pencegahan preeklamsi (01)

Upload: hafizah-mailani-lestari

Post on 10-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    1/23

    47

    PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA

    WIM T PANGEMANAN

    Departemen Obstetri dan Ginekologi

    FK Universitas Sriwijaya / RSMH Palembang

    Hipertensi terjadi sekitar 6%-10% pada seluruh

    kehamilan, dan kelainan hipertensi dalam

    kehamilan dan khususnya preeklampsia

    merupakan penyebab utama mortalitas dan

    morbiditas pada maternal dan perinatal di negara-negara berkembang dan negara maju.Sampai saat

    ini, hal ini selalu dianggap bahwa kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan adalah responpatologis. Pada negara-negara berkembang, hiper-

    tensi nonproteinuria yang timbul lambat pada

    kehamilan tidak berhubungan dengan peningkatan

    morbiditas atau mortalitas perinatal maupun

    penurunan berat badan lahir. Pada makalah inikasus-kasus tersebut disebut sebagai hipertensigestasional. Pada keadaan yang jarang, bentuk

    penyakit yang berat, biasanya muncul pada akhir

    trimester kedua atau awal trimester ketiga danbiasanya disertai dengan proteinuria bermakna, hal

    ini menandakan peningkatan mortalitas dan

    morbiditas perinatal; kasus ini disebut sebagai

    preeklampsia. Terminologi kelainan hipertensi

    yang diinduksi kehamilan digunakan sebagaisebutan untuk semua kelainan hipertensi, dengan

    atau tanpa proteinuria, yang diinduksi oleh

    kehamilan.1-6

    Pencegahan preeklampsia berarti langkah

    kedepan yang bermakna dalam perawatan prenatal.

    Dalam kedokteran pencegahan, terminologi umumpencegahan dapat memiliki tiga konotasi yang

    berbeda:

    Primer-mencegah terjadinya penyakit Sekunder-memutuskan proses penyakit

    sebelum munculnya penyakit yang dikenal

    secara klinis

    Tersier-mencegah komplikasi penyakit yangdisebabkan oleh proses penyakit, yang hampir

    sama dengan mengobati penyakit.

    Perawatan dirumah sakit dan istirahat baring

    yang ketat adalah metode yang paling sering

    digunakan untuk pencegahan tersier preeklampsia.Ketentuan ini dikenalkan oleh Hamlin pada tahun

    1952 sebagai bagian dari rencana (diet tinggiprotein /rendah garam dan tirah baring total) yang

    bertujuan untuk mengurangi kejadian

    preeklampsia berat dan meniadakan eklampsia.

    Protokol Hamlin tidak menunjukkan secara

    spesifik peningkatan luaran perinatal. Pada

    penelitian Hamlin yang sebenarnya, adanya

    ketentuan ini dihubungkan dengan penurunan

    secara bermakna angka komplikasi yang serius

    yang dihubungkan dengan preeklampsia dan

    insiden eklampsia, dan secara konsekuen diadopsi

    oleh yang lain.7

    Crowther dan Chalmers memberikan tinjauan

    literatur tentang efek perawatan dan tirah baring.

    Mereka menyimpulkan bahwa perawatan bagiwanita dengan hipertensi nonproteinuria dapat

    menurunkan insiden hipertensi berat (tekanan

    darah diastolik > 110 mmHg). Tirah baring juga

    nampaknya berhubungan dengan diuresis dan

    resolusi edema, tapi efek terhadap perkembanganproteinuria tidak tetap; tidak ada bukti yang dicatat

    tentang efek yang menguntungkan terhadap

    dampak perinatal.8

    Kesimpulan : alasan utama untuk perawatanwanita dengan kelainan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan adalah suatu kebutuhan untuk evaluasi

    yang cermat dan mengunjungi ibu seseringmungkin dan pengawasan janin untuk mendeteksi

    adanya perburukan yang terjadi secepat mungkin.

    Apakah perawatan dihubungkan dengan tirah

    baring yang ketat, tidak begitu jelas. Pasien

    dengan kelainan hipertensi yang diinduksikehamilan dapat dirawat dirumah sakit untuk eva-

    luasi awal terhadap kondisi maternal dan fetal.

    Penatalaksanaan dengan rawat jalan dapatdipertimbangkan pada kelompok pasien yang

    diseleksi dengan bentuk penyakit yang jelas ter-

    lihat ringan dan stabil. Penatalaksanaan rawat jalan

    dapat menjadi pengganti perawatan hanya jika hal

    ini mencakup monitor tekanan darah bersamadengan instruksi pasien, pengurangan aktivitas,

    pengukuran proteinuria dengan dipstick urin, dan

    memonitor janin.8

    Menyusul paragraf pendek tentang

    pencegahan primer preeklampsia, makalah ini

    memfokuskan pada pencegahan sekunder.

    PENCEGAHAN PRIMER

    Modus operandi yang paling baik untuk mengatasi

    penyakit pada manusia, pencegahan primer,diperoleh hanya jika mekanisme etiologi penyakit

    dipahami dan jika hal ini mungkin untuk

    menghindari atau memanipulasi determinan yang

    terlibat dalam etiologi penyakit tersebut.

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    2/23

    48

    Invasi sitotrofoblas endovaskuler dalam arteri-

    arteri spiralis dan disfungsi sel endotel adalah dua

    kunci utama dalam patofisiologi preeklampsia.

    Walau demikian, karena penyebab kedua kunci

    utama ini masih tidak diketahui, satu-satunya carauntuk mencegah preeklampsia adalah dengan

    mencegah kehamilan. Dekker dan Van Geijn

    memberikan tinjauan, dalam beberapa perincian,penjelasan untuk pencegahan primer preeklampsia

    dalam dekade yang akan datang, dihubungkan

    dengan tiga hipotesis utama tentang etiologi

    preeklampsia:9,10,12,13,14

    1. Hipotesis iskemia plasenta : berdasarkanhipotesis ini, iskemik plasenta menghasilkan

    peningkatan pelepasan membran - membran

    mikrovilli sinsitiotrofoblas, yang dapatmenjadi penyebab disfungsi sel endotel.

    2. Hipotesis maladaptasi imun : berdasarkanhipotesis ini, mekanisme imun terlibat dalam

    patogenesis preeklampsia. Maladaptasi imun

    memberikan penjelasan yang menarik tentanggangguan invasi trofoblas endovaskuler, dan

    aktivasi abnormal sel-sel limfoid desidua

    dapat menjelaskan peningkatan kadar spesies

    radikal bebas, neutrofil elastase dan sitokin,seperti tumor necrosis factor (TNF) dan

    interleukin-1 (IL-1), yang telah ditemukan

    berada pada preeklampsia.3. Preeklampsia sebagai penyakit genetik:

    preeklampsia berat dan eklampsia memiliki

    tendesi familial. Perkembangan preeklampsia-eklampsia boleh jadi didasarkan pada gen

    resesif tunggal atau gen dominan dengan

    incomplete penetrance. Penetrance mungkintergantung pada genotip janin. Keterkaitan

    multifaktorial merupakan kemungkinanlainnya.

