makalah mandiri pbl

Upload: mirah-wilayadi

Post on 17-Oct-2015

141 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

MAKALAH MANDIRI PBL

MAKALAH MANDIRI PBL

BLOK 17 HEPATOBILIER

Oleh : Yoseph A.K / 102008015

I. PENDAHULUAN

Istilah hepatitis kronik mencakup sekelompok kelainan hati yang memperlihatkan proses peradangan dan nekrosis hati yang aktif dan kronik yang berlangsung terus menerus tanpa penyembuhan dalam waktu minimal selama 6 bulan, dengan etiologi, perjalanan penyakit dan cara terapi yang berbeda. Diagnosis hepatitis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologis jaringan hati. Apapun etiologinya akan ditemukan gambaran dasar kelainan histologik yang sama. Selain itu pemeriksaan histopatologis jaringan hati sangat diperlukan untuk menentukan tingkat morfologi penyakit pada saat tersebut. Pentingnya ditegakkan diagnosis hepatitis kronik ini, dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya sirosis hati dan karsinoma hati primer. Sebagian besar pasien sirosis hati meninggal akibat perdarahan varises esophagus yang masif dan/atau kegagalan hati. Sedangkan karsinoma hati primer sebagian besar disertai sirosis hati seringkali baru diketahui atau prognosisnya selalu jelek. Secara tidak langsung data ini menunjukkan bahwa hepatitis merupakan masalah yang memerlukan pengelolaan serius.

Dalam 10 tahun terakhir telah terjadi perubahan besar dalam pengertian, diagnosis serta klasifikasi hepatitis B kronik. Perubahan ini sangat besar pengaruhnya terhadap penatalaksanaan pasien. Salah satu yang mendasar adalah tentang perubahan definisi hepatitis B kronik. Pada saat ini definisi hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B (VHB) lebih dari 6 bulan, sehingga istilah carrier sehat (healthy carrier) tidak dianjurkan lagi.

Hepatitis B kronik merupakan masalah kesehatan besar terutama di Asia, dimana terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300 juta individu HBsAg positif menetap di seluruh dunia. Di Asia sebagian besar pasien hepatitis B kronik mendapat infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik, ditandai dengan sirosis yang ireversibel.II. PEMERIKSAAN

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIKHati

Karena sebagian besar hati (hepar) dilindungi oleh dinding iga, pemeriksaan sulit dilakukan. Namun, besar serta bentuk hati dapat diperkirakan melalui perkusi dan mungkin palpasi, dengan tangan yang melakukan palpasi ini, Anda dapat mengevaluasi permukaan hati, konsistensinya, serta nyeri taka pada hati.

Perkusi

Ukur rentang waktu vertikal pekak hati pada linea midklavikularis kanan. dimulai pada ketinggian di bawah umbilikus (pada daerah timpani, bukan pada daerah redup), lakukan perkusi ringan ke arah atas menuju daerah hati. Pastikan lokasi bunyi redup yang menunjukkan tepi bawah hati (margo inferior hepar) pada linea midklavikularis tersebut.

Selanjutnya, kenali tepi atas daerah pekak hati pada linea midklavikularis. lakukan perkusi ringan mulai dari daerah sonor paru ke bawah menuju daerah pekak hati. Jika perlu, sisihkan payudara pada pasien wanita secara hati-hati agar Anda merasa yakin bahwa perkusi benar-benar dimulai di daerah sonor.

Kini, ukur dalam satuan sentimeter jarak antara dua titik yang Anda ditemukan-jarak ini merupakan rentang vertikal pekak-hati (liver dullness). Rentang hati yang normal, seperti terlihat di bawah, umumnya berukuran lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita dan pada orang yang bertubuh tinggi dibandingkan pada orang yang bertubuh pendek. Jika hati tampak membesar, tentukan tepi bawah hati dengan melakukan perkusi pada daerah lainnya.

Meskipun perkusi mungkin merupakan metode klinis yang paling akurat untuk memperkirakan ukuran vertikal hati, perkusi sering menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan keadaan hati yang sebenarnya.

Palpasi

Letakkan tangan kiri Anda di belakang tubuh pasien dalam posisi sejajar dengan dan menyangga iga ke-11 dan ke-12 kanan serta jaringan lunak di bawahnya. Jika perlu, ingatkan kepada pasien untuk melemaskan tubuhnya pada tangan Anda. Dengan menggunakan tangan kiri untuk mengangkat bagian tubuh tersebut ke atas, hati pasien dapat diraba dengan lebih mudah oleh tangan yang lain.

