makalah sumaryono (hukum ekonomi prof adi -smt 1)

Upload: lisanhal

Post on 10-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    1/33

    1

    PERANAN HUKUM DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMIMELALUI PEMBAHARUAN HUKUM YANG PROGRESIF

    Makalah Hukum dan Ekonomi

    Oleh: Sumaryono

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Diskusi dan perdebatan tentang peranan hukum dalam pembangunan

    ekonomi sudah dilakukan sejak lama.1 Paling tidak, sejarah sudah mencatat

    bahwa kegiatan yang berhubungan dengan hukum dan pembangunan sudah

    dimulai secara nyata sejak akhir tahun 1940-an yang dilakukan dalam

    pembangunan negara-negara yang baru merdeka. Begitu juga halnya hukum

    dan pembangunan sebagai salah satu wilayah kajian akademik mulai sejak

    akhir tahun 1940an dan berkembang di akhir 1960 an. Dalam tulisan singkat

    ini yang akan dibicarakan adalah sejarah singkat dari hukum dan

    pembangunan; peranan ahli hukum dalam pembangunan; pembaharuan

    hukum di Indonesia; peranan hukum dalam masyarakat global, prospek

    pendidikan tinggi hukum dan penutup.

    Hukum dan pembangunan itu adalah terjemahan dari Law and

    Development, yang mulai berkembang di Amerika Serikat sesudah perang

    dunia kedua. Jika merunut pada pengertian yang dikembangkan di Amerika

    khususnya yang berhubungan dengan organisasi United States Agency for

    1 T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum: 1986, Pengantar, dalam T. Mulya Lubis danRichard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang,Yayasan Obor Indonesia, h. ix.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    2/33

    2

    Interantional Development (USAID) dan lembaga seperti Ford Foundation

    atau Rockefeller Foundation, maka perkembangan hukum dan pembangunan

    dapat dibaca dari upaya lembaga-lembaga ini dalam mempengaruhi dan

    memperkenalkan kepada negara-negara berkembang dalam melakukan

    pembangunan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.2 Hal ini dimulai

    dengan melakukan pengiriman dan reseach oleh ahli hukum dari Amerika.

    Bahkan pada tahun 1966 Kongres Amerika mengundangkan Foreign

    Asistence Act of 1966 untuk membantu Negara-negara berkembang di Asia,

    Afrika dan Amerika Latin memperbaharui dan memperkuat system hukum.3

    Pengiriman para ahli hukum Amerika ini merupakan bagian yang tak

    terpisahkan dari agenda bantuan. Hal ini dapat dilihat secara nyata dari

    besarnya bantuan keuangan yang dianggarkan, dimana untuk Afrika misalnya

    diperkirakan sebesar US $ 15 juta dan sebesar US $ 5 juta.4 Biaya yang besar

    ini dikeluarkan karena ada anggapan bahwa modernisasi hukum pada

    negara-negara yang baru itu sangat diperlukan dan hukum yang modern itu

    diperlukan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi. Hal ini didasari

    oleh pemikiran bahwa hukum yang modern itu akan memberi pengaruh pada

    pembangunan ekonomi, karena hukum yang modern itu memberikan fasilitas

    2

    Lan Cao: 1997, Book Review Law and Economic Development: A New Bargaining ? TexasInternational Law Journal, Vo. 32, h. 546.3 Erman Rajagukguk: 2003, Hukum Ekonomi Indonesia : memperkuat Perastuan Nasional,Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Paperdisampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII,diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak AsasiManusia, Depasar 14-18 Juli 2003, h. 1.4 Lan Cao : 1997, Op. Cit, h 547.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    3/33

    3

    dan ruang pada perencanaan ekonomi sebab hukum yang modern itu sebagai

    sarana yang tepat untuk membangun masyarakat.5

    Rasio dari perlunya hukum yang modern dalam pembangunan karena

    pada hukum modern mempunyai ciri-ciri antara lain, pertama, aturan

    diterapkan dengan cara yang tidak berbeda; kedua, perundang-undangan

    bersifat transaksional; ketiga norma hukum modern bersifat universal;

    keempat, sistem hukum bersifat hirarkis; kelima, sistem hukum diatur secara

    birokratis; keenam, sistem hukum bersifat rasional; ketujuh, sistem hukum

    dijalankan oleh para ahli hukum; kedelapan, sistem hukum bersifat tehnis dan

    komplek; kesembilan sistem hukum dapat diubah; kesepuluh, sistem ini

    bersifat politik; dan kesebelas, tugas membuat dan menerapkan undang

    dilakukan oleh pihak yang berbeda.6

    Bantuan mengembangkan hukum dan pembangunan ekonomi ini,

    diberikan oleh Amerika Serikat kepada banyak negara. Bahkan di Indonesia

    pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an ketika mulai direncanakan

    pembangunan nasional oleh pemerintah, bantuan ahli hukum atau ahli

    hukum yang diperbantukan kepada Departemen tertentu atau membantu di

    kantor hukum tertentu atau ahli hukum tertentu.7

    Kondisi ini sempat menjadi salah satu bahan gossip dikalangan praktisi

    hukum di Jakarta. Gossip dan kecurigaan terhadap ahli hukum dari Amerika

    5 Ibid.6 Marc Galantar, Modernisasi Sistem Hukum dalam Myron Weiner, Modernisasi : DinamikaPeretumbuhan, Voice of America Forum Lecturer, h. 102 104.7 Bryant G. Garth : 2005, Preliminary Paper for Globalization and Its Discontents, h 13-14.,diakses dari http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pd

    http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pd
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    4/33

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    5/33

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    6/33

    6

    Barat peranan ahli hukum itu sangat penting, sebagaimana dikatakan oleh

    Wolfgang G. Friedman:13

    Dalam tradisi Barat, ahli hukum telah menyumbangkan sesuatu padaperkembangan sistem hukum, dan dengan demikian turut serta dalammengembangkan masyarakat, terutama sebagai hakim, pembela dansarjana. Ahli hukum juga memberikan perhatian terhadap perubahanlegislatifsebagai anggota komite perubahan hukum,..sebagai ahli

    pada departemen pemerintah, atau sebagai perancang diparlemen.

