makalah 3 dr.isnalisa- kds

Upload: adam-hartono

Post on 10-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    1/16

    BAB I

    STATUS PASIEN

    I.1. Identitas

    Nama : An. A

    Umur : 2 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jl. Cempedak No.28 Dumai

    Masuk RS : 10 Juli 2012

    Nama Ayah : Bp. Pa

    Umur : 29 tahun

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Swasta

    Nama Ibu : Ibu Sr

    Umur : 27 tahun

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    1.2. Anamnesis

    Dilakukan alloanamnesis pada ibu penderita pada tanggal 10 Juli 2012 pukul

    21.30 WIB

    a. Keluhan Utama

    Panas disertai kejang

    b. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan panas tinggi mendadak sejak sore hari terus

    menerus disertai kejang sekali setelah berada RS. Kejang terjadi tiba-tiba

    selama 2-3 menit, kesan kejang terjadi pada seluruh tubuh dimulai pada

    tangan dan kaki, pada mulut tidak mengeluarkan busa dan setelah kejang

    pasien sadar. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak tadi siang tanpa

    disertai pilek atau sakit telinga. Pasien tidak ada keluhan mual, muntah

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    2/16

    maupun gangguan buang air besar atau buang air kecil. Nafsu makan pasien

    berkurang, pasien hanya mau menyusu ASI sejak demam.

    c. Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat keluhan kejang demam pada anggota keluarga lainnya disangkal.

    Riwayat epilepsi pada anggota keluarga lainnya disangkal.

    d. Silsilah/Ikhtisar Keturunan

    Keterangan:

    : Bapak dari bapak pasien

    : Ibu dari bapak pasien

    : Bapak dari ibu pasien

    : Ibu dari ibu pasien

    : Pasien

    e. Riwayat Pribadi

    - Riwayat kehamilan: selama hamil ibu pasien kontrol teratur di bidan

    setiap bulan sejak awal kehamilan dan diberi vitamin oleh bidan.

    Aktivitas pasien selama hamil hanya di rumah. Pasien tidak pernah jatuh

    atau sakit misalnya demam, tekanan darah tinggi, kencing manis, sakit

    kuning dan ibu pasien tidak minum obat, jamu, alkohol atau merokok.

    - Riwayat persalinan: pasien lahir bidan cukup bulan dengan BB 2900 gram

    langsung menangis.

    - Riwayat pasca persalinan: bayi mendapat ASI sehari setelah melahirkan

    karena ASI baru keluar sehingga bayi sempat menyusu susu formula.

    - Kesan: riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan baik.

    f. Riwayat Makanan

    ASI eksklusif diberikan hingga pasien berusia 5 bulan kemudian ditambah

    dengan susu formula. Pada umur 6 bulan pasien sudah diberi bubur bayi.

    Pada umur 1 tahun pasien sudah diberi nasi dan lauk pauk (makanan

    keluarga). Pasien hingga saat ini belum berhenti menyusu ASI.

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    3/16

    g. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

    - Pertumbuhan: berat badan anak ditimbang di posyandu dan sesuai dengan

    garis hijau pada Kartu Menuju Sehat. Orang tua tidak memeriksakan

    tinggi badan anaknya namun menurut mereka pertumbuhan anaknya

    sesuai dengan teman sepermainannya.

    - Personal sosial: anak sudah dapat menyebutkan nama temannya, mencuci

    tangan, memakai baju dengan bantuan dan membuka pakaian.

    - Motorik halus: anak sudah dapat menyusun menara dari balok-balok,

    menggambar garis dan mencoret-coret.

    - Motorik kasar: anak sudah dapat melempar bola keatas, menendang bola ,lari dan naik tangga.

    - Bahasa: aanak sudah dapat mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti

    dan menyebutkan gambar-gambar binatang.

    - Emosi dan perilaku: anak periang, cukup mudah berinteraksi dengan

    orang baru, sudah dapat menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang-

    orang disekitarnya.

    h. Imunisasi

    Lengkap sesuai PPI (BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio) di bidan.

    i. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien kadang demam, batuk, atau pilek namun membaik setelah diperiksa di

    puskesmas, namun riwayat keluhan serupa atau sakit berat lainnya disangkal,

    riwayat mondok/operasi sebelumnya disangkal, riwayat trauma sebelumnya

    disangkal.

    j. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

    - Sosial ekonomi: anak diasuh oleh kedua orang tua, ibu tidak bekerja

    sedangkan bapak bekerja sebagai buruh pabrik dan petani dengan

    penghasuilan rata-rata Rp. 400.000/ bulan

    - Higienitas dan sanitasi: dinding rumah terbuat dari semen dengan atap

    genteng dan lantai semen, terdapat 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi dan

    WC, tiap kamar tidur terdapat jendela. Air bersih diambil dari sumur,

    jarak kamar mandi dari sumur lebih dari 10 meter. Dibelakang rumah

    terdapat kandang ayam berjarak sekitar 5 meter.