Tempatkan tangan kanan Anda pada sisi kanan abdomen pasien di sebelah lateral muskulus rektus sementara ujung jari-jari tangan Anda berada di sebelah inferior tepi bawah pekak hati. Sebagian pemeriksa lebih suka mengarahkan jari-jari tangan mereka ke atas ke arah kepala pasien, dan sebagian lainnya lebih suka posisi yang sedikit lebih miring seperti terlihat pada halaman berikutnya. Pada keduanya, lakukan penekanan secara hati-hati ke bawah dan ke atas.

Minta pasien untuk menarik napas dalam. Coba untuk meraba bagian tepi hati ketiga struktur ini bergerak menyentuh ujung jari-jari tangan Anda. Jika Anda merasakannya, kendurkan sedikit tekanan yang dilakukan oleh tangan Anda agar hati dapat menyusup di bawah permukaan ventral jari tangan Anda dan dengan demikian Anda dapat meraba permukaan anteriornya. Perhatikan setiap nyeri tekan yang terjadi. Jika hati pasien dapat diraba sepenuhnya, bagian tepi hati yang normal akan terasa lunak, tajam, serta teratur dengan permukaan hati licin. Hati yang normal mungkin memberi rasa sedikit nyeri ketika ditekan.

Pada saat inspirasi, hati dapat diraba sekitar 3 cm di bawah margo kostalis kanan pada linea midklavikularis.

Sebagian orang bernapas dengan menggunakan dadanya daripada diafragma. barangkali kita harus melatih mereka untuk bernapas dengan perutnya yang akan membawa hati-di samping lien dan ginjal-ke dalam posisi yang bisa diraba pada saat inspirasi.

Coba untuk menelusuri tepi hati ke arah lateral dan medial. Namun, palpasi melalui muskulus rektus tidak mudah dilakukan. Jelaskan atau buat sketsa tentang bagian tepi hati dan ukur jaraknya dari margo kostalis kanan pada linea midklavikularis.

Untuk meraba hati, Anda dapat mengubah-ubah tekanan menurut ketebalan dan resistensi dinding abdomen pasien. Jika tidak dapat merabanya, gerakkan tangan yang melakukan palpasi itu lebih dekat dengan margo kostalis dan coba sekali lagi untuk merabanya.

Teknik mengait (hooking technique) mungkin membantu, terutama pada pasien obesitas. Berdirilah di sebelah kanan dada pasien. Letakkan kedua tangan bersebelahan pada abdomen kanan di bawah batas pekak hati. Tekan dengan jari-jari tangan Anda dan angkat menuju margo kostalis. Minta pasien utnuk menarik nafas dalam. Bagian tepi hati yang terlihat di bawah ini dapat teraba oleh bantalan jari-jari kedua tangan Anda.

Menilai Nyeri Tekan pada Hati yang Tidak Teraba. Tempatkan tangan kiri anda dalam posisi yang rata pada dinding iga kanan bawah dan kemudian dengan permukaan ulnaris kepalan tangan kanan Anda, pukul tangan kiri itu dengan perlahan. minta pasien untuk membandingkan perasaan yang timbul dengan yang disebabkan oleh pukulan yang sama pada sisi sebelah kiri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

Pemeriksaan kimia darah untuk faal hati dan imunoserologi penyakit hati

Imunoserologi

1. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)

Adalah material permukaan/kulit virus hepatitis B berisi protein yang dibuat oleh sitoplasma sel hati yang terkena infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan selama infeksi akut, karier dan hepatitis B kronik. HBsAg tidak infeksius tetapi justru merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.

Apabila ditemukan +(positif) pada darah berarti pasien mengidah HBV (Hepatitis virus B). HBsAg muncul/menjadi + setelah 6 minggu dari infeksi dan menghilang dalam 3 bulan. Apabila HBsAg tetap ada lebih dari 6 bulan berarti menjadi kronis atau karier.2. HBeAg

Adalah antigen yang beredar dalam darah dan lebih terkait dengan core virus. Apabila positif (+) menunjukan terjadinya sintesis virus dan infeksi terus berlanjut. Apabila positif lebih dari 10 minggu akan berlanjut ke hepatitis virus B kronis. Apabila kondisi tubuh baik dan timbul antibodi maka HBeAg biasanya negatif (-). Dalam epidemiologi pemeriksaan HBeAg sangat diperlukan untuk melihat tingkat penyebaran/penularan, karena HBeAg (+) diperkirakan mempunyai potensi untuk menularkan secara vertikal maupun horisontal.

