m-tata guna tanah

Upload: samun-ismaya

Post on 25-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    1/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    1

    BAB I

    TATA GUNA TANAH

    A.PENGERTIAN.

    Istilah tata guna tanah biasa juga dikenal dengan istilah asingnya

    sebagai Land Use Planning. Apabila istilah tata guna tanah dikaitkan

    dengan obyek hukum agraria nasional (UUPA), maka penggunaan istilah

    tersebut kurang tepat. Hal ini dikarenakan obyek hukum agraria meliputi:

    bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di

    dalamnya. Sedangkan tata guna tanah hanya berobyek tanah yang

    merupakan salah satu bagian dari obyek hukum agraria. Maka istilah

    yang tepat adalah Tata Guna Agraria atau Agrarian Use Planning

    yang meliputi:

    1. Tata Guna Tanah (land use planning)

    2. Tata Guna Air (water use palnning)

    3. Tata Guna Ruang Angkasa (air use planning)

    Dalam ketentuan menimbang huruf a TAP MPR No. IX Tahun 2001

    Tentang Pembaruan Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

    ditegaskan bahwa bahwa sumber daya agraria/sumber daya alam

    meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung

    didalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa

    Indonesia, merupakan kekayaan Nasional yang wajib disyukuri. Oleh

    karena itu harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi

    sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan

    masyarakat adil dan makmur.

    Ada beberapa definisi tata guna tanah yang dapat dijadikan acuan:

    1. Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur

    peruntukan, penggunaan dan persediaan tanah secara berencana dan

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIahttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIahttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIa
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    2/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    2

    teratur sehingga diperoleh manfaat yang lestari, optimal, seimbang

    dan serasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan negara.

    2. Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan penataan, penyediaan,

    peruntukan dan penggunaan tanah secara berencana dalam rangka

    melaksanakan pembangunan nasional.

    3. Tata guna tanah adalah usaha untuk menata proyek-proyek

    pembangunan, baik yang diprakarsai pemerintah maupun yang

    tumbuh dari prakarsa dan swadaya masyarakat sesuai dengan daftar

    sekala prioritas, sehingga di satu pihak dapat tercapai tertib

    penggunaan tanah, sedangkan di pihak lain tetap dihormati

    peraturan perundangan yang berlaku.

    Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil unsur-unsur

    yang ada, yaitu:

    a.Adanya serangkaian kegiatan.

    Yang meliputi pengumpulan data lapangan yang menyangkut

    tentang penggunaan, penguasaan, dan kemampuan fisik tanah,

    pembuatan rencana/pola penggunaan tanah untuk kepentingan

    pembangunan dan pengawasan serta keterpaduan di dalam

    pelaksanaanya.

    b. Penggunaan tanah harus dilakukan secara berencana.

    Ini mengandung konsekuensi bahwa penggunaan tanah harus

    dilakukan atas dasar prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip

    tersebut ialah lestari, optimal, serasi dan seimbang.

    c. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

    Ialah untuk tercapainya sebesar-besar kemakmuran rakyat menuju

    masyarakat yang adil dan makmur.

    4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna

    tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan

    tanah yang berujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui

    pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    3/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    3

    sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara

    adil (Pasal 1 PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah).

    Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan

    bentukan alami maupun buatan manusia. Pemanfaatan tanah adalah

    kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud

    fisik penggunaan tanahnya. Sedangkan pengertian penguasaan tanah

    adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang

    atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam UU

    No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1960 pengertian

    bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya

    serta yang berada dibawah air. Sedangkan tanah menurut PP 16

    Tahun 2004 ialah wujud tutupan permukaan bumi baik yang

    merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.

    Penatagunaan tanah merupakan bagian dari sub sistem penataan

    ruang wilayah yang dituangkan dalam rencana tata ruang wilayah.

    Rencana tata ruang wilayah ialah hasil perencanaan tata ruang

    berdasarkan aspek administrative dan atau aspek fungsional yang

    telah ditetapkan.

    B.RUANG LINGKUP PROGRAM LAND USE

    1.Tujuan Tata Guna Tanah.

    Tujuan dari tata guna tanah harus diarahkan untuk dapatmencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Usaha-usaha yang

    dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut:

    a. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah

    tempat.

    Maksudnya setiap kegiatan yang memerlukan tanah harus

    diperhatikan mengenai data kemampuan fisik tanah untuk

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIbhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIbhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIb
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    4/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    4

    mengetahui sesuai tidaknya kemampuan tanah tersebut dengan

    kegiatan yang akan dilaksanakan.

    b. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah

    urus.

    Maksudnya setiap harus melaksanakan kewajibannya memelihara

    tanah yang dikuasainya. Hal ini untuk mencegah menurunnya

    kualitas sumber daya tanah yang akirnya akan timbul kerusakan

    tanah.

    c. Mengusahakan adanya penggendalian terhadap perkembangan

    kebutuhan masyarakat akan tanah.

    Pengendalian ini dilakukan untuk menghindari konflik kepentingan

    akibat penggunaan tanah.

    d. Mengusahakan agar terdapat jaminan kepastian hukum bagi hak-

    hak atas tanah warga masyarakat.

    Jaminan kepatian hukum penting untuk melindungi warga

    masyarakat yang tanahnya diambil untuk kepentingan proyek

    pembangunan.

