mandiri pbl (hpp) fatihah
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
1/26
Tugas Mandiri PBL Perdarahan Pasca Persalinan Blok EmergensiFatihah Iswatun Sahara 1102009109
Memahami dan Menjelaskan Definisi PPH
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer, sekunder dan bentuk-bentuk khusus sesuai etiologi
(Ida Bagus, 2007)
Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi PPH1) Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan
Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).Perdarahan pasca persalinan
primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primeradalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
tabel 1a. Etiologi dan klasifikasi PPH menurut Ida Bagus, 2007
2) Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan PascaPersalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
Bentuk perdarahan Sebabnya
Atoni uteri -Otot uterus tidak retraksi dan kontrasi dgn kuat vaskular terbuka
-Akibat anastesi-Distensi berlebihan (gemeli/anak kembar, anakbesar dan hidramnion)
-Partus terlalu lama-Partus presipitatus/terlalu cepat-Multiparitas-Persalinan karna induksi oksitosin (?)-Korioamionitis-Riwayat atoni
Sisa plasenta - Kotikedon atau selaput ketuban tersisa- Plasenta suksenturiata- Plasenta akreta, inkretam dan perkreta
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
2/26
Perdarahan karna robekan - Episotomi yang melebar- Robekan perineum, vagina, dan serviks- Ruptur uteri
Gangguan koagulasi
Tabel 1b. Etiologi dan klasifikasi PPH menurut Sarwono, 2009
Tabel 2. Faktor resiko PPH
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
3/26
Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi PPHMeknisme penghentian perdarahan
Di dasar plasenta bed, terbukalah pembulu dara arteri yang tgek lurus, sementara pembulu vena
seolah-olah sejaar dengan dinding uterus . Pada saat persalinan bayi berakhir/janin lahhir. Maka aknterjadi retraksi oto yang mengakibatkan
1. Plasenta tidak mampu mengikuti pengecilan dari tempat implantasinya2. Plasenta melepaskan diri melalui lapisan jaringan ikatnya (Nitabusch)3. Pembuluh darah artei atau vena akan terjepit, berlekuk sehingga lummennya tertutup dan
perdarahan dari plasental bed terhenti
4. Ujung-ujung pembuluh darah akan membentuk trombus, sehingga perdarahan akan berhentisama sekli
5. Hari berikutnya sudah mulai terbentuk epitelia, menuju kesembuhan yang berlangsung 14-15hari
Memahami dan Menjelaskan Manifestasi dan Diagnosis PPH
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
4/26
Tabel 3. Diagnosis berdasarkan gejala dan tanda klinik
Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan (PPH)Dalam menangani pasien perdarahan pasca persalinan terdapat 2 macam penanganan yaitu
penanganan umum dan penanganan khusus (sesuai etiologinya).A. Penanganan Umum (Abdul, 2010)
o Segera mobilisasi dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurato Hentikan pendarahan (Sulaiman, 2005) : Perdarahan dalam kala III (kala pengeluaran plasenta)
Segera suntikan 10 unit oksitosin I.M / ergotamin 0,2 mg I.M (jangan berikan pada
ibu preeklamsia/eklamsi karnena akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit serebrovaskular) tujuannya untuk kontraksi myometrium uterus dimanaakan terjadi vasokntriksi yang akan menghentikan perdarahan. Selanjutnyakosongkan kandung kemih dan lakukan massage uterus dan setelah ada tanda-tanda
pelepasan plasenta yang normalnya terjadi sekitar 3-4menit setelah lahirnya bayi
seperti (Ralph, 2009) : fundus meninggi dan berkontraksi kuat uterus menjadi lebih kecil dan berubah bentuk dari diskoid (seperti cakram)
memjadi globular (sferis) tali pusat menjadi lebih panjang terdapat tonjolan yang terlihat dan teraba di simfisis (jika kandung kemih
kosong)
sedikit semburan darah dari vaginaPlasenta segera dilahirkan dengan tekanan pada fundus, jika perdarahan tidak
berhenti, plasenta belum juga lepas, perdarahan mencapai 400cc, segera lepas
plasenta secara manual
Gbr. 1 pengeluaran plasenta secara manual (Cunningham, 2009)
Pengeluaran secara manual, harus dilakukan dengan pemberian analgesia/anastesi yang adekuat, setelah itufundus dipegang melalui dinding abdomen oleh 1 tangan, tangan yang lain dimasukkan ke dalam vagina dan di
dorong ke dalam uterus sampai menelusuri tali pusat, setelah sampai plasenta tercapai, tepinya diidentifikasi, dan sisiulnar tangan disisipkan diantara plasenta dan dinding uterus. Kemudian dengan punggung tangan yang berkontakdengan uterus, lakukan pergerakan seperti memisahkan halaman buku, setelah seluruhnya dilepaskan, plasentadipegang dengan seluruh tangan, kemudian secara perlahan-lahan dikeluarkan (Cunningham, 2009). Selain itu pada
pasien perdarahan kala III juga diberi infus atau transfusi darah (Sulaiman, 2005)
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
5/26
Kotak 1. Pengeluaran manual plasenta
Perdarahan dalam kala IVa) Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera
disuntikkan 0,2 mg ergonovin atau metil ergonovin I.M, uterus ditekan untukmengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase.