3. Anti HBeAgAntibodi terhadap antigen HBeAg yang dibentuk oleh tubuh. HBeAg (+) menunjukan bahwa virus hepatitis B berada pada fase non replikatif.

4. HBcAg

Adalah antigen core (inti) virus hepatitis B yang berupa protein dan dibuat dalam inti sel hati yang terinfeksi. HBcAg (+) menunjukan keberadaan protein dari inti virus hepatitis B.

5. Anti HBcAg

Merupakan antibodi terhadap HBcAg, biasanya muncul lebih dini daripada HBsAg, dan cenderung menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Anti HBcAg (+) menunjukan adanya antibodi terhadap protein core virus. Dalam titer tinggi menunjukan infeksi akut, pada titer menetap berarti infeksi kronis dan pada titer rendah berati ada riwayat infeksi. Anti HBcAg (+) pada titer tinggi disertai HBsAg (-) negatif menunjukan adanya infeksi hepatitis B persisten.

6. DNA HBV +

Menunjukan masih adanya partikel virus B yang utuh dalam tubuh manusia.

7. Anti HBsAg

Adalah antibodi terhadap HBsAg yang muncul setelah secara klinis menderita Hepatitis B. Anti HBsAg (+), menunjukan adanya antibodi terhadap virus hepatitis B yang berarti memberi perlindungan dari penyakit hepatitis B. apabila Anti HBsAg (+) menetap akan memberi perlindungan terhadap infeksi HBV. Apabila titer menurun menunjukan perlunya imunisasi ulang. Anti HBsAg (+) tanpa pernah di imunisasi hepatitis B berarti orang tersebut pernah terkena virus hepatitis B.

8. Partikel Dane

Merupakan partikel yang tersusun dari core DNA dan selubung protein dari virus Hepatitis B yang infeksius.

9. HCV/HVC

Adalah virus hepatitis C yang beredar dalam sirkulasi. Apabila HVC (+) menunjukan paseien mengidap infeksi hepatitis virus C.

10. Anti HVC

Adalah antibodi terhadap virus hepatitis C. apabila Anti HVC (+) menunjukan adanya perlindungan terhadap infeksi virus hepatitis C.

11. Anti HAV-IgM dan Anti HAV-IgG

Adalah pemeriksaan terhadap virus hepatitis A, HAV-IgM (+) menunjukan adanya infeksi akut, dan HAV-IgG menunjukan keterkaitan dengan pembentukan kekebalan.

Kimia Darah untuk Faal Hati

1. SGOT dan SGPT (lihat isoenzim)

2. Gama GT (Gama Globulin Test)

Pemeriksan terhadap kadar protein pengangkut antibodi yaitu globulin jenis gama. Gama-GT yang meningkat menunjukan tubuh aktif membentuk perlawan terhadap infeksi yang telah terjadi. Gama-GT yang menurun menandakan ketahanan tubuh terhadap penyakit menurun. Nilai normal untuk semua jenis globulin : 1,5 3,0 gr/dl.

3. Fosfatase Alkalis (ALP)

Adalah enzim yang aktif menghidrolisir senyawa ester monofosfat, aktif dalam media alkalis, dijumpai pada tulang, darah, ginjal, mamae, lien, paru-paru dan adrenal.a. Nilai normal (Kinetik 37 Der.C) :

Pria

: 53 128 U/L

Wanita : 42 98 U/L

b. Nilai tinggi (> 10x nomal/n) biasanya pada sirosis biliare, obstruksi saluran empedu oleh tumor.

c. Nilai sedang (3 10x n) : obstruksi saluran empedu oleh batu

d. Nilai rendah ( 100.000 atau 105 kopi/ml) dengan tanda-tanda aktivitas penyakit. Pada kelompok pasien tersebut didapatkan mutasi pada daerah precore dari genom VHB yang menyebabkan HBeAg tidak bisa diproduksi. Mutasi tersebut dinamakan mutasi precore. Berdasarkan status HBeAg , hepatitis B kronik dikelompokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negative.