    Berdasarkan ketentuan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

    Tanah tujuan dari penatagunaan tanah ialah pemanfaatan tanah

    sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara

    adil. Secara rinci penatagunaan tanah bertujuan untuk:

    a. mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi

    berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan

    RTRW;

    b. mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

    agar sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW;

    c. mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan,

    penggunaan dan pemanfaatan tanah serta pengendalian

    pemanfaatan tanah;

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    5/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    5

    d. menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan tanah bagi

    masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah

    sesuai dengan RTRW yang telah ditetapkan.

    2.Asas-Asas Dalam Tata Guna Tanah

    Perencanaan tata agraria harus didasarkan pada tiga prinsip:

    a. Prinsip penggunaan aneka (principle of multiple use)

    Prinsip ini menghendaki agar rencana tata agraria dapat

    memenuhi beberapa kepentingan sekaligus pada satu kesatuan

    tanah tertentu.

    b. Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum production)

    Prinsip ini dimaksudkan agar penggunaan suatu bidang agraria

    diarahkan untuk memperoleh hasil fisik yang setinggi-tingginya

    untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak.

    c. Prinsip penggunaan optimum (principle of optimum use)

    Prinsip ini menghendaki agar penggunaan suatu bidang agraria

    dapat memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya

    kepada orang yang menggunakan/mengusahakan tanpa merusak

    sumber alam itu sendiri.

    Dalam literatur Hukum Agraria biasanya dibedakan 2 kelompok

    asas tata guna tanah yang disebabkan oleh karena adanya perbedaan

    titik berat penggunaan tanah diantara keduanya dimana penggunaan

    tanah di daerah pedesaan lebih dititikberatkan pada usaha-usaha

    pertanian. Sedangkan penggunaan tanah di daerah perkotaan

    dititikberatkan pada kegiatan non pertanian serta perbedaan ciri-ciri

    kehidupan masyarakat pedesaan dengan perkotaan. Berdasarkan

    penjelasan Pasal 13 ayat (5) PP No. 16 Tahun 2004 tentang

    Penatagunaan Tanah, bahwa pedoman teknis penggunaan tanah

    bertujuan untuk menciptakan penggunaan dan pemanfaatan tanah

    yang lestari, optimal, serasi dan seimbang (LOSS) diwilayah pedesaan

    serta aman, tertib, lancar dan sehat (ATLAS) di wilayah perkotaan

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    6/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    6

    yang menjadi persyaratan penyelesaian administrasi pertanahan.

    Secara rinci asas tata guna tanah itu dijelaskan sebagai berikut:

    a.Asas tata guna tanah untuk daerah pedesaan (rural land use

    planning). Biasanya disingkat dengan LOSS.

    1) Lestari

    Tanah harus dimanfaatkan dan digunakan dalam jangka waktu

    yang lama yang akan berdampak pada:

    a)Akan terjadi penghematan dalam penggunaan tanah.

    b)Agar supaya generasi yang sekarang dapat memenuhi

    kewajibannya untuk mewarislan sumber daya alam kepada

    generasi yang akan datang.

    Suatu ungkapan dari seorang raja Afrika bahwa: the land

    belongs to agreat family of which many member are dead,

    some are living and the large number still to the born. (jadi

    tanah bukan milik masyarakat sekarang saja, tetapi tanah milik

    dari masyarakat dulu masyarakat sekarang dan masyarakat

    yang akan datang).

    2) Optimal

    Pemanfaatan tanah harus mendatangkan hasil atau

    keuntungan ekonomis yang setinggi-tingginya.

    3) Serasi dan seimbang

    Suatu ruang atas tanah harus dapat menampung berbagai

    macam kepentingan pihak-pihak, sehingga dapat dihindari

    adanya pertentangan atau konflik dalam penggunaan tanah.

    b.Asas tata guna tanah untuk daerah perkotaan (urban land use

    planning)

    1)Aman

    Maksudnya aman dari: bahaya kebakaran, dari tindak

    kejahatan, bahaya banjir, bahaya kecelakaan lalu lintas dan

    aman dari ketunakaryaan.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    7/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    7

    2) Tertib

    Maksudnya tertib dalam bidang pelayanan, dalam penataan

    wilayah perkotaan, dalam lalu lintas, dan dalam hukum.

    3) Lancar

    Maksudnya lancar dalam pelayanan, lancar berlalu lintas, dan

    lancar dalam komunikasi.

    4) Sehat

    Maksudnya sehat dari segi jasmani dan sehat dari segi rohani.

    Sedangkan asas penatagunaan tanah menurut PP No. 16 Tahun 2004

    tentang Penatagunaan Tanah ialah keterpaduan, berdayaguna dan

    berhasilguna, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan,

    persamaan, keadilan dan perlindungan hukum (Pasal 2).

    3.Model-Model Perencanaan Penggunaan Tanah

    Sebelum dikeluarkannya PP No. 16 Tahun 2004 tentang

    Penatagunaan Tanah, masalah model perencanaan penggunaan

    tanah masih merupakan masalah yang belum tuntas artinya

    masalahnya masih menjadi pembicaraan diantara para perencana

    pembangunan di Indonesia. Hal ini disebabkan belum ditemukan

    model perencanaan penggunaan tanah yang dapat dijadikan

    pedoman oleh para perencana pembangunan.

