modul sistem informasi manajemen pb
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
1/181
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
2/181
MODUL PELATIHAN
SITEM INFORMASI MANAJEMEN
BENCANA
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
3/181
Kata Pengantar
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, penyusunan modul pelatihan Manajemen Informasi
Bencana telah selesai dilaksanakan.
Saat ini wilayah NKRI sangat sering dilanda bencana, baik bencana alam maupun non-alam.
Upaya pengelolaan risiko bencana sangat perlu ditingkatkan. Untuk menghasilkan perencanaan
yang efisien dan optimal perlu didukung dengan ketersediaan data dan informasi yang benar
dan sah. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan standar dari penyusunan data informasi
bencana melalui BNPB berupa PerkaNo 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Data danInformasi Bencana Indonesia dan Perka No 8 Tahun 2011 Tentang Standarisasi Data
kebencanaan.
Modul ini memberikan gambaran tentang kondisi kebencanaan di Indonesia, pengelolaan
bencana, dan referensi hukum terkait dengan manajemen data dan informasi. Juga dilengkapi
dengan tatacara penilaian kerusakan bangunan yang disebabkan oleh bencana. Lebih jauhnya,
modul ini memuat tentang bagaimana menyajikan dan melaporkan data dan informasi bencana
untuk tingkat kecamatan dan desa.
Materi dalam modul ini telah diterapkan dalam Pelatihan Manajemen Informasi Bencana untuk
tingkat kecamatan dalam wilayah kerja IOM DRR Aceh, dengan melibatkan berbagai unsur
pemerintah, komunitas masyarakat, berbagai pemangku kepentingan lainnya di tingkat
kecamatan di dalam wilayah 13 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.
Diharapkan dengan kehadiran modul ini dapat menjadi media penyebaran pengetahuan dalam
melakukan pendataan dan penyajian informasi yang informative dan akurat baik di fase pra
bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
4/181
2
Akronim
APBD = AnggaranPendapatanBelanja Daerah
APBN = AnggaranPendapatanBelanja Nasional
BMKG = BadanMeteorologiKlimatologidanGeofisika
BNPB = Badan Nasional PenanggulanganBencana
BPBD = BadanPenanggulanganBencana Daerah
DIPA = DaftarIsianPelaksanaanAnggaran
DSS = Decision Support System
DVMBG = DirektoratVulkanologidanMitigasiBencanaGeologi
ENSO = El-Nino Southern Oscilation
GPS = Global Positioning System
GUI = Graphic User Interface
HIV = The human Imunodeficiency Virus
InaTEWS = Indonesia Tsunami Early Warning System
IFRC = International Federation Red Cross
ISPA = InfeksiSaluranPernafasanAtas
IOM = International for Migration
KAH = KerangkaAksi Hyogo
PB = PenanggulanganBencana
Perda = Peraturan Daerah
Perka = PeraturanKepala
Platnas = Platform Nasional
PP = PeraturanPemerintah
PTK = PelaksanaanTeknisKegiatan
Pusdalops = PusatPengendaliOperasi
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
5/181
3
RAN PB = RencanaAksi Nasional PenanggulanganBencana
RAD PB = RencanaAksi Daerah PenanggulanganBencana
Renkon = RencanaKontijensi
Renop = RencanaOperasi
RPB = RencanaPenanggulanganBencana
RPJP = Rencana Pembangunan JangkaPanjang
SARS = Severe Acute Respiratory Syndrome
SMS = Short Message Service
SOP = Standard Opertional Procedure
SPD = SistemPeringatan Dini
SSB = Single Side Band
TTX = Table Top Exercise
TRC = Tim ReaksiCepat
UNISDR = United Nations Office for Disaster Risk Reduction
UU = Undang-undang
USAID = United States Agency for International Development
VSAT = Very Small Aperture Terminal
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
6/181
4
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................ i
Daftar Isi .... ii
Modul IPengenalan Konsep Dasar Bencana dan Karakteristiknya .......................... 3
ModulIIManajemen Bencana ............................ 39
Modul IIIReferensi Hukum Manajemen Data dan Informasi
Bencana Indonesia ............................. 55
ModulIVPanduan Dasa rPenilaian Kerusakan Bangunan ............................... 56
Modul IVManajemenData dan Informasi Bencana............... 61
Lampiran.... 81
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
7/181
5
Pembukaan
1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya yang sangat tinggi.Potensi bahaya
tersebut tersebut antara lain adalah gempabumi, tsunami, banjir, letusan gunungapi, tanah
Iongsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, banjir bandang, dan lain-lain.Potensi
bahaya ini ada yang dapat diprediksi dan juga ada yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga
tidak memungkinkan dilakukannya upaya peringatan dini.
Pembelajaran yang sangat perlu diingat bahwa, kawasan yang rentan akan bencana perlu
merencanakan dan menyertakan manajemen pengurangan risiko bencana dalam kebijakan
wilayah baik di tingkat nasional maupun lokal. Perencanaan yang berbasis mitigasi bencana
lebih dapat mengurangi kerusakan dan jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.Pencegahan
jauh lebih murah dibandingkan dengan bantuan dan tanggap bencana.
Selain berbagai upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, yang tidak kalah
penting dilakukan adalah pengingkatan wawasan dan pengetahuan semua lapisan
masyarakat Indonesia untuk mengenal lingkungannya disertai dengan potensi ancaman dan
bencana yang dapat terjadi.Sehingga dapat dirumuskannya upaya pencegahan dan mitigasi
bencana sedini mungkin.
Modul ini merupakan salah satu sarana pemerintah dalam menebarkan dan meningkatkan
pengetahuan peserta dalam memahami bencana berdasarkan karakteristiknya masing-
masing yang disertai dengan sistim manajemen bencana di Indonesia saat ini.Penyiapan
modul ini didanai sepenuhnya oleh USAID dalam program pengurangan risiko bencana
Provinsi Aceh yang difasilitasi oleh IOM.
2. TUJUAN
Membuka cakrawala dan menumbuhkan kesadaran peserta terhadap berbagai
ancaman bencana di wilayah masing-masing untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan
mitigasi bencana
Menambah wawasan dan pengetahuan peserta terkait dengan manajemen risiko
bencana di Indonesia
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang standardisasi data kebencanaan
beserta produk hukum pemerintah yang berkaitan dengannya.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
8/181
6
3. SASARAN
Peserta yang akan dilibatkan dalam pelatihan Manajemen Informasi Bencana ini adalah
pegawai di tingkat kecamatan.
4. HASIL PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN
Adapun pembelajaran yang diharapkan dengan adanya pelatihan ini adalah:
Tumbuhnya kesadaran peserta terhadap berbagai ancaman bencana di wilayah masing-
masing untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana
Peserta mampu mengenali potensi ancaman dengan karakteristik masing-masing
bencana
Peserta mempunyai pengetahuan dasar mengenai sistim manajemen bencana yang
sudah/sedang diterapkan di wilayah Republik Indonesia
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
9/181
7
Modul I
Pengenalan Konsep Dasar
Bencana dan karakteristiknya
1. BENCANA DAN KARAKTERISTIKNYA
Definisi
Didalam UU No. 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Di dalam definisi tersebut tertulis bahwa bencana dimulai
karena ada sesuatu yang mengancam, baik dari faktor alam atau non alam, ataupun
manusia, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian, baik harta benda hingga jiwa manusia.
Ancaman merupakan suatu hal yang berbeda dibandingkan dengan bencana. Ancaman atau
dapat pula disebut bahaya akan disebut sebagai bencana apabila menimbulkan kerugian
baik dari korban jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan, dan berbagai dampak lainnya. Hal
lainnya yaitu bencana mungkin tidak terjadi apabila manusia mampu untuk menghadapi
ancaman yang menjadi pemicu terjadinya bencana.
Jenis Ancaman Bencana dan Karakteristiknya
Jenis bencana yang berbeda akan memiliki karakteristik yang berbeda. Terdapat indikator-
indikator dalam menilai karakteristik ancaman, yaitu:
Pemicu
Unsur-unsur yang mengancam
Tipe, kecepatan dan jarak ancaman
Tanda-tanda
Frekuensi
Periode
Durasi
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
10/181
8
Akibat kerusakan
Akar penyebab
Setiap tempat pun akan memiliki karakteristik ancaman/bahaya yang berbeda. Bahaya
gempa bumi di suatu daerah tentu berbeda dengan karakterisik ancaman/bahaya gempa
bumi di daerah lain. Pengidentifikasian dari bahaya menjadi sangat penting dalam
membantu masyarakat menentukan strategi penanggulangan bencana di daerahnya.
Berdasarkan jenisnya, bahaya/ancaman terbagi menjadi beberapa, yaitu:
Geo-Hazard(Ancaman Geofisik) : Gempa, tsunami, gunung api
Hydro-Climatic Hazard(Ancaman Hidroklimatis : Banjir, kebakaran hutan, el-nino
(kekeringan)
Biological Hazards(Ancaman Biologis) : HIV/Aids, Ebola, dan epidemic
Technological Hazard(Ancaman Teknologi : Industrial explosions, kebakaran,
polusi udara, waste exposure, kecelakaan nuklir, lumpur Lapindo
Social Hazards(Ancaman Sosial) : Kriminialitas/kekerasan, perang,
konflik, kemiskinan absolut, terorisme
Kemudian berdasarkan proses terjadinya, bahaya dibagi berdasarkan 3 yaitu:
Slow-onset hazard: ancaman yang terjadi perlahan-lahan, contoh: kekeringan,
kelaparan, letusan gunung api, banjir
Sudden onset hazard: ancaman yang terjadi secara tiba-tiba seperti: gempa, banjir
bandang, longsoran, tsunami, puting beliung. Ancaman ini terjadi tanpa peringatan
dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman
terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering kali seolaholah bencana terjadi secara
tibatiba sehingga masyarakat kurang siap menghadapinya, akibatnya timbul banyak
kerugian bahkan korban jiwa. Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu
kejadiannya dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan dan
kesiapan alat serta sumber daya manusia.
Pemahaman tentang ancaman bencana meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang
halhal sebagai berikut :
Bagaimana ancaman bahaya timbul.
Tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta seberapa besar skalanya
Mekanisme perusakan secara fisik.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
11/181
9
Sektor dan kegiatan kegiatan apa saja yang akan sangat terpengaruh atas
kejadian bencana.
Dampak dari kerusakan.
Berikut adalah deskripsi karakteristik dari sejumlah bencana yang sering terjadi di Indonesia :
a. Banjir
b. Tanah longsor
c. Kekeringan
d. Kebakaran hutan dan lahan
e. Angin badai
f. Gelombang badai/pasang
g. Gempa bumi
h. Tsunami
i. Letusan gunungapi
j. Kegagalan teknologi
k. Wabah penyakit
a. Banjir
Pengertian
Ada dua pengertian mengenai banjir :
- Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari
palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran
air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanahyang biasanya tidak dilewati aliran air.
- Banjir berjalan kearah hilir sistim sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air
dimuara akibat badai.
Untuk negara tropis, berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan tersebut dapat
dikategorikan dalam empat kategori:
Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran
sistim pengaliran air yang terdiri dari sistim sungai alamiah dan sistim drainase
buatan manusia.
Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang
laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti
bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat
runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
12/181
10
menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung
mengalir deras sebagai banjir bandang. Contoh kasus banjir bandang jenis ini
terjadi pada banjir di Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
PenyebabPada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga
sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistim saluran
drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi
air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistim pengaliran air
dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai
akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbatsampah serta hambatan lainnya.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan
peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistim aliran
menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya
erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistim pengaliran air
dan wadah air lainnya.
Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit
banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat
resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi
sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistim
pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.
Mekanisme Perusakan
Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak.
Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun tidak terlalu dalam dapat
menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa material tanah
yang halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan
semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu merusakan pondasi bangunan, pondasi
jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada
bangunanbangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan
menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan
diendapkan dan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan serta
timbulnya wabah penyakit.
Banjir bandang (flash flood) biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar
sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat, dapat mencapai ketinggian
lebih dari 12 meter (banjir Bahorok, 2003) limpasannya dapat membawa batu
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
13/181
11
besar/bongkahan dan pepohonan serta merusak/menghanyutkan apa saja yang dilewati
namun cepat surut kembali. Banjir semacam ini dapat menyebabkan jatuhnya korban
manusia (karena tidak sempat mengungsi) maupun kerugian harta benda yang besar dalam
waktu yang singkat.
Gejala dan Peringatan Dini
Datangnya banjir diawali dengan gejalagejala sebagai berikut :
Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan
datangnya bencana banjir di daerah rawan bencana banjir.
Tingginya pasang laut yang disertai badai mengindikasikan akan datangnya bencana
banjir beberapa jam kemudian terutama untuk daerah yang dipengaruhi pasang
surut.Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau dilampuinya ketinggian muka
banjir tertentu yang disebut muka banjir/air siaga. Upaya evakuasi akan efektif jika
dilengkapai dengan sistim monitoring dan peringatan yang memadai.
Sistim peringatan dini dengan menggunakan sistim telemetri pada umumnya kurang
berhasil, karena keterbatasan dana untuk pemeliharaan alat dan tidak mencukupinya
jumlah tenaga dan kemampuannya. Namun peringatan dini dapat dilaksanakan dengan
cara yang sederhana yaitu dengan pembacaan papan duga muka air secara manual yang
harus dilaksanakan pada segala kondisi cuaca (termasuk ditengah hujan lebat), dan
mengkomunikasikan perkembangan pembacaan peningkatan muka air melalui radio atau
alat komunikasi yang ada. Kelemahan dari sistem peringatan dini yang ada sekarang ini
adalah pada penyebaran luasan berita peringatan dini kepada masyarakat yang dapat
terkena banjir pada tingkat desa.Biasanya staf dari instansi yang bertanggung jawab
menerima berita dengan tepat waktu, namun masyarakat yang terkena dampak
menerimaperingatan hanya pada saatsaat terakhir. Penyiapan dan distribusi peta rawan
banjir akan membuat masyarakat menyadari bahwa mereka hidup di daerah rawan
banjir. Ramalan banjir dan sistim peringatan dini yang dipadukan dengan peta rawan
banjir dan rencana evakuasi hendaknya dikomunikasikan kepada masyarakat yang
berisiko terkena banjir sebagai upaya kewaspadaan/siaga, namun informasi yang aktual
hendaknya disebarkan secara cepat melalui stasiunstasiun radio setempat, telpon dan
pesan singkat (SMS).
Komponen yang Terancam
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
14/181
12
Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik
milik perorangan maupun milik umum yang dapat mengganggu dan bahkan
melumpuhkan kegiatan sosialekonomi penduduk. Uraian rinci tentang korban manusia
dan kerusakan pada harta benda dan prasarana umum diuraikan sebagai berikut :
1). Manusia
Jumlah penduduk yang meninggal dunia.
Jumlah penduduk yang hilang.
Jumlah penduduk yang lukaluka.
Jumlah penduduk yang mengungsi.
2). Prasarana Umum
Prasarana transportasi yang tergenang, rusak dan hanyut, diantaranya: jalan,
jembatan dan bangunan lainnya; jalan KA, setasiun KA, terminal bus, jalan akses
dan kompleks pelabuhan.
Fasilitas sosial yang tergenang, rusak dan hanyut diantaranya: sekolah, rumah
ibadah, pasar, gedung pertemuan, Puskemas, Rumah Sakit, Kantor Pos, dan
fasilitas sosial lainnya.
Fasilitas pemerintahan, industrijasa, dan fasilitas strategis lainnya: kantor
instansi pemerintah, kompleks industri, kompleks perdagangan, instalasi listrik,
pembangkit listrik, jaringan distribusi gas, instalasi telekomunikasi yang
tergenang, rusak dan hanyut serta dampaknya, misal berapa lama
fasilitasfasilitas terganggu sehingga tidak dapat memberikan layanannya.
Prasarana pertanian dan perikanan: sawah beririgasi dan sawah tadah hujan yang
tergenang dan puso (penurunan atau kehilangan produksi), tambak, perkebunan,
ladang, gudang pangan dan peralatan pertanian dan perikanan yang tergenang
(tergenang lebih dari tiga hari dikategorikan rusak) dan rusak (terjadi penurunanatau kehilangan produksi) karena banjir.
Prasarana pengairan: bendungan, bendung, tanggul, jaringan irigasi, jaringan
drainase, pintu air, stasion pompa, dan sebagainya.
3). Harta Benda Perorangan
Rumah tinggal yang tergenang, rusak dan hanyut.
Harta benda (aset) diantaranya modalbarang produksi dan perdagangan, mobil,
perabotan rumah tangga, dan lainnya yang tergenang, rusak dan hilang.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
15/181
13
Sarana pertanianpeternakanperikanan: peternakan unggas, peternak hewan
berkaki empat, dan ternaknya yang mati dan hilang. Perahu, dermaga dan sarana
perikanan yang rusak dan hilang.
b. Tanah Longsor
Pengertian
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.Jenis longsoran translasi dan
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban jiwa manusiaadalah aliran bahan rombakan.
Longsoran Translasi, Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Longsoran Rotasi, Longsoranrotasi adalah bergeraknya massatanah dan batuan padabidanggelincir berbentuk cekung.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
16/181
14
Pergerakan Blok, Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu
Runtuhan Batu, Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lainbergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
17/181
15
hingga menggantung terutama di daerah pantai.Batubatu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
Rayapan Tanah, Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus.Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat
dikenali.Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan
tiangtiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
Aliran Bahan Rombakan, Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya.Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti
di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korbancukup banyak.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
18/181
16
Penyebab
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun
lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa :
Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng
Proses pemicu longsoran
Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan
lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata
air pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena
kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum
akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu.
Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng:
Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif
gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
Batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng cukup tinggi memiliki potensi untuk
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
19/181
17
rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan
pecah ketika hawa terlalu panas.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal itu mengakibatkan munculnya poripori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Padalahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanahdan membuat tanah menjadi lembek
dan jenuh dengan air sehinggamudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladanganpenyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat
menembusbidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di
daerahlongsoran lama.
Proses pemicu longsoran dapat berupa:
Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang
merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butirbutir
tanah untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh
meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah ke dalam
lereng
Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran
alat/kendaraan. Gempabumi pada tanah pasir dengan kandungan air sering
mengakibatkan liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser dan daya
dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).
Peningkatan beban yang melampau daya dukung tanah atau kuat geser tanah.
Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun
pohonpohon yang terlalu rimbun dan rapat yang ditanam pada lereng lebih
curam dari 40 derajat.
Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng
kehilangan gaya penyangga.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
20/181
18
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau/waduk dapat menurunkan gaya
penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang
biasanya diikuti oleh retakan.
Mekanisme Perusakan
Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel baik akibat
gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran.Gerakan
tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan
tidak dapat digunakan.Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan
terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah.Runtuhan lereng yang
tiba tiba dapat menyeret permukiman turun jauh di bawah lereng.
Runtuhan batuan (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat menerjang
bangunan bangunan atau permukiman di bawahnya.Aliran butiran (debris flow)
dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur
bangunan permukiman, menutup aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan
menutup jalan. Liquefaction adalah proses terpisahnya air didalam poripori tanah
akibat getaran sehingga tanah kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada
diatasnya sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal.
Gejala dan Peringatan dini
Muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi
bangunan, yang biasa terjadi setelah hujan.
Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan.
Tibatiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka, kemungkinan akibat
deformasi bangungan yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.
Tibatiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.
Komponen yang Terancam
Permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang
lunak,atau dekat tebing sungai.
Permukiman yang yang dibangun di bawah lereng yang terjal.
Permukiman yang dibangun di mulut sungai yang berasal daripegunungan
diatasnya (dekat dengan pegunungan/perbukitan), rawanterhadap banjir
bandang.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
21/181
19
Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan.
Bangunan tembok.
Bangunan dengan fondasi yang lemah.
Struktur bangunan dengan fondasi tidak menyatu.
Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa kabel.
c. Kekeringan
Pengertian
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air
baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Untuk memudahkan dalam memahami masalah kekeringan, berikut diuraikan klasifikasi
kekeringan yang terjadi secara alamiah dan atau ulah manusia, sebagai berikut:
1). Kekeringan Alamiah
Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah
normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan
indikasi pertama adanya kekeringan.
Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan
dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai,
waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai
berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau
dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi
awal adanya kekeringan.
Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas.
Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.
Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana pasokan komoditi
ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan
meteorologi, hidrologi, dan pertanian.
2). Kekeringan Antropogenik.
Kekeringan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan terjadi karena:
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
22/181
20
Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan
pengguna terhadap pola tanam/penggunaan air.
Kerusakan kawasan tangkapan air, sumbersumber air akibat perbuatan
manusia.
Penyebab
Dari data historis, kekeringan di Indonesia sangat berkaitan erat denganfenomena ENSO
(ElNino Southern Oscillation).Pengamatan dari tahun1844, dari 43 kejadian kekeringan
di Indonesia, hanya enam kejadian yangtidak berkaitan dengan kejadian ElNino.Namun
demikian dampak kejadianElNino terhadap keragaman hujan di Indonesia beragam
menurut lokasi.Pengaruh ElNino kuat pada wilayah yang pengaruh sistim monsoon
kuat,lemah pada wilayah yang pengaruh sistim equatorial kuat, dan tidak jelaspada
wilayah yang pengaruh lokal kuat.Pengaruh ElNino lebih kuat padamusim kemarau dari
pada musim hujan. Pengaruh ElNino pada keragamanhujan memiliki beberapa pola:
akhir musim kemarau mundur dari normal,
awal masuk musim hujan mundur dari normal,
curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal,
deret hari kering semakin panjang, khususnya di daerah Indonesia bagian timur.
Mekanisme Perusakan
Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewanbaik
langsung maupun tidak langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonanakan mati dan
tanah menjadi gundul yang pada saat musim hujan menjadimudah tererosi dan banjir.
Dampak dari bahaya kekeringan ini seringkalisecara gradual/lambat, sehingga jika tidak
dimonitor secara terus menerusakan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan
pangan akibattanaman pangan dan ternak mati, petani kehilangan mata
pencaharian,banyak orang kelaparan dan mati, sehingga berdampak urbanisasi.
Gejala Terjadinya Kekeringan
Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal
dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi
pertama adanya kekeringan.
Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
23/181
21
sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai
berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi
muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis
bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada phase tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan
tanaman menjadi rusak/mengering.
Komponen Yang Terancam Bencana
1). Komponen Sosial:
Kekurangan pangan (menurunnya tingkat nutrisi, malnutrisi, kelaparan) ;
Kehilangan nyawa ;
Keamanan publik dari kebakaran hutan dan lahan peternakan/padang rumput ;
Konflik antar pengguna air ;
Penurunan kesehatan yang terkait dengan masalah debit air rendah (hilangnya
aliran penggelontor untuk limbah, bertambahnya konsentrasi polusi, dll) ;
Ketidaksamaan atas distribusi dampak kekeringan/pertolongannya ;
Menurunnya kondisi kehidupan di daerah perdesaan ;
Bertambahnya kemiskinan ;
Menurunnya kualitas hidup ;
Ketegangan/kerusuhan sosial ;
Migrasi penduduk (dari perdesaan ke perkotaan).
2). Komponen Ekonomi:
- Kehilangan dari produksi tanaman.
Kehilangan produksi tahunan dan tanaman perennial,
Kerusakan pada kualitas tanaman.
Penyebaran/berkembangbiaknya serangga.
Penyakit tanaman.
Kerusakan yang diakibatkan oleh stawa liar kepada tanaman.
- Kehilangan produksi peternakan dan produksi susu sapi.
Berkurangnya produktivitas lahan peternakan.
Berkurangnya cadangan ternak.
Berkurangnya/pembatasan tanahtanah publik untuk padangrumput.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
24/181
22
Mahalnya/ketidaktersediaan pakan ternak.
Tingginya angka kematian ternak.
Bertambahnya predator.
Kebakaran dalam daerah peternakan.
- Kehilangan produksi kayu.
Kebakaran hutan.
Penyakit pada pepohonan.
Berkembangnya serangga.
Penurunan produksi lahan hutan.
- Kehilangan produksi perikanan air tawar
Rusaknya habitat ikan air tawar.
Kehilangan ikanikan kecil karena berkurangnya aliran.
-Menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional, menjadi hambatan dari
perkembangan ekonomi.
-Kehilangan pendapatan untuk petani dan usahausaha lainnya yang terkena dampak.
-Kehilangan dari usahausaha pariwisata.
-Kehilangan pada produser dan penjual peralatan pariwisata.
-Bertambahnya kebutuhan energi dan pengurangan pasokan energy karena
pengurangan pembangkitan listrik yang terkait dengan kekeringan.
-Biaya pengganti energi listrik tenaga air yang lebih mahal yang berasal dari energi
minyak untuk industri dan pelanggan.
3). Komponen Lingkungan:
- Kerusakan pada spesies binatang
Habitat satwa liar.
Berkurangnya pakan dan air minum.
Penyakit.
Bertambahnya kerentanan atas predator (dari spesies yangberkosentrasi di
air).
- Erosi tanah yang berasal dari air dan angin.
- Kerusakan pada spesies ikan air tawar.
- Kerusakan pada spesies tumbuhan.
- Dampak atas kualitas air (meningkatnya kadar salinitas air).
- Dampaknya atas kualitas udara (debu, polutan).
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
25/181
23
- Kualitas visual dan landscape/panorama (debu, tumbuhan penutup).
d. Kebakaran Hutan dan Lahan
Pengertian
Kebakaran hutan dan lahan, adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan
dalam menunjang kehidupanan yang berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api
yang tidak terkendali maupun faktor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan.
Penyebab
Aktivitas manusia yang menggunakan api di kawasan hutan dan lahan,sehingga
menyebabkan bencana kebakaran.
Faktor alam yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik bakar yang rendah sertahutan yang
terdegradasi menyebabkan semakin rentan terhadap bahayakebakaran.
Angin yang cukup besar dapat memicu dan mempercepat menjalarnyaapi.
Topografi yang terjal semakin mempercepat merembetnya api daribawah ke
atas.
Mekanisme Perusakan
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor manusia
yang sengaja melakukan pembakaran dalam rangka penyiapan lahan.Disamping itu juga
bisa terjadi kebakaran akibat kelalaian, serta karena faktor alam.Kebakaran terjadi
karena adanya bahan bakar, oksigen dan panas. Kerusakan lingkungan akibat kebakaran
antara lain berupa hilangnya flora dan fauna serta terganggunya ekosistim. Bahkan
dapat menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana, permukiman serta korban jiwa
manusia. Dampak lebih lanjut akibat asap yang ditimbulkan dapat berpengaruh pada
kesehatan manusia terutama gangguan pernafasan serta gangguan aktivitas kehidupan
sehari hari, antara lain terganggunya lalulintas udara, air dan darat.
Gejala dan Peringatan Dini
Adanya aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan.
Ditandai dengan adanya tumbuhan yang meranggas.
Kelembaban udara rendah.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
26/181
24
Kekeringan akibat musim kemarau yang panjang.
Peralihan musim menuju kemarau.
Meningkatnya migrasi satwa keluar habitatnya.
Komponen yang Terancam
Kerusakan ekologis yang mempengaruhi sistim penunjang kehidupan.
Hilangnya potensi kekayaan hutan.
Tanah yang terbuka akibat hilangnya tanaman sangat rentan terhadap erosi
pada saat musim hujan sehingga akan menyebabkan longsor di daerah hulu dan
banjir di daerah hilir.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat untuk daerah yang luas disekitar
daerah kebakaran.
Turunnya pendapatan pemerintah dan masyarakat akibat terganggunya
transportasi dan aktivitas ekonomi.
Musnahnya aset negara dan sarana, prasarana vital.
e. Cuaca Ekstrim (Angin Badai)
Pengertian
Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerahdaerah
yang sangat dekat dengan khatulistiwa.
Penyebab
Angin kencang ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistim cuaca.Angin
paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnyaberpusar dengan radius
ratusan kilometer di sekitar daerah sistim tekananrendah yang ekstrem.Sistim pusaran
ini bergerak dengan kecepatan sekitar20 km/jam. Di Indonesia, angin ini dikenal sebagai
badai, di Samudra Pasifiksebagai angin taifun (typhoon), di Samudra Hindia disebut
siklon (cyclone),dan di Amerika dinamakan hurricane.
Mekanisme Perusakan
Tekanan dan hisapan dari tenaga angin meniup selama beberapa jam.Tenaga angin yang
kuat dapat merobohkan bangunan.Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan
bagian yang non struktural seperti atap, antena, papan reklame, dan sebagainya.Badai
yang terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal tenggelam.Kebanyakan angin
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
27/181
25
badai disertai dengan hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti
tanah longsor dan banjir.
Gejala dan Peringatan dini
Badai tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi sebagian besar badai tersebut
terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jam atau hari yang dapat diikuti melalui
satelit cuaca. Monitoring dengan menggunakan satelit ini dapat untuk mengetahui arah
dari serangan angin badai sehingga cukup waktu untuk memberikan peringatan
dini.Meskipun demikian perubahan sistim cuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat
prediksi secara cepat dan akurat.
Komponen yang Terancam
Struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu
Bangunan bangunan sementara atau semi permanen
Atap bangunan
Material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan
utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya.
Pohon, pagar serta tanda tanda lalulintas dan papan reklame
Tiang-tiang kabel listrik yang tinggi
Kapalkapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang
terletak disekitar pantai
f. Gempabumi
Pengertian
Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan
gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita
akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi
dan patahan aktif.
Gempabumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tibatiba.
Penyebab
Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
28/181
26
Aktivitas sesar dipermukaan bumi
Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah
Aktivitas gunungapi
Ledakan Nuklir
Mekanisme Perusakan
Energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi.Di permukaan bumi, getaran
tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan sehingga
dapat menimbulkan korban jiwa.Getaran gempa ini juga dapat memicu terjadinya tanah
longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang merusakkan permukiman
disekitarnya.
Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa kebakaran,
kecelakaan industri dan transportasi dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan dan
tanggul tanggul penahan lainnya.
Gejala dan Peringatan dini
Kejadian mendadak
Belum ada metode untuk pendugaan secara akurat
Komponen yang Terancam
Perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni.
Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan tembok
tanpa perkuatan.
Bangunan dengan atap yang berat.
Bangunan tua dengan dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah.
Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak.
Bangunan diatas lereng yang lemah/tidak stabil.
Infrastruktur diatas tanah atau timbunan.
Bangunan Industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.
g. Tsunami
Pengertian
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
29/181
27
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang
sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Pelabuhan.
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.Gangguan impulsive tersebut bisa
berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gambar di bawah menunjukan ilustrasi kejadian Tsunami akibat patahan.
Penyebab
Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami :
Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang
sangat besar di bawah air (laut/danau).
Tanah longsor di bawah tubuh air/laut.
Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.
Mekanisme Perusakan
Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut semakin
besar kedalam laut maka kecepatan tsunami semakin besar.Selama penjalaran dari
tengah laut (pusat terbentuknya Tsunami) menuju pantai, kecepatan semakin berkurang
karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal.Akibatnya tinggi gelombang
dipantai menjadi semakin besar karena adanya penumpukan masa air akibat dari
penurunan kecepatan.Ketika mencapai pantai, kecepatan tsunami yang naik ke daratan
(runup) berkurang menjadi sekitar 25 100 Km/jam.Gelombang yang berkecepatan
tinggi ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai dan kembalinya air ke laut
setelah mencapai puncak gelombang (rundown) bisa menyeret segala sesuatu
kelaut.Dataran rendahpun dapat menjadi tergenang membentuk lautan baru.Tsunami
dapat merobohkan bangunan-bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
30/181
28
jaringan listrik, jaringan telepon dan infrastruktur lainnya.Sarana air bersih, lahan
pertanian dan kesuburan tanah pun terganggu karena terkontaminasi air laut.
Gejala dan Peringatan Dini
Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang
sangat kuat
Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan
gempabumi besar dan susut laut.
Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi sebagai sumber
tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang
gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami.
Metode untuk pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit
setelah terjadinya gempabumi besar di bawah laut.
Komponen yang Terancam
Struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu
Bangunan bangunan sementara atau semi permanen.
Bangunanbangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai.
Material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan
utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya.
Bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik dan air bersih.
Kapal-kapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang
terletak disekitar pantai.
Jembatan dan jalan di daerah dataran pantai.
Sawah, ladang, tambak, kolam budidaya perikanan.
h. Letusan Gunungapi
Pengertian
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang
dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan
(magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
31/181
29
Penampang suatu gunungapi dan bagianbagiannya.
Penyebab
Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas
Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/ kulit bumi
Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan
energi
Mekanisme Perusakan
Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya
utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder).Kedua jenis bahaya tersebut
masingmasing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
1). Bahaya Utama (primer)
Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi adalah bahaya
yang langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya tersebut
adalah awanpanas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava
(lava flow), dan gas beracun.
Awanpanasadalahcampuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran)
terdorong kebawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh
menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng.Selain
suhunya sangat tinggi, antara 300 700o
C, kecepatan luncurnyapun sangat tinggi, > 70
km per jam (tergantung kemiringan lereng).
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
32/181
30
Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung.Jauhnya
lontaran sangat bergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter
jauhnya.Selain suhunya tinggi (> 200oC), ukurannyapun besar (garis tengah >10 cm)
sehingga dapat membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan makhluk hidup. Lazim
juga disebut sebagai bom vulkanik
Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunungapi sedang berlangsung.Material yang
berukuran halus (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu,
arahnya tergantung arah angin. Karena ukurannya halus, maka berbahaya bagi
pernafasan, mata, dapat mencemari air tanah, merusak tetumbuhan (terutama daun),
korosif pada atap seng karena mengandung unsurunsur kimia yang bersifat asam serta
pesawat terbang (terutama yang bermesin jet).
Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental)dan
bersuhu tinggi, antara 700 1200oC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir
mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut
sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang
dilaluinya menjadi ladang batu.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
33/181
31
Gas racunyang muncul dari gunungapi tidak selalu didahului oleh letusan, tetapi dapat
keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali
oleh letusan.Gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan gunungapi adalah CO2,
H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang paling kerap dan sering menjadi penyebab kematianadalah
CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dari udara sehinggacenderung menyelinap di dasar
lembah atau cekungan terutama bilamalam hari, cuaca kabut atau tidak berangin,
karena dalam suasanatersebut konsentrasinya akan bertambah besar. Gunung
Tangkuban Perahu,Gunung Dieng, Gunung Ciremei, dan Gunung Papandayan terkenal
memilikikarakteristik letusan gas dan sering meminta korban karenakeberadaan gas
yang dikandungnya dan dikenal memiliki LembahMaut.
Tsunami atau gelombang pasang akibat letusan gunungapi bisa terjaditetapi padaumumnya pada gunungapi pulau.Ketika terjadi letusanmaterialnya masuk ke dalam laut
dan mendorong air laut ke arahpantai dan menimbulkan gelombang pasang.Makin besar
volumematerial letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat,contoh kasus
Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
2). Bahaya Ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setelahproses peletusan
berlangsung.Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan materialdalam
berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saatmusim hujan tiba sebagian
material tersebut akan terbawa oleh airhujan dan tercipta adonan lumpur turun ke
lembah sebagai banjirbebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Gejala dan Peringatan Dini
1). Status Kegiatan Gunungapi
- AktifNormal (level 1)
Kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun denganinstrumentasi tidak ada gejala
perubahan kegiatan
- Waspada (level 2)
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulaiterdeteksi gejala
perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempavulkanik, suhu kawah
(solfatara/fumarola) meningkat dari nilainormal
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
34/181
32
- Siaga (level 3)
Kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual danseismik berlanjut
didukung dengan data dari instrumentasilainnya
- Awal (level 4)
Semua data menunjukkan bahwa letusan utama segeramenjelang. Letusanletusan
asap/abu sudah mulai terjadi
2). Mekanisme Pelaporan
- AktifNormal
Setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari Pos PGAke Kantor DVMBG
melalui radio SSB.Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat Gunungapi keKantor
DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan PemKab
- Waspada
Selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporanmingguan disampaikan
kepada Kepala Badan Geologi
- Siaga dan Awas
Tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan
kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi,
Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
35/181
33
Komponen yang Terancam
Mahluk hidup dan harta benda yang ada disekitar pusat letusan atau kawasan
rawan bencana
Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan
Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan abu
(mengandung sulfur)
Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah terbakar
lainnya
Sumber air minum (terutama yang terbuka) mudah tercemar oleh debu
gunungapi
Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu
Tamanan rusak menimbulkan gagal panen, cadangan pangan terganggu
Material letusan, terutama abu dapat mengakibatkan gangguan pernapasan
(ISPA) dan sakit mata
i. Kegagalan Tekhnologi
Pengertian
Semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian,
kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan atau industri.
Penyebab
Kebakaran.
Kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik.
Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik.
Kerusakan komponen.
Kebocoran reaktor nuklir.
Kecelakaan transportasi (darat, laut dan udara).
Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan.
Dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor, dsb).
Mekanisme Perusakan
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
36/181
34
Mekanisme Perusakan Ledakan menyebabkan korban jiwa, lukaluka dan kerusakan
bangunan dan infrastruktur. Kecelakaan transportasi membunuh dan melukai
penumpang
dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan pencemaran. Kebakaran pada
industri dapat menimbulkan suhu yang sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan pada
daerah yang luas. Zatzat pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan dapat
menyebar pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara,
sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persedian pangan, sehingga
menyebabkan daerah tersebut tidak dapat dihuni, satwa akan binasa, dan sistim ekologi
terganggu. Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam
kestabilan ekologi secara global.
Gejala dan Peringatan Dini
Kejadian sangat cepat (dalam hitungan menit atau jam) dan secara tiba tiba.
Desain pabrik/Industri harus dilengkapi dengan sistim monitoring dan sistim
peringatan akan bahaya kebakaran, kerusakan komponen/peralatan dan
terjadinya kondisi bahaya lainnya.
Pelepasan bahanbahan pencemar yang berbahaya pada umumnya tidak terlalu
cepat sehingga masih memungkinkan untuk memberikan peringatan dan
evakuasi pekerja pabrik dan masyarakat disekitarnya.
Ledakan pabrik dalam beberapa kasus dapat diantisipasi.
Komponen yang Terancam
Pabrik atau kendaraan pabrik maupun pegawai.
Penumpang atau penduduk serta bangunan di sekitarnya.
Cadangan pangan/tanaman pertanian , sumber air, flora dan fauna, di daerah
sekitarnya (dapat mencapai ratusan kilometer dalam kasus seperti radioaktifserta polutan yang tersebar dari udara).
j. Wabah Penyakit
Pengertian
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Penyebab
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
37/181
35
Secara umum penyebab wabah dikelompokkan sebagai berikut:
Toksin ( kimia& biologi).
Infeksi (virus, bakteri, protozoa dan cacing).
Mekanisme Perusakan
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang sangat
luas meliputi:
Jumlah pesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat menyerang
masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, bahkan sangat dimungkinkan
wabah akan menyerang lintas negara bahkan lintas benua.
Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan, maka
jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam, khususnya wabah penyakit
menular yang masih relatif baru seperti Flu Burung dan SARS.
Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada
merosotnya roda ekonomi, sebagai contoh apabila wabah flu burung benar
terjadi maka triliunan aset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat
merosotnya kunjungan wisata karena adanya travel warning dari beberapa
negara maka akan melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat
yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh
pihakpihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil.
Gejala dan Peringatan dini
Wabah terjadi akan diawali dalam skala kecil baik jumlah kasus, kematian maupun
daerah yang terserang.
Bila kondisi awal ini tidak dapat segera diatasi maka akibat yang lebih luas
akan segera terjadi, misalnya banyaknya penduduk yang terserang, jumlahkematian, lumpuhnya sistim pelayanan umum termasuk pelayanan bidang
kesehatan.
Akan timbul kepanikan masyarakat yang sangat luas dan ini dapat
menimbulkan ancaman bagi stabilitas suatu negara.
Komponen yang Terancam
Secara umum dampak dari wabah penyakit ini tidak mengancam sarana dan
prasarana, tetapi hanya menyebabkan kerusakan/kerugian berupa korban manusia.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
38/181
36
2. KONSEP BENCANA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bencana terjadi ketika terdapat ancaman/bahaya
yang bertemu dengan faktor manusia.Faktor manusia sendiri terbagi menjadi kondisi rentan,
dan kapasitas masyarakat.Ancaman atau bahaya merupakan suatu kondisi yang memiliki
potensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia.Ancaman
berpotensi menimbulkan bencana, namun tidak semua ancaman atau bahaya selalu menjadi
bencana.Setiap bencana menghasilkan dampak yang selanjutnya disebut risiko bencana.
Rumusan risiko bencana :
di mana :
R = Risiko Bencana (risk)
H = Ancaman (hazard)
V = Kerentanan (vulnerability)
C = Kapasitas (capacity)
Secara skematis, hubungan antara ancaman, kerentanan, risiko dan kejadian bencana dapat
digambarkan sebagai berikut:
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
39/181
37
Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan
masyarakat. Risiko merupakan hubungan antara ancaman atau bahaya dengan kerentanan
dan juga kapasitas.Risiko bencana dapat berkurang, apabila kapasitas ditingkatkan atau
kerentanan dikurangi, sedangkan risiko bencana dapat meningkat apabila kerentanan
semakin tinggi dan kapasitas semakin rendah. Hal lainnya yaitu, risiko bencana dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan cara mengurangi atau menghilangkan ancaman/bahaya
sebagai pemicu awal terjadinya bencana sendiri. Risiko mengandung makna probabilitas
terjadinya kematian atau korban manusia dan kerugian materi yang diakibatkan oleh suatu
bencana alam tertentu.
Kerentananmerupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan
masyarakat dalam menghadapi bahaya.Kerentanan dapat terjadi karena banyak hal, seperti
misalkan lokasi yang berdekatan dengan ancaman bencana, ketidakpedulian terhadap
ancaman bencana, dan masih banyak hal lainnya.Kerentanan yang berada di daerah urban
dan rural dapat berbeda.Di daerah urban, kerentanan penduduk dapat terjadi karena
padatnya perumahan penduduk, daya dukung lingkungan yang rendah, dan lainnya.Di
daerah rural kerentanan penduduk dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan, atau
kurangnya akses, dan lain-lain.
Kapasitasadalah penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki masyarakat yang
memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah,
menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
Kapasitas dapat melingkupi pencegahan terhadap terjadinya ancaman atau mengurangi
kekuatan/volume ancaman, ataupun mengurangi kerentanan terhadap ancaman itu sendiri.
Kapasitas dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kapasitas di daerah
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
40/181
38
urban misalkan kondisi infrastrukturyang lebih baik dibandingkan daerah rural.Sedangkan di
daerah rural misalkan modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan daerah urban.
Gambaran kapasitas dan kerentanan yang berada di desa dan kota dapat di lihat pada
gambar berikut:
Risiko sebagai bentuk hasil dari pertemuan adanya ancaman/bahaya dengan kapasitas dan
kerentanan merupakan sebuah sistim tersendiri yang harus diperhatikan. Apa yang dimiliki
alam, baik dari segi potensi ataupun bahaya akan memiliki zona konflik risiko tersendiri
ketika bertemu dengan manusia yang hidup dengan berbagai aktivitas di dalamnya, seperti
terlihat pada gambar berikut ini :
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
41/181
39
Risiko bencana pada suatu daerah bergantung kepada banyak faktor, contohnya adalah:
Alam/Geografi/Geologi (Kemungkinan terjadinya fenomena)
Kerentanan masyarakat yang terpapar terhadap fenomena (karakteristik dan
banyaknya)
Kerentanan fisik daerah (kondisi, karakteristik dan banyaknya bangunan)
Konteks strategis daerahKesiapan masyarakat setempat untuk tanggap darurat
Koordinasi antar masyarakat dengan pemerintah setempat
Dll.
Pandangan mengenai Bencana dari Berbagai Sudut Ilmu
Terdapat beberapa pandangan mengenai bencana, yaitu :
Pandangan konvensional, dimana bencana dipandang sebagai suatu peristiwa yang
sudah ditakdirkan oleh Tuhan dan tidak bisa dikendalikan sama sekali oleh manusia.
Bencana dianggap sebagai bagian dari kehidupan dan manusia bersikap pasrah
tanpa melakukan suatu tindakan yang berarti untuk mencegah atau mengurangi
dampak dari bencana.
Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam, pandangan ini menjelaskan bahwa bencana
merupakan gejala alam yang menyebabkan kerusakan. Faktor manusia tidak
diperhitungkan sebagai penyebab bencana.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
42/181
40
Pandangan Ilmu Terapan, didalam pandangan ini menilai bahwa bencana terjadi
karena kurangnya infrastruktur dan prasarana yang memadai. Faktor manusia sudah
diperhitungkan namun lebih kepada perangkat keras.
Pandangan Ilmu Sosial, disini dianggap bahwa bencana terjadi karena
ketidakmampuan manusia dalam melakukan kesiapsiagaan dan merespon terhadap
ancaman alam. Kerentanan massyarakat menjadi kunci besar atau kecilnya bencana
Pandangan Holistik, pandangan ini melihat bencana sebagai fenomena kompleks
antara fenomena alam dan perilaku manusia. Ancaman alam dipandang memiliki
karakteristik yang berbeda, dan juga perilaku manusia yang berbeda-beda
mempengaruhi kerentanan.
Pandangan mengenai bencana alam pun mengalami pergeseran, dimana dulu
bencana hanya ditanggulangi sebagai bentuk responsif terhadap bencana,
sedangkan saat ini penanggulangan bencana lebih ditekankan sebagai bentuk
proaktif dalam mengurangi risiko bencana tersebut, seperti pada gambar di bawah
ini.
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, dijelaskan bahwa potensi penyebab
bencana di wilayah negara kesatuan Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) jenis
bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, angin topan,
kekeringan, banjir, dan lain-lain.Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam seperti kegagalan teknologi, epidemi, wabah
penyakit, kejadian antariksa, dan lain-lain.Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh manusia seperti misalkan konflik sosial yang terjadi di masyarakat.Kenyataannya
bencana alam tidak dapat dipisahkan secara pasti dengan berbagai perbuatan manusia,
karena suatu bencana terjadi karena ada ancaman yang bertemu dengan faktor manusia dan
perilakunya.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
43/181
41
Modul II
Manajemen Bencana
1. MANAJEMEN BENCANA
Penanggulangan bencana yang hanya fokus pada kegiatan paska bencana tidaklah
mencukupi, dan hal tersebut hanyalah bersifat reaktif. Masyarakat akan terus menerus
mengalami kerugian yang besar, dan kembali ke titik nol setiap setelah terjadinya bencana.
Diperlukan paradigma penanggulangan bencana yang lebih bersifat proaktif, dimana fokus
penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko sebelum terjadinya bencana.
Manajemen bencana atau penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan penanganan dan penanggulangan bencana, sebelum, pada saat dan
sesudah terjadinya bencana.
Di dalam UU No. 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa penyelenggaraan penanggulangan
bencana adalah rangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi.
Manajemen bencana diperlukan karena bencana perlu untuk dikelola.Tujuan utama
manajemen bencana pada akhirnya adalah untuk mengurangi berbagai risiko yang mungkin
terjadi apabila terjadi bencana. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, risiko dapat
diturunkan dengan cara menghilangkan atau mengurangi ancaman, menghilangkan dan atau
mengurangi kerentanan, dan meningkatkan kapasitas masyarakat.
Beberapa alasan mengapa bencana perlu dikelola, antara lain:
Bencana menyentuh suatu negara, pemerintah dan masyarakatnya
Pemerintah bertanggung jawab melindungi masyarakat dari terkena bencana
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
44/181
42
Di pihak lain, pemerintah perlu dukungan dari masyarakat, sektor swasta, LSM,
negara-negara sahabat
Organisasi dan sumberdaya pemerintahan harus siap memikul beban-beban
tambahan akibat bencana
Diperlukan sistim pengelolaan bencana yang memadai, sesuai dengan tahapan-
tahapan bencana.
Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam menghadapi bencana secara
terkoordinasi.
Di dalam melakukan pengurangan risiko bencana sendiri terdapat beberapa prinsip yang
dapat diikuti yaitu:
Pengerahan sumber daya difokuskan pada kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan
perencanaan
Sinergi dengan berbagai komponen pemerintahan
Pelibatan semua pemangku kepentingan
Prioritas Penanggulangan Bencana
Siklus Manajemen Bencana
a. Fase Tanggap Darurat
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
45/181
43
Tanggap darurat atau emergency responseadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan. Tujuan dari tanggap darurat adalah:
Memastikan keselamatan korban sebanyak mungkin dan menjaga kondisi
mereka sebaik mungkin
Menyediakan pelayanan dasar secepat mungkin bagi semua kelompok,
terutama bagi mereka yang paling membutuhkan yaitu kelompok paling rentan
baik dari sisi umur, jenis kelamin dan keadaan fisik
Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan menggerakkan kembali
aktivitas ekonomi yang paling mudah
Melindungi dan membantu masyarakat sipil dalam menghadapi kekerasan yang
mungkin terjadi di masa setelah terjadinya bencana
Mencari solusi terbaik ketika di pengungsian
Berbagai stakeholder yang terlibat di dalam Fase Tanggap Darurat ini adalah BPBD,
TNI/Polri, PMI, Dinas Kesehatan, Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan lain-lain.
Kegiatan tanggap darurat meliputi:
a) Penyelamatan dan evakuasi korban (SAR)
Di dalam kegiatan ini diupayakan berbagai pencarian dan penyelamatan korban, dimana
korban hidup didahulukan sebelum korban meninggal.Setiap tipe bencana mempunyai
Standard Operating Procedure (SOP), dan kegiatan penyelamatan dan evakuasi ini
dilakukan oleh orang-orang terlatih.
b) Pengurusan pengungsi (relief)
Pemenuhan kebutuhan dasar
Perlindungan
Shelter
Didalam kegiatan pengurusan pengungsi, diperlukan kajian cepat untuk menentukan
jumlah korban dan pengungsi yang tentu saja akan menentukan jenis, volume, dan
space yang akan dibutuhkan oleh pengungsi.
Kajian Cepat
Tujuan dari pengkajian cepat yaitu menyediakan gambaran situasi paska bencana yang
jelas dan akurat.Pengkajian cepat ini harus responsif terhadap kebutuhan korban yang
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
46/181
44
beragam dari sisi umur, gender, keadaan fisik dan kebutuhan khususnya. Berbagai
indikator yang digunakan dalam kajian cepat ini antara lain:
Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka
Tingkat kerusakan infrastruktur
Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanan dasar
Cakupan wilayah bencana
Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon bencana tersebut
Fase Pemulihan
Fase pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Fase
pemulihan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
Rehabilitasi
Rekonstruksi
Fase pemulihan terjadi setelah fase tanggap darurat.Setelah fase tanggap darurat
terjadi, dilanjutkan dengan fase pemulihan yang dimulai dengan rehabilitasi
kemudian rekonstruksi.
Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Berbagai
kegiatan rehabilitasi yaitu:
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
47/181
45
Pemulihan prasarana dan sarana (termasuk lifelines)
Pemulihan fungsi pemerintahan
Mendirikan pelayanan kesehatan lapangan
Mendirikan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, seperti sekolah,
tempat ibadah, dll.
Membantu menumbuhkan kehidupan ekonomi.
Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Berbagai
kegiatan rehabilitasi yaitu:
Pemulihan prasarana dan sarana (termasuk lifelines)
Pemulihan fungsi pemerintahan
Mendirikan pelayanan kesehatan lapangan
Mendirikan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, seperti sekolah,
tempat ibadah, dll.
Membantu menumbuhkan kehidupan ekonomi.
Kegiatan rehabilitasi ini tentu memerlukan dukungan semua pihak, antara lain BPBD,
Masyarakat, Pemerintah Daerah, Dinas PU, Dinas Kesehatan, LSM dan lain-lain
Rekonstruksi merupakan upaya pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah paska bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
paska bencana. Rekonstruksi antara lain didukung oleh pihak BPBD, Pemerintah Daerah,
Dinas PU, Dinas Perumahan dan Permukiman, LSM dan lain-lain. Berbagai kegiatan
rekonstruksi yaitu:
Memperbaiki, membangun kembali rumah yang terkena dampak bencana
Relokasi daerah hunian ke lokasi aman (low risk)
Memperbaiki, membangun kembali infrastrutur kritis dan jaringan vital
kehidupan (lifelines) yang terkena dampak bencana.
Fase Pembangunan
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
48/181
46
Di dalam fase pembangunan, difokuskan agar segala kegiatan penanggulangan
bencana mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development).Fase Pembangunan adalah kegiatan yang berkelanjutan yang
ditujukan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi dari
suatu masyarakat.Dijelaskan bahwa setiap kegiatan pembangunan harus
mempertimbangkan unsur pengurangan risiko bencana.Fase ini didukung oleh
berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) pembangunan yang
mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam program instansi masing-
masing.
Fase Pencegahan (Preventive)
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, pencegahan yaitu serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana. Pencegahan menekankan pada ancaman-ancaman yang bisa dihilangkan
sehingga bencana bisa dicegah. Upaya menghilangkan ancaman disebut sebagai
upaya pencegahan . Pencegahan ini berlaku untuk komunitas maupun lingkungan
binaan (built environment) termasuk didalamnya adalah infrastruktur dan fasilitas
kritis.
Fase Pencegahan memerlukan berbagai peran stakeholder antara lain BPBD,Masyarakat, Bappeda, Dinas Tata Kota, Dinas Perumahan dan Permukiman, dan lain
lain.
Berbagai kegiatan pencegahan yaitu:
Standard keselamatan (safety standard) untuk industri
Regulasi : Tata Ruang maupun Tata Guna Lahan
Bangunan tahan gempa
Fase Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menganitisipasi bencana melalui pengorganisasi serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, kesiapsiagaan adalah
segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Kemudian berdasarkan IFRC (2000),
kesiapsiagaan adalah segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan saat itu.Hal ini
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
49/181
47
bertujuan agar masyarakat memiliki persiapan yang lebih baik saat menghadapi
bencana.Terakhir menurut UNISDR (2007), kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan
kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, professional kebencanaan,
komunitas dan individu untuk secara efektif mengantisipasi, merespon dan
mengatasi kejadian bencana.
Kegiatan kesiapsiagaan adalah langkah penting dalam penanggulangan
bencana.Kegiatan kesiapsiagaan berfungsi sebagai rencana kontijensi (contingency
plan).Rencana ini dibuat saat sebelum ancaman bencana terjadi, sebagai bentuk
antisipatif apabila ancaman bahaya benar-benar muncul.
Fase Kesiapsiagaan memerlukan banyak peran stakeholder, seperti tentu saja BPBD,
Perguruan Tinggi, LSM, Dinas PU, Dinas Tata Kota, dan lain-lain
Berbagai upaya kesiapsiagaan antara lain,
Pengembangan Rencana Kontijensi
Capacity Building
Early warning termasuk pembuatan rute dan prosedur evakuasi
Drill : Full Scale
Kegiatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dikategorikan ke dalam 9
aktivitas, yaitu:
1. Pengukuran awal
Pengukuran awal dapat dilakukan terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi
risiko bencana, disertai pengumpulan data-data pendukung.
2. Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk memperjelas tujuan dan arah aktivitas
kesiapsiagaan, kemudian mengidentifikasi tugas-tugas serta tanggung jawab secara
lebih spesifik dari setiap stakeholder.
3. Rencana Institusional
Disini ditekankan kerjasama antar berbagai lembaga dalam kesiapsiagaan
menghadapi bencana.Disini dihindarkan pembentukan struktur kelembagaan yang
baru dalam penanggulangan bencana.
4. Sistim Informasi
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
50/181
48
Sistim informasi mengkoordinasikan segala hal yang diperlukan misalkan dalam
koordinasi peralatan, menyebarkan sistim peringatan, dan lain-lain.
5. Pusat Sumber Daya
Pusat sumber daya diperlukan untuk mendata berbagai barang dan jasa yangdibutuhkan dan tersedia terkait penanggulangan bencana.
6. Sistim Peringatan
Sistim peringatan memiliki peran penting dalam menyampaikan peringatan kepada
masyarakat luas, sehingga harus dipertimbangkan berbagai cara yang efektif untuk
menyampaikan peringatan tersebut
7. Mekanisme Respon
Respon yang mungkin muncul terhadap terjadinya bencana akan sangat banyak dandatang dari berbagai daerah sehingga harus dipersiapkan dengan baik.
8. Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat
Setiap masyarakat yang rentan dan rawan terkena ancaman bencana sebaiknya
mempelajari banyak hal mengenai bencana
9. Praktek
Mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam rencana kesiapsiagaan,
sehingga dapat diidentifikasi kesenjangan yang muncul dalam rencana kesiapsiagaantersebut.
Fase Mitigasi (Mitigation)
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Bencana mempunyai
dampak yang memungkinkan untuk dicegah, sedangkan untu dampak yang tidak
memungkinkan untuk dicegah dapat dikurangi dengan cara mitigasi. Upaya
mengurangi dampak atau ancaman tersebut disebut sebagai upaya mitigasi.Mitigasi
berfokus pada pengurangan skala, besaran, intensitas dari sebuah ancaman, bukan
menghilangkannya.Mitigasi dapat berupa tindakan struktural maupun non
struktural. Stakeholder yang ikut berperan antara lain, BPBD, Dinas-Dinas Terkait,
Perguruan Tinggi, dan lain sebagainya.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
51/181
49
2. METODE MANAJEMEN BENCANA
Di dalam melakukan manajemen bencana terdapat berbagai metode yang digunakan
demi mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana tersebut. Manajemen bencana
dapat dilakukan dengan cara mengurangi kerentanan ataupun dengan cara peningkatan
kapasitas masyarakat. Berbagai metode manajemen bencana dapat digunakan sebagai
acuan atau referensi bagi program-program yang sejenis baik di tingkat nasional maupun
di daerah. Metode atau model manajemen bencana juga dapat berfungsi sebagai
gambaran penanganan dan manajemen bencana yang terintegrasi untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan yang lain di tingkat yang lebih tinggi.
DRR Master Plan
DRR Master Plan adalah alat bagi pemerintah setempat untuk menjalankan agenda DRR
secara sistimatis, termasuk legalitas, kelembagaan, pembiayaan, sosial, dan
teknisnya.Disaster Risk Management Master Plan merupakan model analitis yang
mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana kedalam level kebijakan, strategi,
dan aksi lokal. Disaster Risk Management Master Plan akan meningkatkan komunikasi
untuk pengurangan risiko, kemudian disertai program-program peningkatan kapasitas,
termasuk integrasi antar sentor, organisasi professional atau NGO dalam seitap
manajemen bencana di perkotaan.
Tujuan dari DRR Master Plan adalah untuk (1) mencapai kerangka hukum dan
kelembagaan yang kuat untuk sistim manajemen risiko bencana yang efektif, dan (2)
mengintegrasikan manajemen risiko bencana ke dalam pemerintahan, bisnis, dan
perekonomian di daerah setempat.
Rencana Penanggulangan Bencana
Ada empat rencana dalam pengurangan risiko bencana yang mewakili fase atau siklus
pengurangan risiko bencana yaitu :
Rencana Penanggulangan Bencana
Rencana Kontijensi
Rencana Operasi Tanggap Darurat
Rencana Pemulihan (Rehab dan Renkon)
Untuk gambaran fase atau siklus dari setiap rencana di atas dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
52/181
50
Rencana Penanggulangan Bencanamerupakan rencana umum dan menyeluruh yang
meliputi seluruh tahapan/bidang kerja kebencanaan. Rencana Penanggulangan Bencana
dilakukan pada tahap pra bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
Prinsip dari rencana ini antara lain :
- Disusun pada kondisi normal
- Bersifat Prakiraan umum
- Cakupan kegiatan luas/umum meliputi semua tahapan/bidang kerja penanggulangan
bencana
- Dipergunakan untuk seluruh jenis ancaman bencana (multi hazard) pada tahapan
pra, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.
- Berisi program dan rencana dengan anggaran yang di plotkan selama lima tahun
- Prioritas program atau kegiatan untuk jenis bencana di susun berdasarkan prioritas
bencana yang dilakukan berdasarkan kajian dan partisipatif
- Pelaku yang terlihat adalah semua pihak yang terkait
- Waktu yang tersedia cukup banyak/panjang
- Sumberdaya yang diperlukan masih berada pada tahap inventarisasi
Rencana Kont ijensiadalah suatu suatu proses perencanaan ke depan terhadap keadaan
yang tidak menentu untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam
situasi darurat atau kritis dengan menyepakati scenario dan tujuan, menetapkan
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
53/181
51
tindakan teknis dan manajerial, serta tanggapan dan pengerahan yang telah disetujui
bersama.
Prinsip dari rencana ini antara lain :
- Disusun sebelum kedaruratan/kejadian bencana
- Sifat rencana terukur
- Cakupan kegiatan spesifik, dititikberatkan pada kegiatan untuk menghadapi
keadaan darurat
- Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis ancaman (single hazard)
- Pelaku yang terlibat hanya terbatas sesuai dengan jenis ancaman bencananya
- Untuk keperluan jangka/kurun waktu tertentu
-
Sumberdaya yang dibutuhkan pada tahapan ini bersifat penyiapan
Rencana Operasi Tanggap Daruratadalah suatu proses perencanaan tindakan operasi
darurat bencana dengan menyepakati tujuan operasi, ketetapan tindakan teknis dan
manajerial untuk penanganan darurat bencana, dan disusun berdasarkan berbagai
masukan penanganan bencana termasuk rencana kontijensi dan informasi bencana
untuk mencapai tujuan penanganan darurat bencana secara aman, efektif, dan
akuntabel.
Prinsip dari rencana ini antara lain :
- Merupakan tindak lanjut atau penjelmaan dari rencana kontijensi, setelah
melalui kaji cepat
- Sifat rencana sangat spesifik
- Cakupan kegiatan sangat spesifik, dititik beratkan pada kegiatan tanggap
darurat
- Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis bencana yang benar-benar telah terjadi
-
Pelaku yang terlibat hanya pihak-pihak yang benar-benar menanganikedaruratan
- Untuk keperluan selama darurat (sejak kejadian bencana sampai dengan
pemulihan darurat)
- Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahap pengarahan/mobilisasi
Rencana Pemulihan adalah rencana yang berisikan prosedur dan aktivitas pemulihan
pasca bencana yang akan dilakukan dalam rangka normalisasi semua aspek kehidupan
masyrakat pada wilayah terdampak bencana.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
54/181
52
Prinsip dari rencana ini antara lain :
- Disusun pada tahapan pasca bencana
- Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan
- Cakupan kegiatan adalah pemulihan awal (early recovery), rehabilitasi dan
rekonstruksi
- Fokus kegiatan bisa lebih beragam (fisik, sosial, ekonomi, dll)
- Pelaku hanya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemulihan awal,
rehabilitasi dan rekonstruksi
- Untuk keperluan jangka menengah/panjang, tergantung dari besar dan luasnya
dampak bencana
- Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahapan aplikasi/pelaksanaan kegiatan
pembangunan jangka menengah/panjang
- untuk
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB)
Kejadian bencana akhir-akhir ini yang menerpa Indonesia mendorong Pemerintah untuk
membuat suatu kerangka dalam sebuah manajemen bencana dari yang semula bersifat
responsif dan kuratif ke arah upaya yang preventif. Di dalam Hyogo Framework telah
dibahas mengenai lima prioritas aksi utama terhadap pentingnya pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana ke dalam sistim perencanaan pembangunan. Undang-
Undang no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana lahir pasca peristiwa-
peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia yang di dalam peraturan perundangan
tersebut mengubah paradigma akan penangan bencana selama ini hanya ditangani oleh
pemerintah secara terpusat menjadi penanganan bencana yang melibatkan seluruh
pemangku kepentingan antar sektor yang terlibat.
-
7/23/2019 Modul Sistem Informasi Manajemen PB
55/181
53
Gambar ini menerangkan kedudukan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko
Bencana di dalam dokumen perencanaan lain. RAN-PRB disusun atasbentuk komitmen
dari Pemerintah Indonesia mengenai kesepakatan yang telah disepakati bersama di
dunia internasional yang tertuang dalam Hyogo Framework for Action.
Dokumen rencana aksi nasional ini diharapkan menjadi acuan bagi seluruh aksi untuk
pengurangan dan penanggulangan bencana yang ada di Indonesia.RAN-PRB juga
diharapkan dapat mendukung UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana,
dimana salah satu komponen penanggulangan bencana adalah pengurangan risiko
bencana.RAN-PRB juga diharapkan dapat mengubah paradigma penanganan bencana di
Indonesia. Perubahan paradigma yang diharapkan tersebut antara lain (1) penanganan
bencana yang tidak hanya menekankan pada tanggap darurat melainkan pada
keseluruhan manajemen risiko, (2) perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh
pemerintahmerupakan wujud dari hak asasi rakyat dan bukan semata-ma