    Untuk sesaat, tidak ada terapi yang mungkin

    untuk mencegah iskemi plasenta dan genpreeklampsia, jika hal tersebut ada, belum

    ditemukan. Potensi terapi imunoterapi dalam

    pencegahan preeklampsia sebenarnya masih kon-

    troversial. Bagaimanapun, studi epidemiologidengan kuat mendukung bahwa paparan terhadap

    sperma memberikan paling sedikit separuh

    perlindungan melawan perkembangan

    preeklampsia.

    Kesimpulan berasal dari penelitian-penelitian ini, meskipun tidak secara langsung

    digunakan dalam penerapan praktek sehari-hari,

    mungkin memiliki konsekuensi praktis untuk

    dokter-dokter praktek, sekalipun etiologi pasti daripreeklampsia masih belum dapat dipecahkan:15,20

    1. Berdasarkan konsep primipaterniti, wanitamultipara dengan pasangan baru sebaiknya

    pendekatan yang diberikan adalah sebagai

    wanita primigravida.

    2. Inseminasi donor artifisial dan donor oositdihubungkan dengan peningkatan risiko

    perkembangan kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan.

    3. Periode yang lebih atau kurang memanjangdari paparan sperma memberikan proteksi

    parsial melawan kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan. Saat ini, semua wanitadengan berubah-ubah pasangan sangat perlu

    dinasehati untuk menggunakan kondom untuk

    mencegah penyakit menular seksual.

    Bagaimanapun, periode yang pasti dari

    paparan sperma dalam hubungan yang stabil,ketika pasangan bertujuan untuk hamil,

    dihubungkan dengan proteksi parsial mela-

    wan preeklampsia.Mengurangi produksi spesies radikal bebas

    adalah pendekatan yang menarik, tetapi inhibitor

    spesifik dan poten dari produksi radikal bebasoksigen belum tersedia, efek yang menguntungkan

    dari aspirin dosis rendah, jika mungkin, palingsedikit secara parsial, berhubungan dengan

    efeknya pada produksi lipid peroksida plasenta.

    Peningkatan kadar pemakan spesies radikal bebas

    mungkin dapat lebih dicapai daripada menghambatproduksi spesies radikal bebas. Bagaimanapun,

    antioksidan bukanlah tanpa risiko. Banyak fungsi

    homeostasis tergantung padanya; dan anti-oksidantertentu dalam bentuk spesifik mungkin berperan

    sebagai prooksidan.22 Tidak ada bukti langsung

    tentang antioksidan menjadi yang paling tepat.21

    PemberianN-acetylcysteine, sebagai prekursor

    glutation, mungkin di masa mendatang menjadi

    pendekatan yang menarik dalam hal ini. Glutationperoksidase adalah cytosolic antioxidant peroxide-

    removing enzyme yang sangat penting dalammelindungi proses dalam mitokondria melawan

    sitokin dan radikal-radikal bebas. Glutation

    endogen sangat penting dalam perlindunganjaringan dari luka setelah iskemia reperfusi.

    Glutation peroksidase dan fosfolipid

    hidroperoksida glutation peroksidase yang

    berhubungan dekat, keduanya adalah enzim-enzim

    yang tergantung selenium (selenium dependent en-

    zyme).10

    Hal menarik yang mendukung pentingnya

    keseimbangan antara oksigen radikal bebas danpemakai berasal dari wanita yang menderita

    sebagai akibat kekurangan geokemikal dari

    selenium di propinsi Heilong Jiang, China.

    Defisiensi selenium dapat menyebabkanberkurangnya konsentrasi enzim-enzim yang

    mengandung selenium seperti glutation

    peroksidase. Pada wilayah ini di China, adainsiden preeklampsia yang tinggi.23

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    3/23

    49

    Ketidakseimbangan oksidatif pada

    preeklampsia kemungkinan berhubungan erat

    dengan aktivitas sitokin, khususnya TNF. Kadar

    bioaktif TNF- meningkat pada preeklampsia.

    Antioksidan secara selektif menghambat pelepasan

    TNF karena dapat mengontrol status reduksi

    oksidasi dari glutation, yang merupakan hal yangsangat penting sebagai modulator endogen dari

    produksi TNF. Mitokondria adalah target utama

    dari serangan radikal bebas oksigen. Dalam

    mitokondria, TNF menumbangkan bagian aliranelektron untuk melepaskan radikal bebas oksigen

    dan lipid peroksida. Jika hal ini tidak dihilangkan

    dengan reduksi yang efisien berikutnya dari

    glutation teroksidasi, efek toksik yang seriusterjadi karena bertahannya lipid peroksida toksik,

    glutation teroksidasi, dan tentunya produksi lebih

    lanjut dari TNF.13,24

    Dalam penelitian morfologi, efek intraseluler

    yang dapat dideteksi pertama kali dari TNF adalah

    pembengkakan dan malfungsi dari mitokondria.Shanklin dan Sibai menunjukkan bahwa

    preeklampsia berhubungan dengan kerusakan

    mitokondria yang meluas yang sama dengan

    kerusakan mitokondria yang diinduksi oleh radikal

    bebas oksigen.25,26

    Stark24 menunjukkan fakta-fakta bahwa

    preeklampsia mungkin disebabkan oleh genetik

    TNF mediated mitokondrial dysfunction. N-acetylcysteine adalah prekursor glutation yang

    dikenal baik. Sehingga, penggunaan N-

    acetylcysteine merupakan pilihan yang menarik

    karena mungkin melindungi sel-sel endothelial dan

    mitokondrianya dari toksisitas TNF-.24

    PENCEGAHAN SEKUNDER

    Pencegahan sekunder, yang menunjukkan

    pemutusan proses penyakit sebelum munculnya

    penyakit yang dikenal secara klinis adalah fokusdari bab ini. Pencegahan sekunder terhadap

    penyakit hanya mungkin jika tiga hal mendasar

    yang diperlukan dibawah ini dijumpai:

    Pengetahuan tentang mekanisme patofisiologi Tersedianya metode deteksi dini Bermaksud mengintervensi dan mengoreksi

    perubahan patofisiologi

    Tersedianya Metode Deteksi Dini

    Tanda dan gejala preeklampsia secara umum

    tampak jelas pada stadium yang relatif lanjut padakehanilan, biasanya pada trimester ketiga.