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    4/16

    k. Anamnesis Sistem

    - Serebrospinal: demam (+), kejang (+), mengantuk (-), pusing (-),

    mimisan (-)

    - Kardiovaskular: berdebar-debar (-), sesak nafas (-), sianosis (-)

    - Respirasi: batuk (+), pilek (-), sesak (-), mengi (-)

    - Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), diare (-), konstipas (-), nafsu

    makan menurun (+)

    - Urogenital: tak ada keluhan buang air kecil

    - Integumentum: ruam-ruam (-), sianosis (-), pucat (-)

    - Muskuloskeletal: tak ada keluhan

    1.3. Pemeriksaan Fisik

    a. Pemeriksaan umum

    - Keadaan umum: compos mentis, tidak rewel

    - Tanda vital:

    Laju nadi : 110 x/ menit

    Laju pernafasan: 36 x/ menit

    Suhu (aksila) : 39,2 oC

    - Status gizi:

    TB : 80 cm

    BB : 13 kg

    Berdasarkan grafikZ-score WHO didapatkan status gizi anak: normal

    - Kulit: tidak pucat, tidak terdapat ruam-ruam kemerahan

    - Kelenjar limfonodi: limfonodi leher dan aksila tidak teraba

    - Otot: eutrofi

    - Tulang dan sendi: tidak tampak kelainan atau deformitas, tak tampak

    tanda radang

    b. Pemeriksaan khusus

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    5/16

    - Kepala: mesosefal, rambut hitam, ubun-ubun menutup, mata tidak

    cowong, konjungtiva palpebra tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil

    isokor. Pada hidung dan telinga tidak terdapat discharge. Pada mulut

    tidak terdapat luka, tidak terdapat stomatitis, faring hiperemis, tonsil

    seukuran T1.

    - Leher: tidak terdapat kaku kuduk, tanda meningeal (-), tidak terdapat

    pembesaran limfonodi pada leher, tidak tampak peningkatan JVP

    - Thorax:

    Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, tidak tampak retraksi dinding

    dada, ictus cordis tak tampak.Palpasi : simetris, tidak terdapat ketertinggalan gerak, tidak terdapat

    retraksi dinding dada, fokal fremitus kanan dan kiri simetris

    Perkusi : sonor pada lapang paru, tidak terdapat kesan kardiomegali

    Auskultasi : suara jantung I dan II regular, tidak terdengar bising

    suara dasar vesikuler, tidak terdengar suara tambahan

    - Abdomen:

    Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, tidak tampak massa

    Auskultasi : peristaltik normal

    Palpasi : supel, tidak terdapat defans muskuler, turgor baik, tidak

    teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, hepar dan lien

    tidak teraba

    Perkusi : timpani 4 kuadran , tidak didapat pekak beralih

    - Anogenital: daerah anogenital dalam batas normal

    - Ekstremitas: akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis, pulsasi a. dorsalis

    pedis teraba, tidak terdapat ruam-ruam.

    Gerakan ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri cukup.

    Kekuatan ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri aktif.

    Tonus ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri normal.

    Refleks fisiologis (+) pada ekstremitas atas dan bawah baik kanan

    maupun kiri dan tidak terdapat refleks patologis pada ekstremitas.

    1.4. Pemeriksaan Penunjang

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    6/16

    Dilakukan pemeriksaan darah rutin pada tanggal 10 Juli 2012

    CBC Hasil Unit Nilai Normal

    WBC 10,6 103

    /ul 6 17RBC 4,7 106 ul 3,9 5,9

    HGB 12,3 g/dl 11,5 13,5

    HCT 34,6 % 34 40

    MCV 73.6 Fl 80 99

    MCH 26,2 Pq 27 31

    MCHC 35,5 g/dl 33 37

    PLT 262 103/ul 150 450

    Neutro% 44,5 % 40 74

    Lymph % 43,6 % 19 48

    MXD% 11,9 % 1,5 7

    Golongan darah O

    Pemeriksaan feses dan urin rutin tidak dilakukan

    1.5. Ringkasan Data Dasar

    a. Anamnesis

    Anak perempuan usia 2 tahun datang dengan keluhan kejang selama 2-3

    menit dimulai pada tangan dan kaki kemudian kejang pada seluruh tubuh, 6

    jam sebelumnya pasien panas tinggi mendadak terus menerus disertai batuk

    tidak berdahak dan nafsu makan berkurang.

    Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan baik.

    Asupan makanan cukup, imunisasi lengkap dan riwayat tumbuh kembang

    sesuai usia.

