makalah 3 dr.isnalisa- kds
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
1/16
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cempedak No.28 Dumai
Masuk RS : 10 Juli 2012
Nama Ayah : Bp. Pa
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ibu Sr
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1.2. Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis pada ibu penderita pada tanggal 10 Juli 2012 pukul
21.30 WIB
a. Keluhan Utama
Panas disertai kejang
b. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan panas tinggi mendadak sejak sore hari terus
menerus disertai kejang sekali setelah berada RS. Kejang terjadi tiba-tiba
selama 2-3 menit, kesan kejang terjadi pada seluruh tubuh dimulai pada
tangan dan kaki, pada mulut tidak mengeluarkan busa dan setelah kejang
pasien sadar. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak tadi siang tanpa
disertai pilek atau sakit telinga. Pasien tidak ada keluhan mual, muntah
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
2/16
maupun gangguan buang air besar atau buang air kecil. Nafsu makan pasien
berkurang, pasien hanya mau menyusu ASI sejak demam.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan kejang demam pada anggota keluarga lainnya disangkal.
Riwayat epilepsi pada anggota keluarga lainnya disangkal.
d. Silsilah/Ikhtisar Keturunan
Keterangan:
: Bapak dari bapak pasien
: Ibu dari bapak pasien
: Bapak dari ibu pasien
: Ibu dari ibu pasien
: Pasien
e. Riwayat Pribadi
- Riwayat kehamilan: selama hamil ibu pasien kontrol teratur di bidan
setiap bulan sejak awal kehamilan dan diberi vitamin oleh bidan.
Aktivitas pasien selama hamil hanya di rumah. Pasien tidak pernah jatuh
atau sakit misalnya demam, tekanan darah tinggi, kencing manis, sakit
kuning dan ibu pasien tidak minum obat, jamu, alkohol atau merokok.
- Riwayat persalinan: pasien lahir bidan cukup bulan dengan BB 2900 gram
langsung menangis.
- Riwayat pasca persalinan: bayi mendapat ASI sehari setelah melahirkan
karena ASI baru keluar sehingga bayi sempat menyusu susu formula.
- Kesan: riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan baik.
f. Riwayat Makanan
ASI eksklusif diberikan hingga pasien berusia 5 bulan kemudian ditambah
dengan susu formula. Pada umur 6 bulan pasien sudah diberi bubur bayi.
Pada umur 1 tahun pasien sudah diberi nasi dan lauk pauk (makanan
keluarga). Pasien hingga saat ini belum berhenti menyusu ASI.
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
3/16
g. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
- Pertumbuhan: berat badan anak ditimbang di posyandu dan sesuai dengan
garis hijau pada Kartu Menuju Sehat. Orang tua tidak memeriksakan
tinggi badan anaknya namun menurut mereka pertumbuhan anaknya
sesuai dengan teman sepermainannya.
- Personal sosial: anak sudah dapat menyebutkan nama temannya, mencuci
tangan, memakai baju dengan bantuan dan membuka pakaian.
- Motorik halus: anak sudah dapat menyusun menara dari balok-balok,
menggambar garis dan mencoret-coret.
- Motorik kasar: anak sudah dapat melempar bola keatas, menendang bola ,lari dan naik tangga.
- Bahasa: aanak sudah dapat mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti
dan menyebutkan gambar-gambar binatang.
- Emosi dan perilaku: anak periang, cukup mudah berinteraksi dengan
orang baru, sudah dapat menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang-
orang disekitarnya.
h. Imunisasi
Lengkap sesuai PPI (BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio) di bidan.
i. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien kadang demam, batuk, atau pilek namun membaik setelah diperiksa di
puskesmas, namun riwayat keluhan serupa atau sakit berat lainnya disangkal,
riwayat mondok/operasi sebelumnya disangkal, riwayat trauma sebelumnya
disangkal.
j. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
- Sosial ekonomi: anak diasuh oleh kedua orang tua, ibu tidak bekerja
sedangkan bapak bekerja sebagai buruh pabrik dan petani dengan
penghasuilan rata-rata Rp. 400.000/ bulan
- Higienitas dan sanitasi: dinding rumah terbuat dari semen dengan atap
genteng dan lantai semen, terdapat 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi dan
WC, tiap kamar tidur terdapat jendela. Air bersih diambil dari sumur,
jarak kamar mandi dari sumur lebih dari 10 meter. Dibelakang rumah
terdapat kandang ayam berjarak sekitar 5 meter.
