media kartu_menulis jawa

Upload: cahmulyoagung

Post on 18-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BACAAN BERHURUF JAWA DENGAN MEDIA KARTU PADA KELAS VIII-F SMP NEGERI I PULOKULON KABUPATEN GROBGAN TAHUN AJARAN 2006/2007 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jawa oleh Nama : Nur Indah Lestari NIM : 2102402008 Program Studi : Pendidikan Bahasa Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS BAHASA DAN SENI, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. 2007

  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Suatu negara yang tertinggal mutu pendidikannya, maka perkembangan di negara tersebut akan terlambat pula. Hal ini dapat dimengerti karena pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pelajaran. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kalangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkat dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal dan nonformal. Pendidikan formal berlangsung sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Peningkatan pendidikan harus dimulai sejak dasar, sebab pendidikan dasar merupakan fondasi untuk melanjutkan pendidikan berikutnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan dasar yang dilaksanakan melalui jalur formal yaitu dengan meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang dengan media yang memadai. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dibutuhkann karena siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar atau media instruksioal yang mengarah pada hasil belajar yang optimal. Pemanfaatan media yang baik diharapkan dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat siswa. Sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik dan menggairahkan.

  • 2Dengan menggunakan media, ketidakjelasan terhadap penyampaian materi pelajaran yang dapat dikuranngi bahkan dapat dihilangkan. Dengan mengurangi atau menghilangkan ketidakjelasan materi pelajaran yang diasajikan oleh guru dalam bentuk rangkaian kata-kata atau keterangan verbal yang memberikan gambaran samara-samar, akan mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu konsep sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan lebih efektif. Membaca sebagai salah satu kemampuan dasar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak baik sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena membaca merupakan kunci untuk memperoleh informasi lengkap dan menyeluruh. Membaca adalah kunci segudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang. Mengingat pentingnya membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan membaca harus diatasi secepat mungkin. Bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan di daerah Jawa Tengah di dalamnya mencakup lima kompetensi dasar yaitu: mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan sastra. Pada kompetensi membaca dalam mata pelajaran bahasa Jawa, siswa harus mampu menguasai dua keterampilan yaitu membaca bacaan berbahasa Jawa berhuruf latin, dan membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa. Agar

  • 3dpat terampil membaca bacaan berhuruf Jawa. Agar dapat terampil membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa, siswa harus memahami bahasa Jawa dan mengenal huruf Jawa. Pembelajaran behasa Jawa di kelas VIII SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan yang terdiri dari tujuh kelas ini menghadapi permasalahan dalam membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi, bahasa Jawa kelas VIII F SMP N I Pulokulon mempunyai tingkat pemahaman isi bacaan terendah terhadap membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Hal ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar bahasa Jawa pada kompetensi membaca dan memahami bacaan sederhana berhuruf Jawa. Nilai rata-rata terhadap pemahaman isi bacaan hanya 45,92. Keadaan diatas sesuai dengan hasil wawancara sekilas dengan beberapa siswa, mereka mengakui mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa. Siswa mengakui enggan membaca bacaan berghuruf Jawa, keengganan tersebut terjadi karena minat dan keterampilan membaca siswa terhadap bacaan huruf Jawa sangat rendah sehingga tingkat pemahaman terhadap bacaan berhuruf Jawa juga rendah. Kurangnya minat siswa mengikuti pelajaran bahasa Jawa khususnya membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa diakui siswa karena mereka merasa jenuh dan merasa tidak puas dengan metode yang digunakan oleh guru yaitu metode ceramah Dengan metode ini guru hanya menerangkan teori-teori tentang huruf Jawa tanpa ada tindak lanjut dan penerapannya secara langsung. Setelah paparan teori selesai guru memberikan pertanyaan seputar isi bacaan dan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa.

  • 4Dalam mengerjakan tugas, siswa hanya mengejar target nilai tanpa memahami inti pelajaran yang sebenarnya, dimana dalam mengerjakan tugas siswa tidak benar-benar mengerti apa yang telah dikerjakan. Setelah pelajaran selesai siswa pun lupa dengan pelajaran yang telah berlalu. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengenal huruf-huruf Jawa yang telah diajarkan oleh guru. Sebagian siswa juga beranggapan bahwa materi membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa paling sulit dipahami, dengan alasan antara lain karena saat ini mereka sudah tidak menggunakan aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari, dan aksara Jawa memiliki bentuk huruf yang hampir sama sehingga mereka sulit untuk membedakannya. Selain itu guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dalam hal ini guru tidak menggunakan media untuk memperkenalkan huruf Jawa dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sehingga pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya menggunakan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada kelas tersebut. Proses pemblajaran bahasa Jawa pada materi pokok membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang dengan media yang memadai. Penggunaan media dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sangat dibutuhkan karena siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber bekajar atau media instruksional yang mengarah pada hasil belajar yanga optimal. Dengan menggunakan media ketidak jelasan materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan menggunakan media

  • 5akan dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi huruf Jawa sehingga hasil prestasi dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa lebih menyenangkan dan lebih efektif. Media yang dapat dimanfatakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media kartu bertulisan Jawa. Media ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dankemampuan siswa membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan. Penggunaan media kartu ini dimulai dari pengenalan huruf-huruf Jawa yang ditekankan pada huruf yang sulit dipahami oleh siswa kemudian diterapkan dalam kalimat sederhana sampai akhirnya penggunaan kartu berhuruf Jawa dengan kalimat yang lebih sukar. Penggunaann media kartu berhuruf Jawa ini dalam penyajiannya dilakukan dengan teknik permainan yang melibatkan partisipasi siswa secara langsung sehingga siswa lebih mudah menerima dan memahami bacaan berhuruf Jawa. Pemamfaatan media pembelajaran kartu bertulisan aksara Jawa yang diintegrasikan dengan teknik permainan dimaksudkan agar proses belajar mengajar bukan dijadikan sebagai beban mental bagi siswa tetapi menanamkan minat dan meningkatkan kemampuan siswa terhadap membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. 2.1 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Secara umum beberapa masalah yang brkenaan dengan penelitian ini adalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: kemampuan membaca pemahaman

  • 6bacaan berhuruf Jawa yang rendah yang disebabkan karena: a) rendahnya kemampuan membaca bacaan berhuruf Jawa siswa; b) Siswa kurang mengenal huruf-huruf Jawa, pasangan, sandhangan, angka, rekan, dan huruf murda yang memiliki bentuk hampir sama; c) metode yang digunakan guru kurang tepat sehingga kurang mengena bagi siswa; d) belum tersedianya media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar; dan e) siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran bahasa Jawa khususnya pada kompetensi dasar membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. 3.1 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada permasalahan rendahnya tingkat kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon kabupaten Grobogan yang kemungkinan disebabkan karena tehnik mengajar guru kurang sesuai dengan kondisi siswa, dan kurangnya variasi media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Teknik mengajar tersebut perlu ditingkatkan agar siswa terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu pada kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan. 4.1 Rumusan Masalah Berdasaran identifikasi masalah yang ada dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

  • 71. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu? 2. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu? 5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu. 2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VIII F SMP N I Pulokulon Kabupaten Grobogan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu. 6.1 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaaat teoretis

  • 8Manfaat teoretis penelitian ini adalah: a) menambah khasanah pengetahuan membaca bacaan berhuruf Jawa, dan ;b) diharapkan dapat menambah wawasan baru pengembangan teori membaca pemahaman bacan berhuruf Jawa dengan media kartu. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatnya khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini kesulitan dalam membaca pemahaman bacaaan berhuruf Jawa dapat teratasi karena para siswa belajar dengan menggunakan media kartu. Bagi guru dapat menambah pengetahuan mengenai teknik pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu yang disajikan melalui permainan. Sedangkan bagi peneliti yang lain, penelitian ini dapat memnberikan manfaat sebagai masukan atau referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

  • 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang keterampilan membaca pemahaman ini sebelumnya telah dilakukan oleh Djumini (2002), Mardiyati (2003), dan Suryanto (2004). Djumini (2002) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Bacaan Berbahasa Jawa dengan Teknik Membaca Nyaring Siswa Kelas IIF SLTP N 2 Cawas Klaten, menyimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan teknik membaca nyaring. Hal ini dibuktikan dengan perbandingan nilai rata-rata kelas siklus I dan siklus II mengalami peningkatan 9,76 atau 14,38%. Selain itu terjadi perubahan perilaku yang positif siswa selama pembelajaran berlangsung yang semula kurang kurang perhatian, ramai, dan menggagu teman serta acuh tak acuh dalam mengikuti proses belajar mengajar menjadi tenang, penuh perhatian dan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mardiyati (2003) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Membaca Huruf Jawa dengan Metode Pemberian Tugas Latihan dan Resitasi. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa keterampilan membaca huruf Jawa siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode pemberian tugas latihan resitasi. Hal tersebut dapat terbukti dari hasil perbandingan nilai rata-rata kelas siklus I dan siklus II meningkat 0.31 atau sebesar 4,22%. Peningkatan kemampuan siswa dalam membaca bacaan

  • 10berhuruf Jawa ternyata dapat merubah tingkah laku siswa terhadap pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa, siswa menjadi aktif dan senang menerima pembelajaran membaca huruf Jawa. Suryanto (2004) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Media Komik pada Siswa Kelas V SD PL Gunung Brintik Semarang Tahun Ajaran 2003/2004. Penelitian tentang keterampilan membaca yang telah diteliti ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman pada siswa masih rendah. Hal ini terbukti hasil tes awal 5,85 dan hasil tes akhir siklus I menunjukkan 6,43. Hasil tes awal, siklus I, siklus II terlihat adanya peningkatan sebanyak 9,91% dari tes akhir siklus I ke tes akhir siklus II ada kenaikan 11,51%. Dengan demikian pembelajaran membaca pemahaman menggunakan media komik dengan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan jurnal membuktikan bahwa sebagian besar siswa tertarik dengan menggunakan media komik. Dari ketiga judul skripsi di atas membuktikan bahwa penelitian tentang keterampilan membaca sudah banyak dilakukan walaupun berbeda-beda teknik yang digunakan. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan.Upaya peningkatan keterampilan membaca masih perlu dan terus dikembangkan dan dilakukan. Penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menurut peneliti sangat perlu dilakukan karena peneliti menganggap membaca bacaan berhuruf Jawa juga merupakan keterampilan membaca yang perlu ditingkatkannya. Penelitian ini sangat perlu dilakukan karena

  • 11peneliti menganggap hal baru dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa dengan menggunakan media cetak berupa kartu. Penelitian ini dianggap baru karena penelitian ini terletak pada membaca pemahaman yang menggunakan media cetak kartu yang masih jarang dilakukan dalam penelitian. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah dalam pembelajaran. Proses pembelajaran tingkat SMP pada dasarnya lebih banyak dilakukan dengan cara bermain dan belajar seperti pada saat masih duduk di bangku SD sehingga tumbuh rasa senang terhadap apa yang dipelajarinnya. Rasa senang dapat mendasari seorang siswa lebih berminat dan beraktivitas. Dalam keterampilan membaca khususnya bacaan berhuruf Jawa, rasa senang inilah yang mendasari awal menumbuhkan minat membaca siswa. Media-media yang menarik minat baca seorang anak usia Sekolah Menengah Pertama ini adalah media yang dapat diintegrasikan dengan pemainan. Karena minat anak terhadap bermain saat belajar ini sangat besar, sehingga peneliti menggunakan media kartu yang menarik minat siswa pada membaca pemahaman bacaan berhuruf. Dengan menggunakan media kartu, huruf Jawa yang disajikan di dalamnya akan mudah dimengerti sehingga dapat membawa perilaku siswa yang baik. 2.2 Landasan Teoretis Teori-teori dalam landasan teoretis ini menguraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teroritis tersebut terdiri atas teori tentang membaca dari berbagai

  • 12pustaka. Meskipun demikian dari sejumlah pustaka tersebut mengkaji objek yang sama, namun masing-masing pustaka memiliki ciri tersendiri. Perbedaan ini timbul karena latar belakang pandangan, titik tolak pengkajian dan hasil penelitian yang diperoleh masing-masing para ahli. Sesuai dengan permasalahan yang diambil dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dan penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang terdiri atas (1) pengertian membaca; (2) jenis-jenis membaca; (3) aspek membaca; (4) tujuan pengajaran membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa kelas VIII dalam kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa Jawa SMP/MTs; (5) membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa; (6) hakikat media. 2.2.1 Pengertian Membaca Definisi dan pola pemikiran tentang hakikat membaca sangatlah beragam. Hal ini disebabkan karena kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Berbagai pengertian membaca dan hakikat membaca ada di dalam hampir setiap buku tentang membaca. Para ahli dalam bidang membaca berulang-ulang membuat definisi dan pola pemikiran tentang hakikat membaca. Beberapa pengertian membaca dari berbagai sumber tersebut di bawah ini. Menurut Tarigan (1986:71), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses pengandaian kembali dan pembacaan sendi.

  • 13Ahli lain berpendapat bahwa membaca adalah peristiwa penangkapan dan pemahaman aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa tertulis dengan tepat dan cermat (Suyitna 1986:3). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa membaca adalah melihat serta memahami apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati. Membaca dapat pula diartikan sebagai metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain (Tarigan, 1986:8). Selain itu, ada yang berpendapat bahwa membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan (Burhan 1971:90) Pendapat di atas lebih menekankan pada pemahaman makna meski pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan-kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan mata. Pernyataan itu tepat karena membaca pada dasarnya adalah kegiatan atau penalaran termasuk ingatan. Dengan kegiatan penalaran itu, pembaca berusaha menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tarigan yang menyatakan bahwa membaca adalah justru proses yang dilakukan serta dipertanggungjawabkan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata atau bahasa lain. Dari beberapa pengrertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa membaca adalah kemampuan memahami ide, menangkap makna, memperoleh

  • 14pesan yang ada dalam bacaan, baik makna lugas maupun makna kias yang semua itu menuju kepemahaman. 2.2.2 Jenis-jenis Membaca Menurut Broughton dalam Tarigan (1986) ada tiga jenis membaca yaitu: 1) membaca nyaring atau membaca bersuara; 2) membaca dalam hati, dan 3) membaca telaah isi. 2.2.2.1 Membaca Nyaring atau Membaca Bersuara Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Yang pertama-tama menuntut pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya, dan kemudian memproduksikan suara yang tepat dan bermakna. 2.2.2.2 Membaca dalam Hati Membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan mata dan ingatan, bertujuan untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati sangat penting, sebab keterampilan membaca dalam hati menjadi kunci untuk memperoleh informasi. Menurut Broughton (dalam Tarigan 1986:31) membaca dalam hati dapat dibagi atas: 1) membaca ekstensif, dan 2) membaca intensif. 1) Membaca ekstensif adalah salah satu jenis secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan membaca ini untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga

  • 15dapat membaca secara efisien. Membaca ekstensif meliputi: a) membaca survei, b) membaca sekilas, dan c) membaca dangkal. a) Membaca survei (survei reading) adalah membaca dengan meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan ditelaah atau dipelajari sebelum memulai membaca. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam membaca survei sebagai berikut. 1. memeriksa, meneliti indes-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku; 2. melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan; 3. memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. b) Membaca sekilas (skimming) adalah jenis membaca yang dilakukan dengan cepat untuk mendapatkan informasi dari bagian yang diperlukan saja. Membaca sekilas mempunyai tiga tujuan: 1) untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel dan tulisan singkat; 2) untuk menentukan hal tertentu dari suatu bacaan; dan 3) untuk menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. c) Membaca dangkal (superficial reading) membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal bersifat luaran, yang tidak mendalam 2) membaca intensif (intensive reding) ialah membaca secara teliti atau studi seksama. Membaca ini bertujuan untuk suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap argmen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau

  • 16pola-pola teks, pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan pengarang, juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Membaca intensif dibagi atas: 1) membaca telaah isi (contens stidi reading); 2) membaca telaah bahasa. 1) Membaca telaah isi adalah membaca dengan tujuan untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara lebih mendalam. Membaca telaah isi dibagi atas: a) membaca teliti; b) membaca pemahaman; c) membaca kritis; d) membaca ide (Tarigan 1986:39). a) Membaca teliti adalah membaca dengan teliti, yang bertujuan untuk menelaah isi. Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, yang betujuan untuk menelaah isi. Menelaah isi suatu bacaan menuntut katelitian, pemahaman kekritisan berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bacaan. Membaca teliti membutuhkan beberapa keterampilan antara lain: a) survei yang cepat untuk memperhatikan atau melihat organisasi dan pendekaan umum; 2) membaca secara seksama dan membaca ulang paragrap-paragrap untuk menentukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting; dan 3) menemukan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel. b) Membaca pemahaman (reading for under standing) adalah sejenis membaca telaah isi, disamping membaca teliti, membaca kritis dan membaca ide. Membaca pemahaman adalah membaca yang memiliki tujuan memahami isi bacaan yang dibaca. Membaca pemahaman biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman dikatakan suatu proses yang

  • 17kompleks, sebab di dalam membaca pemahaman pembaca melibatkan sejumlah keterampilan. Keterampilan dalam membaca pemahaman adalah mengungkapkan makna kalimat, mengungkapkan ide pokok paragraf, ide penjelas, dan mengungkapkan isi bacaan. Keterampilan yang petama adalah mengungkapkan makna kalimat. Mengungkapkan makna kalimat adalah memahami makna yang terdapat pada kalimat dalam suatu bacaan, masudnya adalah makna yang sesuai dengan konteks bacaan. Sehingga pembaca dapat memahami ide pokok paragraf. Keterampilan yang kedua adalah mengungkapkan ide pokok paragraf. Ide pokok paragraf terbentuk dari jalinan kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf. Keterampilan yang ketiga adalah mengungkapkan ide penjelas paragraf yang terdapat dalam bacaan yang telah dibaca. Ide penjelas merupakan pokok pikiran dalam paragraf. Keterampilan yang keempat adalah mengungkapkan isi bacaan , yaitu memahami isi bacaan yang telah dibaca. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, menurut Sukarman (1992) terdiri dari berbagai aspek, antara lain aspek situasi, bahan bacaan, kesehatan dan keluasan wawasan si pembaca. Situasi di sekitar pembaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Sebagai kegiatan represif yang mencoba menelaah isi suatu wacana, kegiatan membaca pemahaman memerlukan situasi yang tenang. Dalam keadaaan yang tenang pembaca dapat mengenal setiap lambang bunyi yang dibacanya. Selanjutnya lambang bunyi tersebut akan diberi makna dalam proses pemahaman atau rekontruksi lambang menjadi bunyi bahasa. Aspek bahan bacaan juga berpengaruh terhadap tingkat

  • 18kesulitan yang dihadapi pembaca. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi sangat mungkin menjadi kendala bagi pembaca dalam memahaminya. Sebaliknya bila bahan bacaan tergolong mudah maka semakin besarlah kemungkinan siswa dapat memahami bacaan yang dibaca secara baik. Aspek yang mempengaruhi membaca pemahaman adalah kesehatan pembaca. Kesehatan yang baik memungkinkan pembaca dapat melakukan kegiatan membacanya secara baik pula, di samping karena dukungan situasi dan bahan bacaan. Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek keluasan wawasan. Tingkat keluasan wawasan diyakini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap kemampuan membaca pemahanman seseorang. Hal ini akan tampak secara nyata apabila pembaca dihadapkan dengan bentuk-bentuk yang asing baginya. Luasnya wawasan seserorang, terutama yang berkaitan dengan bahan yang dibacanya, akan sangat menolong dalam memahami suatu bacaan. Tujuan membaca pemahaman adalah untuk mencari dan memperoleh informasi yang mencakup isi dan memahami isi bacaan. Menurut Tarigan (1986:56), tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai standar-standar atau norma-norma kesastraan (liberary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama), dan pola-pola fiksasi (pattern of fiction). c) Membaca kritis yaitu jenis membaca yang dilakukan dengan cermat, bijaksana, penuh tenggangrasa, mendalam, evaluatif, analitis, bukan hanya untuk mencari kesalahan semata.

  • 19d) Membaca ide-ide adalah salah satu jenis membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang ada dalam bacaan yang menitik beratkan pada pelafalan kata-kata baku, melagukan kalimat dengan benar, pemenggalan kelompok kata dan kalimat dengan cepat, menyesuaikan nada, irama, dan tekanan, kelancaran dan kewajaran membaca serta jauh dari ketersendatan, kesalahan ucap, cacat baca lain. Membaca tehnik melaksanakan dengan suara. Oleh karena itu, membaca jenis ini memiliki manfaat ganda baik bagi si pembaca maupun orang lain. 2) Membaca telaah bahasa adalah membaca dengan tujuan untuk mengetahui serta menelaah suatu bahan bacaan secara lebih mendalam. Membaca telaah bahasa terdiri atas: a) membaca bahasa, dan b) membaca sastra. a) Membaca bahasa Membaca bahasa adalah membaca dengan tujuan sebagai berikut: 1. memperbesar daya kata (increasingword power); dan 2. mengembangkan kosa kata (developing vocabulary) b) Membaca sastra Membaca satra adalah membaca untuk mengenal serta mengetahui seluk beluk bahasa dalam suatu karya satra agar lebih mudah memahami serta menikmati isinya. 2.2.3 Aspek-Aspek Membaca Menurut Brougton (dalam Tarigan 1986:10) berpendapat bahwa setiap guru bahasa haruslah memahami benar bahwa membaca adalah suatu

  • 20ketarampilan yang kompleks, yang rumit yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Keterampilan membaca meliputi tiga komponen, yaitu: 1) pengenalan terhadap aksara atau tanda-tanda baca; 2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal, dan 3) hubungan lebih lanjut dari pengenalan aksara serta tanda-tanda baca dan korelasi antara aksara dan tanda-tanda baca dengan unsur linguistik yang formal dengan makna (meaning). Menurut Broughton ( dalam Tarigan 1986:11) secara garis besar aspek membaca dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) keterampilan yang bersifat mekanis, dan 2) keterampilan yang bersifat pemahaman. 2.2.3.1 Keterampilan bersifat mekanis Keterampilan yang bersifat mekanis (mekanical skill). Aspek ini meliputi: a) pengenalan bentuk huruf; b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, kalimat dan lain-lan); c) pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tulis; dan d) kecepatan membaca bertaraf lambat. 2.2.3.2 Keterampilan bersifat pemahaman Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) mencakup aspek yang meliputi: a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); b) memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan reaksi pembaca, dan c) kecepatan membaca yang fleksibel.

  • 21Agar dapat mecapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring. Sedangkan untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman adalah membaca dalam hati. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, kalimat dan lain-lan), pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tulis, dan kecepatan membaca bertaraf lambat untuk mencapai tujuan yang bersifat mekanis. Guru dapat memperkenalkan huruf, kata, frase dan kalimat kepada siswa, kemudian disuarakan secara keras/nyaring dibaca secara lambat atau membaca nyaring dengan kecepatan lambat. Keterampilan seperti tersebut di atas diberikan kepada pembaca tingkat pemula pada siswa sekolah dasar. Keterampilan yang bersifat pemahanman yaitu keterampilan untuk memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan reaksi pembaca, dan kecepatan membaca yang fleksibel disesuaikan dengan tujuan membaca. Jenis membaca yang paling tepat untuk mencapai tujuan membaca pemahaman adalah membaca dalam hati, yang mencakup membaca ekstensif dan intensif.

  • 222.2.4 Tujuan Pengajaran Membaca dan Memahami Bacaan Berhuruf Jawa Kelas VIII dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Jawa SMP/MTs. Bahasa Jawa sebagai muatan lokal untuk daerah Jawa Tengah dan DIY, berdasarkan kurikulum 2004 di dalamnya mencakup pembelajaran membaca wacana huruf Jawa dan membaca wacana huruf latin. Sesuai dengan standar kompetensi kurikulum KBK untuk keterampilan membaca dalam pelajaran bahasa Jawa kelas VIII dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mampu membaca dalam hati (tak bersuara) dan memahami isi bacaan baik sastra maupun non sastra. 2. Mampu membaca nyaring (bersuara) sesuai dengan lafal, intonasi, dan irama yang sesuai. 3. Mampu membaca indah. 4. Mampu membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa. Untuk pelajaran membaca huruf Jawa siswa harus mengetahui jumlah hurufnya, sandhangannya, pasangannya dan tanda baca, angka dan sebagainya. Adapun cara membaca huruf Jawa sama dngan huruf latin karena ejaan huruf Jawa sudah disesuaikan dengan huruf latin. Sesuai dengan standar kompetensi membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, maka tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Siswa mampu membaca lancar bacaan berhuruf Jawa. 2. Siswa mampu menyalin bacaan ke dalam huruf latin.

  • 233. Siswa mampu menjelaskan isi bacaaan. 4. Siswa mampu memjawab isi bacaan. 2.2.5 Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah membaca bacaan berbahasa Jawa yang disajikan dengan tulisan atau aksara Jawa. Membaca bacaan berhuruf Jawa sebagai salah satu standar kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi muatan lokal mata pelajaran bahasa Jawa SMP/MTs, siswa kelas VIII diharapkan mampu membaca mampu membaca dan memahami bacaaan sederhana berhuruf Jawa kurang lebih 10 kalimat (2 alinea). Agar dapat membaca dan menulis huruf Jawa perlu diketahui tentang perangkat huruf Jawa (Darusuprapta dkk:1996). Adapun perangkat huruf Jawa yang dipergunakan dalam ejaan bahasa Jawa ada bermacam-macam yaitu carakan atau dentawyanjana, pasangan, sandhangan, angka, dan pada. (1) Huruf carakan atau dentawyanjana sebagai huruf baku dalam tulisan Jawa jumlahnya ada 20 buah, yang diawali huruf ha a sampai dengan nga z. Masing-masing huruf carakan itu disebut aksara legana, yaitu aksara atau huruf yang belum mendapat penanda bunyi lain. Huruf Jawa ini memiliki sifat silabis atau kesukukataan, sehingga huruf ini apabila digabungkan antara huruf satu dengan yang lain akan membentuk sebuah kata. Kedua puluh huruf Jawa tersebut dilafalkan jejeg, namun dalam penulisan ada kata yang dilafalkan miring. Yang dilafalkan jejeg misalnya, rn rana ke sana jk jaka perjaka lr sapa siapa sedangkan yang