    Sosial ekonomi terkesan kurang

    b. Pemeriksaan fisik

    Kesan umum : baik, compos mentis

    Tanda utama : denyut jantung normal, laju pernapasan teratur, demam

    Status gizi : normal rendah

    Kepala: faring hiperemis, tonsil seukuran T1

    Leher dan thorax dalam batas normal

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    7/16

    Abdomen dalam batas normal, anogenital dalam batas normal

    Ekstremitas dalam batas normal

    c. Pemeriksaan penunjang

    Pada pemeriksaan darah rutin, hasil dalam batas normal

    1.6. Daftar Masalah

    Masalah aktif : kejang, demam, batuk

    Masalah inaktif : -

    1.7. Diagnosis Banding

    - Kejang demam sedehana

    - Kejang demam kompleks

    - Epilepsi

    - Meningitis bakterial

    - Meningitis tuberkulosis

    - Ensefalitis viral

    1.8. Diagnosis Kerja

    Kejang Demam Sederhana

    1.9. Rencana Pengelolaan

    a. Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis

    Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit dan glukosa darah.

    b. Rencana terapi- Oksigenasi dan bebaskan jalan nafas.

    - Terapi cairan rumatan: cairan isotonik 1150 cc/24 jam (12 tetes/menit

    makro).

    - Saat kejang, terapi yang diberikan diazepam per rektal 10mg, evaluasi

    kejang 5 menit setelahnya.

    - Terapi simtomatik untuk demam dapat diberikan antipiretik paracetamol

    sirup dosis 10-15 mg/kgBB.

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    8/16

    - Terapi profilaksis intermiten kejang pada saat demam dapat diberikan

    diazepam oral 0,3 mg/kgBB/8jam.

    - Terapi simtomatik untuk batuk dapat diberikan Puyer BP II 3 x 1

    c. Rencana perawatan

    Observasi keadaan umum dan tanda vital

    Awasi terjadinya kejang berulang

    Pemantauan asupan kecukupanmakanan dan minuman

    d. Rencana edukasi

    Memberi penjelasan tentang sakitnya: penyebab, cara perawatan dan

    pengobatannya, serta kemungkinan terjadinya komplikasi dan prognosisnya.Memberi penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.

    1.10. Terapi

    - IVFD D 5% 10 tetes/menit makro

    - Stesolid 10 mg bila tejadi kejang berulang

    - Puyer BP II 3 x 1

    1.11. Prognosis

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    9/16

    TINJAUAN PUSTAKA

    KEJANG DEMAM

    2.1. Definisi

    Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di

    atas 38,4 C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan

    elektrolit akut, terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, dan tidak ada riwayat

    kejang tanpa demam sebelumnya. Sedangkan menurut Consensus Statement on

    Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,

    biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam

    tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial.

    2.2. Faktor Risiko

    Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.

    Kemudian, riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,

    perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah.

    Faktor risiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah (1) riwayat keluarga

    kejang demam, (2) usia di bawah 12 bulan, (3) suhu tubuh saat kejang, (4)

    lamanya demam saat awitan kejang, (5) riwayat epilepsi dalam keluarga.

    2.3. Patofisiologi

    Demam sering disebabkan infeksi pernapasan atas, otitis media, pneumonia,

    gastroenteritis, dan infeksi saluran kencing. Sumber energi otak adalah glukosa

    yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh

    suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan

    luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh

    ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

    dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan

    sebaliknya.

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    10/16

    Potensial aksi yang berbentuk paku (spike) terjadi karena peranan

    pembukaan ion Na, ini dinamakan depolarisasi. Proses masuknya ion Na tidak

    berlangsung lama, sehingga proses perubahan potensial membran menjadi lebih

    positif tidak terus berlanjut. Kemudian potensial membran ini kembali menurun

    berubah menjadi lebih negatif menuju tingkat potensial membran istirahat,

    dinamakan repolarisasi. Kemudian terjadi pembukaan saluran ion K menyebabkan

    pengaliran ion K dari dalam sel menuju ke luar sel menuruni gradien

    konsentrasinya.

    Keluarnya ion K akan mengurangi muatan positif di dalam sel. Karena

    penutupan saluran ion K lebih lambat jika dibanding saluran Na, maka akibatnyaakan lebih banyak ion K yang berpindah sehingga muatan akan menjadi lebih

    negatif daripada potensial membran istirahat, disebut hiperpolarisasi. Karena

    perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat

    perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk

    menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan

    enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial

    membran sel neuron disebabkan oleh:

    a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

    b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran

    listrik dari sekitarnya.

    c. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau

    keturunan.

    Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan

    metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%.

    Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari

    seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

    tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam

    waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui

    membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik

    ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

    membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter

    sehingga terjadi kejang.