    Adapun faktor-faktornya adalah:

    1) UUPA sendiri hanya mengatur secara garis besarnya saja.

    Hal ini bisa dilihat dalam ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 UUPA

    (UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

    Agraria). Pasal 14 menentukan agar Pemerintah membuat

    rencana umum penggunaan tanah untuk berbagai macam

    kepentingan masyarakat dan negara. Sedang Pasal 15 UUPA

    menentukan agar penggunaan tanah tidak menimbulkan

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    8/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    8

    kerusakan bagi lingkungan hidup termasuk terpeliharanya tingkat

    kesuburan tanah.

    2)Adanya perbedaan pendapat tentang kedudukan dari rencana

    penggunaan tanah.

    3) Selama ini pemerintah Indonesia menggunakan model

    perencanaan penataan wilayah termasuk penggunaan tanah yang

    diwarisi oleh Pemerintah Hindia Belanda.

    Tetapi setelah keluar PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

    Tanah maka sudah ada aturan yang bisa dipergunakan sebagai

    acuan dalam mengatur dan menyelesaikan persoalan penatagunaan

    tanah di Indonesia.

    Ada beberapa Model Perencanaan Penggunaan Tanah yaitu:

    1) Model Zoning

    Menurut model ini, tanah di suatu wilayah/daerah tertentu

    dibagi dalam beberapa zone penggunaan atau kepentingan-

    kepentingan/kegiatan-kegiatan/usaha-usaha yang dilakukan.

    Contoh model zoning yang dikembangkan oleh Ernest W Borgess

    untuk kota Chicago, dimana wilayah dibagi menjadi:

    a) Wilayah the loopyang merupakan wilayah perdagangan yang

    sering disebut downtown.

    b) The zone in transitions merupakan wilayah yang disiapkan

    bagi perkembangan industri dan perdagangan.

    c) The zone of working mens homes merupakan wilayah

    pemukiman bagi pekerja-pekerja kelas bawah.

    d) The residential zone merupakan wilayah pemukiman bagi

    orang-orang kaya

    e) The commuters zonemerupakan wilayah diluar batas kota.

    Kebaikan dari model zoning adalah:

    a) Tugas perencana penggunaan tanah cukup sederhana.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    9/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    9

    b)Adanya jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah

    warga masyarakat.

    Kelemahan-kelemahannya adalah:

    a) Tidak adanya ruang atas tanah yang dapat menampung

    kegiatan-kegiatan yang dipandang merugikan atau

    mengganggu apabila diletekkan pada zone-zone tertentu.

    b)Akan terjadi perkembangan wilayah yang tidak merata.

    c) Pada suatu saat, suatu zone akan mengalami tingkat

    kepadatan yang tinggi.

    2) Model Terbuka

    Istilah terbuka mempunyai arti bahwa suatu ruang atas

    tanah dalam satu wilayah tertentu tidak terbagi-bagi dalam zone-

    zone penggunaan sebagaimana dalam model zoning. Model

    terbuka menitikberatkan pada usaha-usaha untuk mencari lokasi

    yang sesuai bagi suatu kegiatan pembangunan yang dilakukan

    oleh pemerintah atau swasta. Untuk memperoleh lokasi yang

    sesuai, faktor-faktor tertentu harus diperhatikan antara lain:

    a) Data kemampuan fisik tanah

    Atas data kemampuan fisik tanah dibuatlah pola

    penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah perkotaan

    dibuatlah jaringan jalan dengan tetap memperhatikan asas

    ATLAS. Sedangkan pola penggunaan tanah untuk pedesaan

    dibuat atas dasar tinggi dan tingkat kemiringan tanah. Atas

    dasar ini maka suatu wilayah pedesaan dibedakan menjadi

    beberapa wilayah penggunaan utama yang disebut wilayah

    tanah usaha.

    Wilayah tanah usaha dibedakan menjadi:

    - Wilayah tanah usaha terbatas.

    Ketinggian < 7 m

    - Wilayah tanah usaha utama Ia.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    10/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    10

    Ketinggian 7 m10 m

    - Wilayah tanah usaha utama Ib

    Ketinggian 1025 m

    - Wilayah tanah usaha Ic

    Ketinggian 25100 m

    - Wilayah tanah usaha Id

    Ketinggian 100500 m

    - Wilayah tanah usaha utama II

    Ketinggian 5001000 m

    - Wilayah tanah usaha utama III

    Ketinggian > 1000 m

    Perbedaan ketinggian tanah ini akan membedakan pula

    perbedaan pola penggunaan tanah

    b) Keadaan sosial ekonomi masyarakat

    Meliputi: kepadatan penduduk, kegiatan yang dilakukan

    penduduk & mata pencaharian, rata-rata pendapatan

    perkapita, adat istiadat dll. Data ini penting untuk mencegah

    keresahan-keresahan masyarakat sebagai akibat adanya

    kegiatan pembangunan.

    c) Keadaan lingkungan hidup.

    Untuk mengetahui pengaruh pembangunan terhadap

    lingkungan hidup dilakukan dengan ANDAL (analisa dampak

    lingkungan)

    d) Data mengenai penguasaan tanah yang ada di wilayah

    tersebut.

    Prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam model terbuka:

    a) Bahwa perencanaan penggunaan tanah tidak menggariskan

    kegiatan yang harus diletakkan, tetapi meletakkan kegiatan

    yang telah digariskan.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    11/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    11

    b) Tersedianya peta penggunaan tanah bukan merupakan tujuan

    tetapi berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mecapai tujuan

    pembangunan.

    c) Bahwa tanah itu sendiri tidak dapat memberikan suatu bagi

    manusia, tetapi kegiatan yang ada di atasnyalah yang

    memberikan manfaat dan kemakmuran.

    Kebaikan dari model terbuka:

    a) Semua kegiatan pembangunan baik pemerintah maupun

    swasta dilaksanakan dan tertampung, tanpa ada kekawatiran

    akan terjadi konflik dalam penggunaan tanah.

    b) Tanah dapat digunakan sesuai dengan asas-asas penggunaan

    tanah.

    Kelemahan model terbuka adalah kurangnya jaminan

    kepastian hukum terhadap hak atas tanah warga masyarakat. Hak

    atas tanah warga masyarakat kurang mendapatkan jaminan

    hukum. Untuk mengatasi ini maka hendaknya proses pembebasan

    tanah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    3) Land Consolidation

    Dikenal pula adanya teknik konsolidasi tanah (land

    consolidation) yaitu teknik penataan kembali lokasi dan batas-

    batas tanah serta sarana dan prasarana (pelurusan jalan, sungai,

    saluran pembagian/pembuangan air) sedemikian rupa, sehingga

    pengkaplingan menjadi berbentuk segi empat panjang dan setiap

    persil dapat dicapai secara efisien oleh penggarap atau saluran air.

    Penatagunaan tanah juga mencakup arti pemeliharaan.

    Tanah itu harus dipelihara baik-baik menurut cara yang lazim

    dikerjakan di daerah yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk

    dari jawatan-jawatan yang bersangkutan agar bertambah

    kesuburan serta dicegah kerusakannya.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    12/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    12

    C.LANDASAN HUKUM TATA GUNA TANAH

    1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung

    prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a) Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh negara.

    b) Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa

    Indonesia harus menggunakan BARA + K tersebut untuk sebesar-

    besar kemakmuran rakyat.

    c) Bahwa hubungan antara negara dengan BARA + K merupakan

    hubungan menguasai.

    2. Sebagai pelaksana dari pasal 33 ayat (3) UUD 45 adalah Pasal 14 dan

    15 UUPA

    Pasal 14 menentukan agar pemerintah membuat suatu rencana

    umum mengenai persediaan, peruntukan dan

    penggunaan BARA + K untuk kepentingan-kepentingan

    yang bersifat politis, ekonomis, sosial dan keagamaan.

    Pasal 15 menentukan suatu kewajiban kepada semua pihak yang

    menggunakan tanah baik Pemerintah, masyarakat

    maupun perseorangan untuk memelihara tanahnya.

    Undang-undang yang diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut

    tentang pembuatan rencana umum penggunaan tanah sebagaimana

    dikehendaki pasal 14 UUPA ialah peraturan pemerintah No. 16 Tahun

    2004 tentang Penatagunaan Tanah.

    3. UU No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    4. UU No. 38 Prp Tahun 1960 jo UU No. 20 Tahun 1964 tentang

    Penggunaan dan Penetapan luas tanah untuk tanaman-tanaman

    tertentu.

    5. Mengenai penertiban/pemanfaatan:

    a) UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin

    yang berhak atau kuasanya.

    b)Instruksi Mendagri No. 2 Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 1982

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIchttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIchttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIc
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    13/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    13

    c) Keputusan Mendagri No. 268 Tahun 1982 tertanggal 17 Januari

    1982

    6. Mengenai Fatwa tata guna tanah diatur dalam Peraturan Mendagri

    No. 3 Tahun 1972 jo No. 6 Tahun 1986.

    7. PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

    D.LEMBAGA YANG MENANGANI TGT

    1. Tahun 1948

    Dinamakan Bureau Der Landrichting yang kemudian diganti dengan

    nama Kantor Perancang Tata Bumi (KPTB) di bawah naungan Dep.

    Pertanian.

    Faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian lembaga ini ialah:

    a) Jumlah penduduk Indonesia dan kebutuhan terhadap tanah

    diperkirakan akan terus meningkat pada masa-masa yang akan

    datang.

    b) Tanah yang tidak diurus sebagai akibat perladangan berpindah-

    pindah sudah semakin meluas.

    c) Perbedaan yang makin besar antara debit air sungai pada musim

    hujan dan musim kemarau.

    2. Tahun 1960

    Dibentuk Direktorat Landreform dan Land Use yang bertugas

    menangani tugas-tugas di bidang Landreform dan tata guna tanah di

    bawah naungan Dep. Agraria.

    3. Tahun 1962

    Terjadi penggabungan kedua departemen di atas menjadi

    Departemen Pertanian dan Agraria.

    4. Tahun 1964

    Terjadi pemisahan antara Dep. Pertanian dengan Dep. Agraria

    sehingga bidang tata guna tanah dilakukan oleh direktorat Land Use.

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIdhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babIdhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.DOC#babId
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    14/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    14

    5. Tahun 1966

    Departemen Agraria Dihapus dan tugas-tugasnya dilimpahkan ke

    Departemen Dalam Negeri. Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam

    bidang keagrariaan dilakukan oleh Direktorat. Sedangkan tata guna

    tanah ditangani oleh Direktorat Tata Guna Tanah.