b) Jika perdarahan belum berhenti, tambahkan suntikan metil ergonovin lagi secaraIV dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500cc glukosa selama tindakan ini,masase diteruskan.
c) Jika perdarahan belum berhenti, jangan terus terfikir pada atonia uterim tapipertimbangkan juga kemungkinan lain seperti robekan serviks, sisa plasenta /plasenta suksenturiata (bagian tambahan yang melekat pada plasenta utama lewat
pembuluh arteri atau vena), ruptur uteri, koagulopati. Jika kemungkinan ini belom
dikesampingkan, lakukan pemeriksaan in spekulo dan eksplorasi kavum uteri.
d) Jika masih ada perdarahan, lakukan kompresi bimanual secara Hamilton yaitu1 tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini yang dijadikan tinju dengan rotasi
merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dindin perut di
atas fundus hingga dapat merangsang dinding belakang rahim, dilakukan selama 15
menit.
Gbr 2. kompresi bimanual (Cunningham, 2009)
o Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi,tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
o Jika dicurigai adanya syok, maka, lakukan tindakan penanganan syoko Pasang infus cairan I.Vo Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuko Resusitasi cairan :Kritaloid normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses
intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biayayang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah.
Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan
perdarahan post partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak
(>10 L), dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat
o Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineumo Transfusi darah
perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut, atau keadaan klinis pasienmenunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 4 unit PRC (packed Red blood Cell) untuk
menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi.
PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Masalah
ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit.
Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang
dikandungnya dapat menyebabkan penjendalan
o Setelah perdarahan teratasi (24jam setelah perdarahan berhenti). Periksa kadar Hb :
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
6/26
Jika Hb kurang dari 7g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) berikan sulfas ferrous 600mg atau ferrous fumarat 60mg + asam folat 400 mcg peroral
sehari selama 6 bulan
Jika Hb 7-11 g/dl beri sulfas ferrous 600 mg atau ferrous fumarat 60 mg + asamfolat 400 mcg peroral sekali sehhari selama 6 bulan
Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensi 20%) berikan terapi : Albendazol 400 mg per oral sekali ; ATAU Mebendazol 500 mg per oral sekali atauu 100 mg 2x1 selama 3 hari
Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi 50%) berikan terapidosis diatas selama 12 minggu
Tabel 4. Penatalaksanaan Perdarahan yang tidak responsif terhadap Oksitosin (Cunningham,
2009)
B. Penanganan Khusus1) Atonia Uteri Teruskan pemijatan uterus Oksitosin diberikan bersamaan atau berurutan (lihat table di bawah ini)
Jenis dan Cara Oksitosin Ergotamin Misoprostol
Dosis dan cara
pemberian awal
- I.V : infus 20 unitdalam 1lt larutan garamfisiologis 60tetes/menit
- I.M : 10 unit
I.M atau I.V (9secara
perlahan) 0,2 mg
Oral 600 mcg atau rektal 400
mcg
Dosis lanjutan I.V : infus 20 unit dalam1lt larutan garam fisiologis
dengan 40 tetes/menit
Ulangi 0,2 mg I.M seelah 15menit, jika masih
diperlukan, beri I.M / I.V
tiap 2-4 jam
400 mcg 2-4 jam setelah dosisawal
Dosis maksimalperhari
Tidak lebih dari 3 lt larutandengan oksitosin
Total 1 mg atau 5 dosis Total 1200 mcg atau 3 dosis
Kontra Indikasi Tidak boleh memberi I.V
secara cepat atau bolus
Preeklamsia, vitium kordis
(gangguan jantung saathamil), hipertensi
Nyeri kontraksi dan asma
Tabel 5. jenis uterotonia dan cara pemberiannya (Abdul, 2010)
Kenali dan tegakkan diagnosis atoni uteri
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
7/26
Antisipasi akan kebutuhan darah dan lakukan tindakan transfusi sesuaii kebutuhan Jika perdarahan terus berlangsung :Pastikan plasenta lahir lengkapJika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian maternal atau robkenya
membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebutLakukan uji pembekuan darah sederhana sesuai kotak (Abdul 2010)
Kotak 2. Uji pembekuan darah sederhana (Abdul, 2010)
Jika perdarahan masih berlangsung : Kompresi bimanual internal
Gbr 3. kompresi bimanual internal (Abdul, 2010)
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam
vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahanberkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap
terjadi , coba kompresi aorta abdominalis.
