makalah skenario 2 (autosaved).doc

Upload: doraemon

Post on 08-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Saturday, 19 January 2013

DEFINISI GIGI , MACAM-MACAM GIGI , BAGIAN-BAGIAN GIGI

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda, dan salah satu yang bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis fosil dan seringkali hubungan di antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan hewan tersebut. Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan merobek, dan karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan makanan tersebut tanpa membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan tersebut terlebih dahulu.

MACAM-MACAM GIGI DAN BAGIAN-BAGIAN PADA GIGI

Pada manusia dapat ditemui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut disertai dengan arti definisi dan pengertian yaitu :

1. Gigi SeriGigi seri adalah gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya.

2. Gigi TaringGigi taring adalah gigi yang memilki satu akar dan memiliki fungsi untuk mengoyak makanan atau benda lainnya.

3. Gigi Geraham KecilGigi graham kecil adalah gigi yang punya dua akar yang berguna / berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makanan atau benda lainnya.

4. Gigi GerahamGigi geraham adalah gigi yang memiliki tiga akar yang memiliki fungsi untuk melumat dan mengunyah makanan atau benda-benda lainnya.

----- Pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni :

1. EmailEmail adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia.

2. Tulang Gigi (dentin)Tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang dibentuk dari zat kapur.

3. Rongga Gigi (pulpa)Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf.

4. Semen / SementumSemen merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbaasan langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh

Posted by Mochammad Ridhwan at 23:27

http://ridhwanyunaser.blogspot.com/2013/01/gigi-macam-macam-gigi-bagian-bagian-gigi.htmlKarya Tulis Kesehatan Gigi(1)Karya Tulis Kesehatan GigiPERBEDAAN DEBRIS INDEKS ANTARA MENYIKAT GIGI SECARA MANDIRI DENGAN MENYIKAT GIGI DIBANTU ORANG TUA PADA MURID KELAS NOL BESAR TK MARSUDISIWI PENGKOL KAPLING JEPARA TAHUN 2009Karya Tulis IlmiahDiajukan kepadaJurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan SemarangUntuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam MenyelesaikanProgram Diploma III Kesehatan GigiOLEH

DYAHSARI WURIYANTIP 17425006393DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANGPROGRAM DIPLOMA IIIJURUSAN KESEHATAN GIGI2009

INTISARI

Wuriyanti, Dyahsari, 2009, Perbedaan Debris Indeks Antara Menyikat Gigi Secara Mandiri Dengan Menyikat Gigi Dibantu Orang Tua Pada Murid Nol Besar TK Marsudisiwi pengkol Kapling Jepara Tahun 2009, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang.

Penguji : Ani Subekti, Salikun, Nono Sulistijarso.

Kata kunci : Menyikat gigi secara mandiri, menyikat gigi dibantu orang tua, debris indeksMenyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi sehingga penumpukan plak dapat dihindari.Belum ada kesadaran anak dalam menjaga kebersihan mulut, untuk itulah anak-anak usia ini perlu bantuan dan motivasi orang tua dalam menyikat gigimya.Berdasarkan studi pendahuluan pada mutid TK Marsudisiwi Pengkol Kapling Jepara diproleh data dari 26 anak diantaranya terdapat 6 anak menyikat gigi dibantu orang tua dan 20 anak menyikat gigi secara mandiri.adanya kesenjangan ini peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat gigi dibantu orang tua pada murid TK nol besar.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai dengan pengumpulan data dilaksanakan secara bersamaan atau sekaligus (cross sectional).Populasi dalam penelitian ini adalah murid nol besar TK marsudisiwi Pengkol Kapling Jepara yang berjumlah 26 orang.Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive accidental sampling.Dengan sampel 6 responden menyikat gigi secara mandiri dan 6 responden menyikat gigi dengan di bantu orang tua.Data yang diperoleh menggunakan metode analisa diskriptif kuantitatif ,setelah data diperoleh diolah lalu dimasukkan dalam tabel kemudian dihitung nilai rata-ratanya.Hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan selisih rata-rata debris indeksnya sebesar 0,63 dengan nilai rata-rata DI menyikat gigi dengan bantuan orang tua lebih baik dibandingkan nilai rata-rata DI menyikat gigi secara mandiri.Ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat mendukung untuk meningkatkan kesadaran anak tentang kesehatan gigi dan mulut yang mana diharapkan dapat menurunkan nilai debris indeks.BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang

Menyikat gigi harus dilakukan dengan baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-benar dapat dihilangkan dari permukaan gigi. Debris ini jika tidak dibersihkan akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain karang gigi, gigi berlubang, bau mulut dan sebagainya. Cara menyikat gigi yang baik dan benar yaitu dilakukan secara tekun, teliti dan teratur. Tekun artinya sikat gigi dilakukan dengan giat dan sungguh-sungguh, teliti artinya sikat gigi dilakukan pada seluruh permukaan gigi dan teratur dilakukan minimal dua kali sehari. Waktu yang paling tepat untuk menyikat gigi adalah setiap selesai sarapan dan sebelum tidur malam (Ircham, 1995)Kelompok anak-anak pada umumnya belum dapat menyikat gigi dengan baik dan efektif karena menyikat gigi itu tidak mudah terutama pada makanan yang lengket, serta sisa makanan yang berada pada permukaan gigi yang sulit dijangkau dengan sikat gigi (Ircham, 1995).Untuk itulah peran orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan benar pada anak-anak sangat diperlukan agar sisa makanan yang tertinggal dipermukaan gigi yang sulit dijangkau dengan sikat gigi bisa dibersihkan.Orang tua berperan dalam dalam pengembangan kualitas pribadi anak, melalui cara-caranya mengasuh dan mendidik anak. Cara-cara ortang tua mengasuh anak meliputi sejauh mana orang tua menjadikan dirinya sebagai pantauan anak, hubungan kognitif dan afektif antara orang tua dan anak ,cara mengajar anak serta cara mendisiplinkan anak (Kudwiratri,1998).Termasuk didalammya peran orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan benar.Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam menyikat gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut saja,bukan karena mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi dan mulutnya,sehingga anak cenderung menyikat gigi dengan semaunya sendiri (Tomasowa,1981).Padahal tujuan menyikat gigi adalah mengghilangkan dan mengganggu pembentukan plak serta membersihkan gigi dari sisa makanan ataupun debris,yang mana plak dan sisa makanan yang tertinggal dalam gigi merupakan faktor terjadinya lubang gigi (Niken,2005).Untuk itulah peran orang tua sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya agar tercapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang maka disusun suatu permasalahan masalah yaitu Apakah ada perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat gigi dibantu orang tua pada murid TK?C.Tujuan Penelitian1.Tujuan UmumUntuk mengetahui perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat di bantu orang tua pada murid TK2.Tujuan Khususa. Untuk mengetahui nilai debris sesudah menyikat gigi secara mandiri murid TKb. Untuk mengetahui nilai debris sesudah menyikat gigi dibantu orang tua pada murid TKBAB IIKAJIAN PUSTAKAA.Telaah Pustaka1.Menyikat gigia.Definisi menyikat gigi.Menurut Tomasowa (1981) menyikat gigi adalah menghilangkan plak dari permukaan gigi yang tujuannya untuk mencegah penumpukan plak. Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi sehingga penumpukan plak dapat dihindari (Niken,2005).b.Waktu menyikat gigi.Maulani (2005), berpendapat bahwa menyikat gigi minimal sehari cukup dua kali sehari, yaitu 30 menit setelah makan pagi dan malam hari sebelum tidur. Niken (cit. Weidjen dkk, 1993) telah menstandarisasikan lama waktu menyikat gigi yang efektif adalah dua menit.Selain menggunakan lama waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas menyikat gigi ada anjuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian sebanyak 5 sampai 10 gosokan (Niken cit. Yankel dan Saxen,2005).2.DebrisNio (1992) mengatakan debris adalahsisa makanan yang tertinggal di dalam mulut pada permukaan dan diatas gigi geligi serta gingiva setelah makan yang tidak segera dibersihkan. Debris mudah dilepaskan oleh gerakan lidah, bibir serta pipi atau berkumur-kumur.

Partikel-partikel makanan yang tertekan didaerah interdental, oklusal didaerah cervikal gigi sukar dibersihkan dan merupakan makanan bagi kuman sehingga perlu dibersihkan dengan tindakan mekanis.3.Hubungan Menyikat Gigi Terhadap Debris.Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan debris atau deposit plak pada permukaan gigi dan gusi. Manfaat menyikat gigi adalah menghilangkan kotoran dan sisa makanan sehingga dapat mencegah penyakit gigi dan mulut (Depkes RI,1993). Tujuan menyikat gigi adalah membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung lama, sehingga kerusakan gigi dapat dihindari (Anonim,2008).Menurut Zelva (2008) kegunaan menyikat gigi adalah agar sisa-sisa makanan dapat hilang dari sela-sela gigi dan permukaan gigi selain itu untuk mendapatkan kenyamanan dari terselipnya sisa makanan dan mulut yang bebas dari bau.4.Perkembangan Anak TK.Anak TK termasuk kelompok pra sekolah. Anak pra sekolah adalah mereka yang berusia 3-5 tahun. Pada anak usia pra sekolah, merupakan masa kehidupan yang mana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain (Hurlock,1999).Mereka masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat serta memerlukan kesabaran yang luar biasa dalam mendidiknya (Ircham, 1995). Perkembangan anak difokuskan pada peran keluarga, terutama orang tua sebagai perantara antara anak dan lingkungan budaya yang melingkupinya.Mereka mulai belajar hidup bermasyarakat dan berkembang. Pada usia ini mereka akan mengalami mengenal banyak teman,mengenal dan minta banyak macam makanan dan meniru atau mencontoh apa yang dilihatnya dampaknya akan berakibat menguntungkan atau merugikan bagi kesehatan giginya.5.Peranan Orang Tua.Fase perkembangan anak usia pra sekolah masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam memelihara kesehatan mulutnya .Belum ada kesadaran anak dalam menjaga kebersihan mulut.Peranan orang tua dalam peningkatan derajat kesehatan anak sangat dibutuhkan terutama untuk menentukan keberhasilan kesehatan keluarga secara menyeluruh.B.Pertanyaan Penelitian.Dari kerangka konsep di atas dapat dibuat pertanyaan penelitian yaitu Apakah ada perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat gigi dibantu dengan orang tua.BACA SELENGKAPNYA27 April 2011 Posted by praskoabdullah | Uncategorized | Karya Tulis Ilmiah, Karya Tulis Kesehatan Gigi, KTI Kesehatan Gigi | Tinggalkan komentar

http://praskoabdullah.wordpress.com/tag/kti-kesehatan-gigi/pengertian gigi

tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigithttp://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=gigi&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabelArtikel oleh: admin pada September 6, 2012 pukul 11:20 WIB. Belum ada komentar

Oleh Hj. Dwi Setianingtyas Hardi, drg. Sp.PM*

Kali ini penulis ingin membahas beberapa fungsi gigi secara keseluruhan. Dengan demikian, kita akan bisa dapatkan hubungan yang sangat berkaitan.

Adapun fungsi gigi secara umum meliputi :1. Gigi depan/gigi seri (Incisivus) untuk menggigit, sedang gigi taring (Caninus) untuk merobek makanan dan gigi geraham yang letaknya di samping serta di belakang (paramolar/molar) adalah untuk mengunyah makanan.2. Untuk membantu berbicara mengucapkan beberapa huruf tertentu.3. Untuk estetik atau penampilan supaya cantik atau enak dipandang dan keserasian wajah.4. Perlindungan dan pengendalian dari debu, binatang kecil lainnya bahkan kuman serta benda luar yang masuk ke dalam mulut melalui bibir.

http://www.ydsf.org/blog/fungsi-gigi-kita-ternyata-banyakSenin, 13 Mei 2013 | 15:34 WIB

10 Cara Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut

Kata Alfred D. Wyatt Jr.dalam WebMd.com, ada 10 cara merawat kesehatan dan kecantikan gigi Anda.

1. Jangan takut ke dokter gigi

Beberapa orang merasa ngeri bila harus ke dokter gigi. Membayangkan peralatan di ruang dokter gigi saja terasa menyeramkan. Jika merasa cemas berada di ruang dokter gigi, cobalah untuk membawa pemutar musik dengan daftar lagu kesayangan Anda. Kemudian, cobalah untuk bernapas teratur. Jangan menahan napas. Dengan begitu, peredaran darah akan lancar sehingga membantu Anda mengurangi ketegangan. Dan jangan malu mengungkapkan soal ketegangan Anda kepada dokter. Dengan begitu, ia bakal membantu Anda merasa nyaman.

2. Flossing-lah sebelum menyikat gigi

Flossing adalah cara pembersihan sela gigi dengan menggunakan benang. Flossing akan mengeluarkan sisa makanan yang terjebak di sela gigi sehingga membantu penyikatan gigi menjadi lebih efektif. Saat menyikat gigi tiba, pastikan menyikat dengan sudut 45 derajat pada garis gusi dengan gerakan lembut.

3. Manfaatkan tusuk gigi

Jika tidak memiliki benang pembersih gigi, Anda dapat menggunakan tusuk gigi untuk membersihkan sela gigi. Namun, gunakanlah secara perlahan. Penggunaan tusuk gigi secara kasar akan melukai gusi Anda. Dan luka merupakan wadah yang tepat untuk berkembangnya bakteri.

4. Ganti secara rutin sikat gigi Anda

Agar gigi lebih sehat, gantilah sikat gigi Anda secara rutin setiap tiga atau empat bulan. Untuk sikat gigi elektrik, gantilah sesuai dengan panduan di buku petunjuk. Penggantian sikat gigi secara teratur akan membantu Anda menghindari kuman yang mungkin menempel di bulu sikat.

5. Konsumsi keju

Protein yang terkandung dalam keju sangat baik untuk mencegah pengikisan email gigi. Ditambah lagi, keju kaya akan kalsium yang juga membuat gigi lebih kuat. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi vitamin D yang membantu penyerapan kalsium. Vitamin D bisa didapatkan dalam susu, telur, dan ikan.

6. Hentikan noda dengan baking soda

Jika Anda gemar mengonsumsi kopi, teh, atau makanan lain yang akan meninggalkan plak di gigi, cobalah untuk bersihkan gigi dengan baking soda dua kali dalam sebulan. Gunakan baking soda seperti halnya Anda menggunakan pasta gigi. Jika penggunaan baking soda membuat Anda iritasi, cobalah pasta gigi yang mengandung baking soda.

7. Perhatikan makanan

Beberapa makanan dituduh dapat meninggalkan noda di gigi. Beberapa makanan lain juga diklaim dapat mencerahkan gigi, misalnya stroberi. Ada spekulasi bahwa stroberi memiliki pemutih gigi alami. Karena itu, cocok untuk membantu membersihkan gigi sehabis mengonsumsi kopi atau merokok. Untuk lebih membantu meminimalisir plak, cobalah memakan apel, pir, wortel, atau seledri. Makanan ini akan memperbanyak produksi air liur yang baik bagi kebersihan gigi.

8. Atur kadar keasaman

Kadar keasaman akan memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda. Makanan yang dapat memengaruhi kadar keasaman di antaranya cokelat, alkohol, soda, kopi, teh, bawang merah, bawang putih, produk susu, tomat, jeruk, mint, serta makanan pedas dan berlemak.

9. Jaga kesehatan lidah

Agar napas tetap terjaga, sikatlah pula lidah Anda tiap kali menyikat gigi. Lidah merupakan salah satu tempat berkembangnya bakteri yang menyebabkan napas tak segar. Untuk membersihkan lidah, gunakanlah scrub atau penggosok lidah setiap hari.

10. Obat membuat mulut kering

Mulut membutuhkan air liur agat tetap sehat. Namun, beberapa obat-obatan seperti antihistamin dapat mengeringkan air liur. Untuk membantu menjaga kelembapan gigi, tingkatkan asupan cairan dalam tubuh atau kunyahlah permen karet sehabis makan. Jika itu tidak membantu, konsultasikan ke dokter mengenai penggunaan produk air liur buatan.

http://www.tempo.co/read/news/2013/05/13/060479949/10-Cara-Menjaga-Kebersihan-Gigi-dan-Mulutpengertian rahang atas

tulang rahang sebelah atas, biasanya tidak dapat bergerakhttp://www.kamusbesar.com/56612/rahang-atasSenin, 06 Mei 2013 - 09:28:31 WIBPenyebab Dan Gejala Kebutaan Pada ManusiaDiposting oleh : AdministratorKategori: Umum - Dibaca: 2555 kali

Kebutaan merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pada indra pengelihatannya, hal ini bisa meliputi dua hal yaitu berkurangnya ketajaman mata atau tidak dapat meihat objek di sekelilingnya sama sekali. Meskipun pada akhirnya istilah kebutaan sering digunakan untuk kondisi dimana mata sudah tidak dapat berfungsi lagi baik tanpa atau dengan kacamata.

Jika dilihat dari definisi di atas, kebutaan memiliki dua jenis yaitu kebutaan parsial dan kebutaan lengkap atau complete blindness. Kebutaan parsial adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan fungsi. Sedangkan complete blondness digunakan untuk mata yang sama sekali tidak berfungsi. Banyak sebab dan faktor yang melatarbelakangi munculnya gangguan ini.

Berikut ini adalah penyebab dan gejala kebutaan pada manusia seperti yang berhasil kami rangkum dari beberapa sumber.

Penyebab

Banyak hal yang dapat memicu terjadinya gangguan pada mata yang cenderung mengarah pada kebutaan pada manusia, berikut beberapa diantaranya:

Penyakit diabetes Glukoma

Terpapar zat kimia atau kecelakaan

Degenerasi makula

Keempat penyebab tersebut biasanya berakhir dengan kebutaan complete atau tidak dapat melihat sama sekali, untuk kebutaan yang bersifat parsial biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:

Penyakit katarak

Penyumbatan pada pembuluh darah

Komplikasi akibat operasi mata

Tumor

Masih banyak hal lainnya yang ditengarai dapat menghilangkan fungsi mata seperti komplikasi yang terjadi karena kelahiran secara prematur, stroke dan lain sebagainya.

Gejala

Gejala yang ditemukan pada gangguan ini akan mudah dikenali seperti pengelihatan mulai kabur, tidak fokus pada objek, objek seperti terbagi menjadi dua dan lain sebagainya.

Gejala yang ditunjukkan memang mirip dengan tanda yang terdapat dalam katarak. Kebutaan seringkali datang tiba-tiba dan tanpa meniggalkan rasa sakit apapun pada penderitanya, oleh sebab itu langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah segera menghubungi dokter mata jika ada gejala atau tanda aneh pada mata kita. Banyak kasus kebutaan bisa ditangani ketika pasien segera memeriksakan kondisinya secepat mungkin, namun jika pasien terlambat maka tingkat keberhasilan akan sangat kecil.

Bantuan yang diperlukan

Bagaimana jika kebutaan telah menimpa salah seorang di rumah kita? Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk meringankan kebutaan pada orang tersebut:

Tidak menempatkan hewan peliharaan dalam rumah

Bantu ia mengenali semua perabotan yang dibutuhkan seperti cangkir, piring dan benda lainnya

Lipat uang dengan cara berbeda agar mudah dikenali

Jika ingin membantunya berjalan, pegang bagian sikunya

Singkirkan semua kabel dan penghalang dari lantai

Letakkan barang sesuai dengan tempatnya agar mudah ditemukan http://dinkes.sumbarprov.go.id/berita-71-penyebab-dan-gejala-kebutaan-pada-manusia.htmlpenyebab kebutaan yaitu :1. Penyakit Katarak. Katarak adalah kekeruhan yang terdapat pada lensa mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan sampai dengan timbulnya mata buta pada diri seseorang. Penyebab katarak bisa oleh karena proses penuaan atau pun karena jenis penyakit infeksi mata atau bisa juga karena trauma yang terjadi pada organ mata itu sendiri.2. GlaukomaYang dimaksud dengan penyakit glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap akan bisa mengakibatkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta secara permanen.

http://portalkesehatanku.blogspot.com/2013/06/penyebab-kebutaan.htmlPendapat adalah buah pikiran/anggapan terhadap suatu peristiwa atau keadaan. Peristiwa atau keadaan itu mencakup tentang permasalahan, seperti kriminalitas, pementasan drama, solusi banjir, penegakan hukum, dsb. Contohdari penggunaanpendapatini dapat dipahami sebagaimana yang tertuang dalam pertanyaan

17/01/2014

Diposkan olehHafizul Ahdadi15.28

http://hafizulahda.blogspot.com/2014/01/perbedaan-arti-pendapat-dan-tanggapan.html52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigiDocument TranscriptBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki gigi yang sehat adalah impian setiap orang, sebab selain berfungsi sebagai alat pengunyah, organ ini juga memiliki fungsi untuk menunjang penampilan. Apabila tidak dijaga kebersihannya, gigi dapat menimbulkan masalah seperti karang gigi, gigi berlubang, atau gusi berdarah. Mungkin karena tidak tahu masyarakat bila mengalami masalah gigi seperti gigi berlubang langsung meminta untuk dicabut. Padahal dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, gigi yang mengalami kerusakan dapat dirawat dan dikembalikan fungsinya seperti semula. B. Tujuan Refrat Adapun tujuan dari pembuatan refrat ini adalah: 1. Agar dokter muda mengetahui indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi. 2. Agar dokter muda mengetahui hubungan penyakit-penyakit sistemik dengan tindakan ekstraksi gigi.

BAB II INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGIA. DEFINISI Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan benar, yakni aman, higienis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan. Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana cara mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala perawatan yang menyertainya (Inneke, 1998). B. KLASIFIKASI EKSTRAKSI Ekstraksi gigi sering dikategorikan menjadi dua macam yakni ekstraksi simpel dan ekstraksi bedah/surgical. Ekstrasi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anestesi lokal dan menggunakan alat-alat untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Ekstrasi bedah

adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan mudah karena berada di bawah garis ginggiva atau karena belum erupsi secara keseluruhan. Dalam ekstraksi bedah, dilakukan sayatan pada gusi untuk menjangkau gigi. Dalam beberapa kasus, gigi tersebut harus dipecah menjadi beberapa bagian sebelum dicabut (Anggraito, 2011). C. INDIKASI EKTRAKSI GIGI Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa riwayat alergi, pengobatan yang sedang dilakukan, riwayat cabut gigi sebelumnya, dan kemungkinan reaksi anestesi yang pernah dialami sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi: a. Anatomi gigi menentukan jenis alat pencabutan, gerakan pencabutan, dan posisi pencabutan. b. Anestesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. c. Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan. d. Tidak menggunakan tenaga yang besar. e. Pemeriksaan kembali elemen gigi yang baru dicabut.View slideHilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan membuat gigi-gigi yang lainnya bergerak ke arah gigi yang hilang tersebut sehingga membuat gigi tidak teratur lagi. Oleh karenannya tindakan pecabutan gigi sebaiknya merupakan tindakan terakhir yang dilakukan dokter gigi apabila tidak ada cara lain untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang. Ekstraksi gigi harus sesuai dengan indikasi. Indikasi ekstrasi pada gigi permanen tidak sama dengan gigi decidui (gigi susu). Ekstraksi gigi permanen dilakukan karena berbagai sebab antara lain: 1. Gigi yang berlubang besar sehingga tidak dapat ditambal lagi dan tidak dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya pada gigi dengan akar bengkok, ataupun saluran akar buntu. 2. Gigi yang sangat goyah, oleh karena resorbsi tulang alveolar misalnya pada atropi senilis, patologis, maupun truama.View slide3. Gigi impaksi 4. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pecabutan gigi untuk mendapatkan tuangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.

5. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan gigi yang tidak sehat dapat merupakan sumber infeksi bagi tubuh. 6. Gigi yang menyebabkan trauma jadingan lunak sekitarnya. 7. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala dan leher dapat dilakukan ekstraksi pada gigi yang terkena radiasi. Radiasi dapat menyebabkan kerapuhan gigi, karies pada gigi, dan pada gigi yang sebelumnya sudah rusak bila terkena radiasi dapat menjadi lebih parah. Komplikasi yang paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapi radiasi adalah septikemia dan osteoradionecrosis/ORN (Koga et al, 2008).

8. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak normal. 9. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan pada penderita sehingga gigi tersebut menjadi non-vital atau mati.

10. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya pembuluh darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini membuat akar gigi tidak vital. 11. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur tulang alveolar. 12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi. 13. Keinginan pasien untuk dicabut giginya. Beberapa alasan penderita ingin mencabut giginya antara lain: a. Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu. b. Ingin diganti dengan gigi tiruan yang menurutnya lebih baik. c. Enggan /tidak punya waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter gigi. d. Faktor ekonomi. e. Faktor ketidaktahuan penderita.

Indikasi pencabutan gigi pada gigi decidui/susu antara lain: 1. Gigi ekstra yang menghambat pertumbuhan gigi lain 2. Gigi persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya sehingga menyebabkan gigi permanen terhambat pertumbuhannya. 3. Gigi susu yang merupakan fokus infeksi 4. Gigi susu dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital 5. Gigi susu yang sudah goyah dan sudah waktunya tanggal 6. Gigi susu yang akarnya menyebabkan ulkus dekubitus. D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar mengetahui keadaan pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan membahayakan sebelum, saat, maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya harus diketahui kontraindikasi dilakukannya ekstraksi maupun keadaan atau kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk sementara waktu. Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita. Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda, misalnya pada infeksi gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan anestesi. Untuk mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi.

Pada pasien yang menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupun warfarin, hendaknya menghentikan penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi gigi. Pada pasien-pasien dengan katup jantung prostetik maupun riwayat oprasi jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi. Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor lokal dan sistemik. 1. Faktor Lokal a. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Misalnya gigi dengan kondisi abses yang menyulitkan anestesi. b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus. Pecabutan gigi terutama gigi premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi (Inneke, 1998). c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Komplikasi lainnya adalah osteoradionekrosis (Koga et al, 2008). d. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan kanker cepat menyebar dan makin ganas. 2. Faktor Sistemik Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra indikasi mutlak. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, ekstraksi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi (Inneke, 1998). a. Diabetes mellitus. Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut

diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. b. Kehamilan Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan pergolakan hormon selama kehamilan. Namun perlu diwaspadai terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus gestasional yang umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu hamil adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh karena nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan gigi yang akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi uterus, namun hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun antiinflamasi yang aman bagi ibu hamil. Bila keadaan umum ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan kebagian obsgyn (Inneke, 1998; APA 2007). c. Penyakit Kardiovaskuler Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi gigi. Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan ekstraksi gigi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.

Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan ekstraksi gigi, misalnya saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan. d. Kelainan Darah / Blood Dyscrasia Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura, leukemia, anemia, hemofilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting untuk diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Untuk itu agar tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita. e. Hipertensi Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

f. Jaundice/Hepatitis Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk oleh hati. Oleh karenanya pasien dengan penyakit hati dapat menyebabkan prolonged hemorrahage yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum pencabutan dilakukan premediksi dahulu dengan vit K (Suharti, 2006) g. Sifilis Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat. h. Nefritis Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan ekstraksi gigi. i. Toxic Goiter Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang, bahkan kejang, komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.

BAB III KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan refrat ini adalah: 1. Ekstraksi gigi membutuhkan informasi riwayat penyakit yang diderita oleh pasien agar tindakan ekstraksi gigi dapat berjalan aman, serta komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan ekstraksi gigi dapat dihindari. 2. Tindakan ekstraksi gigi dapat pula melibatkan disiplin ilmu lain, seperti penyakit dalam, jantung paru, THT, maupun kebidanan, untuk itu tidak perlu segan untuk mengkonsulkan pasien dengan kondisi kusus yang melibatkan disiplin ilmu tersebut sebelum melakukan ekstraksi gigi. 3. Ekstraksi gigi atas permintaan pasien biasanya dikarenakan kurangnya informasi mengenai tindakan perawatan gigi, dan pasien ingin cepat menghilangkan rasa sakit.

DAFTAR PUSTAKA Anggraito. 2011. Beberapa Alasan Gigi Dicabut. http://tanyapepsodent.com/beberapa-alasan-gigi-dicabut. Diakses pada tanggal 12 April 2011. APA.2007. Dental Work During Pregnancy. http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/dentalwork.html. Diakses pada tanggal 12 April 2011. Koga, D.H., Salvajoli J.V., Alves F.A. Dental extractions and radiotherapy in head and neck oncology: review of the literature. http://oralpathol.dlearn.kmu.edu.tw/case/Journal%20reading-intern-0811/RT-dental%20extraction-OD-2008.pdf. Diakses pada tanggal 12 April 2011. Inneke H.P. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi. Jakarta: DEPKES RI Suharti C. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI

http://www.slideshare.net/arisasda/52991066-exodontiaindikasidankontraindikasicabutgigiSelasa, 01 Februari 2011

Anastesi15.47Lutfan10

Anastesi LokalBerhasil dalam anastesi lokal merupakan prasyarat semua bedah dibidang kedokteran gigi, dan di bedah mulut ini dibutuhkan bagi pasien dan operator. Kemampuan untuk melakukan anastesi lokal dengan baik kepada semua pasien merupakan kemampuan yang fundamental yang harus dimiliki oleh dokter bedah mulut (Wray, 2003).Anastesi lokal biasa digunakan dalam beberapa hala.DiagnosticDalam hal ini anastesi lokal digunakan untuk menemukan sumber sakit yang diderita pasien, contohnya rasa sakit pada penderita pulpitis, pada pasien pulpitis sulit baik bagi pasien maupun bagi ooperator karena rasa sakit yang timbul dapat dirasakan dibagian mulut atau bagian wajah yang jauh dari lokasi pulpitisb.TerapiAnastesi lokal marupakan bagian dari perawatan pada tindakan bedah, contohnya pengguanaan teknik blok pada penderita dry socket untuk mengurangi rasa sakit, hal ini yang dimaksud sebagai anastesi lokal yang berfungsi sebagai bahant terapic.PraoperasiAnastesi lokal juga diberikan sebelum tindakan praoperasi, hal ini dilakukan untuk keamanan dan kenyamanan pasien pada saat melakukan tindakan pembedahan.d.Pasca operasiSesudah tindakan pembedahan baik dengan anestesi lokal maupun general, efek anatesi yang berkelanjutan kebanyakan menguntungkan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul dari tindakan setelah operasi (Wray, 2003)Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anastesi lokal :a.InfiltrasiAnastesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anastesi disekitar apeks gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar menyebabkan cairan anastesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi.b.Anastesi blokAnastesi blok merupakan anastesi dengan menginjeksikan cairan anastesi pada batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut. Anastesi blok yang biasa dilakukan yaituinferior dental blok, mental blok, posterior superior dental blok,daninfraorbital blok.c.Teknik-teknik yang lainAda teknik-teknik lain yang digunakan untuk anastesi sepertiperiodontal ligamen injection, intraosseous injection,danintrapulpal injection.(Wray, 2003)Eksodonsia ( Pencabutan Gigi )Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar, dimanan pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.extraksi gigi, pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah. Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia. Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek.

2.2.2 Indikasi dan kontraindikasi eksodonsiaIndikasi :1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan.4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.7. Untuk perawatan ortodonsi8. Supernumerary teeth9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.Kontraindikasi :1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut2. Pendarahan yang tidak diinginkan3. Alergi pada anastesi local4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi, endodontic dan sebagainya.Daftar Pustaka-anastesi lokal.1993. alih bahasa drg. Purwanto, Jakarta : EGC-Howe, Geoffrey L. 1989.Pencabutan Gigi Geligi. Jakarta : EGC.-Wray, david, dkk. 2003. Textbook of General and Oral Surgery. Philadelphia. Churchill Livingstone-Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbit FK UIhttp://revias-dental.blogspot.com/2011/02/anastesi.htmlBerikut penjelasannya seperti yang dilansir dari mayoclinic dan webmd, Kamis (4/7/2013):

Definisi

Glaukoma adalah salah satu penyakit pada mata yang diakibatkan oleh penumpukan cairan (aqueous humor) di dalam mata yang terlalu tinggi dan kemudian menimbulkan tekanan. Cairan ini biasanya dikeluarkan dari mata melalui sistem drainase, di mana iris dan kornea bertemu. Namun, apabila sistem drainase tidak bekerja dengan benar, maka mata tidak dapat menyaring cairan tersebut dengan normal dan timbullah tekanan di dalam mata. Hal itu akan merusak saraf optik dan dapat menyebabkan kebutaan.

Penyakit glaukoma dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Open-angle glaucoma atau wide-angle glaucoma. Ini merupakan jenis umum dari glaukoma. Struktur mata tampak normal, tapi cairan dalam mata tidak mengalir dengan baik melalui saluran mata.

Angle-closure glaucoma. Disebut juga sebagai glaukoma kronis. Pada jenis ini, terjadi penumpukan cairan di dalam mata secara tiba-tiba dan kemudian menimbulkan tekanan pada mata.

Gejala

Tanda-tanda awal dari penyakit glaukoma, antara lain:

Kepala sakit

Mata merah

Nyeri pada mata

Penglihatan kabur. Misalnya, terdapat lingkaran cahaya pada lampu.

Mual dan mutah

Penyebab

Penyakit glaukoma biasanya dialami oleh orang yang usianya di atas 40 tahun. Namun, saat ini, orang muda dewasa bahkan anak-anak pun dapat mengalami hal ini. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit Glaukoma:

Faktor keturunan: Penyakit glaukoma cenderung diwariskan. Apabila orangtua Anda terdiagnosis menderita glaukoma, maka Anda berpeluang besar menderita penyakit ini.

Penyakit diabetes: Glaukoma akan dialami oleh para diabetesi.

Cedera, infeksi, dan peradangan pada mata: Apabila mata Anda mengalami cedera atau radang, segera diobati. Jika tidak, hal itu akan menyebabkan glaukoma.

Penyumbatan pada pembuluh darah di mata Pernah melakukan operasi mataPengobatan

Risiko kebutaan akibat glaukoma dapat diminimalisir dengan melakukan pemeriksaan mata secara dini dan dilakukan dengan teratur. Pastikan dokter Anda mengukur tekanan intraokular mata Anda. Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Menggunakan tetes mata khusus penderita glaukoma. Tetes ini dapat mengurangi pembentukkan cairan di depan mata dan meningkatkan arus keluarnya cairan dari dalam mata.

2. Operasi laser. Ada 3 jenis operasi laser untuk menyembuhkan penyakit glaukoma, yaitu trabeculoplasty di mana laser digunakan untuk membuka area trabecular meshwork drainage, iridotomy di mana laser digunakan untuk membuat lubang kecil di iris supaya cairan dapat mengalir lebih deras, dan cyclophotocoagulation di mana laser berguna untuk mengurangi produksi cairan.

3. Bedah mikro. Saluran baru dibuat pada pembedahan ini supaya cairan dalam mata dapat mengalir lebih banyak sehingga tekanan intraokular berkurang.

http://health.liputan6.com/read/629068/glaukoma-penyakit-yang-sebabkan-kebutaanKOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI (1)Posted by De Haantjes van Het Oosten in Jun 19, 2010, underIlmu Bedah Mulut (Oral Surgery),Menu Dento InkubatorKOMPLIKASI PENCABUTAN GIGIFraktur akarKeadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan penderita diberitahu keadaan tersebut.

Fraktur tulang alveolarDapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.

Fraktur dari tuberositas maxilarisTerjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.

Perforasi Sinus MaxilarisTerjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis sehingga rusak.Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi perforasi.Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada mukosa dari bukal untuk menutup.Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu, jangan kumur terlalu keras.

Terdorongnya akar pada Sinus MaxillarisBila terjadi dapat dicoba untuk mengambil frakmen tersebut dengan jalan :Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung ditutupDiambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip ) pada socketBila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan merujuk penderita ke dokter ahli.

PerdarahanKadang kala dapat terjadi pada saat dilakukan pencabutan, hal ini diatasi dengan pemberian tekanan pada daerah tersebut.

Subcutan emphysemaJarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat atau spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara tinggi.Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.

http://potooloodental.blog.com/?p=325KOMPLIKASI ANESTESI PENCABUTAN GIGIPosted by De Haantjes van Het Oosten in Jul 08, 2012, underIlmu Bedah Mulut (Oral Surgery)Definisi Anestesi lokalAnestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi pada serabut saraf maupun akibat inhibisi pada proses konduksi nervus perifer. (Malamed, S. F, 1.3)

Sedangkan Anestesiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mendasar usaha dalam hal- hal pemberian anestesi dan analgesic serta menjaga keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan, melakukan tindakan resusitasi pada penderita gawat, mengelola unit perawatan intensif, memberi pelayanan terapi, penanggulangan nyeri menahun bersama cabang ilmu kedokteran lainnya dan dengan peran serta masyarakat secara aktif mengelola kedokteran gawat darurat.

Persiapan AnestesiSebelum dilakukan pemberian anestesi lokal, operator harus mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini disebabkan oleh efek depresan yang merupakan salah satu efek dari obat- obatan anestesi lokal. Selain itu, obat- obatan anestesi lokal pun memiliki efek samping lain berupa bronkospasm yang sering kali menyebabkan hiperventilasi maupun vasodepressor sinkop. Oleh karena itu, keadaan umum pasien perlu dievaluasi sebelum melakukan tindakan anestesi.

Evaluasi Praanestesi dilakukan melalui anamnesis serta evaluasi kondisi fisik pasien. Dalam anamnesis, pasien ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita, obat- obatan yang sedang dikonsumi, riwayat alergi, dan juga beberapa keluhan- keluhan yang mungkin dialami oleh pasien. Dalam evaluasi praanestesi ini pula ditanyakan tentang ketakutan pasien sebelum dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis pasien dapat pula dievaluasi.

Penyakit- penyakit yang umumnya ditanyakan kepada pasien dalam evaluasi praanestesi adalah kelainan jantung, hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi terhadap obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsy, serta kelainan darah.

Pemeriksaan fisik praanestesi yang perlu dilakukan adalah inspeksi visual untuk mengobservasi adanya kelainan pada postur tubuh pasien, gerakan tubuh, bicara, dan sebagainya; evaluasi tanda vital; serta status kesehatan fisik menurut ASA.

Komplikasi Anestesi LokalPada pemberian anestesi lokal, terdapat komplikasi yang mungkin saja terjadi. Komplikasi yang disebabkan pemberian anestesi lokal dibagi menjadi dua, komplikasi lokal, dan komplikasi sistemik. Komplikasi lokal merupakan komplikasi yang terjadi pada sekitar area injeksi, sedangkan komplikasi sistemik merupakan komplikasi yang melibatkan respon sistemik tubuh terhadap pemberian anestesi lokal.

1. Komplikasi Lokala. Jarum Patah

Penyebab utama jarum patah adalah kondisi jarum yang fatig akibat dibengkokkan. Jarum patah dapat pula disebabkan oleh kesalahan teknik saat administrasi, kelainan anatomi pasien, serta jarum yang disterilkan berulang. Apabila kondisi ini terjadi, pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak dan tangan operator jangan dilepaskan dari mulut pasien dan pasang bite block bila perlu. Jika patahan dapat terlihat, patahan dapat dicoba diambil dengan arteri klem kecil. Namun, apabila jarum tidak terlihat, insisi dan probing tidak boleh dilakukan dan segera konsultasikan ke spesialis bedah mulut untuk diambil secarasurgical.

b. Rasa sakit

Rasa sakit saat administrasi anestesi lokal disebabkan oleh penggunaan jarum yang tumpul, pengeluaran anestetikum dengan terlalu cepat, serta tidak menguasai teknik anestesi lokal. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan anestesi topikal sebelum insersi jarum dan mengeluarkan anestetikum secara perlahan, serta anestetikum yang digunakan lebih baik jika suhunya sama dengan suhu tubuh.

c. Parestesi atau Anestesi Berkepanjangan

Parestesi atau anestesi yang berkepanjangan dapat terjadi akibat trauma saraf, anestetikum bercampur alkohol, serta adanya perdarahan pada sekitar saraf. Parestesi berkepanjangan dapat menyebabkan trauma pada bibir yang tergigit dan apabila mengenai N. Lingualis dapat menyebabkan mati rasa kecap. Sebagai upaya pencegahan, operator harus berhati- hati saat administrasi dan menggunakan spuit sekali pakai sehingga tidak perlu mensterilkan dengan larutan alkohol. Penanggulangan parestesi yang berkepanjangan dapat dilakukan dengan penjelasan pada pasien bahwa hal tersebut akan terjadi dalam waktu lama, control setiap dua bulan, dan apabila berlangsung lebih dari satu tahun maka konsultasi neurologis diperlukan.

d. Paralisis Fasial

Paralisis fasial disebabkan oleh insersi jarum yang terlalu dalam saat blok N. Alveolaris Inferior sehingga masuk ke kelenjar parotis dan mengenai cabang saraf wajah, biasanya N. Orbicularis oculi. Penanggulangan hal tersebut dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa hal tersebut akan berlangsung selama beberapa jam dan mata pasien harus dilindungi selama refleks berkedip belum kembali.

e. Trismus

Trismus merupakan salah satu komplikasi pemberian anestesi akibat adanya trauma pada M. Mastikatorius atau pembuluh darah pada intra temporal fossa. Trismus dapat pula disebabkan oleh anestesi lokal yang bercampur alkohol dan berdifusi ke jaringan sehingga mengiritasi M. Mastikatorius. Penangulangan trismus dilakukan dengan cara pemberian analgetik, kompes air panas selama 20 menit, latihan buka tutup mulut selama 5 menit setiap 3-4 jam, dapat pula diberikan permen karet untuk melatih gerakan lateral. Bila trismus berlanjut lebih dari 7 hari, maka konsulkan pada spesialis bedah mulut.

f. Hematom

Hematom sering terjadi pada komplikasi blok N. Alveolaris Inferior, N. Alveolaris Superior Posterior, dan N. Mentalis/ Insisif. Pencegahan hematom dapat dilakukan dengan mengetahui anatomi sehingga tidak terjadi penyebaran darah ke rongga ekstravaskuler. Penggunaan jarum pendek pada anestesi N. Alveolaris superior posterior juga dapat dilakukan sebagai upaya meminimalisasi hematom. Penanggulangan hematom akibat administrasi anestesi lokal adalah dengan menekan perdarahan dan jangan mengompres panas selama 4-6 jam setelah kejadian, namun setelah satu hari dapat dikompres hangat 20 menit per jam. Kompres dingin dapat dilakukan segera setelah terjadi hematom untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit.

g. Infeksi

Infeksi terjadi akibat kontaminasi jarum dan dapat menyebabkan trismus. Bila infeksi berlanjut sampai lebih dari hari ketiga, maka antibiotik diindikasikan untuk pasien tersebut.

h. Edema

Edema disebabkan oleh trauma selama anestesi lokal, infeksi, alergi, perdarahan, dan penyuntikan anestetikum yang terkontaminasi alkohol. Penanggulangan edema dilakukan dengan observasi bila edema disebabkan oleh trauma injeksi atau iritasi larutan, biasanya akan hilang 1- 3 hari tanpa terapi. Sedangkan bila lebih dari 3 hari dan disertai rasa sakit atau disfungsi mandibula, antibiotik sebaiknya diberikan untuk pasien tersebut.

i. Trauma jaringan lunak

Pada pasien anak- anak, atau pasien dengan cacat mental, rasa baal setelah pemberian anestesi lokal dapat menyebabkan pasien tersebut mengigit bibir maupun jaringan lunak lainnya. Penanggulangan trauma jaringan lunak di sekitar area yang dianestesi dilakukan dengan pemberian salep untuk mengurangi iritasi, analgesic, serta antibiotik jika diperlukan.

j. Lesi intraoral

Lesi intraoral umumnya disebabkan oleh trauma jarum pada jaringan saat insersi. Penanggulangan lesi ini dilakukan dengan pemberian topikal anestesi praanestesi, pemberian obat kumur, dan pemberian antibiotik jika terjadi infeksi.

2. Komplikasi Sistemika. Reaksi psikis

Reaksi psikis yang sering terjadi sebagai komplikasi sistemik akibat pemberian anestesi lokal adalah sinkop atau serangan vasovagal. Hal ini merupakan gangguan emosional sebelum penyuntikan. Pada saat terjadi reaksi psikis, arteri mengalami vasodilatasi sehingga menyebabkan volume darah ke jantung berkurang sehingga menyebabkan penurunan umpan balik kardiak yang menyebabkan hilang kesadaran mendadak. Tanda- tanda reaksi psikis ini adalah pucat, mual, pusing, keringat dingin, dan jika tidak ditangani cepat kesadaran akan hilang, pupil membesar, denyut nadi lemah dan tidak teratur. Perawatan reaksi psikis ini adalah dengan penaganan emergensi sinkop.

b. Reaksi toksik

Reaksi toksik pada administrasi anestesi lokal jarang terjadi bila penyuntikan dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Apabila aspirasi tidak dilakukan sebelum penyuntikan, maka anestetikum akan masuk ke dalam intravaskuler sehingga menyebabkan overdosis. Tanda- tanda reaksi toksik adalah terjadi konvulsi, gangguan pernafasan, dan syok.

c. Reaksi alergi

Riwayat alergi pasien harus ditanyakan praanestetikum sehingga meminimalisasi terjadinya reaksi alergi. Reaksi alergi yang terjadi berbeda- beda dengan tingkat keparahan yang juga berbeda. Tingkat reaksi alergi yang paling ringan adalahlocalized skin reactiondengan gejala lokal eritema, edema, dan pruritus. Untuk tingkatan lesi yang lebih parah yaitu reaksi pada kulit yang tergeneralisasi, antihistamin perlu diberikan. Pada kasus alergi yang melibatkan traktus respiratorius, diberikan epinefrin secara intramuscular kemudian melakukan prosedur emergensi. Tingkat reaksi alergi yang paling parah adalah syok anafilaktik yang perlu ditangani dengan segera dengan pemberian epinefrin IM atau IV, serta penanganan emergensi syok.

d. Virus Hepatitis/ HIV

Penyebaran kedua virus ini dapat melalui jarum suntik. Oleh karena itu, jarum suntik harus digunakan sekali pakai sebagai upaya pencegahan.

e. Interaksi obat

Interaksi obat dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat sistemik. Secara umum, interaksi obat dengan anestesi lokal sangat jarang. Namun, anestesi lokal yang mengandung noradrenalin dapt merangsang respon tekanan darah pasien yang mendapatkan antidepresan trisiklik. Karena itu, noradrenalin tidak dianjurkan untuk dipakai.

dari berbagai Sumber

http://potooloodental.blog.com/?p=512Jenis AnestesiBerikut adalah jenis-jenis anestesi:

1. Anestesi lokalAnestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada bagian tertentu tubuh.

Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan dioperasi untuk mengurangi rasa sakit.

Anestesi juga dapat diberikan dalam bentuk salep atau semprotan.

Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien terjaga sepanjang operasi, tapi akan mengalami mati rasa di sekitar daerah yang diperasi.

Anestesi lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan untuk operasi minor dan berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.

2. Anestesi regionalAnestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk mematikan bagian yang lebih besar.

Pada prosedur ini pasien mungkin tidak sadarkan diri selama periode waktu yang lebih panjang.

Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa sakit selama dan setelah prosedur bedah. Ada dua jenis utama dari anestesi regional, yang meliputi:

- Anestesi spinalAnestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi regional yang disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien.

Pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah untuk memblokir transmisi sinyal saraf.

Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi merasakan sakit.

Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat penenang diberikan untuk membuat pasien tetap tenang selama operasi.

Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di pinggul, perut, dan kaki.

- Anestesi epiduralAnestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip anestesi spinal.

Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan kurang menyakitkan daripada anestesi spinal.

Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut, dan kaki.

3. Anestesi umumAnestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama operasi.

Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas yang dilewatkan melalui alat pernafasan.

Pasien sama sekali tidak akan mengingat apapun tentang operasi karena anestesi umum memengaruhi otak dan seluruh tubuh.

Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh dipantau secara ketat.

http://www.amazine.co/18353/ketahui-3-jenis-anestesi-dan-efek-sampingnya/Anestesi

Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.

Ada dua jenis anestesi:

umum, yang membuat pasien tak sadar

lokal, yang membuat mati rasa bagian tubuh yang akan diambil tindakan.

Tidur yang diinduksi anestesi tidak sama dengan tidur biasa, tetapi suatu bentuk ketidaksadaran sementara yang secara hati-hati dikendalikan oleh dokter anestesi. Setiap jenis operasi membutuhkan pengelolaan jumlah yang tepat dari anestesi. Sepanjang prosedur, berbagai jenis obat-obatan ditambahkan atau dihapus untuk mengurangi rasa sakit dan mempertahankan tingkat ketidaksadaran yang tepat.

Untuk beberapa operasi, pilihan terbaik adalah menggabungkan bius lokal seperti spinal atau epidural dengan obat-obatan anestesiuntuk membuat pasien mengantuk.

http://kamuskesehatan.com/arti/anestesi/Rahangadalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan masuk, kemulut. Pada sebagian besarvertebrata, kedua rahang berhadapan secaravertikal, membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan padaarthropoda, rahang saling berhadapan secaralateral. Fungsi utama rahang adalah untuk pemasukanmakanan, pintu masuk ke mulut, dan atau pemrosesan awal makanan (mengunyah). Istilah rahang juga secara umum digunakan untuk keseluruhan struktur yang membentuk rongga mulut dan berfungsi membuka dan menutup mulut. Rahang terbagi menjadi 2, yaituRahang atas(Os Maxilla) danRahang bawah(Os Mandibulla)

http://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://www.wedaran.com/12527/penyakit-mata-penyebab-kebutaan/