    Fungsi Dir. Tata Guna Tanah ialah:

    a) Mengumpulkan data-data penggunaan tanah dan kemampuan

    tanah sebagai bahan perumusan pola/peta penggunaan tanah.

    b) Memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan

    penggunaan tanah

    c) Menyelenggarakan koordinasi dengan pihak-pihak yang langsung

    berhubungan dengan penggunaan tanah

    d) Memberikan pertimbangan tentang tata guna tanah dalam

    penerimaan hak atas tanah dan ijin perubahan penggunaan tanah

    e) Menyebarluaskan hasil karya di bidang penggunaan tanah.

    6. Tahun 1988

    Berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1988 kegiatan Penatagunaan

    Tanah menjadi tugas Direktorat Penatagunaan Tanah pada Deputy

    Pengaturan Penguasaan dan Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan

    Nasional.

    7. Berdasarkan ketentuan Pasal 23 PP No. 16 Tahun 2004 tentang

    Penatagunaan Tanah ayat (8) bahwa pedoman, standar dan kriteria

    teknis pelaksanaan kegiatan penatagunaan tanah dijabarkan lebih

    lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Lebih lanjut Pasal 24 ayat (1)

    menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pola penyesuaian

    penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, Pemerintah

    Kabupaten/Kota menerbitkan pedoman teknis.

    E.PENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH

    Kebijakan penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap:

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIehttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIehttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIe
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    15/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    15

    a. bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau

    belum terdaftar;

    b. tanah negara;

    c. tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Penyelenggaran penatagunaan tanah meliputi kegiatan:

    a. Pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan

    tanah;

    b. Penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhanpenguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut fungsi

    kawasan;

    c. Penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan

    pemanfaatan tanah dengan RTRW.

    Penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai

    dengan Rencana Tata Ruang Wilayah disesuaikan melalui

    penyelenggaraan penatagunaan tanah. Pelaksanaan pola penyesuaian

    penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata

    Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c

    dilakukan melalui :

    a. penataan kembali;

    b. upaya kemitraan;

    c. penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara atau pihak

    lain dengan penggantian sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan dengan

    mempertimbangkan:

    a. kebijakan penatagunaan tanah;

    b. hak-hak masyarakat pemilik tanah;

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    16/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    16

    c. investasi pembangunan prasarana dan sarana;

    d. evaluasi tanah.

    F. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG

    PENATAGUNAAN TANAH

    1.Catur Tertib Pertanahan

    Tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan.

    Kedudukan tanah yang penting ini kadang tidak diimbangi dengan

    usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timgul dalam

    bidang pertanahan. Fakta memperlihatkan bahwa keresahan di

    bidang pertanahan mendatangkan dampak negatif di bidang sosial,

    politik dan ekonomi.

    Untuk itu berdasarkan Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditentukan

    agar pembangunan di bidang pertanahan diarahkan untuk menata

    kembali penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah. Atas dasar

    Tap MPR No. IV/MPR/1978, Presiden mengeluarkan kebijaksanaan

    bidang pertanahan yang dikenal dengan Catur Tertib Bidang

    Pertanahan sebagaimana dimuat dalam Keppres No. 7 Tahun 1979,

    meliputi:

    a. Tertib Hukum Pertanahan

    Diarahkan pada program:

    1) Meningkatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat.

    2) Melengkapi peraturan perundangan di bidang pertanahan.

    3) Menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang terjadi.

    4) Meningkatkan pengawasan dan koordinasi dalam pelaksanaan

    hukum agraria.

    b. Tertib Administrasi Pertanahan

    Diarahkan pada program:

    1) Mempercepat proses pelayanan yang menyangkut urusan

    pertanahan.

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_3/Daftar%20Isi.Doc#babIf
  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    17/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    17

    2) Menyediakan peta dan data penggunaan tanah, keadaan sosial

    ekonomi masyarakat sebagai bahan dalam penyusunan

    perencanaan penggunaan tanah bagi kegiatan-kegiatan

    pembangunan.

    3) Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanah-tanah

    kelebihan batas maksimum, tanah-tanah absente dan tanah-

    tanah negara.

    4) Menyempurnakan daftar-daftar kegiatan baik di Kantor agraria

    maupun di kantor PPAT.

    5) Mengusahakan pengukuran tanah dalam rangka pensertifikatan

    hak atas tanah.

    c. Tertib Penggunaan Tanah

    Diarahkan pada usaha untuk:

    1) Menumbuhkan pengertian mengenai arti pentingnya

    penggunaan tanah secara berencana dan sesuai dengan

    kemampuan tanah.

    2) Menyusun rencana penggunaan tanah baik tingkat nasional

    maupun tingkat daerah.

    3) Menyusun petunjuk-petunjuk teknis tentang peruntukan dan

    penggunaan tanah.

    4) Melakukan survey sebagai bahan pembuatan peta penggunaan

    tanah, peta kemampuan dan peta daerah-daerah kritis.

    d. Tertib Pemeliharaan Tanah Dan Lingkungan Hidup

    Diarahkan pada usaha:

    1) Menyadarkan masyarakat bahwa pemeliharaan tanah

    merupakan kewajiban setiap pemegang hak atas tanah.

    Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada

    pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan,

    melainkan menjadi beban setiap orang, badan hukum, atau

    isntansi yang mempunyai suatu hubungan dengan tanah.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    18/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    18

    2) Memberikan fatwa tata guna tanah dalam setiap permohonan

    hak atas tanah dan perubahan penggunaan tanah.

    Pertimbangan dari segi tata guna tanah, antara lain menjawab:

    a)Apakah pemberian hak atas tanah kepada pemohon itu

    sesuai dengan rencana tata guna tanah yang sudah ada ?

    b)Apakah penggunaan tanah sebagai yang dimaksud

    pemohon sesuai dengan daya kesanggupan dan

    kemampuan tanah yang bersangkutan ?

    c)Apakah tidak perlu diadakan syarat-syarat khusus

    mengenai pemeliharaan kesuburan dan pengawetan tanah

    yang bersangkutan ?

    3) Melakukan analisa dampak lingkungan (ANDAL) sebelum suatu

    usaha industri/pabrik didirikan.

    4) Melakukan pemantauan terhadap penggunaan tanah.

    Yang erat kaitannya dengan bidang tata guna tanah adalah tertib

    penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah & lingkungan

    hidup.

    2.Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan

    Berdasarkan Kep. Menteri Agraria/KBPN Nomor 5 Tahun 1995

    tentang Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan dicanangkanlah

    suatu gerakan nasional dengan nama Gerakan Nasional Pemasangan

    Tanda Batas Pemilikan Tanah, yaitu gerakan kesadaran masyarakat

    untuk mensukseskan Catur Tertib Pertanahan.

    Pemasangan tanda batas pemilikan tanah dilakukan oleh pemilik

    tanah yang berdampingan secara bersama-sama yang tergabung

    dalam wadah Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan

    (POKMASDARTIBNAH)

    Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan:

    a. Tujuan

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    19/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    19

    Sebagai gerakan partisipasi masyarakat dalam rangka

    mempercepat Catur Tertib Pertanahan serta menigkatkan

    pelayanan kepada masyarakat.

    b. Prinsip Dasar

    1) Pemasangan tanda batas tanah dilakukan oleh pemilik tanah

    secara bersama-sama pemilik tanah yang berdampingan

    2) Diciptakan adanya kelompok masyarakat yang dibentuk oleh

    masyarakat untuk mensukseskan kegiatan ini.

    3) Sasaran

    Masyarakat pemilik tanah di perkotaan dan pedesaan, melalui

    kelompok POKMASDARTIBNAH, dimana Kepala Kantor Pertanahan

    Kabupaten/Kotamadya bertindak selaku motivator maupun

    sebagai fasilitator dalam kegiatan tersebut.

    3.Penatagunaan Tanah Pertanian

    Tanpa adanya planning, maka pemakaian tanah-tanah

    pertanian terutama hanya akan berpedoman pada kepentingan

    masing-masing atau pada keuntungan insidentil yang mereka

    harapkan dari jenis-jenis tanaman tertentu. Dengan planning maka

    dapat dicapai keseimbangan yang baik antara luas tanah dengan

    jenis-jenis tanaman yang penting bagi rakyat dan negara.

    Dalam planning diberikan jatah tanah menurut keperluan

    rakyat dan negara untuk jenis tanaman-tanaman yang penting bagi

    program sandang pangan, baik bagi bahan pangan maupun tanaman

    perdagangan.

    Usaha kearah penatagunaan tanah secara teknis telah

    dilakukan tetapi belum secara menyeluruh, antara lain dalam bentuk

    perundang-undangan seperti:

    a) UU No. 38 Prp Tahun 1960 mengenai luas minimum tanaman tebu

    yang harus ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk dapat menjamin

    produksi tebu dan kesinambungan produktifitas pabrik gula yang

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    20/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    20

    harus diimbangi dengan penetapan maksimum luas tanah di

    daerah sekitar perkebunan tebu/pabrik gula yang bersangkutan,

    yang boleh ditanami tanaman perdagangan lain.

    b) UU No. 20 Tahun 1964 yang mensyaratkan penetapan jumlah

    sewa yang layak, dalam arti sewa yang tidak merugikan kaum tani

    atas tanah-tanah yang diharuskan ditanam(tebu).

    Rencana pembangunan Tahunan (Repeta) tahun 2004 di bidang

    pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa kendala, yaitu:

    a. Masalah teknis yaitu keterlambatan musim hujan

    b. Tekanan dari komoditas pertanian dari luar negeri akibat

    dibukanya mekanisme impor dan makin menurunya tariff bea

    masuk

    c. Terfragmentasinya lahan pertanian yang didorong dengan laju

    konversi lahan pertanian yang semakin meningkat.

    4.Penertiban Pemakaian tanah secara liar.

    Penertiban pemakaian tanah liar sudah sejak lama dilakukan

    yaitu:

    a) Pada tahun 1948 dengan Ordonansi Onrechtmatige Ocupatie van

    gronden

    b) UU Darurat No. 8 Tahun 1954

    c) UU Darurat No. 1 Tahun 1951 yang diganti dengan

    d) UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah

    Tanpa Izin dari yang berhak atau kuasanya.