    Walaupun demikian, kelainan dihasilkan dari

    interaksi abnormal antara ibu dan adanya trofoblas

    endovaskuler yang lebih dini pada kehamilan.Untuk alasan tersebut, hal ini masuk akal untuk

    menemukan indikator yang lebih dini untuk

    kelainan ini; tentu saja tes-tes yang banyak telah

    diusulkan, khususnya selama dua dekade terakhir,dengan maksud sebagai prediksi perkembangan

    lebih lanjut dari penyakit. Diskusi yang terperinci

    tentang metode yang digunakan untuk deteksi dinipreeklampsia tidak terdapat dalam bab ini; lihat

    tinjauan secara rinci di tempat lain. Bagian ini

    secara singkat mendiskusikan metode-metode

    tersebut untuk deteksi dini preeklampsia saat ini

    tersedia atau dapat dikerjakan di rumah sakit-rumah sakit di negara-negara maju.27-29

    PENILAIAN KLINIK

    Tekanan darah. Hipertensi adalah tanda yang

    paling sering dan potensial sebagai manifestasi

    klinis yang paling berbahaya pada kelainanhipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.

    Peningkatan tekanan darah pada kelainan ini

    disebabkan oleh peningkatan resistensi perifer

    sistemik dan merupakan ciri-ciri penyakit yang

    cukup dini. Pengukuran tekanan darah atau MAPpada trimester kedua tidak berguna untuk diagnosa

    dini preeklampsia. Jika terjadi peningkatan

    tekanan darah diastolik, atau MAP trimester kedua

    bisa berarti apapun, ini adalah hipertensi transienttapi bukan penyakit preeklampsia-eklampsia yang

    sebenarnya, dengan hubungannya terhadap

    morbiditas dan mortalitas perinatal. Evaluasiperubahan peningkatan tekanan darah merupakan

    metode yang tidak berguna dalam skrining wanita

    hamil yang rawat jalan terhadap impending

    eklampsia atau preeklampsia.30-32

    Edema dan peningkatan berat badan. Salah satutanda yang terlihat pada kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan adalah pembengkakkan,tetapi ini bukanlah tanda yang dapat dipercaya.

    Edema sedang dapat ditemukan pada 60%-80%

    kehamilan normotensi, dan edema pedis, yangmeluas ke tibia bagian bawah, adalah hal yang

    sering ditemukan pada wanita hamil normal.

    Edema mengenai 85% wanita dengan kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan. Tanda-tanda

    diagnostik dari kelainan hipertensi yang diinduksikehamilan biasanya mendahului gejala.Tanda-

    tanda klasik yang terjadi adalah edema,

    peningkatan tekanan darah, dan proteinuria.Walaupun demikian, penampakkan yang lain dapatterjadi, dan edema bukanlah hal yang sangat

    diperlukan untuk mendiagnosis kelainan hipertensi

    yang disebabkan kehamilan. Peningkatan berat

    badan tidak dapat digunakan untukmemprediksikan perkembangan kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan, dan

    peningkatan berat badan yang berlebihan saja tidak

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    4/23

    50

    memberikan prognosis yang tidak baik terhadap

    luaran perinatal.28

    Petanda Biokimia

    Penting untuk memperhatikan bahwa kebanyakanwanita dengan kelainan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan adalah asimptomatik. Kurangnya gejala

    ini, pada kenyataannya, adalah bagian yangpenting dari rasionalnya kunjungan perawatan

    antenatal yang sering pada kehamilan lanjut. Tes-

    tes laboratorium telah digunakan untuk

    memprediksikan, diagnosis, dan memonitor

    progresifitas penyakit. Diagnosis preeklampsiaseringkali didasarkan pada tes laboratorium.

    Asam urat. Preeklampsia hiperurisemiadisebabkan oleh penurunan urat clearance oleh

    ginjal, dan asam urat clearanceturun secara tidak

    proposional pada preeklampsia dibandingkandengan kreatinin dan urea clearance. Penjelasan

    patofisiologi untuk penurunan yang spesifik dariurat clearance didasarkan pada pola bifasik

    keterlibatan ginjal dalam preeklampsia. Kerusakan

    fisiologi tubular, suatu ciri dini keterlibatan ginjal

    dalam preeklampsia, menghasilkan berkurangnyarenal clearance terhadap asam urat sehingga

    terjadi peningkatan kadar asam urat plasma.

    Kemudian dalam perkembangan penyakit, saatproteinuria nampak, fungsi glomerular bersama

    dengan urea dan kreatinin clearance menjadi

    rusak.Preeklampsia hiperurisemia sedikit banyak

    berhubungan dengan penurunan volume plasma

    dan aktifitas plasma renin.

    Preeklampsiahiperuresemia kemungkinan disebabkan oleh

    kombinasi vasokonstriksi intrarenal (peritubular)dan hipovolemia. Peningkatan kadar asam urat

    berhubungan dengan beratnya lesi preeklampsia

    pada biopsi ginjal, derajat patologi uteroplasentavaskuler, dan jeleknya keadaan janin.28,29,34

    Hiperurisemia telah dilaporkan menjadi

    prediktor yang lebih baik daripada tekanan darahterhadap luaran perinatal yang tidak baik. Pada

    kebanyakan pasien, peningkatan kadar urat

    nampaknya bersamaan dengan terjadinya

    peningkatan tekanan darah dan terjadi sebelum

    perkembangan stadium proteinuria dari penyakit.Kadar asam urat telah digunakan untuk diagnosisdini preeklampsia tapi tidak untuk hipertensi itu

    sendiri. 32

    Secara keseluruhan, nilai asam urat dalammemprediksikan preeklampsia nampaknya

    terbatas. Pengukuran serial kadar asam urat

    (dimulai pada kadar trimester pertama) padapasien-pasien dengan risiko tinggi (seperti

    hipertensi kronik) untuk perkembangan

    preeklampsia berguna untuk diagnosis dinipreeklampsia dan identifikasi pasien-pasien

    hipertensi dengan peningkatan risiko untuk luaran

    perinatal yang tidak baik. Sebagai tambahan, asam

    urat mungkin digunakan sebagi indikator untukmemperkirakan beratnya penyakit dalam

    menyebabkan terjadinya preeklampsia.34

    Proteinuria. Adanya proteinuria bermakna adalah

    hal yang diperlukan untuk diagnosis klasik dari

    preeklampsia. Proteinuria adalah tanda lanjut dari

    kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan dan

    adalah refleksi dari penyakit yang lanjut. HELLP(hemolysis, elevated liver enzymes, low

    trombosits) syndrome dan eklampsia (didahului

    kejang-kejang) dapat terjadi tanpa proteinuria.Terjadinya proteinuria adalah ekspresi dari

    disfungsi glomelular dan biasanya bersamaan

    dengan penurunan kreatinin clearance. Hipertensi

    ditambah proteinuria berhubungan dengan

    peningkatan risiko kematian perinatal,dibandingkan dengan kehamilan normotensi dan