    Seperti juga dicatat oleh Friedman14 bahwa peranan ahli hukum di

    Amerika sejak awal kemerdekaan sangat dominan, misalnya 40 orang dari 61

    anggota Kongres adalah ahli hukum. Banyak Presiden pada awalnya adalah

    ahli hukum, dan sebelum menjadi Presiden berpraktik sebagai penasehat

    hukum, bahkan menurut catatannya pada masa pemerintahan Presiden

    Clinton 75 % anggota Kabinet adalah ahli hukum yang pernah berpraktik

    sebagai penasihat hukum. Menurut Friedman, kondisi ini bukan kebetulan

    tetapi adalah satu keniscayaan, sebab urusan penasihat hukum erat

    kaitannya dengan urusan pemerintah. Pemerintah membuat dan mengatur

    hukum dan hukum diketahui oleh penesihat hukum.

    Hal tersebut agak berbeda dengan keadaan di Indonesia. Kalau kita

    lakukan survey secara sederhana, peranan ahli hukum selama pemerintahan

    Orde Baru lebih banyak sebagai pelengkap penderita, Jaksa Agung cukup

    13 Wolfgang G. Friedman: 1986, Peranan Hukum dan Fungsi Ahli Hukum di NegaraBerkembang, dalam T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalamPerekonomian di Negara Berkembang, Yayasan Obor Indonesia, h. 4.14 Lawrence H. Friedman: 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, terjemahan WishnuBasuki, PT. Tatanusa, bab 13, h. 327 -360.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    7/33

    7

    lama dan secara bergantian dijabat oleh tentara15, Menteri Kehakiman tentara,

    bahkan Ketua Mahkamah Agung juga pernah dijabat oleh tentara. Semua

    Departemen selalu ada bagian hukum, begitu juga pada hampir semua

    perusahaan swasta atau BUMN selalu ada bagian hukum, tetapi bagian

    hukum tampak muram dan tidak mampu mendukung kebutuhan departemen

    atau perusahaan dalam menangni masalah hukum. Sehingga sekali lagi

    bagian hukum itu hanya sebagai pemantas, para ahli hukum dikantor-kantor

    pemerintah atau perusahaan swasta tidak pernah mendapat posisi sebagai

    pihak yang memberikan pertimbangan akhir. Para ahli hukum di pemerintahan

    atau di lembaga swasta, sebagian besar hanya pelengkap, terutama dalam

    melakukan dokumentasi, tidak akan diminta sebagai pemberi pertimbangan

    akhir dalam pengambilan keputusan.

    Bahkan tidak jarang dalam praktik, para ahli hukum itu hanya bertugas

    menyusun kalimat dalam membuat perjanjian. Isi perjanjian sudah disetujui

    dan tidak melibatkan ahli hukum, atau dalam istilah yang biasa digunakan

    masalah komersial sudah selesai, yang belum selesai adalah perjanjian

    secara tertulis. Tidak ikutsertanya para hali hukum ini, mungkin karena ahli

    hukum dianggap tidak perlu terlibat, sebab kalau mereka terlibat dalam

    melakukan negosiasi mereka tidak jarang ketakutan berlebihan, atau mungkin

    juga karena ahli hukum yang ada dianggap tidak mempunyai kemampuan

    15 Sejak zaman Kabinet Dwikora sampai dengan Kabinet Pembangunan V , yang menjadiJaksa Agung adalah Brigjen. Sutardhio; Letjen. Sugih Arto; Lerjen. Ali Said; Letjen. IsmailSaleh; Mayjen. Hari Suharto, dan Laksamana Muda Sukarton Marmosudjono (Lihathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesia. ) Lihat juga Drs.C.S.T.Kansil,S.H.,:1988, Kabinet dan Departemen di Indonesia, IND.HILL.Co, h, 125 170.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesia
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    8/33

    8

    untuk berunding, karena pengetahuan tehnisnya tentang masalah yang

    dirundingkan tidak memadai. Atau mungkin juga seperti kritik yang ditemui

    dalam penelitian yang dilakukan oleh Bappenas dengan bantuan World Bank,

    bahwa sarjana hukum sekarang ini tidak mempunyai kemampuan menulis

    secara logis dan konsisten suatu opini hukum atau memorandum hukum.16

    Atau mungkin juga keberadaan ahli hukum yang terkesampingkan ini

    berhubungan dengan ucapan Bung Karno yang sangat terkenal bahwa met

    de juristen kunnen wij geen revolutie maken, dengan sarjana hukum kita tidak

    bisa membuat revolusi.17

    2. Reformasi hukum dan penegakan hukum

    Kerangka pemikiran pembangunan hukum selama masa Orde Baru

    secara nyata telah mengabaikan cita-cita dan tujuan didirikannya Negara

    Republik Indonesia sebagai negara hukum, bahkan Konsep Negara hukum

    dikalahkan oleh para pendukung otoritarianisme Orde Baru.

    18

    Dalam

    konstitusi UUD 1945 telah dinyatakan dengan jelas bahwa Negara Republik

    Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechtsstaat), bukan negara

    berdasar atas kekuasaan (machtsstaat).19 Hukum dan seluruh pranata

    pendukungnya baik berupa peraturan pemerintah maupun peraturan daerah

    adalah dasar dan kerangka bagi proses penyelenggaraan kehidupan

    16 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting): 2002, Reformasi Hukum di Indonesia, Cetakanke 5, CYBERconsult, h. 51.17 J.E. Sahetapy: 2003, Reformasi Hukum : Quo Vadis ?, diakses darihttp://www.komisihukum.go.id18 Abdul Hakim G Nusantara : 2005. Menuju Negara Hukum Indonesia: Refleksi keadaanpublik dan prospek Transisi demokrasi di Indonesia, h. 2. diakses drhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal19 Lihat system pemerintahan menurut penjelasan UUD 45.

    http://www.komisihukum.go.id/http://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://www.komisihukum.go.id/
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    9/33

    9

    berbangsa dan bernegara. Hukum dan peraturan yang ada bukan sebagai

    alat untuk melanggengkan kekuasaan dan mengukuhkan kepentingan

    sekelompok orang yang berkuasa dan bukan pula alat dari suatu sistem yang

    cenderung mengabaikan demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan rakyat

    Indonesia.