    Kepada penguasa daerah diberi wewenang untuk mengambil

    tindakan-tindakan penyelesaian atas tanah yang bukan perkebunan

    dan bukan hutan, yang digunakan tanpa izin yang berhak atau

    kuasanya yang sah yang ada di daerahnya antara lain dengan

    perintah pengosongan, dengan memperhatikan peruntukan dan

    penggunaan tanah yang bersangkutan.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    21/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    21

    Dalam penjelasan UU ini disebutkan mengenai banyaknya

    tanah-tanah di dalam maupun di luar kota yang dipakai orang-orang

    tanpa izin. Juga pemekaian tanah secara tidak teratur di perkotaan,

    lebih-lebih yang melanggar norma hukum dan tata tertib yang

    menghambat pembangunan yang direncanakan.

    5.Penyediaan Dan Penggunaan Tanah Bagi Keperluan

    Perusahaan

    Pembangunan yang terus meningkat jelas menuntut

    tersedianya tanah sebagai sarananya. Di satu pihak luas tanah yang

    tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu apabila keperluan tanah bagi

    perusahaan-perusahaan terutama perusahaan yang menunjang

    perekonomian negara tidak diatur maka akhirnya tanah akan menjadi

    faktor penghambat dalam proses pembangunan.

    Atas dasar pertimbangan di atas, pemerintah mengeluarkan

    kebijaksanaan tentang bagaimana penyediaan dan penggunaan tanah

    bagi keperluan perusahaan (diatur dalam PMDN No. 5 Tahun 1974):a.Agar tercipta suasana dan keadaan yang serasi dan

    menguntungkan bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan.

    b.Agar supaya pada satu pihak, kebutuhan para pengusaha dan

    kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah dapat dicukupi

    dengan memuaskan.

    Dengan demikian penyediaan tanah untuk kepentingan

    perusahaan tidak hanya didasarkan pada segi keuntungan ekonomistetapi juga harus diperhatikan segi-segi yang lain, yaitu:

    - segi yuridis

    - pengaruhnya terhadap situasi sosial politik keamaan nasional

    - didasarkan pada asas-asas pembangunan nasional.

    Dalam kebijaksanaan yang diatur dalam PMDN No. 5 Tahun 1974

    yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Keppres No. 83 Tahun 1989

    ditentukan antara lain:

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    22/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    22

    a. Penetapan lokasi perusahaan:

    1) Sejauh mungkin dihindari pengurangan areal tanah pertanian

    yang subur.

    2) Sedapat mungkin harus dihindari pengurangan areal pertanian

    yang subur.

    3) Hendaknya dihindari pemindahan penduduk dari tempat

    kediamannya.

    4) Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya

    pengotoran/pencemaran lingkungan.

    Point 1) ini biasanya sering diabaikan yaitu perubahan

    fungsi dari tanah pertanian menjadi tanah kering untuk lokasi

    perusahaan. Perubahan yang demikian biasanya didasarkan pada

    pertimbangan:

    a) Kepentingan nasional memang menghendaki perubahan tanah

    pertanian menjadi lokasi perusahaan.

    b) Perubahan ini harus mendatangkan keuntungan ekonomis

    yang lebih tinggi

    c) Perusahaan yang bersangkutan harus dapat menyerap tenaga

    kerja sebanyak mungkin.

    d) Sedapat mungkin digunakan tanah-tanah yang tidak atau

    kurang produktif.

    e) Hendaknya dihindari pemindahan penduduk yang tanahnya

    masuk dalam lokasi proyek.

    f) Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya

    pengotoran/pencemaran lingkungan.

    b. Penetapan luas tanah yang diperlukan:

    Ditentukan bahwa luas tanah yang diperlukan luasnya

    disesuaikan dengan kebutuhan yang nyata artinya kebutuhan

    yang benar-benar diperlukan untuk menyelenggarakan usahanya

    dan kemungkinan perluasan usahanya dikemudian hari.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    23/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    23

    Penetapan luas tanah yang diperlukan perusahaan harus dilakukan

    secara tepat dan cermat, hal ini untuk menghindari akibat-akibat

    yang tidak baik:

    1) Luas tanah yang diberikan melebihi luas yang benar-benar

    diperlukan

    Ini mengakibatkan ada sebagian tanah yang tidak

    dimanfaatkan/ditelantarkan dimana hal ini bertentangan

    dengan asas optimal dan fungsi sosial hak atas tanah.

    2) Untuk mencegah usaha-usaha yang bersifat monopoli dan

    spekulatif.

    Untuk mencegah hal tersebut maka dikeluarkanlah

    beberapa peraturan:

    1) Surat Keputusan MDN No. 268 tahun 1982 yang menentukan

    bahwa perusahaan yang memperoleh tanah dari negara harus

    memanfaatkan/menggunakan tanah tersebut dalam waktu 10

    tahun sejak keluarnya ijin pembebasan tanah.

    2) Instruksi mendagri No. 21 Tahun 1973 yang memerintahkan

    kepada Gubernur untuk melarang perusahaan baik

    perseorangan maupun badan hukum untuk memiliki dan

    menguasai tanah yang melampaui tanah yang melampaui

    batas kebutuhan usaha sesungguhnya.

    c. Macam Hak atas tanah yang dapat diberikan:

    1) Jika perusahaan itu merupakan usaha perseorangan dan

    pemiliknya WNI hak atas tanah yang diberikan ialah: hak milik,

    HGU, HGB, dan hak pakai.

    2) Jika perusahaan itu berbentuk badan hukum hak atas tanah

    yang diberikan ialah: Hak Pengelolaan, HGU, HGB, dan hak

    pakai.

    Khusus mengenai hak pengelolaan ini perusahaan yang diberi

    hak mempunyai wewenang:

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    24/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    24

    a) merencanakan peruntukan dan penggunaan tanahnya.

    b) Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan

    usahanya.

    c) Menyerahkan bagian-bagian dari tanah kepada pihak ketiga

    yang memerlukan.

    Misalnya PERUMNAS (Perusahaan Perumahan Nasional) dalam

    kegiatannya berupa:

    a) Merencanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan

    pembangunan perumahan.

    b) Pelaksanaan pembangunan perumahan

    c) Menyerahkan rumah beserta tanahnya kepada yang berhak

    6.Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

    Berdasarkan ketentuan Pasal 13 PP No. 16 Tahun 2004 ditentukkan

    mengenai penggunaan dan pemanfaatan tanah. Penggunaan dan

    pemanfaatan tanah di kawasan lindung atau kawasan budidaya harus

    sesuai dengan fungsi kawasan dalam RTRW. Penggunaan dan

    pemanfaatan tanah di kawasan lindung tidak boleh mengganggu

    fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem alami.

    Penggunaan tanah di kawasan budidaya tidak boleh ditelantarkan,

    harus dipelihara dan dicegah kerusakannya. Pemanfaatan tanah di

    kawasan budidaya tidak saling bertentangan, tidak saling

    mengganggu, dan memberikan peningkatan nilai tambah terhadap

    penggunan tanahnya. Ketentuan mengenai penggunaan dan

    pemanfaatan tanah ditetapkan melalui pedoman teknis penetagunaan

    tanah, yang menjadi syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah.

    Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah, pemegang hak atas

    tanah wajib menikuti persyaratan yang diatur dalam ketentuan

    peraturan perundang-undangan. Persyaratan ini antara lain pedoman

    teknis penatagunaan tanah, persyaratan mendirikan bangunan,

    persyaratan dalam analisis mengenai dampak lingkungan, persyaratan

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    25/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    25

    usaha, dan ketentuan lainnya yang diatur dalam peraturan

    perundang-undangan.

    Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil dan

    bidang-bbidang tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan

    danau, sempadan waduk, dan atau sempadan sungai harus

    memperhatikan:

    a. Kepentingan umum;

    b. Keterbatasan daya dukung, pembangunan yang berkelanjutan,

    keterkaitan ekosistem, keanekaragaman hayati serta kelestarian

    fungsi lingkungan.

    Apabila terjadi perubahan RTRW, maka penggunaan dan

    pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir.

    Pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak mengubah

    penggunaan tanahnya. Peningkatan pemanfaatan tanah harus

    memperhatikan hak atas tanahnya serta kepentingan masyarakat.

    Pemanfaatan tanah untuk kawasan lindung dapat ditingkatkan untuk

    kepentingan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu

    pengetahuan dan tehnologi, dan ekowisata apabila menganggu fungsi

    kawasan.

    Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan di bawah

    tanah yang tidak terkait dengan penguasaan tanah dapat

    dilaksanakan apabila tidak mengganggu penggunaan dan

    pemanfaatan tanah yang bersangkutan. Jika kegiatan tersebut

    menggangu pemanfaatan tanah harus mendapat persetujuan

    pemegang hak atas tanah.

    Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai

    dengan RTRW disesuaikan melalui penyelenggaraan penatagunaan

    tanah.

  • 7/25/2019 M-tata Guna Tanah

    26/26

    Modul Perkuliahan

    HUKUM ADMINISTRASI DAN TATA GUNA TANAH

    Samun Ismaya, SH., MHum.

    26

    7.Penggunaan Dan Penetapan Luas Tanah Untuk Tanaman-

    Tanaman Tertentu

    Beberapa aturan yang berkaitan dengan penyediaan tanah

    untuk tanaman-tanaman tertentu ialah:

    a) UU No. 38 Prp Tahun 1960 tentang penetapan luas tanah bagi

    tanaman-tanaman tertentu.

    b) Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat

    Intensifikasi (TRI)

    Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan dalam

    pengadaan tanah ini:

    a) Mengenai letak tanah

    Ditentukan di desa-desa yang termasuk dalam wilayah kerja

    perusahaan yang memerlukan tanah

    b) Mengenai luas tanah

    Harus memperhatikan kepentingan perusahaan dan masyarakat

    serta kelangsungan kesuburan tanahc) Pola tanam

    Agar tanah yang diperlukan bagi tanaman tertentu ditentukan

    secara bergiliran.

    Kemudian cara untuk memperoleh tanah dapat dilakukan

    dengan:

    a) Perjanjian sewa tanah antara petani pemilik tanah atau kelompok

    tani dengan perusahaan yang memerlukan tanah.Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah besarnya penetapan

    uang sewa. Jumlah uang sewa minimal sama dengan hasil yang

    diperoleh apabila tanah itu dikerjakan sendiri oleh pemiliknya.

    b) Perjanjian bagi hasil tanah pertanian.

    Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah besarnya imbangan

    pembagian hasil antara pemilik dengan perusahaan sesuai dengan

    ketentuan yang telah ditetapkan.