    hipertensi tanpa proteinuria.6

    Karena perkembangan proteinuria merupakanciri lanjut dari penyakit, penggunaan rutin dari

    dipstick urin pada populasi risiko rendah

    normotensi hanya merupakan pengukuran yang

    tidak efektif terhadap peningkatan berat badanmaternal. Tes mikroalbuminuria telah dicoba

    dengan tujuan untuk memprediksikan

    preeklampsia. Secara keseluruhan, tampaknya

    nilainya kecil dalam penggunaan teknik yang tepatuntuk mendeteksi proteinuria dalam diagnosis dini

    preeklampsia. Tanda lainnya, seperti peningkatantekanan darah, penurunan jumlah trombosit, dan

    peningkatan kadar asam urat plasma, tampaknyamendahului terjadinya mikroalbuminuria yang

    dapat dideteksi.28,32

    Ekskresi kalsium urin.Hipokalsiuria terjadi pada

    kebanyakan pasien dengan stadium lanjut dari

    penyakit. Preeklampsia hipokalsiuria (sepertipenurunan urat clearance) adalah ekspresi dari

    disfungsi tubular. Sanchez-Ramos dkk

    mempelajari nilai kalsium urin sebagai petanda

    dini untuk preeklampsia pada 103 wanita nulipara.

    Pada 10 - 24 minggu kehamilan, pasien-pasienyang kemudian mengalami preeklampsiamengekresikan kalsium urin lebih sedikit secara

    bermakna daripada pasien-pasien yang tetap

    normotensi. Pengurangan ini terus terjadi selamakehamilan. Perbedaan insidensi (87%)

    preeklampsia antara wanita hamil dengan nilai

    ekskresi kalsium pada atau dibawah nilai ambang

    195 mg/24 jam dan dengan mereka yang nilainya

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    5/23

    51

    diatas kadar tersebut (2%) adalah sangat

    bermakna.35

    Karena fungsi tubular dirusak pada stadium

    lebih dini dari proses penyakit preeklampsia

    daripada fungsi glomerular, rasio kalsium :kreatinin urin (Uca/Ucr) telah digunakan untuk

    diagnosis dini preeklampsia. Rodriguez dkk

    menghitung nilai rasio Uca/Ucrantara kehamilan 24- 34 minggu. Rasio Uca/Ucr0.04 atau lebih rendah

    dilaporkan memiliki sensitifitas 70%, spesifitas

    95%, nilai duga positif 64%, dan nilai duga negatif

    96% (11.4% insiden preeklampsia). Sebagai

    perbandingan, Hutchesson dkk serta beberapapeneliti lainnya tidak mampu menunjukkan

    reduksi dalam ekskresi kalsium urin pada wanita

    preeklampsia yang terjadi sebelum onset hipertensidan keterlibatan ginjal. Masse dkk, menemukan

    tidak ada perbedaan eksresi kalsium urin antara

    preeklampsia dan pasien normotensi.Secara keseluruhan, mengukur ekskresi

    kalsium urin tampaknya terlalu kecil atau tidakbernilai dalam diagnosis dini atau prediksi

    preeklampsia.26-28,32

    Human Chorionic Gonadotropin (hCG).Beberapa penelitian menemukan peningkatan

    kadar -hCG pada kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan, dan hal ini didukung bahwa

    determinasi -hCG dapat memiliki nilai untukdiagnosis dini preeklampsia.38,39

    Hasil dari penelitian besar dipublikasikan olehMuller dkk. Dalam program skrining prospektif

    trisomi 21 hCG, data dari 5776 pasien diperiksa

    untuk menilai hubungan antara hCG dan hipertensiyang diinduksi kehamilan (PIH = pregnancyinduced hypertension; n = 234), preeklampsia (n=34), small for gestational age (SGA) neonatus (n

    = 236); kadar hCG (dengan median yang multipel)

    lebih tinggi pada tiga populasi dengan kelainanpatologik. Perbedaan ini secara statistik bermakna

    pada pasien dengan SGA neonatus dan

    preeklampsia tapi tidak pada PIH. Penulis tidak

    menyediakan data untuk menghitung nilai duga

    positif, tapi data-data mereka menunjukkan bahwa

    dengan nilai cut-offhCG 2 median multipel, 10%populasi akan dipertimbangkan berada pada risiko

    dan 30% kasus preeklampsia akan diidentifikasi.Dengan nilai cut-offhCG 1 median multiple, 50%

    populasi dipertimbangkan berada pada risiko dan

    100% kasus preeklampsia akan diidentifikasi.40

    Secara keseluruhan, kebanyakan penelitianmenemukan bias yang besar dan cenderung

    tumpang tindih antara kadar -hCG padakehamilan normotensi dan hipertensi. Sehingga,

    nilai klinik pengukuran -hCG untukmemprediksikan atau memantau kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan tampaknya

    sangat terbatas.28

    Petanda Hematologi

    Faktor VIII-Related Antigen/ Factor VIIIc.Rasio faktor VIII-related Antigen terhadap faktor

    VIIIc (rasio fVIIIrag/fVIIIc) pada orang sehat

    adalah 1.0 . Peningkatan numerator pada rasio ini,fVIIIrag, berhubungan dengan pelepasan

    endotelial terhadap antigen ini. Beberapa penulis

    telah menunjukkan peningkatan dini dari rasio

    fVIIIrag/FVIIIc pada penyakit hipertensi yang

    diinduksi kehamilan dan hubungan positif antaraderajat peningkatan rasio dan beratnya penyakit,

    derajat hiperurisemia, infark plasenta, luaran

    perinatal yang jelek, dan hubungan negatif yangkuat antara rasio ini dan masa hidup trombosit.

    Peningkatan fVIIIrag, dan oleh karena itu rasio

    adalah paling mudah dicatat dalam preeklampsia

    yang berhubungan dengan hambatan pertumbuhan

    janin. Pelepasan endotelial terhadap fVIIIrag tidakmeningkat pada hipertensi kronik.