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    11/16

    GambarPatofisiologi Kejang Demam

    Di tingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena

    biokimiawi, termasuk yang berikut:

    Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami

    pengaktifan.

    Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan

    menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.

    Keadaan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu

    dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi

    asam gamma-aminobutirat.

    Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa dan

    elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi

    kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan

    peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi

    neurotransmitter inhibitorik.

    Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah

    kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat

    http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/patofisiologi-kejang-demam.jpg
  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    12/16

    hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis

    meningkat. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis

    jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinal selama dan setelah kejang.

    2.4 Klasifikasi dan Gejala

    Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang

    klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain juga dapat terjadi

    seperti mata terbalik keatas disertai kekakuan dan kelemahan, gerakan sentakan

    berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

    Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah

    kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah

    beberapa detik atau menit, anak terbangun dan tersadar kembali tanpa defisit

    neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung

    beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh

    hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering

    terjadi pada kejang demam pertama. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak

    ditemukan tanda-tanda rangsang meningeal maupun refleks patologis setelah

    terjadinya kejang.

    Kejang demam sederhana dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu:

    1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

    Kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (> 38 C)

    Kejang berlangsung singkat

    Kurang dari 15 menit

    Kejang umumnya berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan

    fokal

    Kejang tidak berulang dalam 24 jam

    Umumnya akan berhenti sendiri

    Tidak ada defisit neurologis

    2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

    Kejang lama > 15 menit

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    13/16

    Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

    parsial

    berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

    2.5 Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,

    tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab kejang

    demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.

    Permeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,

    elektrolit dan gula darah, kalsium serum, urinalisis, dan biakan darah, urin atau

    feses.

    2. Pungsi Lumbal

    Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

    menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis

    adalah 0,6-6,7 %. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau

    menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Olehkarena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

    bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan

    bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

    bayi > 18 bulan tidak rutin

    3. Pemeriksaan Imaging (CT-scan atau MRI)

    Dapat diindikasikan pada keadaan (1) adanya riwayat dan tanda klinis

    trauma kepala, (2) kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali,

    spastic), (3) adanya tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun,

    muntah berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema

    papil).

    4. Elektroensefalografi (EEG)

    Pemeriksaan ini tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau

    memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Tetapi

    pemeriksaan ini masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    14/16

    khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau

    kejang demam fokal.

    2.6. Penatalaksanaan

    1. Saat kejang

    Pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan

    nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan

    dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

    Bagan pengobatan medikamentosa saat kejang, yaitu:

    Kejang- Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB,

    BB 10kg: 10mg- Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

    Kejang

    Diazepam rektal

    Di Rumah Sakit

    Kejang

    Diazepam IV

    Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5menit) (Depresi pernapasan dapat terjadi)

    Kejang

    Fenitoin bolus IV 10-20mg/kgBB

    Kecepatan 0,5-1mg/kgBB/menit

    Kejang

    Transfer ke ruang intensif

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    15/16

    Keterangan:

    1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan

    berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.

    2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan

    cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

    2. Pada saat demam

    a. Antipiretik

    Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

    terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa

    antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol 10-15 mg/kgBB/kalidiberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10

    mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.

    b. Antikejang

    Pemakaian diazepam oral 0,3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam pada saat demam

    menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30-60 % kasus, dan diazepam

    rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C.

    Efek samping diazepam oral adalah letargi, mengantuk, dan ataksia.

    3. Mencari dan mengobati penyebab

    Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirakan kemungkinan meningitis,

    terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Tetapi pada kenyataannya,

    pemeriksaan ini dilakukan jika ada tanda-tanda mengarah kepada meningitis.

    4. Pengobatan rumatan (jangka panjang)

    Pengobatan ini diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai

    berikut (salah satu):

    a. kejang lama > 15 menit

    b. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

    misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

    hidrocephalus.

    c. kejang fokal

    Penggunaan rumat dipertimbangkan bila:

    a. kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

    b. kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

  • 7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS

    16/16

    c. kejang demam 4 kali per tahun

    Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan

    secara bertahap selama 1-2 bulan.

    Obat pilihan saat ini asam valproat, dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari

    dalam 2-3 dosis. Obat ini pada sebagiian kecil kasus, terutama anak kurang dari 2

    tahun dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Sedangkan obat lain yaitu

    fenobarbital dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pemakaian obat ini tiap hari

    dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50 % kasus.

    2.7. EdukasiEdukasi pada orang tua :

    - Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang

    baik

    - Memberitahukan cara penanganan kejang

    - Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

    - Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tapi harus diingat

    adanya efek samping obat.

    2.8. Prognosis

    Dari penelitian yang ada frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25-

    50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama, namun dengan

    penanggulangan yang tetap dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan

    kematian. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

    dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada

    pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan

    kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi

    pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.