noviasri b

Upload: yeahrightskripsi

Post on 16-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

NOVIASRI B

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PERSEPSI BRAND ASSOCIATION MENURUTPELANGGAN SABUN MANDI CAIR LUX PADA

    PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk

    OLEH:

    NOVIASRI BA211 06721

    FAKULTAS EKONOMI

  • ABSTRAK

    Noviasri B, A211 06 721. ANALISIS PERSEPSI BRAND ASSOCIATIONMENURUT PELANGGAN SABUN MANDI CAIR LUX PADA PT UNILEVERINDONESIA, Tbk. Skripsi Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Apakah faktor-faktor yangmempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli sabun mandi cair Lux dalampersepsi brand association pada PT Unilever Indonesia, Tbk. (2) Bagaimana persepsibrand association menurut pelanggan sabun mandi cair Lux pada PT UnileverIndonesia, Tbk.

    Populasi penelitian ini adalah pelanggan atau pembeli sabun cair Lux diMinimarket Indomaret Bumi Tamalanrea Permai Makassar dan karena menggunakanmetode sampling aksidental, maka penelitian ini mendapatkan 50 orang responden diMinimarket Indomaret Bumi Tamalanrea Permai Makassar pada bulan Oktober 2011.Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan (field research) denganmembagikan kuesioner dan riset perpustakaan data. Teknik pengolahan data yangdigunakan ialah pengolaha data dengan menggunakan skala likert.

    Saran-saran yang diberikan adalah: (1) Dalam mengiklankan produk, perusahaanhendaknya menggunakan public figure yang aktual dan mempunyai daya tarik khusus.(2) Perusahaan hendaknya menjaga persepsi konsumen semakin baik sehinggameningkatkan penjualan sabun mandi cair Lux. (3) Agar perusahaan mendapatkankondisi yang persepsi konsumen yang aktual yang terjadi di pasar, maka sebaiknyaperusahaan secara kontinyu mengadakan riset pasar. (4) Bagi konsumen dalam membelisuatu produk lebih baik memperhatikan manfaatnya sesuai dengan kebutuhan, agar tidakmenjadi konsumen yang konsumtif (menggunakan produk tanpa mengetahui manfaatlebih jelas).

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Peranan merek bukan lagi sekedar sebagai nama ataupun sebagai pembeda

    dengan produk-produk pesaing, tetapi sudah menjadi faktor penentu untuk dapat

    menjadi trend setter di bidang industri. Banyak perusahaan yang berhasil karena

    memiliki reputasi merek, sehingga dapat membuka distribusi di kota-kota lain bahkan

    negara-negara lain dengan menarik pelanggan sasaran melalui kekuatan-kekuatan merek

    yang mereka miliki.

    Sebuah merek yang telah mencapai ekuitas tinggi merupakan asset yang

    berharga bagi perusahaan. Untuk itu, mempertahankan dan meningkatkan ekuitas merek

    bukan pekerjaan mudah, karena yang dihadapi adalah ekspektasi pelanggan. Konsumen

    akan merasa familiar dengan nama merek yang pertama masuk ke pasar, sekalipun

    merek-merek yang masuk belakangan berkinerja lebih baik. Ini akan mengarah kepada

    terciptanya kesetiaan yang lebih besar pada merek pertama dan produsen. Kesetiaan

    pelangaan menjadi kunci sukses tidak hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan

    bersaing yang berkelanjutan. Contohnya seperti sabun kecantikan merek Lux, yang

    merupakan sabun kecantikan pertama yang masuk ke pasaran di Indonesia. Sabun

    kecantikan merek Lux memperluas jenis produk sabun mandinya, yang tidak hanya

    sabun mandi yang berupa batangan padat tetapi juga berupa sabun mandi cair.

  • 2Merek perlu dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggi, sehingga

    konsumen dapat memahami sebuah produk hanya melalui eksistensi, fungsi, citra dan

    mutu. Kualitas di mata konsumen lebih bersifat subjektif, tergantung bagaimana persepsi

    konsumen terhadap produk itu.

    Ketika kemudian jumlah merek yang dikenal konsumen semakin banyak, maka

    peranan merek dapat diperluas sehingga mampu memberikan asosiasi tertentu dibenak

    konsumen. Sebuah merek akan sering dihubungkan dengan fungsi dan citra khusus.

    Nilai yang didasari merek sering kali didasari pada asosiasi-asosiasi spesifik yang

    berkaitan dengannya. Asosiasi merek (brand association) diupayakan dengan slogan,

    atau posisi yang diinginkan, atau dengan strategi brand identity, yaitu menciptakan

    atribut yang penting sebagai bahan yang dipersepsikan konsumen. Asosiasi-asosiasi

    merek seperti Ronald McDonald bisa menciptakan sikap atau perasaan positif yang

    berkaitan dengan suatu merek.

    Merek berperan sebagai persepsi yang mempengaruhi keputusan membeli

    pelanggan. Nilai haruslah menjadi landasan strategi dan taktik, karena nilai merupakan

    alasan mengapa konsumen menggunakan produk dan tetap setia (loyal). Nilai suatu

    brand yaitu menciptakan semakin banyak komsumen yang setia, konsumen yang setia

    (loyal) adalah tujuan setiap pemasar. Kesetiaan pelanggan terhadap merek merupakan

    salah satu aset merek. Hal in sangat mahal nilainya karena untuk membangunnya banyak

    tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama.

  • 3Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan

    mengangkat judul: Analisis Persepsi Brand Association Menurut Pelanggan Sabun

    Mandi Cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah tersebut dapat dirumuskan

    sebagai berikut:

    1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli

    sabun mandi cair dalam persepsi brand association?

    2. Bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair?

    3. Usaha manakah yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dibidang industri

    sabun mandi cair, agar mendapatkan respon yang positif dari para konsumennya?

    4. Stategi manakah yang perlu ditempuh oleah perusahaan, agar meningkatkan daya

    saingnya dalam situasi pasar yang semakin ketat?

    1.3 Pembatasan Masalah

    Sehubungan dengan banyaknya masalah yang ada dalam pemasaran yang

    khususnya promosi, maka dalam penelitian ini adanya pembatasan masalah yang

    membahas tentang bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun

    mandi cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk pada minimarket Indomaret di daerah

    Bumi Tamalanrea Permai, Makassar pada bulan Oktober 2011.

  • 41.4 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu

    adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi pembahasan

    masalah, oleh karena itu penyusunan skripsi ini ingin mengangkat permasalahan tentang:

    1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli

    sabun mandi cair Lux dalam persepsi brand association pada PT Unilever Indonesia,

    Tbk?

    2. Bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun cair Lux pada PT

    Unilever Indonesia, Tbk?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini mengacu pada perumusan masalah, yaitu:

    1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk

    berkeinginan membeli sabun mandi cair Lux dalam persepsi brand association pada

    PT Unilever Indonesia, Tbk

    2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun

    mandi cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk

  • 51.6 Manfaat Penulisan

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:

    1. Bagi Perusahaan

    Penelitian ini dapat memberikan masukan serta bahan pertimbangan dalam

    kesetiaan konsumen terhadap merek dagang yang diharapkan dapat menjadi

    informasi bagi perusahaan yang bersangkutan.

    2. Bagi Penulis

    Penulisan skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan

    dan pengalaman dalam penelitian, juga untuk menerapkan teori-teori yang telah di

    dapat selama kuliah.

    3. Bagi Masyarakat pada Umumnya

    Penelitian ini dapat menjadi nilai tambah bagi mereka yang membacanya serta akan

    menambahkan wawasan mereka di bidang manajemen pemasaran pada umumnya.

    1.7 Asumsi Dasar

    Dengan diketahuinya persepsi menurut pelanggan atas brand association,

    manajemen perusahaan dapat mengunakan strategi pemasaran produk sabun mandi cair

    Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk yang lebih tepat.

  • 61.8 Sistematika Penulisan

    Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai tugas akhir ini, maka

    berikut singkat garis besar pembahasan skripsi sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi uraian tentang latar balakang, identifikasi masalah,

    pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat

    masalah, asumsi dasar, serta sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang menjadi acuan

    penelitian, kemudian dilanjutkan membahas tentang kerangka pemikiran.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini berisi uraian tentang metodologi penelitian yang dilakukan,

    mencakup proses penelitian yang dimulai dari tahap waktu dan tempat

    penelitian, metodologi penelitian, sumber data, teknik pengambilan

    sampel, teknik pengumpulan dan teknik analisis data.

  • 7BAB IV PEMBAHASAN

    Bab ini berisi uraian tentang analisis mengenai gambaran umum obyek

    penelitian yang memuat hasil penelitian.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi uraian tentang kesimpulan yang penulisan dapat dari apa

    yang telah diuraikan sebelumnya serta memberikan saran-saran atas

    masalah maupun kendala.

  • 8BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.1 Pengertian Pemasaran

    Istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing.

    Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dari perusahaan dalam memenuhi

    kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada akhirnya dapat menghasilkan

    keuntungan.

    Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:45)

    bahwa pemasaran adalah Marketing is an organization function and a set processes for

    creating communicating, and delivering value to customers and for managing customer

    relationship in ways that benefit the organization and it stakeholders.

    Pemasaran adalah fungsi organisasi dan satu set proses untuk menciptakan,

    mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk membangun

    hubungan pelanggan yang memberikan keuntungan bagi organisasi dan pihak-pihak

    yang berkepentingan terhadap organisasi.

    Menurut Kotler dan Keller (2009:45) definisi pemasaran dapat dibedakan antara

    definisi pemasaran secara manajerial dan secara sosial. Definisi secara manajerial

    pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk, sedangkan definisi

    pemasaran secara sosial adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

    kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

  • 9menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan

    pihak lain.

    Berdasarkan definisi pemasaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

    pemasaran adalah fungsi organisasi dan satu set proses untuk menciptakan,

    mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk membangun

    hubungan pelanggan yang memberikan keuntungan bagi organisasi dan pihak-pihak

    yang berkepentingan terhadap organisasi.

    2.2 Konsep Pemasaran

    Konsep-konsep pemasaran yang bersaing dan telah digunakan oleh organisasi

    pada kegiatan pemasaran mencakup konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan

    konsep pemasaran dan konsep pemasaran holistik.

    (Kotler dan Keller, 2009:58)

    1. Konsep produksi

    Konsep ini berorientasi pada proses produksi atau operasi. Produsen meyakini

    konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah diperoleh.

    Para manajer mengansumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada

    ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi ini berguna ketika

    perusahaan ingin memperluas pasar.

    2. Konsep produk

    Dalam konsep ini pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki

    produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior.

  • 10

    Para manajer organisasi memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang

    unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.

    3. Konsep penjualan

    Konsep ini berorientasi pada tingkat penjualan, dimana pemasar beranggapan

    bahwa konsumen harus dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat. Konsep ini

    mengasumsikan bahwa konsumen umumnya menunjukkan keengganan atau

    penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli.

    4. Konsep pemasaran

    Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan dengan anggapan bahwa

    konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi

    kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. Konsep pemasaran

    terdiri atas empat pilar yakni: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran

    terpadu atau terintegrasi dan berkemampuan menghasilkan laba.

    2.3 Persepsi Konsumen

    Persepsi merupaka salah satu faktor psikologis selain motivasi pembelajaran dankepercayaan serta sifat yang dapat mempengaruhi individu dan organisasi dalam

    menentukan kepuasan pembelian

    Menurut Philip Kotler ( 2005:216 ) persepsi adalah :proses yang digunakan oleh

    individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna

    menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

  • 11

    Menurut Lamb et. al. (2001: 224), definisi persepsi adalah proses dimana kita

    memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan tersebut ke dalam gambaran

    yang memberikan makna dan melekat.

    Sedangkan menurut Simamora (2004:102) definisi persepsi adalah sebagai

    suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan

    menginterprestasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.

    Sementara menurut Boyd, dkk (2001:133) definisi persepsi adalah proses

    dengan apa seseorang memilih, mengatur dan menginterprestasikan informasi. Kunci

    terpenting dalam persepsi adalah bahwa manusia menyimpan informasi dalam bentuk

    hubungan asosiatif, dan hubungan asosiatif itu membantu manusia menginterpretasikan

    dunia disekitarnya.

    Secara singkat persepsi adalah cara kita memandang dunia di sekitar kita serta

    bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat

    suatu keputusan pembelian

    Definisi di atas menerangkan bahwa persepsi merupakan proses dimana

    individual terlebih dahulu mengenali objek-objek dan fakta objektif disekitarnya. Seperti

    halnya dengan pengamatan, persepsi diawali dengan kegiatan panca indera, selanjutnya

    akan terjadi proses psikologis. Sehingga individual dapat mengorganisir dan

    menafsirkan informasi.

    Panca indera kita terdiri dari lima yaitu: penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan,

    dan pendengaran. Kemudian dengan panca indera tersebut kita akan menerima

    rangsangan berupa objek-objek dan fakta objektif untuk diatur dan dinterprestasikan ke

  • 12

    dalam pikiran kita terlebuh dahulu. Di dalam proses tersebut kita menggunakan

    keterbukan yang selektif untuk menentukan mana rangsangan yang harus diperhatikan

    dan mana yang harus diabaikan.

    Pengenalan akan suatu objek, jelas, gerakan, intensitas (seperti: volume yang

    meningkat) dan aroma adalah suatu petunjuk yang akan mempengaruhi persepsi.

    Konsumen menggunakan petunjuk tersebut untuk mengidentifikasi produk dan merek.

    Bentuk kemasan sebuah produk seperti bentuk luar sabun cair Lux misalnya akan dapat

    mempengaruhi persepsi. Kemudian warna adalah suatu pertunjukan yang lain, dan

    warna memegang peran kunci terhadap persepsi konsumen.

    Apa yang diterima konsumen dapat juga bergantung pada kemudahan

    rangsangan atau tarif yang mengejutkan (shock value). Peringatan grafis akan bahayanya

    menggunakan sebuah produk akan diterima lebih cepat dan selalu diingat bahkan lebih

    akurat dibandingkan peringatan yang kurang mudah atau peringatan yang berupa teks

    tertulis.

    Pada dasarnya kita dapat membedakan menjadi 3 (tiga) faktor dalam persepsi

    yang biasa dilakukan manusia terhadap rangsangan yaitu:

    1. Keterbukaan yang Seleksi (Selective Exposure)

    Merupakan proses dimana seorang konsumen mendapatkan suatu rangsangan dan

    mengabaikan rangsangan yang lain. Hal ini berarti para pemasar harus bekerja keras

    untuk menarik perhatian konsumen.

  • 13

    2. Distorsi seleksi (Selective Distortion)

    Distro seleksi terjadi ketika konsumen mengubah atau mengganti informasi yang

    bertentangan dengan perasaan atau kepercayaan mereka, dalam hal ini konsumen

    mempunyai kecenderungan untuk mengolah informasi menjadi suatu pengertian

    pribadi.

    3. Ingatan yang Seleksi (Selective Retention)

    Merupakan proses pada saat seorang konsumen hanya mengingat informasi yang

    mendukung perasaan dan kepercayaan pribadi seseorang. Konsumen akan

    meluapkan semua informasi yang tidak konsisten yang pernah diterimanya.

    2.3.1 Proses Persepsi

    Persepsi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan

    konsumen terhadap produk. Biasanya konsumen yang termotivasi tentang suatu produk

    telah siap untuk melakukan pembelian. Namun, bagaimana seseorang bertindak

    dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu.

    Persepsi memegang peran penting dalam konsep positioning karena manusia

    menafsirkan suatu produk atau merek, yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang

    disimpan melalui proses sensasi.

    Proses persepsi merupakan serangkaian kegiatan yang melalui beberapa tahapan

    terlebih dahulu. Berikut ini sebuah model tahapan dari proses persepsi individu yang

    dikemukakan oleh Sutisna (2002:62):

  • 14

    GAMBAR 2.1

    Tahapan Proses Persepsi

    Sumber: Sutisna (2002:62)

    Model ini menekankan bahwa persepsi secara substansial bisa saja berbeda

    dengan realitas. Apakah persepsi individu terhadap suatu situasi benar/tidaknya realitas

    yang mampu membuktikan itu.

    Tugas pemasar adalah mengetahui proses terbentuknya persepsi dari tahap awal

    hingga tahap akhir. Adapun proses terbentuknya persepsi tersebut, adalah:

    1. Stimuli

    Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang

    dapat mempengaruhi tanggapan individu. Suatu stimuli pada hakikatnya merupakan

    satu unit input bagi salah satu dari lima indra manusia. Ada dua stimuli penting yang

    dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah pemasaran dan lingkungan (sosial

    dan budaya).

    Stimuli

    Penglihatan Suara Bau Rasa Teksture

    Sensasi Pemberian arti

    Indrapenerima Perhatian Interpretasi Tanggapan

    Persepsi

  • 15

    a. Stimuli Pemasaran

    Adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi

    konsumen. Stimuli pemasaran terdiri atas dua komponen, yaitu stimuli utama

    dan stimuli tambahan:

    1. Stimuli utama terdiri dari produk dan komponennya seperti, kemasan, isi, dan

    ciri-ciri fisik.

    2. Stimuli tambahan adalah komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi

    perilaku konsumen seperti, mempresentasikan produk dalam kata-kata,

    gambar, simbol, atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk

    seperti, harga, toko tempat jual, dan pengaruh sales.

    b. Stimuli Lingkungan

    Indera penerima terdiri dari mata, telinga, hidung, mulut, dan jari yang menerima

    dan memberikan tanggapan atas stimuli utama.

    2. Indra Penerima

    Indra penerima atau penerimaan sensor (sensory receptors) yaitu yang disebut

    sebagai organ manusia berupa panca indra (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)

    yang menerima sensor input.

    3. Perhatian

    Perhatiaan yang dilakukan oleh konsumen data terjadi secara sengaja atau tidak

    sengaja.

  • 16

    a. Perhatian secara sengaja (voluntary attention)

    Terjadi ketika konsumen secara aktif mencari informasi yang mempunyai

    relevansi pribadi. Persepsi selektif terjadi ketika konsumen malakukan voluntary

    attention. Persepsi selektif yang merupakan tafsiran secara selektif oleh individu

    ada yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman,

    dan sikap terjadi ketika konsumen melakukan voluntary attention. Ketika

    konsumen memiliki keterlibatan yang besar terhadap suatu produk, maka pada

    saat itu konsumen bisa disebut melakukan proses perhatian selektif. Proses

    perhatian selektif terjadi karena dengan mempunyai keterlibatan yang tinggi

    terhadap suatu merek produk berarti konsumen telah secara aktif mencari

    informasi mengenai produk itu dari berbagai sumber. Jika dihubungkan dengan

    teori pembelajaran, proses perhatian selektif ini identik dengan active learning.

    b. Perhatian tidak sengaja (involuntary attention)

    Terjadi ketika konsumen dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan,

    menantang, atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak ada relenvasinya

    dengan tujuan atau kepentingan konsumen. Stimuli dengan ciri-ciri diatas akan

    secara otomatis mendapat tanggapan konsumen.

    3. Interpretasi

    Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang

    diterima oleh konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen baik

    disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses

    interpretasi konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang

  • 17

    telah tersimpan dalam waktu yang lama (long term memory) yang berhubungan

    dengan stimuli yang diterima. Informasi dalam long term memory akan membentuk

    konsumen untuk menginterprestasikan stimuli. Interprestasi itu didasarkan

    pengalaman-pengalaman pada masa lalu, dan pengalaman itu tersimpan dalam

    memori jangka panjang konsumen.

    Satu masalah yang dihadapi oleh pemasar dari persepsi konsumen

    menginterpretasikan stimuli yang secara berbeda. Sebagai contoh yang paling klasik

    adalah pemasaran lintas cultural, penggunaan suatu warna tertentu akan

    diinterpretasikan secara berbeda pada tiap budaya.

    Selain informasi yang tersimpan dalam long term memory, apa yang diharapkan

    konsumen juga mempengaruhi bagaimana suatu stimuli diinterpretasikan. Harapan

    (expectation) adalah keyakinan, kepercayaan, individual sebelumnya mengenai apa

    yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.

    4. Tanggapan

    Setelah melalui tahapan akhir dari proses persepsi maka, konsumen akan bereaksi

    terhadap informasi yang diperolehnya tadi yang kemudian akan menghasilkan

    tanggapan. Tanggapan inilah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan

    pembelian.

  • 18

    2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Bagaimana individu-individu mungkin memandang satu benda yang sama

    dengan yang berbeda, faktor-faktor berikut menjelaskan bahwa pihak pelaku persepsi

    (perceiver), dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi

    di mana persepsi itu dilakukan akan dapat mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi.

    Seperti yang akan dijelaskan dibawah ini, menurut Robbins (2006:89):

    1. Pelaku Persepsi

    Bila seorang individu memandang pada satu obyek dan mencoba menafsirkan apa

    yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi ke

    perilaku persepsi individu itu. Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang

    mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman

    masa lalu, dan pengharapan (expectation).

    2. Target dan Obyek

    Karakteristik dari target yang akan diamati dapat dipengaruhi apa yang

    dipersepsikan gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk

    cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan tersolasi,

    hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti

    kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau

    mirip.

  • 19

    3. Situasi

    Penting bagi kita melihat konteks obyek atau pariwisata. Unsur-unsur lingkungan

    sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu adalah di mana suatu obyek atau

    peristiwa itu dilihat agar dapat mempengaruhi perhatian, seperti juga lokasi, cahaya,

    panas, atau setiap jumlah faktor situasional.

    Gambar 2.2

    Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Sumber: Robbins (2006:89)

    Faktor dalam persepsi

    Sikap Motif Pengalaman Pengharapan

    Faktor pada target

    Hal baru Gerakan Bunyi Ukuran latar belakang kedekatan

    Persepsi

    Faktor dalam situasi

    Waktu Keadaan / tempat

    kerja Keadaan sosial

  • 20

    2.4 Merek (Brand)

    Suatu produk dapat dibedakan dari produk lainnya dari segi merek (brand).

    Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari

    para pembeli, baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi yang lain.

    Peranan merek tidak hanya sekedar pembeda suatu produk, namun tidak mustahil pada

    kondisi tertentu akan berwujud aset yang bernilai ekonomis. Menurut Kotler dan

    Amstrong (1999:245), merek adalah:

    Brand is name, term, sign, symbol, or design, or a combination of these intendedto identify the goods or services of one seller or group of seller and todifferentiate them from those of competitors.

    Menurut Keegan et. Al (1996:318), merek adalah:

    Brand is a complex bundle of images and experiences in the customersmind that communicates a promise about the benefits of a particularproduct manufactured by a particular company.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau

    desain dari produk atau jasa atau kombinasi keseluruhan yang dimaksud untuk

    mengidentifikasi barang dan jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk

    membedakan dari produk pesaing. Merek juga meninggalkan citra dan pengalaman

    dibenak konsumen mengenai keuntungan dari produk yang diproduksi dari perusahaan.

    Menurut Kotler (2005:82), merek merupakan janji penjual untuk secara

    konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek

    terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol.

    Sementara definisi merek yang dikemukakan oleh American Marketing

    Association dalam buku The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:2) adalah: nama,

  • 21

    istilah, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian

    merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda

    dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.

    Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau

    merek pada suatu produk handaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek

    memiliki enam tingkat pengertian:

    1. Atribut Produk : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, seperti halnya

    kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain dan lain-lain.

    Contohnya, Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk

    yang dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi

    tinggi, nilai jual kembali tinggi, cepat dan lain-lain. Perusahaan

    dapat memberikan satu atau lebih atribut-atribut ini atau untuk

    mengiklankan produknya.

    2. Manfaat : Merek tidak hanya serangkaian atribut. Pelanggan tidak

    memberi atribut, tetapi mereka membeli manfaat. Atribut

    diberikan untuk dikembangkan menjadi manfaat fungsional atau

    emosional.

    3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

    Contohnya, Mercedes menyatakan produk yang kinerja tinggi,

    aman, bergengsi, dan lain-lain. Dengan demikian produsen

    Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat. Maka,

  • 22

    produsen harus dapat mengetahui kelompok pembeli mobil

    yang mana mencari niai-nilai ini.

    4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu. Contohnya, Mercedes

    mencerminkan budaya Jerman yang terorganisasi, konsisten,

    tingkat keseriusan tinggi, efesien, dan berkualitas tinggi.

    5. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali

    produk tertentu mengunakan kepribadian orang yang terkenal

    untuk mendongkrak atau menopang merek produkya.

    6. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

    menggunakan produk tersebut. Kebanyakan pemakai adalah

    orang-orang yang menghargai nilai budaya dan kepribadian

    produk tersebut. Misalnya Mercedes pada umumnya diasosikan

    dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya.

    Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar suatu nama, maka

    perusahaan tersebut tidak melihat tujuan mereka sebenarnya. Dengan enam tingkat

    pengertian dari merek diatas, perusahaan harus menentukan tingkat mana akan

    ditetapkan identitas merek. Merupakan satu kesalahan untuk mempromosikan hanya

    atribut merek. Pertama, konsumen tidak begitu tertarik dengan atribut merek

    dibandingkan dengan manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah meniru

    atribut tersebut. Ketiga, atribut yang sekarang lama kelamaan akan menurun artinya,

    sehingga merugikan merek yang terikat pada atribut tersebut.

  • 23

    Merek merupakan hal yang sangat penting, baik bagi konsumen maupun

    produsen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian. Bila tidak ada merek,

    konsumen harus mengevaluasi semua produk yang tidak memiliki merek setiap kali

    mereka akan melakukan pembelian. Mereka juga membantu menyakinkan konsumen

    bahwa mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli

    produk tersebut. Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat dengan

    mudah diketahui ketika diperhatikan atau ditempatkan dalam suatu display.

    Selain itu, merek mempermudah mengidentifikasikan suatu produk, merek juga

    bisa membuat konsumen yakin akan memperoleh kualitas yang sama jika mereka

    membeli ulang. Maksudnya merek dapat membantu konsumen agar tidak keliru dalam

    memilih produk yang diinginkan para konsumen, yakni terhadap mutu dan harga. Merek

    mengurangi perbedaan harga, karena konsumen akan mudah membandingkan harga dari

    suatu produk dengan merek yang berbeda dan akhirnya bagi produsen dapat menambah

    prestasi. Karena merek adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

    memandingkan produk-produk sejenis.

    Kotler (2005:90) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari sudut

    pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai berikut:

    1. Merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan dan menelusuri bila terjadi

    kesalahan. Di samping itu juga lebih mudah bagi produsen untuk menemukan kalau

    ada keluhan dari konsumen.

    2. Merek memberikan kesempatan pada penjual untuk menarik pelanggan yang setia

    dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan perlindungan terhadap produsen

  • 24

    dari pesaing serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanan program

    pemasarannya.

    3. Merek dan tanda dagang produsen memberikan perlindungan hukum atas tampilan

    produk yang unik, yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaing.

    4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

    5. Merek yang baik membantu citra perusahaan. Dengan membawa nama perusahaan,

    merek membantu mengiklankan mutu dan ukuran perusahaan.

    2.4.1 Brand Association

    Menurut Darmadi, dkk (2001:4) brand association adalah:

    Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalamkaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk,geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.

    Pengertian asosiasi merek yang dikemukakan oleh Aaker (1996:106) dalam buku

    The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:43) adalah segala hal yang berkaitan

    dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi akan menjadi faktor yang penting, jika

    merek yang produsen miliki mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya atau jika

    perusahaan merupakan hal penting untuk dilihat. Suatu merek akan lebih kuat apabila

    dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi

    yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau

    brand image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image

    adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Konsumen yang

  • 25

    terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand

    image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).

    Berikut ini adalah beberapa contoh di mana tercipta brand association :

    1. Merek ini dibuat oleh perusahaan yang saya percaya. Sebagai gambaran, jika

    orang mendengar tentang sebuah merek, misalnya Sabun Kecantikan Lux, maka

    mereka akan langsung mengasosiasikannya dengan Unilever atau ketika mereka

    mendengar So Klin, mereka akan ingat tentang Wings. Syarat agar produsen dapat

    diingat adalah produsen tersebut harus sering diiklankan dan harus membuat

    konsumen percaya akan produk yang dibuatnya.

    2. Saya kagum pada Perusahaan merek X. Di sini konsumen menyebutkan

    asosiasinya sebagai akibat dari kekagumannya pada merek tersebut atau program

    dari merek tersebut.

    3. Saya akan bangga menjalin bisnis dengan perusahan merek X, atau Saya bangga

    menggunakan perusahaan merek X. Misalnya konsumen bangga, jika mengunakan

    produk Mercedes Benz atau BMW.

    Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang

    mencerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan

    dengan nama merek tertentu dalam memorinya. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di

    journal of consumer marketing yang dikemukakan oleh del Rio, Vazquez, dan Iglesias

    (2001) menganalisis asosiasi merek berdasarkan fungsi dan manfaat yang diasosiasikan

    konsumen dengan merek tertentu. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan

  • 26

    manfaat merek asosiasi (brand association) melalui enam dimensi utama dalam buku

    Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:

    1. Jaminan

    Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen,

    dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi bila ternyata produk tidak bisa

    berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

    2 Identifikasi Pribadi

    Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan

    yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaat dari produk tersebut.

    3. Identifikasi Sosial

    Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena faktor-faktor seperti keluarga,

    kelompok kecil, serta peran dan status sosial konsumen.

    4. Status

    Setiap produk yang membawa status yang mencerminkan penghargaan yang

    diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang

    menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

    5. Kesediaan Menerima Perluasan Merek

    Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan

    menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.

    6. Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek

    Masyarakat bersedia menunjukkan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang

    lain.

  • 27

    Brand association tidak relevan untuk semua merek, dan pengukuran yang tidak

    relevan dapat menyebabkan interprestasi yang salah. Pengukuran brand association juga

    kurang peka karena mengubah citra perusahaan adalah sulit.

    Unsur-unsur brand association adalah:

    1. Orientasi pada Masyarakat/Komunitas (Society/Community Orientation)

    Organisasi yang baik dapat dibuktikan melalui banyak hal seperti peka terhadap

    lingkungan, mensposori kegiatan amal, memperlakukan pekerja/karyawan dengan

    layak. Brand Association sangat diperlukan dalam mengembangkan asosiasi yang

    berorientasi pada komunitas/masyarakat, tentu saja mempertinggi loyalitas

    konsumen. Walaupun sangat sulit untuk menyatakan besarnya loyalitas itu. Progam

    peduli lingkungan adalah cara lain untuk menjadi perusahaan yang baik, seperti

    pengguna kemasan atau komposisi yang dapat didaur ulang sehingga ramah

    lingkungan, kesan bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan akan lebih sulit

    untuk ditiru, hal itu lebih dapat dilihat dan dipercaya.

    2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

    Persepsi kualitas hampir selalu manjadi pertimbangan pada setiap pilihan konsumen.

    Kualitas dapat dikomunikasikan secara langsung dengan demonstrasi atau argumen

    bahwa sebuah atribut produk lebih unggul dibandingkan yang dimiliki pesaing.

    Banyak perusahaan berkomitmen pada kualitas atau ingin menjadi yang terbaik.

    Brand Association menjadi sarana yang baik umtuk mengkomunikasikan kualitas

    yang dapat dipercaya dan selanjutnya membantu mengembangkan loyalitas.

  • 28

    3. Inovasi

    Inovasi boleh jadi adalah asosiasi merek kunci bagi perusahaan Jepang. Inovasi juga

    merupakan hal penting bagi perusahaan barat, terutama persaingan di dalam kelas

    produk dimana teknologi dan inovasi menjadi penting bagi konsumen, seperti Oral B

    dikategorikan sikat gigi atau Intel dikategorikan sebagai mikroprosesor. Inovasi juga

    dapat menjadi saran untuk membuat merek produk tampil lebih modern dan up to

    date.

    4. Perhatian pada Pelanggan (Concern for customers)

    Banyak perusahaan selalu menempatkan konsumen pada tempat pertama sebagai

    nilai inti. Beberapa merek perusahaan melihat konsep persahabatan sebagai

    elemen identitas merek perusahaan. Hal ini mengimplikasikan bahwa merek tersebut

    akan memberikan yang diinginkan oleh konsumen, seperti kejujuran, perhatian,

    dapat dipercaya, dan rasa hormat.

    5. Keberadaan dan Keberhasilan

    Berbisnis dengan perusahaan yang mempunyai sumber daya yang mendukung

    produk dan sejarah panjang dalam berbisnis dapat memberikan rasa aman. Sukses,

    yang diindikasikan dengan penjualan dan atau pertumbuhan penjualan, juga

    menciptakan rasa percaya diri bagi konsumen yang telah memilih merek tersebut.

    6. Lokal vs Global

    a. Menjadi Lokal

    Satu pilihan strategi diferensiasi adalah membuat satu merek dipersepsikan

    sebagai merek lokal dari perusahaan lokal. Menjadi lokal terutama efektif bila

  • 29

    program pemasaran pesaing global tidak peka atau tidak sejalan (atau bahkan

    bertentangan) dengan selera lokal. Usaha yang serius untuk berlaku lokal juga

    dapat menghasilkan pengertian yang lebih baik mengenai kebutuhan dan

    kebiasan lokal.

    b. Menjadi global

    Pilihan identitas lain adalah menjadi global. Sebuah merek global memberikan

    sinyal umur panjang, sumber daya untuk investasi merek, dan komitmen

    terhadap masa depan merek. Sebuah perusahaan global akan dianggap lebih maju

    secara teknologi, yaitu mampu berinvestasi di R&D dan mendatangkan

    kemajuan di negara di mana merek berkompetisi. Sebuah merek global juga

    mempunyai prestise karena ia mampu berkompetisi secara sukses dalam pasar

    yang berbeda.

    Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik

    berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus

    sehingga dapat membentuk kesetian terhadap merek tertentu, yang disebut dengan

    loyalitas merek (brand loyalty).

    Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan pelanggan, karena

    dia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu

    dari lain.

  • 30

    Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:

    1. Dapat membantu penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu

    merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang

    dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan.

    2. Perbedaan merupakan suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat

    penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran

    yang sangat penting dalam membedakan satu merek dari merek yang lain.

    3. Alasan untuk membeli, pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para

    konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak .

    4. Penciptaan sikap atau perasaan positif, asosiasi merek dapat merangsang perasaan

    positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang

    bersangkutan.

    5. Landasan untuk perluasan, asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu

    perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan

    sebuah produk baru.

    2.5 Perilaku Konsumen

    Perilaku konsumen dalam sebuah pamasaran mempunyai peranan yang sangat

    penting. Para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai definisi ini antara lain: Engel

    et al. (1995) dikutip oleh Simamora (2004:1) mendefinisikan perilaku konsumen, yaitu:

    Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,mengkonsumsi, dan menghasilkan produk dan jasa, termasuk proseskeputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

  • 31

    Menurut Peter (2003:6) definisi perilaku konsumen adalah:

    Consumer behavior is the dynamic interaction of affect and cognitionbehavior, and the environment by which human beings conduct theexchange aspects of their lives.

    American marketing association (AMA) seperti dikutip oleh Peter et al (2000:6)

    mendefinisikan perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis

    antara pengaruh dan kondisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia

    melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi yang diuraikan dapat

    ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

    1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

    2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembeli serta

    tindakan memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghasilkan produk.

    3. Mengetaui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlsh

    ysng dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang

    sudah beli dikonsumsi, juga termasuk variabel-variabel yang tidak diamati seperti

    nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka

    mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan

    penggunaan produk yang bermacam-macam.

    Dengan kata lain perilaku konsumen yang akan dipengaruhi oleh apa yang

    dipikirkan dan perasaan yang timbul dari pengalaman orang tersebut dan kegiatan

    mereka dalam proses mengkonsumsi.

  • 32

    Paling tidak terdapat tiga ide penting dalam definisi di atas yang dapat kita

    ketahui, yaitu:

    1. Perilaku adalah Dinamis

    Pertama definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis ini

    berarti seorang konsumen atau kelompok konsumen, serta masyarakat luar selalu

    berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap study

    perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi perusahaan. Dalam

    hal study perilaku konsumen salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi

    perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan

    individu atau kelompok tertentu. Dengan semakin dinamisnya perilaku konsumen

    akan sangat tergantung pada kegiatan atau proses perilaku tersebut.

    2. Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi

    Hal kedua yang diterapkan dalam definisi konsumen adalah keterlibatan interaksi

    antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kegiatan di sekitar ini yang berarti bahwa

    untuk memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan

    (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa yang dipirkan, dirasa, dan

    dilakukan konsumen.

    3. Perilaku Konsumen Melibatkan Peraturan

    Hal terakhir ditekankan dalam perilaku konsumen adalah pertukaran diantara

    individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan

    definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.

  • 33

    Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku

    konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan perorangan untuk dapat

    menggunakan dan mengevaluasi suatu barang dan jasa. Pada dasarnya konsumen

    menjadi pelaku sendiri di dalam ruang lingkup pasar. Hal ini dapat kita lihat bahwa

    kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan para konsumen itulah yang selalu ingin

    diketahui oleh perusahaan, perilaku konsumen juga merupakan suatu proses. Hal ini kita

    lihat bahwa setiap manusia atau perusahaan yang memberi atau menerima sesuatu yang

    bernilai merupakan suatu bagian dari proses marketing, perilaku konsumen juga dapat

    mempengaruhi banyak pelaku pasar yang berbeda-beda.

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Menurut Philip Kotler ( 2005:216 ) persepsi adalah :proses yang digunakan oleh

    individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna

    menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada

    rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungansekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

    Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi, dan loyalitas pelanggan adalahkunci sukses. Terlebih pada kondisi sekarang, pemasaran merupakan pertempuran

    persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan

    kualitas, model, karakteristik tambahan (features), serta kualitas yang relatif sama dapatmemiliki kinerja yang berbeda di pasar karena perbedaan persepsi dalam benakkonsumen.

  • 34

    Pembentukan persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Pada uraian ini,suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat akan berkesempatan membentuk landasan

    merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan merek dalam persaingan apa

    pun dalam waktu yang lama.

    Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang

    mencerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan

    dengan nama merek tertentu dalam memorinya. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di

    journal of consumer marketing yang dikemukakan oleh del Rio, Vazquez, dan Iglesias

    (2001) menganalisis asosiasi merek berdasarkan fungsi dan manfaat yang diasosiasikan

    konsumen dengan merek tertentu. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan

    manfaat merek asosiasi (brand association) melalui enam dimensi utama dalam buku

    Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:

    1. Jaminan

    Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen,dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi bila ternyata produk tidak bisa

    berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

    2. Identifikasi Pribadi

    Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan

    yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaat dari produk tersebut.3. Identifikasi Sosial

    Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena faktor-faktor seperti keluarga,

    kelompok kecil, serta peran dan status sosial konsumen.

  • 35

    4. Status

    Setiap produk yang membawa status yang mencerminkan penghargaan yang

    diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang

    menunjukkan statusnya dalam masyarakat.5. Kesediaan Menerima Perluasan Merek

    Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan

    menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.

    6. Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek

    Masyarakat bersedia menunjukkan merek produk, yang dikonsumsinya ke oranglain.

  • 36

    Gambar 2.3

    Bagan Kerangka Pemikiran

    PT. Unilever, Tbk

    Persepsi KonsumenSabun Mandi Cair Lux

    Brand AssociationDimensi :

    1. Jaminan

    2. Identifikasi Pribadi3. Identifikasi sosial4. Status5. Kesediaan menerima perluasan merek6. Kesediaan untuk merekomendasikan Merek

    Persepsi BrandAssociation

  • 37

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan metode survei. Menurut

    Wibisono (2000:19) survei merupakan teknik riset yang informasinya dikumpulkan

    melalui penggunaan kuesioner.

    Sugiyono (2003:11) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif adalah:

    Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baiksatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, ataumenghubungkan dengan variabel yang lain.

    Penelitian deskriptif ini digunakan untuk mencari fakta dengan interprestasi yang

    tepat dan tujuannya adalah untuk mencari dekripsi dan gambaran yang sistematis dan

    akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

    diselidiki. Sedangkan pendekatan survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang

    ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada, tidak perlu diperhitungakan

    hubungan antara variabel-variabel, lebih menggunakan data yang ada untuk pemecahan

    masalah dari pada pengujian hipotesis (Umar, 2002:88).

    3.2 Variabel, Dimensi dan Indikator

    Kalau ada pertanyaan tentang apa yang akan di teliti, maka jawabannya

    berkenaan dengan variabel penelitian. Menurut Sugiyono (2003:31) definisi dari

    variabel adalah segala sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

  • 38

    peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

    ditarik kesimpulannya.

    Sementara menurut Kuncoro (2003:41) definisi dari variabel adalah sesuatu

    yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang

    berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang

    sama untuk objek atau orang yang berbeda.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Menurut Sugiyono (2003:72), pengertian dari populasi adalah wilayah

    generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

    karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya.

    Sementara definisi populasi menurut Kuncoro (2003:103) adalah kelompok

    elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di

    mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.

    Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang

    lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang

    dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau

    objek itu.

    Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah pelanggan atau pembeli sabun

    cair Lux di Minimarket Indomaret Bumi Tamalanrea Permai pada bulan Oktober 2011.

  • 39

    3.3.2 Sampel

    Menurut Sugiyono (2003:73), pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

    tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

    keterbatasan dan, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

    diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

    diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-

    betul mewakili.

    Sedangakan definisi sampel menurut Kuncoro (2003:103) adalah suatu

    himpunan bagian (subset) dari unit populasi.

    Dalam penelitian ini menggunakan desain sampel nonprobabilitas, yang

    menggunakan metode sampling aksidental. Menurut Sugiyono (2003:77) sampling

    aksidental adalah:

    Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yangsecara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagaisampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagaisumber data.

    Dengan cara seperti ini tentu saja sampel yang didapat tidak respresentatif. Oleh

    karena itu, tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi. Namun,

    metode ini sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan. Maka dalam hal ini, penelitian

    mendapatkan 54 orang responden di Minimarket Indomaret Bumi Tamalanrea Permai

    pada bulan Oktober 2011. Tetapi 4 orang responden diantaranya dinyatakan gugur,

    karena tidak lengkap dalam mengisi kuesioner.

  • 40

    3.4 Jenis Data

    Data yang akan digunakan oleh penelitian ini, terbagi dalam dua macam, yaitu:

    1. Data Primer

    Menurut Kuncoro (2003:127) pengertian data primer adalah: data yang diperoleh

    dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data

    original. Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh dari persepsi brand

    association menurut pelanggan atau pembeli sabun cair Lux yang diberikan

    kuesioner pertanyaan.

    2. Data Sekunder

    Sementara menurut Kuncoro (2003: 127) pengertian data sekunder adalah: data

    yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada

    masyarakat pengguna data. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh

    berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan profil produk sabun

    mandi cair Lux.

  • 41

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data untuk mendapatkan

    keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pembahasan data yang yang digunakan

    dalam penelitian, antara lain:

    1 Penelitian lapangan (Field Research)

    Yaitu data yang dikumpulkan langsung dengan objek penelitian melalui kuesioner.

    Menurut Sugiono (2003:135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

    dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

    kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

    yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa

    yang bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini menggunakan terstruktur

    yang meliputi petanyaan tertutup, yaitu menggunakan skala likert dengan lima

    tingkatan yaitu, STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, CS = Cukup

    Setuju, S = Setuju, SS = Sangat Setuju. Dalam pertanyaan ini responden hanya

    memilih satu jawaban yang paling sesuai diantara alternatif jawaban yang ada.

    3. Riset Perpustakaan Data

    Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku literatur-literatur

    dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pihak terdahulu yang

    berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini sebagai dasar

    perbandingan dalam pembahasan yang ada hubungannya dengan masalah yang

    dibahas, dan bahan-bahan dari catatan kuliah yang penulis ikuti selama masa

    perkuliahan.

  • 42

    3.5.1 Waktu Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada pelanggan atau

    pembeli sabun mandi cair Lux di Minimarket Indomaret Bumi Tamalanrea Permai,

    Makassar. Data ini diperoleh dari 50 responden untuk mengisi kuesioner yang di

    berikan, pada bulan Oktober 2011 :

    1. Tanggal 3 Oktober 2011 = 3 orang responden

    2. Tanggal 6 Oktober 2011 = 5 orang responden

    3. Tanggal 8 Oktober 2011 = 3 orang responden

    4. Tanggal 10 Oktober 2011 = 2 orang responden

    5. Tanggal 12 Oktober 2011 = 1 orang responden

    6. Tanggal 15 Oktober 2011 = 4 orang responden

    7. Tanggal 17 Oktober 2011 = 3 orang responden

    8. Tanggal 19 Oktober 2011 = 5 orang responden

    9. Tanggal 20 Oktober 2011 = 3 orang responden

    10. Tanggal 22 Oktober 2011 = 2 orang responden

    11. Tanggal 24 Oktober 2011 = 5 orang responden

    12. Tanggal 26 Oktober 2011 = 4 orang responden

    13. Tanggal 28 Oktober 2011 = 5 orang responden

    14. Tanggal 29 Oktober 2011 = 2 orang responden

    15. Tanggal 31 Oktober 2011 = 3 orang responden

    50 orang responden

  • 43

    2. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari PT Unilever Indonesia, Tbk

    3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

    3.6.1 Uji Validitas

    Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya

    diukur (Sugiono, 2003109). Pengujian ini berfungsi untuk menunjukkan tingkat

    kemampuan alat pengukur agar dapat memberikan apa sasaran pokok pengukuran.

    Tujuan dari pengujian ini adalah agar data yang diambil benarbenar valid, yakni

    mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian itu

    adalah pengujian validitas konstruksi (construct validy), instrumen yang mempunyai

    valilitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala

    sesuai dengan yang didefisikan.

    Pengukuran validitas suatu kuesioner dilakukan dengan syarat r hitung > r tabel

    untuk degree of freedom (df) = n k,

    Dimana :

    n = jumlah responden

    k = variabel yang mempengaruhi

    Patokan pangukuran yang digunakan untuk menentukan sahih atau gugurnya

    suatu butir pertanyaan, dengan alpha 0,05 jadi apabila r hitung butir lebih kecil dari r

    kritis, maka dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid dan sebaliknya.

  • 44

    Hasil uji coba validitas instrumen dilakukan pada variabel, yaitu: persepsi brand

    association. Penelitian ini menggunakan 30 orang responden, maka df = 30 2 = 28

    dengan tingkat signifikansi 5% didapat dari tabel r tabel sebesar 0,2407.

    3.6.2 Uji Realibilitas

    Pengujian reabilitas merupakan yang berkaitan dengan masalah adanya

    kepercayaan terhadap alat tes (instrumen). Suatu instrumen dapat memiliki tingkat

    kepercayaan yang tinggi, jika hasil dari pengujian tersebut menunjukan hasil yang tetap.

    Setelah dapat ditentukan bahwa kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini adalah valid,

    maka dilanjutkan dengan uji reabilitas instrumen. Kegunaan uji reabilitas instrumen ini

    adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran kembali terhadap subjek yang sama

    (Simamora, 2004:64).

    Untuk pengujian penelitian ini menggunakan perhitungan reabilitas dengan statistik

    cronbach alpha yang mendekati 1 (satu), itu menunjukan bahwa pengukuran yang

    dipakai benar dengan mengukur apa yang hendak diukur.

  • 45

    3.7 Metode Analisis

    3.7.1 Analisis Regresi Berganda

    Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya menurut

    Sanusi, Anwar (2003:309) digunakan rumus analisis regresi linier berganda sebagai

    berikut:

    y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

    dimana :

    y = dependent variabel (pembelian)

    a = konstata

    b1, b2, b3,b4 = koefisien regresi

    n = banyaknya sampel

    x1, x2, x3,x4 = independent variabel.

    Dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, proses pengolahan data

    dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

    1. Memberikan skala atau bobot dari jawaban-jawaban kuesioner tersebut. Skala

    pengukur yang digunakan adalah skala likert, yaitu digunakan untuk mengukur

    sikap, pendapat, persepsi, seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

    (Sugiyono, 2003:86). Skala ini digunakan untuk memperoleh informasi dari

    responden mengenai persepsi brand association menurut pelanggan atau pembeli

    sabun mandi cair Lux.

  • 46

    Tabel 3.1Skala Penilaian

    Kategori NilaiSS (Sangat Setuju) 5

    S (Setuju) 4CS (Cukup Setuju) 3TS (Tidak Setuju) 2

    STS (Sangat Tidak Setuju) 1Sumber: Sugiono, 2003:88

    2. Berdasarkan jumlah responden yang didapat pada penelitian lapangan dengan

    sampling aksidental 50 orang, maka dapat ditentukan bobot penilaian dengan

    menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi dan nilai terendah

    sebagai berikut:

    Jarak = (Nilai Tertinggi X Sampel) - (Nilai Terendah X Sampel)

    = ( 5 X 50 ) - ( 1 X 50 )

    = ( 250 ) - ( 50 )

    = 200

    3. Dengan diketahuinya nilai dari jarak, maka dapat ditentukan interval dan

    perhitungan sebagai berikut:

    200Interval = _________ = 40

    5

    1. Setelah diketahui intervalnya, maka penilaian persepsi konsuman dapat

    dikelompokan sebagai berikut:

  • 47

    Tabel 3.2Kriteria Penilaian

    Interval Kelas Kriteria Penilaian210 250 Sangat Baik170 209 Baik130 169 Cukup Baik90 129 Tidak Baik50 89 Sangat Tidak Baik

    Sumber: Sugiono, 2003:88

  • 48

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN ANALISIS

    4.1 Deskripsi Objek Penelitian

    4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

    Unilever didirikan dengan nama Levers Zeepfabrieken N.V. menjelang akhir

    tahun 1933 dan mulai beroperasi sebagai produsen sabun Sunlight (yang terkenal dengan

    nama cap tangan) dibulan Oktober 1934, disebuah pabrik yang terkenal di Jalan Tubagus

    Angke, Jakarta Barat. Pembuatan lemak-lemak makanan dan minyak goreng dimulai

    tahun 1936 ditempat yang sama. Untuk itu, maka didirikan sebuah perusahaan tersendiri

    yang bernama Van den Berghs Fabrieken N.V.

    Berdirinya Unilever merupakan hasil dari penggabungan Margarine Union dari

    Belanda dan Lever Brother dari Inggris. Nama Unilever diambil dari penggalan nama-

    nama perusahaan tersebut. Nama Lever Brother dan kedua mitra bisnisnya dari Belanda

    yaitu Anton Jurgens Vergnigde Fabrieken N.V. dan Van der Bergh Fabrieken N.V.

    dapat dikatakan sebagai Bapak pendiri Unilever.

    Dalam bulan November 1941 telah diputuskan untuk mengadakan diversifikasi

    dibidang pasta gigi dan kosmetik lainnya, dengan jalan membeli fasilitas produksi yang

    telah berjalan di Surabaya yaitu maatschappij ter Expoitatitie der Colibri Fabrieken

    N.V. Selama perang dunia II, pengawasan Unilever terhadap perusahaan untuk

    sementara dihentikan hingga bulan Maret 1946. Kemudian pabrik dan peralatannya

  • 49

    diperbaiki dan diperbaharui dengan bantuan induk perusahaan Unilever dan sejak itu

    fasilitas-fasilitas produksi diperluas dan dipermodern.

    Perkembangan usaha PT Unilever Indonesia, Tbk berjalan melalui berbagai

    peristiwa yang mempengaruhi perusahaan dalam pengoperasiannya. Peristiwa-peristiwa

    peperangan di Asia Tenggara, penduduk Jepang (1942-1945), situasi-situasi yang tidak

    menentu setalah perang dunia II selama tahun 1945-1946, penduduk G-30 S/PKI dan

    sebagainya turut mewarnai perjalanan perusahaan. Namun setelah tahun 1967, keadaan

    berubah menjadi baik dan merupakan awal dari perkembangan politik, sosial, dan

    ekonomi nasional. Pemerintah mulai membenahi disegala sektor terutama sektor

    ekonomi.

    Pada tahun 1948, dilakukan pembelian N.V. Oliefabriek Archa yang menjalankan

    pabrik minyak kelapa di Jakarta untuk menjamin persediaan minyak murni secara

    continue bagi pembuatan sabun, lemak-lemak makan dan minyak goreng. Di tahun

    1964, kegiatan Unilever di Jakarta dan Surabaya secara penuh ditempatkan di bawah

    pengawasan pemerintah Indonesia. Di tahun 1967, perusahaan dikembalikan kepada

    Unilever berdasarkan keputusan presidium kabinet Ampera dari perjanjian antara

    Unilever dan Departemen Perindustrian.

    PT Unilever Indonesia, Tbk merupakan salah satu dari perusahaan Unilever

    Group, produsen konsumsi terbesar di dunia. Unilever Group ini adalah perusahaan

    gabungan dari negara Inggris dan Belanda, berkantor pusat di London dan Rotterdam.

    Perusahaan ini dikerjakan oleh 300.000 pegawai dan beroperasi di 75 negara di dunia.

  • 50

    Pemerintah mengajak pihak swasta untuk bekerja sama membangun

    perekonomian negara dan ini diikuti dengan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan

    dengan sektor swasta dan menawarkan berbagai gedung untuk dibangun kepada para

    investor swasta baik dalam maupun negeri untuk menanamkan modalnya.

    PT Unilever Indonesia, Tbk adalah perusahaan multi nasional yang bergerak di

    bidang industri penyediaan kebutuhan sehari-hari (consumer Goods). Perusahaan yang

    berusia lebih dari 70 tahun ini berstatus PMA menghasilkan ragam produk-produk yang

    diminati oleh banyak orang dimulai dari kebutuhan rumah tangga sampai dengan

    perawatan dan kecantikan. Pada tahun 1981, Unilever menjual sahamnya kepada

    masyarakat Indonesia sebasar 15%.

    Sejalan dengan berdirinya perusahaan ini hingga tahun 1980, manajemen

    Unilever di Indonesia ditangani oleh empat perusahaan berlainan, yaitu: Levers

    Zeepfabrieken, Van den Berghs Fabrieken, colibri, dan Archa Oil Mill. Namun,

    kemudian asset seluruh perusahaan tersebut ditransfer ke perusahaan Levers

    Zeepfabrieken dan ketiga perusahaan lainnya dilikuidasi dan pada kantor pusat di

    London mengumumkan bahwa mulai 1 September 1980 keempat perusahaan tersebut

    telah direorganisasikan menjadi satu perusahaan dengan menggunakan nama PT

    Unilever Indonesia, Tbk.

    PT Unilever Indonesia, Tbk berkantor di Graha Unilever, Jalan Jendral. Gatot

    Subroto Kav 15, Jakarta Selatan. PT Unilever Indonesia, Tbk ini mempunyai pabrik-

    pabrik yang berlokasi di:

  • 51

    1. Cikarang : Memproduksi es krim, detergen cair, detergen bubuk, dan bahan

    makanan.

    2. Rungkut : Memproduksi perawatan kecantikan dan kosmetik

    3. Bogor : Memproduksi Teh Sariwangi

    Keberhasilan jangka panjang Unilever menurut komitmen menyeluruh terhadap

    standar kinerja dan produktivitas Unilever yang luar biasa, kerja sama yang efektif dan

    kesediaan untuk menerima gagasan-gagasan baru serta belajar terus menerus. Unilever

    percaya bahwa untuk meraih keberhasilan menurut standar tertinggi perilaku perusahaan

    terhadap karyawan Unilever, konsumen dan masyarakat.

    Kehadiran Unilever yang berakar kokoh pada budaya serta pasar setempat

    diseluruh dunia merupakan warisan yang tak tertandingi dan menjadi landasan

    pertumbuhan Unilever serta kemahiran international sebagai jasa terhadap konsumen-

    konsumen setempat.

    Adapun tujuan PT Unilever Indonesia, Tbk adalah memenuhi kebutuhan sehari-

    hari setiap anggota masyarakat dimanapun mereka berada, mengantisipasi aspirasi

    konsumen dan pelanggan, serta menanggapi secara kreatif dan kompetitif dengan

    produk-produk bermerek dan layanan untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

    Pertumbuhan pesat yang berlanjut ke dalam perdagangan eceran serta peningkatan

    jangkauan untuk mencapai konsumen, melalui perdagangan tradisional telah

    menghasilakan pertumbuhan yang menyeluruh dan memuaskan untuk bisnis Unilever.

    Perluasan serta peningkatan jangkauan perdagangan tradisional dengan

    memperluas kelompok penjualan para distributor telah meningkatkan kinerja bisnis

  • 52

    secara berarti pada jalur ini. Relasi dengan para distributor terus diperihara melalui

    kemitraan yang partisipasif dan komunikatif. Visi jangka panjang perseroan serta

    program mutakhir inovasi pelanggan dikomunikasikan dan dibahas secara teratur,

    masukan dari para distributor disambut dengan baik dan diterapkan. Strategi distributor

    jangka panjang menghadapi abad berikutnya sedang disusun dengan memperhatikan

    pentingnya pelayanan pelanggan, yaitu dari perseroan kepada para distributor dan atau

    kepada pengecer perdagangan modern. Dengan cara ini Unilever dapat mencapai para

    konsumen dengan lebih baik dan dengan demikian meningkatkan kinerja bisnis baik dari

    perseroan maupun dari pelanggan.

    Kekuatan Unilever dikembangkan atas dasar kemampuan para karyawannya.

    Prioritas tinggi diberikan kepada pengemban keterampilan, pengetahuan, dan

    kemampuan yang mencangkup seluruh organisasi melalui perhatian formal dan

    pengembangan pengalaman dalam pekerjaan. Semua manajer kini rata-rata meluangkan

    waktu delapan hari setiap tahunnya untuk mengikuti kegiatan pelatihan.

  • 53

    4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

    Di dalam suatu perusahaan perlu diadakan pembagian tugas, wewenang serta

    tanggung jawab pada masing-masing jawaban sebagai salah satu kesatuan organisasi

    yang terkoordinir.

    Stoner dan Freeman mendefinisikan struktur organisasi sebagai susunan dan

    hubungan antar bagian dan komponen serta posisi dalam suatu perusahaan.

    Struktur organisasi merinci pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi

    atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut dihubungkan sampai batas tertentu, dan juga

    untuk menunjukkan tingkat spesialisasi kegiatan kerja.

    Bagian-bagian sebuah organisasi dapat disusun dengan 3 (tiga) cara yaitu:

    1. Menurut fungsinya

    2. Menurut produk atau pasar

    3. Dalam bentuk matriks

    PT Unilever Indonesia, Tbk adalah suatu perusahaan multi level products dimana

    struktur organisasinya terdapat divisi menurut kategori produksinya.

    Adapun 3 (tiga) kategori produk utama yang diproduksi perusahaan, yaitu:

    1. Produk sabun dan detergen

    2. Produk pangan

    3. Produk kosmetik

    Masing-masing kategori produk tersebut dikelolah oleh sebuah divisi, sehingga

    terdapat tiga divisi yang menangani keseluruhan produk yang dihasilkan oleh

    perusahaan. Manajer sebuah divisi bertanggung jawab atas pengelolahan divisinya dan

  • 54

    memungkinkan manajer tersebut untuk berkompetisi dengan divisi lainnya dalamperusahaan yang sama dalam memaksimumkan laba. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa

    sebuah divisi adalah unit usaha yang mandiri, karena harus melapor ke kantor pusat.

    Struktur organisasi berdasarkan fungsi menghimpun semua orang yang terlibat

    dalam suatu aktivitas, atau beberapa aktivitas yang berkaitan dalam sebuah bagian.

    Struktur organisasi yang berdasarkan produk atau pasar adalah organisasi yang terbagi

    menurut divisi yang menghimpun dalam suatu unit kerja semua orang-orang yangterlibat dalam produksi dan pemasaran suatu produk atau sekelompok produk yang

    terkait dan di dalam struktur organisasi matriks, terdapat dua jenis desain sekaligus,bagaian-bagian fungsional permanent memiliki wewenang atas standar prestasi dan

    profesional unitnya. Untuk itu, tim proyek dibentuk sesuai dengan kebutuhan untuk

    penanganan program-program tertentu.

    Penjelasan struktur organisasi PT Unilever Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut:1. Manajer Umum Divisi

    Manajer umum divisi terdiri dari manajer umum divisi sabun dan detergen, manajerumum divisi pangan, dan manajer umum divisi perlengkapan pribadi.Manajemen Umum Divisi Bertugas:a. Melaksanakan arah kebijakan perusahaan yang telah ditentukan dewan direksi

    dengan persetujuan dewan komisaris yang ditetapkan dalam pengelolaandivisinya.

    b. Merumuskan rancangan kerja untuk departemen-departemen dibawahnya.c. Meningkatkan penjualan yang menghasilkan laba untuk masing-masing

    divisinya.

  • 55

    2. Manajer KeuanganManajer keuangan secara umum bertugas mengatur dan mengawasi masalah

    keuangan untuk ketiga divisi produk selain bertanggung jawab pada direktur

    keuangan.

    3. Manajer Riset dan Pengembangan

    Manajer riset dan pengembangan adalah manajer lini yang bertugas mengadakan

    penelitian dan pengembangan baik tentang produk maupun pasar. Selain itu,

    departemen ini juga bertugas untuk menganalisa masalah yang dihadapi manajer

    umum divisi menyangkut pengembangan produk, penetapan harga, riset pasar,

    maupun pengikan produk.

    4. Manajer Produksi

    Manejer produksi bertugas mengatur dan mengawasi proses produksi serta

    mengadakan produk untuk ketiga divisinya. Manajer ini bertanggung jawab dalam

    pencatatan hasil produksi yang telah masuk dan siap dipasarkan, maupun yang telah

    masuk dan siap dipasarkan, maupun yang telah terjual dan melaporkannya kepada

    ketiga divisi produk. Manajer ini juga bertanggung jawab terhadap kelancaran

    proses produksi serta pengawasan mutunya.

    5. Manajer Pemasaran

    Manajer pemasaran mengepalai departemen pemasaran yang membawahi penjualan

    dan bagian promosi atau pengiklan produk.

    Manajer ini bertugas:

  • 56

    a. Mencari daerah pemasaran yang baru bagi produk yang akan dipasarkan.

    b. Mengumpul dan menganalisis data, guna pengambilan keputusan dalam rangka

    pengembangan pasar.

    c. Merencanakan pembuatan bahan-bahan materi iklan serta mengatur jadwal

    promosi penjualan.

    d. Membuat taksiran atau ramalan penjualan untuk jangka waktu tertentu.

    e. Merencanakan pembuatan bahan-bahan materi iklan serta mengatur jadwal

    promosi penjualan.

    f. Memelihara hubungan baik dengan agen, distributor, serta pengecer. Tanggung

    jawab manajer pemasaran serta meningkatkan permintaan pasar terhadap

    produk.

    6. Manajer penjualan

    Manejer penjualan mengepalai bagian penjualan dan distribusi yang bertanggung

    jawab dalam mengatur daerah penjualan untuk masing-masing distributor, serta

    memonitor tingkat penjualan di setiap wilayah pemasaran tersebut. Manajer ini

    harus dapat memelihara dan mengawasi loyalitas distributor terhadap produk

    perusahaan. Selain bertanggung jawab langsung pada manajer ini juga bertanggung

    jawab kepada direktur penjualan wewenang formal ini ditunjukkan dengan garis

    terputus-putus pada bagian gambar struktur organisasi.

    7. Manajer Promosi dan Penjualan

    Manajer promosi dan periklanan bertugas melaksanakan rancangan pembuatan

    materi iklan produk dan mengurus produk kontrak pemasangan iklan di media cetak

  • 57

    maupun elektronik. Manajer ini bertanggung jawab yang telah ditetapkan oleh

    departemen pemasaran.

    8. Direktur Administrasi

    Direktur administrasi bertugas mengurus administrasi perusahaan keseluruhan yang

    dilaksanakan dikantor pusat. Direktur ini bertanggung jawab terhadap penglolaan

    perusahaan dengan system up to date.

    9. Direktur Teknik

    Direktur teknik bertugas merancang teknik pelaksanaan perusahaan secara garis

    besar sesuai kebijaksanaan dewan direksi. Dengan kata lain, direktur ini

    manerjemahkan secara teknik kebijakan dari pusat tentang kegiatan operasional

    perusahaan.

    10. Direktur Penjualan

    Direktur penjualan bertugas merancang garis besar strategis penjualan dan

    meningkatkan volume penjualan. Direktur penjualan ini bertanggung jawab atas

    volume penjualan dan melaporkannya pada dewan direksi. Direktur penjualan

    memiliki wewenang formal terhadap manajer penjualan dan distribusi.

    11. Direktur Personalia

    Direktur ini secara umum tugasnya mengelola sumber daya manusia dan

    parusahaan. Tugas lainnya adalah membina hubungan antar pegawai dalam

    perusahaan, serta memelihara hubungan baik dengan masyarakat. Direktur

    personalia membawahi dua departemen yaitu external relation dan internal relation

  • 58

    department. Tanggung jawab direktur ini adalah menjadi loyalitas pegawai,

    memelihara performa kerja pegawai, dan kesejahteraan pegawai.

    12. Dewan Direksi

    Dewan direksi ini adalah pusat kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan

    perusahaan. Dewan ini memiliki wewenang dalam menentukan garis besar arah dan

    langkah perusahaan, serta menetapkan tujuan perusahaan untuk jangka waktu

    tertentu.

  • 59

    4.1.3 Kegiatan Produksi Perusahaan

    PT Unilever Indonesia, Tbk selama 70 tahun kiprahnya di Indonesia telah tampil

    sebagai salah satu produsen terbesar barang-barang konsumsi. Bentuk perusahaan adalah

    perseroan terbatas yang pada tanggal 22 Juli 1980 disahkan dengan Akte Notaris

    Ny. Kartini Mulyadi, SH. No. 171 dengan nama PT Unilever Indonesia, Tbk. Kegiatan

    usaha perusahaan sebagian besar adalah memproduksi barang-barang konsumen yang

    bermerek dan dikemas. Barang-barang ini meliputi sabun dan detergen, margarine,

    makanan, produk kosmetika dan es krim. Secara keseluruhan produksi perusahaan

    digolongkan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

    1. Kategori produksi sabun dan detergen

    2. Kategori makanan

    3. Kategori kosmetik atau produksi pribadi

    Perusahaan memiliki tiga buah pabrik utama, yang berlokasi di Jakarta, Bekasi

    dan Surabaya. Dari sinilah merek-merek produk PT Unilever Indonesia, Tbk yang telah

    dikenal seperti: Lux, Pepsodent, Blue Band Margarin, dan Sabun Sunlight dihasilkan.

    Dikantor pusatnya di Graha Unilever yang terletak di Jalan Jend. Gatot Subroto

    Kav 15 Jakarta, perusahaan mengelolah kegiatan operasional yang wilayah

    pemasarannya mencangkup ke seluruh wilayah Indonesia.

    Di sini akan lebih dijelaskan mengenai masing-masing divisi yang memproduksi

    produk-produknya dan bertanggung jawab untuk memasarkannya.

  • 60

    1. Divisi Makanan (foods)

    Dimulai dari tahun 1937, perusahaan mulai memproduksi margarine dengan merek

    Blue Band dan memuaskan untuk menjadikannya sebagai produks margarine nomor

    satu. Sejak itulah merek tersebut merupakan awal usaha perusahaan memproduksi

    makanan. Adapun jenis lain yang dihasilkan dari divisi ini, adalah:

    a. Makanan Ringan : Taro

    b. Minuman Ringan : Buavita

    c. Margarine : Blue Band

    d. Minyak Goreng : Minyak Samin (cap onta)

    e. Teh : Sariwangi, Lipton

    f. Es Krim : Walls

    g. Penyedap Masakan : Royco, Kecap Bango

    2. Divisi Sabun Cair dan Padat (Detergent)

    Sampai sekarang detergan merupakan produk terbesar perusahaan dan telah

    membuktikan volume penjualan yang meyakinkan. Pada tahun 1970-an, divisi

    detergan berhasil melipatgandakan penjualannya dan hingga saat ini sabun cuci

    pertama di Indonesia yang menggunakan bahan NSD (non soap detergent) berhasil

    menjadi nomor satu di pasaran, yaitu Rinso. Adapun jenis lain yang dihasilkan dari

    divisi ini, adalah:

    a. Sabun Cuci : Rinso, Superbusa, Omo, Sunlight, dan Surf

    b. Sabun Cuci Piring : Sunlight, Vim Power

  • 61

    c. Sabun Mandi : Lux, Lifebuoy, Pure it, Dove

    d. Pewangi Cucian : Comfort, Molto

    e. Pembersih Lantai : Wipol

    3. Divisi Kecantikan

    Usaha divisi personal products mulai dengan pengakuisisian pabrik. Draile di

    Surabaya, Colibri. Saat itu perusahaan hanya memproduksi pasta gigi yang

    bermerek Pepsodent dan tidak berminat untuk memperluas usahanya dengan

    memproduksi produk-produk toiletries. Selain karena perusahaan tidak memiliki

    pengalaman cukup untuk usaha itu, juga karena kesulitan bahan baku dan konsumen

    pada saat itu lebih pada produk-produk impor dari Inggris.

    Setelah tahun 1977, kemampuan daya beli masyarakat meningkat. Perusahaan

    melihat bahwa produk-produk yang dikeluarkan seperti kecantikan dan shampo

    dapat terjangkau oleh kemampuan masyarakat, maka perusahaan meluncurkan

    produk-produk baru seperti minyak goreng, deodorant, shampo, lotion, skin care,

    bedak, dan pasta gigi.

    Secara menyeluruh tahun 1999, merupakan tahun yang sangat berhasil bagi divisi

    personal care. Merek-merek personal care berhasil tumbuh kuat, ini dapat tercapai

    berkat fokus terhadap inti mendasar, pemahaman mendalam akan konsumen dan

    terjemahan tepat atas pemahaman ini ke dalam kombinasi merek yang mampu

    memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik.

  • 62

    Dibidang bisnis rambut, produk clear tergolong berhasil memasuki pasar. Kategori

    produk skin mengalami pemulihan pada tahun 1999, inovasi dan komunikasi kuat

    produk Ponds, Vaseline, Citra, dan Hazeline telah meluas kedudukannya di pasar.

    Adapun jenis produk yang dihasilkan pada divisi ini, adalah:

    a. Pasta Gigi : Pepsodent, Pepsodent Junior, dan Close Up

    b. Shampo : Sunsilk, Clear, Bricks, dan Organics, Dove

    c. Minyak Rambut : Bricks

    d. Deodorant : Rexona, dan Axe

    e. Lotion : Citra, Ponds, dan Hazeline, Vaseline

    f. Baby Care : Cuddle

    g. Face Care : Ponds dan Hazeline

    4.2 Profil Responden

    Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei,

    maka telah dilakukan penyebaran kuesioner dengan mendapatkan 54 orang responden

    yang merupakan konsumen atau pembeli sabun mandi cair Lux di minimarket

    Indomaret Bumi Tamalanrea Permai.

    Tetapi 4 orang responden dinyatakan gugur, karena dalam mengisi kuesioner

    tidak lengkap. Maka penyebaran kuesioner hanya mendapatkan 50 orang responden.

    Dengan menggunakan 4 buah item sebagai data responden. Data responden

    tersebut adalah usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan responden per bulan.

  • 63

    Tabel 4.1

    Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Usia Responden Jumlah Responden Persentase (%)18 - 25 tahun26 30 tahun31 35 tahun

    < 45 tahun

    57

    1226

    10%14%24%52%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Pada tabel 4.1 dapat dilihat responden yang berusia 18 - 25 tahun, yaitu sebanyak

    5 orang (10%), sedangkan yang berusia 26 30 tahun sebanyak 7 orang (14%),

    responden yang berusia 31 35 tahun sebanyak 12 orang (24%), dan responden yang

    berusia < 45 tahun sebanyak 26 orang (52%).

    52%

    63

    Tabel 4.1

    Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Usia Responden Jumlah Responden Persentase (%)18 - 25 tahun26 30 tahun31 35 tahun

    < 45 tahun

    57

    1226

    10%14%24%52%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Pada tabel 4.1 dapat dilihat responden yang berusia 18 - 25 tahun, yaitu sebanyak

    5 orang (10%), sedangkan yang berusia 26 30 tahun sebanyak 7 orang (14%),

    responden yang berusia 31 35 tahun sebanyak 12 orang (24%), dan responden yang

    berusia < 45 tahun sebanyak 26 orang (52%).

    10%14%

    24%

    18-25 tahun

    26-30 tahub

    31-35 tahun

    < 45 tahun

    63

    Tabel 4.1

    Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Usia Responden Jumlah Responden Persentase (%)18 - 25 tahun26 30 tahun31 35 tahun

    < 45 tahun

    57

    1226

    10%14%24%52%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

    Pada tabel 4.1 dapat dilihat responden yang berusia 18 - 25 tahun, yaitu sebanyak

    5 orang (10%), sedangkan yang berusia 26 30 tahun sebanyak 7 orang (14%),

    responden yang berusia 31 35 tahun sebanyak 12 orang (24%), dan responden yang

    berusia < 45 tahun sebanyak 26 orang (52%).

    18-25 tahun

    26-30 tahub

    31-35 tahun

    < 45 tahun

  • 64

    Tabel 4.2

    Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pekerjaan Responden Jumlah Responden Persentase (%)Ibu Rumah TanggaKaryawan Swasta

    Pegawai Negeri SipilPelajar/Mahasiswa

    Wiraswasta

    30552

    8

    60%10%

    10%4%

    16%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga,

    yaitu 30 orang (60%), karyawan swasta berjumlah 5 orang (10%), pegawai negeri sipil

    sebanyak 5 orang (10%) sedangkan jumlah responden pelajar/mahasiswa adalah 2 orang

    (4%) dan sebagai wiraswasta berjumlah 8 orang (16%).

    10%

    10%

    4%

    64

    Tabel 4.2

    Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pekerjaan Responden Jumlah Responden Persentase (%)Ibu Rumah TanggaKaryawan Swasta

    Pegawai Negeri SipilPelajar/Mahasiswa

    Wiraswasta

    30552

    8

    60%10%

    10%4%

    16%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga,

    yaitu 30 orang (60%), karyawan swasta berjumlah 5 orang (10%), pegawai negeri sipil

    sebanyak 5 orang (10%) sedangkan jumlah responden pelajar/mahasiswa adalah 2 orang

    (4%) dan sebagai wiraswasta berjumlah 8 orang (16%).

    60%

    16% Ibu rumah tangga

    Karyawan swasta

    Pegawai Negeri Sipil

    Pelajar/mahasiswa

    Wiraswasta

    64

    Tabel 4.2

    Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pekerjaan Responden Jumlah Responden Persentase (%)Ibu Rumah TanggaKaryawan Swasta

    Pegawai Negeri SipilPelajar/Mahasiswa

    Wiraswasta

    30552

    8

    60%10%

    10%4%

    16%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

    Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga,

    yaitu 30 orang (60%), karyawan swasta berjumlah 5 orang (10%), pegawai negeri sipil

    sebanyak 5 orang (10%) sedangkan jumlah responden pelajar/mahasiswa adalah 2 orang

    (4%) dan sebagai wiraswasta berjumlah 8 orang (16%).

    Ibu rumah tangga

    Karyawan swasta

    Pegawai Negeri Sipil

    Pelajar/mahasiswa

    Wiraswasta

  • 65

    Tabel 4.3

    Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pendidikan Responden Jumlah Responden Persentase (%)SMP

    SMU/sederajatPerguruan Tinggi

    102515

    20%50%30%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir

    SMP yaitu 10 orang (20%), SMU/sederajat berjumlah 25 orang (50%), Perguruan Tinggi

    berjumlah 15 orang (30%).

    30%

    65

    Tabel 4.3

    Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pendidikan Responden Jumlah Responden Persentase (%)SMP

    SMU/sederajatPerguruan Tinggi

    102515

    20%50%30%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir

    SMP yaitu 10 orang (20%), SMU/sederajat berjumlah 25 orang (50%), Perguruan Tinggi

    berjumlah 15 orang (30%).

    20%

    50%

    30%SMP

    SMU/sederajat

    Perguruan tinggi

    65

    Tabel 4.3

    Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pendidikan Responden Jumlah Responden Persentase (%)SMP

    SMU/sederajatPerguruan Tinggi

    102515

    20%50%30%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir Responden

    Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir

    SMP yaitu 10 orang (20%), SMU/sederajat berjumlah 25 orang (50%), Perguruan Tinggi

    berjumlah 15 orang (30%).

    SMP

    SMU/sederajat

    Perguruan tinggi

  • 66

    Tabel 4.4

    Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan

    Pendapatan Responden Jumlah Responden Persentase (%)Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000Rp.1.100.000 Rp.2.000.000

    Rp.2.000.000 Rp.3.000.000> Rp.3.000.000

    817

    1312

    16%34%

    26%24%

    Total 50 100%Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

    Gambar 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan

    Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pendapatan per

    bulan Rp. 500.000 - Rp.1.000.000 sebanyak 8 orang (16%), responden yang mempunyai

    pendapatan Rp.1.100.000 Rp.2.000.000 berjumlah 17 orang (34%), responden yang

    mempunyai pendapatan Rp.2.100.000 Rp.3.000.000 sebanyak 13 orang (26%), dan

    responden yang mempunyai pend