    Pengukuran fVIIIrag atau rasio

    fVIIIrag/fVIIIc berguna dan merupakan indikatoryang lebih sensitif untuk beratnya dan derajat

    kerusakan sel endotelial dan meluasnya

    insufisiensi plasenta pada kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan. Rasio tersebut berhubungandengan retardasi pertumbuhan janin dan

    morbiditas dan mortalitas perinatal. Dalam waktu,

    peningkatan fVIIIrag menjadi pararel dengan

    peningkatan kadar asam urat serum danpeningkatan tekanan darah.28,41

    Fibronektin. Fibronektin adalah glikoprotein

    permukaan sel yang utama. Bentuk yang larutdalam plasma terutama disintesis oleh sel-sel

    endotelial dan hepatosit. Kadar fibronektin plasma

    sama atau hanya sedikit meningkat padakehamilan normal dibandingkan dengan individu

    yang tidak hamil. Karena wanita hamil dengan

    hipertensi kronik memiliki kadar fibronektin

    normal, peningkatan fibronektin plasma bukan

    merupakan konsekuensi yang sederhana darihipertensi. Dalam menyebabkan preeklampsia,

    kebanyakan studi menunjukkan secara konsisten

    peningkatan sekitar dua sampai tiga lekukan padakadar fibronektin plasma. Sumber yang pasti daripeningkatan kadar fibronektin tidaklah pasti; ini

    dapat berasal dari (1) kerusakan sel endotelial atau

    aktivasi dalam sirkulasi uteroplasenta atau

    sistemik, atau keduanya atau (2) peningkatanproduksi hepatosit, atau ini dapat menjadi tanda

    kerusakan plasenta.Ballegeer dkk membandingkan plasma

    fibronektin,plasminogen activator inhibitor (PAI-

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    6/23

    52

    1), fVIIIrag, dan asam urat dan menyimpulkan

    bahwa fibronektin adalah prediktor preeklampsia

    terbaik. Evaluasi adanya peningkatan kadar

    fibronektin pada minggu 25 - 32 kehamilan pada

    diagnosis dini preeklampsia, mereka menemukansensitifitas 96% dan spesifisitas 94%. Berdasarkan

    penulis ini, peningkatan plasma fibronektin

    mendahului peningkatan tekanan darah pada rata-rata 4- 6 minggu.42

    Sebelumnya, ditemukan bahwa peningkatan

    fibronektin mendahului peningkatan tekanan darah

    sekitar 4 minggu pada pasien-pasien dengan

    hipertensi gestasional dan sekitar 12 minggu padapasien dengan preeklampsia sebelumnya.

    Mengukur kadar fibronektin dapat dilakukan

    dengan tehnik immunokimia yang tersedia padakebanykan rumah sakit dan mungkin menolong

    dalam diagnosis dini preeklampsia, khususnya tipe

    berat dengan onset dini.28,32,43

    Hitung Trombosit. Masa hidup trombosit lebihpendek secara bermakna pada kelainan hipertensi

    yang diinduksi kehamilan, khususnya ketika

    terjadi komplikasi retardasi pertumbuhan janin,

    dibandingkan dengan kehamilan tanpa komplikasi.Pada wanita preeklampsia, turunnya hitung

    trombosit terjadi kurang lebih bersamaan dengan

    peningkatan kadar asam urat, dan keduanyamendahului perkembangn proteinuria sekitar 3

    minggu. Standar deviasi pada jumlah sirkulasi

    trombosit wanita hamil normotensi dan hipertensi

    menghalangi penggunaan hitung trombosit sebagai

    metode yang efektif untuk deteksi dini pada wanta

    nulipara risiko rendah.28,41

    Kadar Hemoglobin, Hematokrit, Mean

    Corpuscular Volume. Peningkatan kadar

    hemoglobin dan hematokrit abnormal (Hb/Hct)

    adalah prediktor yang lebih baik terhadap luaranperinatal yang jelek daripada kadar estriol atau

    human placental lactogen (hPL) rendah abnormal.

    Kadar Hb/Hct ibu yang tinggi berhubungan

    dengan berat badan lahir rendah dan berat plasentarendah, peningkatan insiden prematuritas dan

    mortalitas perinatal, dan peningkatan resistensi

    vaskuler perifer, dan bentuk hipertensi maternal.

    Pengukuran serial Hb/Hct sangat berguna dalammemantau kehamilan dengan risiko tinggi terjadiinsufisiensi uteroplasenta dan dalam memantau

    bentuk penyakit yang menyebabkan kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan ataukomplikasi kehamilan oleh retardasi pertumbuhan

    janin, atau keduanya. Peningkatan kadar petanda

    hemoglobin pada trimester kedua mendahului

    perkembangan kelainan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan dan berguna sebagai prediktor. Nilai

    prediktif kadar hemoglobin yang dinilai adalah

    rendah.32,44

    Penilaian Doppler Ultrasound pada Sirkulasi

    UteroplasentaAda tidaknya perubahan fisiologi pembuluh darah

    uteroplasenta adalah dasar patofisiologi untuk

    penggunaan pemeriksaan aliran Doppler dalamdiagnosis dini preeklampsia. Peningkatan

    resistensi gelombang velositas aliran uteroplasenta

    menunjukkan hubungan dengan hasil pemeriksaan

    patologi placental bed dan plasenta. Perubahan

    vaskuler patologis ini terdapat dalam proporsiyang bermakna pada kehamilan normotensi

    dengan komplikasi retardasi pertumbuhan janin.

    Resistensi indeks = RI gelombang velositasaliran darah uteroplasental (FVWs = Flow

    Velocity Waveforms) menurun pada kehamilan

    dini sampai minggu 20-26 kehamilan dankemudian menjadi stabil sampai aterm. Velositas

    aliran darah end-diastolic yang tinggi dan rasioyang rendah selama separuh akhir kehamilan

    menunjukkan resistensi perifer yang rendah pada

    uteroplasental vascular bed. Tidak ada metode

    standar yang mendukung FVWs uteroplasenta.45

    Pearce dan McParland mendukung bahwa

    kedua sisi uterus sebaiknya diperiksa dan FVWs

    dilaporkan sebagai berikut:1. Resistensi rendah seragam: FVWs dari kedua

    sisi uterus memiliki RI kurang dari 0.58.

    2. Resistensi tinggi seragam: FVWs dari keduasisi uterus memliki RI lebih besar dari 0.58.

    3. Bentuk resistensi campuran: satu gelombang(bervariasi dari sisi plasenta) adalah resistensirendah (RI

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    7/23

    53

    menghasilkan hasil yang sangat bervariasi.

    Variasi-vaariasi ini mungkin berhubungan dengan

    perbedaan teknik yang luas sama seperti definisi

    yang berbeda tentang kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan., retardasi pertumbuhan janin,gawat janin, dan luaran perinatal yang jelek.

    Walaupun demikian, alasan utama kesimpulan

    yang bervariasi mengenai nila FVWs Dopplerpembuluh darah uteroplasenta adalah

    kemungkinan peneliti menggunakan proses seleksi

    yang berbeda dalam membagi populasi dengan

    bentuk aliran Doppler uteroplasenta normal atau

    abnormal. Ketidaknormalan kadangkaladidasarkan pada FVWs yang sangat jelek, rata-rata

    RI empat-sisi, atau kadangkala FVWs terbaik. Bias

    terjadi pada lesi-lesi preeklampsia dalam arterispiralis mendukung bahwa hal ini lebih masuk

    akal untuk mencari bentuk aliran Doppler terjelek,

    dan peneliti-peneliti yang menggunakan FVWs

    terjelek secara konsisten melaporkan hasil yang

    paling baik dengan Doppler uteroplasenta dalamdeteksi dini preeklampsia.

