modul sistem informasi manajemen pb

Upload: japalmen

Post on 17-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    1/181

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    2/181

    MODUL PELATIHAN

    SITEM INFORMASI MANAJEMEN

    BENCANA

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    3/181

    Kata Pengantar

    Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, penyusunan modul pelatihan Manajemen Informasi

    Bencana telah selesai dilaksanakan.

    Saat ini wilayah NKRI sangat sering dilanda bencana, baik bencana alam maupun non-alam.

    Upaya pengelolaan risiko bencana sangat perlu ditingkatkan. Untuk menghasilkan perencanaan

    yang efisien dan optimal perlu didukung dengan ketersediaan data dan informasi yang benar

    dan sah. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan standar dari penyusunan data informasi

    bencana melalui BNPB berupa PerkaNo 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Data danInformasi Bencana Indonesia dan Perka No 8 Tahun 2011 Tentang Standarisasi Data

    kebencanaan.

    Modul ini memberikan gambaran tentang kondisi kebencanaan di Indonesia, pengelolaan

    bencana, dan referensi hukum terkait dengan manajemen data dan informasi. Juga dilengkapi

    dengan tatacara penilaian kerusakan bangunan yang disebabkan oleh bencana. Lebih jauhnya,

    modul ini memuat tentang bagaimana menyajikan dan melaporkan data dan informasi bencana

    untuk tingkat kecamatan dan desa.

    Materi dalam modul ini telah diterapkan dalam Pelatihan Manajemen Informasi Bencana untuk

    tingkat kecamatan dalam wilayah kerja IOM DRR Aceh, dengan melibatkan berbagai unsur

    pemerintah, komunitas masyarakat, berbagai pemangku kepentingan lainnya di tingkat

    kecamatan di dalam wilayah 13 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.

    Diharapkan dengan kehadiran modul ini dapat menjadi media penyebaran pengetahuan dalam

    melakukan pendataan dan penyajian informasi yang informative dan akurat baik di fase pra

    bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    4/181

    2

    Akronim

    APBD = AnggaranPendapatanBelanja Daerah

    APBN = AnggaranPendapatanBelanja Nasional

    BMKG = BadanMeteorologiKlimatologidanGeofisika

    BNPB = Badan Nasional PenanggulanganBencana

    BPBD = BadanPenanggulanganBencana Daerah

    DIPA = DaftarIsianPelaksanaanAnggaran

    DSS = Decision Support System

    DVMBG = DirektoratVulkanologidanMitigasiBencanaGeologi

    ENSO = El-Nino Southern Oscilation

    GPS = Global Positioning System

    GUI = Graphic User Interface

    HIV = The human Imunodeficiency Virus

    InaTEWS = Indonesia Tsunami Early Warning System

    IFRC = International Federation Red Cross

    ISPA = InfeksiSaluranPernafasanAtas

    IOM = International for Migration

    KAH = KerangkaAksi Hyogo

    PB = PenanggulanganBencana

    Perda = Peraturan Daerah

    Perka = PeraturanKepala

    Platnas = Platform Nasional

    PP = PeraturanPemerintah

    PTK = PelaksanaanTeknisKegiatan

    Pusdalops = PusatPengendaliOperasi

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    5/181

    3

    RAN PB = RencanaAksi Nasional PenanggulanganBencana

    RAD PB = RencanaAksi Daerah PenanggulanganBencana

    Renkon = RencanaKontijensi

    Renop = RencanaOperasi

    RPB = RencanaPenanggulanganBencana

    RPJP = Rencana Pembangunan JangkaPanjang

    SARS = Severe Acute Respiratory Syndrome

    SMS = Short Message Service

    SOP = Standard Opertional Procedure

    SPD = SistemPeringatan Dini

    SSB = Single Side Band

    TTX = Table Top Exercise

    TRC = Tim ReaksiCepat

    UNISDR = United Nations Office for Disaster Risk Reduction

    UU = Undang-undang

    USAID = United States Agency for International Development

    VSAT = Very Small Aperture Terminal

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    6/181

    4

    Daftar Isi

    Kata Pengantar ............................................................................ i

    Daftar Isi .... ii

    Modul IPengenalan Konsep Dasar Bencana dan Karakteristiknya .......................... 3

    ModulIIManajemen Bencana ............................ 39

    Modul IIIReferensi Hukum Manajemen Data dan Informasi

    Bencana Indonesia ............................. 55

    ModulIVPanduan Dasa rPenilaian Kerusakan Bangunan ............................... 56

    Modul IVManajemenData dan Informasi Bencana............... 61

    Lampiran.... 81

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    7/181

    5

    Pembukaan

    1. LATAR BELAKANG

    Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya yang sangat tinggi.Potensi bahaya

    tersebut tersebut antara lain adalah gempabumi, tsunami, banjir, letusan gunungapi, tanah

    Iongsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, banjir bandang, dan lain-lain.Potensi

    bahaya ini ada yang dapat diprediksi dan juga ada yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga

    tidak memungkinkan dilakukannya upaya peringatan dini.

    Pembelajaran yang sangat perlu diingat bahwa, kawasan yang rentan akan bencana perlu

    merencanakan dan menyertakan manajemen pengurangan risiko bencana dalam kebijakan

    wilayah baik di tingkat nasional maupun lokal. Perencanaan yang berbasis mitigasi bencana

    lebih dapat mengurangi kerusakan dan jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.Pencegahan

    jauh lebih murah dibandingkan dengan bantuan dan tanggap bencana.

    Selain berbagai upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, yang tidak kalah

    penting dilakukan adalah pengingkatan wawasan dan pengetahuan semua lapisan

    masyarakat Indonesia untuk mengenal lingkungannya disertai dengan potensi ancaman dan

    bencana yang dapat terjadi.Sehingga dapat dirumuskannya upaya pencegahan dan mitigasi

    bencana sedini mungkin.

    Modul ini merupakan salah satu sarana pemerintah dalam menebarkan dan meningkatkan

    pengetahuan peserta dalam memahami bencana berdasarkan karakteristiknya masing-

    masing yang disertai dengan sistim manajemen bencana di Indonesia saat ini.Penyiapan

    modul ini didanai sepenuhnya oleh USAID dalam program pengurangan risiko bencana

    Provinsi Aceh yang difasilitasi oleh IOM.

    2. TUJUAN

    Membuka cakrawala dan menumbuhkan kesadaran peserta terhadap berbagai

    ancaman bencana di wilayah masing-masing untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan

    mitigasi bencana

    Menambah wawasan dan pengetahuan peserta terkait dengan manajemen risiko

    bencana di Indonesia

    Menambah wawasan dan pengetahuan tentang standardisasi data kebencanaan

    beserta produk hukum pemerintah yang berkaitan dengannya.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    8/181

    6

    3. SASARAN

    Peserta yang akan dilibatkan dalam pelatihan Manajemen Informasi Bencana ini adalah

    pegawai di tingkat kecamatan.

    4. HASIL PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

    Adapun pembelajaran yang diharapkan dengan adanya pelatihan ini adalah:

    Tumbuhnya kesadaran peserta terhadap berbagai ancaman bencana di wilayah masing-

    masing untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana

    Peserta mampu mengenali potensi ancaman dengan karakteristik masing-masing

    bencana

    Peserta mempunyai pengetahuan dasar mengenai sistim manajemen bencana yang

    sudah/sedang diterapkan di wilayah Republik Indonesia

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    9/181

    7

    Modul I

    Pengenalan Konsep Dasar

    Bencana dan karakteristiknya

    1. BENCANA DAN KARAKTERISTIKNYA

    Definisi

    Didalam UU No. 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian

    peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

    disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga

    mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

    benda, dan dampak psikologis. Di dalam definisi tersebut tertulis bahwa bencana dimulai

    karena ada sesuatu yang mengancam, baik dari faktor alam atau non alam, ataupun

    manusia, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian, baik harta benda hingga jiwa manusia.

    Ancaman merupakan suatu hal yang berbeda dibandingkan dengan bencana. Ancaman atau

    dapat pula disebut bahaya akan disebut sebagai bencana apabila menimbulkan kerugian

    baik dari korban jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan, dan berbagai dampak lainnya. Hal

    lainnya yaitu bencana mungkin tidak terjadi apabila manusia mampu untuk menghadapi

    ancaman yang menjadi pemicu terjadinya bencana.

    Jenis Ancaman Bencana dan Karakteristiknya

    Jenis bencana yang berbeda akan memiliki karakteristik yang berbeda. Terdapat indikator-

    indikator dalam menilai karakteristik ancaman, yaitu:

    Pemicu

    Unsur-unsur yang mengancam

    Tipe, kecepatan dan jarak ancaman

    Tanda-tanda

    Frekuensi

    Periode

    Durasi

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    10/181

    8

    Akibat kerusakan

    Akar penyebab

    Setiap tempat pun akan memiliki karakteristik ancaman/bahaya yang berbeda. Bahaya

    gempa bumi di suatu daerah tentu berbeda dengan karakterisik ancaman/bahaya gempa

    bumi di daerah lain. Pengidentifikasian dari bahaya menjadi sangat penting dalam

    membantu masyarakat menentukan strategi penanggulangan bencana di daerahnya.

    Berdasarkan jenisnya, bahaya/ancaman terbagi menjadi beberapa, yaitu:

    Geo-Hazard(Ancaman Geofisik) : Gempa, tsunami, gunung api

    Hydro-Climatic Hazard(Ancaman Hidroklimatis : Banjir, kebakaran hutan, el-nino

    (kekeringan)

    Biological Hazards(Ancaman Biologis) : HIV/Aids, Ebola, dan epidemic

    Technological Hazard(Ancaman Teknologi : Industrial explosions, kebakaran,

    polusi udara, waste exposure, kecelakaan nuklir, lumpur Lapindo

    Social Hazards(Ancaman Sosial) : Kriminialitas/kekerasan, perang,

    konflik, kemiskinan absolut, terorisme

    Kemudian berdasarkan proses terjadinya, bahaya dibagi berdasarkan 3 yaitu:

    Slow-onset hazard: ancaman yang terjadi perlahan-lahan, contoh: kekeringan,

    kelaparan, letusan gunung api, banjir

    Sudden onset hazard: ancaman yang terjadi secara tiba-tiba seperti: gempa, banjir

    bandang, longsoran, tsunami, puting beliung. Ancaman ini terjadi tanpa peringatan

    dini yang menyebabkan ketidaksiapan.

    Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman

    terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering kali seolaholah bencana terjadi secara

    tibatiba sehingga masyarakat kurang siap menghadapinya, akibatnya timbul banyak

    kerugian bahkan korban jiwa. Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu

    kejadiannya dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan dan

    kesiapan alat serta sumber daya manusia.

    Pemahaman tentang ancaman bencana meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang

    halhal sebagai berikut :

    Bagaimana ancaman bahaya timbul.

    Tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta seberapa besar skalanya

    Mekanisme perusakan secara fisik.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    11/181

    9

    Sektor dan kegiatan kegiatan apa saja yang akan sangat terpengaruh atas

    kejadian bencana.

    Dampak dari kerusakan.

    Berikut adalah deskripsi karakteristik dari sejumlah bencana yang sering terjadi di Indonesia :

    a. Banjir

    b. Tanah longsor

    c. Kekeringan

    d. Kebakaran hutan dan lahan

    e. Angin badai

    f. Gelombang badai/pasang

    g. Gempa bumi

    h. Tsunami

    i. Letusan gunungapi

    j. Kegagalan teknologi

    k. Wabah penyakit

    a. Banjir

    Pengertian

    Ada dua pengertian mengenai banjir :

    - Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari

    palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran

    air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanahyang biasanya tidak dilewati aliran air.

    - Banjir berjalan kearah hilir sistim sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air

    dimuara akibat badai.

    Untuk negara tropis, berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan tersebut dapat

    dikategorikan dalam empat kategori:

    Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran

    sistim pengaliran air yang terdiri dari sistim sungai alamiah dan sistim drainase

    buatan manusia.

    Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang

    laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

    Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti

    bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

    Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat

    runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    12/181

    10

    menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung

    mengalir deras sebagai banjir bandang. Contoh kasus banjir bandang jenis ini

    terjadi pada banjir di Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

    PenyebabPada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga

    sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistim saluran

    drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi

    air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistim pengaliran air

    dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai

    akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbatsampah serta hambatan lainnya.

    Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan

    peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistim aliran

    menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya

    erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistim pengaliran air

    dan wadah air lainnya.

    Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit

    banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat

    resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi

    sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistim

    pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

    Mekanisme Perusakan

    Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak.

    Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun tidak terlalu dalam dapat

    menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa material tanah

    yang halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan

    semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu merusakan pondasi bangunan, pondasi

    jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada

    bangunanbangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan

    menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan

    diendapkan dan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan serta

    timbulnya wabah penyakit.

    Banjir bandang (flash flood) biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar

    sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat, dapat mencapai ketinggian

    lebih dari 12 meter (banjir Bahorok, 2003) limpasannya dapat membawa batu

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    13/181

    11

    besar/bongkahan dan pepohonan serta merusak/menghanyutkan apa saja yang dilewati

    namun cepat surut kembali. Banjir semacam ini dapat menyebabkan jatuhnya korban

    manusia (karena tidak sempat mengungsi) maupun kerugian harta benda yang besar dalam

    waktu yang singkat.

    Gejala dan Peringatan Dini

    Datangnya banjir diawali dengan gejalagejala sebagai berikut :

    Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan

    datangnya bencana banjir di daerah rawan bencana banjir.

    Tingginya pasang laut yang disertai badai mengindikasikan akan datangnya bencana

    banjir beberapa jam kemudian terutama untuk daerah yang dipengaruhi pasang

    surut.Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau dilampuinya ketinggian muka

    banjir tertentu yang disebut muka banjir/air siaga. Upaya evakuasi akan efektif jika

    dilengkapai dengan sistim monitoring dan peringatan yang memadai.

    Sistim peringatan dini dengan menggunakan sistim telemetri pada umumnya kurang

    berhasil, karena keterbatasan dana untuk pemeliharaan alat dan tidak mencukupinya

    jumlah tenaga dan kemampuannya. Namun peringatan dini dapat dilaksanakan dengan

    cara yang sederhana yaitu dengan pembacaan papan duga muka air secara manual yang

    harus dilaksanakan pada segala kondisi cuaca (termasuk ditengah hujan lebat), dan

    mengkomunikasikan perkembangan pembacaan peningkatan muka air melalui radio atau

    alat komunikasi yang ada. Kelemahan dari sistem peringatan dini yang ada sekarang ini

    adalah pada penyebaran luasan berita peringatan dini kepada masyarakat yang dapat

    terkena banjir pada tingkat desa.Biasanya staf dari instansi yang bertanggung jawab

    menerima berita dengan tepat waktu, namun masyarakat yang terkena dampak

    menerimaperingatan hanya pada saatsaat terakhir. Penyiapan dan distribusi peta rawan

    banjir akan membuat masyarakat menyadari bahwa mereka hidup di daerah rawan

    banjir. Ramalan banjir dan sistim peringatan dini yang dipadukan dengan peta rawan

    banjir dan rencana evakuasi hendaknya dikomunikasikan kepada masyarakat yang

    berisiko terkena banjir sebagai upaya kewaspadaan/siaga, namun informasi yang aktual

    hendaknya disebarkan secara cepat melalui stasiunstasiun radio setempat, telpon dan

    pesan singkat (SMS).

    Komponen yang Terancam

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    14/181

    12

    Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik

    milik perorangan maupun milik umum yang dapat mengganggu dan bahkan

    melumpuhkan kegiatan sosialekonomi penduduk. Uraian rinci tentang korban manusia

    dan kerusakan pada harta benda dan prasarana umum diuraikan sebagai berikut :

    1). Manusia

    Jumlah penduduk yang meninggal dunia.

    Jumlah penduduk yang hilang.

    Jumlah penduduk yang lukaluka.

    Jumlah penduduk yang mengungsi.

    2). Prasarana Umum

    Prasarana transportasi yang tergenang, rusak dan hanyut, diantaranya: jalan,

    jembatan dan bangunan lainnya; jalan KA, setasiun KA, terminal bus, jalan akses

    dan kompleks pelabuhan.

    Fasilitas sosial yang tergenang, rusak dan hanyut diantaranya: sekolah, rumah

    ibadah, pasar, gedung pertemuan, Puskemas, Rumah Sakit, Kantor Pos, dan

    fasilitas sosial lainnya.

    Fasilitas pemerintahan, industrijasa, dan fasilitas strategis lainnya: kantor

    instansi pemerintah, kompleks industri, kompleks perdagangan, instalasi listrik,

    pembangkit listrik, jaringan distribusi gas, instalasi telekomunikasi yang

    tergenang, rusak dan hanyut serta dampaknya, misal berapa lama

    fasilitasfasilitas terganggu sehingga tidak dapat memberikan layanannya.

    Prasarana pertanian dan perikanan: sawah beririgasi dan sawah tadah hujan yang

    tergenang dan puso (penurunan atau kehilangan produksi), tambak, perkebunan,

    ladang, gudang pangan dan peralatan pertanian dan perikanan yang tergenang

    (tergenang lebih dari tiga hari dikategorikan rusak) dan rusak (terjadi penurunanatau kehilangan produksi) karena banjir.

    Prasarana pengairan: bendungan, bendung, tanggul, jaringan irigasi, jaringan

    drainase, pintu air, stasion pompa, dan sebagainya.

    3). Harta Benda Perorangan

    Rumah tinggal yang tergenang, rusak dan hanyut.

    Harta benda (aset) diantaranya modalbarang produksi dan perdagangan, mobil,

    perabotan rumah tangga, dan lainnya yang tergenang, rusak dan hilang.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    15/181

    13

    Sarana pertanianpeternakanperikanan: peternakan unggas, peternak hewan

    berkaki empat, dan ternaknya yang mati dan hilang. Perahu, dermaga dan sarana

    perikanan yang rusak dan hilang.

    b. Tanah Longsor

    Pengertian

    Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun

    percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya

    kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

    Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,pergerakan blok,

    runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.Jenis longsoran translasi dan

    rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.Sedangkan longsoran yang paling banyak

    memakan korban jiwa manusiaadalah aliran bahan rombakan.

    Longsoran Translasi, Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan

    pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

    Longsoran Rotasi, Longsoranrotasi adalah bergeraknya massatanah dan batuan padabidanggelincir berbentuk cekung.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    16/181

    14

    Pergerakan Blok, Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada

    bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu

    Runtuhan Batu, Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lainbergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    17/181

    15

    hingga menggantung terutama di daerah pantai.Batubatu besar yang jatuh dapat

    menyebabkan kerusakan yang parah.

    Rayapan Tanah, Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis

    tanahnya berupa butiran kasar dan halus.Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat

    dikenali.Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan

    tiangtiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

    Aliran Bahan Rombakan, Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak

    didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan

    tekanan air, dan jenis materialnya.Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu

    mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti

    di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korbancukup banyak.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    18/181

    16

    Penyebab

    Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun

    lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa :

    Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng

    Proses pemicu longsoran

    Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan

    lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata

    air pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena

    kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum

    akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu.

    Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng:

    Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif

    gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

    Batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran

    antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan

    mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan

    terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.

    Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan

    ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng cukup tinggi memiliki potensi untuk

    terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    19/181

    17

    rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan

    pecah ketika hawa terlalu panas.

    Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena

    meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan

    menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah

    besar. Hal itu mengakibatkan munculnya poripori atau rongga tanah hingga

    terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.

    Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang

    terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.

    Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,perladangan, dan

    adanya genangan air di lereng yang terjal. Padalahan persawahan akarnya

    kurang kuat untuk mengikat butir tanahdan membuat tanah menjadi lembek

    dan jenuh dengan air sehinggamudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah

    perladanganpenyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat

    menembusbidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di

    daerahlongsoran lama.

    Proses pemicu longsoran dapat berupa:

    Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang

    merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butirbutir

    tanah untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh

    meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah ke dalam

    lereng

    Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran

    alat/kendaraan. Gempabumi pada tanah pasir dengan kandungan air sering

    mengakibatkan liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser dan daya

    dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).

    Peningkatan beban yang melampau daya dukung tanah atau kuat geser tanah.

    Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun

    pohonpohon yang terlalu rimbun dan rapat yang ditanam pada lereng lebih

    curam dari 40 derajat.

    Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng

    kehilangan gaya penyangga.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    20/181

    18

    Akibat susutnya muka air yang cepat di danau/waduk dapat menurunkan gaya

    penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang

    biasanya diikuti oleh retakan.

    Mekanisme Perusakan

    Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel baik akibat

    gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran.Gerakan

    tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan

    tidak dapat digunakan.Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan

    terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah.Runtuhan lereng yang

    tiba tiba dapat menyeret permukiman turun jauh di bawah lereng.

    Runtuhan batuan (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat menerjang

    bangunan bangunan atau permukiman di bawahnya.Aliran butiran (debris flow)

    dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur

    bangunan permukiman, menutup aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan

    menutup jalan. Liquefaction adalah proses terpisahnya air didalam poripori tanah

    akibat getaran sehingga tanah kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada

    diatasnya sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal.

    Gejala dan Peringatan dini

    Muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi

    bangunan, yang biasa terjadi setelah hujan.

    Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan.

    Tibatiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka, kemungkinan akibat

    deformasi bangungan yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.

    Tibatiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.

    Komponen yang Terancam

    Permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang

    lunak,atau dekat tebing sungai.

    Permukiman yang yang dibangun di bawah lereng yang terjal.

    Permukiman yang dibangun di mulut sungai yang berasal daripegunungan

    diatasnya (dekat dengan pegunungan/perbukitan), rawanterhadap banjir

    bandang.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    21/181

    19

    Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan.

    Bangunan tembok.

    Bangunan dengan fondasi yang lemah.

    Struktur bangunan dengan fondasi tidak menyatu.

    Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa kabel.

    c. Kekeringan

    Pengertian

    Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air

    baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.

    Untuk memudahkan dalam memahami masalah kekeringan, berikut diuraikan klasifikasi

    kekeringan yang terjadi secara alamiah dan atau ulah manusia, sebagai berikut:

    1). Kekeringan Alamiah

    Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah

    normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan

    indikasi pertama adanya kekeringan.

    Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan

    dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai,

    waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai

    berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau

    dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi

    awal adanya kekeringan.

    Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan lengas tanah

    (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan

    tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas.

    Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.

    Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana pasokan komoditi

    ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan

    meteorologi, hidrologi, dan pertanian.

    2). Kekeringan Antropogenik.

    Kekeringan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan terjadi karena:

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    22/181

    20

    Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan

    pengguna terhadap pola tanam/penggunaan air.

    Kerusakan kawasan tangkapan air, sumbersumber air akibat perbuatan

    manusia.

    Penyebab

    Dari data historis, kekeringan di Indonesia sangat berkaitan erat denganfenomena ENSO

    (ElNino Southern Oscillation).Pengamatan dari tahun1844, dari 43 kejadian kekeringan

    di Indonesia, hanya enam kejadian yangtidak berkaitan dengan kejadian ElNino.Namun

    demikian dampak kejadianElNino terhadap keragaman hujan di Indonesia beragam

    menurut lokasi.Pengaruh ElNino kuat pada wilayah yang pengaruh sistim monsoon

    kuat,lemah pada wilayah yang pengaruh sistim equatorial kuat, dan tidak jelaspada

    wilayah yang pengaruh lokal kuat.Pengaruh ElNino lebih kuat padamusim kemarau dari

    pada musim hujan. Pengaruh ElNino pada keragamanhujan memiliki beberapa pola:

    akhir musim kemarau mundur dari normal,

    awal masuk musim hujan mundur dari normal,

    curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal,

    deret hari kering semakin panjang, khususnya di daerah Indonesia bagian timur.

    Mekanisme Perusakan

    Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewanbaik

    langsung maupun tidak langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonanakan mati dan

    tanah menjadi gundul yang pada saat musim hujan menjadimudah tererosi dan banjir.

    Dampak dari bahaya kekeringan ini seringkalisecara gradual/lambat, sehingga jika tidak

    dimonitor secara terus menerusakan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan

    pangan akibattanaman pangan dan ternak mati, petani kehilangan mata

    pencaharian,banyak orang kelaparan dan mati, sehingga berdampak urbanisasi.

    Gejala Terjadinya Kekeringan

    Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal

    dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi

    pertama adanya kekeringan.

    Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air

    permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    23/181

    21

    sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai

    berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi

    muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis

    bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

    Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah

    (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan

    tanaman tertentu pada phase tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan

    tanaman menjadi rusak/mengering.

    Komponen Yang Terancam Bencana

    1). Komponen Sosial:

    Kekurangan pangan (menurunnya tingkat nutrisi, malnutrisi, kelaparan) ;

    Kehilangan nyawa ;

    Keamanan publik dari kebakaran hutan dan lahan peternakan/padang rumput ;

    Konflik antar pengguna air ;

    Penurunan kesehatan yang terkait dengan masalah debit air rendah (hilangnya

    aliran penggelontor untuk limbah, bertambahnya konsentrasi polusi, dll) ;

    Ketidaksamaan atas distribusi dampak kekeringan/pertolongannya ;

    Menurunnya kondisi kehidupan di daerah perdesaan ;

    Bertambahnya kemiskinan ;

    Menurunnya kualitas hidup ;

    Ketegangan/kerusuhan sosial ;

    Migrasi penduduk (dari perdesaan ke perkotaan).

    2). Komponen Ekonomi:

    - Kehilangan dari produksi tanaman.

    Kehilangan produksi tahunan dan tanaman perennial,

    Kerusakan pada kualitas tanaman.

    Penyebaran/berkembangbiaknya serangga.

    Penyakit tanaman.

    Kerusakan yang diakibatkan oleh stawa liar kepada tanaman.

    - Kehilangan produksi peternakan dan produksi susu sapi.

    Berkurangnya produktivitas lahan peternakan.

    Berkurangnya cadangan ternak.

    Berkurangnya/pembatasan tanahtanah publik untuk padangrumput.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    24/181

    22

    Mahalnya/ketidaktersediaan pakan ternak.

    Tingginya angka kematian ternak.

    Bertambahnya predator.

    Kebakaran dalam daerah peternakan.

    - Kehilangan produksi kayu.

    Kebakaran hutan.

    Penyakit pada pepohonan.

    Berkembangnya serangga.

    Penurunan produksi lahan hutan.

    - Kehilangan produksi perikanan air tawar

    Rusaknya habitat ikan air tawar.

    Kehilangan ikanikan kecil karena berkurangnya aliran.

    -Menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional, menjadi hambatan dari

    perkembangan ekonomi.

    -Kehilangan pendapatan untuk petani dan usahausaha lainnya yang terkena dampak.

    -Kehilangan dari usahausaha pariwisata.

    -Kehilangan pada produser dan penjual peralatan pariwisata.

    -Bertambahnya kebutuhan energi dan pengurangan pasokan energy karena

    pengurangan pembangkitan listrik yang terkait dengan kekeringan.

    -Biaya pengganti energi listrik tenaga air yang lebih mahal yang berasal dari energi

    minyak untuk industri dan pelanggan.

    3). Komponen Lingkungan:

    - Kerusakan pada spesies binatang

    Habitat satwa liar.

    Berkurangnya pakan dan air minum.

    Penyakit.

    Bertambahnya kerentanan atas predator (dari spesies yangberkosentrasi di

    air).

    - Erosi tanah yang berasal dari air dan angin.

    - Kerusakan pada spesies ikan air tawar.

    - Kerusakan pada spesies tumbuhan.

    - Dampak atas kualitas air (meningkatnya kadar salinitas air).

    - Dampaknya atas kualitas udara (debu, polutan).

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    25/181

    23

    - Kualitas visual dan landscape/panorama (debu, tumbuhan penutup).

    d. Kebakaran Hutan dan Lahan

    Pengertian

    Kebakaran hutan dan lahan, adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap

    sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan

    dalam menunjang kehidupanan yang berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api

    yang tidak terkendali maupun faktor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

    kebakaran hutan dan atau lahan.

    Penyebab

    Aktivitas manusia yang menggunakan api di kawasan hutan dan lahan,sehingga

    menyebabkan bencana kebakaran.

    Faktor alam yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

    Jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik bakar yang rendah sertahutan yang

    terdegradasi menyebabkan semakin rentan terhadap bahayakebakaran.

    Angin yang cukup besar dapat memicu dan mempercepat menjalarnyaapi.

    Topografi yang terjal semakin mempercepat merembetnya api daribawah ke

    atas.

    Mekanisme Perusakan

    Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor manusia

    yang sengaja melakukan pembakaran dalam rangka penyiapan lahan.Disamping itu juga

    bisa terjadi kebakaran akibat kelalaian, serta karena faktor alam.Kebakaran terjadi

    karena adanya bahan bakar, oksigen dan panas. Kerusakan lingkungan akibat kebakaran

    antara lain berupa hilangnya flora dan fauna serta terganggunya ekosistim. Bahkan

    dapat menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana, permukiman serta korban jiwa

    manusia. Dampak lebih lanjut akibat asap yang ditimbulkan dapat berpengaruh pada

    kesehatan manusia terutama gangguan pernafasan serta gangguan aktivitas kehidupan

    sehari hari, antara lain terganggunya lalulintas udara, air dan darat.

    Gejala dan Peringatan Dini

    Adanya aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan.

    Ditandai dengan adanya tumbuhan yang meranggas.

    Kelembaban udara rendah.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    26/181

    24

    Kekeringan akibat musim kemarau yang panjang.

    Peralihan musim menuju kemarau.

    Meningkatnya migrasi satwa keluar habitatnya.

    Komponen yang Terancam

    Kerusakan ekologis yang mempengaruhi sistim penunjang kehidupan.

    Hilangnya potensi kekayaan hutan.

    Tanah yang terbuka akibat hilangnya tanaman sangat rentan terhadap erosi

    pada saat musim hujan sehingga akan menyebabkan longsor di daerah hulu dan

    banjir di daerah hilir.

    Penurunan kualitas kesehatan masyarakat untuk daerah yang luas disekitar

    daerah kebakaran.

    Turunnya pendapatan pemerintah dan masyarakat akibat terganggunya

    transportasi dan aktivitas ekonomi.

    Musnahnya aset negara dan sarana, prasarana vital.

    e. Cuaca Ekstrim (Angin Badai)

    Pengertian

    Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering

    terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerahdaerah

    yang sangat dekat dengan khatulistiwa.

    Penyebab

    Angin kencang ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistim cuaca.Angin

    paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnyaberpusar dengan radius

    ratusan kilometer di sekitar daerah sistim tekananrendah yang ekstrem.Sistim pusaran

    ini bergerak dengan kecepatan sekitar20 km/jam. Di Indonesia, angin ini dikenal sebagai

    badai, di Samudra Pasifiksebagai angin taifun (typhoon), di Samudra Hindia disebut

    siklon (cyclone),dan di Amerika dinamakan hurricane.

    Mekanisme Perusakan

    Tekanan dan hisapan dari tenaga angin meniup selama beberapa jam.Tenaga angin yang

    kuat dapat merobohkan bangunan.Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan

    bagian yang non struktural seperti atap, antena, papan reklame, dan sebagainya.Badai

    yang terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal tenggelam.Kebanyakan angin

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    27/181

    25

    badai disertai dengan hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti

    tanah longsor dan banjir.

    Gejala dan Peringatan dini

    Badai tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi sebagian besar badai tersebut

    terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jam atau hari yang dapat diikuti melalui

    satelit cuaca. Monitoring dengan menggunakan satelit ini dapat untuk mengetahui arah

    dari serangan angin badai sehingga cukup waktu untuk memberikan peringatan

    dini.Meskipun demikian perubahan sistim cuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat

    prediksi secara cepat dan akurat.

    Komponen yang Terancam

    Struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu

    Bangunan bangunan sementara atau semi permanen

    Atap bangunan

    Material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan

    utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya.

    Pohon, pagar serta tanda tanda lalulintas dan papan reklame

    Tiang-tiang kabel listrik yang tinggi

    Kapalkapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang

    terletak disekitar pantai

    f. Gempabumi

    Pengertian

    Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar

    lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan

    gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita

    akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi

    dan patahan aktif.

    Gempabumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi

    (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tibatiba.

    Penyebab

    Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    28/181

    26

    Aktivitas sesar dipermukaan bumi

    Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah

    Aktivitas gunungapi

    Ledakan Nuklir

    Mekanisme Perusakan

    Energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi.Di permukaan bumi, getaran

    tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan sehingga

    dapat menimbulkan korban jiwa.Getaran gempa ini juga dapat memicu terjadinya tanah

    longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang merusakkan permukiman

    disekitarnya.

    Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa kebakaran,

    kecelakaan industri dan transportasi dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan dan

    tanggul tanggul penahan lainnya.

    Gejala dan Peringatan dini

    Kejadian mendadak

    Belum ada metode untuk pendugaan secara akurat

    Komponen yang Terancam

    Perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni.

    Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan tembok

    tanpa perkuatan.

    Bangunan dengan atap yang berat.

    Bangunan tua dengan dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah.

    Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak.

    Bangunan diatas lereng yang lemah/tidak stabil.

    Infrastruktur diatas tanah atau timbunan.

    Bangunan Industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.

    g. Tsunami

    Pengertian

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    29/181

    27

    Tsunami berasal dari bahasa Jepang. tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang

    sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Pelabuhan.

    Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang

    ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.Gangguan impulsive tersebut bisa

    berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.

    Gambar di bawah menunjukan ilustrasi kejadian Tsunami akibat patahan.

    Penyebab

    Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami :

    Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang

    sangat besar di bawah air (laut/danau).

    Tanah longsor di bawah tubuh air/laut.

    Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.

    Mekanisme Perusakan

    Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut semakin

    besar kedalam laut maka kecepatan tsunami semakin besar.Selama penjalaran dari

    tengah laut (pusat terbentuknya Tsunami) menuju pantai, kecepatan semakin berkurang

    karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal.Akibatnya tinggi gelombang

    dipantai menjadi semakin besar karena adanya penumpukan masa air akibat dari

    penurunan kecepatan.Ketika mencapai pantai, kecepatan tsunami yang naik ke daratan

    (runup) berkurang menjadi sekitar 25 100 Km/jam.Gelombang yang berkecepatan

    tinggi ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai dan kembalinya air ke laut

    setelah mencapai puncak gelombang (rundown) bisa menyeret segala sesuatu

    kelaut.Dataran rendahpun dapat menjadi tergenang membentuk lautan baru.Tsunami

    dapat merobohkan bangunan-bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    30/181

    28

    jaringan listrik, jaringan telepon dan infrastruktur lainnya.Sarana air bersih, lahan

    pertanian dan kesuburan tanah pun terganggu karena terkontaminasi air laut.

    Gejala dan Peringatan Dini

    Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang

    sangat kuat

    Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan

    gempabumi besar dan susut laut.

    Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi sebagai sumber

    tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang

    gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami.

    Metode untuk pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi.

    Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit

    setelah terjadinya gempabumi besar di bawah laut.

    Komponen yang Terancam

    Struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu

    Bangunan bangunan sementara atau semi permanen.

    Bangunanbangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai.

    Material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan

    utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya.

    Bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik dan air bersih.

    Kapal-kapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang

    terletak disekitar pantai.

    Jembatan dan jalan di daerah dataran pantai.

    Sawah, ladang, tambak, kolam budidaya perikanan.

    h. Letusan Gunungapi

    Pengertian

    Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang

    dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan

    (magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    31/181

    29

    Penampang suatu gunungapi dan bagianbagiannya.

    Penyebab

    Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas

    Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/ kulit bumi

    Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan

    energi

    Mekanisme Perusakan

    Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya

    utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder).Kedua jenis bahaya tersebut

    masingmasing mempunyai risiko merusak dan mematikan.

    1). Bahaya Utama (primer)

    Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi adalah bahaya

    yang langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya tersebut

    adalah awanpanas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava

    (lava flow), dan gas beracun.

    Awanpanasadalahcampuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran)

    terdorong kebawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh

    menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng.Selain

    suhunya sangat tinggi, antara 300 700o

    C, kecepatan luncurnyapun sangat tinggi, > 70

    km per jam (tergantung kemiringan lereng).

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    32/181

    30

    Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung.Jauhnya

    lontaran sangat bergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter

    jauhnya.Selain suhunya tinggi (> 200oC), ukurannyapun besar (garis tengah >10 cm)

    sehingga dapat membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan makhluk hidup. Lazim

    juga disebut sebagai bom vulkanik

    Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunungapi sedang berlangsung.Material yang

    berukuran halus (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu,

    arahnya tergantung arah angin. Karena ukurannya halus, maka berbahaya bagi

    pernafasan, mata, dapat mencemari air tanah, merusak tetumbuhan (terutama daun),

    korosif pada atap seng karena mengandung unsurunsur kimia yang bersifat asam serta

    pesawat terbang (terutama yang bermesin jet).

    Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental)dan

    bersuhu tinggi, antara 700 1200oC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir

    mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut

    sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang

    dilaluinya menjadi ladang batu.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    33/181

    31

    Gas racunyang muncul dari gunungapi tidak selalu didahului oleh letusan, tetapi dapat

    keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali

    oleh letusan.Gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan gunungapi adalah CO2,

    H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang paling kerap dan sering menjadi penyebab kematianadalah

    CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dari udara sehinggacenderung menyelinap di dasar

    lembah atau cekungan terutama bilamalam hari, cuaca kabut atau tidak berangin,

    karena dalam suasanatersebut konsentrasinya akan bertambah besar. Gunung

    Tangkuban Perahu,Gunung Dieng, Gunung Ciremei, dan Gunung Papandayan terkenal

    memilikikarakteristik letusan gas dan sering meminta korban karenakeberadaan gas

    yang dikandungnya dan dikenal memiliki LembahMaut.

    Tsunami atau gelombang pasang akibat letusan gunungapi bisa terjaditetapi padaumumnya pada gunungapi pulau.Ketika terjadi letusanmaterialnya masuk ke dalam laut

    dan mendorong air laut ke arahpantai dan menimbulkan gelombang pasang.Makin besar

    volumematerial letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat,contoh kasus

    Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

    2). Bahaya Ikutan (sekunder)

    Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setelahproses peletusan

    berlangsung.Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan materialdalam

    berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saatmusim hujan tiba sebagian

    material tersebut akan terbawa oleh airhujan dan tercipta adonan lumpur turun ke

    lembah sebagai banjirbebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

    Gejala dan Peringatan Dini

    1). Status Kegiatan Gunungapi

    - AktifNormal (level 1)

    Kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun denganinstrumentasi tidak ada gejala

    perubahan kegiatan

    - Waspada (level 2)

    Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulaiterdeteksi gejala

    perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempavulkanik, suhu kawah

    (solfatara/fumarola) meningkat dari nilainormal

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    34/181

    32

    - Siaga (level 3)

    Kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual danseismik berlanjut

    didukung dengan data dari instrumentasilainnya

    - Awal (level 4)

    Semua data menunjukkan bahwa letusan utama segeramenjelang. Letusanletusan

    asap/abu sudah mulai terjadi

    2). Mekanisme Pelaporan

    - AktifNormal

    Setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari Pos PGAke Kantor DVMBG

    melalui radio SSB.Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat Gunungapi keKantor

    DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan PemKab

    - Waspada

    Selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporanmingguan disampaikan

    kepada Kepala Badan Geologi

    - Siaga dan Awas

    Tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan

    kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi,

    Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    35/181

    33

    Komponen yang Terancam

    Mahluk hidup dan harta benda yang ada disekitar pusat letusan atau kawasan

    rawan bencana

    Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan

    Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan abu

    (mengandung sulfur)

    Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah terbakar

    lainnya

    Sumber air minum (terutama yang terbuka) mudah tercemar oleh debu

    gunungapi

    Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu

    Tamanan rusak menimbulkan gagal panen, cadangan pangan terganggu

    Material letusan, terutama abu dapat mengakibatkan gangguan pernapasan

    (ISPA) dan sakit mata

    i. Kegagalan Tekhnologi

    Pengertian

    Semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian,

    kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan atau industri.

    Penyebab

    Kebakaran.

    Kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik.

    Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik.

    Kerusakan komponen.

    Kebocoran reaktor nuklir.

    Kecelakaan transportasi (darat, laut dan udara).

    Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan.

    Dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor, dsb).

    Mekanisme Perusakan

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    36/181

    34

    Mekanisme Perusakan Ledakan menyebabkan korban jiwa, lukaluka dan kerusakan

    bangunan dan infrastruktur. Kecelakaan transportasi membunuh dan melukai

    penumpang

    dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan pencemaran. Kebakaran pada

    industri dapat menimbulkan suhu yang sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan pada

    daerah yang luas. Zatzat pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan dapat

    menyebar pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara,

    sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persedian pangan, sehingga

    menyebabkan daerah tersebut tidak dapat dihuni, satwa akan binasa, dan sistim ekologi

    terganggu. Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam

    kestabilan ekologi secara global.

    Gejala dan Peringatan Dini

    Kejadian sangat cepat (dalam hitungan menit atau jam) dan secara tiba tiba.

    Desain pabrik/Industri harus dilengkapi dengan sistim monitoring dan sistim

    peringatan akan bahaya kebakaran, kerusakan komponen/peralatan dan

    terjadinya kondisi bahaya lainnya.

    Pelepasan bahanbahan pencemar yang berbahaya pada umumnya tidak terlalu

    cepat sehingga masih memungkinkan untuk memberikan peringatan dan

    evakuasi pekerja pabrik dan masyarakat disekitarnya.

    Ledakan pabrik dalam beberapa kasus dapat diantisipasi.

    Komponen yang Terancam

    Pabrik atau kendaraan pabrik maupun pegawai.

    Penumpang atau penduduk serta bangunan di sekitarnya.

    Cadangan pangan/tanaman pertanian , sumber air, flora dan fauna, di daerah

    sekitarnya (dapat mencapai ratusan kilometer dalam kasus seperti radioaktifserta polutan yang tersebar dari udara).

    j. Wabah Penyakit

    Pengertian

    Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

    jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim

    pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

    Penyebab

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    37/181

    35

    Secara umum penyebab wabah dikelompokkan sebagai berikut:

    Toksin ( kimia& biologi).

    Infeksi (virus, bakteri, protozoa dan cacing).

    Mekanisme Perusakan

    Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang sangat

    luas meliputi:

    Jumlah pesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat menyerang

    masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, bahkan sangat dimungkinkan

    wabah akan menyerang lintas negara bahkan lintas benua.

    Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan, maka

    jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam, khususnya wabah penyakit

    menular yang masih relatif baru seperti Flu Burung dan SARS.

    Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada

    merosotnya roda ekonomi, sebagai contoh apabila wabah flu burung benar

    terjadi maka triliunan aset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat

    merosotnya kunjungan wisata karena adanya travel warning dari beberapa

    negara maka akan melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.

    Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat

    yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh

    pihakpihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil.

    Gejala dan Peringatan dini

    Wabah terjadi akan diawali dalam skala kecil baik jumlah kasus, kematian maupun

    daerah yang terserang.

    Bila kondisi awal ini tidak dapat segera diatasi maka akibat yang lebih luas

    akan segera terjadi, misalnya banyaknya penduduk yang terserang, jumlahkematian, lumpuhnya sistim pelayanan umum termasuk pelayanan bidang

    kesehatan.

    Akan timbul kepanikan masyarakat yang sangat luas dan ini dapat

    menimbulkan ancaman bagi stabilitas suatu negara.

    Komponen yang Terancam

    Secara umum dampak dari wabah penyakit ini tidak mengancam sarana dan

    prasarana, tetapi hanya menyebabkan kerusakan/kerugian berupa korban manusia.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    38/181

    36

    2. KONSEP BENCANA

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bencana terjadi ketika terdapat ancaman/bahaya

    yang bertemu dengan faktor manusia.Faktor manusia sendiri terbagi menjadi kondisi rentan,

    dan kapasitas masyarakat.Ancaman atau bahaya merupakan suatu kondisi yang memiliki

    potensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia.Ancaman

    berpotensi menimbulkan bencana, namun tidak semua ancaman atau bahaya selalu menjadi

    bencana.Setiap bencana menghasilkan dampak yang selanjutnya disebut risiko bencana.

    Rumusan risiko bencana :

    di mana :

    R = Risiko Bencana (risk)

    H = Ancaman (hazard)

    V = Kerentanan (vulnerability)

    C = Kapasitas (capacity)

    Secara skematis, hubungan antara ancaman, kerentanan, risiko dan kejadian bencana dapat

    digambarkan sebagai berikut:

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    39/181

    37

    Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu

    wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,

    hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan

    masyarakat. Risiko merupakan hubungan antara ancaman atau bahaya dengan kerentanan

    dan juga kapasitas.Risiko bencana dapat berkurang, apabila kapasitas ditingkatkan atau

    kerentanan dikurangi, sedangkan risiko bencana dapat meningkat apabila kerentanan

    semakin tinggi dan kapasitas semakin rendah. Hal lainnya yaitu, risiko bencana dapat

    dikurangi atau dihilangkan dengan cara mengurangi atau menghilangkan ancaman/bahaya

    sebagai pemicu awal terjadinya bencana sendiri. Risiko mengandung makna probabilitas

    terjadinya kematian atau korban manusia dan kerugian materi yang diakibatkan oleh suatu

    bencana alam tertentu.

    Kerentananmerupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses

    fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan

    masyarakat dalam menghadapi bahaya.Kerentanan dapat terjadi karena banyak hal, seperti

    misalkan lokasi yang berdekatan dengan ancaman bencana, ketidakpedulian terhadap

    ancaman bencana, dan masih banyak hal lainnya.Kerentanan yang berada di daerah urban

    dan rural dapat berbeda.Di daerah urban, kerentanan penduduk dapat terjadi karena

    padatnya perumahan penduduk, daya dukung lingkungan yang rendah, dan lainnya.Di

    daerah rural kerentanan penduduk dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan, atau

    kurangnya akses, dan lain-lain.

    Kapasitasadalah penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki masyarakat yang

    memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah,

    menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.

    Kapasitas dapat melingkupi pencegahan terhadap terjadinya ancaman atau mengurangi

    kekuatan/volume ancaman, ataupun mengurangi kerentanan terhadap ancaman itu sendiri.

    Kapasitas dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kapasitas di daerah

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    40/181

    38

    urban misalkan kondisi infrastrukturyang lebih baik dibandingkan daerah rural.Sedangkan di

    daerah rural misalkan modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan daerah urban.

    Gambaran kapasitas dan kerentanan yang berada di desa dan kota dapat di lihat pada

    gambar berikut:

    Risiko sebagai bentuk hasil dari pertemuan adanya ancaman/bahaya dengan kapasitas dan

    kerentanan merupakan sebuah sistim tersendiri yang harus diperhatikan. Apa yang dimiliki

    alam, baik dari segi potensi ataupun bahaya akan memiliki zona konflik risiko tersendiri

    ketika bertemu dengan manusia yang hidup dengan berbagai aktivitas di dalamnya, seperti

    terlihat pada gambar berikut ini :

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    41/181

    39

    Risiko bencana pada suatu daerah bergantung kepada banyak faktor, contohnya adalah:

    Alam/Geografi/Geologi (Kemungkinan terjadinya fenomena)

    Kerentanan masyarakat yang terpapar terhadap fenomena (karakteristik dan

    banyaknya)

    Kerentanan fisik daerah (kondisi, karakteristik dan banyaknya bangunan)

    Konteks strategis daerahKesiapan masyarakat setempat untuk tanggap darurat

    Koordinasi antar masyarakat dengan pemerintah setempat

    Dll.

    Pandangan mengenai Bencana dari Berbagai Sudut Ilmu

    Terdapat beberapa pandangan mengenai bencana, yaitu :

    Pandangan konvensional, dimana bencana dipandang sebagai suatu peristiwa yang

    sudah ditakdirkan oleh Tuhan dan tidak bisa dikendalikan sama sekali oleh manusia.

    Bencana dianggap sebagai bagian dari kehidupan dan manusia bersikap pasrah

    tanpa melakukan suatu tindakan yang berarti untuk mencegah atau mengurangi

    dampak dari bencana.

    Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam, pandangan ini menjelaskan bahwa bencana

    merupakan gejala alam yang menyebabkan kerusakan. Faktor manusia tidak

    diperhitungkan sebagai penyebab bencana.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    42/181

    40

    Pandangan Ilmu Terapan, didalam pandangan ini menilai bahwa bencana terjadi

    karena kurangnya infrastruktur dan prasarana yang memadai. Faktor manusia sudah

    diperhitungkan namun lebih kepada perangkat keras.

    Pandangan Ilmu Sosial, disini dianggap bahwa bencana terjadi karena

    ketidakmampuan manusia dalam melakukan kesiapsiagaan dan merespon terhadap

    ancaman alam. Kerentanan massyarakat menjadi kunci besar atau kecilnya bencana

    Pandangan Holistik, pandangan ini melihat bencana sebagai fenomena kompleks

    antara fenomena alam dan perilaku manusia. Ancaman alam dipandang memiliki

    karakteristik yang berbeda, dan juga perilaku manusia yang berbeda-beda

    mempengaruhi kerentanan.

    Pandangan mengenai bencana alam pun mengalami pergeseran, dimana dulu

    bencana hanya ditanggulangi sebagai bentuk responsif terhadap bencana,

    sedangkan saat ini penanggulangan bencana lebih ditekankan sebagai bentuk

    proaktif dalam mengurangi risiko bencana tersebut, seperti pada gambar di bawah

    ini.

    Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, dijelaskan bahwa potensi penyebab

    bencana di wilayah negara kesatuan Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) jenis

    bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah

    bencana yang diakibatkan oleh peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, angin topan,

    kekeringan, banjir, dan lain-lain.Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

    peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam seperti kegagalan teknologi, epidemi, wabah

    penyakit, kejadian antariksa, dan lain-lain.Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan

    oleh manusia seperti misalkan konflik sosial yang terjadi di masyarakat.Kenyataannya

    bencana alam tidak dapat dipisahkan secara pasti dengan berbagai perbuatan manusia,

    karena suatu bencana terjadi karena ada ancaman yang bertemu dengan faktor manusia dan

    perilakunya.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    43/181

    41

    Modul II

    Manajemen Bencana

    1. MANAJEMEN BENCANA

    Penanggulangan bencana yang hanya fokus pada kegiatan paska bencana tidaklah

    mencukupi, dan hal tersebut hanyalah bersifat reaktif. Masyarakat akan terus menerus

    mengalami kerugian yang besar, dan kembali ke titik nol setiap setelah terjadinya bencana.

    Diperlukan paradigma penanggulangan bencana yang lebih bersifat proaktif, dimana fokus

    penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko sebelum terjadinya bencana.

    Manajemen bencana atau penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi

    aspek perencanaan penanganan dan penanggulangan bencana, sebelum, pada saat dan

    sesudah terjadinya bencana.

    Di dalam UU No. 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa penyelenggaraan penanggulangan

    bencana adalah rangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

    berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan

    rehabilitasi.

    Manajemen bencana diperlukan karena bencana perlu untuk dikelola.Tujuan utama

    manajemen bencana pada akhirnya adalah untuk mengurangi berbagai risiko yang mungkin

    terjadi apabila terjadi bencana. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, risiko dapat

    diturunkan dengan cara menghilangkan atau mengurangi ancaman, menghilangkan dan atau

    mengurangi kerentanan, dan meningkatkan kapasitas masyarakat.

    Beberapa alasan mengapa bencana perlu dikelola, antara lain:

    Bencana menyentuh suatu negara, pemerintah dan masyarakatnya

    Pemerintah bertanggung jawab melindungi masyarakat dari terkena bencana

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    44/181

    42

    Di pihak lain, pemerintah perlu dukungan dari masyarakat, sektor swasta, LSM,

    negara-negara sahabat

    Organisasi dan sumberdaya pemerintahan harus siap memikul beban-beban

    tambahan akibat bencana

    Diperlukan sistim pengelolaan bencana yang memadai, sesuai dengan tahapan-

    tahapan bencana.

    Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam menghadapi bencana secara

    terkoordinasi.

    Di dalam melakukan pengurangan risiko bencana sendiri terdapat beberapa prinsip yang

    dapat diikuti yaitu:

    Pengerahan sumber daya difokuskan pada kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan

    perencanaan

    Sinergi dengan berbagai komponen pemerintahan

    Pelibatan semua pemangku kepentingan

    Prioritas Penanggulangan Bencana

    Siklus Manajemen Bencana

    a. Fase Tanggap Darurat

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    45/181

    43

    Tanggap darurat atau emergency responseadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

    dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

    ditimbulkan. Tujuan dari tanggap darurat adalah:

    Memastikan keselamatan korban sebanyak mungkin dan menjaga kondisi

    mereka sebaik mungkin

    Menyediakan pelayanan dasar secepat mungkin bagi semua kelompok,

    terutama bagi mereka yang paling membutuhkan yaitu kelompok paling rentan

    baik dari sisi umur, jenis kelamin dan keadaan fisik

    Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan menggerakkan kembali

    aktivitas ekonomi yang paling mudah

    Melindungi dan membantu masyarakat sipil dalam menghadapi kekerasan yang

    mungkin terjadi di masa setelah terjadinya bencana

    Mencari solusi terbaik ketika di pengungsian

    Berbagai stakeholder yang terlibat di dalam Fase Tanggap Darurat ini adalah BPBD,

    TNI/Polri, PMI, Dinas Kesehatan, Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan lain-lain.

    Kegiatan tanggap darurat meliputi:

    a) Penyelamatan dan evakuasi korban (SAR)

    Di dalam kegiatan ini diupayakan berbagai pencarian dan penyelamatan korban, dimana

    korban hidup didahulukan sebelum korban meninggal.Setiap tipe bencana mempunyai

    Standard Operating Procedure (SOP), dan kegiatan penyelamatan dan evakuasi ini

    dilakukan oleh orang-orang terlatih.

    b) Pengurusan pengungsi (relief)

    Pemenuhan kebutuhan dasar

    Perlindungan

    Shelter

    Didalam kegiatan pengurusan pengungsi, diperlukan kajian cepat untuk menentukan

    jumlah korban dan pengungsi yang tentu saja akan menentukan jenis, volume, dan

    space yang akan dibutuhkan oleh pengungsi.

    Kajian Cepat

    Tujuan dari pengkajian cepat yaitu menyediakan gambaran situasi paska bencana yang

    jelas dan akurat.Pengkajian cepat ini harus responsif terhadap kebutuhan korban yang

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    46/181

    44

    beragam dari sisi umur, gender, keadaan fisik dan kebutuhan khususnya. Berbagai

    indikator yang digunakan dalam kajian cepat ini antara lain:

    Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka

    Tingkat kerusakan infrastruktur

    Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanan dasar

    Cakupan wilayah bencana

    Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon bencana tersebut

    Fase Pemulihan

    Fase pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat

    dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali

    kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Fase

    pemulihan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

    Rehabilitasi

    Rekonstruksi

    Fase pemulihan terjadi setelah fase tanggap darurat.Setelah fase tanggap darurat

    terjadi, dilanjutkan dengan fase pemulihan yang dimulai dengan rehabilitasi

    kemudian rekonstruksi.

    Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

    atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan

    sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

    pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Berbagai

    kegiatan rehabilitasi yaitu:

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    47/181

    45

    Pemulihan prasarana dan sarana (termasuk lifelines)

    Pemulihan fungsi pemerintahan

    Mendirikan pelayanan kesehatan lapangan

    Mendirikan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, seperti sekolah,

    tempat ibadah, dll.

    Membantu menumbuhkan kehidupan ekonomi.

    Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

    atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan

    sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

    pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Berbagai

    kegiatan rehabilitasi yaitu:

    Pemulihan prasarana dan sarana (termasuk lifelines)

    Pemulihan fungsi pemerintahan

    Mendirikan pelayanan kesehatan lapangan

    Mendirikan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, seperti sekolah,

    tempat ibadah, dll.

    Membantu menumbuhkan kehidupan ekonomi.

    Kegiatan rehabilitasi ini tentu memerlukan dukungan semua pihak, antara lain BPBD,

    Masyarakat, Pemerintah Daerah, Dinas PU, Dinas Kesehatan, LSM dan lain-lain

    Rekonstruksi merupakan upaya pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

    kelembagaan pada wilayah paska bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun

    masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan

    perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya

    peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah

    paska bencana. Rekonstruksi antara lain didukung oleh pihak BPBD, Pemerintah Daerah,

    Dinas PU, Dinas Perumahan dan Permukiman, LSM dan lain-lain. Berbagai kegiatan

    rekonstruksi yaitu:

    Memperbaiki, membangun kembali rumah yang terkena dampak bencana

    Relokasi daerah hunian ke lokasi aman (low risk)

    Memperbaiki, membangun kembali infrastrutur kritis dan jaringan vital

    kehidupan (lifelines) yang terkena dampak bencana.

    Fase Pembangunan

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    48/181

    46

    Di dalam fase pembangunan, difokuskan agar segala kegiatan penanggulangan

    bencana mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable

    Development).Fase Pembangunan adalah kegiatan yang berkelanjutan yang

    ditujukan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi dari

    suatu masyarakat.Dijelaskan bahwa setiap kegiatan pembangunan harus

    mempertimbangkan unsur pengurangan risiko bencana.Fase ini didukung oleh

    berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) pembangunan yang

    mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam program instansi masing-

    masing.

    Fase Pencegahan (Preventive)

    Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, pencegahan yaitu serangkaian kegiatan yang

    dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman

    bencana. Pencegahan menekankan pada ancaman-ancaman yang bisa dihilangkan

    sehingga bencana bisa dicegah. Upaya menghilangkan ancaman disebut sebagai

    upaya pencegahan . Pencegahan ini berlaku untuk komunitas maupun lingkungan

    binaan (built environment) termasuk didalamnya adalah infrastruktur dan fasilitas

    kritis.

    Fase Pencegahan memerlukan berbagai peran stakeholder antara lain BPBD,Masyarakat, Bappeda, Dinas Tata Kota, Dinas Perumahan dan Permukiman, dan lain

    lain.

    Berbagai kegiatan pencegahan yaitu:

    Standard keselamatan (safety standard) untuk industri

    Regulasi : Tata Ruang maupun Tata Guna Lahan

    Bangunan tahan gempa

    Fase Kesiapsiagaan (Preparedness)

    Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

    menganitisipasi bencana melalui pengorganisasi serta melalui langkah yang tepat

    guna dan berdaya guna. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, kesiapsiagaan adalah

    segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber

    daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Kemudian berdasarkan IFRC (2000),

    kesiapsiagaan adalah segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta

    mengenali berbagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan saat itu.Hal ini

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    49/181

    47

    bertujuan agar masyarakat memiliki persiapan yang lebih baik saat menghadapi

    bencana.Terakhir menurut UNISDR (2007), kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan

    kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, professional kebencanaan,

    komunitas dan individu untuk secara efektif mengantisipasi, merespon dan

    mengatasi kejadian bencana.

    Kegiatan kesiapsiagaan adalah langkah penting dalam penanggulangan

    bencana.Kegiatan kesiapsiagaan berfungsi sebagai rencana kontijensi (contingency

    plan).Rencana ini dibuat saat sebelum ancaman bencana terjadi, sebagai bentuk

    antisipatif apabila ancaman bahaya benar-benar muncul.

    Fase Kesiapsiagaan memerlukan banyak peran stakeholder, seperti tentu saja BPBD,

    Perguruan Tinggi, LSM, Dinas PU, Dinas Tata Kota, dan lain-lain

    Berbagai upaya kesiapsiagaan antara lain,

    Pengembangan Rencana Kontijensi

    Capacity Building

    Early warning termasuk pembuatan rute dan prosedur evakuasi

    Drill : Full Scale

    Kegiatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dikategorikan ke dalam 9

    aktivitas, yaitu:

    1. Pengukuran awal

    Pengukuran awal dapat dilakukan terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi

    risiko bencana, disertai pengumpulan data-data pendukung.

    2. Perencanaan

    Perencanaan adalah proses untuk memperjelas tujuan dan arah aktivitas

    kesiapsiagaan, kemudian mengidentifikasi tugas-tugas serta tanggung jawab secara

    lebih spesifik dari setiap stakeholder.

    3. Rencana Institusional

    Disini ditekankan kerjasama antar berbagai lembaga dalam kesiapsiagaan

    menghadapi bencana.Disini dihindarkan pembentukan struktur kelembagaan yang

    baru dalam penanggulangan bencana.

    4. Sistim Informasi

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    50/181

    48

    Sistim informasi mengkoordinasikan segala hal yang diperlukan misalkan dalam

    koordinasi peralatan, menyebarkan sistim peringatan, dan lain-lain.

    5. Pusat Sumber Daya

    Pusat sumber daya diperlukan untuk mendata berbagai barang dan jasa yangdibutuhkan dan tersedia terkait penanggulangan bencana.

    6. Sistim Peringatan

    Sistim peringatan memiliki peran penting dalam menyampaikan peringatan kepada

    masyarakat luas, sehingga harus dipertimbangkan berbagai cara yang efektif untuk

    menyampaikan peringatan tersebut

    7. Mekanisme Respon

    Respon yang mungkin muncul terhadap terjadinya bencana akan sangat banyak dandatang dari berbagai daerah sehingga harus dipersiapkan dengan baik.

    8. Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat

    Setiap masyarakat yang rentan dan rawan terkena ancaman bencana sebaiknya

    mempelajari banyak hal mengenai bencana

    9. Praktek

    Mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam rencana kesiapsiagaan,

    sehingga dapat diidentifikasi kesenjangan yang muncul dalam rencana kesiapsiagaantersebut.

    Fase Mitigasi (Mitigation)

    Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk

    mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran

    dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Bencana mempunyai

    dampak yang memungkinkan untuk dicegah, sedangkan untu dampak yang tidak

    memungkinkan untuk dicegah dapat dikurangi dengan cara mitigasi. Upaya

    mengurangi dampak atau ancaman tersebut disebut sebagai upaya mitigasi.Mitigasi

    berfokus pada pengurangan skala, besaran, intensitas dari sebuah ancaman, bukan

    menghilangkannya.Mitigasi dapat berupa tindakan struktural maupun non

    struktural. Stakeholder yang ikut berperan antara lain, BPBD, Dinas-Dinas Terkait,

    Perguruan Tinggi, dan lain sebagainya.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    51/181

    49

    2. METODE MANAJEMEN BENCANA

    Di dalam melakukan manajemen bencana terdapat berbagai metode yang digunakan

    demi mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana tersebut. Manajemen bencana

    dapat dilakukan dengan cara mengurangi kerentanan ataupun dengan cara peningkatan

    kapasitas masyarakat. Berbagai metode manajemen bencana dapat digunakan sebagai

    acuan atau referensi bagi program-program yang sejenis baik di tingkat nasional maupun

    di daerah. Metode atau model manajemen bencana juga dapat berfungsi sebagai

    gambaran penanganan dan manajemen bencana yang terintegrasi untuk mendukung

    pembangunan berkelanjutan yang lain di tingkat yang lebih tinggi.

    DRR Master Plan

    DRR Master Plan adalah alat bagi pemerintah setempat untuk menjalankan agenda DRR

    secara sistimatis, termasuk legalitas, kelembagaan, pembiayaan, sosial, dan

    teknisnya.Disaster Risk Management Master Plan merupakan model analitis yang

    mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana kedalam level kebijakan, strategi,

    dan aksi lokal. Disaster Risk Management Master Plan akan meningkatkan komunikasi

    untuk pengurangan risiko, kemudian disertai program-program peningkatan kapasitas,

    termasuk integrasi antar sentor, organisasi professional atau NGO dalam seitap

    manajemen bencana di perkotaan.

    Tujuan dari DRR Master Plan adalah untuk (1) mencapai kerangka hukum dan

    kelembagaan yang kuat untuk sistim manajemen risiko bencana yang efektif, dan (2)

    mengintegrasikan manajemen risiko bencana ke dalam pemerintahan, bisnis, dan

    perekonomian di daerah setempat.

    Rencana Penanggulangan Bencana

    Ada empat rencana dalam pengurangan risiko bencana yang mewakili fase atau siklus

    pengurangan risiko bencana yaitu :

    Rencana Penanggulangan Bencana

    Rencana Kontijensi

    Rencana Operasi Tanggap Darurat

    Rencana Pemulihan (Rehab dan Renkon)

    Untuk gambaran fase atau siklus dari setiap rencana di atas dapat dilihat pada gambar

    di bawah ini :

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    52/181

    50

    Rencana Penanggulangan Bencanamerupakan rencana umum dan menyeluruh yang

    meliputi seluruh tahapan/bidang kerja kebencanaan. Rencana Penanggulangan Bencana

    dilakukan pada tahap pra bencana dalam situasi tidak terjadi bencana

    Prinsip dari rencana ini antara lain :

    - Disusun pada kondisi normal

    - Bersifat Prakiraan umum

    - Cakupan kegiatan luas/umum meliputi semua tahapan/bidang kerja penanggulangan

    bencana

    - Dipergunakan untuk seluruh jenis ancaman bencana (multi hazard) pada tahapan

    pra, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.

    - Berisi program dan rencana dengan anggaran yang di plotkan selama lima tahun

    - Prioritas program atau kegiatan untuk jenis bencana di susun berdasarkan prioritas

    bencana yang dilakukan berdasarkan kajian dan partisipatif

    - Pelaku yang terlihat adalah semua pihak yang terkait

    - Waktu yang tersedia cukup banyak/panjang

    - Sumberdaya yang diperlukan masih berada pada tahap inventarisasi

    Rencana Kont ijensiadalah suatu suatu proses perencanaan ke depan terhadap keadaan

    yang tidak menentu untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam

    situasi darurat atau kritis dengan menyepakati scenario dan tujuan, menetapkan

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    53/181

    51

    tindakan teknis dan manajerial, serta tanggapan dan pengerahan yang telah disetujui

    bersama.

    Prinsip dari rencana ini antara lain :

    - Disusun sebelum kedaruratan/kejadian bencana

    - Sifat rencana terukur

    - Cakupan kegiatan spesifik, dititikberatkan pada kegiatan untuk menghadapi

    keadaan darurat

    - Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis ancaman (single hazard)

    - Pelaku yang terlibat hanya terbatas sesuai dengan jenis ancaman bencananya

    - Untuk keperluan jangka/kurun waktu tertentu

    -

    Sumberdaya yang dibutuhkan pada tahapan ini bersifat penyiapan

    Rencana Operasi Tanggap Daruratadalah suatu proses perencanaan tindakan operasi

    darurat bencana dengan menyepakati tujuan operasi, ketetapan tindakan teknis dan

    manajerial untuk penanganan darurat bencana, dan disusun berdasarkan berbagai

    masukan penanganan bencana termasuk rencana kontijensi dan informasi bencana

    untuk mencapai tujuan penanganan darurat bencana secara aman, efektif, dan

    akuntabel.

    Prinsip dari rencana ini antara lain :

    - Merupakan tindak lanjut atau penjelmaan dari rencana kontijensi, setelah

    melalui kaji cepat

    - Sifat rencana sangat spesifik

    - Cakupan kegiatan sangat spesifik, dititik beratkan pada kegiatan tanggap

    darurat

    - Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis bencana yang benar-benar telah terjadi

    -

    Pelaku yang terlibat hanya pihak-pihak yang benar-benar menanganikedaruratan

    - Untuk keperluan selama darurat (sejak kejadian bencana sampai dengan

    pemulihan darurat)

    - Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahap pengarahan/mobilisasi

    Rencana Pemulihan adalah rencana yang berisikan prosedur dan aktivitas pemulihan

    pasca bencana yang akan dilakukan dalam rangka normalisasi semua aspek kehidupan

    masyrakat pada wilayah terdampak bencana.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    54/181

    52

    Prinsip dari rencana ini antara lain :

    - Disusun pada tahapan pasca bencana

    - Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan

    - Cakupan kegiatan adalah pemulihan awal (early recovery), rehabilitasi dan

    rekonstruksi

    - Fokus kegiatan bisa lebih beragam (fisik, sosial, ekonomi, dll)

    - Pelaku hanya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemulihan awal,

    rehabilitasi dan rekonstruksi

    - Untuk keperluan jangka menengah/panjang, tergantung dari besar dan luasnya

    dampak bencana

    - Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahapan aplikasi/pelaksanaan kegiatan

    pembangunan jangka menengah/panjang

    - untuk

    Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB)

    Kejadian bencana akhir-akhir ini yang menerpa Indonesia mendorong Pemerintah untuk

    membuat suatu kerangka dalam sebuah manajemen bencana dari yang semula bersifat

    responsif dan kuratif ke arah upaya yang preventif. Di dalam Hyogo Framework telah

    dibahas mengenai lima prioritas aksi utama terhadap pentingnya pengarusutamaan

    pengurangan risiko bencana ke dalam sistim perencanaan pembangunan. Undang-

    Undang no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana lahir pasca peristiwa-

    peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia yang di dalam peraturan perundangan

    tersebut mengubah paradigma akan penangan bencana selama ini hanya ditangani oleh

    pemerintah secara terpusat menjadi penanganan bencana yang melibatkan seluruh

    pemangku kepentingan antar sektor yang terlibat.

  • 7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB

    55/181

    53

    Gambar ini menerangkan kedudukan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko

    Bencana di dalam dokumen perencanaan lain. RAN-PRB disusun atasbentuk komitmen

    dari Pemerintah Indonesia mengenai kesepakatan yang telah disepakati bersama di

    dunia internasional yang tertuang dalam Hyogo Framework for Action.

    Dokumen rencana aksi nasional ini diharapkan menjadi acuan bagi seluruh aksi untuk

    pengurangan dan penanggulangan bencana yang ada di Indonesia.RAN-PRB juga

    diharapkan dapat mendukung UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana,

    dimana salah satu komponen penanggulangan bencana adalah pengurangan risiko

    bencana.RAN-PRB juga diharapkan dapat mengubah paradigma penanganan bencana di

    Indonesia. Perubahan paradigma yang diharapkan tersebut antara lain (1) penanganan

    bencana yang tidak hanya menekankan pada tanggap darurat melainkan pada

    keseluruhan manajemen risiko, (2) perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh

    pemerintahmerupakan wujud dari hak asasi rakyat dan bukan semata-ma