  • 24dilafalkan miring misalnya, crk caraka, jwt jawata, wnr wanara. (2) Pasangan yaitu bentuk atau cara penulisan lain huruf Jawa yang berjumlah 20 buah guna menghubungkan suku kata mati dengan suku kata berikutnya. Wujud pasangan tersebut ada yang berupa huruf utuh ditulis di bawah huruf yang dipasangi, yaitu huruf ke 4 --R, huruf ke 14 --Y, huruf ke 17 --G dan huruf ke 20 --Z. Pasangan berupa huruf potongan, ditulis dibelakang huruf yang dipasangi yaitu huruf pertama --H, huruf ke 8 --S, huruf ke 11 --P. Berupa huruf potongan yang ditulis di bawah huruf yang dipasangi dan tidak digandheng, yaitu huruf ke 5 --K, huruf 7 --T, huruf ke 10 --L, huruf ke 12 --D, dan uruf ke 19 --Q. Untuk pasangan huruf ka, ta, dan la bila diberi sandangan suku dan wyanjana maka wujudnya akan kembali utuh ka|, ta ---|, dan la |. Misalnya, arep lunga axP|z mau pergi pk`m Pak Krama. Pasangan yang memiliki bentuk tersendiri penulisannya digandeng dengan huruf yang dipasangi, yaitu huruf ke 2 --H, huruf ke 9 --W, huruf ke 15 --V dan pasangan yang memiliki bentuk tersendiri tetapi penulisannya dibawah huruf yang dipasangi yaitu huruf ke 3 --C, huruf ke 6 --F, huruf ke 13 --J, huruf ke 16 --M ,dan huruf ke 18 --B. (3) Sandhangan yaitu penanda bunyi pada akasara Jawa yang menandai aksara itu sehingga berbunyi lain dari asalnya. Sandhangan ada empat macam yaitu sadhangan swara, wyanjana wanda dan pangkon. a) Sandhangan swara ada 5 buah yaitu ulu (wulu) sebagai penanda suara /i/, ditulis di atas huruf yang disandhangi; b) suku ditulis bersambung dengan huruf yang dipasangi, berfungsi sebagai penanda swara /u/; c) taling ditulis di depan huruf yang diberi sandhangan sebagai penanda swara /e/; d) taling tarung sebagai penanda swara

  • 25/o/ ditulis mengapit huruf yang diberi sandhangan; e) pepet sebagai penanda swara /e/, ditulis di atas huruf yang dipasangi. (4) Angka Jawa yaitu angka dalam huruf Jawa jumlahnya yang pokok ada 10 buah. (5) Pada yaitu tanda baca dalam tulisan Jawa yang digunakan dalam wacana, baik hubungannya dengan penghormatan di dalam tembang maupun dalam kalimat biasa sebagai perwujudan intonasi. Wujud pada ada bermacam-macam, misalnya pada luhur, pada lingsa, pada lungsi, pada adeg-adeg, pada pangkat, dan sebagainya. Dalam sebuah bacaan berhuruf Jawa selain menggunakan perangkat huruf Jawa juga sering ditemukan adanya aksara murda, aksara swara, dan aksara rekan. Huruf murda pada prinsipnya tidak pernah ada. Yang biasa disebut huruf murda (yang dianggap huruf murda) sebenarnya adalah huruf mahaprana, yaitu huruf yang disuarakan dengan nafas berat, jumlah huruf murda ada 8 buah yaitu huruf ke 2 na !, huruf ke5 ka @, huruf ke 7 ta #, huruf ke 8 sa $, huruf ke11 pa %, huruf ke 15 nya ^, huruf ke 17 ga &, huruf ke 18 ba *. Aksara murda adalah huruf kapital dalam tulisan Jawa. Gunanya untuk menuliskan nama gelar, nama pembesar, nama diri, nama lembaga pemerintah dan nama lembaga berbadan hukum. Aksara swara gunanya untuk menuliskan kata-kata asing. Jumlahnya ada 5 buah, yaitu: /a/ A disebut akara, /i/ I disebut ikara, /e/ E disebut ekara, /u/ U disebut ukara, /o/ O diseut okara. Aksara rekan yaitu aksara buatan untuk menandai huruf yang berasal dari bahasa asing, terutama bahasa arab. Huruf tersebut diciptakan karena abjad Jawa yang jumlahya 20 buah belum mencukupi. Aksara rekan bentuknya berupa aksara Jawa tetapi di atasnya diberi cecak 3 buah.

  • 26Jumlahnya 5 buah, yaitu: /kha/ k+, /dza/ f+, /fa/ atau /va/ p+, /za/ j+ dan /gha/ g+. Huruf Jawa memiliki aturan yang berbeda dengan penulisan latinnya. Misalnya, dalam menulis kata ulang terutama dwipurwa penulisan kata ulangnya sesuai dengan pelafalannya. Penulisan kata berawalan anuswara yang luluh dengan permulaan kata dasarnya huruf ha yang mengawali awalan nasal dapat dituliskan atau tidak. Sementara kata berawalan anuswara yang tidak luluh dengan permulaan kata dasarnya, maka huruf ha-nya harus tetap ditulis namun dalam pengucapannya tidak perlu. Aksara Jawa yang mendapatkan akhiran (panambang) -a pada penulisan huruf Jawa juga terdapat aturan tersendiri seperti; a) bila bersambung dengan huruf yang berakhiran huruf legana penulisannya seperti apa adanya. b) bila bersambung dengan kata yang bersuku akhir selain ya dan bersandhangan wulu atau taling akhiran ha berubah menjadi ya; c) Bila bersambung dengan suku akhir selain wa dan bersandhangan suku atau taling tarung, akhiran ha berubah menjadi wa; d) jika bersambung dengan suku kata tertutup atau sigeg akhiran ha-nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya atau sigeg-nya. Aturan huruf Jawa jika mendapatkan akhiran e/-ipun bila bersambung dengan suku kata terbuka menjadi ne/nipun sedangkan penulisannya tidak menggunakan pasangan na, ketika bersambung dengan suku kata tertutup atau sigeg huruf ha-nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya. Huruf Jawa jika mendapatkan akhiran-i maka huruf yang bersambung dengan suku kata terbuka, mendapat pertolongan akhiran an, dalam tulisannya memakai pasangan na. Bila huruf Jawa berakkhiran huruf suku kata tertutup mendapat akhiran -i maka huruf

  • 27ha-nya menjadi seperti huruf penutupnya, dan pengucapannya tetap satu huruf. Misalnya, nempleki [n[m\pLkiK membacanya tetap nempleki atau menempelkan. Untuk penulisan dan pengucapan huruf Jawa yang mendapatkan akhiran -an maka, a) huruf Jawa dengan suku kata terbuka dan legana jika mendapat akhiran an huruf ha-nya kebanyakan luluh dengan huruf penutupnya sehingga dalam membacannya sesuai dengan tulisannya; b) bila akhiran an bersambung dengan suku kata terbuka bersandhangan wulu, maka wulu-nya berubah menjadi taling Misalnya, kata bali jika mendapat akhiran an maka penulisan dan cara membacanya berubah menjadi balen; c) bila akhiran an bersambung dengan suku kata terbuka bersandhagan wulu atau taling dan tidak luluh, huruf ha-nya pada akhiran an berubah jadi ya, cara membacanya sesuai dengan perubahan dalam penulisan Jawanya, Misalnya, dalam aksara latin pagawean pg[wyn\ pekerjaan; d) bila bersambung dengan suku kata terbuka bersandhangan suku, suku-nya berubah menjdi taling tarung; e) akhiran an jika bersambung dengan suku kata terbuka bersandhangan suku atau taling tarung dan tidak luluh, maka huruf ha pada akhiran an tersebut berubah menjadi wa; f) bila huruf Jawa bersuku kata tertutup atau sigeg mendapat akhiran -an, huruf ha-nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya atau sigeg-nya. Penulisan dan pengucapan aksara Jawa jika mendapat akhiran ake maka a) jika bersambung dengan huruf Jawa yang bersuku kata tertutup atau sigeg akhiran ha tersebut berubah seperti huruf sigeg-nya; b) bila bersambung dengan suku kata tetutup atau sigeg ka maka panambang atau akhiran -ake berubah menjadi kake; c) jika bersambung dengan suku kata terbuka akhiran ake mendapat pertolongan sigeg

  • 28ka. Bila bersandhangan wulu maka berubah menjadi taling, sedangkan suku berubah menjadi taling-tarung. Dalam penulisan dan cara membaca huruf Jawa berlaku hukum persandian yaitu: a + a = a, i/e + a = e, dan u/o + a = o. Misalnya, gawa gw membawa berubah menjadi nggawakake a=gwkH[k membawakan, kata dadi mendapat imbuhan -ake menjadi ndadekake menjadikan ffi + a[k = anF[fkH[k atau f[fkH[k. Sementara untuk lintu menukar ln| + a[k menjadi zLi[nTokHken\ lintokake/nglintokaken. 2.2.6 Hakikat Media Dalam sub ini akan diuraikan tentang (1) pengertian media, (2) pengertian media kartu, (3) dasar pemilihan media kartu sebagai alat pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 2.2.6.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti pengantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan (Sadiman dkk, 1990:13) Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan ( Association Education and Communication Technologi/AECT) di Amerika, misalnya membatasi media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam Arsyad,2000:3). Asosiasi Pendidikan Nasional (Nasional Education Asociation NEA) memberikan batasan bahwa media adalah bentuk-

  • 29bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya (Sadiman dkk, 1990:6). Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar mengajar. Hal ini berarti media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar mengajar, karena peranannya sangat penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar secara efektif (Sudjana, 1989:99) Secara umum media pengajaran dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu (1) media yang dapat dilihat, seperti film, gambar, grafik, peta, poster, globe, dan papan tulis; (2) media yang dapat didengar dan dapat dilihat, seperti radio, rekaman pada tape recorder; (3) media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti film, TV, model, koleksi diaroma; (4) dramatisasi, seperti pantomim, permainan, sosio drama, dan demontrasi ( disarikan dari Oemar, 1989:46). Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai berikut: a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalisme; b) memperbesar perhatian siswa; c) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap; memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbukan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa; e) membantu tumbuhnya pengertian sehingga membantu perkembangan kemampuan siswa; f) memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangannya efisien dan lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak (dalam Oemar, 1989:15)

  • 30Tujuan utama penggunaaan media pembelajaran bahasa ialah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan terserbut dapat diserap sebanyak-banyaknya oleh siswa sebagai penerima informasi. Penggunaan media dalam berbagai bentuk pada umumnya dianggap bermanfaat dalam pembelajaran bahasa secara umum dan dalam pembelajaran bahasa Jawa pada khususnya. Media yang canggih dan mahal tidak selalu dan belum tentu efektif. Yang penting adalah bagaimana alat atau media itu dapat menarik perhatian para pelajar dan dapat mempertinggi motivasi mereka untuk belajar bahasa Jawa pada umumnya dan belajar membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada khususnya. Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan media pengajaran adalah sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungannya. Oleh sebab itu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yaitu penunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. 2.2.6.2 Kartu Huruf Kartu yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu alat peraga atau media yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka mempermudah atau memperjelas penyampaian materi pembelajaran. Kartu sebagai alat peraga praktik yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam

  • 31pemahaman suatu konsep sehinga hasil prestasi, pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif. Kartu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang di dalamnya terdapat tulisan atau aksara Jawa. Kartu tersebut terbuat dari kartas tebal atau kertas asturo berbentuk persegi dengan ukuran 20 cm x 6 cm. Di dalamnya terdapat tulisan atau huruf Jawa yang ditulis dengan warna yang berbeda. Kartu ini di buat satu set, setiap set kartu huruf berjumlah 56 kartu. Tulisan atau huruf Jawa berupa kalimat-kalimat pendek dan kalimat panjang. Kalimat tersebut merupakan penerapan dari perangkat huruf Jawa yang telah diterangkan oleh guru . 2.2.6.3 Dasar Pemilihan Media Kartu Sebagai Alat Pembelajaran membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa Menurut Rohani (1997: 112) pemilihan sumber belajar hendaknya memiliki kriteria: 1. ekonomis 2. praktis dan sederhana 3. mudah diperoleh 4. bersifat fleksibel Menurut Muryati (2002:28) sebagai alat peraga kartu mempunyai kelebihan sebagai berikut. 1. kartu dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak,

  • 322. kartu dapat menimbulkan persepsi yang sama pada siswa-siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda sehingga dapat mengurangi terjadinya salah komunikasi, 3. melalui penggunaaan kartu dalam pengajaran, meningkatkan terjadinya interaksi langsung dengan siswa sehingga dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar. Minat yang besar akan membangkitkan motivasi yang tinggi. 4. kartu dapat mengarahkan perhatian siswa kepada satu titik focus. 5. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa, sehingga pesan yang disampaikan guru dapat diterima baik oleh siswa. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kartu yang dibuat dengan bentuk bervariasi yang pertama menggunakan kartu dengan kalimat pendek sementara yang kedua menggunakan kartu dengan kalimat panjang. Dengan cara ini diharapkan dapat menarik minat siswa terhadap membaca bacaan berhuruf Jawa dan dapat mengurangi kejenuhan siswa terhadap materi membaca bacaan berhuruf Jawa. Siswa yang tadinya kurang tertarik pada pelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa akan bertambah bersemangat dan menambah minat untuk mempelajari huruf Jawa. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan dengan menggunaan media kartu berhuruf Jawa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa merupakan suatu usaha untuk menarik daya minat baca siswa agar terjadi peningkatan dalam memahami suatu bacaan. Kartu berhuruf Jawa dipakai sebagai alat pembelajaran karena dirasa

  • 33media kartu berhuruf Jawa merupakan media yang banyak digemari siswa karena mudah dalam penggunaanya. Kartu berhuruf Jawa dipakai sebagai alat pembelajaran karena dirasa kartu berhuruf Jawa merupakan alat atau media yang ekonomis dalam arti realita murah, yakni secara niminal biaya yang dikeluarkan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kartu berhuruf Jawa ini dapat memanfaatkan yang ada di sekitar siswa. Kartu berhuruf Jawa ini tergolong praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka, sederhana artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks dalam pemanfaatannya. Kartu berhuruf Jawa ini merupakan salah satu sumber belajar yang dapat diperoleh di sekitar lingkungan siswa berada. Kartu berhuruf Jawa ini juga memiliki sifat fleksibel artinya bahwa sumber belajar ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan dapat dipertahankan dalam berbagai situasi dan pengaruh. Sesuai dengan pertimbangan di atas peneliti memilih media kartu sebagai salah satu media yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIIB SMP N I Pulokulon. 2.2.6.4 Pembelajaran Membaca Pemahamam Bacaan Berhuruf Jawa dengan Media Kartu Membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu berarti siswa menuturkan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan kata atau tulisan yang disajikan dalam bentuk kartu. Melalui media kartu siswa mulai mengenal

  • 34dan menerapkan cara membaca bacaan berhuruf Jawa dan dapat menuturkan peristiwa yang terjadi dengan mengarahkan segala kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. Oleh sebab itu, siswa harus memiliki pengetahuan tentang perangkat huruf Jawa agar siswa mampu membaca dengan lancar tulisan atau aksara yang terdapat di dalam kartu. Adapun yang dimaksud membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu adalah membaca bacaan berhuruf Jawa melalui kartu yang di dalamnya terdapat kalimat bertulisan atau berhuruf Jawa yang menncakup perangkat huruf Jawa. Dalam penyajiannya siswa dapat mengenal perangkat huruf Jawa dan menerapkan dalam bentuk kata, kalimat maupun wacana yang ditulis dalam bentuk kartu yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dalam penyajiannya guru mengajak siswa membaca tulisan Jawa yang terdapat dalam kartu secara berulang, dimana dalam hal ini terjadi pengulangan atau drill. Dalam hal ini guru bertindak sebagai narasumber atau memberi penjelasan tentang huruf yang tertulis di dalam kartu tersebut. Dalam pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu pertama-tama siswa diperkenalkan perangkat huruf Jawa yang ditulis di dalam kartu. Setelah siswa mengenal perangkat huruf Jawa siswa mulai membaca kartu yang di dalamnya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa berupa kalimat pendek. Penyajian kartu pada tahap akhir adalah kartu dengan kalimat huruf Jawa yang lebih panjang. Dalam satu set kartu merupakan serangkaian cerita yang dibuat agar menarik minat siswa untuk memahami apa yang telah dibaca.

  • 35 Adapun penggunaan media kartu dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah sebagai berikut. 1. Mula-mula siswa dibagi atas 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 7 orang. Kemudian guru membagikan kartu pada tiap kelompok. 2. Guru menjatuhkan kartu terakhir dalam keadaan membuka, kemudian kelompok yang dapat membaca dengan benar memiliki kesempatan untuk menjatuhkan kartu yang pertama. 3. Kartu yang dijatuhan kelompok pertama harus dijawab atau dibaca oleh kelompok disampingnya (secara urut) jika tidak bias maka kelompok lain memiliki kesempatan untuk menjawab. Kelompok dengan Jawaban yang benar akan memiliki kesempatan untuk menjatuhkan kartu. 4. Guru menjelaskan huruf atau kalimat yang terdapat dalam kartu yang tidak dipahami oleh siswa. 5. Demikian seterusnya sampai kartu yang dipegang oleh salah satu kelompok habis atau kartu yang dipegang oleh kelompok tersebut tidak bisa dijalankan lagi. 6. Kelompok yang kartunya habis lebih dulu dinyatakan sebgai pemenang. 7. Kemudian melakukan pengocokan dan permainan lagi secara berulang. 2.2.7 Kerangka Berfikir Kegiatan membaca dalam pembelajaran membaca merupakan pekerjaan yang membosankan dan menjenuhkan. Begitu juga ketika membaca bacaan berhuruf Jawa yang sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

  • 36mengakibatkan keterampilan membaca yang rendah. Rendahnya tingkat membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Siswa kelas VIIIF SMP N I Pulokulon memiliki kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa masih kurang maksimal. Kesulitan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dikarenakan para siswa kurang mengenal huruf Jawa. Selain itu minat siswa terhadap pelajaran bahasa Jawa khususnya membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa masih kurang. Karena pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa menjadi salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Jawa maka kesulitan-kesulitan tersebut harus segera diatasi. Melihat kondisi siswa kelas VIIIF SMP N I Pulokulon salah satu media yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yaitu huruf Jawa atau bacaan huruf Jawa yang disajikan dengan media kartu. Media kartu yang disajikan dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dapat juga sebagai hiburan penghilang rasa tegang, jenuh dan penat ketika membaca bacan berhuruf Jawa. Oleh karena itu, guru perlu mengarahkan siswa membaca pemahaman melalui kartu huruf dengan tingkat pemahamann mereka dan disesuaikan dengan karakter siswa sehingga media kartu dapat bermanfaat bagi mereka. Ada keterkaitan antara media kartu dengan peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Media kartu disajikan kepada siswa dapat menumbukan rasa senang dan membentuk kebiasaan siswa memahami isi

  • 37bacaan yang dibacanya. Pemahaman isi itu sangat penting sebagai bekal untuk terampil mengungkapkan fakta dan urutan peristiwa yang terjadi dalam bacaan. Kartu yang disajikan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaaan berhuruf Jawa dapat menuntun siswa memahami isi bacaan. Hal ini terjadi karena dengan membaca melalui kartu akan merangsang pikiran siswa untuk mengingat kalimat dan perangkat huruf Jawa yang pernah dibacanya dan mengungkapkannya kembali isi bacaan yang pernah dibacanya. Oleh karena penyajian media kartu dapat merangsang minat baca dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa akan isi yang dibacanya, maka diharapkan penyajian media kartu dapat mempermudah siswa untuk memahami isi bacaan menjadi lebih baik. Pemahaman akan isi bacaan bertambah lebih baik menandakan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa . 2.2.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfiikir yang ada hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika siswa diberi proses pembelajaran dengan media kartu kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa dapat meningkat.

  • 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai satu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan (Tim Pelatih PGSM 1999:6). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Antara siklus I dan II saling menunjang dimana tahap dua atau siklus dua direncanakan berdasarkan hasil penelitian pada siklus I. Setiap siklus terdapat empat tahapan yang telah direncanakan dan ditetapkan. Empat tahap tersebut adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat tahap atau siklus dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Siklus I Siklus II RP RP R T R T OBA O O

  • 39 Bagan siklus PTK Keterangan: OBA : Observasi Awal P : Perencanaan T : Tindakan O : Observasi R : Refleksi RP : Revisi Perencanaan 3.1.1 Prosedur Tindakan Pada Siklus I Prosedur tindakan pada siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 3.1.1.1 Perencanaaan Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa selama ini. Pada tahap perencanaan ini disiapkan rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu. Dengan menggunakan rencana Pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran akan terarah. Selain rencana pembelajaran peneliti juga menyiapkan

  • 40instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara untuk memperoleh data nontes, menyiapkan teks atau bacaan berhuruf Jawa, menyusun soal pretes dan postes dengan jawaban singkat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah dibaca, dan bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan. Pada setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama disajikan bacaan dalam kartu yang tingkat kesulitannya mudah. Setelah dapat membaca bacaan yang tergolong mudah, maka pada pertemuan kedua disajikan bacaan dalam kartu yang tingkat kesulitannya tergolong sedang. Tingkat kesulitan isi bacaan ini ditentukan oleh banyak sedikitnya perangkat huruf Jawa yang diterapkan dalam media kartu dan panjang pendeknya kalimat/bacaan yang disajikan. Dalam siklus I ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah sebesar 65 %. Setelah mencapai indikator pencapaian tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. 3.1.1.2 Tindakan Dalam tahap ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu yang disiapkan peneliti dibantu guru kelas yang mengajar kalas tersebut. Pertemuan pertama dalam penelitian ini sebelum proses pembelajaran berlangsung guru mengawali kegiatan pembelajaran sebagai apersepsi, memberi

  • 41contoh membaca huruf Jawa dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca bacaan berhuruf Jawa tersebut. Guru dan siswa bertanyajawab tentang perangkat huruf Jawa, seperti aksara Jawa, bentuk-bentuk pasangan, fungsi sandhangan, bentuk-bentuk angka Jawa, jenis-jenis pada, fungsi aksara murda, aksara swara, dan fungsi aksara rekan. Setelah kegiatan tanyajawab seputar huruf Jawa selesai kemudian guru memberikan contoh penerapan perangkat Jawa tersebut ke dalam kata atau kalimat dengan menggunakan atau yang disajikan melalui kartu yang berhuruf Jawa. Setelah siswa menyebutkan dan membuat contoh penerapannya, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan satu set kartu yang di dalamnya terdapat aksara Jawa berupa kalimat. Siswa membaca kalimat berhuruf Jawa yang terdapat dalam kartu sebagai penerapan membaca pemahahan bacaan berhuruf Jawa. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan, meliputi: 1. Setelah guru menyampaikan materi tentang perangkat huruf Jawa. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang perangkat huruf Jawa yang berupa aksara Jawa a(ha) sampai z(nga) dan lebih ditekankan pada aksara yang sulit dipahami oleh siswa berupa a(ha), l(la), f(sa), s(da), c(ca), w(wa), b(ba) z(nga). Aksara Sandhangan yang lebih ditekankan pada aksara yang sulit dipahami siswa berupa --[(e), --e(e), [--o(o) -i-(i). Kemudian kelas dibagi atas beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang. 2. Kartu berhuruf Jawa dikocok dan diletakkan diatas meja kemudian menentukan kelompok yang bermain lebih dahulu dengan cara diundi Mula-mula siswa dibagi atas 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 7 orang. Kemudian guru membagikan kartu pada tiap kelompok.

  • 423. Guru menjatuhkan kartu terakhir dalam keadaan terbuka, kemudian kelompok yang dapat membaca dengan benar memiliki kesempatan untuk menjatuhkan kartu yang pertama. 4. Kartu yang dijatuhan kelompok pertama harus dijawab atau dibaca oleh kelompok disampingnya (secara urut) jika tidak bisa maka kelompok lain memiliki kesempatan untuk menjawab. Kelompok dengan jawaban yang benar akan memiliki kesempatan untuk menjatuhkan kartu. 5. Demikian seterusnya sampai kartu yang dipegang oleh salah satu kelompok habis atau kartu yang dipegang oleh kelompok tersebut tidak bisa dijalankan lagi. 6. Kelompok yang kartunya habis lebih dulu dinyatakan sebagai pemenang. 7. Kemudian melakukan pengocokan dan permainan lagi secara berulang. Setelah membaca bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu selesai, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang telah dipelajari tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan. Pada pertemuan kedua guru memberikan apresiasi pentingnya kemampuan membaca pemahaman, khususnya bacaaan berhuruf Jawa. Setelah itu siswa membaca bacaan berhuruf Jawa seperti pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini penyajian kartu huruf yang di tambah dengan perangkat huruf Jawa berupa --H(ha), --L(la), --S(sa), --P(pa), -,N-(na), dan V(nya), --D(dha), --Q-(tha), -W-(wa), -M-(ma), --C(ca), -B-(ba). Setelah membaca bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu selesai, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya

  • 43merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang telah dipelajari tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan. Pada pertemuan kedua ini siswa mengisi jurnal untuk memperoleh data nontes. 3.1.1.3 Observasi Peneliti mengamati langsung selama kegiatan pembelajaran yaitu observasi tentang keaktifan siswa, kedisiplinan siswa, dan cara siswa bekerja. Di samping mengadakan pengamatan, peneliti juga menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Yang lebih penting lagi apakah siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan bacaan yang ditugaskan kepadanya. Pengamat mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Pada akhir kegiatan peneliti memberikan komentar. 3.1.1.4 Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan, maka hasil observasi, hasil jurnal, hasil wawancara kemudian dianalisis. Berdasarkan analisis tersebut peneliti mencari solusi untuk memecahkan kesukaran atas masalah yang timbul dengan mengubah strategi pembelajaran pada siklus I. Desain siklus II menggunakan langkah seperti pada siklus I yang telah direvisi. Hal-hal yang direfleksi tersebut dilaksanakan setelah didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan. Refleksi tersebut dilaksanakan untuk mengubah strategi pembelajaran pada sklus I. 3.1.2 Prosedur Tindakan Pada Siklus II Berdasarkan refleksi pada siklus I perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilaksakan. Langkah-langkah

  • 44kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah siklus I. Perbedaanya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan tindakan siklus berikutnya. Langkah-langkah siklus II sebagai berikut. 3.1.2.1 Revisi Perencanaaan Sebagai tindak lanjut proses pada siklus I diadakan kegiatan ulang. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini (1) menyusun perbaikan rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu berhuruf Jawa, (2) mempersiapkan teks bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu, (3) menyusun perbaikan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara, dan (3) menyusun perbaikan rancangan evaluasi. Pada siklus ini terdiri atas dua pertemuan, Setelah dapat membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu yang tingkat kesulitannya tergolong mudah dan sedang, maka pertemuan pertama siklus II ini disajikan bacaan dengan media kartu berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong sulit. Tingkat kesulitan isi bacaan ditentukan oleh panjang pendeknya isi bacaan, ada tidaknya kata-kata sulit dan banyaknya perangkat huruf Jawa yang digunakan dalam bacaan. 3.1.2.2 Tindakan Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini meliputi perbaikan-perbaikan berdasarkan pada tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini secara garis besar sama dengan siklus I yaitu melaksankan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan

  • 45menggunakan media kartu. Pertemuan pertama dalam penelitian ini sebelum proses pembelajaran berlangsung guru mengawali kegiatan pembelajaran sebagai apersepsi, memberi contoh membaca huruf Jawa dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca bacaan berhuruf Jawa tersebut. Guru dan siswa bertanyajawab tentang perangkat huruf Jawa yang lebih ditekankan pada aksara yang sulit dipahami siswa yang terdiri dari aksra swara U(U), O(O), aksara angka yang terdiri dari angka 2(2), 3(3), 4(4),dan 5(5). Setelah kegiatan tanyajawab seputar huruf Jawa selesai kemudian guru memberikan contoh penerapan perangkat Jawa tersebut ke dalam kata atau kalimat dengan memggunakan atau yang disajikan melalui kartu yang berhuruf Jawa. Setelah siswa menyebutkan dan membuat contoh penerapannya, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan satu set kartu yang di dalamnya terdapat aksara Jawa berupa kalimat. Siswa membaca kalimat berhuruf Jawa yang terdapat dalam kartu sebagai penerapan membaca pemahahan bacaan berhuruf Jawa. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan yaitu membaca Pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media katu. Setelah membaca bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu selesai, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang telah dipelajari tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan. Pada pertemuan kedua guru memberikan apresiasi pentingnya kemampuan membaca pemahaman, khususnya bacaaan berhuruf Jawa. Setelah itu siswa

  • 46membaca bacaan berhuruf Jawa seperti pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini penyajian kartu huruf yang di tambah dengan perangkat huruf Jawa berupa hurf Jawa yang lebih ditekankan pada aksara murda !(na), $(sa), #(nya), ^(ta). Setelah membaca bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu selesai, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang telah dipelajari tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan. Pada pertemuan kedua ini siswa mengisi jurnal untuk memperoleh data nontes. 3.1.2.3 Observasi atau Pengamatan Peneliti mengamati langsung selama kegiatan pembelajaran yaitu observasi tentang keaktifan siswa, kedisiplinan siswa, cara siswa bekerja dan keunggulan-keunggulan yang ada pada diri siswa. Di samping mengadakan pengamatan, pada ahkir pembelajaran peneliti juga menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Bagaimana cara siswa membaca teks, yang sudah benar atau belum tehnik membacanya.Yang lebih penting lagi apakah siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan bacaan yang ditugaskan kepadanya. Peneliti mencermati dan mengamati apakah membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang disajikan dengan media kartu huruf ini dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa. Pengamat mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Kesemuanya itu peneliti cermati dengan sebaik-baiknya. Pada akhir kegiatan peneliti memberikan komentar

  • 473.1.2.4 Refleksi Pada akhir kegiatan siklus II, hasil observasi, jurnal, dan wawancara kemudian peneliti memcari kelemahan dan keunggulan dalam pembelajaran.. Refleksi tersebut meliputi: 1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai kelebihan dan kekurangan mengenai pembelajatran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu huruf, 2) mengungkapkan tindaka-tindakan yang telah dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan 3) mengungkapkan tindakan yag dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi tersebut tersebut didiskusikan dengan guru mata pelajaran bahasa Jawa yang bersangkutan. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIIIF SMP N I Pulokulon. Dipilahnya subjek penelitian kelas ini karena kelas yang siswanya berjumlah 49 siswa ini, terdiri dari 20 siswi dan 29 siswa. Kelas VIIIF adalah salah satu dari tujuh kelas VIII di SMP N I Pulokulon yang memiliki nilai rata-rata membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang rendah dibandingkan kelas yang lain sehingga kegiatan belajar mengajar hasilnya kurang maksimal. Selain itu peneliti memahami kondisi siswa ketika pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang sangat pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon balik dari siswa. Siswa terlihat bosan dan ketika guru menerangkan perangkat huruf Jawa. Dari pengamatan tersebut menurut peneliti

  • 48perlu dilakukan perbaikan dalam pembelajaran untuk membangkitkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa dengan cara yang menarik. Siswa kelas VIIIF perlu mendapatkan penanganan khusus agar dapat merubah sikap dalam kegiatan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. 3.3 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua macam yaitu, variable input-output dan variable proses. 3.3.1 Variabel input-autput Variabel input dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan beruruf Jawa atau bertulisan Jawa. Keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah perbuatan membaca bacaan berhuruf Jawa yang dilakukan secara hati-hati dan teliti sekali dengan tujuan untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Kondisi awal keterampilan siswa dalam membaca bacaan berhuruf Jawa cenderung rendah sehingga keadaan tersebut dapat berubah ke arah yang lebh baik setelah mengikuti pembelajaran membaca pamahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu. Target keterampilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah agar siswa terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sesuai dengan aspek penilaian , yaitu: 1) mampu memahami pokok pikiran secara tepat, dan 2) mampu menceritakan kembali isi bacaan dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan. 3.3.2 Variabel Proses

  • 49Variabel proses dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan media kartu yang merupakan cara atau tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Pembelajaran dengan menggunakan media yang dimaksud adalah pembelajaran dengan media kartu. Pemilihan media kartu dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa diupayakan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Karena yang ditekankan di sini yaitu pembelajaran secara berulang (drill) diberikan secara aktif, namun bersifat sederhana. 3.4 Instrumen Penelitian ini menggunakan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa melalui media kartu setelah proses belajar mengajar dengan pemberian tugas. Adapun instrumen nontes digunakan dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh perubahan sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa setelah dengan tehnik pemberian tugas. 3.4.1 Instrumen Tes Instrumen tes yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Bentuk tes yang disajikan adalah menjawab pertanyaan bacaan yang meliputi pemahaman isi bacaan dan menceritakan kembali isi bacaan behuruf Jawa. Tes ini diberikan untuk memperoleh data akhir keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa

  • 50dengan media kartu setelah pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu. Bentuk tes dan kriterianya pada siklus I dan II sama dengan pemberian tes akhir. Langkah yang diambil oleh peneliti dalam pengambilan data dengan menggunakan tes antara lain, 1) menyiapkan bahan tes dan bacaan-bacaan berhuruf Jawa; 2) mengukur keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu; 3) menilai dengan mengolah data dari hasil pembelajaran. Dalam menentukan nilai tes akhir serta skor menceritakan isi bacaan peneliti menggunakan pedoman penskoran dibawah ini. Tabel 1. Tabel Skor Penilaian Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa No Aspek Penilaian Skor Maksimal 1. 2. Pemahaman isi bacaan Menceritakan kembali isi bacaan 100 100 Jumlah 100 1. Pedoman penskoran tes tertulis pilihan ganda. Dalam tes tertulis berupa pertanyaan pilihan ganda berupa soal-soal pemahaman isi bacaan. Dalam tes pilihan ganda ini terdiri dari 10 soal, tiap soal yang benar memiliki bobot nilai 10 sementara soal yang salah dinilai 0. Jadi jika seluruh soal pilihan ganda dijawab benar, maka bobotnya adalah 100. Sementara soaal essay memiliki bobot nilai 100. Nilai keseluruhan dari tes tertulis ini adalah jumlah skor soal pilihan ganda ditambah jumlah skor essay atau uraian kemudian dibagi dua aspek tersebut. Dari

  • 51nilai tersebut diketahui tingkat pemahaman isi bacaan. Kriteria tingkat pemahaman isi bacaan seperti dalam tabel berikut. Tabel 2. Kriteria Tingkat Pemahaman Isi Bacaan No Rentang Nilai Kategori 1. 2. 3. 4. 85-100 68-84 51-67 0-50 Sangat baik Baik Cukup Kurang 3.4.2 Non Tes Data nontes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat abstrak yaitu perubahan-perubahan perilaku siswa. Bentuk alat ukur yang digunakan dalam teknik ini meliputi pedoman wawancara, lembar observasi, pedoman jurnal. Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data mengenai perubahan perilaku siswa meliputi aktivitas membaca, kesulitan-kesulitan dalam membaca, penampilan guru saat mengajar, konsentrasi siswa saat membaca, usulan untuk pembelajaran selanjutnya. Kegiatan wawancara ini dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin. Kegiatan wawancara dalam hal ini hanya mengambil sampel dari beberapa siswa yang bereaksi secara negatif terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, dan siswa yang secara grafik menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

  • 52membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu, baik pada siklus I maupun pada siklus II. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati siswa pada saat pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu. Dalam lembar observasi ini berisi tentang pengamatan perilaku siswa seperti perhatian saat mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap materi, perhatian siswa dalam menerima materi, keterlibatan siswa saat pembelajaran, tanggapan siswa terhadap tugas peneliti, metode yang digunakan guru, tanggapan siswa tentang media kartu. Lembar jurnal adalah catatan harian yang dimiliki oleh guru dan siswa. Pedoman jurnal guru menguraikan tentang keaktifan siswa, tingkah laku siswa, respon siswa, suasana pembelajaran, media yang digunakan. Dalam jurnal siswa yang ditulis adalah kesan siswa terhadap media kartu, kesulitan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Jurnal digunakan peneliti untuk mencatat perubahan-perubahan yang terjadi baik pada diri siswa maupun peneliti dari semua kejadian yang berkaitan dengan perilaku atau berupa kejadian yang bersifat paling menonjol dalam proses pembelajaran. 3.5 Uji Instrumen Uji validitas terhadap instrumen dilakukan dengan validitas permukaan yaitu dengan konsultasi kepada pembimbing. Setelah dikonsultasikan maka diadakan perbaikan-perbaikan, kemudian dibaca oleh pembimbing dan setelah itu diperoleh kesepakatan bahwa instrumen yang ditentukan telah valid digunakan sebagai instrumen penelitian.

  • 533.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ada dua macam, yaitu teknik tes dan nontes. 3.6.1 Teknik Tes Untuk memperoleh data yang akurat peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data dengan tes. Tes dilakukan pada akhir kegiatan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang telah dibacanya. Dengan demikian peneliti akan mudah mengetahui keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. 3.6.2 Teknik Nontes Tehnik pengumpulan data nontes berupa observasi, jurnal, wawancara yang dilaksanakan pada siklus I dan II. Wawancara dilakukan pada situasi nonformal yaitu pada saat istirahat, dilaksanakan secara bertahap. Hal ini lakukan agar siswa tidak merasa kalau sedang diwawancarai sehingga diharapkan akan diperoleh data yang objektif. Peneliti mengambil sembilan dari 36 siswa yang ada, dari sembilan yang dipilih masing-masing tiga siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dengan cara ini diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili pendapat seluruh siswa kelas VIIIF. Hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara ini tentang minat siswa dalam pelajaran bahasa Jawa khususnya membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, terutama aspek keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf

  • 54Jawa. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam jurnal ini guru mengambil enam siswa untuk memberikan kesan salama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keenam siswa yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu dua orang siswa pandai, dua siswa yang nilainya sedang, dan dua siswa yang nilainya kurang. Melalui jurnal siswa, dapat diperoleh data nontes berupa saran, kritik, penilaian, serta kesan tehadap guru. Dalam jurnal guru ditulis tanggapan guru terhadap siswa tentang keaktifan tingkah laku, dan respon siswa saat pembelajaran berlangsung, serta suasana pembelajaran. 3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang ditempuh peneliti dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik deskriptif presentase dan teknik deskriptif kualitatif. 3.7.1 Teknik Deskriptif Presentase Analisis data secara deskriptif presentase artinya langkah untuk menganalisis data berupa hasil tes awal, siklus I, dan siklus II. Tes dilakukan dilakukan sampai tiga kali, hasil tes dihitung secara presentase dengan langkah-langkah yaitu, (1) merekap nilai yang diperoleh siswa. (2) menghitung nilai komulatif dari tiap-tiap siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung presentase. Persentase keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menggunakan rumus : = %100xnxSN

  • 55Keterangan : N = Jumlah nilai dalam satu kelas n = Nilai maksimal soal tes S = Jumlah siswa dalam satu kelas Hasil perhitungan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu dari masing-masing siklus ini kemudian dibandingkan. Dari hasil tersebut akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu dalam pembelajaran. 3.7.2 Teknik Deskriptif Kualitatif Tehnik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data nontes yang diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara, dan jurnal. Data ini digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman berhuruf Jawa dan perilaku siswa setelah diadakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu. Hasil wawancara tersebut dapat dipakai untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan media kartu yang dipakai dalam proses pembelajaran dan mengetahui sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu. Dengan demikian akan ditemukan solusi terhadap kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu dan pada akhirnya siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca pemaham bacaan berhuruf Jawa.

  • 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam subbab ini diuraikan hasil penelitian mengenai kondisi awal, siklus I pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, siklus II pertemuan pertama dan siklus II pertemuan kedua, baik melalaui tes maupun nontes. Hasil tes berupa keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan hasil nontes berupa hasil observasi, jurnal dan wawancara. 4.1.1 Kondisi Awal Tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII F untuk mengetahui gambaran keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa pada kondisi awal. Hasil yang diperoleh dari uji kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada kondisi awal dalam penelitian ini sebagai berikut. Tabel 3. Rata-rata Perolehan Skor Tiap Aspek pada Kondisi Awal No. Aspek penilaian Skor 1. 2. Pemahaman isi bacaan Menceritakan kembali isi bacaan 65,71 26,12 Jumlah 91,83 Rata-rata 45,91

  • 57Data pada tabel 3 di atas menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 45,91 atau berada dalam kategori kurang. Skor ini diperoleh dari masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 65,71 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 26,12. Hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian lebih dibandingkan aspek yang lain. Aspek yang mendapatkan skor lebih rendah adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 26,12. Di bawah ini diuraikan hasil perolehan skor tiap-tiap aspek, baik aspek pemahaman isi bacaan maupun aspek menceritakan kembali isi bacaan. 1. Pemahaman Isi Bacaan Aspek pemahaman isi bacaan difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Aspek Pemahamnan Isi Bacaan No Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 15 312 68-84 Baik 7 14.293 51-67 Cukup 6 12.244 0-50 Kurang 21 42.86 71,65493220 = Berkategori cukup Jumlah 49 100 3220 Skor rata-rata 65,71

  • 58Data pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 hanya dicapai 15 siswa atau sebesar 31%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 7 siswa atau sebesar 14,29%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai oleh 6 siswa atau 12,24%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai oleh 21 siswa atau sebesar 42,86%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada kondisi awal sebesar 65,71 atau berada pada kategori cukup. 2. Menceritakan Kembali isi bacaan Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kautuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes pada aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Aspek Menceritakan Kembali Isi Bacaan. No Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 0 02 68-84 Baik 0 0.003 51-67 Cukup 9 18.374 0-50 Kurang 40 81.63 12,26491280 = Berkategori kurang Jumlah 49 100 1280 Skor rata-rata 26,12 Pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori baik dengan rentang skor

  • 5968-84 tidk ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai 9 siswa atau sebesar 18,37%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai oleh 40 siswa atau sebesar 81,63%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada prasiklus sebesar 26,12 atau berada pada kategori kurang. Hasil tes membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada kondisi awal secara lengkap dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Kondisi Awal Hasil Tes Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa No Skor Kategori Frekuensi Presentase rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 0 02 68-84 Baik 13 26.533 51-67 Cukup 3 6.124 0-50 Kurang 33 67.35 12,46492250 = Berkategori kurang Jumlah 49 100 2226Skor rata-rata 46.12 Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 26,53%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,12%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai 33 siswa atau sebesar 67,35%. Rata-rata kelas

  • 60pada kondisi awal keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sebesar 45,92 atau berada pada kategori kurang. 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I Hasil yang diperoleh dari uji kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siklus I pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam penelitian ini sebagai berikut. 4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I Pertemuan Pertama Hasil tes siklus I pertemuan pertama diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata perolehan skor tiap aspek pada siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Rata-rata Perolehan Skor tiap Aspek pada Siklus I Pertamuan Pertama No. Aspek penilaian Rata-rata 1. 2. Pemahaman isi bacaan Menceritakan kembali isi bacaan 86,94 57,35 Jumlah 143 Rata-rata Kelas 71,43 Data pada tabel 7 di atas menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 71,43 atau berada dalam kategori baik. Skor ini diperoleh dari masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 86,94 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 57,35. Hasil tes siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek

  • 61yang memerlukan perhatian lebih dibandingkan aspek yang lain. Aspek yang mendapatkan skor lebih rendah adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 57,35. Di bawah ini diuraikan hasil perolehan skor tiap-tiap aspek, baik aspek pemahaman isi bacaan maupun aspek menceritakan kembali isi bacaan. 1. Pemahaman Isi Bacaan Aspek pemahaman isi bacaan difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Aspek Pemahaman Isi Bacaan No Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 24 492 68-84 Baik 24 48.983 51-67 Cukup 0 0.004 0-50 Kurang 1 2.04 98,86494260 = Berkategori sangat baik Jumlah 49 100 4260Skor rata-rata 86,96 Data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai 24 siswa atau sebesar 49%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 24 siswa atau sebesar 48,98%. Untuk kategori cukup 51-67 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00% . Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai oleh 1 atau sebesar 2,04 %. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi

  • 62bacaan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 86,96 atau berada pada kategori sangat baik. 2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada keutuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes pada aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 9. Aspek Menceritakan Kembali Isi Bacaan No Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 0 02 68-84 Baik 17 34.693 51-67 Cukup 14 28.574 0-50 Kurang 18 36.73 35,57492810 = Bekategori cukup Jumlah 49 100 2810 Skor rata-rata 57,35 Pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai oleh 17 siswa atau sebesar 34,69%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51,67 dicapai 14 siswa atau sebesar 28,57%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 ada 18 siswa yang mencapainya atau sebesar 36,73%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 57,35 atau berada pada kategori cukup.

  • 63 Hasil tes membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan media kartu pada siklus I pertemuan pertama secara lengkap dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Hasil Tes Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa Siklus I Pertemuan Pertama No Skor Kategori Frekuensi Presentase rata-rata 1 85-100 Sangat Baik 7 142 68-84 Baik 25 51.023 51-67 Cukup 16 32.654 0-50 Kurang 1 2.04 45,72493500 = Berkategori baik Jumlah 49 100 3500Skor rata-rata 71,43 Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai oleh 7 siswa yang atau sebesar 14,00%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 51,02%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 32,65%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai oleh 1 atau sebesar 2,04%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media kartu pada siklus I pertemuan pertama sebesar 71,43 atau berada pada kategori baik. 4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I Pertemuan Kedua

  • 64Hasil tes siklus I pertemuan kedua diperoleh dari masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata skor diperoleh dari skor tiap aspek pada siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Rata-rata Perolehan Skor tiap Aspek pada Siklus I Pertemuan Kedua No. Aspek penilaian Rata-rata 1. 2. Pemahaman isi bacaan Menceritakan kembali isi bacaan 89,59 66,53 Jumlah 156 Rata-rata Kelas 78,06 Data pada tabel 11 di atas menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 78,06 atau berada dalam kategori baik. Skor ini diperoleh dari masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 89,59 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 66,53. Hasil tes siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian lebih diban