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
4/16
k. Anamnesis Sistem
- Serebrospinal: demam (+), kejang (+), mengantuk (-), pusing (-),
mimisan (-)
- Kardiovaskular: berdebar-debar (-), sesak nafas (-), sianosis (-)
- Respirasi: batuk (+), pilek (-), sesak (-), mengi (-)
- Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), diare (-), konstipas (-), nafsu
makan menurun (+)
- Urogenital: tak ada keluhan buang air kecil
- Integumentum: ruam-ruam (-), sianosis (-), pucat (-)
- Muskuloskeletal: tak ada keluhan
1.3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum: compos mentis, tidak rewel
- Tanda vital:
Laju nadi : 110 x/ menit
Laju pernafasan: 36 x/ menit
Suhu (aksila) : 39,2 oC
- Status gizi:
TB : 80 cm
BB : 13 kg
Berdasarkan grafikZ-score WHO didapatkan status gizi anak: normal
- Kulit: tidak pucat, tidak terdapat ruam-ruam kemerahan
- Kelenjar limfonodi: limfonodi leher dan aksila tidak teraba
- Otot: eutrofi
- Tulang dan sendi: tidak tampak kelainan atau deformitas, tak tampak
tanda radang
b. Pemeriksaan khusus
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
5/16
- Kepala: mesosefal, rambut hitam, ubun-ubun menutup, mata tidak
cowong, konjungtiva palpebra tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor. Pada hidung dan telinga tidak terdapat discharge. Pada mulut
tidak terdapat luka, tidak terdapat stomatitis, faring hiperemis, tonsil
seukuran T1.
- Leher: tidak terdapat kaku kuduk, tanda meningeal (-), tidak terdapat
pembesaran limfonodi pada leher, tidak tampak peningkatan JVP
- Thorax:
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, tidak tampak retraksi dinding
dada, ictus cordis tak tampak.Palpasi : simetris, tidak terdapat ketertinggalan gerak, tidak terdapat
retraksi dinding dada, fokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor pada lapang paru, tidak terdapat kesan kardiomegali
Auskultasi : suara jantung I dan II regular, tidak terdengar bising
suara dasar vesikuler, tidak terdengar suara tambahan
- Abdomen:
Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, tidak tampak massa
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : supel, tidak terdapat defans muskuler, turgor baik, tidak
teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : timpani 4 kuadran , tidak didapat pekak beralih
- Anogenital: daerah anogenital dalam batas normal
- Ekstremitas: akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis, pulsasi a. dorsalis
pedis teraba, tidak terdapat ruam-ruam.
Gerakan ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri cukup.
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri aktif.
Tonus ekstremitas atas dan bawah baik kanan maupun kiri normal.
Refleks fisiologis (+) pada ekstremitas atas dan bawah baik kanan
maupun kiri dan tidak terdapat refleks patologis pada ekstremitas.
1.4. Pemeriksaan Penunjang
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
6/16
Dilakukan pemeriksaan darah rutin pada tanggal 10 Juli 2012
CBC Hasil Unit Nilai Normal
WBC 10,6 103
/ul 6 17RBC 4,7 106 ul 3,9 5,9
HGB 12,3 g/dl 11,5 13,5
HCT 34,6 % 34 40
MCV 73.6 Fl 80 99
MCH 26,2 Pq 27 31
MCHC 35,5 g/dl 33 37
PLT 262 103/ul 150 450
Neutro% 44,5 % 40 74
Lymph % 43,6 % 19 48
MXD% 11,9 % 1,5 7
Golongan darah O
Pemeriksaan feses dan urin rutin tidak dilakukan
1.5. Ringkasan Data Dasar
a. Anamnesis
Anak perempuan usia 2 tahun datang dengan keluhan kejang selama 2-3
menit dimulai pada tangan dan kaki kemudian kejang pada seluruh tubuh, 6
jam sebelumnya pasien panas tinggi mendadak terus menerus disertai batuk
tidak berdahak dan nafsu makan berkurang.
Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan baik.
Asupan makanan cukup, imunisasi lengkap dan riwayat tumbuh kembang
sesuai usia.
Sosial ekonomi terkesan kurang
b. Pemeriksaan fisik
Kesan umum : baik, compos mentis
Tanda utama : denyut jantung normal, laju pernapasan teratur, demam
Status gizi : normal rendah
Kepala: faring hiperemis, tonsil seukuran T1
Leher dan thorax dalam batas normal
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
7/16
Abdomen dalam batas normal, anogenital dalam batas normal
Ekstremitas dalam batas normal
c. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah rutin, hasil dalam batas normal
1.6. Daftar Masalah
Masalah aktif : kejang, demam, batuk
Masalah inaktif : -
1.7. Diagnosis Banding
- Kejang demam sedehana
- Kejang demam kompleks
- Epilepsi
- Meningitis bakterial
- Meningitis tuberkulosis
- Ensefalitis viral
1.8. Diagnosis Kerja
Kejang Demam Sederhana
1.9. Rencana Pengelolaan
a. Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit dan glukosa darah.
b. Rencana terapi- Oksigenasi dan bebaskan jalan nafas.
- Terapi cairan rumatan: cairan isotonik 1150 cc/24 jam (12 tetes/menit
makro).
- Saat kejang, terapi yang diberikan diazepam per rektal 10mg, evaluasi
kejang 5 menit setelahnya.
- Terapi simtomatik untuk demam dapat diberikan antipiretik paracetamol
sirup dosis 10-15 mg/kgBB.
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
8/16
- Terapi profilaksis intermiten kejang pada saat demam dapat diberikan
diazepam oral 0,3 mg/kgBB/8jam.
- Terapi simtomatik untuk batuk dapat diberikan Puyer BP II 3 x 1
c. Rencana perawatan
Observasi keadaan umum dan tanda vital
Awasi terjadinya kejang berulang
Pemantauan asupan kecukupanmakanan dan minuman
d. Rencana edukasi
Memberi penjelasan tentang sakitnya: penyebab, cara perawatan dan
pengobatannya, serta kemungkinan terjadinya komplikasi dan prognosisnya.Memberi penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.
1.10. Terapi
- IVFD D 5% 10 tetes/menit makro
- Stesolid 10 mg bila tejadi kejang berulang
- Puyer BP II 3 x 1
1.11. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
9/16
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
2.1. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di
atas 38,4 C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan
elektrolit akut, terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, dan tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya. Sedangkan menurut Consensus Statement on
Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam
tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial.
2.2. Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.
Kemudian, riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah.
Faktor risiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah (1) riwayat keluarga
kejang demam, (2) usia di bawah 12 bulan, (3) suhu tubuh saat kejang, (4)
lamanya demam saat awitan kejang, (5) riwayat epilepsi dalam keluarga.
2.3. Patofisiologi
Demam sering disebabkan infeksi pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kencing. Sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan
luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh
ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya.
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
10/16
Potensial aksi yang berbentuk paku (spike) terjadi karena peranan
pembukaan ion Na, ini dinamakan depolarisasi. Proses masuknya ion Na tidak
berlangsung lama, sehingga proses perubahan potensial membran menjadi lebih
positif tidak terus berlanjut. Kemudian potensial membran ini kembali menurun
berubah menjadi lebih negatif menuju tingkat potensial membran istirahat,
dinamakan repolarisasi. Kemudian terjadi pembukaan saluran ion K menyebabkan
pengaliran ion K dari dalam sel menuju ke luar sel menuruni gradien
konsentrasinya.