Hepatitis B kronik HBeAg negative sering ditandai dengan perjalanan penyakit yang berfluktuasi dan jarang mengalami remisi spontan. Karena itu pasien dengan HBeAg negative dan konsentrasi DNA VHB tinggi merupakan indikasi terapi ativirus. Pada pasien dengan infeksi VHB mutan precore mungkin masih ada sisa sisa VHB tipe liar yang belum mengalami mutasi.

Gambaran klinis

Gambaran klinis hepatitis B kronik sangat bervariasi. Pada banyak kasus tidak didapatkan keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati hasilnya normal. Pada sebagian lagi didapatkan hepatomegali atau bahkan splenomegali atau tanda tanda penyakit hati kronis lainnya, misalnya eritema palmaris dan spider nervi, serta pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan kenaikan konsentrasi ALT walaupun hal itu tidak selalu didapatkan. Pada umumnya didapatkan konsentrasi bilirubin yang normal. Konsentrasi albumin serum umumnya masih normal kecuali pada kasus yang parah.VI. PENGOBATAN HEPATITIS B KRONIS

Tujuan terapi hepatitis B kronis adalah untuk mengeliminasi secara bermakna replikasi VHB dan mencegah progresi penyakit hati menjadi sirosis yang berpotensial menuju gagal hati, dan mencegah karsinoma hepatoseluler (KHS).

Sasaran pengobatan adalah menurunkan kadar HBV DNA serendah mungkin, serokonversi HBeAg dan normalisasi kadar ALT.

Sasaran sebenarnya adalah menghilangnya HBsAg namun sampai saat ini keberhasilannya hanya sebesar 1 5 % sehingga sasaran tersebut tidak digunakan.

Sesuai dengan rekomendasi the American Association for the Study of Liver Disease terapi diberikan pada penderita hepatitis B kronis, dengan syarat :

1) HBeAg positif dan HBV DNA > 105 kopi/ml dan kadar ALT >2x normal

2) HBeAg positif dan HBV DNA > 105 kopi/ml dan kadar ALT 105 kopi/ml dan kadar ALT >2x normal

4) penderita sirosis hati dengan HBV DNA > 105 kopi/ml

Saat ini ada 5 jenis obat yang direkomendasikan untuk terapi hepatitis B kronis di Amerika Serikat yaitu, interferon alfa-2b, lamivudin, adefovir dipivoxil, entecavir, dan peginterferon alfa-2a.

Hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan obat adalah keamanan jangka panjang, efikasi dan biaya. Walaupun saat ini pilihan terapi hepatitis B kronis menjadi lebih banyak, namun persoalan yang masih belum terpecahkan adalah problem resistensi obat dan tingginya angka relaps saat terapi dihentikan.

Interferon

Interferon tidak memiliki khasiat antivirus langsung tetapi merangsang terbentuknya berbagai macam protein efektor yang mempunyai khasiat antivirus. Berdasarkan studi meta analisis yang melibatkan 875 pasien hepatitis B kronis dengan HBeAg positif, serokonversi HBeAg terjadi pada 18%, penurunan HBV DNA terjadi pada 37% dan normalisasi ALT terjadi 23%. Salah satu kekurangan interferon adalah efek samping pada terapi kronis (neurotoxic) dan pemberian secara injeksi. Dosis interferon 5 10 juta MU 3 kali/ minggu selama 16 minggu.Lamivudin

Lamivudin merupakan antivirus melalui efek penghambatan transkripsi selama siklus replikasi virus hepatitis B. pemberian lamivudin 100mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA, normalisasi ALT, seronkonversi HBeAg dan mengurangi progresi fibrosis secara bermakna dibandingkan placebo. Namun lamivudin memicu resistensi.

Dilaporkan bahwa resistensi terhadap lamivudin sebesar lebih dari 32% setelah terapi selama satu tahun dan menjadi 57% setelah terapi selama 3 tahun.

Risiko resistensi terhadap lamivudin meningkat dengan makin lamanya pemberian. Dalam suatu studi di Asia, resistensi genotip meningkat dari 14% pada tahun pertama pemberian lamivudin, menjadi 38%, 49%, 66%, dan 69% masing masing pada tahun ke 2,3,4 dan 5 terapi.

Adefovir

Adefovir merupakan analog asiklik dari deoxyadenosine monophosphate (dAMP), yang sudah disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai anti virus terhadap hepatitis B kronis. Cara kerjanya adalah dengan menghambat amplifikasi dari cccDNA virus. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 10mg/hari oral paling tidak selama satu tahun.

Disimpulkan bahwa adefovir memberikan hasil lebih baik secara signifikan dalam hal : respon histology, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg dan penurunan kadar HBV DNA. Keamanan adefovir 10mg sama dengan placebo.

Pada kelompok yang mendapatkan adefovir selama 144 minggu efikasinya dapat dipertahankan dengan resistensi sebesar 5,9%. Kelebihan adefovir dibandingkan lamivudin, disamping risiko resistensinya lebih kecil juga adefovir dapat menekan YMDD mutant yang resisten terhadap lamivudin.Peginterferon

Lau et al melakukan penelitian terapi peginterferon tunggal dibandingkan kombinasi pada 841 penderita hepatitis B kronis. Kelompok pertama mendapatkan peginterferon alfa-2a (Pegasys) 180 ug/minggu + placebo tiap hari, kelompok ke dua mendapatkan peginterferon alfa-2a (Pegasys) 180ug.minggu + lamivudin 100mg/hari dan kelompok ketiga memperoleh lamivudin 100mg/hari selama 48 minggu. Hasilnya pada akhir minggu ke 48 yaitu :

1.serokonversi HBeAg tertinggi pada peginterferon tanpa kombinasi yaitu 27% dibandingkan kombinasi (24%), dan lamivudin tunggal (20%)2. respon virology tertinggi pada peginterferon + lamivudin (86%)

3. normalisasi ALT tertinggi pada lamivudin (62%)

4. respon HBsAg pada minggu ke 72 : peginterferon tunggal 8 pasien, terapi kombinasi 8 pasien dan lamivudin tidak ada serokonversi

5. resistensi (mutasi YMDD) pada minggu ke 48 didapatkan pada 69 (27%) pasien dengan lamivudin, 9 pasien (4%) pada kelompok kombinasi.

6. efek samping relatif minimal pada ketiga kelompok (serokonversi HBeAg, normalisasi ALT, penurunan HBV DNA dan supresi HBsAg), peginterferon memberikan hasil lebih baik dibandingkan lamivudin

Analog nucleotide lainnya

Disamping entecavir saat ini beberapa obat antivirus sedang dalam tahap penelitian seperti : telbivudin, emtricitabine, clevudine dan LB 80380 (ANA 380). Berdasarkan studi acak buta, telbivudine 400-800 mg selama 52 minggu dapat menurunkan HBV DNA sampai 6 logs, dan risiko timbulnya mutasi YMDD turun sebesar 4,9%. Emtricitabine yang merupakan derivate lamivudin mempunyai potensi dan peluang yang hamper sama dengan lamivudin dalam memicu terjadinya mutasi YMDD. Clevudine yang merupakan analog pirimidin, sedang dalam studi fase II. Pemberian clevudine 100-200 mg/hari selama 28 hari dapat menurunkan 3 logs HBV DNA.

VII. KOMPLIKASI

Sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B

Pada beberapa titik, bagaimanapun, hepatitis kronis dapat maju ke sirosis (luka parut atau fibrosis yang parah) hati. Pasien-pasien ini kemudian dapat mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan yang abnormal pada pemeriksaan fisik) dari sirosis. Contohnya, mereka dapat menjadi lemah, lelah, dan peka terhadap infeksi-infeksi. Mereka dapat juga kehilangan massa otot, terutama pada pundak-pundak dan kaki-kaki bagian atas. Faktanya, mereka dapat mengembangkan nutrisi yang buruk dan kehilangan berat badan dari pencernaan yang abnormal, penyerapan yang kurang baik/malabsorpsi, atau metabolisme nutrisi hati yang abnormal. Jadi, kekurangan-kekurangan dapat terjadi, contohnya, dari vitamin A, yang menyebabkan gangguan penglihatan waktu malam, atau dari vitamin D, yang menyebabkan penipisan tulang belakang (spine) atau tulang-tulang pinggul (osteopenia). Pasien-pasien dengan sirosis juga seringkali mengembangkan bukti yang nyata (stigmata) dari sirosis, termasuk payudara-payudara yang bengkak (gynecomastia), buah-buah pelir yang kecil (atrophic), telapak-telapak tangan yang merah (palmar erythema), dan pembuluh-pembuluh yang membesar secara karakteristik pada kulit (spider angioma).

Kanker Hati Primer Virus Hepatitis B (hepatocellular carcinoma)

Akhirnya, kanker hati dapat berkembang pada pasien-pasien yang terinfeksi virus hepatitis B kronis sebagai suatu komplikasi dari sirosis yang telah lanjut. Kanker hati primer (berasal dari hati) ini paling mungkin terjadi pada orang-orang dengan reproduksi virus hepatitia B yang aktif, terutama pada individu-individu Chinese dan Hitam. Cara bagaimana kanker berkembang tidak dimengerti sepenuhnya. Diperkirakan, bagaimanapun, bahwa DNA virus hepatitis B entah bagaimana menjadi menyatu kedalam DNA sel hati pasien.

Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari kanker hati adalah sakit perut dan suatu hati yang bengkak dan membesar, kehilangan berat badan, dan demam. Sebagai tambahan, tumor-tumor hati dapat menghasilkan dan melepaskan sejumlah senyawa-senyawa, termasuk satu yang menyebabkan peningkatan sel-sel darah merah (erythrocytosis), gula darah yang rendah (hypoglycemia), dan kalsium darah yang tinggi (hypercalcemia). Tes-tes penyaringan (screening) diagnostik yang paling bermanfaat untuk kanker hati adalah suatu tes darah alpha-fetoprotein dan suatu studi gambar ultrasound dari hati. VIII. PROGNOSIS

Prognosis sejalan dengan beratnya penyakit. Pada pasien wanita biasanya penyakit lebih ringan. Adanya asites, ikterus, atau perdarahan varises esophagus menunjukkan adanya sirosis dan merupakan pertanda buruk. Usia lebih dari 40 tahun juga berpengaruh kurang baik terhadap prognosis. Komplikasi yang ditakuti ialah karsinoma hati primer. Hal ini harus dicurigai bila keadaan pasien tiba tiba memburuk dengan keadaan umum menjadi amat lemah, perasaan nyeri dan terutama jika benjolan pada abdomen kanan atas, berat badan menurun, asites, dan edem kedua tungkai.IX. PENCEGAHAN

Hepatitis B adalah suatu penyakit yang dapat dicegah. Terpenting, praktek-praktek perlindungan spesifik harus dipromosikan untuk menghindari risiko penularan virus secara seksual atau oleh darah yang tercemar. Sebagai tambahan, dua tipe dari immunoprophylaxis (pencegahan dengan metode-metode imunologi) tersedia untuk mencegah virus hepatitis B. Yang satu adalah perlindungan pasif, dimana antibodi-antibodi terhadap virus hepatitis B diberikan kepada pasien. Yang lainnya adalah perlindungan aktif, atau vaksinasi, yang menstimulasi tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodinya sendiri.

Keefektifan Vaksinansi Untuk Hepatitis B

Untuk perlindungan aktif, atau vaksinasi, suatu antigen virus hepatitis B virus yang tidak berbahaya diberikan untuk menstimulasi sistim imun tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodi yang melindungi terhadap virus hepatitis B. Vaksin dengan demikian mencegah infeksi virus hepatitis B. Vaksin-vaksin virus hepatitis B yang pertama diturunkan dari plasma yang disatukan (gabungan) yang diperoleh dari orang-orang dengan tingkat-tingkat HBsAg yang tinggi. Vaksin-vaksin yang sekarang tersedia di Amerika dibuat (disintesis) menggunakan teknologi penggabungan-ulang (recombinant) DNA (menggabungkan segmen-segmen DNA). Vaksin-vaksin recombinant hepatitis B ini (Energix-B dan Recombivax-HB) dikonstrusikan mengandung hanya bagian dari HBsAg yang sangat berpotensi dalam menstimulasi sistim imun untuk menghasilkan anti-HBs. Vaksin tidak mengandung komponen virus lainnya dan adalah tidak menular (tidak menyebabkan infeksi).

Vaksin hepatitis B diberikan sebagai suatu rangkaian dari tiga suntikan-suntikan intramuskular. Untuk efek yang maksimal, vaksin harus disuntikan pada otot deltoid (pundak) pada dewasa-dewasa. Lebih dari 95% dari anak-anak dan anak-anak remaja, dan lebih dari 90% dari dewasa-dewasa yang muda dan sehat mengembangkan antibodi-antibodi (anti-HBs) yang memadai dalam responnya pada rangkaian dari tiga dosis yang direkomendasikan. Suatu kekurangan respon pada vaksin-vaksin hepatitis B tampaknya ditentukan oleh gen-gen warisan (diturunkan) yang spesifik dari individu yang mempengaruhi produksi antibodi-antibodi tertentu dari tubuh. Orang-orang yang merespon dengan antibodi-antibodi yang memadai pada vaksin hepatitis B terlindung terhadap hepatitis B. Sebagai tambahan, mereka, oleh karenanya, terlindung terhadap penyakit-penyakit yang tergantung dari virus hepatitis B, seperti hepatitis B kronis, sirosis virus hepatitis B dan komplikasi-komplikasinya (termasuk kanker hati hepatitis B), polyarteritis nodosa, dan hepatitis delta.

Keefektifan Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) Dalam Mencegah Hepatitis B

Pada metode perlindungan pasif, anti-Hbs, yang adalah antibodi-antibodi spesifik terhadap HBsAg diberikan. Preparat yang tersedia dari antibodi-antibodi sepesifik dikenal sebagai hepatitis B immune globulin atau HBIG (BayHep B). HBIG terbentuk dari plasma (suatu produk darah) yang diketahui mengandung suatu konsentrasi yang tinggi dari antibodi-antibodi permukaan hepatitis B (hepatitis B surface). Perlindungan pasif biasanya diberikan setelah suatu paparan pada virus untuk mencegah seorang yang peka memperoleh virus hepatitis B. Jika diberikan dalam 10 hari dari paparan pada virus, HBIG adalah hampir selalu berhasil dalam mencegah infeksi virus hepatitis B. Bahkan jika diberikan sedikit lebih telat, bagaimanapun, HBIG mungkin mengurangi keparahan dari suatu infeksi virus hepatitis B. Perlindungan terhadap virus hepatitis B berlangsung/bertahan untuk kira-kira tiga minggu setelah HBIG diberikan. Tidak ada kasus-kasus yang didokumentasikan dari penularan HIV yang telah dikaitkan dengan pemberian HBIG.

Mencegah Penularan Virus Hepatitis B Dari Ibu Ke Bayi Yang Baru Dilahirkan

Peri-natal immunoprophylaxis adalah penting sekali (kritis) untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke bayi yang baru dilahirkan. Pada satu situasi, jika bayi dilahirkan oleh seorang ibu yang diketahui adalah HBsAg positif, bayi harus menerima HBIG waktu lahir atau dalam 12 jam kelahiran. Pada situasi yang lain, jika ibu tidak disaring sebelumnya untuk HBsAg dan ditemukan positif setelah melahirkan, bayi harus menerima HBIG sesegera mungkin, tidak lebih telat dari satu minggu setelah kelahiran. Pada kedua situasi, bayi harus juga diberikan vaksin hepatitis B (recombinant); menerima dosis pertama waktu kelahiran (dalam 12 jam), yang kedua waktu 1 bulan (tidak lebih telat dari 2 bulan), dan ketiga waktu 6 bulan.

Tips Bagi Penderita Penyakit Hati1. Diet sehat dan seimbang; jumlah kalori yang dibutuhkan disesuaikan dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein.

2. Banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit.

3. Menjalankan pola hidup yang teratur.

4. Istirahat yang cukup.

5. Konsultasi dengan dokter di bidangnya (dokter spesialis).

Tips Mencegah Hepatitis1. Senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

2. Menghindari penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, suntikan, tattoo, tusukan jarum yang terkontaminasi, seks yang tidak aman.

3. Bila perlu, menggunakan jarum yang disposable atau sekali pakai.

4. Pemeriksaan darah donor terhadap Hepatitis Virus.

5. Melakukan hubungan seks yang sehat dan aman.

6. Program vaksinasi Hepatitis B.

Daftar Pustaka1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Ed.IV. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2. Bickley LS, Szilagyi PG. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8. 2009. Jakarta: EGC.hlm344-73. Soemoharjo S, Gunawan S. Hepatitis B Kronik. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. Hal. 433 437

4. Santoso, Mardi. Referat Hepatitis Virus. 2006. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam FK UKRIDA/ SMF PENYAKIT DALAM RSUD KOJA.5. diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/177632-overview

Hepatitis B, 27 Juni 2010

6. diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_150_Diagnosismenajemenhepatiskronis.pdf/05_150_Diagnosismenajemenhepatiskronis.html

Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis, 27 Juni 2010PAGE 1