lp meningitis rev
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
1/28
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN MENINGITIS DI RUANG MELATI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
oleh
Aldila Kurnia Putri, S.Kep
NIM 112311101006
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
2/28
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
Oleh Aldila Kurnia Putri, S.Kep
1. Meningitis
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal.
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
1)Lapisan luar (durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak,
sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter
terbagi lagi atas durameter bagian luaryang disebut selaput tulang tengkorak
(periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan
tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma
sella.
2)Lapisan tengah (arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan
otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
3/28
3)Lapisan dalam (piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara
arakhnoid dan piameter disebut subarakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi
sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang
belakang.
Gambar 1. Anatomi lapisan otak
b.Pengertian
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan
piamater di otak sertaspinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri
dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi, (Donna
D.,1999). Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur,
(Smeltzer, 2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meningen, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme Meningokokus, Stafilokokus,
Streptokokus, Hemophilus influenzadan bahan aseptis (virus) (Long, 1996). Meningitis
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
4/28
adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah inflamasi dari meningens (membrane yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh organisme bakteri atau jamur. Infeksi
meningeal umumnya berawal dari satu atau dua cara yaitu baik melalui aliran darah
akibat infeksi lain (selulitis) atau oleh ekstensi langsung (setelah cedera traumatic pada
tulang wajah). Dalam kasus yang jumlahnya kecil penyebab meningitis adalah
iatrogenic atau sekunder akibat prosedur invasive (pungsi lumbar) atau alat bantu (alat
pemantau TIK) (Baughman, 2000).
c. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu:
1)Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak arakhnoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya adalah Virus, Toxoplasma gondhiidanRicketsia.
2)Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.
d.
Penyebab
Adapun penyebab meningitis menurut Alpers (2006) adalah sebagai berikut:
1) Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis
organisme yang sering menyebabkan meningitis bakterial adalah Streptokokus
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
5/28
pneumonia dan neisseria meningitis. Meningococal meningitis adalah tipe dari
meningitis bakterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat, sepert
asrama maupun penjara. Klien yang mempunyai kondisi seperti otitis media,
pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal
dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang
dengan gangguan sistem imun, seperti: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang
kongenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit.
Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan
subarachnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan
ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan
jaringan otak akan mengalami infark.
2) Meningitis Virus (Meningitis aseptik)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen yang cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar ke
sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Hal ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak,
mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sel cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan
disfungsi sel dan gangguan neurologik.
3) Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem
saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
sistem kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Respon
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
6/28
inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara
lain: bisa demam atau tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental.
e. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak atau mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam
lapisan subarachnoid. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga
yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab
peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia (multiplikasi bakteri dalam sel), yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah-daerah
pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK. Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
7/28
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa,port dentry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak
yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais
cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar (Corwin, 2009).
f. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala meningitis secara umum menurut Hack (2011) adalah
sebagai berikut:
1) Aktivitas dan istirahat
Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,
hipotonia
2) Sirkulasi
Riwayat endokarditis, abses otak, tekanan darah mneingkat, nadi menurun,
tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
3) Eliminasi
Adanya inkontinensia atau retensi urin
4) Makanan atau cairan
Anoreksia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
5)
Hygiene
Tidak mampu merawat diri
6) Neurosensori
Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, hiperalgesia meningkatnya rasa nyeri,
kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman,
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
8/28
kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, ,
hemiparese, hemiplegia, tanda brudzinski positif, rigiditas nukal, refleks babinski
posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
7) Nyeri atau kenyamanan
Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri
tenggorokan, gelisah, mengaduh atau mengeluh
8) Pernafasan
Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas meningkat, letargi dan gelisah
9) Keamanan
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit,
pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru
berlangsung, campak, chicken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios,
menggigil, rash, gangguan sensasi.
10) Penyuluhan atau pembelajaran
Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus
Guna memudahkan penilaian klinis, tanda dan gejala meningitis pada anak
dibagi menjadi tiga yaitu (Muttaqin, 2008):
1)Anak
Tanda dan gejalanya antara lain adalah timbulnya sakit secara tiba-tiba,
adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak
menjadi cepat rewel dan agitasi serta berkembang menjadi fotofobia, delirium,
halusinasi, tingkah laku, yang agresif atau mengantuk, stupor, dan koma. Terjadi
sesak napas, muntah dan diare. Tanda yang khas adalah tahanan pada kepala jika
difleksikan, kaku leher, tanda Kernig dan Brudzinski (+). Akibat perfusi yang tidak
optimal nterjadi tanda klinis kulit dingin dan sianosis. Gejala lainnya yang lebih
spesifik adalah adanya ptekia/purpura pada kulit jika anak mengalami infeksi
meningokokus (meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga jika anak
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
9/28
mengalami infeksi meningitis peneumokokus dan sinus dermal konginetal terutama
jika disebabkan oleh infeksiE. colli.
2)Bayi
Manifestasi klinis pada bayi biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai
2 tahun dan sering ditemukan adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, rewel,
mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis meraung-raung. Tanda khas di kepala
adalah fontanel menonjol. Kaku kuduk merupakan tanda meningitis pada anak,
sedangkan tanda Kernig dan Brudzinski dapat terjadi namun lambat atau pada kasus
meningitis tahap lanjut. Tanda kernig positif (Kernigs sign) yaitu ketika pasien
berbaring dengan paha difleksikan ke abdomen, pasien akan merasa kesakitan.
Gambar 3.Kernig Sign
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
10/28
a. Tanda Brudzinki positif (Brudzinskis sign) yaitu ketika leher pasian
dibungkukkan ke arah dada, pasien secara spontan menekuk lututnya ke atas.
Gambar 4.Brudzinki Sign
3)
Neonatus
Pada neonatus, biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi
klnisnya tidak jelas dan tidak spesifik, namun pada beberapa keadaan gejalanya
mempunyai kemiripan dengan anak yang lebih besar, neonates biasanya menolak
untuk makan, kemampuanuntuk menetek buruk, gangguan gastrointestinal berupa
muntah dan kadang-kadang diare. Tonus otot lemah, pergerakan dan kekuatan
menangis lemah. Pada kasus lanjut terjadi hipertermia, ikterus, rewel, megantuk,
kejang-kejang, apnea, sianosis, penurunan berat badan, tanda fontanel menonjolmungkin ada atau tidak. Leher fleksibel yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk.
Pada fase yang lebih berat tejadi kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang, dan apnea
yang biasanya terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan yang tepat.
g. Penatalaksanaan
Adapun pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan meningitis
adalah sebagai berikut:
1) Farmakologis
a) Obat anti inflamasi
1. Meningitis tuberkulosa
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
11/28
- Isoniazid 1020 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gram
selama 1 tahun.
- Rifamfisin 1015 mg/kg/24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
- Streptomisin sulfat 2040 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 2 kali
sehari, selama 3 bulan.
2. Meningitis bakterial, umur < 2 bulan
- Sefalosporin generasi ke 3
- ampisilina 150200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 46 kali sehari.
- Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3.
Meningitis bakterial, umur > 2 bulan
- Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
- Sefalosforin generasi ke 3.
b) Pengobatan simtomatis
- Diazepam IV: 0,20,5 mg/kg/dosis, atau rektal 0,40,6 mg/kg/dosis
- Kemudian pasien dilanjutkan dengan Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali
sehari.
- Turunkan panas dengan antipiretika: parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis.
- Kompres air PAM atau es
c) Pengobatan suportif
- Cairan intravena
- Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 3050%.
2) Perawatan
a) Pada waktu kejang
1.
Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2. Hisap lendir
3. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4. Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b) Bila penderita tidak sadar lama.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
12/28
1. Beri makanan melalui sonde.
2. Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salep antibiotika.
c) Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.
Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
d) Pemantauan ketat
1. Tekanan darah
2. Respirasi
3.
Nadi
4. Produksi air kemih
5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
h.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan meningitis adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan pungsi lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a) Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b) Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
2) Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
13/28
a) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu,
pada meningitis tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3) Pemeriksaan radiologis
a)Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan. Pemeriksaan x-ray dan computerized tomography (CT)
scan kepala, dada, atau sinus dapat menunjukkan adanya pembengkakan atau
peradangan.
Gambar 5. CT scan otak normal
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
14/28
Gambar 6. CT scan edema otak
b) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
i. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan meningitis adalah (Betz,
2009):
1) Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus obstruktif merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan
penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid sehingga terjadi
pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebrospinal (CSS) dalam
sistem ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Obstruksi disini
merupakan istilah yang digunakan untuk membandingkan hidrosefalus yangdisebabkan oleh produksi berlebih dari cairan serebro spinal (CSS).
2) Meningococcal septicemia (mengingocemia)
Kondisis dimana di dalam darah terdapat bakteri.
3) Sindrom Water Friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
15/28
4) SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)
5) Efusi subdural
6) Kejang
7) Edema dan herniasi serebral
8) Cerebral Palsy
9) Gangguan mental
10) Gangguan belajar
11)Attention deficit disorder
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang
menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan
lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan
dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin buruk, yaitu dapat menimbulkan cacat
berat dan kematian.
j. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
meningitis adalah:
1) Pencegahan primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
imunisasi meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin
yang dapat diberikan sepertiHaemophilus influenzae type b(Hib), Pneumococcal
conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),
Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).
Imunisasi Hib Conjugate vaccine(Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2
bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT,
Polio dan MMR. Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena
meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
16/28
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan
interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu
bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak
dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat
membentuk antibodi.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung
dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan
di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat
dicegah dengan cara meningkatkanpersonal hygieneseperti mencuci tangan yang
bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini
dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik
petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan
pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat
terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat
lainnya untuk menemukan penderita secara dini. Penderita juga diberikan
pengobatan dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab
dari meningitis.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan
lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat
pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat
meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
17/28
mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan
untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan
mengurangi cacat.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
18/28
3. a. Pohon Masalah
Faktor-faktor predisposisi mencakup: infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh imunologis
Invasi kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring
posterior, telinga bangian tengah, dan saluran mastoid
Reaksi peradangan jaringan serebral
Eksudat meningen Gangguan metabolisme serebral Hipoperfusi
Trombus daerah korteks danaliran darah serebral menurun
Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan
endotel, dan nekrosis pembuluh darah
Infeksi/septikemia jaringan otak
Iritasi meningen
Perubahan fisiolo is intrakranial
Peningkatan pemeabilitas darah otakEdema serebral dan peningkatan TIK
Sakit kepaladan demam
Hipertermi
Nyeri akut
Penekanan
area fokal
kortikal
Adhesi
Kelumpuhan
saraf
Perubahan
tingkat
kesadaran,
perubahan
perilaku,
disorientasi,
Fotofobia Pesekresi ADH
Perubahan
gastrointestinal
Perubahan
sistem
pernapasan:
Cheyne-stokes
Bradikardia
Rigiditas
nukal, tanda
kering (+),tanda
brudzinski
Kejang
Resiko
Cedera
Koma
Kematian
Ansietas
Mual dan
muntah
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Ketidakefektifanpola pernapasan
Risiko
ketidakefe
ktifan
perfusi
selebral
Prosedur invasif,
lumbal pungsiKelemahan fisik
Gangguan Mobilitas Fisik
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
19/28
b.Data yang Perlu Dikaji
1) Biodata pasien
2) Keluhan utama
Pada pasien meningitis dapat ditemukan keluhan utama berupa Panas badan
meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien meningitis dapat ditemukan riwayat penyakit seperti gelisah,
muntah-muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
4)
Riwayat kesehatan terdahulu
a)Penyakit yang pernah dialami
b)Alergi (obat, makanan, plester,dll)
c) Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post
imunisasi pertusis.
5) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus aureus, Streptococcus,
E. coli, dan lain-lain.
6) Data biopsikososialspiritual
a) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi (endokarditis dan PJK).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, taikardi, disritmia.
c) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
20/28
d) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : aAnoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
e) Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : Letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis,
kejang umum/lokal, hemiparese, tanda Brudzinki positif dan atau
Kernig positif, rigiditas nukal, Babinski positif, reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g) Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : Gelisah, menangis.
h) Pernafasan
Gejala : Riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : Peningkatan kerja pernafasan.
7) Pemeriksaan
a)Tanda-tanda vital
Suhu tubuh lebih dari 38 C.
Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intr kranial nadi
menjadi cepat.
Nafas lebih dari 24 x/menit
b)Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher:
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
21/28
Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus (gerakan
bola mata capat tanpa disengaja, di luar kemauan), pada wajah
ptiachiae, lesi purpura, bibir kering, sianosis serta kaku kuduk.
Thorak/dada:
Bentuk simetris, pernafasan takipnea, bila koma pernafasan cheyne
stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2.
Abdomen:
Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
Ekstremitas:
Pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan
tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
Genetalia:
Inkontinensia urin pada stadium lanjut.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan perubahan tingkat
kesadaran, depresi pusat napas di otak.
b. Risiko ketidakefektifan perfusi selebral berhubungan dengan peradangan dan
edema pada otak dan selaput otak.
c.Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
d. Risiko cedera berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi kurang optimal dan
peningkatan TIK.
e. Hipertemia berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan
metabolisme umum.
f.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan gastrointestinal (mua ldan muntah).
g. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
h. Ansietas berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan
(NANDA, 2015).
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
22/28
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifanpola pernapasan
b.d. perubahantingkat kesadaran,depresi pusat
napas di otak
Setelah dilakukantindakan keperawatan
selama 1x24 jam pasienmenunjukkankeefektifan pola nafas
dengan kriteria hasil:1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dansuara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal (TD 120/80mmHg, N: 60-100x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S: 36-37,5OC).
1. Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilasi
2.
Monitor tanda-tanda vital
3. Pasang mayo bila perlu
4. Keluarkan sekret dengan batukatau suction
5. Auskultasi suara napas, catatadanya suara tambahan.
6. Monitor respirasi dan status O2
7. Pertahankan jalan nafas yangpaten
8. Ajarkan bagaimana batuk efektif
1. Mengoptimalkan kepatenan jalannapas
2.
Mengetahui perubahan dan keadaanumum pasien3. Mempertahankan kepatenan jalan
napas4. Mengurangi hambatan dan sumbatan
pada jalan napas5. Mengetahui adanya kelainan pada
suara napas.
6. Memantau kemampuan respirasi
7. Mempertahankan pola nafas yangefektif
8. Mengeluarkan sekret dan
mengoptimalkan pernapasan
2. Risikoketidakefektifan
perfusi jaringanserebral b.d.
peradangan danedema pada otakdan selaput otak
Setelah dilakukanasuhan selama 3x24 jam
perbaikanketidakefektifan perfusi
jaringan serebral dengankriteria hasil:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor level kebingungan danorientasi
3. Monitor tekanan intracranial danrespon nerologis
1. Perubahan tanda vital menandakanada perubahan tekanan intranial danuntuk menenukan intervensi awal.
2. Klarifikasi persepsi sensorik yangterganggu.
3. Mendeteksi adanya tanda-tanda syok
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
23/28
1. Tekanan darah dalam
rentang normal(120/80 mmHg)
2. Tidak ada ortostatikhipertensi
3. Komunikasi jelas
4.
Menunjukkankonsentrasi danorientasi
5. Pupil seimbang danreaktif
6. Bebas dari aktivitaskejang
7. Tidak mengalami
nyeri kepala.
4. Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus5. Monitor status cairan6. Tinggikan kepala 0-45o
tergantung pada kondisi pasiendan order medis.
7.
Kolaborasi pemberian steroidosmotik
4. Merujuk intervensi rehabilitasi
5. Mengurangi retensi cairan berlebih6. Mengurangi tekanan intrakranial
7.
Menurunkan tekanan intrakranial.
3. Nyeri akut b.d.iritasi selaput dan
jaringan otak
Setelah dilakukantindakan keperawatan1x24 jam pasien akandapat mengontrol nyeridan melaporkan nyerihilang atau berkurangdengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol
nyeri2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurangdengan manajemen
nyeri.3. Mampu mengenali
nyeri
1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Pertahankan imobilisasi bagianyang sakit dengan tirah baringdan tinggikan ekstremitas yangnyeri.
4. Pertahankan kepala/leher pada
posisi yang netral, usahakandengan sedikit bantal.
1. Tingkat dan intensitas nyeri dapatdigunakan sebagai dasar
pengambilan intervensi, sehinggasetiap perubahan harus terusdipantau.
2. Mengindikasikan rasa sakit akut danketidaknyamanan
3. Imobilisasi dapat membantumeringankan fungsi tulang dalammempertahankan postur tubuh dandapat mengurangi rasa nyeri.
4. Dapat mengurangi nyeri yang terjadi.
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
24/28
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeriberkurang
5. TTV dalam rentangnormal (TD 120/80mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S: 36-37,5oC).
5. Ajarkan teknik manajemen nyeri
atau relaksasi (nafas dalam,imajinasi visualisasi).
6.
Identifikasi aktivitas terapeutikyang tepat.
7. Kolaborasi pemberian analgesiksesuai program terapi.
8. Observasi efek pemberiananalgesik
5. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol, dandapat meningkatkan kemampuankoping dalam manajemen nyeri yangmungkin menetap dalam periodelebih lama.
6.
Mencegah kebosanan, menurunkantegangan, dan dapat meningkatkankekuatan otot, dan kemampuan
koping.7. Analgesik berfungsi melakukan
hambatan pada sensor nyeri.8. Respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik
4. Risiko cedera b.d.
kejang berulang,fiksasi kurangoptimal dan
peningkatan TIK
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
menunjukkan terhindar
dari cedera dengan
kriteria hasil:
1.
Modifikasilingkungan kamaruntuk meningkatkankeamanan
2. Penggunaaninstrumenkeperawatan secara
tepat3. Meletakkan benda-
benda tajam yangdapat
1. Kaji bersama-sama pasien
penyebab kejang2. Berikan bantalan lunak pada
penghalang tempat tidur3. Hilangkan/minimalkan sumber
bahaya dalam lingkungan
4.
Alihkan perhatian pasien ketikamuncul perilaku teragitasi atau
berbahaya5. Anjurkan pasien untuk tirah
baring secara ketat jika muncultanda-tanda fase prodromal/aura
6. Damping dan observasi keadaanpasien selama/setelah kejang
1. Mengenal penyebab dari kejang
pasien agar pasien lebih berhati-hati2. Mengurangi cedera saat terjadinya
kejang3. Mencegah terpaparnya pasien
dengan benda-benda yang dapatmelukainya
4.
Mempertahankan keamanan danmeminimalkan terjadinya cedera
5. Memudahkan observasi perawatpada pasien dan memenuhikebutuhan istirahat pasien
6. Meningkatkan keamanan pasien
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
25/28
membahayakan
pasien jauh darijangkauan pasien
7. Posisikan kepala pada bantalan
yang lunak
8. Kolaborasi pemberian obatantiepilepsi (antikejang)
7. Menurunkan resiko cedera ketika
pasien tidak dapat mengontrol kerjaotot volunteer
8. Obat antiepilepsi meningkatkanambang kejang dengan menstabilkanmembrane sel saraf
5. Hipertermi b.d.
inflamasi padameningen dan
peningkatan
metabolism umum
Setelah dilakukan
tindakan keperawatanselama 2x24 jam pasienmenunjukkan suhu
tubuh dalam batasnormal dengan kriteria
hasil:1. Suhu tubuh dalam
rentang 36,7oC37o
C4. Tanda-tanda vital
dalam batas normal(TD 120/80 mmHg,
N: 60-100 x/mnt,RR: 16-20x/mnt)
2.
Pasien tidakmengeluh panas
3. Pasien tidakmenggigil
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji saat pasien mengeluhkedinginan atau terlihat
menggigil3. Beri kompres hangat pada
tengkuk atau lipatan tubuh
4. Anjurkan pasien memakaipakaian yang menyerap keringat
5. Anjurkan pasien untuk banyakminum air putih (kurang lebih 2,5liter/24 jam)
6.
Anjurkan pasien untuk tidakmengenakan selimut tebal
7. Kolaborasi pemberian cairanintravena
8. Kolaborasi pemberian antipiretiksesuai indikasi
1. Untuk menentukan keadaan umum
dan intervensi yang tepat2. Menggigil adalah salah satu respon
tubuh ketika mengalami peningkatan
suhu3. Menimbulkan efek vasodilatasi
vaskularisasi sehingga mempercepatproses evaporasi dan menurunkanpanas
4. Memberikan rasa nyanman padapasien
5. Peningkatan suhu tubuhmengakibatkan penguapan tubuhmeningkat sehingga perlu diimbangiasupan cairan yang banyak
6.
Kain tebal dapat meningkatkanpanas tubuh
7. Memaksimalkan pemasukan cairanyang adekuat
8. Pemberian obat mempercepatmenurunkan panas (Doenges, 2000).
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
26/28
5. Evaluasi
a. Keefektifan pola napas
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt,
RR: 16-20x/mnt, S: 36-37,5oC).
b. Perbaikan ketidakefektifan perfusi jaringan
Tekanan darah dalam rentang normal (120/80 mmHg)
Tidak ada ortostatik hipertensi
Komunikasi jelas
Menunjukkan konsentrasi dan orientasi
Pupil seimbang dan reaktif
Bebas dari aktivitas kejang
Tidak mengalami nyeri kepala
c.Nyeri hilang atau berkurang
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
TTV dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S: 36-37,5oC)
d. Terhindar dari cedera
Modifikasi lingkungan kamar untuk meningkatkan keamanan
Penggunaan instrumen keperawatan secara tepat
Meletakkan benda-benda tajam yang dapat membahayakan pasien jauh dari
jangkauan pasien
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
27/28
e. Suhu tubuh dalam batas normal
Suhu tubuh dalam rentang 36,7oC37oC
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt,
RR: 16-20x/mnt)
Pasien tidak mengeluh panas
Pasien tidak menggigil
-
7/24/2019 LP Meningitis Rev
28/28
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC.
Baughman, Diane C. 2000.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Betz, Lynn Cecily. 2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doengoes, E Marilynn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. 1996.Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Holistik.
Bandung: YIAPK Padjajaran.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salmeba Medika.
NANDA. 2015.Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Suriadi & Rita, Yuliani. 2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Percetakan
Penebar.