Kompresi aorta abdominalis
Gbr 4. kompresi aorta abdominal (Luz, 1997)Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut,genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus
dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akanmenghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan
memperhatikan perdarahan yang terjadi.
a) Ambil 2ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca steril dan keringb) Jaga tabung tetap hangat (370C)c) Setela 4 menit, ketuk tabungperlahan untukmelihat apajah ada pembekuan yang sudah terbentuk, kemudian ketuk
tiap menit sampai darah membeku dan tabung dapat dibalikd) Kegagalan terbentuknya pembekuan setela 7 menit atau adanya bekuan lunak yang mudah pecah menunjukan
koagulopati
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
8/26
Jika perdarahan terus belrangsug setelah dilakukan kompresi (Abdul, 2010) :
Lakukan ligasi arteria uterina dan ovarika
Kotak 3. ligasi arteria uterina dan ovarika (Abdul, 2010)
Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi
a) Berikan antibiotik dosis tunggal (ampisilin 2g I.V atau sefazolin 1g I.V)
b) Berikan infus RL atau NaCl 0,9%
c) Buka perut : Insisi vertikal linea alba dari umbilikus sampai pubis Insisi vertikal 2-3 cm pada fasia Lanjutkan insisi ke atas dan ke bawah dengan gunting Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan tangan atau gunting Buka oeritoneum dekat umbilikus dengan tangan, jaga agar jangan melukai kandung kemih Pasang retraktor kandung kemih
d) Tarik keluar uterus sampai terlihat ligamentum latum
e) Raba dan rasakan denyuk arteri uterina pada perbatasan serviks dan segmen bawah rahim
f) Pakai jarum besar dengan benang catgut kromik dan buat jahitan sedalam 2-3cm pada 2 tempat. Lakukan ikatan simpul kunci
g) Tempatkan jahitan sedekat mungkin dengan uterus, karena ureter biasanya hannya 1 cm lateral terhadap ateri uterina
h) Lakukan hal yang sama pada sisi lateral yag lain
i) Jika arteri terkena, jepit dan ikat sampai perdarahan berhenti
j) Lakukan pula pengikatan arteri utero ovarika yaitu dengan elakukan pengikatan pada 1 jari atau 2 cm lateral bawah pangka
ligamentum suspensorium ovarii kiri dan kanan agar hemostasis efektif
k) Lakukan pada sisi yang lain
l) Observasi perdarahan dan pembentukan hematoma
m) Jahit kembali dinding perut setelah yakin tidak ada perdarahan laggi dan tidak ada trauma pada VU (pasang drain dan tutup
fasia dengan jaitan jelujur kromik)
n) Jika ada tanda infeksi letakkan kain kasa pada subkutan dan jahit dengan benang catgut. Kulit dijait setelah infeksi hilango) Jika tidak ada tanda infeksi tutup kulit dengan jahitan matras vertikal memakai nilon 3-0, tutup luka dengan kasa steril
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
9/26
skema 1. Penilaian Klinik Atonia Uteri (Abdul, 2010)
2) Robekan jalan lahir (serviks, vagina dan perineum)o Cari sumber perdarahan lalu diklem, diikat dan luka dituutp dengan jaitan cat gut lapis
demi lapis sampai perdarahan berhenti
o Teknik penjahitan memerlukan asisten, anastesi lokal, penerangan lampu yang cukup,spekulum dan memperhatikan kedalaman luka (Sarwono, 2009)
o Untuk memudahkan penjahitan, baiknya fundus uteri ditekan ke bawah hingga serviksdekat dengan vulva. Kemudian kedua bibir serciks dijepit dengan klem dan ditarik ke
bawah
o Dalam melakukan jahitan robekan serviks ini yang penting bukan jahitan lukannya, tetapipengikatan dari cabang-cabang arteri uterin
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
10/26
3) Retensio Plasenta
skema 2. Retensio plasenta (Ida Bagus, 2007)
jika plasenta atau bagian-bagiannya tetap berada dalam uterus setelah bayi lahir :
a)Jika plasenta terlaihat dalam vagina minta ibu mengedan, jika dokter dapatmerasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut
b)pastikan kandung kemih kosong, jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemihc)jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit I.M, jika belum dilakukan pada
penanganan aktif kala 3
d)jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin (jangan berikanergot karna dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tonik memperlambat
keluarnya plasenta) dan uterus terasa kontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali /
CCT
Gbr 5. penarikan tali pusat terkendali / CCT pada penanganan kala III aktif normal, pada
retensio uteri, tidak diberi ergot
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
11/26