    Hasil pemeriksaan Doppler ultrasound

    terhadap sirkulasi uteroplasenta sebagai tesskrining untuk berbagai derajat hipertensi

    mengecewakan, tapi dalam deteksi dini

    preeklampsia berat yang berhubungan dengan

    luaran perinatalyang jelek, Doppler uteroplasentatelah memiliki sensitivitas yang tinggi.

    Keuntungan lainnya adalah relatif mudah

    digunakan, tidak mahal, dan tidak invasif.

    Penggunaan aliran Doppler dapat dilakukan padakehamilan dini dan cocok untuk intervensi

    terapeutik dengan usaha untuk mengurangi insidenpreeklampsia dan komplikasi-komplikasinya.47

    Hasil dari beberapa studi dengan velosimetri

    aliran Doppler berwarna dalam diagnosis dini

    preeklampsia adalah menjanjikan. Harrington dkk

    menemukan bahwa noktah bilateral padakehamilan 19 - 21 minggu memiliki sensitivitas

    lebih dari 70% dan nilai duga positif 27%, 31.2%,

    dan 37.5%, secara respektif, untuk preeklampsia,

    Bayi-bayi SGA, dan beberapa komplikasi. Padastudi lainnya 652 wanita dengan kehamilan

    tunggal, Harrington dkk menunjukkan bahwa

    adanya noktah bilateral pada akhir trimester

    pertama (kehamilan 12-16 minggu) berhubungandengan rasio odd tipikal 42 (Confidence interval95% (CI) 5.66-312) untuk berkembang menjadi

    preeklampsia kemudian dalam kehamilan.47

    Oleh sebab itu, untuk sesaat tidak ada tes yangbaik yang tersedia untuk memprediksikan

    preeklampsia. Evaluasi Doppler ultrasound

    terhadap sirkulasi uteroplasenta sebagai metodeskrining secara keseluruhan dan pengukuran

    (serial) kadar fibronektin pada pasien-pasien risiko

    tinggi memungkinkan mendapatkan tes terbaiksaat ini.

    Intervensi dan Koreksi Perubahan Patofisiologi

    Saat ini, strategi-strategi bertujuan pencegahansekunder kelainan hipertensif yang diinduksi

    kehamilan difokuskan pada mekanisme-

    mekanisme yang terlibat pada proses penyakit.

    Pembatasan Natrium dan Diuretik

    Penggunaan profilaksis pembatasan natrium atau

    pemakaian diuretik, atau keduanya, dalam usahauntuk mencegah kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan didasarkan pada hipotesis

    bahwa retensi natrium adalah faktor etiologi.

    Orang yang sangat antusias menunjukkan bahwagaram memainkan peranan yang penting dalam

    eklampsia adalah De Snoo (1877-1949), seorang

    ahli kandungan Belanda. Pada akhir tahun 1940-

    an, hal ini dianjurkan untuk mengajak wanita

    hamil, terutama dengan toksemia, untuk dietyang mengandung garam dalam jumlah normal.

    Meskipun banyak laporan klinik yang antusias,

    tidak ada bukti nyata yang pernah dihasilkan

    bahwa pembatasan garam membantu mencegahhipertensi selama kehamilan.50

    Sebagai kontrol, meskipun sangat kurang,

    studi pada lebih dari 2000 wanita, preeklampsiaterjadi dua kali lebih sering pada wanita yang

    dianjurkan untuk makan garam lebih sedikit

    dibandingkan dengan wanita yang dianjurkanmakan suplemen garam.Van Buul dan sekerjanya,

    mempelajari efek pembatasan garam jangka

    panjang pada hasil kehamilan pada wanita hamilnullipara yang sehat, menemukan tidak ada

    perbedaan dalam insiden hipertensi atau beratbadan lahir. Air yang berlebihan dan retensi garam

    adalah ciri sekunder preeklampsia, disebabkan

    pergeseran kurva tekanan renalnatriuresis akibatkerusakan sel endotelial dengan diikuti

    vasokonstriksi dan peningkatan permeabilitas

    mikrovaskuler. Pembatasan natrium yang ketat

    menurunkan tekanan darah, kemungkinan dengan

    penurunan kalsium bebas intraseluler dalam sel-sel

    otot polos vaskuler, tetapi juga menghasilkanpenurunan sirkulasi volume plasma. Secara aktual,

    tidak ada usaha oleh profesi kedokteran untukmelakukan pembatasan diet terhadap peningkatanberat badan (seperti dengan diet rendah kalori,

    rendah karbohidrat, dan rendah garam) pernah

    didemonstrasikan memiliki efek menguntungkan

    dengan harapan mencegah preeklampsia.34,51-54

    Pada tahun 1960-an, rumor dalam pembatasan

    diet garam sangat melemahkan hasil daripengenalan obat-obat diuretik. Selama dekade

    tersebut, pemberian diuretik profilaksis diteliti

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    8/23

    54

    secara aktif. Collin dkk, menganalisa 10 studi

    prospektif,randomized trials terhadap pemberian

    terapi diuretik secara primer untuk edema atau

    peningkatan berat badan yang cepat, atau untuk

    keduanya. Analisa terhadap studi ini, melibatkan7000 wanita, nampaknya menunjukkan adanya

    reduksi yang bermakna dalam insiden

    preeklampsia. Seperti yang dicatat oleh penulis-penulis ini, paling sedikit terdapat dua kesulitan

    utama dalam hal metodologi yang menghambat

    pengambilan kesimpulan yang tepat. Pertama,

    kriteria yang digunakan untuk diagnosis

    preeklampsia tidak jelas atau tidak tetap. Kedua,karena diuretik dapat menyebabkan penurunan

    tekanan darah dan mengurangi edema, sehingga

    terapi yang diberikan menutupi dua tandadiagnosis dari kelainan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan tanpa diperantarai adanya bentuk

    penyakit yang mendasari dan dampak buruknya.55

    Secara konsekuen, Collin dkk, menggunakan

    lebih banyak metode langsung dalam penilaiankeuntungan yang potensial dari terapi diuretik

    dengan menganalisa luaran janin dan insiden

    preeklampsia. Angka kematian perinatal adalah 1,9

    % pada kelompok kontrol dan 1,7 % pada wanitayang diterapi diuretik. Pemberian diuretik tidak

    memiliki pengaruh pada kejadian preeklampsia.

    Evaluasi lebih lanjut terhadap efek potensial obatyang negatif tidak menunjukkan perbedaan yang

    bermakna antara subjek yang diterapi dan kontrol.

    Pada kelompok yang diterapi diuretik, dilaporkan

    beberapa kasus trombositopenia neonatal dan

    kuning sebagai akibat ketidakseimbangan

    elektrolit dan pankreatitis maternal (termasukempat kasus fatal). Oleh karena itu, perlu

    pertimbangan kontraindikasi untung rugipenggunaan terapi diuretik profilaksis selama

    kehamilan.55,56

    Suplementasi MagnesiumPenggunaan magnesium sulfat dalam pencegahan

    atau pengobatan kejang pada preeklampsia berat-eklampsia menghasilkan hipotesis bahwa

    suplementasi magnesium antepartum dapat

    memiliki efek yang menguntungkan dalam insiden

    preeklampsia. Walaupun demikian, masukkan

    magnesium tidak tampak mempengaruhi insidenpreeklampsia atau retardasi pertumbuhan janin,dan randomisasi penelitian terkontrol dengan

    plasebo tidak menunjukkan adanya penurunan

    insiden preeklampsia.57,58

    Suplementasi ZincZinc adalah elemen esensial dalam metabolisme

    oksidatif, sintesis deoxyribonucleic acid (DNA)

    dan ribonucleic acid (RNA), imunokompeten, dan

    stabilisasi membran. Kadar zinc plasenta danplasma telah dilaporkan menurun pada

    preeklampsia (tapi tidak pada wanita hamil dengan

    hipertensi kronik), dan kadar zinc plasma maternal

    telah dilaporkan berhubungan dengan berat badanlahir. Peneliti-peneliti lain menemukan tidak ada

    perubahan yang bermakna dalam serum dan

    konsentrasi zinc eritrosit pada wanita dengan

    kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan.59

    Hasil dari dua percobaan suplementasi zinc

    untuk mencegah kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan tidaklah konsisten. Hunt dkk,

    melaporkan bahwa suplementasi zinc mengurangiterjadinya hipertensi yang diinduksi kehamilan

    (2.3% berbanding 15.5%) pada wanita Meksiko-

    Amerika. Hasil-hasil ini harus dipertimbangkandengan hati-hati sejauh mana preeklampsia itu

    terlibat; wanita dengan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan tidak seluruhnya memiliki

    preeklampsia yang sebenarnya. Lebih lagi,

    terjadinya hipertensi tidak berhubungan dengankonsentrasi zinc serum.60

    Mahomed dkk, menemukan tidak ada

    perbedan yang bermakna dalam insiden kelainanhipertensi yang diinduksi kehamilan antara ibu

    yang diberikan suplementasi zinc (4.6%) dan yang

    diberikan plasebo (1.3%). Meski studi-studi

    berikutnya memberikan bukti yang jelas bahwapreeklampsia berat berhubungan dengan kadar

    zinc plasma yang lebih rendah, penurunan ini

    mungkin hanya akibat adanya hipoalbuminemia.61

    Suplementasi zinc tampaknya tidak digunakan

    dalam pencegahan kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan, dan karena defisiensi zincsangat jarang sekali dalam diet wanita di negara-

    negara maju, suplementasi rutin sebanyak 15mg/hari (the recommended daily allowance) tidak

    dianjurkan untuk saat ini.

    Suplementasi Protein

    Sampai tahun 1930-an, coraknya adalah diet

    protein yang ketat pada toxemia, dengan alasanuntuk menghindari metabolik toksin. Sesudah

    tahun 1930-an, muncul hipotesis baru dimana

    kurangnya diet protein bertanggungjawab dalam

    menyebabkan kelainan hipertensi yang diinduksi

    kehamilan. Konsep ini tampaknya muncul dariobservasi hipoproteinemia pada wanitapreeklampsia. Walaupun demikian, beberapa

    survei menemukan tidak ada hubungan antara

    intake protein sehari-hari dan insiden kelainanhipertensi yang diinduksi kehamilan (ditunjukkan

    oleh Green). Studi terkontrol belum menemukan

    keuntungan yang pasti dari suplementasi protein

    dalam pencegahan kelainan hipertensi yang

    diinduksi kehamilan.54

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    9/23

    55

    Suplementasi Kalsium

    Pada tahun 1930-an, Theobald menyatakan

    bahwa toksemia adalah hasil dari insufisiensi

    absolut atau relatif dari beberapa substansi atau

    substansi dalam diet, yang terpenting adalahkalsium (ditunjukkan oleh Green). Studi

    epidemiologi mendukung bahwa insiden

    eklampsia berbanding terbalik dengan intakekalsium nutrisional.54,59

    Walaupun demikian, kebanyakan studi-studi

    pada wanita hamil dengan defisiensi kalsium

    berasal dari negara-negara sedang berkembang,

    dimana nutrisi secara keseluruhan inadekuat ataudefisiensi dengan presentase yang bermakna pada

    populasi. Juga, mayoritas pada negara-negara ini,

    sistem perawatan prenatal tidak optimal, dan inidapat menjadi faktor perancu dalam analisis

    epidemiologi dampak intake kalsium nutrisional

    terhadap insiden preeklampsia.Data dari beberapa studi memberikan data-

    data yang berlawanan dengan hipotesis defisiensinutrisional, termasuk defisiensi intake kalsium,

    sebagai etiologi spesifik atau faktor patogenik.

    Tidak ada perbedaan yang konsisten dalam jumlah

    vitamin atau mineral antara diet wanitapreeklampsia dan nonpreeklampsia yang tampak

    dari survei-survei tetang diet yang lebih jelas.

    Thomson menemukan bahwa diet wanitadengan preeklampsia cenderung berisi lebih

    sedikit vitamin C dibandingkan dengan diet pada

    wanita normotensi atau hipertensi dan lebih padavitamin lain dan kalsium. Sebagai tambahan, hal

    ini diperdebatkan bahwa insiden lebih rendah

    secara substansial pada kelainan hipertensi yangdiinduksi kehamilan dalam kehamilan kedua atau

    sesudahnya sulit untuk mengalami defisiensinutrisional. Di Belanda hunger winter pada

    tahun 1944-1945, dimana intake nutrisional secara

    keseluruhan dan intake kalsium kurang dariminimal, insiden eklampsia menurun.62

    Pada tahun 1991, Repke menunjukkan hasil

    empat studi suplementasi kalsium yang ada padasaat itu. Dia menyimpulkan bahwa suplementasi

    kalsium menghasilkan penurunan tekanan darah,

    kelahiran preterm, dan preeklampsia yang

    bermakna. Walaupun demikian, kebanyakan studi

    ini terlalu kecil untuk menggambarkan kesimpulanyang pasti, dan kebanyakan studi terfokus padamenurunkan tekanan darah dan insiden hipertensi

    gestasional, tidak pada pencegahan preeklampsia

    yang sebenarnya.59

    Pada tahun 1991, Belizian dan rekan-rekan

    melaporkan percobaan suplementasi kalsium

    terbesar. Mereka mempelajari 1194 wanitanullipara pada kehamilan minggu ke-20 pada

