model pembelajaran kooperatif

Upload: rohman-v-abduhan

Post on 18-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lain-lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami ide, konsep dan keterampilan tersebut? Bagaimana guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu besar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif? Bagaimana guru dapat mengorganisasikan kelas sehingga siswa saling menjaga satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu sama lain, dan belajar untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat kinerja, atau ketidakmampuan karena cacat?Jawabannya adalah melalui pembelajaran kooperatif. Muhammad Nur (2005: 1 dalam model-pembelajaran-kooperatif.pdf ) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula.Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih dan pemahaman mengenai model-model pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, untuk memperkuat pengetahuan kita dalam makalah ini akan membahas mengenai model-model pembelajaran kooperatif beserta sintaksnya.B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif itu?2. Ada berapa tipe model pembelajaran kooperatif?

3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif STAD?

4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif TGT?5. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif TAI?

6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif CIRC?

7. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif JIGSAW?

8. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif GI?

9. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif TPS?

10. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif NHT?C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif.

2. Mengetahui tipe-tipe model pembelajaran kooperatif.

3. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

5. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

6. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

7. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

8. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe GI.

9. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

10. Mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT.BAB II

PEMBAHASANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok.

( Sugandi, 2002:14 dalam http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative/).Menurut Slavin (dalam http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/09model-pembelajaran-kooperatif/) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini ( 2006 : 4 dalam http://elnicovengeance.wordpress.com/ 2012/ 09/ 09/ model- pembelajaran -kooperatif/) adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial.Johnson & Johnson ( dalam http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/ 09/09/model-pembelajaran-kooperatif/) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Louisell dan Descamps ( dalam http://elnicovengeance.wordpress.com/ 2012/09/09/model-pembelajaran-kooperatif/) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya. Prinsip Dasar Model Pembelajaran KooperatifMenurut Widyantini ( 2006: 4 dalam http://elnicovengeance.wordpress.com /2012/09/09/model-pembelajaran-kooperatif/), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:1. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

2. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

3. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

4. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatifMenurut Widyantini ( 2006: 4 dalam http://elnicovengeance.wordpress.com /2012/09/09/model-pembelajaran-kooperatif/), model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk secara heterogen.

3. Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu. Keunggulan pembelajaran Kooperatif LearningPenelitian telah menunjukkan bahwa model cooperative learning:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya.

2. Meningkatkan daya ingatan siswa

3. Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar

4. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan

5. Mengembangkan keterampilan social siswa

6. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

7. Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif, Menurut Ibrahim, Muslimin, et.al. ( 2000:10 dalam http://zaifbio.wordpress.com), yaitu :FaseTingkah Laku Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajarGuru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajarGuru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Memberikan penghargaanGuru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Kekurangan model pembelajaran cooperative learning

Kekurangan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).

Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;

4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah yaitu padamya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang terpusat seperti UN/UNAS sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan UN/UNAS.

Adapun beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis jenis model tersebut adalah sebagai berikut :A. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement Divisions)Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan.

(Arindawati, 2004 : 83-84 dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad). Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untukpermulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam model pembelajaran ini siswa dalam kelas dikelompokkan dalam beberapa kelompokyang beranggotakan 4-6 siswa yang terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan rendah. Disamping itu guru juga mempertimbangkan heterogenitas kriteria yang lain, sepertijenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan sebagainya.a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama1. Penyajian kelasGuru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.2. Kegiatan kelompokSiswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.3. Kuis (Quizzes)Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.4. Skor kemajuan (perkembangan) individuSkor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.5. Penghargaan kelompok Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dari skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stad/)b. Alasan Penggunaan STAD STAD bersifat sederhana sehingga sangat mudah untuk diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran dan memiliki pengaruh yang bagus terhadap pembelajaran dalam hal akademik dan hubungan sosial antar siswa.c. TujuanMemotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.d. ManfaatHubungan sosial terjalin baik antar siswa, pemupukan keinginan untukberkompetisi serta tanggung jawab individual menjadi terlatih, disamping tujuan pembelajaran yang terpenuhi secara baik.

e. Langkah-langkah PenggunaanLangkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.1. Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok;

2. Membuat kelompok 4-6 orang yang heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).3. Mendiskusikan bahan belajar atau LKS secara kolaboratif;

4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok;

5. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok;

6. Mengumumkan rekor tim dan individual;

7. Memberikan penghargaan.

f. Kelebihan dak kekurangan Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:1. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.2. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.3. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.(http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/16/model-pembelajaran-stad-student-team-achievement-divisions/)B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament)Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur dan Wikandari (2000. dalam http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-team-games-tournaments) menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.a. Komponen dan Pelaksanaan Teams Games Tournament dalam Pembelajaran Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:1. Penyajian kelasPada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.2. Kelompok (team)Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.3. GameGame terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.4. TurnamenUntuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.5. Penghargaan kelompok (team recognise)Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.b. Alasan Penggunaan

Penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan pemberian penghargaan menjadi salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan tujuan pembelajaran secara lebih efektif. Model TGT menjadi alternatif model pembelaran yang dapat menciptakan suasana kompetisi yang menyenangkan di tengah kegiatan pembelajaran.c. Tujuan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pencapaian prestasi akademik para siswa.2. Memperbaiki self-esteem.3. Mengembangkan ketrampilan sosial dan kesetiakawanan.4. Menciptakan keceriaan.5. Mengembangkan lingkungan yang pro-sosial.d. Manfaat

Prestasi akademik dari siswa dapat ditingkatkan, selain itu hubungan dan keterampilan sosial dapat diasah melalui pembelajaran yang bersifat kooperatif atau pembelajaran yang menitikberatkan pada kerjasama antar anggota tim.e. Langkah-langkah PenggunaanLangkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran, kemudian membagikan modul materi pokok.2. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri dari 5 siswa (anggota tim heterogen).3. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca modul serta berdiskusi dengan timnya mengenai materi. Siswa dipersilakan mengajukan pertanyaan kepada tim sebelum bertanya pada guru dan memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan anggota satu tim. Setiap tim bertanggung jawab terhadap anggota timnya, sehingga semua anggota tim dapat memahami materi sebagai persiapan untuk menghadapi turnamen.4. Guru mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.5. Tahap permainan/pertandingan (game/turnamen)

a) Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul.b) Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.c) Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor yang telah tertera dibalik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.d) Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya.6. Setelah selesai tindakan dilakukan pengisian angket oleh siswa dan post-test(pemberian tes akhir semua materi) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan motivasi dan hasil belajar.f. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Suarjana ( 2000 : 10 dalam http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments) model pembelajaran TGT mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari TGT antara lain:1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6. Motivasi belajar lebih tinggi

7. Hasil belajar lebih baik

8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Kelemahan TGT adalah:

1. Bagi GuruSulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2. Bagi SiswaMasih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization)Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.( Suyitno, 2004 : 9 dalam http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/ model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assisted-individualization/). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.a. Komponen dalam TAIModel pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, yaitu:1. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa.2. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.3. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.4. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.5. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.7. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.8. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. (Suyitno, 2004 : 8 dalam http://binham.wordpress.com/2012/04/20/model-pembelajaran-tai-team-assisted-individualization/)b. Alasan PenggunaanAda tiga hal yang melandasi model pembelajaran ini, yaitu :

1. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif danprogram pengajaran individual. 2. Model ini memberikan tekanan pada efeksosial dari belajar kooperatif.3. TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.c. TujuanUntuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari system pengajaran individual.d. ManfaatSiswa belajar bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok, diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain dan sebagainya. Sehingga siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.e. Langkah-langkah Penggunaan

1. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan guru.2. Guru memberikan kuis secara individu kepada siswa untukmendapatkan skor dasar/awal (bisa digantikan dengan rata-rata nilai ulangan harian).3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tingi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jender yang berbeda4. Hasil belajar perta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.5. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.6. Guru memberikan kuis kepada peserta didik sacara individual.7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual.f. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan model pembelajaran tipe TAI1. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.2. Operasional program sederhana, sehingga para siswa dapat melakukannya.3. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukanjalan pintas.4. Tidak menghabiskan waktunya untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka kuasai.5. Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang bertugas mengecek memiliki kemampuan yang berada di bawah siswa yang dicek, dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak mengganggu pengecek/pemeriksa.6. Program mudah dipelajari, baik oleh guru/siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidakmembutuhkan guru tambahan/tim guru.7. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untukterbentuknya sikap positif terhadap siswa-siswa yang kurang secara akademik dan penerimaan terhadap siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda. Kekurangan model pembelajaran tipe TAI1. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada siswa yang pandai.2. Tidak ada persaingan antar kelompok.3. Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini4. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses pembelajarannya juga berjalan kurang baik. 5. Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.D. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dkk. Alasan utama pengembangan metode ini karena kekhawatiran mereka terhadap pengajaran membaca, menulis dan seni berbahasa oleh guru masih dilakukan secara tradisional. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.(Suyatno. 2009 : 68 dalam http://007indien.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-circ/)Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.

Model pembelajaran CIRC ini dapat dikategorikan sebagai pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991 dalam http://ras-eko.blogspot.com/2011/05 /model-pembelajaran-circ-cooperative), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:1. Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);

2. Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);

3. Model dalam lintas siswa.a. Komponen pembelajaran CIRCKomponen pembelajaran tipe CIRC sama halnya dengan tipe pembelajaran TAI, yaitu mengandung delapan komponen, diantaranya : Teams, Placement test, Student creative, Team study, Team scorer and team recognition, Teaching group, Facts test, Whole-class units

b. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah :1. Dapat lebih memahami bacaan/wacana/kliping dan tidak bergantung pada teks tertentu.2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru.3. Dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah.4. Meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.5. Meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas.c. TujuanTujuan utama dari CIRCadalah menggunakan tim-tim kooperatif untukmembantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. Beberapa unsur CIRCmemang diarahkan untuk tujuan ini.d. Manfaat

Meningkatkan kemampuan akademik siswa terutama dalam aspek pemahaman terhadap bacaan. Selain itu keterampilan sosial siswa juga akan berkembang karena pembelajaran CIRC berbasis pada pembelajaran kooperatif.e. Langkah-langkah PenggunaanLangkah-langkah penggunaan model CIRC adalah sebagai berikut:

1. Guru memberi penjelasan tentang:a) Kegiatan apa yang harus dilakukan oleh siswa. Pada setiap awal kegiatan teknikCIRC, guru harus selalu menjelaskan petunjuk kegiatan dan menjelaskan apa manfaatnya bagi siswa. Hal ini dilakukan agar siswa merasa guru selalu dekat dan siap membantu mereka dalam melakukan kegiatan ini.b) Membentuk kelompok secara heterogenPembagian kelompok bisa dilakukan oleh guru ataupun siswa. Setiap kelompok beranggotakan siswa dengan klasifikasi yang berbeda, contohnya berdasarkan klasifikasi nilai bahasa Indonesia tertinggi.c) Peranan setiap anggota.2. Guru memberikan judul teks bacaanPada tahap ini guru memberikan teks bacaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Teks bacaan ini bertujuan agar siswa dapat mencari contoh-contoh materi yang diajarkan. Misalnya, siswa diberi teks bacaan karangan narasi, makasiswa akan menemukan contoh-contoh alur, latar, tokoh yang baik untuk menulis karangan narasi.3. Guru menugaskan siswa untuk menemukan apa saja (yang berhubungan dengan materi) yang terdapat pada teks bacaan tersebut. Siswa mulai membaca teks bacaan tersebut secara bergiliran dengan anggota kelompoknya. Setelah itu, siswa bekerja sama mencari segala sesuatu yang terdapat pada teks bacaan.

4. Hasil dari diskusi kelompok itu dipresentasikan di depan kelas. Pada tahap ini guru dapat menunjuk salah satu kelompok, atau siswa berinisiatifmempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.5. Setiap kelompok yang dapat mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baikmendapatkan poin tertinggi, dan mendapat gelar kelompok hebat. Pemberian poin dan gelar bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih baik lagi pada pembelajaran berikutnya.6. Siswa ditugaskan untuk menulis sesuai dengan kebutuhan materi. Misalnya,materi karangan narasi, maka siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Siswa saling bertukar karangan dengan anggota kelompok mereka. Hal inibertujuan agar mereka dapat saling mengoreksi tugas anggota kelompok mereka.7. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan.f. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;

2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak; 3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;

4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;

5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;

6. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;

7. Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;

8. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar.

(Saifulloh, 2003 dalam http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-circ).

Kekurangan Model Pembelajaran CIRC

Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

(http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-circ-cooperative/)E. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Lie ( 1993 : 73 dalam http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw) pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008 : 203 dalam http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/)Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain dan akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.

Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw adalah diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.

Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi ketergantungan positif dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat setiap komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif. Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan siswa meningkat.

a. Alasan PenggunaanAlasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawadalah:1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda.2. Menerapkan bimbingan sesama teman.3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.4. Memperbaiki kehadiran dan keaktifan dalam keikutsertaan belajar.5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.6. Sikap apatis berkurang.7. Pemahaman materi lebih mendalam.8. Meningkatkan motivasi belajar.b. TujuanTujuan utama dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.c. ManfaatModel Jigsaw ini memiliki dua manfaat sekaligus pada diri siswa, yakni dampakinstruksional (instructional effecs) dan dampak sertaan (nuturance effecs). Dampakinstruksional meliputi struktur konsep, kebergantungan positif, kepemimpinan kolektif dan kepekaan sosial, sedangkan dampak sertaan meliputi pemrosesan kelompok, kesadaran akan perbedaan serta toleransi atas perbedaan tersebut.

d. Langkah-langkah PenggunaanModelJigsaw ini terdiri dari empat tahap sebagai berikut:

1. Tahap Penentuan Bahan AjarGuru memilih satu bab dalam buku ajar kemudian membagi bab tersebut menjadi bagian-bagian sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Jadi, apabilajumlah anggota kelompok 4 orang siswa maka bab tersebut dibagi menjadi empat bagian. Setiap anggota kelompok ditugasi untuk membaca dan mempelajari bagiannya pada bab tersebut. Pada tahap selanjutnya masing masing anggota kelompok bertemu dengan ahli-ahli dari kelompok lain dalam kelas.2. Tahap Diskusi Kelompok AhliKelompok ahli harus melakukan pertemuan sekitar satu kali pertemuan untuk mendiskusikan topik yang ditugaskan. Setiap anggota kelompok ahli harus menerima satu lembar kerja ahli . Lembar kerja ahli harus memuat pertanyaan-pertanyaaan dan kegiatan ( jika ada ) untuk mengarahkan diskusi kelompok. Guru mendorong para siswa untuk menggunakan cara belajar yang bervariasi. Tujuan kelompok ini adalah mempelajari sub bab tersebut dan menyiapkan ringkasan presentasi untuk mengajarkan sub bab tersebut kepada kelompok kecil masing-masing.

3. Tahap Pelaporan dan PengetesanMasing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok kecil masing-masing. Masing-masing anggota kelompok kecil mengajarkan topik masing-masing ke anggota lainya dalam kelompok. Guru mendorong para siswa untukmenggunakan metode mengajar yang bervariasi. Guru mendorong anggota kelompok untuk mengajukan pertanyaan ke penyaji dan mendiskusikan lembar kerja kelompok kecil. Setelah diskusi kelompok kecil guru menyelenggarakan tes yang mencakup materi satu bab penuh dalam waktu yang tidak lebih dari 15menit. Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan menggunakan skor tim, skor kemajuan atau lembar berita. Cukup berikan nilai individual kepada siswa.(Slavin, 2008 dalam http://belajarpsikologi.com/)4. Tahap PenghargaanTahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para siswa untuk lebih kompak. Pada tahap ini rata-rata peningkatan kelompok dilaporkan pada carta penghargaan mingguan. Guru dapat menggunakan kata-kata khusus untukmemerikan kinerja kelompok semacamBintang Sains, Kelompok Einstein, atau sebutan lainnya. Penghargaan kerja masing-masing kelompok dapat disajikan pada papan pengumuman yang melaporkan peringkat masing-masing kelompok dalam kelas. Kinerja individu yang luar biasa juga dilaporkan. Kepekaan guru sangat diperlukan disini. Penting untuk dipahami bahwa menghargai siswa secara akademik dari kelompok berkemampuan rendah merupakan bagian integral keefektifan pembelajaranJigsaw. Ellizabeth Cohen telah menemukan bahwa penting untuk menyadari akan para siswa yang diduga memiliki kompetensi yang konsisten rendah. Ketika siswa semacam ini menunjukan kinerja baik, segera beri dia penghargaan khusus yang bersifat terbuka untuk kompetensi ini.Sedangkan menurut Stepen, Sikes, dan Snapp ( 1978 dalam http://belajar-psikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/) menyatakan bahwa langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsawsebagai berikut:1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.

2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda

3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagianyang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalamkelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentangsub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan denganseksama.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup

e. Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran Jigsaw Kelebihan 1. Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. 2. Meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.3. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain.4. Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.5. Melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya. Kekurangan1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Jigsaw.2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas sedangkan yang lain hanya sebagai penonton.3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik Jigsaw.4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.F. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation)Group Investigationmerupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. ModelGroup Investigationdapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.a. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki, yaitu :1. Mampu menciptakan cara belajar siswa lebih aktif.2. Menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa.3. Dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa.4. Lebih memupuk cara berpikir analitis dan divergen.5. Dapat meningkatkan kepedulian antar anggota dalam belajar.

b. Tujuan

Tujuan adanya pembelajaran GI adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan sisi sosial dalam meningkatkan pembelajaran akademik maupun sosial. Jika sistem ini diterapkan sebagaimana mestinya, maka akan memudahkan jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.c. ManfaatSiswa menjadi lebih aktif dan mampu membangun pengetahuanya sendiri sehingga hakikat dari belajar dapat dipenuhi.d. Langkah-langkah PenggunaanDalam Group Investigation, terdapat enam tahap atau langkah yang harus dipenuhi. Tahap-tahap ini dan kompnen-komponennya dijabarkan di bawah ini:

1. Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompokTahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru mempresentasikan serangkaian permasalahan atau isu (misalnya pada pelajaran fisika membahas tentang pengaruh kalor pada suhu benda dan pengaruh kalor terhadap wujud zat) kemudian para siswa mengidentifikasikan dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan ketertarikan mereka. Tahap ini dimulai dengan perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas. Kemudian pembentukan kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa, setiap kelompok beranggotakan 2-6 orang, Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Tiap siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari subtopik dari pilihan mereka sendiri. Guru boleh membatasi jumlah anggota dalam satu kelompok. Apabila satu subtopik tetentu sangat popular, maka dua kelopmpok bisa saja dibentuk untuk menginvestigasi subtopik tersebut. Karena perbedaan kebutuhan dan ketertarikan anggota kelompok, tiap dua kelompok akan menghasilkan sebuah karya yang berbeda meskipun subtopiknya sama.2. Tahap merencanakan investigasi di dalam kelompokSetelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian mereka masing-masing, para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik yang mereka pilih. Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik masing-masing yang akan mereka investigasi. Dalam tahap ini tiap kelompok harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut. Untuk lebih mempermudah setiap kelompok bisa membuat sebuah lembar kegiatan seperti dibawah iniTopik Penelitian Kami

:Anggota Kelompok

:Permasalahan yang di Investigasi :Sumber yang di Gunakan

:Bagaimana Cara Pembagian Tugas :3. Tahap melaksanakan penyelidikanDalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyakmemakan waktu. Walaupun para siswa mungkin memang diberikan batas waktu pengerjaan, tetapi jumlah pasti dari sesi yang mereka perlukan untukmenyelesaikan investigasi mereka tidak selalu dapat dipastikan jumlahnya. Guru harus mengupayakan berbagai cara untuk memungkinkan sebuah proyekkelompok berjalan tanpa terganggu sampai investigasinya selesai, atau paling tidak sampai sebagian besar dari pekerjaan tersebut selesai. Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan tugas kelompoknya maka mereka memilih satuorang untuk mencatat kesimpulan yang mereka dapatkan.

4. Tahap menyiapkan laporan akhirPara siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yan menarik di depan kelas.5. Tahap menyajikan laporanSemua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagaitopik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.6. Tahap evaluasiGuru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompokterhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-duanya. Model group invstigation ini memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa, yakni dampak instruksional (instructional effect) dan dampak sertaan (nuturance effect).e. Peran guru1. Memberikan informasi dan instruksi yang jelas2. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukan cara penyelesaianya)3. Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi4. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa5. Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhirf. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran GI Kelebihan :1. Secara Pribadia) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebasb) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktifc) Rasa percaya diri dapat lebih meningkatd) Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah2. Secara Sosial / Kelompoka) Meningkatkan belajar bekerja samab) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guruc) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematisd) Belajar menghargai pendapat orang laine) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan Kekurangan1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal3. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, jelas bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama(Setiawan, 2006 : 9 dalam http://ekocin.wordpress.com/)G. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share)Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).a. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar.2. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran.3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelumberbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.4. Meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang dari isi materi pelajaran.b. Tujuan

Pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis kontekstual yang diterapkan dalam proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa aktif pada saat KBM berlangsung.c. Manfaat

Manfaat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair andShare adalah sebagai berikut:1. Optimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran dan member kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.2. Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir, sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri.3. Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan, dalam kelompokberempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah untuk merekontruksi pengetahuannya. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih pintar atau lebih lemah, dari pada cara klasikal yang hanya satu orang atau beberapa orang saja yang berbicara.4. Guru lebih mudah membagi menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang muncul,lebih banyak tugas yang dilakukan, dan guru lebih mudah memonitor.5. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.d. Langkah-langkah PenggunaanArends (2008 dalam http://www.tuanguru.com/2012/06/model-pembela-jaran-think-pair-share) mengemukakan bahwa teknis pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Persiapan materi dan pengelompokkan siswaHal yang perlu dilakukan pertama kali dalam pelaksanaan model ini adalah mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru mengelompokan siswa secara heterogen (berdasarkan hasil pretes) dan menjelaskan prosedur pelaksanaan serta batasan waktu setiap tahap kegiatan.2. Tahap pendahuluanGuru menunjukkan beberapa bagian menarik dari materi yang akan dibahas dan menjelaskan tujuan pembelajaran materi tersebut. Kemudian, guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk setiap kegiatan dan memotivasi siswa supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang akan diberikan.3. Pelaksanaana) Tahap Thinking(berpikir secara individu)Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

b) Tahap Pairing Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.c) Tahap Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

4. PenghargaanLangkah yang terakhir adalah melakukan penghargaan kepada setiap siswa dan setiap kelompok. Dari kegiatan penghargaan ini, didapat nilai individu dan nilai kelompok. Nilai individu di dapat dari postes, sedangkan nilai kelompokdidapat dari rata-rata perkembangan prestasi belajar siswa pada kelompoktersebut. Keberhasilan dan kualitas dari kegiatan tipe Think Pair Share sangat tergantung dari kualitas pertanyaan yang diberikan pada tahap pertama (pretes). Jika pertanyaan merangsang pemikiran siswa secara utuh, maka keutuhan pemikiran siswa ini secara signifikan dapat menciptakan keberhasilan tipe pembelajaran tipe Think Pair Share.e. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran tipe TPS Kelebihan

1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. Kelemahan

1. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak2. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor

3. Lebih sedikit ide yang muncul, dan

4. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

(http://www.tuanguru.com/2012/06/model-pembelajaran-think-pair-share/)H. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (Numbered Head Together)Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.a. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah:1. Masing-masing anggota kelompok memiliki banyak kesempatan untukberkontribusi.2. Interaksi lebih mudah.3. Banyak ide yang muncul.4. Lebih banyak tugas yang bisa dilaksanakan.5. Guru mudah memonitor kontribusi.b. Tujuan

Tujuan dari penerapan model pembelajaran NHT adalah menjadikan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pembelajaran baik secara kelompok maupun individual. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berinteraksi dengan temannya karena dalam tipe pembelajaran ini siswa diberi waktu untuk memikirkan, menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru sehingga membutuhkan komunikasi yang baik antar teman sekelompoknya untuk mempersatukan ide.c. Manfaat1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial antar anggota tim.2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenal sikap, ketrampilan, informasi dan perilaku sosial.3. Meningkatkan pemahaman terhadap pentingnya kerjasama dalam tim.4. Meningkatkan rasa saling percaya kerpada sesama manusia.d. Langkah-langkah PenggunaanPembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibagi kedalam empat langkah ( Lie, 2008 dalam http://hayardin.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-nht), yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Penomoran (Numbering)Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang dan masing-masing diberikan nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda sesuai dengan jumlah kelompok dari masing-masing kelompok.2. Tahap Pengajuan pertanyaan (quesioning)Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan tugas, kemudian masing-masing kelompok mengerjakannya.3. Berpikir bersama (Heads Together)Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban yang telah disepakati oleh semua anggota kelompok.4. Pemberian jawaban (Answering)Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Semua siswa yang memiliki nomor yang disebutkan oleh guru harus bersiap untuk presentasi, karena guru akan memilih satu kelompok yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompoksecara acak. Siswa dengan nomor dan kelompok yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka.e. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran tipe NHT Kelebihan1. Konflik antara pribadi berkurang2. Pemahaman yang lebih mendalam3. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi4. Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa5. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa6. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

Kelemahan1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru3. Kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali.(http://hayardin-blog.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-nht/)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN1. Pada model pembelajaran kooperatif yang ditonjolkan adalah diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.2. Pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lain dimana setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar3. Aktivitas Cooperative Learning digunakan 3 (tiga) tujuan berbeda yaitu: Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akan mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.4. Esensialnya semua model mengajar ditandai dengan adanya Struktur Tugas, Struktur Tujuan dan Struktur Penghargaan (Reward).5. Ada beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya : STAD, TGT, TAI, CIRC, JIGSAW, GI, TPS, NHT.B. SARAN

Sebagai guru professional, seharusnya kita mengetahui dan mengerti betul tentang model pembelajaran kooperatif ini. Karena dengan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan dan lebih variatif. Oleh karena itu, setiap guru perlu meningkatkan pengetahuannya agar tujuan belajar dapat tercapai.DAFTAR PUSTAKA

Fatirul, Ahmad Noor. Cooperative Learning .pdfmodel-pembelajaran-kooperatif.pdf http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative/http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/09/model-pembelajaran-kooperatif/

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad/http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stad/http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/16/model-pembelajaran-stad/http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-tgt/http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assisted-individualization/http://binham.wordpress.com/2012/04/20/model-pembelajaran-tai/http://007indien.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-circ/http://ras-eko.blogspot.com/2011/05 /model-pembelajaran-circ-cooperative/http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/http://www.tuanguru.com/2012/06/model-pembela-jaran-think-pair-share/http://hayardin.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-nht/2