Cara melakukan CTT : 1 tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simpisis pubis. Selama kontraksi,
tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranialke arah belakang dan ke
arah depan ibu Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6cm di depan vulva Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yag terus-menerus dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke uterus CTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi telah diberikan oksitosin Begitu plasenta lepas, keluarkan dengan menggerakan tangan atau klem pada tali pusat,
kleuarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai jalan lahir, putarplasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban
Segera setelah palsenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkankontraksi yang dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
pascapersalinan Jangan menarik tali pusat dan menekan fundus terlalu kuat karena dapat
menyebabkan inversi uterus
e)Jika belum berhasil, lakukan pengeluaran plasenta secara manual (kotak 1)f) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana (kotak 2)g)Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau) berikan antibiotik untuk
metritisinfeksi uterus pasca persalinan (kotak 3)
Kotak 3. Antibiotik untuk metritis (Abdul, 2010)
4) Inversi Uteria) Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan RL /darah pengganti
dan pemberian obat
b) Terakadang, diberikan juga tokolitik Magnesium Sulfat untuk melemaskan uterusyang terbalik/inversi sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorongendometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai
tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya, hal ini dapat dilakukan sewaktupalsenta sudah terlepas atau tidak
c) Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin (sebagai analgesik) 1mb/kgBB (dosismaksimal 100mg) I.M atau I.V secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/KgBB I.M
d) Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual (kotak 1) dan bila berhasildikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau I.M,
tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan dokter
baru dilepaskane) Pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal setelah mereposisi uterus Ampisilin 2g I.V + metonidazol 500 mg I.V, ATAU Sefazolin 1g I.V + metronidazol 500 mg IV
f) Jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotik sesuai kotak 3g) Intevensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan
manuver di atas tidak dapat dilakukan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan
jika dicurigai adanya nekrosis, lakukan histerektomi vaginal (rujuk pusat pelayanankesehatan tersier (rumah sakit)
5) Perdarahan karena gangguan pembekuan darah(Sarwono, 2009)
Ampisilin 2g I.V/ 6jam + gentamisin 5mg/kgBB I.V/24jam+metronidazole 500 mg I.V/8jam
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
12/26
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi dara dan produknya sepetti plasma bekusegar, trombosit, fibrinogen, dan heparinisasi dan pemebrian EACA (Epsilon amino
caproic acid)
6) Sisa plasenta (Abdul, 2010)Jika bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapatberkontraksi secara efektif
a) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterusmenggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan utnuk mengeluarkanplasenta yang tidak keluarteknik manual (kotak 1)
b) Keluarkan sisa plasenta dengan tangan atau kuret besarJaringan yang melekat kuat, mungkin plassenta akreta, karena sifat perlekatannyamaka biasanya membutuhkan tindakan histerektomi
c) Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan sederhana (kotak 2)Selain penanganan umum dan khusus terdapat pula penanganan perdarahan pasca
persalinan tertunda atau sekunder :1. Infus dan transfusi darah
Jika anemia berat (hb < 8g/dl) atau hematokrit kurang dari 20%, siapkan transfusi dan berikan
tablet besi oral dan asam folat2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik seperti kotak 33. Berikan oksitosin sesuai dengan tabel uterotonika di atas4. Jika perdarahan dari perlukaan terbuka dijahit kembali dan evaluasi kemungkinan terjadinya
hematoma
5. Jika perdarahan berasal dari bekas implantasi plasentaa) Lakukan anastesi lalu lakuakn kuretasi dengan aman dan sterilb) Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan
6. Jika serviks masih berdilatasi, lakukan eksplorasi dengan tangan untuk mengeluarkan bekuan-bekuan besar dan sisa plasenta
7. Jika serviks tidak berdilatasi, evakuasi uterus untuk mengeluarkan sisa plasenta8. Jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan kemungkinan untuk melakukan ligasi uteri arteri
uterina dan utero ovarika atau histerektomi
9. Lakukan pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret/histerektomi, jika memungkina untukmenyingkirkan penyakit trofoblas ganas
Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Perdarahan Pasca PersalinanA. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit
kronis, anemia dan lain-lain, sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam
keadaan optimal
B. Mengenali factor-faktor predisposisi PPH (multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion,bekas seksio, riwayat PPH)
C. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partu lamaD. Merujuk kehamilan beresiko ke ruma sakit rujukanE. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPHF. Tangani plasenta dengan cepat
1. Keluarkan plasenta secara spontan2. Hindari perasat Crede (memeras uterus) dan jangan sekali-kali menggunakan fundus sebagai
piston untuk mendorong keluar plasenta
3.Siapkan ekstraksi manual untuk kasus-kasus dengan indikasiG. Setelah plasenta lahir, beri oksitosin yang diencerkan (5 IU IV secara perlahan)
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
13/26
H. Atasi atonia uteri dan mulai berikan oksitosin yang diencerkan sebelum plasenta lahir begitusudah dipastikan tidak ada janin kedua
I. Periksa jalan lahir dengan cermat adaka robekanJ. Lakukan eksplorasi uterus pada pasien-pasien dengan kemungkinan ruptur uteri atau hasil
konsepsi yang tertinggal
Atonia Uteri
- Melakukan managemen aktif secara rutin pada kala III pada semua wanita yang ingin bersalindapat menurunkan insidensi PPH karna atonia uteri
- Memberikan misoprostol 2-3 pertablet (400-600 g) segera setelah bayi lahirRobekan Jalan Lahir
Pencegahanya adalah dengan cara menghindari memipmpin persaklinan pada saat pembukaan
serviks belum lengkap (Sarwono, 2009)
Memahami dan Menjelaskan Komplikasi dan Prognosis Perdarahan Pasca Persalinan
Komplikasi
1) Sindrom Sheehan perdarahan banyak diikuti dengan kegagalan laktasi, amenore, atrofipayudara, rontok rambut pubis dan aksila, hipotiroidi dan insufisiensi kroteks adrenal
2) Diabetes Insipidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior3) Syok hipovolemik4) Terjadi gangguan dalam sekresi hormon tropik pada kelenjar yang patogenesisnya tidak
diketahui secara pasti
5) Anemia berkepanjangan dimana memerlukan waktu yang panjang untuk dapat pulihPrognosis
Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharsnya tidak meninggal akibat perdarahannya,
seklipun untuk megatasinya perlu dilakukan histerektomi, akan tetapi jika penangannya tidak segera
dan tidak adekuat akan menimbulkan syok (Sulaiman, 2005)
II. MM Hipotermia
II.1 Definisi HipotermiaBatasan bayi baru lahir yang mengalami hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai di
bawah 36,50C (Ida Ayu, 2009)
II.2 Klasifikasi Hipotermia (Ari, 2012)
1) Hipotermia ringan 36-36,50C2) Hipotermia sedang 32-360C3) Hipotermia berat < 320 C
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-20C sesudah lahir. Suhu tubuh akanmenjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-
baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang
lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir,terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu
yang sedang bersalin.
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
14/26
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam. Terdapatpada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup
panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya.
Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin.Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur
menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipoterroia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yangdingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia
atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat,
dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia.Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik,
larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.
Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan
beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 320C, tranfusi
tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari12 jam).
Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,535
0C, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah
bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini seringmengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid
II.3 Etiologi dan Faktor ResikoMekanisme hipotermi yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan
antara nya :
1) Penurunan produksi panasDisebabkan kegagalan sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh sehinggatimbul porses penurunanproduksi panas
Misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria2) Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila paas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan tubuh kehilang panas,
mekanismenya antara lain :a. Konduksi
Kehilangan panas terjadi akibat perbedaan suhu kedua objek, terjadi kontak langsung antara
kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin
Misalnya pada bayi yang berada pada permukaan/alas dingin sseperti pada prosespenimbangan
b. KonveksiSumber kehilangan panas berupa : incubator dengan jendela terbuka atau saat transportasi
bayi ke rumah sakitc. Radiasi
Suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin
d. EvaporasiBasah setelah lahir atau pada waktu dimandikan
3) Kegagalan termoregulasi
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
15/26
Termoregulasi berfungsi untuk mengendalikan antara kehilangan panas dan produksi panastubuh, pada saat lahir, suhu tubuh turun seketika diikuti dengan stress dingin, produksi panas
terjadi akibat pelepasan norepinefrin yang menyebabkan metabolime simpanan lemak coklat dan
konsumsi oksigen serta glukosa
- Kegagalan pada hipotalamus dalam menjalankan fungsinya- Keadaan hipoksia intrauterin/saat persalinan/post partum- Defek neurologik- Paparan obat prenatal (analgesik/anastesi)- Bayi sepsis selain hipotermi juga dapat hipertermi
faktor resiko hipotermia
a. Penyebab utamaKurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat
mungkin
b. Resiko untuk terjadinya hiptoermia1) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
2) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
3) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
4) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).5) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia
perdarahan intra kranial.
c. Faktor pencetus terjadinya hipotermia :1) Faktor lingkungan
2) Syok
3) Infeksi4) Gangguan endokrin metabolik
5) Kurang gizi, energi protein (KKP)
6) Obatobatan
7) Aneka cuaca
II.3 Patofisologi Hipotermi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangangi produksi panas terhadap kehilangan panas, bilakehilangan panas dalam tubuh lebih besar dari laju pembentukan panas, maka akan terjadi penurunan
suhu tubuh (Ari, 2012)
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan merespon untuk menghasilkan panasberupa :
1.Shivering thermoregulation / ST
Mekanisme berupa mengigil atau gemetar secara involunter dari kontraksi ototuntuk
menghasilkan panasKarena neonatus tidak mengigil, mereka harus dapat mengandalakan termogenensis tanpa
menggil2.Nonshivering thermoregulation/NST
Mekanisme yang idpengaruh oleh stimulasi sistem saraf simpatis utk menstimulasi prosesmetabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolism
jaringan lemak coklat akan menginkatka produksi panas dari dalem tubuh
3.Vasokontriksi periferDistimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar
arteeriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjad vasokintriksi
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
16/26
Keadaan ini efeksitf untuk mengurangi aliran darah ke jaraingan kulit dan mecnegah kehilanganpanas yang tidak berguna
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari lemak
coktlar.jaringan adipose coklat. Seiring dengan pejalanan tahun, jalur ST akan mengalami peningkatandan NST akan mengalami penurunan.
Jaringan lemak coktlat mengandung suatu trigeliserida, merupaka jaringan kaya kapiler dengan
rapat diinversi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuku darah balik dan pada masing-masingadiposti. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria yang terdiri dari protein berpasangan
yang membatasi enzim ketika proses produksi panas, akibat adanya protein itu maka apabila lemak
dioksidasi akan terjadi produksi panas dan bukan energiSewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di
hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fatmemacu pelepasan
noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak.Blood gliserol
levelmeningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brownfatmenjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini
menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang
digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicthermogenesis yang efektif memerlukan
integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain antara lain:
depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi
yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi.Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma,
refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG. Pada jantung dapat
terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG
dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiac
out putdisritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma,
hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi
oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi colddiuresis,peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah
ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal sampai 80%. Pada
otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia,
dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi arefleksia daerah perifer
II.4. Gjala Klinis Hipotermi
kotak 4 tanda klinis hipotermia (Audrey, 2009)
II.5 Pemeriksaan Hipotermi
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
17/26
Tabel 6. Anamneasisi dan pemeriksaan hipotermia (Ari Yunanto, 2012)
Indikasi Penyakit Hipotermia
- Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan terabadingin.Bilaseluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 320C-
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
18/26
gbr. 6 penanganan hipotrmia pada neonates
tabel 6. Peerawatan bayi hipotermia (Ida Ayu, 2009)
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator gunakan sesuai
ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara
lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
Table 7. perawatan di incubator berdasarkan berat bayi
a. Hipotermia Sedang1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu selimut
atau kain hangaat yang diserterika terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segeraganti dengan selimut / kain yang hangat.
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
19/26
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang hangat.4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a) Memberi tutup kepala / topi bayi
b) Mengganti kain / popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat
b. Hipotermi Berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi berada dalam satuselimut atau kain hangat
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangi
sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a) Memberi tutup kepala / topi kepala
b) Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau hangat
5) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkin dapat lebih seringselama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri
ASI dengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60
80 ml/kg/liter
6) Segera rujuk di RS terdekat
Pencegahan Hipotermia
Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal dasar agar BBL tidak mengalami hipotermia.Disebut hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36,50C.
Suhu normal pada neonatus adalah 36,537,50C pada pengukuran suhu melalui ketiak BBL mudah
sekali terkena hipotermia, hal ini disebabkan karena :a. Pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan hipotermi adalah mengeringkan bayi segera mungkin,
menutup bayi dengan selimut atau topi dan menenmpatkan bayi di atas perut ibu (kontak dari kulit kekulit). Jika kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menaruh bayi di atas dada (karena ibu lemah atau
syok) maka hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangar2. Meletakkan bayi didekat ibu
3. Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat
gbr.7 Penanganan di ruangbersalin
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
20/26
gbr.8 perawatan metode kanguru
Komplikasi Hipotermia
- Asidosis- Hipoglikemia- Edema- Sklerema- Perdaahan (perdarahan paru)- Icterus- Gangguan fungsi jangtun- Gagal tumbuh
III. MM Hiperbilirubinemia
III.1 Dfinisi
table 8. Bilirubin indirect dan direct
Memahami klasifikasi hiperbilirubinemia pada bayi1. Hiperbilirubinemia fisiologis
Kriteria
Tidak terjadi pada hari pertama kehidupan (muncul setelah 24 jam). Peningkatan bilirubin normal total
tidak lebih dari 5 mg% perhari. Pada cukup bulan mencapai puncak pada 72 jam. Serum bilirubin 68 mg%. pada hari kelima akan turun sampai 3 mg%. selama 3 hari kadar bilirubin 23 mg%. Turun
perlahan sampai dengan normal pada umur 1112 hari. Pada BBLR/premature bilirubin mencapai
puncak pada 120 jam serum bilirubin 10 mg% (1015%) dan menurun setelah 2 minggu.
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
21/26
Etiologi
Umur eritrosit lebih pendek (80-90 hari), sedangkan pada dewasa 120 hari. Jumlah darah pada bayi
baru lahir lebih banyak ( 80 ml/kg BB), pada dewasa 60 ml/kg BB. Sumber bilirubin lain lebih
banyak daripada orang dewasa. Jumlah albumin untuk transport bilirubin relative kurang terutama
pada premature. Flora usus belum banyak, adanya peningkatan aktivitas dekonjugasi enzimglukoronidase.
2. Hiperbilirubinemia patologis
Kriteria
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total meningkat lebih dari 5 mg%
perhari. Pada bayi cukup bulan serum bilirubin total lebih dari 12 mg%, pada bayi premature >15mg%. bilirubin conjugated >1,52 mg%. ikterus berlangsung >1 minggu pada bayi cukup bulan dan
2 minggu pada bayi premature.
