makalah agama.doc

Upload: afina-hasna-ghaida-taufik

Post on 17-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas akhir

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBerumah tangga adalah impian hampir seluruh umat manusia di bumi, terutama kaum muslim. Adapun tujuan berumah tangga yakni untuk memenuhi tuntutan naluri manusia, untuk membentengi diri dari perbuatan dosa untuk mendapatkan anak yang salih, untuk beribadah kepada Allah SWT dan yang terpenting untuk menegakkan rumah tangga yang islami.

Baik UU ataupun KHItelah merumuskan dengan jelas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membina keluarga yang bahagia,kekal, abadi berdasarkan tuntunan syariat dari Tuhan Yang Maha Esa. Terwujudnya tujuan perkawinan tersebut sudah barang tentu tergantungpada maksimalisasi peran dan tanggung jawab dari masing-masing pihak, baik itu dari suami maupun istri. Oleh sebab itu perkawinan tidak hanya dipandang sebagai media merealisasikan syariat Allah agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat, tetapi juga merupakan sebuah kontrak perdata yang akan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Suami dan istri apabila telah menikah, maka antara keduanya memiliki hak dan kewajiban masing-masing dan dalam pemenuhannya haruslah seimbang antara suami dan isteri.Namun sesungguhnya bahwa berumah tangga adalah hal yang tidak mudah. Ketidak cocokan dan perdebatan akan selalu ada dan akan menjadi besar apabila tidak segera diselesaikan. Oleh karena itu dalam berumah tangga perlu adanya etika yang mengatur bagaimanakah seharusnya dalam berumah tangga. banyak sekali ketimpangan yang terjadi dalam pemenuhan hak dan kewajiban antara suami dan isteri, dimana budayapatriarkhiyang masih mendominasi dunia membuat kesetaraan dalam pemenuhan hak dan kewajiban antara suami dan istri belum dapat terpenuhi dalam arti yang seimbang. Masih tetap saja terjadi ketidakseimbangan antara keduanya.

Etika tersebut sangatlah penting karena di masa yang sekarang ini, yang menjunjung tinggi kebebasan, orang bisa sangat bebas dalam berumah tangga sehingga kadang batasan antara suami istri menjadi kabur. Ketidak jelasan tersebut pasti akan menyebabkan konflik. Oleh karena itu etika berumah tangga menjadi pedoman bagaimanakah strategi berumah tangga yang benar sehingga masalah bisa diminalisir dan diselesaikan dengan baik menurut syariah agama islam yang benar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut bisa ditarik inti permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu bagaimanakah porsi kewajiban dan hak pada suami dan istri menurut pandangan islam. Kemudian apa sajakah permasalahan yang umum terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana solusinya menurut pandangan islam

Kerangka Berpikir

BAB II

KAJIAN TEORI

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (An-Nur: 30)

2.1 TaArufTaaruf adalah kegiatan bersilaturami atau saling mengenal. Taaruf sebelum pernikahan adalah proses saling mengenal antara lelaki dan perempuan yang hendak menikah dengan ditemani walinya (tidak berduaan) untuk menjaga kesucian dan niat.

Tata cara:

1. Meluruskan niat karena Allah

2. Berupaya menjaga kesucian acara taaruf

tidak boleh berkhalwat, menjaga pandangan, menjaga aurat dan memilih tempat yang tepat

3. Kejujuran kedua belah pihak dalam taaruf

4. Selama proses taaruf, kedua belah pihak serius dan sopan dalam berbicara serta menghindari membicarakan hal-hal yang tidak perlu.

5. Menerima atau menolak dengan cara yang yang baik dan menyatakan alasan yang masuk akal.

6. Agar taaruf tidak melanggar agama, maka diperlukan perantara.

Proses Taaruf:

1.Menanyakan apakah bersedia diperkenalkan dengan calon taaruf,

2.menentukan kapan waktu taaruf, menentukan tempat pertemuan,

3.memperkenalkan kedua calon,

4.diberikan tenggang waktu untuk berpikir atau istikharah,

5.kemudian jika pasangan sudah merasa cocok maka akan dilanjutkan pada proses selanjutnya yaitu kapan waktu khitbah dan proses selanjutnya dan tidak memakan waktu yang lama agar tak menimbulkan fitnah

2.2 Kewajiban dan Hak Istri

Kewajiban Istri dalam Islam terbagi menjadi 2 bagian, yakni kewajiban untuk merepresentasikan ciri-ciri istri yg baik menurut pandangan Islam dan kewajiban istri untuk memenuhi hak suami.

Beberapa ciri Istri yg baik menurut pandangan Islam:

Al-Waluud, yang artinya dapat mempunyai anak lebih dari 2 anak. Al- Waduud, besar cintanya terhadap suami. Kalau bisa, sang calon istri tidak menuntut mas kawin yang besar terhadap suami, agar tidak menimbulkan kesan ralistis. Sebaik-baiknya adalah besar mas kawin disesuaikan dengan kemampuan suami. As-sittiirah, pendiam atau pemegang rahasia yang kuat. Suami juga manusia biasa, sudah pasti dia perlu tempat untuk mencurahkan perasaannya, kepada siapa lagi kalau bukan kepada istriya sendiri. Untuk itu seorang istri harus dapat menjaga rahasia suaminya untuk menjaga kehormatan suaminya yang juga mempengaruhi kehormatan rumah tangganya. Bilamana sang istri suka membeberkan masalah rumah tangganya dan bahkan masalah suaminya, nanti akan menimbulkan desas desus kabar burung yang pastinya tidak baik dan akan berujung prasangka dan permusuhan. Tidak hanya terhadap tetangga dan temannya, si istri terkadang harus bisa menjaga rahasia suaminya terhadap anaknya sendiri, dengan alasan, untuk agar tidak menibulkan masalah yang tidak perlu. Al-aziizah fii ahliha, satria dalam menghadapi bencana keluarganya. Segala masalah dan penderitaan dalam rumah tangganya kalau bisa diselesaikan tanpa perlu membeberkan kepada saudara atau malah tetangganya, dan dengan bersikap pasrah terhadap Allah SWT. Jangan lah istri mendorong suami untuk mengerjakan sesuatu yang tidak halal untuk mengatasi masalah dalam rumah tangganya. Istri juga harus mengingatkan suami agar tabah dan taat kepada Allah SWT. Ada hadis Rasulullah untuk istri yang berperilaku tercela: Aku pernah melihat neraka. Tiba tiba kebanyakan penghuninya adalah kaum perempuan, yakni mereka yang tidak tahu berterima kasih kepada suami. Andaikata engkau (suami) berbuat baik kepada seseorang diantara mereka setahun, kemudian ia melihat cela padamu, maka ia akan mengatakan, Saya tak pernah melihat sama sekali kebaikan dari dirimu (HR.Bukhari). Adz- dzaliilaj maa ba;lihaa, merendah diri atau patuh terhadap suami. Bukan berarti bila suami melakukan hal yang tidak benar , istri harus membiarkan, namun tetap dinasehati. Mutabarriyah, persolek. Persolek yang dimaksud hanya diperuntukan kepada suami. Dengan tampil menarik dan dandanan mempesona akan menyenangkan suami, dan dapat menghibur suami yang lelah setelah seharian mencari nafkah. Jika wanita persolek supaya dirinya menarik dihadapan orang lain maka perilaku tersebut adalah perbuatan tercela. Islam membatasi bersoleknya wanita bila didepan umum, bukan berarti wanita diharuskan tidak dandan lalu berpakaian berantakan di depan umum, wanita juga harus berpakaian rapi , bersih namun sopan. Jangan salahkan pria yang berbuat tidak tidak bila wanitanya berdandan dengan menghabur auratnya sendiri dan persolek serba merangsang. Al-hashaanu. Pembenteng. Seorang istri yang muslimin wajib membatasi dirinya dalam bergaul dengan orang lain. Istri hanya boleh bebas sepenglihatan suami. Bila mana disaat suami tidak ada dirumah dan istri menerima tamu, istri harus tetap menutup dirinya dan auratnya. Bahkan dengan anak sendiri dilarang mengubar auratnya. Karna bilamana istri mengumbar auratnya maka dapat menimbulkan fitnah. Memasrahkan diri kepada suami secara baik. Istri yang soleha harus berusaha melayani suaminya dengan total, tanpa keberatan dan mempertanyakan suami, bila istri bersikap dingin, maka dapat menimbulkan prasangka buruk terhadap istri. Bahkan zaman sekarang sudah banyak wanita karir yang lebih mengutamakan pekerjaannya dibandingkan kebutuhan biologis suaminya. Karena kemandirian wanita karir tersebut, ia tidak bergantung lagi akan penghasilan suami dan akan bersikap acuh bahkan durhaka terhadap suami, kalo istri sudah tidak mau melayani suami maka sang istri adalah istri yang durhaka. Boleh lah istri memiliki karir setinggi-tingginya, namun jangan lah menjadi merasa sombong dan sampai mengeduakan pengabdian kepada suami. Hak- hak suami yang menjadi kewajiban istri:

Tidak berpisah dari ranjang dengan suami kecuali dengan izin suami

Melayani kebutuhan suami dengan baik baik kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmaninya.

Mentaati perintah suami selama perintah itu baik dan sejalan dengan ajaran Islam.

Izin kepada suami apabila hendak meinggalkan rumah.

Bilamana mempersilahkan seseorang masuk, harus dengan seizing suami, bila suami tidak menyenangi orang tersebut dan tidak mengizinkan, maka orang tersebut jangan dipersilahkan masuk walaupun itu soaudara sendiri.

Secara materi, istri tidak memiliki kewajiban apapun terhadap suami. Istri tidak bisa dituntut untuk menafkahi keluarga. Kewajiban seorang istri lebih ke pemenuhan kebutuhan batin, moral dan spiritual.

Istri tidak boleh meminta berpisah ranjang atau cerai terhadap suaminya. Kecuali jika suaminya mungkar dan tidak bisa dinasehati. Apabila istri minta untuk bercerai dengan cara mengada-adakan masalah, itu adalah salah dan melanggar ajaran islam. Istri yang baik adalah istri yang bisa melayani suaminya lahir dan batin. Taat terhadap suami dan menjalankan semua yang diamanatkan suami kepada istri selama amanat itu sejalan dengan ajaran islam.

Apapun tindakan istri semuanya harus mendapat izin dari suami. Itu karena intuk menghindari segala fitnah yang mungkin bisa muncul. Abi keluarga adalah tanggung jawab kepala keluarga apabila istri ingin keluar rumah, istri harus meminta izin terlebih dahulu kepada suami. berlaku juga apabila istri ingin mengajak seseorang untuk bertamu kedalam rumah. Apabila tamu yang diajak masuk kedalam rumah adalah orang yang tidak disukai oleh suami, maka jangan mempersilakan tamu tersebut untuk masuk kedalam rumah.

Dalam istri menjalankan puasa sunnah juga harus meminta izin terlebih dahulu kepada suami. Istri dilarang puasa apabila berada disamping suaminya kecuali mendapatkan izin. Namun jangan kecewa apabila tidak bisa berpuasa sunnah. Menaati suami sendiri adalah ibadah yang pahalanya sama denga pahala puasa sunnah.

Para sahabat wanita di zaman rasullullah sering iri terhadap laki laki. Laki laki sering mendapat janji pahala besar dan apabila melakukan jihad perang membela islam pada zaman itu maka jaminannya adalah surga. Mengapa wanita tidak boleh mengikuti perang tersebut. Sebenarnya bentuk jihad pada wanita adalah dengan menaati suami dan mampu menemani keluarga agar selalu berada di jalan Allah. Jihad tersebut tentu saja mendapat jaminan surga sama seperti jihad perang membela Islam.

Ada beberapa hadis tentang kewajiban lain seorang istri : ( )Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridho terhadapnya, maka ia akan masuk surga. HR Ibnu Majah,

: ( )Apabila seorang wanita mengerjakan sholat lima waktu, dan berpuasa ramadhan, mentaati suaminya, maka ia akan masuk ke dalam surga melalui pintu mana saja yang ia kehendaki. HR Ahmad dan Thabrani. : ( : 34)Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. (QS an-Nisaa: 34). : ( )Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya (ungkapan untuk berjima.pent) kemudian istrinya enggan sehingga suaminya marah kepadanya, maka para malaikat melaknatnya sampai keesokan harinya. HR Bukhari dan Muslim.

: ( )Kalau seandainya saya boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain tentu akan saya perintahkan perempuan sujud kepada suaminya. HR Abu Dawud, Hakim dan di shahihkan oleh Imam Tirmidzi. : ( 222)Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhi istrimu di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sampai kiranya mereka suci. (QS al-Baqarah: 222).Maknanya jangan dekati mereka untuk berjima sampai terputus darah haid atau nifasnya dan mereka telah mandi suci. : ( 34)

Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS an-Nisaa: 34). : ( )Dan perempuan bertanggung jawab atas rumah suami dan anak-anaknya, serta akan di tanya tentang tanggung jawabnya tersebut HR Bukhari dan Muslim. : ( )Dan hak suami atas kalian (para wanita) adalah tidak berzina serta tidak memasukan orang lain yang ia benci. HR Tirmidzi beliau berkata hadits hasan shahih.Menaati suami berarti istri bagaikan budak yang hanya disuruh suruh. Istu tidak boleh menaati suami secara buta. Istri juga memiliki hak utnuk menegur tindakan suami yang tidak benar. Apabila nafkah yang diberikan suami adalah nafkah dari pekerjaan yang buruk dan tidak halal maka istri memiliki hak untuk menolaknya. Istri juga memiliki hak untuk mencuri dari suami. yang dimaksud mencuri adalah apabila uang belanja yang diberikan suami tidak mencukupu maka istri berhak untuk mengambil harta suami untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan sendiri dalah kebutuhan yang wajar, bukan kebutuhan yang belebih untuk kepentingan pribadi saja. Namun apabila kekurangan tersebut dikarenakan suami belum mendapatkan rizki, maka istri harus menyesuaikan kebutuhan dengan harta yang dimiliki sekarang.

Dalam hubungan rumah tangga layaknya sebuah lembaga yang memiliki peran terhadap bagiannya, rumah tangga juga memiliki suami yang bekerja keras untuk menafkahi keluarganya seorang istri juga memiliki kewajibanya yg harus dipenuhinya untuk suaminya, namun diatas sebuah kewajiban pasti ada sebuah hak yang di dapat dari sebuah kewajiban tersebut.

Tak hanya hak berupa material namun juga hak yang bersifat spiritual juga, karena sesungguhnya kebutuhan manusia juga menyangkut kebutuhan batin yang merupakan insan memiliki jiwa. Begitu pula hak yang dimiliki istri atas suami yang telah dilayaninnya dengan sepenuh hati.

Allah berfirman :

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). " [An-Nisaa:34]

Islam menentukan hak-hak di antara keduanya yang dengan menjalankan hak-hak tersebut, maka akan tercapai ketenteraman dan keberlangsungan lembaga. Islam menyuruh keduanya agar menunaikan apa yang menjadi kewajibannya dan tidak mempermasalahkan beberapa kesalahan kecil yang mungkin saja terjadi.

AllahTaala berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. " [Ar-Ruum: 21]

Rasa cinta dan kasih sayang yang terjadi di antara suami isteri nyaris tidak dapat ditemukan di antara dua orang mukmin. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan senang jika cinta dan kasih sayang tersebut selalu ada dan langgeng pada setiap pasangan suami isteri. Oleh karena itu, Dia Subhanahu wa Ta'ala menentukan beberapa hak bagi mereka yang dapat menjaga dan memelihara rasa cinta dan kasih sayang tersebut dari kesirnaan.

Hak istri adalah segala sesuatu yang menjadi kewajiban suami. Diantaranya adalah

1. Suami harus memperlakukan isteri dengan cara yang maruf, karena

Allah Taala telah berfirman :"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." [An-Nisaa: 19]

Yaitu, dengan memberinya makan apabila ia juga makan dan memberinya pakaian apabila ia berpakaian. Mendidiknya jika takut ia akan durhaka dengan cara yang telah diperin-tahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam mendidik isteri, yaitu dengan cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya. Apabila ia (isteri) telah kembali taat, maka berhentilah, namun jika tidak, maka pisahlah ia di tempat tidur. Apabila ia masih tetap pada kedurhakaannya, maka pukullah ia pada selain muka dengan pukulan yang tidak melukai, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar."[An-Nisaa:34]

Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala ditanya apakah hak isteri atas suaminya? Beliau menjawab:

.Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah. [3]

Sesungguhnya sikap lemah lembut terhadap isteri merupakan indikasi sempurnanya akhlak dan bertambahnya keimanan seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

.Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya. [4]

Sikap memuliakan isteri menunjukkan kepribadian yang sempurna, sedangkan sikap merendahkan isteri adalah suatu tanda akan kehinaan orang tersebut. Dan di antara sikap memuliakan isteri adalah dengan bersikap lemah lembut dan bersenda gurau dengannya. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bersikap lemah lembut dan berlomba (lari) dengan para isterinya. Aisyah Radhiyallahu anhuma pernah berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengajakku lomba lari dan akulah yang menjadi pemenangnya dan setiap kami lomba lari aku pasti selalu menang, sampai pada saat aku keberatan badan beliau mengajakku lari lagi dan beliaulah yang menang, maka kemudian beliau bersabda, Ini adalah balasan untuk kekalahanku yang kemarin.[5]

Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menganggap setiap permainan itu adalah bathil kecuali jika dilakukan dengan isteri, beliau bersabda:

: .

Segala sesuatu yang dijadikan permainan bani Adam adalah bathil kecuali tiga hal: melempar (anak panah) dari busurnya, melatih kuda dan bercanda dengan isteri, sesungguhnya semua itu adalah hak. [6]

2. Suami harus bersabar dari celaan isteri serta mau memaafkan kekhilafan yang dilakukan olehnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

.Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai. [7]

Di dalam hadits yang lain beliau juga pernah bersabda:

.Berilah nasihat kepada wanita (isteri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok ialah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya (tanpa menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang jika kalian membiarkannya), maka ia akan tetap bengkok. Karena itu berilah nasihat kepada isteri dengan baik. [8]

Sebagian ulama Salaf mengatakan, Ketahuilah bahwasanya tidak disebut akhlak yang baik terhadap isteri hanya dengan menahan diri dari menyakitinya, namun dengan bersabar dari celaan dan kemarahannya. Dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan bahwa para isteri beliau pernah protes, bahkan salah satu di antara mereka pernah mendiamkan beliau selama sehari semalam. [9]

3. Suami harus menjaga dan memelihara isteri dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarkan kehormatannya, yaitu dengan melarangnya dari bepergian jauh (kecuali dengan suami atau mahramnya). Melarangnya berhias (kecuali untuk suami) serta mencegahnya agar tidak berikhtilath (bercampur baur) dengan para lelaki yang bukan mahram.

Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya dengan sepenuh hati. Ia tidak boleh membiarkan akhlak dan agama isteri rusak. Ia tidak boleh memberi kesempatan baginya untuk meninggalkan perintah-perintah Allah ataupun bermaksiat kepada-Nya, karena ia adalah seorang pemimpin (dalam keluarga) yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang isterinya. Ia adalah orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan memeliharanya. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita." [An-Nisaa: 34]Juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

.Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. [10]

4. Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk menghadiri majelis-majelis talim. Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." [At-Tahrim: 6]

Dan isteri adalah termasuk dalam golongan al-Ahl (keluarga). Kemudian menjaga diri dan keluarga dari api Neraka tentunya harus dengan iman dan amal shalih, sedangkan amal shalih harus didasari dengan ilmu dan pengetahuan supaya ia dapat menjalankannya sesuai dengan syari'at yang telah ditentukan.

5. Suami harus memerintahkan isterinya untuk mendirikan agamanya serta menjaga shalatnya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." [Thaahaa: 132]

6. Suami mau mengizinkan isteri keluar rumah untuk keperluannya, seperti jika ia ingin shalat berjamaah di masjid atau ingin mengunjungi keluarga, namun dengan syarat menyuruhnya tetap memakai hijab busana muslimah dan melarangnya untuk tidak bertabarruj (berhias) atau sufur.

Sebagaimana ia juga harus dapat melarang isteri agar tidak memakai wangi-wangian serta memperingatkannya agar tidak ikhtilath dan bersalam-salaman dengan laki-laki yang bukan mahram, melarangnya menonton televisi dan mendengarkan musik serta nyanyian-nyanyian yang diharamkan.

7. Suami tidak boleh menyebarkan rahasia dan menyebutkan kejelekan-kejelekan isteri di depan orang lain.

Karena suami adalah orang yang dipercaya untuk menjaga isterinya dan dituntut untuk dapat memeliharanya. Di antara rahasia suami isteri adalah rahasia yang mereka lakukan di atas ranjang. Rasulullah J melarang keras agar tidak mengumbar rahasia tersebut di depan umum. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Asma' binti Yazid Radhiyallahu anhuma :

Bahwasanya pada suatu saat ia bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat dari kalangan laki-laki dan para wanita sedang duduk-duduk. Beliau bersabda, Apakah ada seorang laki-laki yang menceritakan apa yang telah ia lakukan bersama isterinya atau adakah seorang isteri yang menceritakan apa yang telah ia lakukan dengan suaminya?

Akan tetapi semuanya terdiam, kemudian aku (Asma) berkata, Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka semua telah melakukan hal tersebut. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian melakukannya, karena sesungguhnya yang demikian itu seperti syaitan yang bertemu dengan syaitan perempuan, kemudian ia menggaulinya sedangkan manusia menyaksikannya. [11]

8. Suami mau bermusyawarah dengan isteri dalam setiap permasalahan,

terlebih lagi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan mereka berdua dan anak-anak, sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bermusyawarah dengan para isterinya dan mau mengambil pendapat mereka. Seperti halnya pada saat Sulhul Hudaibiyah (perjanjian damai Hudaibiyyah), setelah beliau selesai menulis perjanjian, beliau bersabda kepada para Sahabat:

.Segeralah kalian berkurban, kemudian cukurlah rambut-rambut kalian.

Akan tetapi tidak ada seorang Sahabat pun yang melakukan perintah Rasululah Shaallallahu 'alaihi wa sallam sampai beliau mengulangi perintah tersebut tiga kali. Ketika beliau melihat tidak ada seorang Sahabat pun yang melakukan perintah tersebut, beliau masuk menemui Ummu Salamah Radhiyallahu anha kemudian menceritakan apa yang telah terjadi. Ummu Salamah kemudian berkata, Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin mereka melakukan perintahmu? Keluarlah dan jangan berkata apa-apa dengan seorang pun sampai engkau menyembelih binatang kurbanmu dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutmu. Maka beliau keluar dan tidak mengajak bicara seorang pun sampai beliau melakukan apa yang dikatakan oleh isterinya. Maka tatkala para Sahabat melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah, mereka bergegas untuk menyembelih hewan-hewan kurban, mereka saling mencukur rambut satu sama lain, sampai-sampai hampir saja sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lainnya. [12]

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kebaikan yang banyak bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui pendapat isterinya yang bernama Ummu Salamah. Sangat berbeda dengan contoh-contoh kezhaliman yang dilakukan oleh sebagian orang, serta slogan-slogan yang melarang keras bermusyawarah dengan isteri. Seperti perkataan sebagian dari mereka bahwa, Pendapat wanita jika benar, maka akan membawa kerusakan satu tahun dan jika tidak, maka akan membawa kesialan seumur hidup.

9. Suami harus segera pulang ke rumah isteri setelah shalat Isya'.

Janganlah ia begadang di luar rumah sampai larut malam. Karena hal itu akan membuat hati isteri menjadi gelisah. Apabila hal tersebut berlangsung lama dan sering berulang-ulang, maka akan terlintas dalam benak isteri rasa waswas dan keraguan. Bahkan di antara hak isteri atas suami adalah untuk tidak begadang malam di dalam rumah namun jauh dari isteri walaupun untuk melakukan shalat sebelum dia menunaikan hak isterinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingkari apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma karena lamanya bergadang (beribadah) malam dan menjauhi isterinya, kemudian beliau bersabda:

.Sesungguhnya isterimu mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan. [1310. Suami harus dapat berlaku adil terhadap para isterinya jika ia mempunyai lebih dari satu isteri. Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang yang demikian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.Barangsiapa yang memiliki dua isteri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu di antara keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan miring sebelah.[14]

Demikianlah sejumlah hak para isteri yang harus ditunaikan oleh para suami. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam usaha memenuhi hak-hak isteri tersebut. Sesungguhnya dalam memenuhi hak-hak isteri adalah salah satu di antara sebab kebahagian dalam kehidupan berumah tangga dan termasuk salah satu sebab ketenangan dan keselamatan keluarga serta sebab menjauhnya segala permasalahan yang dapat mengusik dan menghilangkan rasa aman, tenteram, damai, serta rasa cinta dan kasih sayang.

alangkah baiknya apabila para isteri agar mau melupakan kekurangan suami dalam hal memenuhi hak-hak mereka. Kemudian hendaklah ia menutupi kekurangan suami tersebut dengan bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri untuk suami, karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi.

2.3 Kewajiban dan hak suami

Pada pembahasan sebelumnya sudah dibahas bahwa hak istri adalah kewajiban yang ditanggung oleh suami. Dan hak suami adalah seluruh kewajiban yang harus dipenuhi istri . Secara teoritis kewajiban suami yang paling jelas adalah menafkahi istri. Kewajiban menafkahi istri ini dianggap sangat berat. Seringkali konflik timbul karena faktor ini. Betapa bingungnya apabila suami tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun jangan sampai kita hanya terfokus pada materi duniawi saja. Jangan sampai kebingungan ini membuat kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nafkah. Karena kewajiban ini sangat berat, Allah SWT menjanjikan suami pahala yang besar untuk suami agar tawakal dalam menjalani kewajiban ini. Istri juga jangan sampai menuntut yang terlalu banyak dan berlebihan sehingga memberatkan suami.

Suami juga wajib memberikan pakaian kepada istri seharga sama yang dikenakan suami. Tidak boleh lebih rendah. Itu dimaksudkan bahwa sebagai suami tidak boleh egois dan meletakkan derajat istri tidak lebih rendah darinya. Apabila suami tidak bisa menjalankannya maka istri berhak menuntut.

Selain kewajiban memenuhi kebutuhan, suami yang baik tidak akan menyakiti istrinya. Antara lain adalah suami tidak boleh memukul istri di wajah. Suami juga tidak boleh mencela istri dengan kata yang merendahkan dan suami tidak boleh mengusir istri dari rumah. Maksud dari larangan ini adalah bahwa suami harus bisa mengendalikan amarahnya. Marah adalah hal yang sangat wajar namun suami yang sabar adalah suami yang mampu membuat marahnya berguna dan tidak sampai menyakiti.

Apabila seorang suami menjalani poligami, wajib bagi dia untuk berlaku adil kepada istri. Adil disini adalah adil secara materi. Dan apabila suami tidak adil maka istri berhak menuntut suami. Namun demikian, istri yang baik mampu mendukung keputusan suami dan tidak menuntut suami agar lebih memihak dirinya dan menyuruh untuk menceraikan istri yang lain.

Kewajiban suami tidak hanya sebatas materi namun juga memiliki kewajiban dalam sisi batin. Suami yang baik adalah suami yang tidak membiarkan istrinya hidup dalam keadaan tertekan. Apabila istri merasa batinnya tertekan maka suami harus dan wajib membantu. Suami wajib membuat istri dan anaknya bahagia. Seorang suami juga harus meninggikan derajat sang istri. Jangan sampai derajatnya rendah dihadapan suami, apalagi dihadapan orang lain.

Caranya adalah dengan mendahulukan kepentingan istri dan anak sebelum kepentingan kerabat. Jangan sampai istri merasa terasingkan dan anak tumbuh tanpa mengenal ayahnya. Meskipun alasannya adalah untuk berdakwah, seorang dai sekalipun wajib memenuhi terlebih dahulu kebutuhan istri dan anaknya. Dai yang menyerukan firman Allah SWT namun istrinya dirumah menderita sehingga harus menafkahi dirinya sendiri dan anaknya, dai itu sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam. Berdakwah itu wajib namun sifatnya fardhu kifayah atau kewajiban bersama, sedangkan menafkahi istri adalah fardhu ain atau wajib bagi setiap individu.

Kewajiban terakhir secara batin yang sebagian besar suami maupun istri akan terasa berat, terlebih lagi apabila pasangan tersebut adalah pasangan yang sangat bahagia. Kewajiban tersebut adalah ridha terhadap kematian istri maupun suami. Sesungguhnya kita maupun pasangan kita adalah milik allah dan adalah takdir apabila kita atau pasangan kita dipanggil terlebih dahulu. Dengan kita ridha atas kepergian suami maupun istri niscaya akan mendapat janji surga dari Allah SWT.2.4 Permasalahan dalam Rumah Tangga dan Solusinya

Keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah (harmonis, bahagia dan penuh rahmat) adalah dambaan bagi setiap pasangan suami istri. Dalam Kitab Adabul Islam fi Nidzamil Usroh Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin \`Alawiy al-Maliki ini menawarkan pemahaman seputar masalah perkawinan, prinsip-prinsip, resep dan jalan keluar atas berbagai problem dalam keluarga muslim. Dalam Kitab tersebut disebutkan bahwa hal- hal yang menyebabkan terputusnya ikatan keluarga itu antara lain :

pertama, talak - disebut sebagai salah satu bahaya besar dalam masyarakat. Dampak talak ini akan menimbulkan efek sosial yang buruk terutama bagi anak-anak. Anak akan kehilangan kasih- sayang dan menimbulkan perasan benci. Kedua, zina dan perselingkuhan. Zina merupakan faktor utama perusak keluarga. Keburukan zina akan merobohkan rumah tangga yang mulia. Dapat merendahkan orang-orang besar, Ia adalah noda hitam yang bila menimpa suatu keluarga maka kesucian dan kemuliaan keluarga akan tercemar.

Ketiga, durhaka kepada orang tua. Wajib dipahami oleh keluarga muslim, bahwa hak orang tua disandingkan dengan hak Allah (QS. al-Isra\` ayat 23). Selain hal itu banyak faktor yang dimulai dari masalah masalah sederhana yang tidak terselesaikan, misalnya adalah Suami atau istri merasa, perempuan atau lelaki lain yang tidak dinikahinya memiliki kondisi yang lebih baik, lebih cantik daripada istrinya atau lebih tampan daripada suaminya. Bahkan ada rasa menyesal dan tidak puas terhadap kondisi pasangannya.

Janganlah seorang laki-laki mukmin membenci isterinya yang beriman. Bila ada perangai yang tidak disukai, dia pasti ridha (senang) dengan perangainya yang lain. (HR. Muslim)

Apabila mereka mentaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Janganlah seorang isteri memuji-muji wanita lain di hadapan suaminya sehingga terbayang bagi suaminya seolah-olah dia melihat wanita itu. (HR. Bukhari)

Allah Swt kelak tidak akan memandang (memperhatikan) seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya meskipun selamanya dia membutuhkan suaminya. (HR. Al Hakim)

Ketika suami mengajak istrinya bersenggama namun sang istri menolak karena sedang asyik nonton tv atau melakukan hal lain.

Apabila suami mengajak isterinya (bersenggama) lalu isterinya menolak melayaninya dan suami sepanjang malam jengkel maka (isteri) dilaknat malaikat sampai pagi. (Mutafaq'alaih)

Apabila sang istri bersalah, tidak patuh atau membuat suaminya kesal.

Saling berwasiatlah kalian tentang kaum wanita dengan baik-baik. Mereka itu adalah tawanan di tanganmu. Tiada kalian bisa menguasai apa-apa dari mereka, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji, pisahkanlah diri kalian dari tempat tidur mereka atau lakukan pemukulan yang tidak membekas (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami dan memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya dan tidak ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya, tidak memasukkan ke rumahnya orang-orang yang tidak disukai suaminya. (HR. Ath-Thabrani)

Istri meminta cerai suami karena alasan yang tidak jelas atau alasan yang tidaki dibenarkan seperti ingin menikah dengan lelaki lain, karena sang Suami tak bisa membelikannya mobil dan sebagainya.

Janganlah seorang isteri minta cerai dari suaminya tanpa alasan (sebab yang dibenarkan), niscaya dia tidak akan mencium bau surga yang baunya dapat dirasakan pada jarak tempuh empat puluh tahun. (HR. Ibnu Majah)

Ada pula beberapa permasalahn yang mungkin terjadi dalam berumah tangga antara lain:

2.4.1 KDRT

Dalam Islam Kekerasan dalam rumah tangga sangatlah dilarang agama. Banyak kaum muslim yang tidak memahami batasan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam Al-Quran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri membangkang. Sebagaimana firman Allah di surat An-Nisa: Wanita-wanita yang kamu khawatirkan tidak tunduk, nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..(QS. An-Nisa: 34)

Namun ini izin ini tidak berlaku secara mutlak. Nabi Muhammad memberikan batasan yang lainnya yaitu :

1. Tidak boleh di daerah kepala, sebagaimana sabda beliau, jangan memukul wajah. Mencakup kata wajah adalah semua kepala. Karena kepala manusia adalah hal yang paling penting. Ada banyak organ vital yang menjadi pusat indera manusia.2. Tidak boleh menyakitkan. Batasan ini disebutkan oleh Nabi Muhammaddalam khutbah beliau ketika di Arafah. Jika istri kalian melakukan pelanggaran itu, maka pukullah dia dengan pukulan yang tidak menyakitkan.(HR. Muslim 1218)Keterangan ini juga disebutkan Al-Bukhari dalam shahihnya, ketika beliau menjelaskan firman Allah di surat An-Nisa: 34 di atas.

Atha bin Abi Rabah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, : : Saya pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, Apa maksud pukulan yang tidak menyakititkan? Beliau menjawab, Pukulan dengan kayu siwak (sikat gigi) atau semacamnya. (HR. At-Thabari dalam tafsirnya, 8/314).Termasuk makna pukulan yang tidak menyakitkan adalah pukulan yang tidak meninggalkan bekas, seperti memar, atau bahkan menimbulkan luka dan mengeluarkan darah. Karena sejatinya, pukulan itu tidak bertujuan untuk menyakiti, tapi pukulan itu dalam rangka mendidik istri.

Namun, meskipunadaizin untuk memukul ringan, tidak memukul tentu jauh lebih baik. Karena wanita yang lemah bukanlah lawan yang seimbang bagi seorang lelaki. Biar bagaimanapun wanita di ciptakan Allah dengan kelembutannya dan berbeda dengan lelaki. Karena itu, lawan bagi suami yang sesunguhnya adalah emosinya. Suami yang mampu menahan emosi, sehingga tidak menyikiti istrinya, itulah lelaki hebat yang sejatinya.Nabi Muhammad bersabda, Orang yang hebat bukahlah orang yang sering menang dalam perkelahian. Namun orang hebat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah.(HR. Bukhari 6114 dan Muslim 2609)2.4.2 Caci Maki

Dalam Islam mencaci maki adalah perbuatan dzalim. Karena itulah, syariat hanya membolehkan hal ini dalam satu keadaan, yaitu ketika seseorang didzalimi. Syariat membolehkan orang yang didzalimi itu untuk membalas kedzalimannya dalam bentuk cacian atau makian. Allah berfirman, Allah tidak menyukai Ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.(An-Nisa: 148)Setidaknya, ketika dia tidak mampu memberi balasan secara fisik, dia mampu membalas dengan melukai hati orang yang mendzaliminya.

Dalam rumah tangga, syariat mendorong kaum muslimin untuk membangun suasana harmonis. Sehingga jikalau terjadi masalah, balasan dalam bentuk caci maki harus dihindarkan. Karena kalimat cacian dan makian akan menancap dalam hati, dan bisa jadi akan sangat membekas. Sehingga akan sangat sulit untuk bisa mengobatinya. Jika semacam ini terjadi, sulit untuk membangun keluarga yang sakinah.

Oleh karena itu, Nabi Muhammadbersabda jangan sampai seseorang mencaci pasangannya. Apalagi membawa-bawa nama keluarga atau orang tua, yang umumnya bukan bagian dari masalah.

Beliau bersabda, jangan kamu menjelekannya

Dalam Syarh Sunan Abu Daud dinyatakan,

Jangan kamu ucapkan kalimat yang menjelekkan dia, jangan mencacinya, dan jangan doakan keburukan untuknya.. (Aunul Mabud Syarh Sunan Abu Daud, 6/127).Perlu kita ingat bahwa cacian dan makian kepada pasangan yang dilontarkan tanpa sebab, termasuk menyakiti orang mukmin atau mukminah yang dikecam dalam Al-Quran. Allah berfirman,

Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.(QS. Al-Ahzab: 58)

Marah kepada suami atau marah kepada istri, bukan alasan pembenar untuk mencaci orang tuanya. Terlebih ketika mereka sama sekali tidak bersalah. Allah sebut tindakan semacam ini sebagai dosa yang nyata. Oleh karena itu dalam berumah tangga sangat di anjurkan untuk mengontrol emosi baik secara fisik maupun secara lisan. Karena apa yang kita ucapkan bisa saja menjadi dosa walaupun niat kita sesungguhnya bukan itu.

2.4.3 Jaga Rahasia KeluargaRahasia keluarga adalah hal yang semestinya hanya diketahui dan diselesaikan oleh keluarga.Hal ini yang perlu disadari bagi orang yang sudah berkeluarga, jadikan masalah keluarga sebagai rahasia berdua. Karena ketika masalah itu tidak melibatkan banyak pihak, akan lebih mudah untuk diselesaikan. Terkait tujuan ini, Nabi Muhammad menasehatkan, jangan kamu boikot istrimu kecuali di rumahKetika suami harus mengambil langkah memboikot istri karena masalah tertentu, jangan sampai boikot ini tersebar keluar sehingga diketahui banyak orang. Sekalipun suami istri sedang panas emosinya, namun ketika di luar, harus menampakkan seolah tidak ada masalah. Kecuali jika melaporkan kepada pihak yang berwenang, untuk diselesaikan karena suami-istri sudah tidak sanggup menanganinya sendiri. Pihak yang dimaksud berwenang adalah pihak yang posisinya bisa mengendalikan dan memberi solusi atas masalah keluarga. Dalam hal ini bisa KUA, hakim, ustadz yang amanah, atau mertua. Kami sebut mertua, karena dia berwenang untuk mengendalikan putra-putrinya. Dan ini tidak berlaku sebaliknya.

Secara rinci dijelaskan ketika suami melakukan kesalahan, tidak selayaknya sang istri melaporkan kesalahan suami ini kepada orang tua istri. Tapi hendaknya dilaporkan kepada orang yang mampu mengendalikan suami, misalnya tokoh agama yang disegani suami atau orang tua suami.Demikian pula ketika sumber masalah adalah istri. Hendaknya suami tidak melaporkannya kepada orang tuanya, tapi dia laporkan ke mertuanya (orang tua istri). Solusi ini baru diambil ketika masalah itu tidak memungkinkan untuk diselesaikan sendiri antara suami-istri.

Ketika seorang istri memiliki masalah dengan suaminya, kemudian dia ceritakan kepada orang tua istri, muncullah rasa kasihan dari orang tuanya. Namun tidak sampai di sini, orang tua istri dan suami akhirnya menjadi bermusuhan. Orang tua istri merasa harga dirinya dilecehkan karena putrinya didzalimi anak orang lain, sementara suami menganggap mertuanya terlalu ikut campur urusan keluarganya. Bukannya solusi yang dia dapatkan, namun masalah baru yang justru lebih parah dibandingkan sebelumnya. Hal ini jangan sampai terjadi karena dapat memicu adanya adu domba. Dalam islam akankah lebih baik semua masalah dibicarakan terlebih dahulu secara baik-baik oleh kedua belah pihak. Dan setiap masalah yang dihadapi haruslah di sikapi dengan kepala dingin dan sabar.

2.5 Etika Berjimak2.5.1 Doa ketika bersebadan

Nabi Muhammad saw bersabda, jika seseorang diantara kamu hendak bersebadan dengan istrinya, maka bacalah bismillah, ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkan syetan dari (anak) yang engkau akan karuniakan kepada kami. Kemudian, ternyata berbuah dari mereka ini seorang anak, maka (syetan) tidak akan merugikannya (HR. Bukhari dan Muslin)

Suami istri yang menerapkan doa ini menunjukkan bahwa mereka telah siap dalam merawat anaknya kelak. Baik secara mental maupun material. Apabila bersetubuh hanya berdasarkan dorongan syahwat semata niscaya mereka tidaklah siap dan akan mengalami kesulitan dalam mendidik anaknya kelak.

2.5.2 Jika ingin mengulangi hendaknya berwudhu

Bila seseorang di antara kamu telah bersenggama dengan istrinya, kemudian ia ingin mengulangi, hendaklah ia berwudhu. Karena dengan itu lebih giat untuk mengulanginya. (HR. Muslim)

Hal ini diterapkan oleh Rasulullah. Dengan melakukan berwudhu niscaya hubungan suami istri menjadi segar dan sehat. Tidak perlu menggunakan obat obatan yang mengguras uang dan bahkan bisa merusak tubuh. Berwudhu adalah tips yang ekonomis dan sehat.2.5.3 Pahala istri hamil secara sah

(Salamah) perempuan yang menyusui ibrahim, Putra Rasulullah, bertanya: Wahai Rasulullah, engkau telah memberikan kabar gembiran dalam segala hal untuk kaum laki laki, tetapi mengapa tidak untuk kaum wanita? Rasulullah menjawab: Apabila teman teman perempuanmu mengipasimu untuk bertanya seoerti ini? Jawabnya : Benar, mereka menyuruhku seperti itu. lalu sabdanya: Tidaklah seorang diantara kamu merasa ridha jika ia hamil dari hasil dengan suaminya, dan suaminya merasa bangga dengan kehamilannya itu, bahwa wanita tersebut mendapat pahala sama dengan seorang prajurit yang puasa etika berperang di jalan Allah, dan bila wanita tersebut menderita sakit sewaktu melahirkan, namun betapa kegembiraan yang dirasakannya dengan lahirnya buah hatinya yang tak diketahui penghuni langit dan bumi. (HR. Ibnu Atsir).

Kehamilan adalah masa paling membahagiakan sekaligus menyiksa bagi seorang istri. Ia merasa bahagia tentang anaknya dimasa depan sebagai anak yang salih dan berguna. Namun semakin lama kehamilan maka akan semakin cemas. Apakah ia akan kuat menahan sakit dan bertahan dalam masa kritis saat kelahiran. Maka dari itu Allah menjanjikan pahala yang besar bagi wanita yang hamil secara sah dengan suaminya.

2.5.4 Etika berdandan

Setiap wanita yang memakai wangi wangian, lalu dia keluar lewat dihadapan laki laki dengan tujuan supaya mereka dapat mencium sedikit baunya. Maka ia (termasuk) wanita pezina (HR. Nasai)

Berdandan adalah kebiasaan wanita. Namun dalam berdandan ada aturannya sendiri. Wanita yang berdandan kemudia menarik perhatian laki laki memeberi kesan bahwa wanita tersebut mencoba memancing nafsu si laki laki. Selain itu wanita tersebut juga berpotensi membahayakan dirinya sendiri. Dalam berdandan hendaknya ditujukan hanya untuk suami.

2.5.5 Larangan bertelanjang

Hendaklah kamu jangan telanjang, karena bersamamu ada malaikat yang tidak terpisah darimu, kecuali di waktu buang air dan ketika seseorang laki laki mendatangi istrinya. Karena itu merasa malulah kepada mereka dan hormatilah mereka. (HR. Turmudzi)

Apabila tidak sedang buang air, mandi atau sedang memenuhi kebutuhan biologis bersama istri atau suaminya, hendaknya tidak bertelanjang. Meskipun dirumah sendiri dan tidak ada orang. Karena sebagai muslim kita yakin bahwa Allah swt dan malaikat senantiasa berada didekat kita. Sebagai muslim kita tidak boleh merasa terlalu bebas.

2.5.6 Larangan bersebadan pada dubur

Allah sungguh tidak malu untuk menyampaikan kebenaran ini. janganlah seorang suami menyalurkan syahwatnya kepada istrinya lewat duburnya (HR. Akhmad)

Kegiatan ini cenderung dilakukan karena dorongan nafsu. Namun kita bukanlah hewan. Sebagai muslim kita memiliki aturan. Secara biologis sendiri tidaklah sehat. Dan apabila dilakukan di dubur, berarti dia tidak mengharapkan untuk mendapatkan anak dan hal tersebut sudah dibahas di paragraf sebelumnya.

2.5.7 Larangan bersebadan saat haid

Mereka Bertanya kepadaku tentang haid. Katakanlah. Hadi itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita waktu haid. Janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang diperintahkan oleh Allah Kepadamu. Susungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)

Yang dimaksud disini untuk menjauhi bukanlah mengucilkan wanita, tetapi larangan untuk bersetubuh. Seorang suami diperbolehkan bersendagurau, mencium atau bercumbu rayu. Larangan bersebadan ini juga dijelaskan oleh kedokteran modern. Akan timbul rasa sakit pada alat vital sang istri dan juga memungkinkan terjadinya peradangan rahim. Dan bagi laki laki bisa terjadi infeksi dan kencing nanah serta berpotensi kemandulan.

2.5.8 Larangan membukarahasia hubungan suami istri

Dari Abu Said al-Khuduri, Rasulullah bersabdah, Orang orang yang paling jahat kedudukannya dari sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang suami yang melepaskan hajatnya kepada istrinya dan istrinya melepaskan hajad kepada suaminya. Kemudian ia siarkan rahasia istrinya itu. (HR. Muslim)

Salah satu etika dalam suami istri adalah menjaga rahasia. Hal itu bertujuan agar kehormatan keluarga selalu terjada dan jangan sampai keluarga terinjak injak kehormatannya.

2.5.9 Istri dilarang menceritakan secara detail fisik wanita lain kepada suaminya

Dari Ibnu Masud, Rasulullah saw bersabda, janganlah seseorang wanita bergaul dengan wanita lain, lalu ia ceritakan kepada suaminya ciri ciri wanita tersebut sehingga suaminya merasa seolah olah dia melihat wanita itu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang istri pasti menghendaki perhatian dari suaminya. Seorang wanita pasti cemburu apabila mengetahui suaminya memperhatikan wanita lain. Maka dari itu istri pasti akan senantiasa memalingkan perhatian suami dari wanita lain. Namun tidak jarang juga seorang istri melakukan larangan tersebut untuk mengetes suaminya. Cara tersebut dilarang karena ditakutkan akan menjadi pemicu masalah rumah tangga.

Bab 3

Kesimpulan

Dalam menjalankan bahtera rumah tangga perlu adanya pembagian porsi yang jelas baik hak maupun kewajibannya. Bagaikan kapal yang sedang berlayar, setiap kru harus paham akan pekerjaannya. Apabila lalai maka kapal itu kemungkinan besar akan karam. Baik suami dan istri harus memahami kewajiban dan haknya agar permasalahan dalam rumah tangga dapat diminimalisir dan cepat diselesaikan.

Dari paparan diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwasanya pemenuhan hak dan kewajiban suami isteri itu haruslah seimbang dan selaras, karna keduanya merupakan sama-sama makhluk allah, yang hanya dibedakan dari iman dan takwanyaDalam pembagian hak dan kewajiban dalam rumah tangga tidak bisa terpisah satu sama lain. Hak istri adalah kewajiban suami dan hak suami adalah kewajiban istri. Itu menunjukkan bahwa dalam berumah tangga sinergi dan kolaborasi sangatlah penting bagi kelanjutannya.

Dalam berumah tangga banyak sekali faktor faktor yang menyebabnya pecahnya hubungan berumah tangga. Salah satu faktor terbesar adalah adanya perselingkuhan dalam rumah tangga. Kesulitan itu datang dalam bentuk permasalahan baik masalah kecil seperti perkataan yang kurang baik maupun masalah besar yang punya potensi perceraian. Tentu saja dibalik permasalah tersebut terdapat solusi terbaik yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Memang tidak mudah dalam menjalaninya. Namun sesungghnya dibalik semua kesulitan dalam beribadah kepada Allah SWT, Allah SWT telah menjanjikan pahala dan surga.

DAFTAR PUSTAKAAbu, Eko Haryanto. Hak dan Kewajiban Seorang Isteri Solehah Terhadap Suami . http://www.mozaikislam.com/hak-dan-kewajiban-seorang-isteri-solehah-terhadap-suami/ Azhim, Syaikh Abdul bin Badawi al-Khalafi. Hak-Hak Isteri Atas Suami. http://almanhaj.or.id/content/1190/slash/0/hak-hak-isteri-atas-suami/ Efendi, Sofyan. E-book kumpulan dan refrensi belajar hadist, self publish

Purwanto, Arief.ADAB ISLAM DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA. http://arbin.pun.bz/adab-islam-dalam-membina-rumah-tangga.xhtml Thoyib, Muhammad. 1995. 60 pedoman rumah tangga islamy. Bandung: gema risalah press39