makalah kasus 3 blok 8b odontologi forensik

Upload: paulust-meteh

Post on 17-Feb-2018

369 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Dental traits atau karakteristik gigi manusia merupakan morfologi

    yang mengandung komponen genetis yang sangat kuat, karenanya sangat

    berguna untuk dimanfaatkan dalam mencari tahu berbagai permasalahan yang

    menyangkut faktor keturunan ataupun afinitas antar populasi. Penelitian

    dibidang ini sering diiringi dengan studi di bidang lain,misalnya di bidang

    linguistik, arkeologi, sejarah, ataupun genetika, dan berguna untuk

    memperkuat kesimpulan yang diambil. Studi mengenai morfologi dan

    karakteristik gigi di Indonesia masih belum banyak dilakukan, padahal

    Indonesia sangat kaya dengan beragam etnis yang mempunyai ragam ciri-ciri

    morfologis, dan tentunya juga ragam ciri-ciri morfologis dentisi. Sebagai

    contoh, dari sisi ras, penelitian oleh Glinka memberikan kesimpulan bahwa di

    Indonesia terdapat beberapa kelompok sub ras berdasarkan ukuran-ukuran

    antropometrisnya (Artharia, 2009).

    Inti dari proses identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen

    yang ada pada orang tersebut misalnya karakteristik alami atau ciri fisik yang

    relatif stabil seperti pola gigi, pola iris, sidik jari dan lain-lain. Karakteristik

    gigi pada seseorang dapat digunakan digunakan sebagai dasar identifikasi

    karena sangat bervariasinya struktur gigi pada manusia (Abiyanto dkk, 2011).

    Hal lain yang hampir sama adalah mengidentifikasi jasad orang yang

    telah terbakar, atau identifikasi dari bencana dalam skala besar sehingga

    banyak sekali jasad-jasad yang telah lama meninggal sehingga telah

    1

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    2/29

    2

    membusuk dan karakteristik biometrik yang masih dapat diteliti adalah gigi

    (Abiyanto dkk, 2011).

    Dalam makalah ini akan di bahas mengenai tahap-tahap pertumbuhan

    dan perkembangan gigi sulung dan permanen, struktur serta variasi

    morfologisnya, dan teknik pemeriksaan odontologi pada gigi-geligi.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung danpermanen?

    2. Bagaimana mikroskopik dan makroskopik gigi sulung dan permanen?3. Bagaimana identifikasi dan pemeriksaan penunjang odontologi forensik

    pada gigi geligi?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung danpermanen.

    2. Mengetahui mikroskopik dan makroskopik gigi sulung dan permanen.3. Mengetahui identifikasi dan pemeriksaan penunjang odontologi forensik

    pada gigi geligi.

    1.4 Hipotesa

    1. Peran odontologi forensik sebagai salah satu sarana identifikasi danpenegakan hukum

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    3/29

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penyusun gigi

    2.1.1 Bagian Mikroskopis dan Makroskopis dari gigi

    Bagian gigi secara makroskopis dan mikroskopis

    1. Secara makroskopis dilihat menurut letak email dan sementuma.

    Mahkota (korona) adalah bagian gigi yang dilapisi jaringanenamel email dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingival

    b. Akar atau radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementumdan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila danmandibula.

    c. Garis servikal atau semento-enamel junction ialah batas antarajaringan sementum dan email yang merupakan pertemuan mahkota

    dan akar gigi.

    d. Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yangruncing atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi.

    e. Tepi insisal ialah suatu tonjolan kecil dan panjang bagian koronadari gigi insisivus yang merupakan sebagaian dari permukaan

    insisivus dan yang digunakan untuk memotong makanan. Tonjolan

    atau cusp ialah tonjolan pad bagian korona gigi kaninus dan gigi

    posterior yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal

    (Itjiningsih, 1991).

    2. Secara mikroskopisa. Jaringan keras

    Ialah jaringan yang mengandung bahan kapur , terdiri dari jaringan

    email, jaringan dentin atau tulang gigi, dan jaringan sementum.

    Email dan sementum merupakan bagian luar yang melindungi

    dentin.

    b. Jaringan lunakJaringan pulpa ialah jaringan yang tedapat di dalam rongga pulpa

    sampai foremen apical umumnya mengandung bahan dasar, bahan

    3

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    4/29

    4

    perekat, sel saraf yang peka sekali terhadap rangsangan mekanis,

    termis dan kimia, jaringan limfe, jaringan ikat dan pembuluh darah

    arteri dan vena.

    c. Rongga pulpaTerdiri dari :

    1) Tanduk pulpa yaitu ujung ruang pulpa2) Ruang pulpa yaitu ruang pulpa di korona gigi3) Saluran pulpa saluran di akar gigi

    Foremen apical yaitu lubang di apeks gigi tempat masuknya

    jaringan pulpa ke rongga pulpa (Itjiningsih, 1991).

