mise en scene semua

Upload: satryarafa

Post on 17-Feb-2018

541 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    1/23

    [Type text]

    1/1/2010

    | Kusen Dony Hermansyah

    SINEMA

    GORENGAN

    INDONESIADASARDASAR MISE EN SCENE

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    2/23

    kusen_dony_hermansyah

    GAYA FILM I :

    MISE EN SCENE(UNSUR VISUAL)

    1. DEFINISI

    Seorang Teoritikus Perancis bernama Andre Bazin pernah mengatakan, Dalam teater,

    pemain adalah tokoh sentral dari sebuah peristiwa. Sedangkan di dalam film, daun yang jatuh,

    pintu yang dibanting, pohon yang tertiup angin bisa menjadi tokoh sentral. Bazin hanya ingin

    mengatakan bahwa dalam film, penonton tidak hanya bisa melihat pemain, namun segala

    macam unsur visual bisa dimanfaatkan untuk memberi informasi dan mendramatiisasi

    peristiwa. Oleh karena itu secara definisi mise en scene bisa dilihat dari dua sudut pandang.

    Dari sudut pandang penonton mise en scene adalah segala sesuatu yang terlihat secara kasat

    mata di layar, sedangkan dari sudut pandang pembuat filmnya,mise en scene dipahami sebagai

    sebuah tidakan meletakan sesuatu di dalam peristiwa yang dibuat.Pada produksi film, umunya yang di-kejar oleh pembuatnya adalah pendekatan

    terhadap keseharian dan perilaku logis manusia yang ada di dalam filmnya atau lebih dikenal

    dengan istilah realisme. Istilah itu sebenarnya diambil dari aliran seni lain yang lebih dulu ada

    seperti lukisan, sastra ataupun teater. Dalam hal ini imajinasi yang berlebihan di luar logika

    keseharian sangat dihindari. Meskipun begitu, justru tidak sedikit film yang merujuk pada

    imajinasi pembuatnya sehingga muncullah film-film sepert Star Wars(1977) karya George Lucas

    maupun yang akhirnya dicampur dengan realisme itu sendiri seperti E.T : The Extra-Terrestrial

    (1982) karya Steven Spielberg, The Terminator (198 ) karya James Cameron ataupun yang

    terakhir muncul yaitu District-9(2009) karya Neil Blomkamp.

    Kembali lagi, seimajinatif apapun, yang cenderung akan dituju pembuatnya adalah

    realisme sebab bagaimanapun juga apa yang akan ditangkap oleh penonton adalah sesuatu

    yang mereka tahu dari lingkungannya, baik yang dirasakan sendiri, dilihatdari televisi ataupun

    di film, ataupun halhal yang mereka baca dari surat kabar dan internet.

    2. UNSURUNSUR MISE EN SCENE

    2.1. SETTING

    2.1.1. Definisi Dan Fungsi Setting

    Secara sederhana setting dipahami sebagai keseluruhan latar peristiwa

    bersama dengan benda-benda yang ada di dalamnya (properti) yang bisa menjadi

    petunjuk ruang dan waktu. Dengan kata lain setting adalah dimana dan kapan

    sebuah peristiwa terjadi. Persoalannya, settingbisa berada di luar ruang (eksterior)

    maupun di dalam ruang (interior)Setting eksterior bisa menggunakan alam

    pegunungan, sungai, sebuah gang perkampungan, pantai dan lain sebagainya. Bila

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    3/23

    kusen_dony_hermansyah

    melibatkan alam bebas, penonton bisa memahami tempat kejadiannya saja, namun

    seringkali sulit menebak kapan waktu terjadinya, misalkan di hutan, pantai di sebuah

    pulau ataupun pegunungan kapur di mana yang tampak hanya warna putih.

    Contohnya (Gbr. 1) di mana penonton tidak akan bisa menentukan kapan kejadian

    sebenarnya.

    Gambar 1

    Namun bila settingeksterior itu ada di perkotaan, maka akan mudah dikenali

    kapan peristiwa tersebut terjadi. Hal ini dikarenakan adanya properti yaitu segalamacam benda yang melengkapi setting, misalnya mobil, tiang listrik, pot tanaman

    dan lain sebagainya. Bila penonton tidak bisa memastikan betul kejadiannya,

    properti membuat rentang waktunya menjadi semakin pendek, misalnya antara

    tahun 1990-an sampai dengan 2000-an, seperti yang tampak pada (Gbr. 2).

    Gambar 2

    Untuk setting interior, hampir seperti yang ada pada setting eksterior di

    perkotaan, di mana penonton akan dengan mudah menebak kapan dan di mana

    peristiwanya terjadi karena adanya properti yang menyertainya. Pada (Gbr. 3.1)

    penonton akan menduga bahwa terjadi di masa lalu sebab seluruh propertinya

    menggunakan gerabah, sedangkan (Gbr. 3.3) terjadi pada masa kini dan (Gbr. 3.2)

    penonton bisa menaksir rentang waktunya juga pada masa kini ataupun beberapa

    tahun sebelumnya. Hal ini karena panci yang digunakan pada (Gbr. 3.2) dibuat dari

    alumunium.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    4/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 3

    Gambar 4

    Dilihat dari gambaran di atas, setting memiliki fungsi untuk memberi

    informasi ruang dan waktu sebuah peristiwa dalam film, namun sebenarnya setting

    masih mungkin untuk difungsikan lebih dari itu sebab bila kita melihat gambar di

    atas, maka sebenarnya penonton bisa menduga status sosial (stratifikasi sosial)

    tokohnya, tanpa harus diucapkan dalam dialog. Misalnya saja kalau

    membandingkan ruang tidur pada (Gbr. 4), maka penonton akan menganggap

    bahwa tokoh pada (Gbr. 4.1) dari kalangan menengahbawah dan tokoh dari (Gbr.

    4.2) dari kalangan atas. Untuk (Gbr. 4.1) memang tidaklah mutlak sebab bisa saja

    ketika tokohnya ingin mendapatkan suasana perkampungan maka dia membangunkamar tidurnya seperti itu namun dapurnya tetap menggunakan settingseperti yang

    tampak pada (Gbr. 3.3).

    Selain tiga fungsi di atas, setting juga bisa menjadi motif penggerak bagi

    tokohnya atau dengan kata lain setting menunjukan motif tertentu, yaitu ketika

    sebuah setting baik latar secara utuh ataupun hanya sebuah properti menjadi tujuan

    tokohnya. Contohnya, dalam The Mummy (1999) karya Stephen Sommers

    menggunakan sebuah kota kuno bernama Hamunaptra sebagai tujuan dari para

    tokohnya. Pada film Indiana Jones and The Last Crusades (1989) yang menjadi

    tujuan tokohnya adalah cawan suci (holly grail) Yesus Kristus.

    Dua fungsi lainnya adalah pendukung aktif adegan seperti yang dilakukanoleh Jackie Chan dalam film-filmnya, di mana dia sering menggunakan benda-benda

    di sekitarnya sebagai senjata ataupun sesuatu yang melindungi, seperti dalam

    Rumble In The Bronx(1995) dia menggunakan kulkas untuk melindungi diri pukulan

    para berandalan. Yang terakhir, setting sebagai pembangun suasana (mood) dan

    contoh paling mudahnya adalah pada filmfilm ber-genre horor biasanya akan

    menggunakan setting yang kusam dan kumuh agar terasa menyeramkan bagi

    penonton.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    5/23

    kusen_dony_hermansyah

    2.1.2. JENIS-JENIS SETTING

    Ada dua jenis settingyang biasa digunakan dalam produksi film, yaitu setting

    yang dibuat di dalam studio (baik settingyang realis maupun settingyang virtual)

    dan settingotentik yang langsung digunakan sebagai lokasi (shot on location).

    - Shot On Studio

    Studio yang dimaksud di sini tidak terbatas pada indoor studioseperti

    gambar film Das Cabinet Des Dr. Caligari (1920) yang terlihat di (Gbr. 5.1) dan

    sebuah shooting acara televisi (Gbr. 5.2) , namun juga outdoor studio seperti

    setting film western (Gbr. 5.3) ataupun film Water World (1995) yang

    menggunakan laut untuk membangun setting-nya. Selain berwujud realis seperti

    pada (Gbr. 5.3), setting juga bisa menggunakan wujud virtual (virtual setting)

    seperti yang ada dalam film Water World(1995) dan Star Wars(1977).

    Keuntungan menggunakan settingdi dalam studio, pembuat film dapat

    leluasa mengarahkan seluruh elemen visualnya termasuk pemain tanpa harus

    diganggu oleh penonton. Bahkan, misalnya adegan sebuah sudut kota seperti

    dalam adegan akhir film The Untouchables(1987) karya Brian de Palma, seluruh

    orang yang ada di kota tersebut adalah pemain walaupun hanya sekedar lewat.

    Namun menggunakan settingjenis ini bukannya tidak ada kerugian, sebab harus

    cermat sekali dalam membuatnya, sehingga memerlukan biaya yang tidak

    sedikit.

    Gambar 5

    Gambar 6 (Virtual Setting)

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    6/23

    kusen_dony_hermansyah

    - Shot On Location

    Pembuat film biasanya tidak perlu membangun lokasi yang akan dijadikan

    setting-nya sebab biasanya justru keotentikan tempat tersebut yang menjadi

    tujuan agar bisa mendapatkan keaslian ataupun kedekatan realismenya.

    Walaupun pada umumnya tetap saja diperlukan beberapa sentuhan yangtujuannya mempercantik settingtersebut (set dressing).

    Keuntungan menggunakan settingini, selain menuntut biaya yang relatif

    lebih murah dibanding harus membangun, juga seperti yang sudah dikatakan di

    atas bahwa pembuat film bisa lebih mudah mendapatkan keaslian dan

    keotentikannya. Sedangkan kerugiannya, harus berhadapan dengan persoalan

    alam (bila lokasi outdoor) seperti hujan, angin dan sebagainya. Selain itu juga

    sering juga harus berhadapan dengan masyarakat yang menonton shooting

    tersebut. Pada lokasi indoor juga ada kerugiannya, yaitu harus menyesuaikan

    dengan posisi ruangan yang tidak bisa dipindah ataupun digeser seperti dalam

    studio.

    Gambar 7 (Shot On Location)

    2.2. KOSTUM & MAKE UP

    2.2.1. Kostum

    Kostum bisa dikatakan sebagai, segala sesuatu yang melekat secara konsisten

    pada tokoh. Harus dibedakan dengan wardrobe yang penggunaanya ada di ranah

    manajemen produksi dan cenderung diartikan sebagai pakaian yang digunakan

    tokoh. Sedangkan kostum tidak terbatas hanya pakaian, tapi juga properti (hand

    prop) yang melekat pada tubuh karakter. Contohnya pada karakter Indiana Jones

    dalam film Indiana Jones : The Temple of Doom (1984), kostumnya tidak hanya

    kemeja, celana dan sepatu saja tapi juga ada topi, tas selempang, pistol revolver,gesper untuk menggantung sarung pistol, ikat pinggang serta cambuk (lihat Gbr. 8.1)

    Selamahandpropitu tidak diletakkan, benda itu masih menjadi kostum, namun bila

    sudah terpisah dari karakter maka benda itu menjadi bagian dari setting yang

    disebut properti. Contoh lain, misalnya Tarzan yang hanya menggunakan kulit

    binatang yang menjadi semacam celana dalam yang menutupi auratnya, memang

    harus dipahami bahwa itulah kostumnya dan tidak perlu tambahan yang lain untuk

    melengkapinya.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    7/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 8

    Tentu saja kostum sendiri memiliki fungsinya yang di antaranya adalah

    memberikan informasi ruang dan waktu kepada penonton. Misalnya pada settinghutan di (Gbr. 1.3) yang kosong, penonton mungkin akan sulit menentukan waktu

    kejadiannya, namun bila kemudian ada kostum Liverpool tergantung di salah satu

    pohonnya (Gbr. 9), maka tidak mungkin waktunya sebelum Masehi atau masa

    revolusi fisik di Indonesia.

    Gambar 9

    Selain fungsi informasi ruang dan waktu, kostum juga bisa menginformasikanstatus atau strata sosial tokoh, misalnya dengan memperlihatkan tokohnya

    mengenakan kaos dan celana pendek atau menggunakan stelan jas lengkap,

    penonton langsung mengatakan bahwa tokoh bercelana pendek dan berkaos adalah

    kelas menengahbawah, sedangkan tokoh berstelan jas lengkap adalah orang kaya

    (Gbr. 10)

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    8/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 10

    Masih ada beberapa fungsi kostum, yaitu sebagai motif penggerak cerita

    seperti pada film The Tuxedo (2002) yang dibintangi oleh Jackie Chan dan

    disutradarai oleh Kevin Donovan, di mana pakaian tuxedo justru menyebabkantokoh Jimmie Tong menjadi pandai bela diri, padahal sebelumnya adalah pemuda

    biasa. Juga dalam film The Mask (1994) yang dibintangi Jim Carrey dan disutradarai

    oleh Chuck Russell, topeng yang awalnya hanya properti biasa, setelah melekat di

    wajah tokohnya (menjadi kostum) bisa mengubah wujud dan kepribadiannya

    sehingga kemudian menjadi rebutan banyak orang. Fungsi selanjutnya adalah

    bahwa kostum bisa membentuk citra dan kepribadian tokoh serta simbol. Dalam

    beberapa film superhero, tokohtokohnya sudah memiliki pencitraan dari

    kostumnya seperti Batman, Superman, Wolverin dan lain sebagainya, namun selain

    itu pencitraan juga bisa dibuat dari kostum yang sedikit berlebihan atau kurang

    sepadan seperti yang dikenakan oleh tokoh Charlie yang dimainkan oleh Charles

    Chaplin. Sedangkan untuk pembentukan kepribadian tokoh, misalnya bisa dilihat di

    film The Outsiders (1983) yang disutradarai Francis Ford Coppola, menceritakan

    perseteruan dua genk di sebuah kota, di mana bagian selatan adalah daerah orang

    kaya dikuasai oleh pemuda yang dikenal dengan The Socials dan bagian utara

    adalah wilayah miskin dengan gerombolan yang dikenal dengan The Greasers.

    Kostum yang dikenakan The Socials, terlihat rapi walaupun sederhana dengan

    mengenakan jeans bagus dengan jaket baseball dan sepatu kets, sedangkan

    golongan The Greasers mengenakan kostum yang seenaknya, yaitu jeans belel,

    kaos buntung, jaket dan sepatu boot(Gbr. 11)

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    9/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 11

    (The Greasers dalam film The Outsiders)

    Untuk fungsi simbol, kostum berkaitan dengan warna yang melekat padanya.

    Misalnya saja warna hitam sering disimbolkan sebagai warna kejahatan dan putih

    sebagai symbol kebajikan. Walaupun tidak mutlak, warna kostum tetap saja

    dijadikan tanda untuk mewakili suatu nuansa, suasana atau informasi tertentu.

    2.2.2. MakeUp

    Walaupun sering diterjemahkan sebagai tata rias, makeupdalam film tidak

    selalu hanya digunakan untuk merias wajah sebab yang dipoles bisa jadi mencakup

    seluruh tubuh termasuk wajah. Dalam produksi film dikenal dua macam makeup

    yaitu makeup natural dan makeup character. Makeup natural biasanya untuk

    digunakan pada tokohtokoh dalam rangka mengejar aspek realism yang normal,seperti halnya di dalam kehidupan seharihari (Gbr 12.1 dan 12.2). Sedangkan

    makeup character digunakan pada permasalahan yang tidak biasa misalnya luka,

    wajah tua, wajah yang aneh dan sebagainya ((Gbr 12.3 sampai dengan 12.5).

    Contohnya luka pada wajah robot T-800 (Gbr 12.5) dalam film The Terminator(1984)

    karya James Cameron.

    Makeup berfungsi sebagai informasi usia tokohnya seperti yang dilakukan

    Mike Newell dalam film Love in the Time of Cholera(2007) di mana perubahan usia

    dari tokoh Florentino Ariza (Gbr. 13) dan Fermina Urbino (Gbr 14) lebih cenderung

    menggunakan makeup dibandingkan mengganti pemain. Selain itu makeup juga

    banyak digunakan untuk menciptakan karakter yang tidak lazim, seperti tokoh Joker(Gbr 15.1) dan TwoFace (Gbr. 15.2 & 15.3) dalam film The Dark Night(2008) karya

    Christoper Nolan ataupun pergantian wujud tokoh Dracula dalam film Bram Stokers

    Dracula(1992) karya Francis Ford Coppola (Gbr. 15. 4 & 15.5).

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    10/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 12

    Gambar 13

    Gambar 14

    Gambar 15

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    11/23

    kusen_dony_hermansyah

    2.3. PENCAHAYAAN

    Unsur paling penting dari seluruh mise en sceneadalah pencahayaan ini sebab bila

    usnur ini dihilangkan, maka penonton hanya akan melihat gelap semata. Fungsi cahaya,

    selain untuk menerangi subjek juga untuk turut membentuk suasan (mood) serta

    memberikan kesan tiga dimensi (dimensi ruang) bagi penonton. Dalam menerangi subjek,cahaya akan membentuk dua sisi yaitu sisi terang (light) dan sisi gelap / bayangan (shade).

    Pada sisi terang, bila cahaya jatuh pada permukaan yang halus maka akan banyak

    dipantulkan sehingga wujudnya menjadi gemerlap, sedangkan bila cahayanya jatuh pada

    permukaan yang kasar maka cahaya lebih banyak menyebar (diserap).

    Gambar 16

    Selain itu cahaya sendiri memiliki dua macam kualitas saat jatuh ke subjek, yaitu

    cahaya lembut (soft light) dan cahaya keras (hard light). Cahaya keras biasanya terjadi

    karena subjek terkena langsung cahaya matahari atau jarak subjek dengan sumber

    cahayanya sangat dekat. Sedangkan cahaya lembut terjadi karena cahaya yang jatuh ke

    subjek terhalang oleh benda lain yang menyebabkan intensitasnya menjadi tidak sekeras

    cahaya awalnya. Untuk menunjang fungsinya, pencahayaan ditentukan selain oleh kualitas

    cahayanya, juga oleh arah, sumber, warna dan pendekatan penataan cahayanya.

    hard light soft light

    Gambar 17

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    12/23

    kusen_dony_hermansyah

    2.3.1. Arah Cahaya

    - Depan (Frontal Light)

    Cahaya dari arah depan biasanya akan menghilangkan bayangan (shade)

    dan menegaskan bentuk atau karakter yang terkena cahaya tersebut.

    Gambar 18

    - Belakang (Back Light)

    Cahaya yang berasal dari belakang subjek, biasanya mampu membentuk

    siluet bila digunakan secara tunggal, namun bisa turut membentuk kedalaman bila

    digunakan dengan arah cahaya yang lainnya.

    Gambar 19

    - Samping (Side Light)

    Arah cahaya ini berasal dari bagian samping subjek, sehingga akanterbentuk bayangan di bagian samping lainnya. Selain itu, side light juga mampu

    mengeluarkan tekstur dari suatu benda.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    13/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 20

    - Atas (Top Light)

    Sebenarnya arah ini adalah arah cahaya matahari yang alamiah di

    Indonesia, terutama ketika waktu menunjukkan pukul 11.00 hingga 13.00 dan

    puncaknya adalah pukul 12.00 saat matahari tepat di atas kepala. Akan tetapi arahcahaya ini justru sering dihindari saat shootingeksterior karena bayangan jatuh ke

    bawah dan yang ditekutkan bila bayangan itu ada di sekitar kantung mata, di

    bawah hidung dan sebagainya yang membuat karakter dianggap kurang bagus.

    Darius Khondji pernah menggunakan arah cahaya ini ketika membuat film Evita

    (1996) karya Alan Parker, menurutnya secara realitas top light memang ada di

    negeri tropis seperti Argentina. Selain itu secara tunggal top lightsering digunakan

    dalam adeganadegan inteorgasi.

    Gambar 21

    - Bawah (Under Light)

    Under lightpada masa kini jarang digunakan, selain memang ada sumber

    cahaya yang mengarah seperti itu, misalnya lampu sorot pada film Batman.

    Namun pada masa lalu dalam filmfilm berjenis horror under light justru

    digunakan untuk menambah seram karakter hantunya.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    14/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 22

    2.3.2. Warna Cahaya

    Warna dari cahaya dalam kenyataannya bisa dilihat secara kasat mata,

    misalnya pada pagi hari warna cahaya adalah putih cenderung kebiruan, sedangkan

    pada siang hari lebih banyak terlihat putih saja dan pada senja hari ditambah cahayadari lampulampu warna akan cenderung seperti warna teh (amber). Warna cahaya

    putih kebiruan itu sering dikenal dengan istilah cahaya daylight. Sedangkan yang

    berwarna amberdikenal dengan cahaya tungsten.

    cahaya daylight cahaya tungsten

    Gambar 23

    2.3.3. Sumber Cahaya

    Sumber cahaya adalah salah satu bahasan penting untuk menetapkan

    realitas pada cahaya. Logika sumber cahaya ini seringkali menjadi masalah karenasecara suasana bisa mengganggu penonton bila salah menentukannya, walaupun

    jarang sekali sampai mengganggu cerita. Sumber cahaya hanya terbagi atas sumber

    cahaya utama (key light) dan sumber cahaya tambahan (fill light).

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    15/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 24

    2.3.4. Pendekatan Penataan Cahaya

    Biasanya seorang pembuat film tidak begitu saja menggunakan cahaya,

    artinya harus ada pertimbangan logika realitas maupun kebutuhan naratif (cerita)

    sehingga cahaya tertentu digunakan untuk sebuah adegan. Apalagi kalau pembuat

    film tersebut menggunakan artificial light(cahaya yang sengaja ditambahkan untuk

    kepentingan realitas ataupun intensitas agar bisa terekam dengan baik di filmnya).

    Ada tiga pendekatan dalam pentaan cahaya :

    - High Key / Low Contrast

    Pendekatan ini berarti sebuah adegan yang menggunakan sumber cahaya

    dengan intesitas yang besar dan merata hingga batas antara terang dan gelapnya

    (kontras) sangatlah tipis atau bayangan (shade) yang tercipta dari penataan ini

    tidak terlalu kentara. Biasanya digunakan dalam filmfilm berjenis komedi, namun

    pada adeganadegan seperti di dalam took swalayan, kampus, sekolah, restoran

    dan sebagainya. Tentu saja semua dibuat tetap berdasarkan pertimbangan logika

    realita ataupun kebutuhan ceritanya.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    16/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 25

    - Low Key / High Contrast

    Penataan ini adalah kebalikan dari yang sebelumnya, selain memiliki

    kontras yang tinggi juga batasan bayangan (shade) justru tampak jelas. Bahkan

    dalam film berjenis horor ataupun bergaya noir, bayangan yang jatuh justru jauh

    lebih tebal.

    Gambar 26

    - Graduated Tonality

    Penataan cahaya ini merupakan perpaduan antara high keydan low keyyang

    digunakan dalam sebuah adegan. Para pembuat film pemula jarang menggunakan

    penataan ini karena tingkat kesulitan dan kerumitannya yang tinggi, sebab dari

    bagian yang menggunakan high keyke bagian yang menggunakan low key, cahaya

    harus tampak gradasinya.

    2.3.5. Penataan Cahaya Ala Hollywood.

    Hollywood sebagai salah satu industri film terbesar dunia memiliki suatu

    pola penataan cahaya yang menjadi standar di sana. Pola itu dikenal dengan three

    point lighting. Pola ini menggunakan 1 sumber cahaya utama (key light) dan 2

    sumber cahaya tambahan (fill light) dengan arah yang berbeda, terutama dengan

    arah back lightyang membuat kesan tiga dimensinya menjadi lebih terasa.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    17/23

    kusen_dony_hermansyah

    key light fill light 1 fill light 2 (back light)

    HASIL

    threepoint light

    Gambar 27

    2.4. GERAK DAN EKPRESI FIGUR.

    Figur yang dimaksud di sini adalah apa yang dikenal oleh masyarakat dengan tokoh

    atau karakter. Mengapa menggunakan kata figur, dikarenakan dalam film tidak selalu

    dimainkan oleh manusia. Dengan kata lain figur bisa berupa manusia ataupun sesuatu

    yang dimanusiakan dalam wujud yang fisik maupun non fisik. Mengapa harus

    dimanusiakan, sebab bagaimanapun juga pendekatan realisme tetaplah dipegang oleh

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    18/23

    kusen_dony_hermansyah

    pembuat film agar mampu mengontrol mise en scene. Bahkan ketika figur itu tidak

    menyerupai manusia sekalipun. Bila mau diperinci, maka ada beberapa kriteria figur, yaitu:

    2.4.1. Jenis Figur

    -

    Figur Manusia

    Figur manusia adalah yang paling banyak digunakan di dalam film apalagi

    film dokumenter, sebab dengan figur inilah pembuat film dengan mudah

    mengarahkan meskipun secara sosialbudaya tidak mereka kenal. Ini bisa

    terjadi karena manusia memiliki tindakan common sense dalam kehidupan

    mereka seperti makan, minum, tidur, jalan, berlari ataupun perasaan seperti

    marah, sedih, senang, kecewa dan sebagainya.

    Figur manusia tidak hanya diwujudkan secara nyata (live action), tetapi

    juga menggunakan teknik animasi seperti dalam film Pocahontas (1995), The

    Hunchback of Notre Dame(1996), Sinbad: The Legend of Seven Seas(2003) dan

    masih banyak yang lainnya.

    - Figur Non-Manusia

    Figur non-manusia bisa berwujud binatang, alien, bendabenda, ataupun

    bentukbentuk tertentu. Filmfilm yang menggunakan figur binatang seperti

    Lassie (1994)yang menggunakan figur anjing ataupun Stuart Little(1999) yang

    menggunakan figur tikus. Filmfilm yang menggunakan figur alien dicontohkan

    dengan film Avatar (2009) dan District9 (2009). Filmfilm yang menggunakan

    figur benda adalah Herbie Fully Loaded (2005) yang menggunakan mobil VW

    Kodok, film I-Robot(2004) dan The Terminator (1984) yang menggunakan robot.Filmfilm yang menggunakan figur boneka adalah Childs Play (1988) atau Toy

    Story (1995) dan Nightmare Before Christmast (1993) walaupun menggunakan

    teknik animasi.

    Selain menggunakan halhal di atas, figur nonmanusia dalam bentuk

    garis dan bidang juga digunakan, misalnya dalam karya Hans Richter (Rythmus

    21) ataupun filmfilm yang dibuat oleh Norman MacLaren seorang animator

    eksperimentalis dari Kanada. Berbicara tentang animasi, film seperti Fantasia

    (1940) produksi Walt Disney banyak menggunakan garis, warna bahkan wujud

    seperti tangga nada sebagai figurnya.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    19/23

    kusen_dony_hermansyah

    - Figur NonFisik

    Figur nonfisik umumnya muncul sebagai hantu merupakan wujudnya

    seperti dalam film Casper(1995) atau figur Sam dalam Ghost(1990) dan Cyrus

    dalam The Frighteners (1996). Namun figur non fisik juga muncul dalam film

    Hollowman(2000) di mana figur Sebastian Caine menjadi sosok yang tidak kasatmata karena sebuah percobaan ilmiah.

    2.4.2. Gerak dan Ekspresi Figur

    Gerak figur (gestur) berfungsi untuk menunjukkan sebuah tindakan yang

    dilakukan oleh tokoh, paling sederhana adalah gerak memasukkan makanan ke

    dalam mulut yang disebut makan, gerak mengayunkan tangan yang terkepal ke

    arah wajah seseorang yang disebut memukul dan sebagainya. Contoh tadi adalah

    gerak yang besar dan lugas, dalam artian hampir setiap penonton bisa memahami.

    Namun gerak ada juga gerak yang menunjukkan tandatanda tertentu,

    misalnya meletakkan jari telunjuk di depan bibir yang berarti menyuruh seseroang

    diam atau bisa juga menundukkan kepala saat bertemu dengan orang tua yang

    berarti menghormati. Terkadang gerak seperti ini juga dibarengi dengan

    penggunaan properti misalnya seorang lelaki yang berlutut di hadapan perempuan

    dengan mengajukan setangkai bunga yang berarti tanda cinta. Bahkan pada

    adegan tertentu gerak justru menunjukkan sebuah makna tertentu, contohnya

    pada adegan dokter yang keluar dari kamar oprasi. Saat pintu terbuka terlihat sang

    dokter mencopot penutup kepala dan maskernya dan membantingnya ke lantai.

    Segera saja penonton tahu bahwa oprasi yang dijalaninya telah gagal.

    Masalah lain adalah bahwa gerak juga bisa dilakukan hanya pada wajahtokoh bahkan saat gerak tersebut sangat sedikit dilakukan, misalnya

    mengerenyitkan dahi, memicingkan alis, membelalakan mata dan sebagainya.

    Gerak ini disebut ekspresi, yang seringkali dihubungkan dengan suasana hati

    tokoh, misalnya dahi yang mengkerut tanda berpikir keras, membelalakan mata

    tanda terkejut, anggukkan tanda setuju dan sebagainya. Namun ekspresi juga bisa

    dibentuk dengan gerakan tertentu dari bagian wajah yang bisa menandakan tokoh

    tersebut sedang senang, sedih ataupun bingung.

    Walaupun gerak figur sangatlah bebas, tetapi dalam buku Film and the

    Director, Don Livingston menyatakan bahwa gerak subjek (figur) terbagi atas dua

    di mana gerak tersebut berhubungan dengan kamera, yaitu walk in (subjekmendekati kamera) dan walk away(subjek manjauhi kamera).

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    20/23

    kusen_dony_hermansyah

    Gambar 28 (Walk In)

    Gambar 29 (Walk Away)

    2.4.3. Akting

    Akting diadopsi dari seni drama (teater) yang masuk ke film sejak dari

    gambar bergerak ini ada. Pemahaman awal bahwa film adalah teater yang direkam

    dengan kamera sehingga kecenderungan action yang berlebihan dianggap wajar.Contohnya dalam film The Birth of a Nation(1915) karya David Wark Griffith atau

    yang paling jelas dalam filmfilm dari gerakan Ekspresionisme Jerman tahun 1920-

    an, seperti film Das Cabinet des Dr. Caligari(1920) atau Metropolis(1927).

    Perubahan mulai ada ketika munculnya suara, sehingga akting yang

    dilakukan seorang pemain tidak terbatas hanya pada gerak tubuh dan ekspresi

    wajah saja, namun suara juga diperhitungkan. Mulai 1930-an metode akting sudah

    mulai berubah menjadi lebih halus dan tidak telalu berlebihan, namun akhirnya

    dialog maupun geraknya masih terasa formal, artinya terasa tidak wajar atau

    seperti bukan keseharian manusia. Hal ini bisa dimaklumi karena biasanya

    sutradara masih mengatur blockingposisi dan gerak seperti apa yang dia inginkan.Kita bisa melihat dalam film seperti Casablanca (1942), The Birds (1963) dan

    sebagainya.

    Sekitar tahun 1970-an akting menjadi lebih membumi, di mana aspek

    realisme (mengacu pada gerak, ekspresi dan cara berbicara seharihari) sangatlah

    ditekankan. Kita bisa lihat pada film Godfather(1972), Taxi Driver(1976), The Deer

    Hunter (1978) dan lainlain, bahkan hingga sekarang metode akting yang

    mendekati keseharian ini dipertahankan.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    21/23

    kusen_dony_hermansyah

    3.PENGGUNAAN MISE EN SCENE

    Bila membaca pembahasan di atas, seolaholah pembuat film hanya bisa

    menggunakan mise en scene secara pasif, padahal sebenarnya harus bisa difungsikan secara

    aktif untuk menunjang cerita dan ini tidak terbatas pada figur yang bisa bergerak. Selain

    figur umumnya mise en sceneberkhir sebagai penghias serta latar sebuah film dan cara jituagar hal itu tidak terjadi, mise en scene harus selalu menjadi pusat perhatian penonton

    (center point of interest). Agar usaha itu bisa berjalan mulus, maka yang diolah adalah

    kekontrasan dari mise en scene yang ada di dalam frame. Ada beberapa hal yang bisa

    dijadikan kontrasnya yaitu cahaya, warna, ukuran bentuk dan gerak.

    cahaya

    bentuk dan warna bentuk dan warna ukuran bentuk

    gerak melawan arah gerak

    Penonton akan melihat pertama kali mise en scenesebagai point of interestketika ada

    cahaya yang paling keras dari yang lain, ukuran bentuk yang lebih paling besar dari yang lain,

    warna dan bentuk yang paling berbeda dengan yang lain, juga gerak subjek ketika latarnya tidak

    bergerak atau gerakan yang paling berbeda (bisa lebih cepat, lambat ataupun melawan arah) di

    antara yang lain. Gampangnya, bila seorang penonton diminta memejamkan mata sejenak lalu

    langsung membuka mata, maka benda / subjek yang pertama kali menarik perhatiannya

    disebutpoint of interest.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    22/23

    kusen_dony_hermansyah

    4.PENDEKATAN DALAM MISE EN SCENE

    4.1.Realisme

    Pendekatan ini adalah pendekatan yang paling umum digunakan pada filmfilmyang diproduksi di seluruh dunia. Realisme diartikan sebagai pendekatan sebuah seni

    terhadap keseharian dan perilaku logis manusia. Selama figur yang dimainkan oleh

    pembuatnya adalah manusia maka realisme akan selalu dibuat sampai kapanpun. Realisme

    yang paling rumit tingkatannya adalah ketika dibuat film dengan tipe doku-drama. Hal ini

    disebabakan ada tuntutan kedekatan yang sangat detil dengan peristiwa aslinya, sehingga

    terkadang untuk membuat satu film membutuhkan riset yang sangat lama, misalnya

    Stoned (2005) karya Stephen Woolley yang melakukan riset selama 10 tahun untuk

    meneliti kurun waktu tiga bulan sebelum meninggalnya Brian Jones (gitaris Rolling Stones).

    Namun tidak selalu doku-drama yang menggunakan pedekatan yang rumit dalam

    pembuatannya, film American President (1995) karya Rob Reiner juga membuat desaininterior Gedung Putih dengan sangat detil dan teliti agar bisa semirip mungkin dengan

    aslinya.

    Dikarenakan pengerjaannya yang rumit dan teliti, maka kesulitan paling tinggi yang

    dihadapi pendekatan ini adalah ketika wujudnya perilaku manusia, sebab setiap tempat

    memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain, misalnya saja cara makan, tidur, marah,

    berkelahi dan sebagainya.

    4.2. Imajinatif

    Pendekatan ini paling sering digunakan adalah pada seri TV untuk anakanak, yaitu

    animasi kartun seperti Tom & Jerry, The Flinstone, Scooby Doodan sebagainya. Pada film

    layar lebar pendekatan imajinatif sangat sering atau hampir semua film berjenis horor

    menggunakannya. Masalahnya memang apa yang diimajinasikan seringkali tidak bisa

    dinalar oleh manusia. Namun begitu, pendekatan seperti ini masih digunakan hingga

    sekarang untuk terutama pada filmfilm berjenis science fiction, seperti The Abyss(1989),

    Godzilla, King of the Monsters!(1956), Gorgo (1961) dan sebagainya.

    4.3.

    Hollywood Spectacular

    Pendekatan ini bisa didasarkan pada realisme, imajinatif ataupun perpaduan

    keduanya. Akan tetapi pendekatan tersebut dibuat sangat luar biasa (spektakuler) misalnya

    saja yang menggunakan pendekatan realisme namun spektakuler, bisa kita jumpai pada

    filmfilm perang kolosal seperti Ben Hur (1959) karya William Wyler, The Ten

    Commandements(1956) karya Cecil B. DeMille, ataupun Pearl Harbor(2001) karya Michael

    Bay. Sedangkan yang berdasar pada imajinatif seperti film Star Wars dan serinya karya

    George Lucas dan trilogi Matrixkarya Wachowski Bersaudara.

  • 7/23/2019 Mise en Scene Semua

    23/23

    kusen dony hermansyah

    Malahan yang justru banyak dibuat adalah perpaduan antara realisme dan

    imajinatif seperti Jurasic Park (1993) karya Steven Spielberg, Avatar (2009) James

    Cameron, District-9 (2009) karya Neill Blomkamp. Namun ada juga film yang sebenarnya

    didasarkan pada realitas, hanya saja kurun waktunya ada sebelum masehi sehingga

    imajinasi pembuatnya sangatlah diperlukan untuk membangun setting-nya, kita bisa

    melihatnya dalam film Gladiator (2000) karya Ridley Scott dan fil 300 (2006) karya ZackSnyder.