    Selama masa Pemerintahan Orde Baru, program pokok dari

    pemerintah adalah membangun ekonomi yang ditopang oleh tiga jangkar yaitu

    stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan, akan tetapi dalam praktik

    pemerintah sangat menekankan stabilitas dalam penerapan Rencana

    Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pada setiap periodenya. Stabilitas,

    pertumbuhan, dan pemerataan, dikenal sebagai Trilogi Pembangunan

    diusahakan pencapaiannya melalui serangkaian Repelita yang ber- akhir

    Maret 1998.20

    Dalam kurun wakru 19701996, perekonomian meningkat rata-rata

    tujuh persen per tahun21. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama

    masa pemerintahan Orde Baru menyebabkan penurunan kemiskinan yang

    signifikan. Indonesia beralih dari Negara miskin menjadi negara

    berpendapatan menengah. Namun, pembangunan ekonomi yang berhasil ini

    tidak dibarengi dengan partisipasi politik, perlindungan hak asasi manusia,

    20 Masyarakat Transparansi Indonesia, Pokok Pikiran Kajian GBHN Tahun 1999 BidangHukum, diakses dari http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html21 Anne Booth:2001, Pembangunan: Keberhasilan dan Kekurangan, dalam Donald K.Emerson, Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi, Masyarakat, Transisi, GramediaPustaka Utama, h. 191.

    http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    10/33

    10

    keadilan, dan transparansi dalam pembuatan keputusan publik. Bahkan

    menurut Sudradjad Djiwandono, Kestabilan ini dicapai melalui cara-cara

    represi, menghilangkan semua unsur yang berpotensi menjadi pesaing dari

    penguasa dengan cara apapun, bahkan yang melanggar hak azasi. Kita

    melihat bahwa dalam masa itu semua organisasi; sosial, profesi, fungsional,

    apalagi politik, selalu mengalami 'pembinaan' atau 'digarap' oleh Pemerintah

    dengan berbagai cara agar menjadi tidak vokal, tidak menyuarakan sesuatu

    yang berbeda dengan penguasa. Di dalam kehidupan politik tidak dikenal

    oposisi. Semua ini dikatakan tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.

    Kestabilan sosial-politik yang tercapai dengan reka yasa ini merupakan

    kestabilan semu, dan tidak tahan lama.22

    Tidak banyak aturan hukum yang memihak kepada rakyat diciptakan,

    tetapi lebih banyak aturan hukum yang melindungi kepentingan penguasa dan

    pengusaha. Akibat dari politik pembangunan ini ada ketimpangan antara

    pemabangunan ekonomi dan pembangunan hukum. Pembangunan hukum

    selama masa Orde Baru digunakan sebagai alat penopang dan pengaman

    pembangunan nasional yang secara kasar telah direduksi hanya sebagai

    proses pertumbuhan ekonomi semata23. Pranata-pranata hukum di masa

    tersebut lebih banyak dibangun dengan tujuan sebagai sarana legitimasi

    kekuasaan pemerintah, pemerintah dan aparatnya memilik kekuasaan mutlak,

    bukan hanya dalam mengelola dan mengarahkan tujuan pembangunan, tetapi

    22 Sudradjad Djiwandono: 2000, Membangun Kembali Ekonomi Indonesia dengan ParadigmaBaru, h. 3, diakses http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html. 23 Masyarakat Transparansi Indonesia, Op. cit.

    http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.htmlhttp://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    11/33

    11

    juga memiliki kekuasaan dalam mengatur kehidupan social, budaya dan politik

    bangsa Indonesia.24 Hukum hanya dijadikan sebagai sarana untuk

    memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, dan sebagai sarana untuk memfasilitasi

    proses rekayasa sosial. Sebagaimana dinyatakan dalam Ketetapan Majelis

    Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomer: II/MPR/1983 TENTANG

    GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA, Pembangunan dan pembinaan

    hukum diarahkan agar dapat: 1) Memantapkan hasil-hasil pembangunan yang

    telah dicapai; 2) Menciptakan kondisi yang lebih mantap, sehingga setiap

    anggota masyarakat dapat menikmati suasana serta iklim ketertiban dan

    kepastian hukum yang beritikan keadilan; 3) Lebih memberi dukungan dan

    pengamanan kepada upaya pembangunan untuk mencapai kemakmuran.

    Banyak ahli ekonomi dan hukum yang sering mengingatkan pemerintah

    tentang keadaan ekonomi yang tidak seimbang, pembangunan tidak merata

    dan pembangunan ekonomi yang dianggap tidak berkeadilan ini. Tetapi

    pemerintah dan para ahli ekonomi dan keungan Indonesia yang mendukung

    kebijakan pemerintah selalu bertahan dengan pendapat mereka. Para ahli

    ekonomi terbuai dengan pertumbuhan semu dan mereka tidak mampu

    memberikan analisa yang akurat, bahwa ekonomi Indonesia sangat rentan

    terhadap perubahan eksternal, dan hukum yang ada tidak akan mampu

    menghadapi situasi krisis. Kritik terhadap arah dan pola pembangunan

    ekonomi ini seperti dikatakan oleh The Kian Wie, Arah dan pola

    24 Loekman Soetrisno: 1997, Beberapa Faktor Dalam dan Luar Negeri yang Berpengaruhpada kelestarian Pembangunan di Indonesia, dalam Loekman Soetrisno,DemokratisasiEkonomi & Pertumbuhan Politik, Penerbit Kanisius, h. 172.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    12/33

    12

    pembangunan ekonomi kita pada dasarnya kurang tetap, sedikit-dikitnya tidak

    akan berhasil dalam memecahkan masalah-masalah nasional yang

    fundamental, seperti penghapusan kemiskinan absolute dan penciptaan

    lapangan kerja yang memadai dan produktif dalam waktu yang lebih singkat

    dan yang masih dapat ditolerir oleh sebagian besar lapisan masyarakat ?25

    Ketimpangan dan ketidak siapan hukum dalam menunjang kegiatan

    ekonomi ini dapat dilihat dari hasil studi diagnostik yang dilakukan oleh

    Bapenas dan World Bank ditahun 1996, dari studi ini ditengarai bahwa situasi

    hukum Indonesia mengalami krisis, disebabkan ketidaksiapannya dalam

    mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.26 Dikatakan pula bahwa

    kinerja sistem hukum dan sarjana hukum tidak memadai, bahkan dinilai para

    professional hukum dianggap tidak mampu mengimbangi perubahan sebagai

    akibat dari pembangunan ekonomi, mereka tidak mampu memahami tugas

    utama mereka sebagai pelayan hukum dan masyarakat.

    27

    Ekonomi

    Indonesia sangat baik dengan pertumbuahannya semakin membaik dan

    diharapkan mencapai 9% pada tahun 2020. Namun studi ini menyimpulkan

    bahwa lembaga hukum dan sistem hukum tidak mampu mengikuti

    perkembangan ekonomi, kecuali dilakukan reformasi dibidang hukum.28

    25 The Kian Wie: 1983, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa PendekatanAlternatif, dalam The Kian Wie (Penyunting), Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan,Beberapa Pendekatan Alternatif, LP3ES, h. 23.26 Mardjono Reksodipuro: 2003, Reformasi Menyeluruh dan Pemulihan Ekonomi, diakses darihttp://www.komisihukum.go.id/article - opinion.27 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting), Op. cit, h. 144.28 Ibid, h. 145.

    http://www.komisihukum.go.id/articlehttp://www.komisihukum.go.id/article
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    13/33

    13

    Sebagai contoh ketidak siapan hukum kita dalam menyelasikan

    masalah akibat dari krisis ekonomi di tahun 1997, adalah penyelesaian hutang

    BLBI. Ketika pemerintah sudah bersepakat dengan para pemegang saham

    mayoritas bank swasta yang dihentikan operasinya atau diambil alih, dengan

    cara membuat perjanjian yang dikenal dengan MSAA, MRNIA dan APU, maka

    cukup banyak kemudian orang menggugat kebijakan yang diambil pemerintah

    ini, dengan alasan hukum Indonesia tidak mengenal dan tidak mengatur

    perjanjian seperti itu. Bahkan ada yang beranggapan bahwa pembayaran oleh

    pemegang saham mayoritas bank dengan harta pribadi atas hutang dianggap

    tidak cukup, karena pemegang saham mayoritas bank dianggap melakukan

    korupsi. Penyelesaian masalah BLBI ini kemudian, tidak hanya menjadi

    masalah hukum tetapi berubah menjadi masalah politik yang penyelesaiannya

    dilakukan dengan langkah politik.

    Sistem hukum Indonesia oleh kalangan politisi dan ahli selama masa

    Orde Baru selalu disebut salah arah. Hukum dan penegakan hukum terutama

    dalam perkara-perkara politik lebih sering dianggap sebagai alat dari

    pemerintah mengokohkan kekuasaan. Tidak ada orang yang dianggap

    sebagai penentang pemerintah Orde Baru dibebaskan oleh pengadilan.29

    29 Ratusan kasus yang diputus oleh pengadilan dimana terdakwanya dihukum karenadianggap menentang pemerintah, seperti kasus Malari, Mahasiswa 77/78, Tanjung Priok(termasuk HR. Dharsono, AM Fatwa, Ir. HM Sanusi dan pengeboman BCA), Komando Jihad,Kasus Mahaiswa ITB, kasus penghinaan terhadap Presiden oleh Mahasiswa di Jakarta,Yogyakarta dan lain-lain.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    14/33

    14

    Dalam praktik tidak jarang hukum hanya dipergunakan sebagai alat

    untuk mengatur rakyat belaka, hukum digunakan hanya untuk mengancam

    rakyat belaka, dan jarang dijadikan acuan bagi pemerintah dan pemegang

    kekuasaan lainnya untuk mengatur kewajiban mereka kepada rakyat.

    Reformasi hukum sebagai suatu upaya pembaruan yang menyeluruh harus

    segera dilakukan. Paling kurang yang harus segera dimulai adalah

    melaksanakan reformasi hukum sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

    undang No. 25 Tahun 2000 (Propenas 2000) bahwa program induk

    pembangunan hukum meliputi pembentukan peraturan perundang-undangan,

    pemberdayaan lembaga peradilan dan penegakan hukum lain, penuntasan

    kasus-kasus korupsi dan hak asasi manusia, serta peningkatan kesadaran

    hukum masyarakat. Untuk selanjutnya reformasi hukum ini harus diperluas

    dengan rencana yang dinyatakan dalam pembanguan jangka panjang,

    sebagaiman dinyatakan dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun

    2005 2025,30 Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung

    terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengatur

    permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi, terutama dunia usaha dan

    dunia industri, serta terciptanya kepastian investasi, terutama penegakan dan

    perlindungan hukumnya. Pembangunan hukum juga diarahkan untuk

    menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu

    menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait KKN.

    30 RUU dan naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 18 Maret 2005, BabIV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, h. 37.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    15/33

    15

    Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan materi hukum,

    dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan

    pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan

    perlindungan hukum, penegakan hukum dan HAM, kesadaran hukum, serta

    pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban dan

    kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan Negara yang makin tertib,

    teratur, lancar serta berdaya saing global.

    Sebagai langkah kongkrit reformasi hukum dapat dilakukan dengan

    mengembangkan sistem peradilan sebagai kegiatan "pembentukan kembali"

    lembaga peradilan, dengan tujuan lebih dari mengoreksi praktik buruk dan

    kesalahan manajemen. Yang dilakukan adalah pembaharuan fundamental

    terhadap lembaga peradilan, kejaksaan dan kepolisian yang berarti

    membangun kembali dari awal berbagai institusi hukum yang menjadi dasar

    bekerjanya sistem hukum. Perubahan dan pembaharuan yang dilakukan

    bukan terhadap masalah tehnis, sebab perubahan teknis hanya akan

    memperbaiki keadaan dalam keadaan jangka pendek, karena kebijakan dan

    peraturan tidak dapat menjamin munculnya elemen-elemen pokok bagi

    terbentuknya suatu sistem peradilan yang efektif, memiliki integritas,

    dipercaya dan mendapatkan penghormatan serta kepercayaan publik, dan

    secara tegas memelihara kode etik.31 Unsur-unsur penting inilah yang

    membedakan lembaga peradilan dari berbagai lembaga pemerintahan, atau

    lembaga politik yang tidak jarang partisan.

    31 Justice for the Poor Wolrld Bank, diakses dari http://www.jusiticeforthrpoor.or.id,

    http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    16/33

    16

    Membangun lembaga peradilan yang efektif, memiliki integritas,

    dipercaya, dihormati, dapat dilakukan dan dimulai dengan melakukan

    rekruitmen Hakim Agung yang berimbang antara hakim karier dan hakim non

    karier, dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan untuk hidup

    dengan sederhana. Meskipun hal ini akan mendapat rintangan yang berat

    disebabkan oleh kuatnya perlawanan dari pihak yang tidak menginginkan

    reformasi terhadap lembaga peradilan baik dari dalam maupun luar sistem

    hukum, terutama dari mereka yang kepentingan dan hak-hak utamanya akan

    terganggu dan terusik dengan adanya reformasi dan pembahruan terhadap

    lembaga peradilan. Bilamana komitmen atas reformasi lembaga peradilan dari

    pemerintah atau lembaga peradilan tetap rendah, maka perlu pengawasan

    yang lebih ketat dari masyarakat terhadap lembaga peradilan, seperti

    membentuk lembaga pemantau peradilan disetiap pengadilan, selain

    membentuk lembaga pengawas yang kridibel dengan kualifikasi tinggi dan

    tidak tercela.

    Upaya yang harus ditempuh dalam merealisasikan reformasi hukum

    minimal meliputi; pertama penataan kembali materi hukum melalui peninjauan

    dan penataan kembali peraturan perundang-undangan dengan menggantikan

    peraturan perundang-undangan kolonial yang menurut salah satu penelitian

    masih ada lebih kurang 400 UU warisan kolonial yang tidak relevan dengan

    perkembangan yang terjadi,32 untuk mewujudkan undang-undang yang

    bersifat modern dan dapat dilaksanakan, dalam arti menghilangkan tumpang

    32 Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Persfektif 2006, The Habibie Center, h. 7.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    17/33

    17

    tindih dan inkonsistensi Peraturan Perundang-undangan, merumuskan

    kembali peraturan perundang-undangan yang kurang jelas mengakibatkan

    sulitnya implementasi di lapangan selain yang diakibatkan oleh ketiadaan

    peraturan pelaksanaan sebuah ketentuan peraturan perundang-undangan

    yang memerlukan peraturan pelaksanaan; kedua, melakukan pembenahan

    struktur hukum melalui penguatan lembaga hukum, profesi hukum dan

    peradilan dengan meningkatkan profesionalisme serta kualitas sistem

    peradilan yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab;33

    menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi agar

    peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa hukum

    diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran; dan ketiga

    peningkatan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum

    yang tinggi didukung oleh pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat

    dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak berbelit dan penetapan

    putusan yang mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Hal ini ditujukan

    untuk menumbuhkembangkan serta meningkatkan kadar kesadaran hukum

    dan hak asasi manusia masyarakat termasuk para penyelenggara negara

    agar mereka tidak hanya mengetahui dan menyadari hak dan kewajibannya,

    33Paul H. Brietzke: 2000, Pembeharuan Hukum di Indonesia, Ceramah yang disampaikankepada Departemen Hukum dan Perundang-undangan pada tanggal 21 Februari 2000, h. 5.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    18/33

    18

    tetapi juga mampu berperilaku sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku

    serta menghormati hak asasi manusia.34

    3. Peranan hukum dalam masyarakat global

    Pengaruh globalisasi pada saat sekarang ini tidak bisa dihindari, sebab

    ketika informasi mengalir dengan kebebasan yang relative, maka penghalang

    geografis yang lama menjadi tidak relevan. Kebutuhan global menghasilkan

    produk global.35 Hal ini sudah barang tentu akan terjadi pada pelaksanaan

    pembangunan di Indonesia dan negara-negara lain terkait erat dengan

    komitmen-komitmen global dalam bidang ekonomi, perdagangan, transaksi

    keuangan, dan lain-lain. Gelobalisasi ekonomi ini akan membawa globalisasi

    hukum.36

    Sebagai anggota PBB dan pelbagai lembaga lain di bawahnya, serta di

    gerakan Nonblok, Indonesia juga menandatangani perjanjian dagang

    internasional, antara lain WTO, APEC, OPEC, ASEAN, dan AFTA. Selain itu

    Indonesia juga terlibat dalam berbagai konvensi baik global maupun regional,

    bahkan Indonesia sangat berperan di dalam Kerjasama Selatan-Selatan dan

    terlibat secara aktif dalam program-program TCDC (Tech-nical Cooperation

    between Developing Countries) seperti penyelenggaraan training dan

    34 Bandingkan dengan naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) 2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 18 Maret2005, Bab IV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, h. 39-40.35 Kenichi Ohmae: 1991, Dunia Tanpa Batas, Binarupa Aksara, h 23.36 Erman Rajagukguk: 1997, Peranan Hukum dalam Pembangunan pada era Globalisasi:Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato pengukuhan diucapkan padaupacara penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas HukumUniversitas Indonesia, Jakarta, 4 Januari 1997, h. 15.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    19/33

    19

    penyediaan tenaga ahli bagi Negara Negara belum berkembang di Asia dan

    Afrika.

    Kondisi ini menjadikan Indonesia berkewajiban menyesuaikan seluruh

    perangkat hukumnya mengikuti standarisasi hukum internasional, terutama

    dalam hukum perdagangan, seperti dalam bidang penanaman modal, hak

    milik intelektual, bahkan dalam masalah perburuhan, sebab penyelasaian

    sengketa perburuhan tidak jarang mendapat perhatian dari organisasi

    perburuhan internasional.37 Pada masa yang akan datang ini bukan hanya

    masalah yang menyangkut perdagangan atau hak asasi manusia yang akan

    menjadai masalah internasional dan diadili oleh pengadilan internasional,

    tetapi juga masalah korupsi akan dapat dipersoalkan oleh lembaga

    internasional dan diadili oleh pengadilan internasional. Korupsi yang dapat

    dipersoalkan tidak terbatas pada transaksi komersial internasional saja, tetapi

    juga transaksi yang bersifat lokal dengan disahkannya UNITED NATIONS

    CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI

    PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) menjadi

    undang-undang Nomer 7 Tahun 2006. Dengan demikian maka bararti bahwa

    sebenarnya sudah mulai tersusun desain hukum internasional yang diadopsi

    menjadi hukum nasional untuk memberantas korupsi dan suap suap,

    khususnya yang memiliki sifat transnasional, sehingga Indonesia tidak lagi

    37 Kasus pemutusan hubungan kerja antara Serikat Pekerja Mandiri dengan Hotel Shangri-Ladi tahun 2001, adalah salah satu contoh bahwa organisasi internasional tidak jarang ikutmenekan pemerintah Indonesia untuk ikut membantu menyelesaikan sengketa perburuhan.Dalam beberapa kali sidang ILO, masalah PHK ini sempat dipertanyakan kepada Pemerintah.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    20/33

    20

    akan menjadi surga bagi para koruptor seperti yang selama ini digunjingkan

    banyak orang. Selain itu kita tidak bisa melupakan bahwa dalam konteks

    hukum internasional, hukum nasional bisa dipandang sebagai produk hukum

    yang secara langsung akan "menjembatani" hak dan kewajiban hukum

    internasional dengan subjek-subjek hukum yang ada dalam lingkup hukum

    nasional.

    4. Prospek pendidikan tinggi hukum

    Pendidikan tinggi hukum diluar negeri terutama di Inggris atau Australia

    misalnya, adalah pendidikan tinggi yang sangat bergengsi. Mahasiswa

    Fakultas Hukum pada Universitas-universitas di dua negara ini umumnya

    adalah mahasiswa pilihan, karena hanya calon mahasiswa terbaik saja yang

    bisa masuk ke Fakultas Hukum, sedangkan calon mahasiswa yang biasa-

    biasa saja tidak akan diterima di Fakultas Hukum. Bahkan syarat untuk

    mendaftar menjadi mahasiswa fakultas hukum itu pada kedua negara ini

    sangat tinggi, bila dibandingkan dengan syarat yang diminta oleh fakultas

    yang lain. Pada dua negara ini nilai minimal untuk menjadi mahasiswa

    Fakultas Hukum, hanya sedikit berbeda dengan Fakultas Kedokteran, tetapi

    selalu lebih tinggi dari Fakultas yang lain. Artinya untuk menjadi mahasiswa

    fakultas hukum itu harus dengan nilai tertinggi kedua sesudah fakultas

    kedokteran. Dan menjadi mahasiwa fakultas hukum itupun baru dapat mereka

    raih setelah berjuang keras dan bersaing secara ketat dengan calon

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    21/33

    21

    mahasiswa yang lain. Di kedua negara ini Fakultas Hukum itu selalu

    melakukan penolakan terhadap calon Mahasiswa.

    Sedangkan kondisi kita di Indonesia agak berbeda dari kondisi di

    Inggris dan Australia. Kita harus akui bahwa cukup banyak mahasiswa

    memilih masuk Fakultas Hukum setelah mereka tidak diterima pada fakultas

    pavorit, dan Fakultas Hukum terutama yang swasta sangat jarang menolak

    mahasiswa. Gengsi Mahasiwa Fakultas Hukum sangat kalah kalau

    dibandingkan dengan mahasiwa fakultas tehnik. Bahkan tidak jarang, pada

    awalnya mahasiswa yang mengikuti pendidikan tinggi hukum kualitas

    intelektualnya tidak sebaik mahasiswa fakultas tehnik misalnya. Dengan

    kualitas calon mahaiswa yang tersedia seperti ini maka untuk melahirkan

    alumni fakultas hukum yang baik dan mumpuni, fakultas hukum harus bekerja

    lebih keras dan lebih banyak dari yang dilakukan oleh fakultas yang lain.

    Sebab salah satu penemuan hasil penelitian yang dilakukan oleh World Bank

    dan Bappenas bahwa umumnya sarjana hukum kita tidak mampu menuliskan

    secara logis dan konsisten suatu opini hukum atau memorandum hukum,

    padahal kemampuan menuliskan secara logis dan konsisten ini adalah satu

    keahlia yang harus dimiliki seorang sarjana hukum.38

    Kalau alumni Fakultas Hukum ingin berperan dan mengambil bagian

    dari kehidupan berbangsa dan bernegara secara maksimal pada masa yang

    akan datang, maka yang sangat layak dilakukan mulai dari sekarang adalah

    38 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim: 2002, Op. cit, h.51.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    22/33

    22

    menyesuaikan pendidikan hukum kita untuk kebutuhan masa yang akan

    datang, dan sudah tentu dibutuhkan juga kesiapan kita untuk belajar dan

    melakukan penelitian secara terus menerus. Pendidikan hukum ini tidak akan

    maksimal bila sarana pendidikan, staf pengajar dan mahasiswa tidak

    mempersiapkan diri secara baik, karena ketiga komponen ini harus berjalan

    bersama dan terkait secara terus menerus dan tidak boleh ada yang tertinggal

    apalagi terabaikan.

    Terlebih lagi dalam dunia yang semakin menjadi global, dunia bisnis

    yang sekarang cenderung menjadi satu seperti sekarang ini, dan juga karena

    uang tidak dibatasi oleh batas nagara dan pemilik uang mempunyai hak yang

    sangat istimewa dimanapun mereka berada, maka yang kita butuh dimasa

    yang akan datang adalah para ahli hukum yang sangat istimewa untuk

    mengatur kehidupan bebangsa dan bernegara. Ahli hukum yang istimewa itu,

    hanya bisa dilahirkan dengan pendidikan yang baik dan terencana.Hal yang

    harus segera dilakukan agar lulusan fakultas hukum siap pakai adalah

    melakukan perubahan kurikulum pendidikan hukum. Perubahan ditujukan

    agar para lulusan tidak sekedar memahami teori tetapi juga menguasai

    ketrampilan hukum, sehingga pendidikan hukum akademis dan profesi tidak

    disatukan dalam satu kurikulum. Penyatuan pendidikan hukum akademis dan

    profesi sebenarnya tidak realistis.39 Waktu yang dialokasikan untuk

    mahasiswa agar memiliki pengetahuan teoritis dan praktis terlalu singkat.

    39 Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D: 2006, Reformasi Pendidikan Hukum diIndonesia, diakses dari http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini

    http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opinihttp://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    23/33

    23

    Untuk itu Fakultas Hukum diharapkan memiliki laboratorium hukum yang

    dapat dijadikan media bagi mahasiswa fakultas hukum dalam

    mengembangkan kemampuan berpraktik yang baik dalam arti terhindar dari

    praktik kotor yang biasa disebut mafia peradilan, namun pendidikan profesi

    secara mendalam dapat diberikan setelah mahasiswa menyelesaikan

    pendidikan S1, walaupun tidak setara dengan S2.

    Dengan kondisi yang dikemukan diatas yang harus dibangun adalah

    sikap optimis, sebagaimana pernah dikemukakan Prof. Erman Rajagukguk,

    S.H,. LL.M, Ph.D, dalam orasinya ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar

    dalam bidang Hukum, menyimpulkan: Fakultas Hukum dalam era globalisasi

    harus mempersiapkan mahasiswanya dengan pendidikan yang cukup. Disatu

    pihak pendidikan hukum menghasilkan sarjana hukum yang mempunyai

    keterampilan dalam praktek hukum yang mengandung unsur internasional; di

    pihak lain membekali mereka dengan kemampuan menghadapi berbagai

    masalah yang dihadap masayarakat, termasuk memberikan jalan bantuan

    hukum bagi mereka yang palin terkena globalisasi.40

    Dengan demikian yang layak untuk segera dipikirkan dan dilakukan

    sekarang adalah menjadikan pendidikan hukum menjadi satu kesatuan

    dengan pembangunan hukum, sehingga arah dari pendidikan hukum adalah

    mendidik mahasiswa agar dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan

    40 Erman Rajagukguk: 1997, Op. cit, h.24.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    24/33

    24

    dan penegakan hukum.41 Tanpa arah pendidikan seperti ini maka pendidikan

    hukum kita tidak akan mempunyai kontribusi apapun terhadap pembangunan

    hukum dan penegakan hukum. Pendidikan hukum yang mampu melahirkan

    mahasiswa yang mampu melakukan pembangunan hukum dan mampu

    menjadi penegak hukum hanya dapat dilakukan dengan cara melibatkan

    mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan kegiatan peraktis. Seperti magang

    pada kantor Advokat, atau pada Kejaksaan dan juga dengan magang di

    Pengadilan.

    Selain dengan kegiatan magang untuk kepentingan Mahasiswa, yang

    juga harus dilakukan adalah memperbincangkan kurikulum secara terus

    menerus dan disesuaikan dengan kebutuhan riil dalam masyarakat dan

    perkembangan kebutuhan praktis masyarakat, sehingga ini, akan mengatasi

    kekakuan dan kekurang pekaan atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang

    sedang berubah yang hingga kini merupakan kelemahan sekian banyak

    universitas-universitas kita.42 Perbincangan terus menerus atas kurikulum

    bukan hanya dilakukan oleh kalangan staff pengajar, tetapi juga melibatkan

    para peneliti dan praktisi, baik sebagai alumni atau sebagai ahli.

    Persoalan kurikulum itu bukan hanya persoalan apa yang harus diajarkan43,

    tetapi juga adalah menyangkut topik apa yang patut dan dibutuhkan oleh

    masyarakat pada masa yang akan datang ketika Mahasiswa sudah kembali

    41 Bandingkan dengan pernyataan Bagir Manan dalam Bisnis Indonesia Rabu 18 Februari2004, h T3.42 Soedjatmoko: 1976, Beberapa Fikiran tentang Perguruan Tinggi, Prisma, No.2 Maret, h 30.43 Bursja Zahir : 1978, Pendidikan Tinggi: Hubungan dengan Masyarakat dan KeadaanSekarang, Prisma No.2 Maret, Tahun VII, h 28.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    25/33

    25

    ke masyarakat. Hal seperti ini yang disebut oleh Conant sebagai clinical

    professor,44 karena professor adalah seorang praktisi yang setiap hari

    memperaktikkan berbagai macam teori ke dalam peraktik dengan tepat .

    Dengan meminjam kalimat dari Prof. Mochtar Kusumatmadja, maka akan

    dikatakan, ..pendidikan klinis yang direncanakan dengan baik tidak hanya

    mengajarkan keteramplan teknis, melainkan juga harus menghadapakan

    mahasiswa-mahaiswa pada keadaan-keadaan yang akan dijumpainya dalam

    masyarakat kelak dan juga harus menambahkan suatu kebiasaan atau sikap

    terhadap suatu masalah yang dapat disebut suatu problem solving attitude.45

    Kurikulum pendidikan hukumpun seharusnya dipikirkan seperti apa

    yang dilakukan oleh seorang professor yang mempraktikkan teori kedokteran

    ke dalam praktik dokter sehari-hari. Dengan kurikulum seperti ini Mahasiswa

    diharapkan dapat berpikir dan memecahkan masalah secara independent.

    Atau seperti dikatakan oleh, Richard J. Wilson, The methodology by which,

    such programs are accomplished is as broad as the creative minds of the legal

    educator; it may include something as simple as a short role play by students

    in a large lecture section or as complex as supervised representation of

    people involved in real legal disputes, usually referred to in the US (without

    any apparent sense of irony) as "live client" work. In between these two

    extremes are many other pedagogical devises: the role-play, gaming, small

    44Dikutip dari Toisuta, Willi: 1976, Kurikulum Perguruan Tinggi: Perimbangan antara BebanBelajar Dan Mengajar, Prisma N0.2, Maret, h 37.45 Mochtar Kusumaatmadja: 2006, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, cetakan ke2, Alumni, h. 63.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    26/33

    26

    and large-scale simulations, externships or other work under the supervision

    of a practitioner in that person's office, or other devises. Any of these is a

    means by which students can understand their work as lawyers through

    experience, the assumption being that attempting to teach lawyering through

    lectures or reading alone is tantamount to learning how to drive by reading the

    car owner's manual.46

    Artinya kurikulum seperti inilah yang diharapkan akan melahirkan

    Sarjana Hukum yang mampu melakukan pembangunan hukum dan juga

    mampu melakukan penegakan hukum. Paling tidak ada dua alasan menurut

    Richard J. Wilson, yaitu, First, while do not denigrate the effectiveness of

    other means of clinical legal education, each of which can and should have a

    central place in law school curricula, I believe the live client clinic has prove

    itself to be the most powerful and effective means by which to teach the art of

    lawyering. Just, experience has shown that neophyte doctors learn best when

    working with real patients, the same is true with neophyte lawyers and real

    clients. Second, and perhaps just as important, the live client clinic provides a

    means by which students and law schools can make a contribution toward

    access to justice in their communities.47

    46 Ibid.47 Richard J. Wilson: 1996 Clinical Legal Education as a Means to Improve Access to Justicein Developing and Newly Democratic, A Paper Presented at the Human Rights Seminar of theHuman Rights Institute, International Bar Association Berlin, Germany Oct. 17, h.1

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    27/33

    27

    C. Penutup

    1. Kesimpulan

    Peranan hukum dalam pembangunan itu begitu penting. Pentingannya

    peranan hukum bukan hanya dalam hal penyelesaian masalah hukum yang

    timbul, tetapi didalam meletakkan dasar dari pembangunan itu sendiri. Krisis

    ekonomi di Indonesia yang begitu buruk dan panjang tidak terlepas dari

    kondisi hukum yang tidak siap menopang pembangunan ekonomi.

    Untuk menghindari kesulitan pada masa yang akan datang, maka reformasi

    terhadap hukum mutlak untuk dilakukan. Reformasi itu harus disesuaikan

    dengan kebutuhan hukum Indonesia menuju dunia global.

    Dalam menyambut dunia yang semakin kehilangan batas ini, Indonesia harus

    menyiapkan ahli hukum yang mumpuni dari segi teoritis dan dari segi praktis.

    Untuk itu perubahan kurikulum dalam arti mengikuti perkembangan kurikulum

    fakultas hukum yang bersifat internasional sudah layak untuk

    dipersiapkan.Tugas itu menjadi beban yang tidak ringan bagi Fakultas Hukum.

    2. Saran

    Dalam penulisan makalah ini disampaikan beberapa saran

    (rekomendasi) yakni sebagai berikut di bawah ini:

    1) Peranan ahli hukum dalam pembangunan, reformasi dan

    penegakan hukum seyogyanya diarahkan dengan mengacu kepada

    falsafah atau pandangan hidup bangsa yakni Pancasila dengan

    memperhatikan perkembangan dunia global yang berkembang.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    28/33

    28

    2) Pendidikan hukum juga seharusnya terus dikembangkan dengan

    mengedepankan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta

    perkembangan dunia global. Perkembangan pendidikan hukum

    Indonesia dilakukan dengan meningkatkan kemampuan teoritis dan

    praktis menuju pembaharuan hukum Indonesia yang berdasarkan

    nilai-nilai keadilan, selain kepastian dan kemanfaatan.

  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    29/33

    29

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Hakim G Nusantara : 2005. Menuju Negara Hukum Indonesia: Refleksi

    keadaan publik dan prospek Transisi demokrasi di Indonesia, diakses

    drhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal.

    Anne Booth:2001, Pembangunan: Keberhasilan dan Kekurangan, dalam

    Donald K. Emerson, Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi,

    Masyarakat, Transisi, Gramedia Pustaka Utama.

    Bryant G. Garth : 2005, Preliminary Paper for Globalization and Its

    Discontents, h 13-14., diakses dari

    http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdf

    Bursja Zahir : 1978, Pendidikan Tinggi: Hubungan dengan Masyarakat dan

    Keadaan Sekarang, Prisma No.2 Maret, Tahun VII.

    Drs.C.S.T. Kansil,S.H.,:1988, Kabinet dan Departemen di Indonesia,

    IND.HILL.Co.

    Erman Rajagukguk: 1997, Peranan Hukum dalam Pembangunan pada era

    Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato

    pengukuhan diucapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar

    dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

    Jakarta, 4 Januari 1997.

    Erman Rajagukguk: 2003, Hukum Ekonomi Indonesia : memperkuat

    Perastuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan

    http://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdfhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdfhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    30/33

    30

    Memperluas Kesejahteraan Sosial, Paper disampaikan dalam Seminar

    dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII,

    diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen

    Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Depasar 14-18 Juli 2003.

    Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting): 2002, Reformasi Hukum di

    Indonesia, Cetakan ke 5, CYBERconsult.

    Hikmahanto Juwana : 2006, Reformasi Pendidikan Hukum di Indonesia,

    http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini.

    J.E. Sahetapy: 2003, Reformasi Hukum : Quo Vadis ?, diakses dari

    http://www.komisihukum.go.id.

    John Perkins : 2004, Confessions of an Economic Hit Man, Berrett-Koehler

    Publisher, Inc., San Francisco.

    Justice for the Poor Wolrld Bank, diakses dari

    http://www.jusiticeforthrpoor.or.id,

    Kenichi Ohmae: 1991, Dunia Tanpa Batas, Binarupa Aksara.

    Lan Cao: 1997, Book Review Law and Economic Development: A New

    Bargaining ? Texas International Law Journal, Vo. 32.

    Lawrence H. Friedman: 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, terjemahan

    Wishnu Basuki, PT. Tatanusa.

    Fauzie Hasibuan, S.H., MH., dkk: 2002, Hutang Di Balik Listrik Swasta,

    Menggugat Kontrak PLN Paiton 1, Jakarta Fauzie & Partners.

    http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opinihttp://www.komisihukum.go.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.komisihukum.go.id/http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    31/33

    31

    Loekman Soetrisno: 1997, Beberapa Faktor Dalam dan Luar Negeri yang

    Berpengaruh pada kelestarian Pembangunan di Indonesia, dalam

    Loekman Soetrisno,Demokratisasi Ekonomi & Pertumbuhan Politik,

    Penerbit Kanisius.

    Marc Galantar, Modernisasi Sistem Hukum dalam Myron Weiner, Modernisasi:

    Dinamika Peretumbuhan, Voice of America Forum Lecturer.

    Mardjono Reksodipuro: 2003, Reformasi Menyeluruh dan Pemulihan

    Ekonomi, diakses dari http://www.komisihukum.go.id/article - opinion.

    Masyarakat Transparansi Indonesia, Pokok Pikiran Kajian GBHN

    Tahun 1999 Bidang Hukum, diakses dari

    http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html.

    Mochtar Kusumaatmadja: 2006, Konsep-konsep Hukum dalam

    Pembangunan, cetakan ke 2, Alumni.

    Naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

    2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal

    18 Maret 2005, Bab IV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    Tahun 2005-2025.

    Paul H. Brietzke: 2000, Pembeharuan Hukum di Indonesia, Ceramah yang

    disampaikan kepada Departemen Hukum dan Perundang-undangan

    pada tanggal 21 Februari 2000.

    Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Persfektif 2006, 4 Januari 2006, The

    Habibie Center.

    http://www.komisihukum.go.id/articlehttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.komisihukum.go.id/article
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    32/33

    32

    Richard J. Wilson: 1996 Clinical Legal Education as a Means to Improve

    Access to Justice in Developing and Newly Democratic, A Paper

    Presented at the Human Rights Seminar of the Human Rights Institute,

    International Bar Association Berlin, Germany Oct. 17.

    Soedjatmoko: 1976, Beberapa Fikiran tentang Perguruan Tinggi, Prisma, No.2

    Maret.

    Sudradjad Djiwandono: 2000, Membangun Kembali Ekonomi Indonesia

    dengan Paradigma Baru, diakses

    http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html.

    T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum: 1986, Pengantar, dalam T. Mulya

    Lubis dan Richard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalam Perekonomian

    di Negara Berkembang, Yayasan Obor Indonesia.

    The Kian Wie: 1983, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan,

    Beberapa Pendekatan Alternatif, dalam The Kian Wie (Penyunting),

    Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa Pendekatan

    Alternatif, LP3ES.

    Willi Toisuta : 1976, Kurikulum Perguruan Tinggi: Perimbangan antara Beban

    Belajar Dan Mengajar, Prisma N0.2, Maret.

    Wolfgang G. Friedman: 1986, Peranan Hukum dan Fungsi Ahli Hukum di

    Negara Berkembang, dalam T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum,

    Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang,

    Yayasan Obor Indonesia.

    http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.htmlhttp://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html
  • 7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)

    33/33