    .

    2.1.2 Nomenklatur Gigi

    Nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa cara menulis

    gigi geligi yang biasa digunakan, yaitu:

    1. Cara ZsigmondyGigi Sulung:

    V IV III II I I II II IV V

    V IV III II I I II III IV V

    2. Gigi Permanen:1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

    1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

    3. Cara WHOGigi Sulung:

    56 55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

    86 85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

    2.1.3 Perbedaan Gigi Sulung dan Permanen

    Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang

    berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    5/29

    5

    Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya sama

    pada semua gigi.

    Setiap gigi tumbuh berturut-turut mulai dari tahap bud, cup, dan tahap

    bell. Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin. Mahkota terbentuk dan

    termineralisasi, akar gigi mulai terbentuk juga. Setelah kalsifikasi akar, jaringan

    pendukung gigi, sementum, ligamentum periodontal, serta tulang alveolar

    tumbuh. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus dengan akar satu, premolar

    dengan beberapa akar atau molar dengan akar multipel. Kemudian mahkota gigi

    komplit erupsi ke rongga mulut. Pertumbuhan akar dan sementogenesis yang

    lanjut sampai gigi berfungsi dan didukung oleh struktur gigi yang tumbuh

    sempurna.

    2.1.4 Perkembangan Gigi Desidui dan Gigi Permanen

    Perkembangan gigi desidui dan gigi permanen sangat mirip, walaupun

    perkembangan gigi desidui lebih cepat daripada gigi permanen. Gigi desidui

    mulai berkembang sejak di dalam rahim dan korona mulai lengkap sebelum lahir,sementara gigi permanen mulai dibentuk saat lahir atau setelah lahir. Beberapa

    kelainan sistemik prenatal dapat mempengaruhi mineralisasi korona gigi desidui.

    Sedangkan trauma postnatal dapat mempengaruhi perkembangan korona gigi

    permanen.

    Gigi desidui berfungsi dalam mulut kira-kira sampai umur 8,5 tahun.

    Periode waktu ini dapat dibagi atas tiga periode: pertama, perkembangan mahkota

    dan akar, kedua, maturasi akar dan resorpsi akar, dan ketiga gigi tanggal. Periode

    pertama berlangsung sekitar satu tahun, periode kedua sekitar 3,75 tahun, dan

    tahap terakhir resorpsi dan pergantian gigi berlangsung sekitar 3,5 tahun.

    Sedangkan beberapa gigi permanen berada pada mulut dari umur 5 tahun sampai

    meninggal. Hal yang harus dipertimbangkan adalah molar permanen yang muncul

    di rongga mulut dari umur 25 tahun sampai tanggal pada saat individu meninggal.

    Gigi permanen berfungsi 7-8 kali sama seperti gigi desidui banyak pemisahan

    yang terjadi selama beberapa milimeter selama perkembangan gigi. Contoh dari

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    6/29

    6

    proses kompleks selama pembentukan gigi adalah tidak terjadi resorpsi pada gigi

    desidui dan pembentukan akar gigi permanen.

    Pada anak umur 6 gigi molar pertama tumbuh/formatif dan berlangsung

    sampai muncul gigi permanen dengan jumlah 28 atau 32 gigi, 20 gigi desidui

    terjadi resorpsi. Pada proses formatif, gigi desidui mengalami resorpsi dan

    regenerasi pulpa.

    2.1.4 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

    Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan

    selama siklus kehidupannya, yaitu (Harshanur, 1991):

    a. Tahap Pertumbuhan1) Tahap insiasi adalah permulaan pembentukkan kuntum gigi (bud)

    dari jaringan epitel mulut (epitelial bud stage)

    2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dariorgan enamel (cap stage)

    3)

    Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yangmengalami perubahan histologi dan susuannnya (sel-sel epitel

    bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblast, sel-sel perifer

    dari organ sentin pulpa menjadi odontoblast

    4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuksepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction uang akan

    datang, yang memberi garis luar bentuk dan ukuran korona dam

    akar yang akan datang

    b. Erupsi Intraseous1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin

    dalam lapisan dalam lapisan tambahan

    2) Tahap klasifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapangaram-garam kalsium(Harshanur, 1991).

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    7/29

    7

    c. ErupsiErupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi

    menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi

    permanen (Purba, 2004).

    Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu (Purba, 2004):

    1) Tahap praerupsiTahap praerupsi dimulai saat pembentuksn benih gigi sampai

    mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami

    pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang

    mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar

    ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan

    dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat maka

    benih gigi bergerak ke arah oklusal.

    2) Tahap prafungsionalTahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi

    mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak

    lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada

    tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan

    miring dan rotasi gigi ini bertujuan untuk meperbaiki posisi gigi

    berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami

    pertumbuhan.

    3) Tahap fungsionalTahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi

    telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah

    oklusal, mesial dan proksimal. Pergerekan gigi pada tahap

    fungsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi

    gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik

    kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan

    Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu

    sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    8/29

    8

    mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi

    Purba, 2004).

    2.2Odontologi ForensikIlmu kedokteran gigi forensic memilikibeberapa nama-nama sesuai

    dengan sumber yaitu :Forensic Dentistry, Odontology Forensic, dan Forensic

    Odontology.

    Beberapa pengertian mengenai Odontology Forensic sebagaiberikut :

    1. Menurut Arthur D. Goldman bahwa ilmu kedokteran gigi forensic adalahsuatu ilmu yang berkaitan dengan erat dengan hokum dalam penyidikan

    melalui gigi geligi.

    2. Menurut Dr. Robert Bj. Dorian bahwa ilmu kedokteran gigi forensikadalahsuatuaplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam

    memecahkan hokum perdata dan pidana.

    3. Menurut DjohansyahLukman bahwa ilmu kedokteran gigi forensik adalahterapan dari semua disiplin ilmukedokteran gigi yang berkaitan erat dalam

    penyidikan demi terapan hukum dan proses peradilan (Lukman, 2006)

    Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan cara membandingkan

    data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan orang atau jenazah tak dikenal (data

    post-mortem) dengan data gigi yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang

    diperkirakan (data ante-mortem) (Lukman, 2006)

    Data ante-mortem merupakansyaratutama yang harus ada apabila

    identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data ante-mortem

    tersebut berupa

    Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan

    keadaan gigi pada waktu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi.

    1. Fotorontgengigi.2. Cetakangigi.3. Prosthesis gigiatauorthodonsi4.

    Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    9/29

    9

    5. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah.

    Untuk data gigi post-mortem yang perludicatatpadapemeriksaanantara lain

    1. Gigi yang ada dan tidakada, bekas gigi yang tidak ada apakah masih baruatau sudah lama.

    2. Gigi yang ditambal, jenis dan klasifikasi bahan tambal.3. Anomali bentuk dan posisi.4. Karies atau kerusakan yang ada.5. Jenis dan bahan restorasi.6. Atrisi dataran kunyah gigi merupakan proses fisiologs untuk fungsi

    mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur.

    7. Gigi molar kketiga sudah tumbuh atau belum.8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis.

    a. Pencatatan Data AntemortemPencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya,biasanya

    berisikan antara lain (Lukman, 2006):

    1. Identitas pasien.2. Keadaan umum pasien.3. Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan).4. Data perawatan Kedokteran Gigi.5. Nama dokter gigi yang merawat.6. Hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan

    tindak medik (inform consent) baik praktek pribadi atau di rumah

    sakit.

    Bila menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut

    yang berisikan standar baku mutu nasional antara lain (Lukman, 2006):

    1. Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai denganalamat pekerjaan serta kelengkapan alat komunikasinya.

    2. Keadaan umum pasien yaitu berisikan tentang golongan darah,tekanan darah, kelainan-kelainan darah, kelaianan penyakit sistemik,

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    10/29

    10

    kelaianan penyakit hormonal, kelaianan alergi terhadap makanan dan

    obat-obatan, alergi terhadap debu, serta kelaianan dari virus yang

    berkembang saat ini.

    3. OdontogramSemua data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan

    nomenklatur yang baku nasional.

    4. Data perawatan kedokteran gigiyaitu berisikan waktu awal perawatan,runtut waktu kunjungan,keluhan dan diagnosa, gigi yang dirawat,

    tindakan lain yang dilakukan oleh dokter tersebut.

    5. Roentgenogram yang dimaksud adalah baik intra oral ataupun ekstraoral.

    6. Pencatatan status gigi,mempunyai kode tertentu sesuai dengan standarInterpol,dengan kata lain Kodifikasi Informasi Gigi menurut Interpol.

    7. Formulir data antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warnakuning. Didalam formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.

    B. Pencatatan Data Postmortem

    Pencatatan data postmortem menurut formulir DEPKES bewarna merah

    dengan catatan Victim Identification (identifikasi korban) pada mayat atau dead

    body ( tubuh korban) (Lukman, 2006).

    Pencatatan data postmortem ini mula mula dilakukan topografi kemudian

    proses pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan

    rongga mulut, dilakukan pencatatan rahang atas dan rahang bawah, apabila terjadi

    kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga

    lengkung rahang bebas dari lidah baru dilakukan pencetakan, untuk rahang atas

    tidak bermasalah karena lidah kaku ke bawah. Kemudian studi model rahang

    korban juga merupakan suatu bukti (Lukman, 2006).

    Pencatatan gigi pada formulir odontrogram sedangkan kelainan kelainan di

    rongga mulut dicatat pada kolom kolom tertentu. Catatan ini semua merupakan

    lampiran dari visum et repertum korban (Lukman, 2006).

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    11/29

    11

    Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu

    nasional dan internasional, setelah itu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan

    laboratoris dengan formulir baku mutu nasional pula (Lukman, 2006).

    Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratoris maka dilakukan

    pencatatan kedalam formulir lengkap barulah dapat dibuatkan suatu berita acara

    sesuai dengan KUHAP demi proses peradilan dalam menegakkan keadilan

    (Lukman, 2006).

    Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran lampirannya serta

    barang bukti dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum

    pidana (Lukman, 2006).

    2.2.1 Macam-Macam Forensik

    a. Identifikasi KomparatifIdentfikasi koparatif, yaitu apabila bersedia data post-mortem

    (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal mengenai cirri-

    ciri fisik, pakaian, identita skhusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll),

    dalam komunitas yang terbatas.

    1. Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur bedah yang sangat khusus yangterdiri dari pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat untuk menentukan

    penyebab dan carakematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau

    cedera yang mungkin ada.

    2. Ante-Mortem adalah data-data pribadi dari korban seperti cirri-cirifisik,pakaian, identitas khusus (tandalahir), bekas luka/operasi, dan sebagainya

    sebelum korban meninggal.

    b. Identifikasi RekronstruktifIdentifikasi rekonstruktif, yaitu identifikasi yang dilakukan apabila tidak

    tersedia data ante-mortem pada korban (contoh: penemuan jasad tanpa identitas)

    dan dalam komunitas yang tidak terbatas.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    12/29

    12

    2.2.2Data yang diperlukan untuk identifikasi forensikData-data yang digunakan dalam pemeriksaan odontologi forensik adalah

    sebagai berikut:

    Data antemortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila

    identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data antemortem

    tersebut berupa (Julianti dkk, 2008).

    1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram ataucatatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan,pengobatan dan

    perawatan gigi.

    2. Foto rontgen gigi3. Cetakan gigi4. Prothesis gigi atau alat orthodonsi5. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi6. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah

    Untuk data gigi postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antaara

    lain (Julianti dkk, 2008).

    1. Gigi yang ada dan tidak ada,bekas gigi yang tidak ada apakahmasih baru atau sudah lama.

    2. Gigi yang ditambal,jenis dan klasifikasi bahan tambal3. Anomali bentuk dan posisi4. Karies atau kerusakan yang ada5. Jenis dan bahan restorasi6. Atrisi dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk

    fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur

    7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis

    Kesulitan yang dijumpai adalah adanya kenyataan bahwa belum semua

    orang yang giginya terarsipkan. Selain itu keadaan gigi setiap orang berubah

    karena perkembangan, kerusakan dan perawatan (Julianti dkk, 2008).

    Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk

    membcedakan usia seseorang, jenis kelamin, golongan darah, kebiasaan tertentu

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    13/29

    13

    dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi korban yang sedang dicari atau

    untuk membenarkan/memperkuat identitas korban (Julianti dkk, 2008).

    2.2.3 Gigi berperan penting dalam forensik

    Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi sangat penting

    disebabkan karena :

    1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan danpengaruh lingkungan yang ekstrim.

    Perbedaan Tulang dengan Gigi

    a. Tulang Bagian tulang

    Substansia spongiosa (berrongga) : trabeculae Substansia compacta (padat)

    Os compactum, terdiri dari : 75% matriks anorganik / mineral (Ca) 25% matriks organik (97% kolagen, 3% air)

    2 komponen terdiri dari :

    Anorganik : calcium fosfat (hydroxyapatite :Ca(PO)(OH)), magnesium, natrium, sodium, sitrat,

    potasium, karbonat

    Organik : serabut kolagen

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    14/29

    14

    b. Gigi

    Terdiri 3 jaringan yang termineralisasi:1. Enamel

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    15/29

    15

    2. Dentin3. Cementum

    Enamel Terdiri jutaan enamel rods / prisma. DEJpermukaan mahkota Paling keras & kalsifikasi tinggi

    Komposisi kimia : 9697% bahan anorganik

    hydroxyapatite Ca(PO)(OH))

    4% bahan organik 34% air

    Kenapa gigi Terkeras

    Komposisi bahan anorganikterbesar Di dalam cavum oris Terlindung dan terbasahi oleh air liur Menurut scott (1997):

    Gigi abu pada suhu 1000F - 1200F (538C649C) Denture akrilik abu pada suhu 1000F - 1200F (538C

    649C)

    Mahkota & inlay alloy emas abu pada suhu 1600F -2000F (871C - 1093C)

    Mahkota / jembatan porselen hancur pada 2000F (1093C) Tumpatan Amalgam abu pada 1600F (871C)

    2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi danrestorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    16/29

    16

    3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatanmedis gigi (dental record) dan data radiologis.

    4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, danmorfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan

    pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut

    terlebih dahulu.

    5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitianbahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.

    6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C.7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang

    terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur,

    sedangkan giginya masih utuh.

    8. Gigi terletak dibagian yang mudah dicapai dan tidak memerlukanpersiapan khusus.

    9. Dari Gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jeniskelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, bentuk wajah atau raut muka

    korban,dan diharapkan juga dapat melakukan identifikasi terhadap korban

    itu sendiri dan memberikan kepastian terrhadap identitasnya (Julianti dkk,

    2008).

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    17/29

    17

    Gambar 1

    Pada gambar 1 menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu

    yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.

    a. UsiaGigi dapat digunakan untuk menentukan usia. Menurut Etti Indriati,

    Guru Besar Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

    ketika permukaan kunyah gigi geligi sudah aus dan enamelnya (email)

    menipis hingga menyempulkan lapisan gigi, korban diperkirakan usia 40

    tahun. Untuk usia 15-22 dapat dilihat dari perkembangan geraham bungsu

    yang pertumbuhannya bervariasi (Zaid, M. 2012)

    Penentuan usia melalui gigi juga dapat dilakukan melalui berbagai

    cara, antara lain dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi.

    Diketahui bahwa perkembangan gigi mulai dapat dipantau sejak

    mineralisasi gigi sementara, yaitu pada usia 4 bulan dalam kandungan

    hingga mencapai saat sempurnanya gigi geraham kedua tetap.

    Pemanfaatan graham bungsu mulai terbatas karena graham ini sudah

    banyak yang tidak ditemukan lagi.

    Setelah masa ini maka pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak

    banyak lagi membantu untuk penentuaan usia karena kondisinya dapat

    dikatakan menetap. Untuk menyelesaikan masalah tersebut ada 6 hal yang

    dapat membantu menentukan usia, yaitu :

    (1)Atrisi : akibat penggunaan yang rutin pada saat makan, maka

    permukaan gigi secara berlanjut akan menyalami keausan. Ausnya

    gigi ini akan bertambah, sesuai dengan pertambahan umur.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    18/29

    18

    (2) Penurunan tepi gusi sesuai dengan pertumbuhan dan pertambahan

    umur, maka tepi gusi akan bergerak ke arah ujung akar.

    (3) Pembentukan dentin sekunder : sebagai upaya perlindungan alami,

    pada dinding pulpa gigi akan dibentuk dentin sekunder, yang

    bertujuan menjaga ketebalan jaringan gigi yang melindungi pulpa.

    Semakin tua seseorang maka semakin tebal jaringan dentin

    sekunder.

    (4) Pernbentukan semen sekunder : dengan bertambahnya umur,

    terjadi pula pembentukan semen sekunder di daerah ujung akar.

    (5) Transparansi dentin : karena proses kristalisasi pada bahan mineral

    gigi, maka jaringan dentin gigi berangsur-angsur menjadi

    transparan. Proses transparan ini dimulai dari ujung akar gigi

    meluas ke arah mahkota.

    (6) Penyempitan/penutupan foramen apikalis : sejalan dengan

    pertambahan umur, foramen apikalis akan semakin menyempit,

    dan tidak jarang menutup sama sekali(Alphonsus R. Quendangen,

    1993)

    b. Ras

    Gigi dapat digunakan untuk menunjukkan ras seseorang. Hal ini

    menunjukkan perbedaan ras terletak pada ukuran gigi dan morfologi

    tulang pada langit-langit mulut (Zaid, M. 2012)

    Umat manusia di dunia, secara antropologis dibagi ke dalam 3 ras

    utama yaitu : kaukasoid, mongoloid dan negroid. Ternyata tiap ras

    memiliki ciri khas tertentu pada tubuhnya, yang membedakan satu sama

    lain. Ciri tersebut diturunkan secara genetic sesuai dengan hukum

    Mendel(Alphonsus R. Quendangen, 1993)

    Namun perlu diperhatikan, bahwa tidak ditemukan suatu ciri yang

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    19/29

    19

    mutlak hanya terdapat pada satu ras. Demikian pula dapat dikatakan

    hampir tidak akan ditemukan satu individu yang masih murni satu ras.

    Karena itu penentian ras akan lebih berhubungan dengan fenotip yang

    timbul, daripadagenotip (Alphonsus R. Quendangen, 1993)

    Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut(Julianti dkk,

    2008):

    1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyataberbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid

    dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop

    walaupun tidak terlalu jelas.

    2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusalpremolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.

    3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%mongoloid.

    4. Lengkungan palatum berbentuk elips.5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus

    Gambar 2.

    Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut: (Julianti

    dkk, 2008)

    http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/gambar-3.jpg
  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    20/29

    20

    1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari

    mandibula.

    3. Maloklusi pada gigi anterior.4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.5. Dagu menonjol.

    Gambar 3

    Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut (Julianti dkk,

    2008)

    1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.2. Sering terdapat open bite.3. Palatum berbentuk lebar.4. Protrusi bimaksila.

    Di bawah ini merupakan contoh gambaropen bite (Julianti dkk, 2008)

    Gambar 4

    http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/gambar-5.jpghttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/gambar-4.jpghttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/gambar-5.jpghttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/gambar-4.jpg
  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    21/29

    21

    c. Jenis Kelamin

    Penentuan jenis kelamin secara umum, dapat dilakukan dari tanda--

    tanda fisik seksual. Namun dalam hal jaringan lunak telah hilang, maka

    penentuan pada tulang dapat dilakukan dari beberapa tulang, khususnya

    tulang panggul.

    Beberapa peneliti juga menyatakan adanya ciri khas antara lain :

    (1) Bentuk lengkung gigi pada pria cenderung meruncing, sedangkan

    pada wanita, cenderung oval.

    (2) Ukuran cervico-incisival di bagian mesio distalpada gigi taring

    bawah, pada pria lebih besar (kurang lebih 1,5), sedangkan wanita

    lebih kecil (kurang lebih 1).

    (3) Beberapa ahli juga merujuk pernyataan Leon Williams di bidang

    prostetik, bahwa bentuk gigi seri pertama atas adalah kebalikan

    bentuk wajah, sehingga bentuk gigi seri pria cenderung maskulinsedangkan wanita cenderung feminism(Alphonsus R. Quendangen,

    1993)

    Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada

    wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari

    7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk

    membedakan jenis kelamin (julianti dkk, 2008).

    d. Golongan darah

    Penentuan golongan darah dari gigi didasarkan adanya jaringan

    pulpa di dalam gigi. Bergantung pada bagaimana kondisi jaringan

    pulpa ini, penentuan golongan dapat dilakukan dengan berbagai cara

    yaitu :

    (1) Jika pulpa masih ditentukan dalam keadaan segar, maka darah

    dapat langsung diambil, untuk penentuan golongan darah dengan

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    22/29

    22

    cara biasa.

    (2) Jika ditemukan hanya pulpa yang sudah mengering, dapat

    diusahakan melalui prosedur yang sama seperti pengolahan bercak

    darah pada kain/darah mengering.

    (3) Bila keadaanpulpa sudah demikian rusak, atau bahkan sudah tidak

    ditemukan lagi, maka dapat dilakukan dengan bantuan cara

    absorption-ilution. Cara ini dilakukan dengan cara mengambil

    jaringan dentin dalam ruang pulpa, yaitu bagian dinding yang

    melekat pada jaringan pulpa. Jaringan dentin tersebut diabsorpsi

    semalam suntuk dengan larutan khusus, kemudian disentrifus.

    Endapan yang kemudian terbentuk diambil untuk penentuan

    golongan darah(Alphonsus R. Quendangen, 1993)

    e. Kebiasaan/pekerjaan

    Ada beberapa pekerjaan atau kebiasaan yang meninggalkan

    tanda-tanda tertentu pada gigi, sehingga dapat memberikan petunjuk

    untuk mengenali si korban, misalnya :

    (l) Pekerjaan rutin di pabrik batu baterai mengakibatkan pewarnaan

    gelap pada tepi ginggiva akibat terlalu banyak berkontak dengan

    timah hitam.

    (2) Pekerjaan penata rambut atau tukang sepatu yang mempunyai

    kebiasaan menggunakan gigi untuk membuka jepitan rambut atau

    mempersiapkan paku sepatu, akan menyebabkan tanda-tanda hair-

    dresser teeth atau shoemakers teeth berupa lekuk-lekuk pada

    permukaan gigi berukuran sebesar jepitan rambut dan paku sepatu.

    (3) Kebiasaan merokok, telah diketahui rokok menyebabkan

    pewarnaan pada akibat asap rokok yang dihisap(Alphonsus R.

    Quendangen, 1993)

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    23/29

    23

    f. Ciri khas

    Kadang-kadang ada hal-hal spesifik yang dapat segera

    menunjukan pada seseorang tersebut, misalnya jika terdapat sejumlah

    perawataan gigi di dalam mulut, dan ditemukan rekam data gigi

    tersebut dapat menentukan identitas seseorang dengan pasti, selain itu

    juga terdapat tanda-tanda spesifik tertentu yang akan segera dikenali

    oleh orang-orang terdekat dengan si korban, misalnya ompong pada

    depan, gigi yang kecil dan lain-lain. Ciri-ciri tersebut dapat

    membimbing identifikasi setelah didukung berbagai data yang

    lain(Alphonsus R. Quendangen, 1993)

    g. Sidik jari DNA

    Akhir-akhir ini dikembangkan cara identifikasi dengan melalui

    analisis DNA. Ternyata dengan cara khusus, DNA dapat pula diisolasi

    dari jaringan gigi. Melalui analisis DNAprofilingini, dapat ditentukan

    hubungan kekeluargaan antara anak dengan bapak danibunya(Alphonsus R. Quendangen, 1993).

    2.2.3 Syarat gigi dalam ForensikGigi memenuhi syarat untuk dapat dijadkan sarana identifikasi karena

    mempunyai faktor(julianti dkk, 2008).

    1. Derajat individualitas yang tinggiBerdasarkan perhitungsn dan penelitian untuk menentukan orang yanggiginya sama giginya adalah satu per dua triliyun. Adanya pola erupsi

    dengan 20 gigi susu dan 32 gigi geligi, perubahan karena kerusakan atau

    tindakan perawatan serta ciri khas seperti lngkung gigi membuat gigi

    merupakan ciri khas tiap-tiap orang.

    2. Derajat kekuatan dan ketahanan terhadap berbagai pengaruh kerusakan.Identifikasi dengan sarana gigi sangat mungkin dilakukan karena sifat gigi

    yang sangat kuat dan tahan terhadap berbagai pengaruh kerusakan. Hal ini

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    24/29

    24

    karena gigi tersusun dari bahan anorganik dan tempatnya yang trlindung

    oleh mulut yang cukup memberikan perlindungan.

    2.2.4 Identifikasi dan pemeriksaan Odontologi Pada Gigi

    Macam-macam Identifikasi :

    1. Identifikasi korban melalui gigi berdasarkan pekerjaan menggunakan gigiBagi mereka yang mempunyai pekerjaan dengan menggunakan gigi antara

    lain tukang jahit, piata rambut / pegai salon, tukang kayu maka akan

    terlihat atrisi permukaan aclusi sesuai dengan benda keras yang digunakan

    dalam pekerjaannya.

    a. Misalnya tukang jahit akan menggigit jarum baik diameter kecil sampaibesar

    Gambar 5

    Memperlihatkan seorang penjahit sedang menggigit jarum sehingga atrisi

    insisal berongga sesuai dengan diameter jarum.

    b. Bagi penata rambut atau yang biasa disebut caster maka akan terlihat padagigi insisif sentral khususnya, umumnya gigi insisif sentral lateral. Suatu

    atrisi pada gigi atas dan bawah yang berbentuk rongga sesuai dengan

    penjepit rambut karena ia sebelum menata rambut tamunya, ia menggigit

    jepit rambut beberapa buah pada gigi insisifnya, rongga tersebut sesuai

    dengan jepit rambut yang besar.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    25/29

    25

    Gambar 6. Memperlihatkan seorang penata rambut (caster) sedang

    menggigit sehingga rongga atrisi gigi insisif persis seperti bentuk jepit

    rambut

    c. Bagi pekerja bangunan khusunya yang dianggap sebagai tukang kayumaka ia dalam melakukan pekerjaannya sebelum memaku kayu akan atau

    papan ia akan menggigit atau paku pada gigi depannya. Maka gigi

    depannya tersebut akan teratrisi berbentuk bulat sesuai dengan paku yang

    digunakan, derajat atrisi bisa kecil sampai dengan besar sesuai dengan

    diameter paku.

    Gambar 7. Memperlihatkan artisi gigi insisif ada dua buah rongga yaitu

    satu rongga bekas gigit paku dengan diameter agak besar sedangkan

    lainnya rongga artrisi agak kecil karena menggigit paku diameter agak

    kecil.

    Data-data ini dicatat ke dalam odontogram yang terdapat kolom-kolom

    catatan untuk rongga mulut sehingga tim identifikasi akan segera

    mengetahui bahwa ia mempunyai pekerjaan sesuai dengan bentuk atrisi

    pada gigi atas dan bawah.

    2. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    26/29

    26

    Dalam identifikasi wajah korban haruslah dilakukan rekontruksi

    gigi ke dalam soket tulang rahang apabila giginya terlepas setelah semua

    lengkung gigi terekonstruksi barulah dilakukan rekonstruksi tulang rahang

    atas maupun rahang bawah terhadap tulang tengkorak terutama fiksasi

    rahang bawah terhadap rahang atas dan terhadap tulang kepala.

    Apabila prosesus condoloideus atau ramus ascenden mandibulanya patah

    dan tidak ditemukan maka harus dibuat dengan bahan yang keras atau

    acrilik sehingga prosesus codoloideus buatan tersebut dapat difiksasai ke

    tulang kepala (Lukman, 1994).

    3. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelakuMenurut Lukman pada tahun 2003 pola gigitan mempunyai suatu

    gambaran dari anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan

    pola gigitan pada jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan

    maupun manusia yang masing-masing individu sangat berbeda (Lukman,

    1994).

    Klasifikasi Pola Gigitan

    Pola gigtan mempunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan

    pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas,yaitu :

    1) Kelas 1Pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisif dan kaninus.

    Gambar 8 . Memperlihatkan pola gigi seri sentralis dan naturalis

    dan kaninus denga jarak sesuai dengan susunan gigi geliginya.

    2) Kelas II

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    27/29

    27

    Pola gigitan kelas II seperti pola gigiyan kelas I tetapi terlihat pola

    gigitan cups bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp

    lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.

    Gambar 9. Memperlihatkan pola gigitan dari gigi insisif, kaninus,

    dan cusp premolar rahang atas dan rahang bawah.

    3) Kelas IIIPola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu

    permukaan gigi insisif telah menyatu akan tetapi dalamnya luka

    gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

    Gambar 10. Memperlihatkan permukaan kulit dengan luka sesuai

    dengnan garis gigitan gigi insisif dan kaninus sedangkan gigi

    premolar lebih mempunyai luka lebih dalam.

    4) Kelas IVPola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah

    kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola

    gigitan irregular.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    28/29

    28

    Gambar 11. Memperlihatkan ketidakteraturan dari keparahan

    derajat pola gigitan dari gigi kaninus dan insisif yang sangat dalam

    baik pada rahang atas maupun rahang bawah sedangkan pola

    gigitan gigi premolar kedua cusp hamper menyatu.

    5) Kelas VPola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisif,

    kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

    Gambar 12. Memperlihatkan pola luka gigitan yang sangat lebar

    serta ketidakteraturan dari semua gigi depan dan premolar.

    6) Kelas VIPola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari

    gigi rahang atas dan bawah dan jaringan kulit serta jaringan ototterlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dam pembukaaan mulut.

  • 7/23/2019 Makalah Kasus 3 Blok 8b odontologi forensik

    29/29

    29

    Gambar 13. Memperlihatkan luka akibat pola gigitan sangat dalam

    dan buas pada jaringan kulit dan jaringan ikat terlepas seluruhnya.

    4. Identifikasi golongan darah korban dan pelaku melalui salivaIdentifikasi golongan darah korban melalui saliva haruslah dibuat

    sediaan ulas pada TKP maupun pada korban yang masih terdapat saliva

    baik masih basah maupun sudah kering.

    Identifikasi golongan darah dari saliva yang disebut juga sebagai saliva

    washing atau analisa air liur maka sediaan ulas yang tim identifikasi buat

    haruslah dikirim ke laboratorium serologis, apabila saliva tersebut secretor

    maka dapat diketahui golongan darah dari saliva tersebut. Apabila saliva

    tersebut non secretor maka sulit ditentukan golongan darah oleh karena

    terlampau banyak kemungkinan yang mempengaruhinya (Lukman, 1994).