Keluarnya ion K akan mengurangi muatan positif di dalam sel. Karena
penutupan saluran ion K lebih lambat jika dibanding saluran Na, maka akibatnyaakan lebih banyak ion K yang berpindah sehingga muatan akan menjadi lebih
negatif daripada potensial membran istirahat, disebut hiperpolarisasi. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial
membran sel neuron disebabkan oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran
listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan
metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
sehingga terjadi kejang.
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
11/16
GambarPatofisiologi Kejang Demam
Di tingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut:
Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami
pengaktifan.
Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan
menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.
Keadaan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu
dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi
asam gamma-aminobutirat.
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa dan
elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi
kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan
peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi
neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah
kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/patofisiologi-kejang-demam.jpg -
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
12/16
hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis
meningkat. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis
jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinal selama dan setelah kejang.
2.4 Klasifikasi dan Gejala
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain juga dapat terjadi
seperti mata terbalik keatas disertai kekakuan dan kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan tersadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung
beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
terjadi pada kejang demam pertama. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak
ditemukan tanda-tanda rangsang meningeal maupun refleks patologis setelah
terjadinya kejang.
Kejang demam sederhana dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (> 38 C)
Kejang berlangsung singkat
Kurang dari 15 menit
Kejang umumnya berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal
Kejang tidak berulang dalam 24 jam
Umumnya akan berhenti sendiri
Tidak ada defisit neurologis
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang lama > 15 menit
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
13/16
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab kejang
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Permeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah, kalsium serum, urinalisis, dan biakan darah, urin atau
feses.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6-6,7 %. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Olehkarena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
bayi > 18 bulan tidak rutin
3. Pemeriksaan Imaging (CT-scan atau MRI)
Dapat diindikasikan pada keadaan (1) adanya riwayat dan tanda klinis
trauma kepala, (2) kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali,
spastic), (3) adanya tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun,
muntah berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema
papil).
4. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Tetapi
pemeriksaan ini masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
14/16
khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.
2.6. Penatalaksanaan
1. Saat kejang
Pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan
nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan
dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Bagan pengobatan medikamentosa saat kejang, yaitu:
Kejang- Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB,
BB 10kg: 10mg- Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
Kejang
Diazepam rektal
Di Rumah Sakit
Kejang
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5menit) (Depresi pernapasan dapat terjadi)
Kejang
Fenitoin bolus IV 10-20mg/kgBB
Kecepatan 0,5-1mg/kgBB/menit
Kejang
Transfer ke ruang intensif
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
15/16
Keterangan:
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan
cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
2. Pada saat demam
a. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol 10-15 mg/kgBB/kalidiberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.
b. Antikejang
Pemakaian diazepam oral 0,3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30-60 % kasus, dan diazepam
rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C.
Efek samping diazepam oral adalah letargi, mengantuk, dan ataksia.
3. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirakan kemungkinan meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Tetapi pada kenyataannya,
pemeriksaan ini dilakukan jika ada tanda-tanda mengarah kepada meningitis.
4. Pengobatan rumatan (jangka panjang)
Pengobatan ini diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
a. kejang lama > 15 menit
b. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrocephalus.
c. kejang fokal
Penggunaan rumat dipertimbangkan bila:
a. kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
b. kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
-
7/22/2019 Makalah 3 Dr.isnalisa- KDS
16/16
c. kejang demam 4 kali per tahun
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan.
Obat pilihan saat ini asam valproat, dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari
dalam 2-3 dosis. Obat ini pada sebagiian kecil kasus, terutama anak kurang dari 2
tahun dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Sedangkan obat lain yaitu
fenobarbital dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pemakaian obat ini tiap hari
dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50 % kasus.
2.7. EdukasiEdukasi pada orang tua :
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang
baik
- Memberitahukan cara penanganan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tapi harus diingat
adanya efek samping obat.
2.8. Prognosis
Dari penelitian yang ada frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25-
50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama, namun dengan
penanggulangan yang tetap dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan
kematian. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.