makalah peb sc revisian (2)

37
7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2) http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 1/37  ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R DENGAN PREEKLAMSIA BERAT SUPERIMPOSED DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO LAPORAN KASUS Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Disusun Oleh: DWI TIARA SARI FADHILAH AKMALIAH FRIGA MUGI UTAMI PHAULYNA RUTH DAMAYANTI G VALENTI JAYANTI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1 JURUSAN KEBIDANAN JAKARTA 2014

Upload: dwi-tiara-sari

Post on 18-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 1/37

 

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R DENGAN PREEKLAMSIA BERAT

SUPERIMPOSED DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

LAPORAN KASUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan

Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Disusun Oleh:

DWI TIARA SARI

FADHILAH AKMALIAH

FRIGA MUGI UTAMI

PHAULYNA RUTH DAMAYANTI G

VALENTI JAYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1

JURUSAN KEBIDANAN

JAKARTA

2014

Page 2: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 2/37

 

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah- Nya, sehingga makalah yang bejudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. R Dengan

Preeklamsia Berat Superimposed Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo” ini dapat 

terselesaikan tepat pada waktunya. 

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.  Siti Aminah.W, S.Pd, M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Jakarta I dan juga dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan

masukan dalam pembuatan laporan ini.

2.  Pembimbing lahan yang sudah membimbing kami selama penyusunan makalah ini.

3.  Dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah Kegawat Daruratan di Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Jakarta 1.

4. 

 Ny. P dan keluarga atas kerjasamanya.5.  Kedua orang tua yang selalu member dukungan baik moral maupun materil.

6.  Teman-teman di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Jakarta 1 yang selalu

memberikan bantuan dan dukungan.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dijadikan bahan tindak lanjut dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan

“Asuhan Kebidanan Pada Ny. R Dengan Preeklamsia Berat Superimposed Di RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo”. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih

terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca.

Jakarta, 02 Juni 2014

Penulis

Page 3: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 3/37

 

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 2

C. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. 2

D. METODOLOGI PENULISAN ........................................................................ 2

E. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................ 3

BAB II PREEKLAMSIA BERAT ................................................................................... 4

A. PENGERTIAN ................................................................................................. 4

B. FAKTOR RESIKO ........................................................................................... 4

C. ETILOGI .......................................................................................................... 5

D. PATOFISIOLOGI ............................................................................................ 7

E. GEJALA KLINIS PREEKLAMPSIA BERAT ................................................ 8

F. KOMPLIKASI ................................................................................................. 9

G. PENCEGAHAN ............................................................................................... 9

H. PENANGANAN ............................................................................................ 10

BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 32

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 32

B. SARAN ........................................................................................................... 32 

Page 4: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 4/37

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sebesar

359 per 100.000 kelahiran hidup menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012. Angka ini melonjak dibandingkan AKI tahun 2007

yang hanya 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2013).

Penyebab utama terjadinya kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta tahun

2012 yaitu Hipertensi dalam kehamian / Eklampsia (39 %), Pendarahan (31 %)

disebabkan oleh faktor anemia ibu hamil, Infeksi (6 %), Abortus (2 %), Partus

lama (1 %). (Kemenkes RI, 2007)

Menurut Ridwan Amiruddin (2007) target penurunan angka kematian ibu

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidaklah mudah

tercapai karena sistem pelayanan kesehatan yang masih lemah. Sesungguhnya

masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan tetapi merupakan

masalah global yang setiap negara seharusnya dapat menanggulangi dan

mencegah kematian ibu. Menurut Ridwan Amiruddin (2007) bahwa

 preeklampsia / eklamsi merupakan salah satu penyebab kematian ibu terbanyak

di negara- negara berkembang, disamping karena perdarahan dan infeksi.

Seringkali dijumpai ibu yang datang ke fasilitas kesehatan dengan

kondisi yang mengkhawatirkan, hal ini mungkin ibu dan keluarga belum

mengetahui tentang bahaya kehamilan, sehingga terlambat datang ke fasilitas

kesehatan untuk mendapat pertolongan segera.

Preeklampsia masih terdengar aneh dikalangan masyarakat, padahal

kejadian kematian ibu akibat kejang sangat sering terjadi. Masih banyak ibu  –  

ibu yang tidak mengetahui bahaya preeklampsia. Disebut preeklampsia karena

 penyakit ini mengawali terjadi eklamsi.

Page 5: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 5/37

2

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

 proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan (Prawirohardjo,

2010) Biasanya sindrom preeklampsia ringan sering tidak diperhatikan

sehingga tanpa disadari bisa menjadi preeklampsia berat atau eklamsi.

Penyakit ini umumnya terjadi pada trimester ke 3 pada kehamilan.

(Prawirohardjo, 2010)

Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas materi tentang

 preeklamsia dalam makalah ini.

.

B.  RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul tersebut di atas sesuai dengan latar belakang

 penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. 

Apa yang dimaksud dengan preeklasia berat?

2.  Apa saja penyebab preeklamsia berat?

3.  Bagaimana cara pencegahan preeklasia berat?

4.  Bagaimana peran bidan dalam penanganan preeklamsia berat?

C.  TUJUAN PENELITIAN

1. 

Tujuan Umum:

Untuk mengetahui peran bidan dalam penanganan preeklamsia berat.

2. 

Tujuan Khusus:

Dalam rangka menyelesaikan tugas asuhan kebidanan kegawat

daruratan

D.  METODOLOGI PENULISAN

Penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mengambil sumber

dari beberapa buku.

Page 6: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 6/37

3

E.  SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

B. 

Identifikasi Masalah

C.  Tujuan Penulisan

D.  Metodologi Penulisan

E. 