Etiologi
1) Pembentukan bilirubin berlebihan karena hemolisisDisebabkan oleh penyakit hemolitik atau peningkatan destruksi eritrosit karena:
a. Hb dan eritrosit abnormal (Hb S pada anemia sel sabit)
b. Inkompabilitas ABO
c. Defisiensi G6PDd. Sepsis
e. Obat-obatan seperti oksitosin
2) Gangguan transport bilirubin, dipengaruhi oleh:a. Hipoalbunemia
b. Prematuritas
c. Obat-obatan seperti sulfonamide, salisilat, diuretic, dan FFA (free fatty acid) yangberkompetisi dengan albumin
d. Hipoksia, asidosis, hipotermi
e. Pemotongan tali pusat yang lambat
f. Polisitemia
g. Hemoragi ekstravasasi dalam tubuh seperti cephalhematoma, memar.3) Gangguan uptake bilirubin, karena:
a. Berkurangnya ligandinb. Peningkatan aseptor Y dan Z oleh anion lain (novobiosin)
4) Gangguan konjugasi bilirubin
a. Defisiensi enzim glukoronil transferasi, imaturitas heparb. Ikterus persisten pada bayi yang diberi ASI
c. Hipoksia dan hipoglikemia
5) Penurunan ekskresi bilirubin disebabkan karena adanya sumbatan pada duktusbiliaris.
6) Gangguan eleminasi bilirubina. Pemberian ASI yang lambat
b. Pengeluaran mekonium yang lambatc. Obstruksi mekanik
Gejala Kliniswaktu timbulnya ikterus berkaitan erat dengan penyebaran ikterus.
Timbul pada hari pertama: inkompabilitas ABO/Rh, infeksi intra uteri, toksoplasmosis. Hari ke-2 dan ke-3: ikterus fisiologis
Hari ke-4 dan ke-5: Ikterus karena ASI
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
22/26
Setelah minggu pertama: Atresia ductus pasca choleductus, infeksi pasca natal, hepatitis neonatalJaundice (kulit menjadi kuning)
Pertama kali muncul pada kepala dan berangsur2 menyebar pada abdomen dan bagian tubuh yang
lain
Kuning terang orange: unconjugated bilirubin Kuning kehijauan: Conjugated bilirubin.
DiagnosisDari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa faktor risiko
terjadinya hiperbilirubinemia berat.
1. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam)2. Inkompatibilitas golongan darah (dengan Coombs test positip)
3. Usia kehamilan < 38 minggu
4. Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, end tidal CO _)
5. Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya6. Hematoma sefal, bruising
7. ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir)
8. Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun
9. Ikterus sebelum bayi dipulangkan10. Infant Diabetic Mother, makrosomia
11. Polisitemia
Anamnesis1. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin,
malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal)2. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi
3. Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
4. Riwayat inkompatibilitas darah
5. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian.Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan
sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang
kulitnya gelap.Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar.
Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan.
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita
karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut
tabel 9. Perkiraan derajat ikterus berdasaran usia
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
23/26
Derajat ikterus menurut Kramer
Tabel 10. Klasifikasi ikterus
Pemeriksaan Lab
1. Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorumserta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
24/26
dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yangdianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total.
Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil). Beberapa senter
menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2
minggu.
2. Bilirubinometer Transkutan
Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkanbilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm.
Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit.Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelengthspectral reflectance yang tidak terpengaruh
pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutandilakukan untuk tujuan skrining, bukan untuk diagnosis.
Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi
pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metodestandar diazo). Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi
>34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum
>14.4mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum
Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76, p
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
25/26
Penatalaksanaan Hipotermia
Penanganan medisMetode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan therapi
obat.a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk me nurunkan
bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya de ngan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent
light bulbs or bulbs in the bluelight spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin ta k terkonjugasi. Hal ini terjadi
jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringanke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin
dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam
duodenum untuk di buang bersa ma feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indire k 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit
dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difotote rapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl.
Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pe rtama padabayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
b. Transfusi Pengganti
Transfusi pengganti digunkan untuk:a) Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan)
terhadap sel
b) darah merah terhadap antibody maternalc) Menghilangkan sel darah mera h untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
d) Menghilangkan serum bilirubin
e) Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan danganf) bilirubin
-
7/22/2019 Mandiri PBL (HPP) Fatihah
26/26
c. Therapi Obat Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk bebera pa hari
sampai bebe rapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada postnatal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin denganmengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.
Antibiotic diberikan bila terkait dengan adanya infeksi.
Daftar Pustaka
Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. 2005. Obstetri Patologi Ilmu KesehatanReproduksi . 2
nded. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Saifuddin AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . P.TBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan . P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. PenerbitBuku Kedokteran EGC, Jakarta
Cunningham FG. 2006. Obstetri Williams . 21th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Benson RC, Pernoll ML. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi . 9th ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta