paper mata miopia patologis

21
PAPER DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN  NAMA : FERDINANDO M BAEHA  NIM : 090100 243 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan  pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejaja r dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia” yang memiliki arti menutup mata. 1  Menurut Curtin, secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu (1) miopia fisiologi dan (2) miopia patologi. Miopia patologi menurut  American Academy of Ophthalmology (AAO) disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan sangat bertambahnya panjang bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar refraksinya 8 dioptri atau lebih atau axial lenght ( AL) sama dengan 32,5 mm atau lebih. 1  Miopia degeneratif adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia degeneratif adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3- 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata. 2  Miopia degeneratif dilaporkan menjadi penyebab kebutaan ketujuh di Amerika Serikat, keempat di Hongkong, dan kedua di Cina dan Jepang. Miopia degeneratif merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia seiring dengan penanganan yang kurang efektif sehingga kebanyakan ahli ophtalmologis beranggapan bahwa  penyebabnya tidak diketahui atau hilang. Sebagai hasilnya, kondisi ini menyebabkan hilangnya penglihatan dari begitu banyak orang selama bertahun-tahun pada periode  pertengahan kehidupan dan usia tua. Miopia degeneratif tampaknya merupakan suatu kondisi genetik yang diwariskan. Inilah sebabnya kondisi ini menjadi bervariasi  begitu banyak antar berbagai kelompok ras atau etnis. Cacat genetik yang  bertanggung jawab dapat ditransmisikan antara generasi dalam berbagai cara, dan dapat menghasilkan derajat yang sangat berbeda dari miopia pada anggota keluarga

Upload: ferdinando-baeha

Post on 10-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 1/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di

depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan

 pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada

mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani

“muopia” yang memiliki arti menutup mata.1 

Menurut Curtin, secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu (1)

miopia fisiologi dan (2) miopia patologi. Miopia patologi menurut American Academy

of Ophthalmology  (AAO) disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia

degeneratif. Miopia patologi adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan

sangat bertambahnya panjang bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar

refraksinya 8 dioptri atau lebih atau axial lenght ( AL) sama dengan 32,5 mm atau

lebih.1 

Miopia degeneratif adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40

tahun. Miopia degeneratif adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita

dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3- 4 kali lebih besar untuk terjadinya

komplikasi pada mata.2 

Miopia degeneratif dilaporkan menjadi penyebab kebutaan ketujuh di Amerika

Serikat, keempat di Hongkong, dan kedua di Cina dan Jepang. Miopia degeneratif

merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia seiring dengan penanganan yang

kurang efektif sehingga kebanyakan ahli ophtalmologis beranggapan bahwa

 penyebabnya tidak diketahui atau hilang. Sebagai hasilnya, kondisi ini menyebabkan

hilangnya penglihatan dari begitu banyak orang selama bertahun-tahun pada periode

 pertengahan kehidupan dan usia tua. Miopia degeneratif tampaknya merupakan suatu

kondisi genetik yang diwariskan. Inilah sebabnya kondisi ini menjadi bervariasi

 begitu banyak antar berbagai kelompok ras atau etnis. Cacat genetik yang

 bertanggung jawab dapat ditransmisikan antara generasi dalam berbagai cara, dan

dapat menghasilkan derajat yang sangat berbeda dari miopia pada anggota keluarga

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 2/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

2

yang berbeda. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat menyebabkan kerusakan

retina atau ablasio. Miopia tinggi juga berkaitan dengan katarak dan glaukoma.2 

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui fisiologi mata,

mengetahui Miopia Patologis mulai dari definisi, etiologi, diagnosa, manifestasi

klinis, dan penatalaksanaanya. Selain itu, tujuan penulisan paper ini adalah sebagai

salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu

Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 3/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Mata3 

2.1.1. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya, merupakan jaringan

yang menutup bola mata sebelah depan. Tebal kornea rata-rata orang dewasa adalah

0,65 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah (terdapat variasi menurut

ras), diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Kornea

 berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke

dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh

darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu:

•  Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel.

•  Membran Bowman merupakan lapisan jernih aselular.

•  Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea yang tersusun

atas serat-serat kolagen.

•  Membran Descement merupakan lamina basalis endotel kornea

•  Lapisan endotel hanya mempunyai satu lapis sel dan berperan dalam

mempertahankan deturgesensi stroma kornea.

2.1.2. Sklera

Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai

 pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu

sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata dan tebal 1 mm. Permukaan

luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu

episklera yang banyak mengandung pembuluh darah yang mendarahi sklera

sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna

coklat, yaitu lamina fuska yang membatasi sklera dengan koroid.

2.1.3. Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea

dan sklera yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 4/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

4

a.  Iris, merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan

yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat ditengahnya, yang

disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untukmengatur banyaknya cahayayang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan

melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya yang terang dan

melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap yang dipengaruhi oleh

 persarafan simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis).

 b.  Badan siliar, merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah

tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat atau jauh

dalam lapang pandang dan mempunyai sistem ekskresi yang terdiri dari dua

 bagian, yaitu korona siliar yang berkerut-kerut dengan tebal 2 mm dan pars

 plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm.

c.  Koroid, merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklera

yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar,

 berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di

 bawahnya. Bagian dalam pembuluh darah koroid disebut koriokapilaris.

2.1.4. Lensa

Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular dan terletak dibelakang iris

yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi (terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan

diameter 9 mm yang mempuyai sifat kenyal atau lentur dan jernih (transparan).

Kapsul lensa adalah membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.

65% lensa terdiri atas air dan 35% protein. Lensa ditahan di tempatnya oleh

ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii. Seiring dengan

 bertambah usia, lensa perlahan menjadi lebih besar dan kurang elastis.

2.1.5. Badan Kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara

lensa dan retina. Badan kaca bersifat semicair yang mengandung 99% air dan 1%

terdiri dari 2 komponen, yaitu kolagen dan asam hialuronat. Fungsi badan kaca adalah

mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 5/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

5

2.1.6. Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis

yang melapisi bagian dalam 2/3 poterior dinding bola mata. Retina membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan corpus sillier , dan berakhir di tepi ora serrata.

Pada orang dewasa, ora serrata berada disekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe

 pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar

retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga

 bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid, dan sklera. Di sebagian besar tempat,

retina dan epithelium pigmen retina mudahterpisah hingga membentuk ruang

subretina. tetapi pada discus optikus  dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen

retina saling melekat kuat.

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada sentral

retina. Di tengah-tengah retina posterior terdapat macula. Di tengah macula, sekitar

3,5 mm sebelah lateral discus optikus  terdapat  fovea. Retina menerima asupan darah

dari dua sumber : khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrana Bruch  yang

memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti

luar fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari ateria

sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam. Berdasarkan topografi,

retina dibagi menjadi retina sentral yaitu kurang lebih sama dengan daerah macula 

dan retina perifer yaitu di daerah retina di luar daerah macula.

Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke

otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor

kerucut daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.

Retina manusia terdiri atas sepuluh lapis. Urutan lapisan-lapisan tersebut (ke

arah kornea) adalah:

1.  Retinal pigment epithelium (RPE)

2.  Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel

 batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucu (Rods/Cones).

3.  Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.

4.  Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel batang dan

kerucut. Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolism dari kapiler

koroid.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 6/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

6

5.  Lapisan plexiformis luar, atau dikenal sebagai "Lapisan serat Henle"

(Fiber layer of Henle) merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat

sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.6.  Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal

dan sel muller . Lapis ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral.

7.  Lapisan plexiformis dalam, merupakan lapisan aseluler, tempat sinaps sel

 bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

8.  Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan

merupakan asal dari serat saraf optik.

9.  Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju kearah

saraf optik. Di dalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah

retrina.

10. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retinadan badan

kaca.

Epitel pigmen retina ( RPE ) terbentuk dari satu lapis sel, melekat longgar

 pada retina kecuali di perifer ( ora serata ) dan disekitar lempeng optik. RPE ini

membentuk mikrovili yang menonjol diantara lempeng segmen luar sel batang

dan sel kerucut dan menyeimbanginya. Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen

eksternal sel batang dan kerucut, memfasilitasi pasase nutrien dan metabolit antara

retina dan koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut,

 pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga mengandung

granula melanin yang mengabsorpsi cahaya yang terpencar.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih

 banyak. Fotoreseptor kerucut berfungsi untuk sensasi terang, bentuk serta warna.

Fovea hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Apabila fovea atau daerah makula

menderita penyakit, maka visus sentral (dan tajam penglihatan) akan terganggu.

Fotoreseptor batang berfungsi untuk melihat dalam suasana gelap atau remang-

remang. Apabila bagian retina perifer menderita penyakit, maka penglihatan malam,

adaptasi gelap dan penglihatan samping akan terganggu.

Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak

mempunyai daya penglihatan (bintik buta). Penyakit retina biasanya tidak memberi

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 7/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

7

keluhan nyeri dan mata tidak merah. Pemeriksaan retina dilakukan dengan

oftalmoskop direk atau oftalmoskop indirek, foto fundus biasa dan angiografi.

2.2. Fisiologi Melihat3 

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan

menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,

 pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika

sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen

kontraktil pada iris yaitu  papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan

 papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi.

Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells. 

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan

 pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi

 pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita

memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada

tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina

 bergantung pada kemampuan refraksi mata.

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea, aqueous humour, dan lensa.

Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi

untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang

dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai

retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi

aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi

 pada retina .

Retina memiliki dua komponen utama yakni  pigmented retina dan  sensory

retina. Pada  pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin

yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang

mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi

fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada  sensory retina, terdapat tiga lapis neuron

yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan  ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini

dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan

 pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan  ganglionic sedangkan lapisan

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 8/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

8

 pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan  ganglionic .Setelah aksi

 potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan

ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract , lateral geniculate dari thalamus, superiorcolliculi, dan korteks serebri.

2.3. Miopia Patologis

2.3.1. Definisi Miopia adalah kelainan refraksi dimana berkas paralel cahaya yang masuk ke

dalam mata pada saat mata istirahat difokuskan di depan retina.4 

Klasifikasi miopia :5 

  Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan

kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

  Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi

 pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih lebih cembung sehingga

 pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia

yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensayang terlalu

kuat.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:

  Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri

  Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri

  Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:

  Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

  Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

 bertambah panjangnya bola mata

  Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan

ablasi retina dan kebutaan.

Secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu miopia fisiologi dan

miopia patologi. 6 

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 9/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

9

Miopia fisiologi ( simple, school ) adalah suatu keadaan refraksi dengan

struktur bola mata masih dalam batas normal. Kurvatura kornea dan lensa ataupun

 peningkatan aksial dari bola mata sesuai dengan laju pertumbuhan normal.

1

 Miopia patologi menurut  American Academy of Ophthalmology (AAO)

disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi

adalah miopia tinggi yang disertai dengan perubahan segmen posterior dari mata.6

2.3.2. Etiologi7 

o  Faktor Keturunan 

Penelitian ginekologis telah memberikan banyak bukti bahwa faktor

keturunan merupakan faktor etiologi utama terjadinya miopia patologi.

Cara transmisi dari miopia patologi adalah autosomal resesif, autosomal

dominan , sex linked  dan derajat miopia yang diturunkan ternyata bervariasi

o  Faktor Perkembangan 

Bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor prenatal dan perinatal turut

 berperan serta menyebabkan miopia patologi. Penyakit ibu yang dikaitkan

dengan penderita miopia kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia

dan penyakit retina. Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan

miopia patologi adalah kelahiran prematur yakni berat badan lahir kurang

dari 2500 gram. Brain menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek

mesodermal yang berkaitan denga prematuritas.

2.3.3. Patogenesis7 

Berbagai macam teori dikemukakan mengenau terjadinya miopia degeneratif,

namun terdapat dua teori yang saling bertentangan, yaitu :

o  Teori Mekanik

Timbul pada abad ke 19, yang mengatakan bahwa terjadinya miopia

degeneratif disebabkan karena peregangan sklera. Peregangan ini dapat

terjadi pada sklera yang normal ataupun yang sudah lemah.

Adanya konvergensi yang berlebihan, akomodasi yang terus menerus

dan kontraksi muskulus orbikularis okuli akan mengakibatkan tekanan

intraokuler meningkat yang selanjutnya menimbulkan peregangan sklera.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 10/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

10

Selain itu pad akomodasi dimana terjadi kontraksi muskulus ciliaris akan

menarik koroid, sehingga akan menyebabkan atropi. Konvergensi dan

 posisi bola mata ke arah inferior pada waktu menyebabkan pole posteriortertarik ke arah nervus optikus.

Perlemahan sklera diduga juga menjadi penyebab membesarnya bola

mata. Perlemahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

  Kongesti sklera

  Inflamasi sklera

  Malnutrisi

  Endokrin

  Keadaan umum

  Skleromalasia

Menurut teori ini terdapat kaitan antara timbulnya dan progresivitas

miopia dengan kebiasaan melihat dekat dan keadaan umum sesorang.

o  Teori Biologi

Teori ini timbul setelah pengamatan bahwa miopia aksial adalah

herediter, penipisan bola mata hanya di daerah pole posterior, degenerasi

retina terjadi sekunder setelah atrofi yang tidak sesuai dengan besarnya

 pemanjangan bola mata.

Vogt mengatakan bahwa faktor timbulnya miopia terdapat pada

 jaringan ektodermal yaitu retina, sedangkan jaringan mesodermal di

sekitarnya tetap normal. Retina tumbuh lebih meninjol dibanding dengan

koroid dan sklera. Pertumbuhan retina yang abnormal ini diikuti dengan

 penipisan sklera dan peregangan koroid. Koroid yang peka terhadap

regangan akan menjadi atrofi. Seperti diketahui pertumbuhan sklera

 berhenti pada janin berumur 5 bulan sedangkan bagian posterior retina

masih tumbuh terus sehingga bagian posterior sklera menjadi palong tipis.

2.3.4. Gejala Klinis7,8,9

 

Pada penderita miopia degeneratif didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut :

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 11/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

11

1.  Penurunan tajam penglihatan (visus).

Penurunan visus yang bertahap setelah usia pertengahan disebabkan

 proses degenerasi yang melibatkan makula, tapi bisa juga karena katarak,ablasio retina, dan glaukoma.

Bila penderita mengeluh penurunan visus tiba-tiba, harus dilakukan

 pemeriksaan fundus perifer karena kemungkinan hal ini diakibatkan adanya

retinal tear yang mengenai pembuluh darah kecil dengan konsekuensi

 perdarahan intravitreal.

2.  Floaters.

Merupakan keluhan lapangan pandang paling sering. Hal ini terjadi

 pada awal dari proses degenerasi vitreous. Keluhan berupa bayangan berupa

goresan di dalam lapangan pandang, dan bila bayangan goresan itu bertambah

merupakan tanda adanya vitreous detachment dan hyaloid hole di dekat aksis

visualis.

3.  Asthenopia

Asthenopia disebabkan kemampuan mata yang hanya dapat melihat

 pada jarak dekat dan memerlukan konvergensi berlebihan tanpa menggunakan

kacamata koreksi.

4.  Cephalgia

Sakit kepala dan daerah mata atau periorbital kadang-kadang

dikeluhkan oleh penderita.

5.  Fotopsia

Keluhan yang paling sering adalah melihat kilat yang diasumsikan

sebagai adanya traksi retina dan awal dari suatu ablasio retina atau ada

goncangan vitreous yag encer.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 12/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

12

6.  Metamorfopsia

Adalah gejala gangguan penglihatan yang sangat serius karena

 biasanya disebabkan transudasi atau perdarahan pada area makula yangsebelumnya sudah terbentuk membran neovaskular subretina. Bila kelainan ini

terdapat diluar daerah fovea dapat disarankan terapi laser.

7.  Diplopia

Juga merupakan keluhan pada penglihatan bila kerja otot luar bola

mata terganggu akibat memakai kacamata dengan ukuran koreksi yang tidak

sesuai.

8.  Penurunan Rigiditas Okular

Pada miopia degeneratif, rigiditas okular menurun. Tidak ada korelasi

antara rigiditas okular dengan tingginya refraksi.

2.3.5. Diagnosis Banding8 

Diagnosis banding dari miopia patologis diantaranya :

   Age-Related Macular Degeneration   Ocular Histoplasmosis 

Pada umumnya tersebar pada fundus

 Tilted Disc

 Gyrate Atrophy

 Toxoplasmosis

2.3.6. Diagnosis7,9,10,11,12,13,14

 

Pada pemeriksaan funduskopi dapat dijumpai :

  Penipisan sclera

Penipisan sklera dan lokalisasi ektasia di pole posterior adalah khas

untuk miopia degeneratif. Pemanjangan diameter bola mata antero-posterior

(AP) disertai penipisan sklera di posterior tampak sebagai posterior ectasia

atau stafiloma. Curtin pada tahun 1977 menemukan stafiloma tersebut di

daerah pole posterior, area makular, area peripapil, area nasal atau inferior.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 13/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

13

Juga ditemukan bentuk campuran dan kompleks. Penelitian tersebut stafiloma

 posterior terdapat pada 19% mata miopia dengan axial length 26,5 mm.

Peningkatan usia juga sangat mempengaruhi timbulnya stafiloma posterior danadanya stafiloma posterior merupakan petunjuk bagi prognosa visus, sebab

19,6% diantaranya termasuk dalam keadaan buta sosial. Sesudah usia 60

tahun, 53,3% mata dengan stafiloma termasuk buta sosial. Stafiloma posterior

merupakan tanda karakteristik pada miopia degeneratif.

  Retina schisis

Pada miopia pembesaran bola mata tidak disertai pemanjangan vassa

retina sebagaimana retina. Dan inilah salah satu mekanisme terjadinya retina

schisis yaitu pemisahan vassa retina yang besar pada membrana limitan

interna dari lapisan retina yang lain.Perubahan degenerasi pada lapisan koroid

Perubahan degenerasi pada lapisan koroid pada awalnya akan melibatkan

koriokapilaris, vitreous, dan retinal pigment epitel (RPE).

   Lacquer cracks

Bila proses degenerasi pada koroid berlanjut timbul pembentukan

 jaringan kolagen menggantikan jaringan koriokapilaris. Tetapi bila hal ini

tidak terjadi, penipisan koroid akan berkembang sampai ke membran Bruch’s

dan akan terjadi robekan. Klein dan Curtin tahun 1975 memperkirakan bahwa

robekan-robekan ini akan membaik lalu mengecil dan kemudian membentuk

garis kuning tak beraturan, bercabang, dan membentuk garis bersilang di

sekitar pole posterior. Garis-garis tersebut disebut dengan lacquer cracks yang

hanya tampak pada 4,3% penderita miopia tinggi dan terdapat pada kelompok

laki-laki muda. Pada penelitian Clein dan Curtin ditemukan 22 pasien dengan

lacquer cracks, semuanya mengalami stafiloma dan temporal crescent .

Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan :

  Ultrasonography

Dapat digunakan untuk mendeteksi adanya staphyloma dan mengukur panjang

axial dari mata

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 14/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

14

   Fluorescein angiography

Untuk melihat kondisi pembuluh darah di koroid dan retina. Pemeriksaan ini

dilakukan apabila pasien diduga memiliki Choroidal Neovascularization.  Optical Coherence Tomography 

Merupakan salah satu teknik imaging   yang digunakan untuk menentukan

adanya vitreomacular traction dan macular schisis.

Gambar 1. Lacquer cracks 

Gambar 2. Staphyloma 

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 15/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

15

  Perdarahan koroid sepanjang lacquer cracks dan membran neovaskular.

Keadaan ini diperkirakan merupakan proses robeknya membran  Bruch

dan merupakan faktor predisposisi terbentuknya membran neovaskular   padasub RFE yang selanjutnya bisa berakibat timbulnya perdarahan  maupun

sikatrik.

   Fuch’s spot  

Sebanyak 5,2% penderita miopia degeneratif yang telah diteliti

mempuyai lesi berpigmen di area sentral dan dikenal dengan  Fuch’s  spot . Lesi

ini berbeda dengan degenerasi makula senilis yang juga mempunyai

kecenderungan tinggi terbentuknya deposit pigmen. Pada miopia hal ini terjadi

 pada daerah atrofi korioretinal. Kebanyakan  Fuch’s spot diikuti

neovaskularisasi koroid yang menembus membran  Bruch kemudian hingga

mengakibatkan detachment RPE tipe serous dan hemorraghic. Secara

histologi, tampak bercak sebagai jaringan sikatriks fibrovaskular.

Gambar 3. Fuch’s spot  

  Degenerasi Lattice

Pertama kali dideskripsikan oleh Gonin tahun 1904. Merupakan bercak

 penipisan retina berbatas tegas, terletak di lapisan retina dalam. Beberapa lesi

 bisa disertai dengan hiperpigmentasi atau tanpa pigmen. Di daerah tersebut

tampak vitreous encer dan kondensasi serabut vitreous tampak melekat di

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 16/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

16

daerah tersebut. Merupakan hal yang serius pada miopia degeneratif karena

merupakan predileksi timbulnya robekan dan ablasio retina. Biasanya terdapat

dikuadran supratemporal. Pada penelitian terhadap 1437 mata oleh Karlin danCurtin tahun 1976 ada hubungan positif diantara prevalensi keempat tanda

degenerasi yaitu stafiloma posterior, lattice degenerasi,  pavingstone 

appearance, dan white without pressure dengan axial length mata.

Gambar 4. Degenerasi Lattice

  Degenerasi peripapil nervus optikus.

Degenerasi juga meliputi daerah peripapil yang merupakan tanda awalyang dapat dilihat, sehingga terlihat lapisan koroid di area tersebut. Pada papil

nervus optikus terlihat gambaran klasik akibat miopia. Dengan oftalmoskop

 papil nervus optikus arahnya tampak miring ke arah sisi temporal (tilted disc)

dengan permukaan datar, tampaknya peningkatan ratio cup dan disc yang

sesuai dengan axial length. Di daerah temporal disc terlihat kresen putih terang

dari sklera yang dipinggirnya ada pigmentasi. Pigmen di daerah kresen

disebabkan oleh hipertrofi dan kadang-kadang hiperplasia RPE.

2.3.7. Terapi7 

  Koreksi Refraksi

Langkah pertama dalam penatalaksanaan miopia patologi adalah

koreksi refraktif baik dengna lensa oftalmik maupun lensa kontak. Koreksi

refraktif yang paling sesuai adalah koreksi refraksi minimal yang memberikan

tajam penglihatan maksimal. Penggunaan lensa kontak memberikan

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 17/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

17

keuntungan yang lebih banyak, sebab dapat mempercantik penampilan,

mamperluas lapangan pandang serta mengurangi distorsi dan aberasi.

  Modifikasi Lingkungan

Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan

miopia, tapi penelitian yang lain masih belum mendukung. Telah dianjurkan

 pada penderita miopia yang terpapar secara genetik untuk meningkatkan

konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke Elder

manyarankan diet kaya vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.

Aktivitas lingkungan yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misal

 jogging, namun aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan

intrakranial dan stres sebaiknya dihindari, misal angkat berat.

  Tindakan Operatif

Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia

 patologis, misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan

 bedah refraksi yang disarankan.

  Fotokoagulasi Laser

Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon

laser photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia

 patologi ini terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik

diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata tersebut.

  Pengawasan Tekanan Intraokuler

Tekanan intraokuler harus dipantau karena memiliki peranan dalam

 pemanjangan aksial bola mata. Black merekomendasikan bahwa penderita

miopia patologi harus memiliki tekanan intraokuli dibawah 20 mm Hg.

2.3.8. Komplikasi12

 

Komplikasi yang dapat timbul dari miopia patologis yaitu :

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 18/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

18

a)   Rhegmatogenous Retinal Detachment

Disebabkan oleh lepasnya vitreus bagian posterior, degenerasi lattice,

asymptomatic atropic holes, macular holes dan reibeknya retina.b)  Choroidal Neovascularization

c)  Foveal Retinoschisis

d)  Macular Hole

e)  Dapat muncul secara spontan maupun setalah trauma ringan, dan berhubungan

dengan pelepasan retina. Vitrectomy merupakan terapi yang efektif.

f)  Katarak

g)  Glaukoma

h)  Amblyopia

i)  Dislokasi Lensa

2.3.9. Prognosis15

 

Prognosis pasien dengan miopia patologis bervariasi dilihat dari perubahan

yang muncul pada retina dan okular. Pemeriksaan mata secara berkala perlu dilakukan

tergantung dari keparahan dari perubahan retina dan okular. Pemeriksaan retina,

 pemeriksaan lapangan pandang, pengukuran tekanan intraokuler merupakan

 pemeriksaan yang penting untuk dilakukan.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 19/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

19

BAB 3

KESIMPULAN

Miopia patologi menurut  American Academy of Ophthalmology (AAO)

disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi

adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan sangat bertambahnya panjang

 bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar refraksinya 8 dioptri atau lebih

atau axial lenght ( AL) sama dengan 32,5 mm atau lebih.

Manifestasi klinis dari miopia patologis dapat bervariasi. Mulai dari gangguan

 penglihatan, floaters, asthenopia, sefalgia, fotopsia, metamorfopsia, diplopia hingga

 penurunan rigiditas okular.

Dapat dilakukan koreksi refraksi pada pasien penderita miopia patologis .

Koreksi refraksi yang paling sesuai adalah koreksi refraksi minimal yang memberikan

tajam penglihatan maksimal. Modifikasi Lingkungan dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Bila

terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser

 photokoagulasi. Hal ini dapat dapat dilakukan sehingga pasien mampu menjalani

aktifitasnya dengan baik.

Pemeriksaan mata secara berkala perlu dilakukan tergantung dari keparahan

dari perubahan retina dan okular. Pemeriksaan retina, pemeriksaan lapangan pandang,

 pengukuran tekanan intraokuler merupakan pemeriksaan yang penting untuk

dilakukan. Tekanan intraokuler harus dipantau karena memiliki peranan dalam

 pemanjangan aksial bola mata. Black merekomendasikan bahwa penderita miopia

 patologi harus memiliki tekanan intraokuli dibawah 20 mm Hg.

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 20/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

20

DAFTAR PUSTAKA

1. 

American Academy Of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology AndStrabismus, Chap. 6, 2011-2012; 393-394.

2.  Ward, Brian. 2011.  Degenerative Myopia: a Review of its Nature and Current

Treatment . Retinal Diagnostic Center. Campbell, California 

3.  Guyton & Hall.2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC.

4.  Wiyarso, EB. 1999. Toleransi Anisometropia Pada Miopia. Universitas

Diponegoro. Available on : http://eprints.undip.ac.id/12191/1/1999KSP258.pdf  

5.  Ilyas, Sidarta 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI;

Jakarta.

6.  Urserkar, TN. 1983. Classification, Etiology And Pathology Of Myopia. Indian

Journal Of Ophthalmology. Available on :

http://www.ijo.in/printarticle.asp?issn=0301-

4738;year=1983;volume=31;issue=6;spage=709;epage=711;aulast=Ursekar  

7.  Widodo, W. 2007. Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Available on :

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/TinjPus3.pdf  

8.  Kunimoti, DY.2004. The Wills Eye Manual. Lippincott Williams And Wilkins.

USA. 267-268.

9.  Vaughan and Asbury. 2007. General Ophthalmology Edisi 17. Jakarta: Penerbit

Buku kedokteran EGC. 189-190.

10.  Kanski, Jack J. Special Syndromes. In Clinical Ophthalmology, A Systemic

Approach, Ed. 7th. London: Elsevier. 2011; 637-640.

11.  Curtin, BJ. The Nature of Pathologic Myopia. In : The Myopias. Basic

Science and Clinical Management . Philadelphia. Harper and Row, Publisher

1985:6, 63-104, 237-315

12.  Baker, BJ. 2008.  Degenerative Myopia. In :Yanoff & Duker : Ophthalmology,

Ed. 3rd. USA : Mosby.

13.  Schwann, PG. Fundus Changes In Myopia An Overview. Available on :

http://www.optometry.co.uk/uploads/articles/3427a9882d77448071ae72ce987fc4

cb_swann20020322.pdf  

7/22/2019 Paper Mata Miopia Patologis

http://slidepdf.com/reader/full/paper-mata-miopia-patologis 21/21

PAPER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

 NAMA : FERDINANDO M BAEHA

 NIM : 090100243 

21

14.  Tsai, JC. 2011. Oxford American Handbook Of Ophthalmology. New York :

Oxford University Press. 431-432. 

15. 

Goss, DA. 2006. Care of the Patient with Myopia.  American OpthometricAssociation. Available on : http://www.aoa.org/documents/optometrists/CPG-

15.pdf