Sistematika Penulisan

BAB II PREEKLAMSIA BERAT

A. Pengertian

B. Faktor Resiko

C. Etilogi

D. Patofisiologi

E. Gejala Klinis Preeklampsia Berat

F. Komplikasi

G. Pencegahan

H. PenangananBAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP

A.  Kesimpulan

B.  Saran

Page 7: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 7/37

 

4

BAB II

PREEKLAMSIA BERAT

A.  PENGERTIAN

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi

ante, intra dan postpartum. Preeklampsia umumnya ibu hamil dengan usia

kehamilan diatas 20 minggu dengan peningkatan tekanan darah di atas normal

dan disertai proteinuria. (Sarwono, 2010)

Menurut kamus saku kedokteran Dorland Preeklampsia adalah toksemia

 pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.

Preeklampsia menurut Milne (2005) adalah gangguan multisistem dengan

etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklampsia

 biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria

yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.

Kata eklampsia berasal dari Yunani yang berarti halilintar karena gejala

eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam

kebidanan. (Manuaba, 2012)

Preeklampsia adalah kelainan multisystem spesifik pada kehamilan yang

ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20

minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria

meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ

(termasuk gangguan pertumbuhan janin).

B. 

FAKTOR RESIKO

1.  Riwayat preeklamsia

2. 

Primigravida karena pada primigravida pembentukan antibody

 penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya

 preeklamsia

3. 

Kegemukan

4.  Kehamilan ganda

Page 8: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 8/37

5

5. 

Riwayat penyakit tertentu, meliputi hipertensi,jantung, diabetes, penyakit

ginjal, lupus dll

6.  Umur di atas 35 tahun

7. 

Mola hidatidosa

C.  ETILOGI

Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya, namun belum ada yang memberikan jawaban

yang memuaskan.

Hipotesa faktor-faktor etiologi Preeklampsia bisa diklasifikasikan

menjadi 4 kelompok, yaitu : genetic, imunologik, gizi dan infeksi serta infeksi

antara factor-faktor tersebut.

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari

kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dik enal dengan “The disease of

theory” 

Adapun teori-teori itu anatar lain

1. Peran prostasiklin dan tromboksan S

Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler

sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis.

Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan

serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran faktor imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, hal ini

dihubungkan dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

 plasenta yang tidak sempurna. Beberapa wanita dengan Preeklampsia

mempunyai kompleks imun dalam serum. Beberapa study yang mendapati

aktivasi komplemen dan system imun humoral pada Preeklampsia.

Page 9: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 9/37

6

3. Peran faktor genetik / familial

Beberapa bukti yang mendukung factor genetik pada Preeklampsia

antara lain:

a. 

Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

 b.  Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada

anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia.

c. 

Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu

ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar mereka.

Apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai saat ini belum

diketahui dengan pasti. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-

musabab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban

yang memuaskan.

Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:

1.  Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravitas, kehamilan ganda,

hidramnion dan mola hidatidosa.

2.  Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

3. 

Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus.

4. 

Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

5.  Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab Preeklampsia adalah

teori iskemia plasenta. Teori iskemia plasenta dianggap dapat menerangkan

 berbagai gejala preeklampsia dan eklampsia. Berdasarkan teori ini bahan

trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan

sensitivitas terhadap angiotensin II, dan aldosteron, spasme pembuluh darah

arteriol dan tertahannya garam dan air. Namun teori ini belum dapat

menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. (Manuaba,

2012).

Page 10: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 10/37

7

D.  PATOFISIOLOGI

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,

sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan perifer agar oksigenisasi jaringan

dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

 penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerolus.

Perubahan patologis berbagai organ yaitu:

a)  Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis, trombosis

 pada lobus hati.

 b)  Rasa nyeri di epigatrium karena perdarahan subkapsuler.

c) 

Retina. Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina

(lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur.

d) 

Otak. Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan

otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat.

e) 

Paru-paru. Berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses,

menimbulkan sesak nafas sampai sinosis.

f)  Jantung. Perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan

subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya

fungsi jantung.

g)  Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan

asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama

mengganggu pertumbuhan janin.

h)  Perubahan ginjal. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan aliran

darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomerolus berkurang,

Page 11: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 11/37

8

 penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam,

edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.

i)  Perubahan pembuluh darah. Permeabilitasnya terhadap protein makin

tinggi sehigga terjadi vasasi protein ke jaringan, protein ekstravaskular

menarik air dan garam menimbulkan edema, hemokonsentrasi darah yang

menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.

E.  GEJALA KLINIS PREEKLAMPSIA BERAT

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥

160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/

24 jam. (Sarwono, 2010)

Tanda dan gejala

1) 

Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.

Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di

rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

2)  Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau +2 dalam pemeriksaan kualitatif.

3) 

Oliguria , yaitu produksi kurang dari 500 cc/ 24 jam.

4)  Kenaikan kadar kreatinin plasma.

5) 

Gangguan visus dan serebral, penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma

dan pandangan kabur.

6) 

 Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

terenggangnya kapsula glisson)

7)  Edema paru-paru dan sianosis.

8) 

Hemolisis mikroangiopatik.

9)  Trombositopenia

10) Gangguan fungis hepar

11) Pertumbuhan janin terhambat

12) HELLP Syndrome (H = Hemolysis, EL = Elevated Liver Enzyme, LP =

Low Platelet Counts).

Page 12: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 12/37

9

F.  KOMPLIKASI

1.  Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.

2.  Hipofibrinogenemia

3. 

Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis

 periportal hati pada penderita pre-eklampsia.

4.  Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita

eklampsia.

5.  Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.

Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang

menunjukkan adanya apopleksia serebri.

6.  Edema paru

7.   Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol

umum. Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.

8.  Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).

9.  Prematuritas

10. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.

Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal.

11. 

DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila telah

mencapai tahap eklampsia.

G.  PENCEGAHAN

Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang

 berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau

diagnosis dini dapat mengurangi kejadian angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang

teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan berat badan,

kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria.

Untuk mencegah kejadian Preeklampsia ringan dapat dilakukan

nasehat tentang :

Page 13: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 13/37

10

1) 

Diet-makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah

lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.

Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk

meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.

2)  Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja

seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau

 berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak

mengalami gangguan.

3)  Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang

ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

Uji kemungkinan Pre eklampsia:

a)  Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

 b)  Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c) 

Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

d)  Pemeriksaan protein dalam urin

e) 

Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,

gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.

Penilaian kondisi janin dalam rahim.

a)  Pemantauan tinggi fundus uteri

 b)  Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,

 pemantauan air ketuban

c)  Usulkan unuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi

H.  PENANGANAN

Tujuan penanganan preeklampsia berat yakni:

1.  Mencegah kejang

2. 

Menjaga tekanan darah ibu

3. 

Menginisiasi kelahiran.

Page 14: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 14/37

11

1.  Pencegahan kejang

Magnesium sulphate sebaiknya dipertimbangkan pada wanita

dengan pre-eklampsia yang memiliki risiko eklampsia, Magnesium

sulphate selalu diberikan kepada wanita dengan pre-eklampsia berat ketika

keputusan untuk melahirkan bayi diambil, dan pada periode postpartum

yang segera, sedangkan pada kasus dengan pre-eklampsia yang kurang

 parah, keputusan untuk diberikan magnesium sulphate menjadi kurang

 jelas dan bergantung kepada kasus yang dihadapi masing-masing. Sebagai

 pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: (1)

Larutan larutan Sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gram) sebagai

loading dose, disuntikkan intramuscular sebagai dosis permulaan dan

dengan Lanjutan diberikan 1gram/jam setelah 24 jam kejang terakhir.

Pada kasus kejang berulang dapat ditatalaksana dengan pemberian

dari salah satu metode yakni: pemberian bolus 2 gram magnesium sulphate

atau meningkatkan rata-rata infuse menjadi 1,5 gram atau 2.0 gram/jam.

Menurut penelitian MAGPIE menunjukkan pemberian magnesium

sulfate terhadap wanita dengan pre-eclampsia menurunkan resiko

terjadinya kejang eklamptik. Wanita yang diberikan magnesium sulphat

memiiki resiko kejang eklamptik 58% lebih kecil (95% CL 40 –  71%).

Magnesium sulphate adalah terapi pilihan, sedangkan diazepam dan

 phenytoin sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi lini pertama.

Pemberian secara intravena memili resiko efek samping yang lebih kecil.

Magnesium sulphate diekresikan melalui urine, sehingga sebaiknya

 bila dilakukan observasi urine dan jika terjadi penurunan di bawah 20

ml/jam, infuse magnesium sebaiknya dihentikan.

Kecendrungan toksisitas magnesium dapat diperiksa secara klinis

yakni terjadi hilangnya refleks tendon dalam dan depresi pernapasan.

2.  Pengontrolan tekanan darah

Pemberian antihipertensi sebaiknya dimulai pada wanita dengan

tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastlik

lebih dari 110 mmHg.

Page 15: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 15/37

12

Pemberian Labetalol secara oral atau intravena, nifedipine secara

oral atau intravena hydralazine dapat diunakan untuk penatalaksaan akut

dari hipertensi berat.

Terdapat consensus bersama bila tekanan darah lebih dari 170/110

mmHg, membutuhkan penanganan tehadap tekanan darah ibu. Obat

terpilih yang digunakan Labetalol, nifedipine, atau hydralazine. Labetalol

memiliki keuntungan dapat diberikan awal lewat mulut pada kasus

hipertensi berat dan kemudian,jika diperlukan, bisa secara intavena.

Terdapat konsesus, bila tekanan darah dibawah 160/100, tidak

dibutuhkan secara mendesak pemberian terapi antihipertensi. Terdapat

 perkecualian, bila ditemukan indikasi untuk penyakit dengan gejala yang

lebih berat, yakni: potenuria berat atau gangguan hati, atau hasil tes darah,

oleh karena itu pada kondisi emikian, peningkatan tekanan darah dapat

diantisipasi, dengan diberikan terapi antihiperteni pada tekanan darah level

tekanan darah yang lebih rendah yang telah disesuaikan.

Penggunaan obat hipertensif pada pre-eklampsia berat diperlukan

karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan

aplopeksia serebri menjadi lebih kecil.

3.  Perencananan kelahiran

Pada umumnya pada pre-eklampsia berat sesudah bahaya akut

 berakhir menjadi lebih baik, sebaiknya dipertimbangkan untuk

menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian harapan

 janin dalam uterus menghambat sembuhnya penderita dari penyakitnya.

Perencanaan pengeluaran bayi disesuaikan dengan tingkat keparahan

gejala pre-eklampsia dan usia kehamilan. Pada preeklampsia ringan

dengan usia kehamilan 40 minggu, sebaiknya dilahirkan. Pada usia

kehamilan 38 minggu, wanita dengan pre-eklampsia ringan dapat

diindukusi kelahiran. Pada usia kehamilan 32-34 minggu dengan pre-

eklampsia berat sebaiknya dipertimbangkan untuk dilahirkan, dan fetus

sebaiknya diberikan kortikosteroid.

Page 16: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 16/37

13

Pada pasien dengan usia kehamilan 23-32 minggu dengan

 preeklmapsia berat, kelahiran dapat ditunda untuk memperkecil tingkat

morbiditas dan mortilitas bayi, ibu tersebut sebaiknya diberikan

magnesium sulfat pada 24 jam pertama ketika diagnosis dibuat, tekanan

darah sebaiknya dikontrol dengan menggunakan pengobatan, pasien

sebaiknya diberikan kortikoseteroid untuk mematangkan organ paru bayi.

Jika usia kehamilan kurang dari 23 minggu, pasien sebaiknya

diberikan induksi persalinan untuk diterminasi kelahirannya.

Bila usia kehamilan kurang dari 34 minggu dan proses persalinan

dapat ditunda untuk sementara waktu, kortikosteroid sebaiknya diberikan,

walaupun setelah 24 jam manfaat dari penatalaksaan konservatif ini harus

dinilai kembali.

Bila usia kehamilan lebih dari 34 minggu, setelah dilakukan

stabilisasi, proses persalinan direkomendasikan. Jika usia kehamilan

kurang dari 34 minggu dan kehamilan dapat diperpanjang hingga lebih

dari 24 jam,pemberian steroid dapat membantu menurunkan tingkat

kematian bayi akibat gangguan pernapasan. Terdapat kemungkinan

manfaat dari pemberian terapi steroid walaupn proses kelahiran terjadi

kurang dari 24 jam setelah pemberian steroid. Pengeluaran bayi melewati

vagina lebih baik dibandingkan dengan operasi sesar. Jika pengeluaran

 bayi secara vagina tidak tercapai selama kurun waktu tertentu, maka

segera dilakukan operasi sesar.

Pengontrolan keseimbangan cairan

Pembatasan cairan disarankan untuk menurunkan resiko overload

cairan pada peride kehamilan dan setelah kehamilan. Dalam keadaan

 biasa, total cairan sebaiknya dibatasi 80 ml/jam atau 1 ml/kg/jam.

Pada penanganan cairan yang tidak tepat pada kasus pre-eklampsia

diperkirakan memiliki keterkaitan dengan timbulnya kasus edema paru.

Selama kurang lebih 20 tahun, edema paru menjadi penyebab kematian ibu

yang signifikan.

Page 17: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 17/37

14

Pengeluaran bayi melewati vagina lebih baik dibandingkan dengan

operasi sesar. Jika pengeluaran bayi secara vagina tidak tercapai selama

kurun waktu tertentu, maka segera dilakukan operasi sesar.

Penanganan setelah kehamilan

Pada kasus pre-eklampsia berat pada masa setelah kelahiran dapat terjadi

eklmpalsia. Dilaporkan lebih dari 44 % eklamsia dapat terjadi, terutama pada

wanita yang melahirkan pada usia kehamilan aterm. Wanita yang timbul

hipertensi atau gejala pre-eklampsia setelah kehamilan (sakit kepala, gangguan

 penglihatan, mual dan muntah, nyeri epigastrium) sebaiknya dirujuk ke

spesialis.

Wanita dengan kelahiran yang disertai pre-eklampsia berat (atau

eklampsia) sebaiknya dilakukan pemantauan dengan optimal pasca

melahirkan. Dilaporkan dapat terjadi eklampsia setelah minggu ke-4.

Terapi anti-hipertensi sebaiknya tetap dilanjutkan pasca kehamilan.

Walaupun, pada awalnya, tekanan darah turun, biasanya akan kembali naik

kurang lebih 24 jam setelah kehamilan. Pengurangan terapi anti-hipertensi

sebaiknya dilakukan secara berjenjang.

Corticosteroid digunakan pada pasien dengan sindrom HELLP. Hasil dari

 penelitian terbaru memperkirakan corticosteroid dapat memicu perbaikan

gangguan biokimia dan hematology secara cepat, tetapi tidak ada bukti yang

menunjukkan kortikosteroid dapat menurunkan morbiditas

Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :

a.  ada tanda-tanda impending eklampsia 

b. 

ada HELLP syndrome

c.  ada kegagalan penanganan konservatif  

d.  ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR  

e.  usia kehamilan 34 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4, Cara

 pemberian MgSO4  : dosis awal 4 gram intravena diberikan dalam 10 menit,

dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 1 gram per jam

Page 18: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 18/37

15

Syarat pemberian MgSO4/Sulfat Magnesium :

a.  frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit

b.  tidak ada tanda-tanda gawat napas

c.  diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya

d.  refleks patella positif. 

MgSO4 dihentikan bila :

a.  ada tanda-tanda intoksikasi

b.  atau setelah 24 jam pasca persalinan

c.  atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. 

Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc

 NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit). 

Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160

mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai

umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum

turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. 

Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi

 persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau

 prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi

atau ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala

2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam. 

a.  Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda- tanda perbaikan,

lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:

1)  Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin

2) 

Lebih banyak istirahat

3)  Diet biasa

4)  Tidak perlu diberi obat-obatan

5)  Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

a)  Diet biasa

 b)  Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari

c) 

Tidak pelu obat-obatan

Page 19: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 19/37

16

d) 

Tidak pelu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi

kordis atau ginjal akut

e)  Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat

dipulangkan

(1)  Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda

 preeklampsia berat

(2) 

Kontrol 2 kali seminggu

(3) Jika tekanan diastolik naik lagi dianjurkan untuk dirawat

kembali

f) 

Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap akan dirawat.

g)  Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,

 pertimbangkan terminasi kehamilan

h) 

Jika proteinuria meningkat tangani sebagai preeklampsia berat.

b.  Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :

1)  Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500

ml RL IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

2) 

Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau

kateter foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.

Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama kecuali bahwa

 persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada

eklampsia.

a.  Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai

tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg

 b. 

Pasang infus ringer laktat dengan jarus besar (16 gauge atau >)

c.  Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

d.  Katererisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

e.  Jika jumlah urin < 30 ml / jam:

1)  Infus cairan dipertahannkan 1 1/8 jam

2)  Pantau kemungkinan edema paru

f. 

Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat

mengakibatkan kematian ibu dan janin.

Page 20: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 20/37

17

g. 

Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.

h.  Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Jika edema paru,

stop pemberian cairan, dan berikan diuretik IV.

i. 

 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan

tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.

Magnesium sulfat merupakan obat untuk mencegah dan mengatasi

kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Cara pemberiannya yaitu:

a.  Dosis awal ;1

1)  MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% dicampur dengan aquabides (1:1)

selama 10-15 menit

2)  Diikuti dengan MgSO4 6 gr 40% 15 ml dalam larutan Ringer Laktat

selama 6 jam.

3) 

Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4 

 b.  Dosis pemeliharaan

1)  MgSO4 40% 1gr/jam melaui infus ringer laktat/asering

2)  Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir

c. 

Sebelum pemberian MgSO4 , periksa :

1)  Frekuensi pernafasan minimal 16/ menit

2) 

Refleks patela +

3)  Urin minimal 30 ml/ jam dalam 4 jam terakhir

d. 

Stop pemberian MgSO4 jika

1)  Frekuensi pernafasan < 16 / menit

2)  Refleks patela –  

3) 

Urin < 30 ml/ jam

e.  Siapkan antidotum

Jika terjadi henti nafas:

1)  Bantu dengan ventilator

2)  Beri kalsium glukonas 2 g ( 20 ml dalam larutan 10 %) IV perlahan-

lahan sampai pernafasan mulai lagi.

Page 21: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 21/37

 

18

BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal : Jumat, 30 Mei 2014

Pukul : 17.00 WIB

Tempat Pengkajian : IGD Kebidanan Lt 3 RSCM

Kala I 

I. DATA SUBJEKTIF (S) 

A. 

Identitas

Pasien Suami Pasien

 Nama

Usia

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Golongan darah

Suku Bangsa

Alamat

 Ny. R

31 tahun

IRT

SMA

Islam

A

Sunda

Tn. A

34 tahun

Buruh

SMU

Islam

Tidak tahu

Sunda

Kp. Pulo rt 002/002 Kp. Melayu Jakarta,

0813-10533660

B.  Keluhan Utama :

Pasien dirujuk dari RS. Budi Asih karena tekanan darah tinggi, ibu

mengatakan hamil 9 bulan HTA 8/09/14, periksa rutin di RS Budi Asih lalu

disarankan untuk rujuk ke RSCM. Selama kehamilan tekanan darah

tinggi,sebelum hamil juga menderita tekanan darah tinggi, dan semenjak

melahirkan dokter mengatakan jantungnya bengkak, selalu merasa sesak

 jika kelelahan dan melakukan pekerjaan berat. ibu mendapat therapy obat

Captopril diminum 2x sehari, ada keluhan pusing, pandangan kabur, dan

nyeri ulu hati. Tidak ada keluar air-air ibu. Merasakan gerakan janin aktif.

Page 22: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 22/37

19

C. 

Riwayat kehamilan sekarang

1.  Status kehamilan : GP1A0 

2.  HPHT : 08/09/2013

3. 

TP : 15/06/2014

4.  Usia kehamilan : 37 minggu 5 hari

5.  Gerakan janin : masih dirasakan aktif dan sering

6. 

Imunisasi TT : 2x selama hamil

TT1 pada tgl 03-01-2014

TT2 pada tgl 31-01-2014

7. 

Riwayat ANC :

Pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 7 kali di RS,

hasil pemeriksaan terakhir dokter yaitu usia kehamilan pasien sudah 9 bulan,

dokter menganjurkan ibu untuk melahirkan di rumah sakit karena tekanan

darah ibu tinggi, dan protein urine +2, dan kondisi janinnya baik.

8.  Penggunaan obat-obatan atau jamu-jamuan selama hamil :

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan, ibu hanya

mengkonsumsi obat yang diberikan dokter, seperti tablet penambah darah dan

Captopril.

D. 

Riwayat Obstetri

TahunUsia

kehamilan

Jenis

 persalinanPenolong Nifas

Anak

Sex BB PB Keadaan

2009 Aterm Spontan Bidan Baik L 3,3kg 52cm Hidup

2011 Hamil ini

E.  Riwayat Kesehatan

1.  Pasien mengatakan sedang menderita hipertensi sejak kehamilan anak pertama

2. 

Tidak ada riwayat penyakit turunan seperti penyakit asma/TBC, DM, anemia,

ginjal, dalam keluarga pasien namun, ayah pasien menderita jantung

3.  Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar

4. 

Pasien tidak mempunyai alergi pada obat dan makanan tertentu selama ini

Page 23: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 23/37

20

5. 

Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami nyeri saat BAK dan

gejala-gejala yang menunjukkan infeksi saluran kemih

F.  Aktifitas Sehari –  hari

1. 

 Nutrisi dan hidrasi

a.  Makan terakhir : pukul 11.30 WIB dengan nasi+lauk pauk porsi makan :

sedang

 b. 

Minum terakhir : pukul 16.00 WIB dengan teh manis setengah gelas

2.  Eliminasi

a.  BAK : ibu mengatakan sering sekali BAK, volume : banyak, tidak

ada keluhan, terakhir BAK pukul 17.00 WIB

 b.  BAB : ibu mengatakan terakhir BAB pagi tadi, tidak ada keluhan

3.  Istirahat dan tidur : Ibu mengatakan tadi malam ibu masih bisa tertidur

nyenyak dan merasa cukup istirahat.

II. DATA OBJEKTIF (O) 

Data penanganan sebelumnya:

Pasien dirujuk oleh RS. Budi Asih pada tanggal 30 Mei 2014 pukul: 15.00 WIB. Di

RS Budi Asih, pasien datang untuk memeriksakan kehamilannya dengan keluhan

merasakan mulas yang semakin sering, pusing berat yang tidak hilang setelah

diistirahatkan, penglihatan masih jelas. Bidan melakukan pemeriksaan tekanan

darah, hasilnya : TD : 180/100 mmHg, dokter lalu merujuk pasiennya ke RSCM

dengan diagnosa sementara pre-eklampsia berat dan di RS. Budi Asih pasien telah

mendapatkan nifedipine 1x10 mg/ sublingual pada pukul 14.30WIB.

1. 

Keadaan umum : Baik

2.  Kesadaran : Compos Mentis

3.  Keadaan Emosional : Stabil

4.  Tanda-tanda vital :

a.  TD : 190/120 mmHg

 b.   Nadi : 82 x/ menit

c.  Suhu : 37,20C

5. 

Pernafasan : 21 x/menit

Page 24: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 24/37

21

6. 

Pemeriksaan fisik

a.  Kepala

1)  Mata

a. 

Sclera : Tidak ikterik

 b.  Konjungtiva : Tidak anemis

2)  Muka : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum

3) 

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar

tiroid dan pembengkakan vena jugularis

 b.  Payudara : bersih, putting menonjol kiri dan kanan, Kolostrum (+)

c. 

Abdomen : tidak terdapat luka operasi, tidak ada striae

gravidarum

TFU : 34 cm

Leopold

  Leopold I : bagian fundus teraba 1 bagian agak bulat,

lunak dan tidak melenting

  Leopold II :

Kanan : teraba 1 bagian keras memanjang

Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin

  Leopold III : bagian terendah janin teraba 1 bagian bulat,

keras dan tidak melenting.

  Leopold IV : kepala sudah masuk PAP, teraba 3/5 bagian

DJJ : 148x/menit, reguler

His : -

TBJ : (34-13) x 155 = 3255 gram ± 10%

d.  Ekstremitas :

Atas : tidak terdapat oedema

Bawah : refleks patella +/+, oedema +/+, varises -/-

7.  Pemeriksaan Dalam

  Vulva/vagina : tidak ada varices

  Portio : tebal kaku

 

Ketebalan : 3 cm

Page 25: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 25/37

22

  Pembukaan : belum ada

  Penurunan : hodge I

8.  Pemeriksaan Penunjang

  Darah :

(a)  Hb : 13,8 gr%

(b)  Ht : 40,6 %

(c) 

Gol. Darah : A rhesus (+)

(d)  Leukosit : 13.400 /uL

(e)  Trombosit : 302.000 uL

  Urin :

(a)  Protein Urin : +2

(b)  reduksi : negatif

(c) 

Albumin : 3,25 g/dL

(d)  Kreatinin : 0,5-20 mg/dL

  USG :

(a)  TBJ : 3300 gram

(b) 

ICA : 12,3

(c)  Plasenta korpus anterior

(d) 

Biometri sesuai atterm

(e)  Panjang serviks 3,47 cm

(f)  Janin presentasi kepala tunggal hidup

III. ASSESMENT (A) 

G2P1A0 hamil 39 minggu 5 hari dengan PEB superimposed

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

IV. PLANNING (P) 

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu

mengalami PEB dan membutuhkan penanganan segera untuk mengantisipasi

terjadinya kejang  ibu dan keluarga paham dan menyetujui penanganan yang

akan dilakukan

2. Melakukan informed consent persetujuan tindakan medis

Page 26: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 26/37

23

3. 

Mengatur posisi ibu → ibu tidur miring kiri dengan posisi kepala lebih tinggi

30O 

4. Melakukan penegakan diagnose dengan memeriksa DPL, UL, GDS, PT/APTT,

OR/PTT, Ur/Cr, Aib, elektrolit, LOH, a-urat, EKG, CTG

5. Kolaborasi dengan dokter, advice dokter : Protap PEB sudah dilakukan

a.  Nifedipine 4x10mg peroral / 20 menit   sudah diberikan nifedipine 1x10

mg/Sublingual

 b.  Pukul 17.00 MgSO4  40% dosis 4 gram / IV habis dalam 15-30 menit

(Loading Dose)

c. 

MgSO4  40% I dosis 6 gram/drip habis dalam waktu 6 jam pukul 17.00 s/d

23.00

6. Kolaborasi dengan dr SpOG untuk merencanakan persalinan perabdominal (SC

cito)

7. Melakukan konsultasi ke bagian Anastesi, IPD dan Mata

8.  Mengobservasi TTV, djj setiap 1 jam dan mengobservasi tanda perburukan PEB

9.  Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy   ibu

mendapatkan terapi NAC 3x600 mg peroral dan Vit C 2x400 mg IV

10.  Melakukan persiapan operasi

a. 

Memberitahu ibu untuk puasa

 b.  Memasangkan dower cateter

c.  Memberikan ibu cefazolin 2 gram/ IV

d. 

Mengdesinfektan daerah abdomen yang akan di operasi

CATATAN PERKEMBANGAN

Pasien naik keruang operasi pukul 21.45, dilakukan operasi pukul 22.00  –  23.07

WIB, bayi lahir pukul , A/S 9/10 jk perempuan , BB : 3130 gram, plasenta lahir

lengkap lalu pasien dipasang IUD post plasenta. Perdarahan dalam batas normal dan

kontraksi uterus baik.

Page 27: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 27/37

24

PENGKAJIAN IBU NIFAS 2 JAM

TANGGAL : 31/05/2014 PUKUL : 01.00

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan merasa nyeri dibagian luka operasi, VAS 2 , pandangan kabur

tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, sakit kepala hebat tidak ada.

OBJEKTIF

1. 

KU : Baik Kes : CM Ke: Stabil

TD : 140/90 mmHg

 N : 86 x/m

Rr : 20 x/m

Sh : 36.8 oC

2.  Abdomen

Luka operasi : basah, bersih tidak ada darah rembes

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi : Baik

Kankdung kemih : kosong, terpasang kateter volume urine 300 cc

3. 

Anogenital

Vulva/vagina : bersih, tidak ada kelainan

Pengeluaran pervaginam

Jenis lochea : rubra

Banyaknya : 2 kali ganti pembalut volume : ±75 cc

Bau : tidak berbau

ASSESMENT : Ibu P2A0 pos SC 2 jam dengan PEB superimposed akseptor IUD

PLANNING :

1.  Mengobservasi TTV, perdarahan pada luka operasi, lochea, kontraksi, TFU,

 pengeluaran urine dan tanda perburukan PEB

2.  Membersihkan dan memakaikan ibu pakaian ganti

3.  Memberikan ibu larutan asering + Oksitosin 20 IU 20 tpm

4.  Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi memberikan profenid

suppositoria 100 mg

5. 

Mengambil sampel darah post SC

Page 28: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 28/37

25

6. 

Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti rahim teraba lembek,

cairan dan darah yang keluar dari vagina berbau busuk dan keluar terus-menerus,

 pusing yang hebat, jika terdapat tanda-tanda tersebut ibu/keluarga harus segera

memanggil dokter/bidan

PENGKAJIAN IBU NIFAS 6 JAM

TANGGAL : 31/05/2014 PUKUL : 05.00

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan merasa nyeri dibagian luka operasi, takut untuk bergerak, Skala nyeri

(VAS) : 3 (ringan) pandangan kabur tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, sakit kepala

hebat tidak ada.

OBJEKTIF

1. 

KU : Baik Kes : CM Ke: Stabil

TD : 140/90 mmHg

 N : 88 x/m

Rr : 20 x/m

Sh : 36.8 oC

2.  Abdomen

Luka operasi : basah, bersih tidak ada darah rembes

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi : Baik

Kankdung kemih : kosong, terpasang kateter volume urine 300 cc

3.  Anogenital

Vulva/vagina : bersih, tidak ada kelainan

Pengeluaran pervaginam

Jenis lochea : rubra

Banyaknya : 2 kali ganti pembalut volume : ±50 cc

Bau : tidak berbau

Perineum : tidak ada luka jahitan

4.  Pemeriksaan Lab :

 

Darah :

Page 29: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 29/37

26

(a) 

Hb : 12,8 gr%

(b)  Ht : 38 %

(c)  Gol. Darah : A rhesus (+)

(d) 

Leukosit : 14.1000 /uL

(e)  Trombosit : 350.000/uL

  Urin :

(a) 

Protein Urin : +2

(b)  Reduksi : negatif

(c)  Albumin : 3 g/dl

(d) 

Kreatinin : 1 mg/dl

ASSESMENT : Ibu P2A0 pos SC 6 jam dengan PEB superimposed akseptor IUD

PLANNING :

1. 

Mengobservasi TTV, perdarahan pada luka operasi, lochea, kontraksi, TFU,

 pengeluaran urine dan tanda perburukan PEB

2.  Melanjutkan pemberian MgSO4 40 % ke II dosis 10 gram habis dalam waktu 10

 jam pukul 02.00 s/d 12.00

3. 

Melanjutkan pemberian MgSO4 40 % ke III dosis 10 gram habis dalam waktu 10

 jam pukul 12.00 s/d 22.00

4. 

Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi memberikan

 profenid suppositoria 3x100 mg , NAC po 3x600 mg, Vit C 2x400 mg IV, adalat

oros 2x30 mg per oral

5. 

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, yaitu setelah 6 jam operasi ibu bisaa

 belajar miring kiri dan kanan, lalu 12 jam post operari ibu belajar duduk

6. 

Memberitahu ibu untuk membatasi konsumsi airnya

7.  Memberikan penkes untuk konsumsi telur 6 butir sehari atau makanan lain yang

 berprotein tinggi, serta konsumsi makan makanan yang erserat seperti sayuran hijau

dan buah.

Page 30: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 30/37

27

PENGKAJIAN IBU NIFAS 24 JAM

TANGGAL : 31/05/2014 PUKUL : 21.00

SUBJEKTIF :

Ibu mengatakan merasa nyeri dibagian luka operasi, takut untuk bergerak, Skala nyeri

(VAS) : 3 (ringan) pandangan kabur tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, sakit kepala

hebat tidak ada.

OBJEKTIF

1.  KU : Baik Kes : CM Ke: Stabil

TD : 140/80 mmHg

 N : 86 x/m

Rr : 22 x/m

Sh : 36.5 oC

2. 

Abdomen

Luka operasi : basah, bersih tidak ada darah rembes

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi : Baik

Kankdung kemih : kosong, terpasang kateter volume urine 450 cc

3.  Anogenital

Vulva/vagina : bersih, tidak ada kelainan

Pengeluaran pervaginam

Jenis lochea : rubra

Banyaknya : 2 kali ganti pembalut volume : ±50 cc

Bau : tidak berbau

Perineum : tidak ada luka jahitan

ASSESMENT : Ibu P2A0 pos SC 24 jam dengan PEB superimposed akseptor IUD

PLANNING :

1.  Mengobservasi TTV, perdarahan pada luka operasi, lochea, kontraksi, TFU,

 pengeluaran urine dan tanda perburukan PEB

2.  Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi memberikan

 profenid suppositoria 3x100 mg , NAC po 3x600 mg, Vit C 2x400 mg IV, adalat

oros 2x30 mg per oral

Page 31: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 31/37

28

3. 

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, yaitu setelah 24 jam post operasi ibu

 belajar jalan.

4.  Memberitahu ibu untuk membatasi konsumsi airnya

5. 

Memberikan penkes untuk konsumsi telur 6 butir sehari atau makanan lain yang

 berprotein tinggi, serta konsumsi makan makanan yang erserat seperti sayuran hijau

dan buah.

6. 

Memberitahu ibu efek samping penggunaan IUD, lama efektivitas, dan keuntungan

menggunakan IUD

7.  Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan diri terutama bagian kemaluan dengan

cara membasuhnya dari arah depan ke belakang dengan sabun dan air bersih,

kemudian dikeringkan dan segera mengganti pembalut jika sudah terasa lembab →

ibu mengerti dan akan melakukan yang dianjurkan.

8. 

Memotivasi ibu untuk terus memberi bayinya ASI eksklusif.

9.  Memberitahu ibu untuk terus menmeriksakan tekanan darahnya setelah pulang ke

rumah nanti di setiap bulannya.

10. Tanggal 31-05-2014 pukul 21.30 ibu dipindahkan keruang rawat inap gedung A.

PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR

TANGGAL : 31/05/2014 PUKUL : 01.00

DATA SUBJEKTIF

1.  Identitas

Bayi

 Nama : By. Ny. R

Jenis Kelamin : perempuan

a.  Riwayat persalinan

Lahir tanggal : 30 Mei 2014 jam : 23.07 WIB

Tempat persalinan : Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo

Jenis Persalinan : SC

Komplikasi

  Ibu : PEB superimposed dan sakit jantung

Page 32: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 32/37

29

  Janin : Tidak Ada

 b.  IMD : Iya

c. 

Keadaan bayi baru lahir

˗ Nilai Apgar : menit 1 : 9 menit ke 5 : 10

Resusitasi 

Pengisapan lender : ya rangsangan : ya

Ambu : tidak

Message jantung : tidak

Intubasi endotrakheal : tidak

Oksigen : tidak

2.  Eliminasi

˗ miksi : sudah

˗ mekonium  : sudah

DATA OBJEKTIF

1.  Pemeriksaan umum

  Keadaan umum : Baik

  Kesadaran : Composmentis

  Tanda Vital

- suhu : 36,8 oC axial

˗ pernafasan  : 45 x/menit, terartur

˗ heart rate  : 135 x/menit, teratur/

2.  Pemeriksaan Antropometri

  BB : 3130 Gram

 

PB : 52 Cm

  Lingkar kepala : 34 Cm

  Lingkar dada : 33 Cm

  LILA : 12 Cm

3.  Pemeriksaan Khusus

  Kepala : Ubun-ubun datar , molase sutura ( - ), caput/cephal ( - )

  Muka : Simetris (+), laserasi (-), kelainan (-)

Page 33: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 33/37

30

  Mata : Tanda infeksi/perdarahan pada kornea (-), Konjungtiva anemis

(-), Sclera ikterik (-) , Reflek pupil (+)

  Telinga : Simetris (+) ,tulang rawan(+) , lubang telinga(+), reflek

 pendengaran (+)

  Hidung : Simetris, Pengeluaran secret (-), Cuping hidung (-),  pernafasan

cuping hidung (+)

  Mulut : Bibir dan langit-langit berwarna merah, labioskizies (-),

 palatoskizies (-), labiopalatoskizies (-)

  Leher : Pembengkakan lymphe (-), Pembesaran kelenjar tiroid dan

vena jogularis(-)

  Mamae : Simetris, Puting(+), Pembesaran Mamae(-), Retraksi(-),

Sekresi Mamae (-)

  Perut :Datar ,Penonjolan sekitar tali pusat (-) Perdarahan tali pusat (-)

  Tungkai : Simetris, kelainan posisi kaki (-) , oedem (-) , jumlah jari normal

  Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora, ada lubang uretra,

klitoris, dan lubang vagina

4.  Pemeriksaan Refleks Primitif

  Repleks Moro : Positif

  Repleks Rooting : Positif

  Repleks Mengenggam : Positif

  Repleks Sucking : Positif

  Repleks Tonick Neck : Positif

ASSESMENT Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan usia 2 jam

PLANNING

1.  Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2.  Memberi Vit K segera setelah lahir

3. 

Memberikan identitas bayi dengan memakaikan peneng

4.  Memberi imunisasi HB0 1 jam setelah vit K

5.  Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif

Page 34: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 34/37

31

6. 

Memberitahu ibu agar mempertahankan suhu bayi

7.  Memberikan konseling tentang imunisasi lanjutan

8.  Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

Page 35: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 35/37

 

32

BAB IV

PENUTUP

A. 

KESIMPULAN

Preeklampsia adalah kelainan multisystem spesifik pada kehamilan yang

ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20

minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria meningkat

secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ (termasuk gangguan

 pertumbuhan janin)

Tanda gejala PEB:

1.  Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg 

2.  Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif +3 atau +4.

3. 

Oliguria ≤ 500 ml/24 jam 

4.   Nyeri kepala prontal atau gangguan penglihatan

5.   Nyeri epigastrium

6. 

Edema paru atau sianosis7.  Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat (IUFGR)

8.  HELLP Syndrome (H = Hemolysis, EL = Elevated Liver Enzym LP = Low

Platelet Counts).

Penatalaksanaan PEB dapat ditangani secara aktif atau konservatif.

1.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan

medisinal.

2.  Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan

medisinal.

B.  SARAN

Kepada pembaca khususnya calon ibu hamil dan ibu hamil agar lebih

memahami apa itu pre eklampsia berat serta gejala apa saja yang timbul sehingga

dapat melalukan pencegahan terhadap pre eklampsia berat.

Page 36: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 36/37

33

Kepada tenaga kesehatan untuk memahami secara mendalam mengenai

 pre eklampsia berat sehingga dapat memeberi KIE kepada klien serta dapat

mendeteksi dini kemungkinan yang dapat terjadi sehingga akan lebih cepat

mendapat penannganan.

Page 37: Makalah Peb Sc Revisian (2)

7/23/2019 Makalah Peb Sc Revisian (2)

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-peb-sc-revisian-2 37/37

 

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

 Neonatal. Jakarat: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Depkes RI. (2013).  Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas

 Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. 

Jakarta: Kemenkes RI

Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarat: Kemenkes RI.

Lisnawati, Lilis. (2012 ). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan

 Maternal dan Neonatal , Jakarta : TIM

Manuaba, I. B. (2010). lmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk

 Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologis Obstetri Patologis. 

Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2010).  Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

 Maternal dan Neonatal . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Robson, Elizabeth. (2013). Patologi Pada Kehamilan Manajemen dan Asuhan

 Kebidanan, Jakarta : EGC

Winkjosastro, H. (2010).  Ilmu Kebidanan.  Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

 prawirohardjo.

Yeyeh, Ai. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM