makalah sumaryono (hukum ekonomi prof adi -smt 1)
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
1/33
1
PERANAN HUKUM DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMIMELALUI PEMBAHARUAN HUKUM YANG PROGRESIF
Makalah Hukum dan Ekonomi
Oleh: Sumaryono
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Diskusi dan perdebatan tentang peranan hukum dalam pembangunan
ekonomi sudah dilakukan sejak lama.1 Paling tidak, sejarah sudah mencatat
bahwa kegiatan yang berhubungan dengan hukum dan pembangunan sudah
dimulai secara nyata sejak akhir tahun 1940-an yang dilakukan dalam
pembangunan negara-negara yang baru merdeka. Begitu juga halnya hukum
dan pembangunan sebagai salah satu wilayah kajian akademik mulai sejak
akhir tahun 1940an dan berkembang di akhir 1960 an. Dalam tulisan singkat
ini yang akan dibicarakan adalah sejarah singkat dari hukum dan
pembangunan; peranan ahli hukum dalam pembangunan; pembaharuan
hukum di Indonesia; peranan hukum dalam masyarakat global, prospek
pendidikan tinggi hukum dan penutup.
Hukum dan pembangunan itu adalah terjemahan dari Law and
Development, yang mulai berkembang di Amerika Serikat sesudah perang
dunia kedua. Jika merunut pada pengertian yang dikembangkan di Amerika
khususnya yang berhubungan dengan organisasi United States Agency for
1 T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum: 1986, Pengantar, dalam T. Mulya Lubis danRichard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang,Yayasan Obor Indonesia, h. ix.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
2/33
2
Interantional Development (USAID) dan lembaga seperti Ford Foundation
atau Rockefeller Foundation, maka perkembangan hukum dan pembangunan
dapat dibaca dari upaya lembaga-lembaga ini dalam mempengaruhi dan
memperkenalkan kepada negara-negara berkembang dalam melakukan
pembangunan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.2 Hal ini dimulai
dengan melakukan pengiriman dan reseach oleh ahli hukum dari Amerika.
Bahkan pada tahun 1966 Kongres Amerika mengundangkan Foreign
Asistence Act of 1966 untuk membantu Negara-negara berkembang di Asia,
Afrika dan Amerika Latin memperbaharui dan memperkuat system hukum.3
Pengiriman para ahli hukum Amerika ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari agenda bantuan. Hal ini dapat dilihat secara nyata dari
besarnya bantuan keuangan yang dianggarkan, dimana untuk Afrika misalnya
diperkirakan sebesar US $ 15 juta dan sebesar US $ 5 juta.4 Biaya yang besar
ini dikeluarkan karena ada anggapan bahwa modernisasi hukum pada
negara-negara yang baru itu sangat diperlukan dan hukum yang modern itu
diperlukan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi. Hal ini didasari
oleh pemikiran bahwa hukum yang modern itu akan memberi pengaruh pada
pembangunan ekonomi, karena hukum yang modern itu memberikan fasilitas
2
Lan Cao: 1997, Book Review Law and Economic Development: A New Bargaining ? TexasInternational Law Journal, Vo. 32, h. 546.3 Erman Rajagukguk: 2003, Hukum Ekonomi Indonesia : memperkuat Perastuan Nasional,Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Paperdisampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII,diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak AsasiManusia, Depasar 14-18 Juli 2003, h. 1.4 Lan Cao : 1997, Op. Cit, h 547.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
3/33
3
dan ruang pada perencanaan ekonomi sebab hukum yang modern itu sebagai
sarana yang tepat untuk membangun masyarakat.5
Rasio dari perlunya hukum yang modern dalam pembangunan karena
pada hukum modern mempunyai ciri-ciri antara lain, pertama, aturan
diterapkan dengan cara yang tidak berbeda; kedua, perundang-undangan
bersifat transaksional; ketiga norma hukum modern bersifat universal;
keempat, sistem hukum bersifat hirarkis; kelima, sistem hukum diatur secara
birokratis; keenam, sistem hukum bersifat rasional; ketujuh, sistem hukum
dijalankan oleh para ahli hukum; kedelapan, sistem hukum bersifat tehnis dan
komplek; kesembilan sistem hukum dapat diubah; kesepuluh, sistem ini
bersifat politik; dan kesebelas, tugas membuat dan menerapkan undang
dilakukan oleh pihak yang berbeda.6
Bantuan mengembangkan hukum dan pembangunan ekonomi ini,
diberikan oleh Amerika Serikat kepada banyak negara. Bahkan di Indonesia
pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an ketika mulai direncanakan
pembangunan nasional oleh pemerintah, bantuan ahli hukum atau ahli
hukum yang diperbantukan kepada Departemen tertentu atau membantu di
kantor hukum tertentu atau ahli hukum tertentu.7
Kondisi ini sempat menjadi salah satu bahan gossip dikalangan praktisi
hukum di Jakarta. Gossip dan kecurigaan terhadap ahli hukum dari Amerika
5 Ibid.6 Marc Galantar, Modernisasi Sistem Hukum dalam Myron Weiner, Modernisasi : DinamikaPeretumbuhan, Voice of America Forum Lecturer, h. 102 104.7 Bryant G. Garth : 2005, Preliminary Paper for Globalization and Its Discontents, h 13-14.,diakses dari http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pd
http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pd -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
4/33
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
5/33
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
6/33
6
Barat peranan ahli hukum itu sangat penting, sebagaimana dikatakan oleh
Wolfgang G. Friedman:13
Dalam tradisi Barat, ahli hukum telah menyumbangkan sesuatu padaperkembangan sistem hukum, dan dengan demikian turut serta dalammengembangkan masyarakat, terutama sebagai hakim, pembela dansarjana. Ahli hukum juga memberikan perhatian terhadap perubahanlegislatifsebagai anggota komite perubahan hukum,..sebagai ahli
pada departemen pemerintah, atau sebagai perancang diparlemen.
Seperti juga dicatat oleh Friedman14 bahwa peranan ahli hukum di
Amerika sejak awal kemerdekaan sangat dominan, misalnya 40 orang dari 61
anggota Kongres adalah ahli hukum. Banyak Presiden pada awalnya adalah
ahli hukum, dan sebelum menjadi Presiden berpraktik sebagai penasehat
hukum, bahkan menurut catatannya pada masa pemerintahan Presiden
Clinton 75 % anggota Kabinet adalah ahli hukum yang pernah berpraktik
sebagai penasihat hukum. Menurut Friedman, kondisi ini bukan kebetulan
tetapi adalah satu keniscayaan, sebab urusan penasihat hukum erat
kaitannya dengan urusan pemerintah. Pemerintah membuat dan mengatur
hukum dan hukum diketahui oleh penesihat hukum.
Hal tersebut agak berbeda dengan keadaan di Indonesia. Kalau kita
lakukan survey secara sederhana, peranan ahli hukum selama pemerintahan
Orde Baru lebih banyak sebagai pelengkap penderita, Jaksa Agung cukup
13 Wolfgang G. Friedman: 1986, Peranan Hukum dan Fungsi Ahli Hukum di NegaraBerkembang, dalam T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalamPerekonomian di Negara Berkembang, Yayasan Obor Indonesia, h. 4.14 Lawrence H. Friedman: 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, terjemahan WishnuBasuki, PT. Tatanusa, bab 13, h. 327 -360.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
7/33
7
lama dan secara bergantian dijabat oleh tentara15, Menteri Kehakiman tentara,
bahkan Ketua Mahkamah Agung juga pernah dijabat oleh tentara. Semua
Departemen selalu ada bagian hukum, begitu juga pada hampir semua
perusahaan swasta atau BUMN selalu ada bagian hukum, tetapi bagian
hukum tampak muram dan tidak mampu mendukung kebutuhan departemen
atau perusahaan dalam menangni masalah hukum. Sehingga sekali lagi
bagian hukum itu hanya sebagai pemantas, para ahli hukum dikantor-kantor
pemerintah atau perusahaan swasta tidak pernah mendapat posisi sebagai
pihak yang memberikan pertimbangan akhir. Para ahli hukum di pemerintahan
atau di lembaga swasta, sebagian besar hanya pelengkap, terutama dalam
melakukan dokumentasi, tidak akan diminta sebagai pemberi pertimbangan
akhir dalam pengambilan keputusan.
Bahkan tidak jarang dalam praktik, para ahli hukum itu hanya bertugas
menyusun kalimat dalam membuat perjanjian. Isi perjanjian sudah disetujui
dan tidak melibatkan ahli hukum, atau dalam istilah yang biasa digunakan
masalah komersial sudah selesai, yang belum selesai adalah perjanjian
secara tertulis. Tidak ikutsertanya para hali hukum ini, mungkin karena ahli
hukum dianggap tidak perlu terlibat, sebab kalau mereka terlibat dalam
melakukan negosiasi mereka tidak jarang ketakutan berlebihan, atau mungkin
juga karena ahli hukum yang ada dianggap tidak mempunyai kemampuan
15 Sejak zaman Kabinet Dwikora sampai dengan Kabinet Pembangunan V , yang menjadiJaksa Agung adalah Brigjen. Sutardhio; Letjen. Sugih Arto; Lerjen. Ali Said; Letjen. IsmailSaleh; Mayjen. Hari Suharto, dan Laksamana Muda Sukarton Marmosudjono (Lihathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesia. ) Lihat juga Drs.C.S.T.Kansil,S.H.,:1988, Kabinet dan Departemen di Indonesia, IND.HILL.Co, h, 125 170.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa_Agung_Republik_Indonesia -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
8/33
8
untuk berunding, karena pengetahuan tehnisnya tentang masalah yang
dirundingkan tidak memadai. Atau mungkin juga seperti kritik yang ditemui
dalam penelitian yang dilakukan oleh Bappenas dengan bantuan World Bank,
bahwa sarjana hukum sekarang ini tidak mempunyai kemampuan menulis
secara logis dan konsisten suatu opini hukum atau memorandum hukum.16
Atau mungkin juga keberadaan ahli hukum yang terkesampingkan ini
berhubungan dengan ucapan Bung Karno yang sangat terkenal bahwa met
de juristen kunnen wij geen revolutie maken, dengan sarjana hukum kita tidak
bisa membuat revolusi.17
2. Reformasi hukum dan penegakan hukum
Kerangka pemikiran pembangunan hukum selama masa Orde Baru
secara nyata telah mengabaikan cita-cita dan tujuan didirikannya Negara
Republik Indonesia sebagai negara hukum, bahkan Konsep Negara hukum
dikalahkan oleh para pendukung otoritarianisme Orde Baru.
18
Dalam
konstitusi UUD 1945 telah dinyatakan dengan jelas bahwa Negara Republik
Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechtsstaat), bukan negara
berdasar atas kekuasaan (machtsstaat).19 Hukum dan seluruh pranata
pendukungnya baik berupa peraturan pemerintah maupun peraturan daerah
adalah dasar dan kerangka bagi proses penyelenggaraan kehidupan
16 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting): 2002, Reformasi Hukum di Indonesia, Cetakanke 5, CYBERconsult, h. 51.17 J.E. Sahetapy: 2003, Reformasi Hukum : Quo Vadis ?, diakses darihttp://www.komisihukum.go.id18 Abdul Hakim G Nusantara : 2005. Menuju Negara Hukum Indonesia: Refleksi keadaanpublik dan prospek Transisi demokrasi di Indonesia, h. 2. diakses drhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal19 Lihat system pemerintahan menurut penjelasan UUD 45.
http://www.komisihukum.go.id/http://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://www.komisihukum.go.id/ -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
9/33
9
berbangsa dan bernegara. Hukum dan peraturan yang ada bukan sebagai
alat untuk melanggengkan kekuasaan dan mengukuhkan kepentingan
sekelompok orang yang berkuasa dan bukan pula alat dari suatu sistem yang
cenderung mengabaikan demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Selama masa Pemerintahan Orde Baru, program pokok dari
pemerintah adalah membangun ekonomi yang ditopang oleh tiga jangkar yaitu
stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan, akan tetapi dalam praktik
pemerintah sangat menekankan stabilitas dalam penerapan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pada setiap periodenya. Stabilitas,
pertumbuhan, dan pemerataan, dikenal sebagai Trilogi Pembangunan
diusahakan pencapaiannya melalui serangkaian Repelita yang ber- akhir
Maret 1998.20
Dalam kurun wakru 19701996, perekonomian meningkat rata-rata
tujuh persen per tahun21. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama
masa pemerintahan Orde Baru menyebabkan penurunan kemiskinan yang
signifikan. Indonesia beralih dari Negara miskin menjadi negara
berpendapatan menengah. Namun, pembangunan ekonomi yang berhasil ini
tidak dibarengi dengan partisipasi politik, perlindungan hak asasi manusia,
20 Masyarakat Transparansi Indonesia, Pokok Pikiran Kajian GBHN Tahun 1999 BidangHukum, diakses dari http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html21 Anne Booth:2001, Pembangunan: Keberhasilan dan Kekurangan, dalam Donald K.Emerson, Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi, Masyarakat, Transisi, GramediaPustaka Utama, h. 191.
http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
10/33
10
keadilan, dan transparansi dalam pembuatan keputusan publik. Bahkan
menurut Sudradjad Djiwandono, Kestabilan ini dicapai melalui cara-cara
represi, menghilangkan semua unsur yang berpotensi menjadi pesaing dari
penguasa dengan cara apapun, bahkan yang melanggar hak azasi. Kita
melihat bahwa dalam masa itu semua organisasi; sosial, profesi, fungsional,
apalagi politik, selalu mengalami 'pembinaan' atau 'digarap' oleh Pemerintah
dengan berbagai cara agar menjadi tidak vokal, tidak menyuarakan sesuatu
yang berbeda dengan penguasa. Di dalam kehidupan politik tidak dikenal
oposisi. Semua ini dikatakan tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.
Kestabilan sosial-politik yang tercapai dengan reka yasa ini merupakan
kestabilan semu, dan tidak tahan lama.22
Tidak banyak aturan hukum yang memihak kepada rakyat diciptakan,
tetapi lebih banyak aturan hukum yang melindungi kepentingan penguasa dan
pengusaha. Akibat dari politik pembangunan ini ada ketimpangan antara
pemabangunan ekonomi dan pembangunan hukum. Pembangunan hukum
selama masa Orde Baru digunakan sebagai alat penopang dan pengaman
pembangunan nasional yang secara kasar telah direduksi hanya sebagai
proses pertumbuhan ekonomi semata23. Pranata-pranata hukum di masa
tersebut lebih banyak dibangun dengan tujuan sebagai sarana legitimasi
kekuasaan pemerintah, pemerintah dan aparatnya memilik kekuasaan mutlak,
bukan hanya dalam mengelola dan mengarahkan tujuan pembangunan, tetapi
22 Sudradjad Djiwandono: 2000, Membangun Kembali Ekonomi Indonesia dengan ParadigmaBaru, h. 3, diakses http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html. 23 Masyarakat Transparansi Indonesia, Op. cit.
http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.htmlhttp://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
11/33
11
juga memiliki kekuasaan dalam mengatur kehidupan social, budaya dan politik
bangsa Indonesia.24 Hukum hanya dijadikan sebagai sarana untuk
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, dan sebagai sarana untuk memfasilitasi
proses rekayasa sosial. Sebagaimana dinyatakan dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomer: II/MPR/1983 TENTANG
GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA, Pembangunan dan pembinaan
hukum diarahkan agar dapat: 1) Memantapkan hasil-hasil pembangunan yang
telah dicapai; 2) Menciptakan kondisi yang lebih mantap, sehingga setiap
anggota masyarakat dapat menikmati suasana serta iklim ketertiban dan
kepastian hukum yang beritikan keadilan; 3) Lebih memberi dukungan dan
pengamanan kepada upaya pembangunan untuk mencapai kemakmuran.
Banyak ahli ekonomi dan hukum yang sering mengingatkan pemerintah
tentang keadaan ekonomi yang tidak seimbang, pembangunan tidak merata
dan pembangunan ekonomi yang dianggap tidak berkeadilan ini. Tetapi
pemerintah dan para ahli ekonomi dan keungan Indonesia yang mendukung
kebijakan pemerintah selalu bertahan dengan pendapat mereka. Para ahli
ekonomi terbuai dengan pertumbuhan semu dan mereka tidak mampu
memberikan analisa yang akurat, bahwa ekonomi Indonesia sangat rentan
terhadap perubahan eksternal, dan hukum yang ada tidak akan mampu
menghadapi situasi krisis. Kritik terhadap arah dan pola pembangunan
ekonomi ini seperti dikatakan oleh The Kian Wie, Arah dan pola
24 Loekman Soetrisno: 1997, Beberapa Faktor Dalam dan Luar Negeri yang Berpengaruhpada kelestarian Pembangunan di Indonesia, dalam Loekman Soetrisno,DemokratisasiEkonomi & Pertumbuhan Politik, Penerbit Kanisius, h. 172.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
12/33
12
pembangunan ekonomi kita pada dasarnya kurang tetap, sedikit-dikitnya tidak
akan berhasil dalam memecahkan masalah-masalah nasional yang
fundamental, seperti penghapusan kemiskinan absolute dan penciptaan
lapangan kerja yang memadai dan produktif dalam waktu yang lebih singkat
dan yang masih dapat ditolerir oleh sebagian besar lapisan masyarakat ?25
Ketimpangan dan ketidak siapan hukum dalam menunjang kegiatan
ekonomi ini dapat dilihat dari hasil studi diagnostik yang dilakukan oleh
Bapenas dan World Bank ditahun 1996, dari studi ini ditengarai bahwa situasi
hukum Indonesia mengalami krisis, disebabkan ketidaksiapannya dalam
mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.26 Dikatakan pula bahwa
kinerja sistem hukum dan sarjana hukum tidak memadai, bahkan dinilai para
professional hukum dianggap tidak mampu mengimbangi perubahan sebagai
akibat dari pembangunan ekonomi, mereka tidak mampu memahami tugas
utama mereka sebagai pelayan hukum dan masyarakat.
27
Ekonomi
Indonesia sangat baik dengan pertumbuahannya semakin membaik dan
diharapkan mencapai 9% pada tahun 2020. Namun studi ini menyimpulkan
bahwa lembaga hukum dan sistem hukum tidak mampu mengikuti
perkembangan ekonomi, kecuali dilakukan reformasi dibidang hukum.28
25 The Kian Wie: 1983, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa PendekatanAlternatif, dalam The Kian Wie (Penyunting), Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan,Beberapa Pendekatan Alternatif, LP3ES, h. 23.26 Mardjono Reksodipuro: 2003, Reformasi Menyeluruh dan Pemulihan Ekonomi, diakses darihttp://www.komisihukum.go.id/article - opinion.27 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting), Op. cit, h. 144.28 Ibid, h. 145.
http://www.komisihukum.go.id/articlehttp://www.komisihukum.go.id/article -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
13/33
13
Sebagai contoh ketidak siapan hukum kita dalam menyelasikan
masalah akibat dari krisis ekonomi di tahun 1997, adalah penyelesaian hutang
BLBI. Ketika pemerintah sudah bersepakat dengan para pemegang saham
mayoritas bank swasta yang dihentikan operasinya atau diambil alih, dengan
cara membuat perjanjian yang dikenal dengan MSAA, MRNIA dan APU, maka
cukup banyak kemudian orang menggugat kebijakan yang diambil pemerintah
ini, dengan alasan hukum Indonesia tidak mengenal dan tidak mengatur
perjanjian seperti itu. Bahkan ada yang beranggapan bahwa pembayaran oleh
pemegang saham mayoritas bank dengan harta pribadi atas hutang dianggap
tidak cukup, karena pemegang saham mayoritas bank dianggap melakukan
korupsi. Penyelesaian masalah BLBI ini kemudian, tidak hanya menjadi
masalah hukum tetapi berubah menjadi masalah politik yang penyelesaiannya
dilakukan dengan langkah politik.
Sistem hukum Indonesia oleh kalangan politisi dan ahli selama masa
Orde Baru selalu disebut salah arah. Hukum dan penegakan hukum terutama
dalam perkara-perkara politik lebih sering dianggap sebagai alat dari
pemerintah mengokohkan kekuasaan. Tidak ada orang yang dianggap
sebagai penentang pemerintah Orde Baru dibebaskan oleh pengadilan.29
29 Ratusan kasus yang diputus oleh pengadilan dimana terdakwanya dihukum karenadianggap menentang pemerintah, seperti kasus Malari, Mahasiswa 77/78, Tanjung Priok(termasuk HR. Dharsono, AM Fatwa, Ir. HM Sanusi dan pengeboman BCA), Komando Jihad,Kasus Mahaiswa ITB, kasus penghinaan terhadap Presiden oleh Mahasiswa di Jakarta,Yogyakarta dan lain-lain.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
14/33
14
Dalam praktik tidak jarang hukum hanya dipergunakan sebagai alat
untuk mengatur rakyat belaka, hukum digunakan hanya untuk mengancam
rakyat belaka, dan jarang dijadikan acuan bagi pemerintah dan pemegang
kekuasaan lainnya untuk mengatur kewajiban mereka kepada rakyat.
Reformasi hukum sebagai suatu upaya pembaruan yang menyeluruh harus
segera dilakukan. Paling kurang yang harus segera dimulai adalah
melaksanakan reformasi hukum sebagaimana dinyatakan dalam Undang-
undang No. 25 Tahun 2000 (Propenas 2000) bahwa program induk
pembangunan hukum meliputi pembentukan peraturan perundang-undangan,
pemberdayaan lembaga peradilan dan penegakan hukum lain, penuntasan
kasus-kasus korupsi dan hak asasi manusia, serta peningkatan kesadaran
hukum masyarakat. Untuk selanjutnya reformasi hukum ini harus diperluas
dengan rencana yang dinyatakan dalam pembanguan jangka panjang,
sebagaiman dinyatakan dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun
2005 2025,30 Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengatur
permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi, terutama dunia usaha dan
dunia industri, serta terciptanya kepastian investasi, terutama penegakan dan
perlindungan hukumnya. Pembangunan hukum juga diarahkan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu
menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait KKN.
30 RUU dan naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 18 Maret 2005, BabIV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, h. 37.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
15/33
15
Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan materi hukum,
dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan
pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan
perlindungan hukum, penegakan hukum dan HAM, kesadaran hukum, serta
pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban dan
kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan Negara yang makin tertib,
teratur, lancar serta berdaya saing global.
Sebagai langkah kongkrit reformasi hukum dapat dilakukan dengan
mengembangkan sistem peradilan sebagai kegiatan "pembentukan kembali"
lembaga peradilan, dengan tujuan lebih dari mengoreksi praktik buruk dan
kesalahan manajemen. Yang dilakukan adalah pembaharuan fundamental
terhadap lembaga peradilan, kejaksaan dan kepolisian yang berarti
membangun kembali dari awal berbagai institusi hukum yang menjadi dasar
bekerjanya sistem hukum. Perubahan dan pembaharuan yang dilakukan
bukan terhadap masalah tehnis, sebab perubahan teknis hanya akan
memperbaiki keadaan dalam keadaan jangka pendek, karena kebijakan dan
peraturan tidak dapat menjamin munculnya elemen-elemen pokok bagi
terbentuknya suatu sistem peradilan yang efektif, memiliki integritas,
dipercaya dan mendapatkan penghormatan serta kepercayaan publik, dan
secara tegas memelihara kode etik.31 Unsur-unsur penting inilah yang
membedakan lembaga peradilan dari berbagai lembaga pemerintahan, atau
lembaga politik yang tidak jarang partisan.
31 Justice for the Poor Wolrld Bank, diakses dari http://www.jusiticeforthrpoor.or.id,
http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/ -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
16/33
16
Membangun lembaga peradilan yang efektif, memiliki integritas,
dipercaya, dihormati, dapat dilakukan dan dimulai dengan melakukan
rekruitmen Hakim Agung yang berimbang antara hakim karier dan hakim non
karier, dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan untuk hidup
dengan sederhana. Meskipun hal ini akan mendapat rintangan yang berat
disebabkan oleh kuatnya perlawanan dari pihak yang tidak menginginkan
reformasi terhadap lembaga peradilan baik dari dalam maupun luar sistem
hukum, terutama dari mereka yang kepentingan dan hak-hak utamanya akan
terganggu dan terusik dengan adanya reformasi dan pembahruan terhadap
lembaga peradilan. Bilamana komitmen atas reformasi lembaga peradilan dari
pemerintah atau lembaga peradilan tetap rendah, maka perlu pengawasan
yang lebih ketat dari masyarakat terhadap lembaga peradilan, seperti
membentuk lembaga pemantau peradilan disetiap pengadilan, selain
membentuk lembaga pengawas yang kridibel dengan kualifikasi tinggi dan
tidak tercela.
Upaya yang harus ditempuh dalam merealisasikan reformasi hukum
minimal meliputi; pertama penataan kembali materi hukum melalui peninjauan
dan penataan kembali peraturan perundang-undangan dengan menggantikan
peraturan perundang-undangan kolonial yang menurut salah satu penelitian
masih ada lebih kurang 400 UU warisan kolonial yang tidak relevan dengan
perkembangan yang terjadi,32 untuk mewujudkan undang-undang yang
bersifat modern dan dapat dilaksanakan, dalam arti menghilangkan tumpang
32 Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Persfektif 2006, The Habibie Center, h. 7.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
17/33
17
tindih dan inkonsistensi Peraturan Perundang-undangan, merumuskan
kembali peraturan perundang-undangan yang kurang jelas mengakibatkan
sulitnya implementasi di lapangan selain yang diakibatkan oleh ketiadaan
peraturan pelaksanaan sebuah ketentuan peraturan perundang-undangan
yang memerlukan peraturan pelaksanaan; kedua, melakukan pembenahan
struktur hukum melalui penguatan lembaga hukum, profesi hukum dan
peradilan dengan meningkatkan profesionalisme serta kualitas sistem
peradilan yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab;33
menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi agar
peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa hukum
diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran; dan ketiga
peningkatan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum
yang tinggi didukung oleh pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat
dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak berbelit dan penetapan
putusan yang mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Hal ini ditujukan
untuk menumbuhkembangkan serta meningkatkan kadar kesadaran hukum
dan hak asasi manusia masyarakat termasuk para penyelenggara negara
agar mereka tidak hanya mengetahui dan menyadari hak dan kewajibannya,
33Paul H. Brietzke: 2000, Pembeharuan Hukum di Indonesia, Ceramah yang disampaikankepada Departemen Hukum dan Perundang-undangan pada tanggal 21 Februari 2000, h. 5.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
18/33
18
tetapi juga mampu berperilaku sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku
serta menghormati hak asasi manusia.34
3. Peranan hukum dalam masyarakat global
Pengaruh globalisasi pada saat sekarang ini tidak bisa dihindari, sebab
ketika informasi mengalir dengan kebebasan yang relative, maka penghalang
geografis yang lama menjadi tidak relevan. Kebutuhan global menghasilkan
produk global.35 Hal ini sudah barang tentu akan terjadi pada pelaksanaan
pembangunan di Indonesia dan negara-negara lain terkait erat dengan
komitmen-komitmen global dalam bidang ekonomi, perdagangan, transaksi
keuangan, dan lain-lain. Gelobalisasi ekonomi ini akan membawa globalisasi
hukum.36
Sebagai anggota PBB dan pelbagai lembaga lain di bawahnya, serta di
gerakan Nonblok, Indonesia juga menandatangani perjanjian dagang
internasional, antara lain WTO, APEC, OPEC, ASEAN, dan AFTA. Selain itu
Indonesia juga terlibat dalam berbagai konvensi baik global maupun regional,
bahkan Indonesia sangat berperan di dalam Kerjasama Selatan-Selatan dan
terlibat secara aktif dalam program-program TCDC (Tech-nical Cooperation
between Developing Countries) seperti penyelenggaraan training dan
34 Bandingkan dengan naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) 2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 18 Maret2005, Bab IV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, h. 39-40.35 Kenichi Ohmae: 1991, Dunia Tanpa Batas, Binarupa Aksara, h 23.36 Erman Rajagukguk: 1997, Peranan Hukum dalam Pembangunan pada era Globalisasi:Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato pengukuhan diucapkan padaupacara penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas HukumUniversitas Indonesia, Jakarta, 4 Januari 1997, h. 15.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
19/33
19
penyediaan tenaga ahli bagi Negara Negara belum berkembang di Asia dan
Afrika.
Kondisi ini menjadikan Indonesia berkewajiban menyesuaikan seluruh
perangkat hukumnya mengikuti standarisasi hukum internasional, terutama
dalam hukum perdagangan, seperti dalam bidang penanaman modal, hak
milik intelektual, bahkan dalam masalah perburuhan, sebab penyelasaian
sengketa perburuhan tidak jarang mendapat perhatian dari organisasi
perburuhan internasional.37 Pada masa yang akan datang ini bukan hanya
masalah yang menyangkut perdagangan atau hak asasi manusia yang akan
menjadai masalah internasional dan diadili oleh pengadilan internasional,
tetapi juga masalah korupsi akan dapat dipersoalkan oleh lembaga
internasional dan diadili oleh pengadilan internasional. Korupsi yang dapat
dipersoalkan tidak terbatas pada transaksi komersial internasional saja, tetapi
juga transaksi yang bersifat lokal dengan disahkannya UNITED NATIONS
CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) menjadi
undang-undang Nomer 7 Tahun 2006. Dengan demikian maka bararti bahwa
sebenarnya sudah mulai tersusun desain hukum internasional yang diadopsi
menjadi hukum nasional untuk memberantas korupsi dan suap suap,
khususnya yang memiliki sifat transnasional, sehingga Indonesia tidak lagi
37 Kasus pemutusan hubungan kerja antara Serikat Pekerja Mandiri dengan Hotel Shangri-Ladi tahun 2001, adalah salah satu contoh bahwa organisasi internasional tidak jarang ikutmenekan pemerintah Indonesia untuk ikut membantu menyelesaikan sengketa perburuhan.Dalam beberapa kali sidang ILO, masalah PHK ini sempat dipertanyakan kepada Pemerintah.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
20/33
20
akan menjadi surga bagi para koruptor seperti yang selama ini digunjingkan
banyak orang. Selain itu kita tidak bisa melupakan bahwa dalam konteks
hukum internasional, hukum nasional bisa dipandang sebagai produk hukum
yang secara langsung akan "menjembatani" hak dan kewajiban hukum
internasional dengan subjek-subjek hukum yang ada dalam lingkup hukum
nasional.
4. Prospek pendidikan tinggi hukum
Pendidikan tinggi hukum diluar negeri terutama di Inggris atau Australia
misalnya, adalah pendidikan tinggi yang sangat bergengsi. Mahasiswa
Fakultas Hukum pada Universitas-universitas di dua negara ini umumnya
adalah mahasiswa pilihan, karena hanya calon mahasiswa terbaik saja yang
bisa masuk ke Fakultas Hukum, sedangkan calon mahasiswa yang biasa-
biasa saja tidak akan diterima di Fakultas Hukum. Bahkan syarat untuk
mendaftar menjadi mahasiswa fakultas hukum itu pada kedua negara ini
sangat tinggi, bila dibandingkan dengan syarat yang diminta oleh fakultas
yang lain. Pada dua negara ini nilai minimal untuk menjadi mahasiswa
Fakultas Hukum, hanya sedikit berbeda dengan Fakultas Kedokteran, tetapi
selalu lebih tinggi dari Fakultas yang lain. Artinya untuk menjadi mahasiswa
fakultas hukum itu harus dengan nilai tertinggi kedua sesudah fakultas
kedokteran. Dan menjadi mahasiwa fakultas hukum itupun baru dapat mereka
raih setelah berjuang keras dan bersaing secara ketat dengan calon
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
21/33
21
mahasiswa yang lain. Di kedua negara ini Fakultas Hukum itu selalu
melakukan penolakan terhadap calon Mahasiswa.
Sedangkan kondisi kita di Indonesia agak berbeda dari kondisi di
Inggris dan Australia. Kita harus akui bahwa cukup banyak mahasiswa
memilih masuk Fakultas Hukum setelah mereka tidak diterima pada fakultas
pavorit, dan Fakultas Hukum terutama yang swasta sangat jarang menolak
mahasiswa. Gengsi Mahasiwa Fakultas Hukum sangat kalah kalau
dibandingkan dengan mahasiwa fakultas tehnik. Bahkan tidak jarang, pada
awalnya mahasiswa yang mengikuti pendidikan tinggi hukum kualitas
intelektualnya tidak sebaik mahasiswa fakultas tehnik misalnya. Dengan
kualitas calon mahaiswa yang tersedia seperti ini maka untuk melahirkan
alumni fakultas hukum yang baik dan mumpuni, fakultas hukum harus bekerja
lebih keras dan lebih banyak dari yang dilakukan oleh fakultas yang lain.
Sebab salah satu penemuan hasil penelitian yang dilakukan oleh World Bank
dan Bappenas bahwa umumnya sarjana hukum kita tidak mampu menuliskan
secara logis dan konsisten suatu opini hukum atau memorandum hukum,
padahal kemampuan menuliskan secara logis dan konsisten ini adalah satu
keahlia yang harus dimiliki seorang sarjana hukum.38
Kalau alumni Fakultas Hukum ingin berperan dan mengambil bagian
dari kehidupan berbangsa dan bernegara secara maksimal pada masa yang
akan datang, maka yang sangat layak dilakukan mulai dari sekarang adalah
38 Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim: 2002, Op. cit, h.51.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
22/33
22
menyesuaikan pendidikan hukum kita untuk kebutuhan masa yang akan
datang, dan sudah tentu dibutuhkan juga kesiapan kita untuk belajar dan
melakukan penelitian secara terus menerus. Pendidikan hukum ini tidak akan
maksimal bila sarana pendidikan, staf pengajar dan mahasiswa tidak
mempersiapkan diri secara baik, karena ketiga komponen ini harus berjalan
bersama dan terkait secara terus menerus dan tidak boleh ada yang tertinggal
apalagi terabaikan.
Terlebih lagi dalam dunia yang semakin menjadi global, dunia bisnis
yang sekarang cenderung menjadi satu seperti sekarang ini, dan juga karena
uang tidak dibatasi oleh batas nagara dan pemilik uang mempunyai hak yang
sangat istimewa dimanapun mereka berada, maka yang kita butuh dimasa
yang akan datang adalah para ahli hukum yang sangat istimewa untuk
mengatur kehidupan bebangsa dan bernegara. Ahli hukum yang istimewa itu,
hanya bisa dilahirkan dengan pendidikan yang baik dan terencana.Hal yang
harus segera dilakukan agar lulusan fakultas hukum siap pakai adalah
melakukan perubahan kurikulum pendidikan hukum. Perubahan ditujukan
agar para lulusan tidak sekedar memahami teori tetapi juga menguasai
ketrampilan hukum, sehingga pendidikan hukum akademis dan profesi tidak
disatukan dalam satu kurikulum. Penyatuan pendidikan hukum akademis dan
profesi sebenarnya tidak realistis.39 Waktu yang dialokasikan untuk
mahasiswa agar memiliki pengetahuan teoritis dan praktis terlalu singkat.
39 Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D: 2006, Reformasi Pendidikan Hukum diIndonesia, diakses dari http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini
http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opinihttp://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
23/33
23
Untuk itu Fakultas Hukum diharapkan memiliki laboratorium hukum yang
dapat dijadikan media bagi mahasiswa fakultas hukum dalam
mengembangkan kemampuan berpraktik yang baik dalam arti terhindar dari
praktik kotor yang biasa disebut mafia peradilan, namun pendidikan profesi
secara mendalam dapat diberikan setelah mahasiswa menyelesaikan
pendidikan S1, walaupun tidak setara dengan S2.
Dengan kondisi yang dikemukan diatas yang harus dibangun adalah
sikap optimis, sebagaimana pernah dikemukakan Prof. Erman Rajagukguk,
S.H,. LL.M, Ph.D, dalam orasinya ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar
dalam bidang Hukum, menyimpulkan: Fakultas Hukum dalam era globalisasi
harus mempersiapkan mahasiswanya dengan pendidikan yang cukup. Disatu
pihak pendidikan hukum menghasilkan sarjana hukum yang mempunyai
keterampilan dalam praktek hukum yang mengandung unsur internasional; di
pihak lain membekali mereka dengan kemampuan menghadapi berbagai
masalah yang dihadap masayarakat, termasuk memberikan jalan bantuan
hukum bagi mereka yang palin terkena globalisasi.40
Dengan demikian yang layak untuk segera dipikirkan dan dilakukan
sekarang adalah menjadikan pendidikan hukum menjadi satu kesatuan
dengan pembangunan hukum, sehingga arah dari pendidikan hukum adalah
mendidik mahasiswa agar dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan
40 Erman Rajagukguk: 1997, Op. cit, h.24.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
24/33
24
dan penegakan hukum.41 Tanpa arah pendidikan seperti ini maka pendidikan
hukum kita tidak akan mempunyai kontribusi apapun terhadap pembangunan
hukum dan penegakan hukum. Pendidikan hukum yang mampu melahirkan
mahasiswa yang mampu melakukan pembangunan hukum dan mampu
menjadi penegak hukum hanya dapat dilakukan dengan cara melibatkan
mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan kegiatan peraktis. Seperti magang
pada kantor Advokat, atau pada Kejaksaan dan juga dengan magang di
Pengadilan.
Selain dengan kegiatan magang untuk kepentingan Mahasiswa, yang
juga harus dilakukan adalah memperbincangkan kurikulum secara terus
menerus dan disesuaikan dengan kebutuhan riil dalam masyarakat dan
perkembangan kebutuhan praktis masyarakat, sehingga ini, akan mengatasi
kekakuan dan kekurang pekaan atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
sedang berubah yang hingga kini merupakan kelemahan sekian banyak
universitas-universitas kita.42 Perbincangan terus menerus atas kurikulum
bukan hanya dilakukan oleh kalangan staff pengajar, tetapi juga melibatkan
para peneliti dan praktisi, baik sebagai alumni atau sebagai ahli.
Persoalan kurikulum itu bukan hanya persoalan apa yang harus diajarkan43,
tetapi juga adalah menyangkut topik apa yang patut dan dibutuhkan oleh
masyarakat pada masa yang akan datang ketika Mahasiswa sudah kembali
41 Bandingkan dengan pernyataan Bagir Manan dalam Bisnis Indonesia Rabu 18 Februari2004, h T3.42 Soedjatmoko: 1976, Beberapa Fikiran tentang Perguruan Tinggi, Prisma, No.2 Maret, h 30.43 Bursja Zahir : 1978, Pendidikan Tinggi: Hubungan dengan Masyarakat dan KeadaanSekarang, Prisma No.2 Maret, Tahun VII, h 28.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
25/33
25
ke masyarakat. Hal seperti ini yang disebut oleh Conant sebagai clinical
professor,44 karena professor adalah seorang praktisi yang setiap hari
memperaktikkan berbagai macam teori ke dalam peraktik dengan tepat .
Dengan meminjam kalimat dari Prof. Mochtar Kusumatmadja, maka akan
dikatakan, ..pendidikan klinis yang direncanakan dengan baik tidak hanya
mengajarkan keteramplan teknis, melainkan juga harus menghadapakan
mahasiswa-mahaiswa pada keadaan-keadaan yang akan dijumpainya dalam
masyarakat kelak dan juga harus menambahkan suatu kebiasaan atau sikap
terhadap suatu masalah yang dapat disebut suatu problem solving attitude.45
Kurikulum pendidikan hukumpun seharusnya dipikirkan seperti apa
yang dilakukan oleh seorang professor yang mempraktikkan teori kedokteran
ke dalam praktik dokter sehari-hari. Dengan kurikulum seperti ini Mahasiswa
diharapkan dapat berpikir dan memecahkan masalah secara independent.
Atau seperti dikatakan oleh, Richard J. Wilson, The methodology by which,
such programs are accomplished is as broad as the creative minds of the legal
educator; it may include something as simple as a short role play by students
in a large lecture section or as complex as supervised representation of
people involved in real legal disputes, usually referred to in the US (without
any apparent sense of irony) as "live client" work. In between these two
extremes are many other pedagogical devises: the role-play, gaming, small
44Dikutip dari Toisuta, Willi: 1976, Kurikulum Perguruan Tinggi: Perimbangan antara BebanBelajar Dan Mengajar, Prisma N0.2, Maret, h 37.45 Mochtar Kusumaatmadja: 2006, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, cetakan ke2, Alumni, h. 63.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
26/33
26
and large-scale simulations, externships or other work under the supervision
of a practitioner in that person's office, or other devises. Any of these is a
means by which students can understand their work as lawyers through
experience, the assumption being that attempting to teach lawyering through
lectures or reading alone is tantamount to learning how to drive by reading the
car owner's manual.46
Artinya kurikulum seperti inilah yang diharapkan akan melahirkan
Sarjana Hukum yang mampu melakukan pembangunan hukum dan juga
mampu melakukan penegakan hukum. Paling tidak ada dua alasan menurut
Richard J. Wilson, yaitu, First, while do not denigrate the effectiveness of
other means of clinical legal education, each of which can and should have a
central place in law school curricula, I believe the live client clinic has prove
itself to be the most powerful and effective means by which to teach the art of
lawyering. Just, experience has shown that neophyte doctors learn best when
working with real patients, the same is true with neophyte lawyers and real
clients. Second, and perhaps just as important, the live client clinic provides a
means by which students and law schools can make a contribution toward
access to justice in their communities.47
46 Ibid.47 Richard J. Wilson: 1996 Clinical Legal Education as a Means to Improve Access to Justicein Developing and Newly Democratic, A Paper Presented at the Human Rights Seminar of theHuman Rights Institute, International Bar Association Berlin, Germany Oct. 17, h.1
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
27/33
27
C. Penutup
1. Kesimpulan
Peranan hukum dalam pembangunan itu begitu penting. Pentingannya
peranan hukum bukan hanya dalam hal penyelesaian masalah hukum yang
timbul, tetapi didalam meletakkan dasar dari pembangunan itu sendiri. Krisis
ekonomi di Indonesia yang begitu buruk dan panjang tidak terlepas dari
kondisi hukum yang tidak siap menopang pembangunan ekonomi.
Untuk menghindari kesulitan pada masa yang akan datang, maka reformasi
terhadap hukum mutlak untuk dilakukan. Reformasi itu harus disesuaikan
dengan kebutuhan hukum Indonesia menuju dunia global.
Dalam menyambut dunia yang semakin kehilangan batas ini, Indonesia harus
menyiapkan ahli hukum yang mumpuni dari segi teoritis dan dari segi praktis.
Untuk itu perubahan kurikulum dalam arti mengikuti perkembangan kurikulum
fakultas hukum yang bersifat internasional sudah layak untuk
dipersiapkan.Tugas itu menjadi beban yang tidak ringan bagi Fakultas Hukum.
2. Saran
Dalam penulisan makalah ini disampaikan beberapa saran
(rekomendasi) yakni sebagai berikut di bawah ini:
1) Peranan ahli hukum dalam pembangunan, reformasi dan
penegakan hukum seyogyanya diarahkan dengan mengacu kepada
falsafah atau pandangan hidup bangsa yakni Pancasila dengan
memperhatikan perkembangan dunia global yang berkembang.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
28/33
28
2) Pendidikan hukum juga seharusnya terus dikembangkan dengan
mengedepankan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta
perkembangan dunia global. Perkembangan pendidikan hukum
Indonesia dilakukan dengan meningkatkan kemampuan teoritis dan
praktis menuju pembaharuan hukum Indonesia yang berdasarkan
nilai-nilai keadilan, selain kepastian dan kemanfaatan.
-
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
29/33
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim G Nusantara : 2005. Menuju Negara Hukum Indonesia: Refleksi
keadaan publik dan prospek Transisi demokrasi di Indonesia, diakses
drhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal.
Anne Booth:2001, Pembangunan: Keberhasilan dan Kekurangan, dalam
Donald K. Emerson, Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi,
Masyarakat, Transisi, Gramedia Pustaka Utama.
Bryant G. Garth : 2005, Preliminary Paper for Globalization and Its
Discontents, h 13-14., diakses dari
http://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdf
Bursja Zahir : 1978, Pendidikan Tinggi: Hubungan dengan Masyarakat dan
Keadaan Sekarang, Prisma No.2 Maret, Tahun VII.
Drs.C.S.T. Kansil,S.H.,:1988, Kabinet dan Departemen di Indonesia,
IND.HILL.Co.
Erman Rajagukguk: 1997, Peranan Hukum dalam Pembangunan pada era
Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia, Pidato
pengukuhan diucapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar
dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 4 Januari 1997.
Erman Rajagukguk: 2003, Hukum Ekonomi Indonesia : memperkuat
Perastuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan
http://portal.komnasham.go.id/pls/portalhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdfhttp://www.law.nyu.edu/weilerj/spring05/globalization/Bryant_Garth.pdfhttp://portal.komnasham.go.id/pls/portal -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
30/33
30
Memperluas Kesejahteraan Sosial, Paper disampaikan dalam Seminar
dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII,
diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Depasar 14-18 Juli 2003.
Firoz Gaffar dan Ifdhal Kasim (Penyunting): 2002, Reformasi Hukum di
Indonesia, Cetakan ke 5, CYBERconsult.
Hikmahanto Juwana : 2006, Reformasi Pendidikan Hukum di Indonesia,
http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini.
J.E. Sahetapy: 2003, Reformasi Hukum : Quo Vadis ?, diakses dari
http://www.komisihukum.go.id.
John Perkins : 2004, Confessions of an Economic Hit Man, Berrett-Koehler
Publisher, Inc., San Francisco.
Justice for the Poor Wolrld Bank, diakses dari
http://www.jusiticeforthrpoor.or.id,
Kenichi Ohmae: 1991, Dunia Tanpa Batas, Binarupa Aksara.
Lan Cao: 1997, Book Review Law and Economic Development: A New
Bargaining ? Texas International Law Journal, Vo. 32.
Lawrence H. Friedman: 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, terjemahan
Wishnu Basuki, PT. Tatanusa.
Fauzie Hasibuan, S.H., MH., dkk: 2002, Hutang Di Balik Listrik Swasta,
Menggugat Kontrak PLN Paiton 1, Jakarta Fauzie & Partners.
http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opinihttp://www.komisihukum.go.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.jusiticeforthrpoor.or.id/http://www.komisihukum.go.id/http://www.pemantauperadilan.com/detil/detil.php?id=252&tipe=opini -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
31/33
31
Loekman Soetrisno: 1997, Beberapa Faktor Dalam dan Luar Negeri yang
Berpengaruh pada kelestarian Pembangunan di Indonesia, dalam
Loekman Soetrisno,Demokratisasi Ekonomi & Pertumbuhan Politik,
Penerbit Kanisius.
Marc Galantar, Modernisasi Sistem Hukum dalam Myron Weiner, Modernisasi:
Dinamika Peretumbuhan, Voice of America Forum Lecturer.
Mardjono Reksodipuro: 2003, Reformasi Menyeluruh dan Pemulihan
Ekonomi, diakses dari http://www.komisihukum.go.id/article - opinion.
Masyarakat Transparansi Indonesia, Pokok Pikiran Kajian GBHN
Tahun 1999 Bidang Hukum, diakses dari
http://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.html.
Mochtar Kusumaatmadja: 2006, Konsep-konsep Hukum dalam
Pembangunan, cetakan ke 2, Alumni.
Naskah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal
18 Maret 2005, Bab IV, Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025.
Paul H. Brietzke: 2000, Pembeharuan Hukum di Indonesia, Ceramah yang
disampaikan kepada Departemen Hukum dan Perundang-undangan
pada tanggal 21 Februari 2000.
Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Persfektif 2006, 4 Januari 2006, The
Habibie Center.
http://www.komisihukum.go.id/articlehttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.transparansi.or.id/kajian/kajian11.htmlhttp://www.komisihukum.go.id/article -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
32/33
32
Richard J. Wilson: 1996 Clinical Legal Education as a Means to Improve
Access to Justice in Developing and Newly Democratic, A Paper
Presented at the Human Rights Seminar of the Human Rights Institute,
International Bar Association Berlin, Germany Oct. 17.
Soedjatmoko: 1976, Beberapa Fikiran tentang Perguruan Tinggi, Prisma, No.2
Maret.
Sudradjad Djiwandono: 2000, Membangun Kembali Ekonomi Indonesia
dengan Paradigma Baru, diakses
http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html.
T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum: 1986, Pengantar, dalam T. Mulya
Lubis dan Richard M. Buxbaum, Peranan Hukum dalam Perekonomian
di Negara Berkembang, Yayasan Obor Indonesia.
The Kian Wie: 1983, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan,
Beberapa Pendekatan Alternatif, dalam The Kian Wie (Penyunting),
Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa Pendekatan
Alternatif, LP3ES.
Willi Toisuta : 1976, Kurikulum Perguruan Tinggi: Perimbangan antara Beban
Belajar Dan Mengajar, Prisma N0.2, Maret.
Wolfgang G. Friedman: 1986, Peranan Hukum dan Fungsi Ahli Hukum di
Negara Berkembang, dalam T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum,
Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang,
Yayasan Obor Indonesia.
http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.htmlhttp://www.pacific.net.id/pakar/sj/000627.html -
7/22/2019 Makalah Sumaryono (Hukum Ekonomi Prof Adi -Smt 1)
33/33