup eksibel sebagai salah satu bentukrespon positif atas dinamika dunia pendidikan dan dunia bisnis.

    Terakhir, adanya pelibatan dunia industri dalam penyusunan

    kurikulum akademik di tingkat perguruan tinggi. Salah satu bentuk

    aplikasi ini adalah adanya peran aktif dari institusi perguruan tinggi untuk

    melakukan kerjasama dalam menyesuaikan kebutuhan dunia industri

    guna melengkapi kurikulum dasar yang telah disusun sebelumnya. Hal

    tersebut telah dilakukan Universitas International Batam (UIB) misalnya,

    dengan melakukan survei secara berkala (selama 2 tahun) sebelum

    menyusun kurikulum. Model ini sangat bermanfaat sebagai pelengkap

    dan penunjang dari kurikulum dasar yang telah disusun sekaligus

    menyesuaikan berbagai perubahan di dalam dunia industri. Artinya,

    bahwa beberapa perguruan tinggi telah berupaya untuk bersaing

    dengan dinamika dunia industri dengan membekali peserta didiknya

    melalui kurikulum tambahan, sehingga mampu menghasilkan lulusan

    Link match.indd 30Link & match.indd 30 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    43/165

    31

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    yang siap bekerja sesuai dengan kebutuhan industri.

    Dalam implementasi sistem pendidikan nasional, pengembangan

    dan manajemen kurikulum diserahkan kepada masing-masing

    institusi pendidikan melalui tim yang dibentuk di dalam institusi

    tersebut (wawancara dengan Dinas Pendidikan Batam, 2009). Tim

    yang terbentuk tersebut dapat terdiri atas pengajar institusi (utama),

    atau dapat melibatkan tokoh masyarakat dan pakar kurikulum (bersifattentative/insidental). Selanjutnya kurikulum tersebut diuji di tingkat

    Dinas Pendidikan setempat dan dilakukan supervisi oleh pengawas

    setempat secara regular. Salah satu pertimbangan mendasar adanya

    otonomi kurikulum adalah keseragaman merupakan hal yang tidak

    lazim untuk diterapkan pada masa sekarang (Zais, 1976, dalam

    Rusman, 2009). Justru keragaman isi kurikulum merupakan sarana

    mengakomodasi tuntutan perkembangan global, sehingga dunia

    pendidikan dapat lebih dinamis. Dari empat kasus pendidikan tinggi

    di dua daerah penelitian terindikasikan bahwa pihak pendidikan tinggi

    itu sendiri lah yang harus lebih aktif dan kreatif mengembangkan

    muatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

    Pengembangan Institusi Pendidikan

    Seperti diuraikan di bagian sebelumnya, bahwa terdapat

    beberapa faktor yang mendukung implementasi kurikulum, baik

    dari manajemen institusi hingga monitoring pelaksanaan kurikulum.

    Sebagai salah satu bentuk aplikasi kurikulum adalah bagaimana

    keterkaitan dunia industri dengan dunia pendidikan khususnya

    dalam pengembangan kapasitas institusi. Dalam realitas dilapangan

    beberapa hal tersebut terwujud dalam:pertama, kerjasama dukungansoftware maupun hardware pendidikan dengan pihak diluar institusi

    pendidikan itu sendiri. Di Banten hal tersebut telah diwujudkan atas

    dukungan beberapa perusahaan terhadap pengembangan Politeknik

    Link match.indd 31Link & match.indd 31 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    44/165

    32

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    (Poltek) Piksi di Serang, sementara di Serpong hal tersebut diwujudkan

    dalam pembangunan Poltek bekerjasama dengan Siemens. Di Batam

    hal tersebut telah lama terwujud dalam pembangunan Politeknik

    Batam sebagai manifestasi kerjasama Otorita Batam, Pemerintah Kota

    Batam, Universitas Riau, ITB maupun Mc. Dermont.

    Kedua, pengembangan institusi diaplikasikan dalam membentuk

    forum komunikasi khusus dunia industri dan pendidikan seperti pera-nan industri sekitar di Banten terhadap think-tankBalaiBesarLatihan

    Kerja Industri (BBLKI). Lebih jauh, strategi yang diterapkan oleh BBL-

    KI adalah melakukan kerjasama dengan negara Austria dengan men-

    dapatkan bantuan teknis yang sangat membantu dalam mengasah

    ketrampilan dan keahlian para calon tenaga kerja maupun para kar-

    yawan. Sebagai gambaran, pelatihan di BBLKI tidak dikenakan biaya

    dimana sumber pendanaanya berasal dari DIPA. Namun, akibat keter-

    batasan anggaran ini, maka tidak semua calon peserta dapat diterima

    mengikuti pelatihan. Di institusi ini tidak hanya calon tenaga kerja

    saja (fresh graduate) yang terlibat, tapi juga cukup banyak karyawan

    dari perusahaan yang ditempatkan untuk mengikuti pelatihan. Sering-kali, perusahaan swasta yang bersangkutan tidak berkontribusi dalam

    pengembangan BBLKI walaupun mereka menitipkan karyawannya

    dalam pelatihan tersebut.

    Selanjutnya, guna mewujudkan visi dan misi dinas pendidikan

    bahwa pendidikan berkualitas untuk seluruh pihak tanpa harus

    terkendala waktu, biaya maupun sarana maka program beasiswa

    dari pihak swasta turut mendukung proses implementasi pendidikan

    di Indonesia. Beberapa realisasinya terwujud atas dukungan

    beberapa perusahaan (misalnya Krakatau Steel dan Indah Kiat) yang

    memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa baik di perguruan

    tinggi setempat (misalnya Poltek Piksi maupun Untirta) maupun

    di perguruan tinggi lainnya di luar Banten, dan juga dapat berupa

    ikatan dinas. Salah satu hal yang cukup menguntungkan dari adanya

    ikatan dinas adalah adanya kepastian jaminan pekerjaan setelah lulus

    Link match.indd 32Link & match.indd 32 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    45/165

    33

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    bagi mahasiswa untuk bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

    Di lain pihak bagi perusahaan menjadi relatif esien karena dapat

    mendapatkan calon tenaga kerja yang terbaik dengan mengikuti

    perkembangan pendidikannya.

    Hal senada juga diimplementasikan perusahaan Mc. Dermont dan

    Schneider kepada siswa SMK yang berprestasi dalam program beasis-

    wa ikatan dinas di Batam. Terdapat kurang lebih 20 siswa berprestasiyang dibina dalam kelas khusus yang setelah lulus wajib bekerja di

    kedua perusahaan tersebut.

    Pengembangan Pengetahuan

    Pengembangan Pengetahuan (knowledge) menjadi hal yangsangat esensial dalam mendukung implementasi kurikulum, yakniobyek dari kurikulum tersebut. Artinya pengetahuan sebagai targetdari kurikulum untuk diimplementasikan kepada peserta didik. Hal ini

    dapat diartikan bahwa penguasaan pengetahuan menjadi salah satuindikator keberhasilan implementasi kurikulum. Beberapa strategiuntuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan melibatkan dosentamu yang dapat berasal dari para praktisi maupun pakar dan penelitidibidangnya. Hal tersebut diimplementasikan di wilayah Banten mau-pun Batam, seperti sebagian pengajar Poltek Piksi merupakan praktisiinformatika dari Perusahaan Krakatau Steel. Demikian pula PoliteknikBatam dan UIB yang mendatangkan para pakar industri yang beradadi Batam sebagai dosen tamu.

    Strategi kedua adalah melakukan peningkatan latar belakangpendidikan para pengajar untuk level S2 maupun S3. Hal ini sekaligus

    sebagai penguatan kapasitas SDM pengajar. Hal tersebut telahdiwujudkan Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Riau denganmengirim secara rutin para perwakilan dosen yang terpilih untukbelajar ke UI, UGM, ITB, UI, ITS maupun Unhas sesuai dengan target

    kepakaran yang diharapkan.

    Link match.indd 33Link & match.indd 33 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    46/165

    34

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    Ketiga, melakukan kuliah umum dengan nara sumber yang

    berasal dari para pengusaha sukses dan ternama. Harapannya hal ini

    mau memberikan gambaran perkembangan dan dinamika dunia usaha

    di lingkungan perguruan tinggi. Secara langsung updating informasi

    dapat diperoleh bagi para peserta didik maupun pengajarnya.

    Terakhir, dengan membangun pusat pengembangan akademis,

    dimana para pengajar dapat mengembangkan kemampuan akademismaupun non akademis (khususnya perkembangan isu-isu nasional

    maupun global). Berbagai riset, seminar, lokakarya, asistensi maupun

    coaching dapat dilakukan melalui media ini. Wujud riilnya adalah

    Aplikasi Academic Centre untuk dosen UIB di Batam.

    Pengembangan Keterampilan (Skill) Sumber Daya

    Manusia (SDM)

    Dalam aspek yang lain, kurikulum diharapkan mampu

    mengembangkan keahlian para lulusan perguruan tinggi. Keterkaitankurikulum dunia pendidikan dan industri diimplementasikan dalam

    membentuk Balai Besar Latihan Kerja Industri guna meningkatkan

    keahlian baik bagi calon tenaga kerja maupun para karyawan yang

    telah berkerja. Hal ini telah diimplementasikan di Banten, dengan durasi

    pelatihan selama 3 bulan. BBLKI ini merupakan wujud kerjasama antara

    Depnakertrans, swasta dan BUMN. Tidak sedikit MoU telah terjalin

    antara BBLKI dan BUMN maupun swasta, khususnya dalam rangka

    memberikan training kepada karyawannya. Selain itu, Politeknik Batam

    juga membuka sertikasi dan pelatihan kepada khalayak umum untuk

    mengasah kemampuannya melalui kelas-kelas khusus, seperti kelas

    welding, aplikasi cisco, Sertikasi Profesi Telematika melalui tempatTempat Uji Kompetensi (TUK), mekatronika, maupun akuntansi yang

    diakui dengan melibatkan para penguji dari akademisi maupun praktisi

    industri.

    Link match.indd 34Link & match.indd 34 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    47/165

    35

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    Strategi selanjutnyaadalah mengembangkan program magang

    di dunia industri. Program magang ini dapat terwujud setelah pihak

    perguruan tinggi melakukan pendekatan kepada dunia industri. Arti-

    nya bahwa inisiatif perguruan tinggi berperan sentral dalam mendu-

    kung program magang tersebut. Program magang ini telah terealisasi

    dalam bentuk forum jejaring magang antara Poltek Piksi dengan PT

    Indah Kiat maupun Krakatau Steel selama 6 bulan mengingat pro-gram yang dikembangkan Poltek Piksi adalah akademisi dengan fokus

    pada lulusan yang siap kerja. Sementara Untirta telah menjalin pro-

    gram magang dengan PT. Indah Kiat dengan durasi magang selama

    3 bulan. Di wilayah Batam, program magang telah terealisasi antara

    Mc Dermont dan Schneider dengan SMK I, Pacic Hotel dengan SMK II

    Perhotelan, Astra Indonesia dengan SMK Kartini. Di tingkat perguruan

    tinggi, Politeknik Batam dan UIB telah menjalin kerjasama dalam

    program magang dengan beberapa perusahaan terkait, khususnya

    atas spesialisasi bidang yang dimiliki kedua kampus tersebut.

    Hal tersebut selanjutnya disempurnakan dengan penguatan

    penguasaan bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin.Salah satu pertimbangannya adalah lulusan dari perguruan tinggi

    ditargetkan untuk mampu bekerja di beberapa perusahaan Asing.

    Inilah wujud dari strategi/media untuk meningkatkan daya saing para

    lulusannya, mengingat bahasa merupakan faktor utama dalam proses

    komunikasi. Salah satu bentuknya adalah pembekalan bahasa oleh

    Poltek Piksi agar dapat bekerja di Perusahaan PMA di Serang Timur,

    yang umumnya adalah pengusaha Taiwan dan Korea. Sementara UIB

    dan Politeknik Batam membekali mahasiswanya dengan penyediaan

    pusat bahasa, khususnya bahasa inggris, mengingat perusahaan di

    Batam mayoritas adalah PMA dan bahasa inggris sebagai komunikasi

    yang sering digunakan di dalam perusahaan.

    Link match.indd 35Link & match.indd 35 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    48/165

    36

    Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai

    Kesenjangan antara Ketersediaan Tenaga Kerja dengan

    Kebutuhan industri serta Kaitannya dengan Daya Saing

    Industri

    Pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

    tinggi menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu

    negara. Pada tahun 1990, United Nation Development Program (UNDP)memperkenalkan pengukuran pembangunan manusia yang dikenal

    denganHuman Development Index(HDI) yang menggambarkan kualitas

    manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan

    dan kemampuan ekonomi. Berdasarkan Human Development Report

    (HDR) dari UNDP (lihat tabel 2.1), kualitas SDM Indonesia beberapa

    tahun terakhir relatif rendah dibandingkan dengan Negara-negara

    ASEAN lainnya. Berdasarkan data UNDP (2006, 2007/2008, 2009), pada

    tahun 2005, 2006 dan 2007 posisi Indonesia masing-masing berada

    pada ranking 110, naik ke peringkat 108, kemudian turun ke peringkat

    111 dari 182 negara-negara di dunia. Selanjutnya pada tahun 2007

    posisi Indonesia turun 3 peringkat dari tahun sebelumnya. Posisi ini

    masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia yang berhasil

    menempati ranking 66, Thailand yang berada pada posisi 87, dan

    Philipina yang menempati ranking 105. Indonesia hanya lebih unggul

    dari negara-negara yang tergolong less-developed countries diASEAN

    seperti Vietnam (ranking 116), laos (ranking 133), Kamboja (ranking

    137), dan Myanmar (ranking 138).

    Link match.indd 36Link & match.indd 36 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM

  • 7/23/2019 Link and Match Lipi 2009

    49/165

    37

    Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan

    dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri

    Tabel 2.1 Peringkat HDI beberapa Negara di Asia

    Negara 2005 2006 2007

    Ranking HDI index Ranking HDI index Ranking HDI index

    Singapura 25 0,907 25 0,916 23 0,944

    Brunei 33 0,66 34 0,871 30 0,920

    Malaysia 61 0,796 61 0,805 66 0,829Thailand 73 0,778 74 0,784 87 0,783

    Filipina 84 0,758 84 0,763 105 0,751

    Indonesia 110 0,697 108 0,711 111 0,734

    Vietnam 108 0,704 109 0,709 116 0,725

    Laos 133 0,545 129 0,583 133 0,619

    Kamboja 130 0,571 130 0,581 137 0,593

    Myanmar 129 0,578 133 0.533 138 0,586

    Sementara itu, kualitas SDM yang relatif rendah juga terlihat darilaporan International Institute for Management Development (IMD)-

    World Competitiveness Year Book(2009), dimana produktivitas tenaga

    kerja Indonesia berada di peringkat 42 dari 57 negara-negara di dunia

    yang disurvei11. Hasil survei tahun 2009 ini cukup menggembirakan

    karena peringkat daya saing Indonesia naik 9 peringkat dibandingkan

    tahun 2008 (ranking 51), akan tetapi masih kalah jauh dari Malaysia yang

    menempati posisi 18 dan Thailand yang berada pada ranking 26. Dalam

    hal ini produktivitas berkaitan erat dengan kualitas SDM. Berdasarkan

    catatan IMD, rendahnya kondisi daya saing indonesia, disebabkan oleh

    buruknya kinerja perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok,

    yaitu: (a) buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam

    kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ke