    permulaan studi. Wanita tersebut diberikan secara

    random 2 g/hari kalsium elemental (n = 593,kalsium karbonat) atau plasebo (n = 601). Angka

    kelainan hipertensi lebih rendah pada grup kalsium

    dibandingkan dengan grup plasebo (9.8%

    berbanding 14.8%; odds ratio [OR] 0.63; 95% CI0.44-0.90). risiko kelainan hipertensi lebih rendah

    sepanjang masa kehamilan, khususnya setelah

    kehamilan minggu ke-28. Berdasarkan penulis,

    insiden hipertensi gestasional dan preeklampsiakeduanya menurun. Insiden preeklampsia pada

    grup kalsium adalah 2.6%, dan pada grup plasebo

    3.9%, perbedaan minor dengan 95% CI 0.35

    sampai 1.25 untuk OR. Angka kematian perinatalhampir sama pada grup kalsium (n = 6),

    dibandingkan dengan grup plasebo (n = 7). Berat

    badan dan panjang badan lahir pada kedua grup

    adalah identik. Insiden kelahiran preterm hampirsama.63

    Dalam studi meta-analisis, Bucher dkkmenunjukkan efek suplementasi kalsium selama

    kehamilan terhadap tekanan darah, preeklampsia,dan hasil kehamilan yang jelek. Penulis mencari

    MEDLINE dan EMBASE dari tahun 1966 sampai

    Mei 1994 dan menghubungi penulis dari

    percobaan-percobaan yang tepat untukmendapatkan akurasi dan kelengkapan data dan

    untuk mengidentifikasi percobaan-percobaan yang

    tidak dipublikasikan. Empat belas percobaansecara random melibatkan 2459 wanita yang

    memenuhi kualifikasi. Analisis menunjukkan

    penurunan tekanan darah sistolik 5.40 mmHg

    (95% CI 7.81 sampai 3.00 mmHg; P< .001). OR

    untuk preeklampsia pada wanita dengan

    suplementasi kalsium dibandingkan denganplasebo adalah 0.38 (95% CI 0.22-0.65). Sehingga,

    disimpulkan bahwa suplementasi klasium selamakehamilan menyebabkan penurunan yang penting

    dalam tekanan darah sistolik dan diastolik dan

    preeklampsia.64

    Walaupun demikian, case-control study yang

    besar pada 172 wanita preeklampsia, 251 wanita

    dengan hipertensi gestasional, dan 505 kontrol,semuanya primipara yang melahirkan di Quebec

    atau Montreal,menunjukkan tidak ada korelasi

    antara intake kalsium dan insiden preeklampsia.

    Untuk hipertensi gestasional, penyesuaian OR

    pada quartil suksesif menurun secara gradual dari1.00 pada quartil terbawah sampai 0.81, 0.66, dan0.60 pada quartil tertinggi. Oleh sebab itu, penulis

    menyimpulkan bahwa data mereka memberikan

    dukungan yang kuat yang menunjukkan bahwaintake kalsium berhubungan terbalik dengan risiko

    hipertensi gestasional tapi tidak terhadap insiden

    preeklampsia.65

    Jawaban yang pasti tentang efek suplementasi

    kalsium dipublikasikan oleh Levin dkk pada tahun

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    10/23

    56

    1997. Mereka mengumpulkan hasil-hasil

    percobaan National Institute of Health (NIH)

    Calcium for Preeclampsia Prevention (CPEP) di

    lima pusat kedokteran yang besar. Keputusan

    untuk memulai percobaan yang besar ini adalahberdasarkan fakta bahwa kebanyakan percobaan

    sejauh ini dikoordinir di negara-negara dimana,

    tidak seperti di Amerika Serikat, diet biasanyaberisi sedikit kalsium. Peneliti merandomisasi

    4589 pasien dengan kehamilan 13 sampai 21

    minggu untuk menerima terapi harian dengan 2 g

    kalsium elemental atau plasebo untuk

    mempertahankan kehamilan mereka. Suplementasikalsium tidak mengurangi secara bermakna

    insiden atau beratnya preeklampsia atau

    memperlambat onsetnya. Preeklampsia terjadipada 6.9% wanita pada grup kalsium dan 7.3 %

    pada grup plasebo. Sebagai tambahan, tidak ada

    perbedaan bermakna antara kedua grup dalam

    prevalensi hipertensi yang berhubungan dengan

    kehamilan tanpa preeklampsia atau pada seluruhkelainan hipertensi. Kalsium tidak mengurangi

    jumlah kelahiran preterm, bayi SGA, atau

    kematian fetal dan neonatal. Mereka juga

    menemukan tidak ada keuntungan bagi wanitadengan kadar ekskresi kalsium 24 jam yang

    rendah, juga tidak ada keuntungan lain bagi wanita

    yang intake kalsium dietnya berada pada quartil

    terendah dan yang median intake hariannya 422

    mg sama atau lebih rendah yang dilaporkan untuk

    wanita di negara-negara berkembang.66

    Tabel 5-1 menunjukkan data tentang efek

    suplementasi kalsium seperti yang dipublikasikan

    dalam meta-analisis oleh kelompok Bucher dandalam percobaan NIH.64,66

    Yang paling terbaru saat ini dari Cochrane

    Library tentang efek pencegahan dari suplementasi

    kalsium meliputi sembilan studi dan lebih dari

    6000 wanita. Data tersebut menunjukkan reduksi

    moderat dari risiko preeklampsia (relativerisk[RR] 0.72; 95% CI, 0.60-0.86). Efek tersebut

    lebih besar pada wanita dengan risiko tinggi untuk

    hipertensi (RR, 0.22; 95% CI, 0.11-0.43) danmereka dengan intake kalsium baseline yang

    rendah (RR 0.32; 95% CI, 0.21-0.49). Hasil yang

    didapatkan untuk subjek yang memiliki risiko

    tinggi masih equifokal, karena hanya 225 wanita

    yang dianalisa sejauh ini. Ide bahwa intake dietkalsium adalah perancu yang paling penting dalam

    penilaian efek suplementasi kalsium, hal ini

    didukung oleh efek protektif yang bermakna darisuplementasi kalsium di negara-negara maju

    dengan intake kalsium rendah, seperti Australia,

    dibandingkan dengan tidak ada sama sekali efek

    yang menguntungkan dari suplementasi kalsium di

    negara-negara maju dengan intake kalsium yangtinggi.

    35 Dua fakta penting (berhubungan) yang

    menjadi perhatian:35,66a-c

    1. Negara-negara dengan intake kalsium yangtinggi (Amerika Serikat, Belanda) masih

    memiliki preeklampsia tersendiri, khususnya

    tipe preeklampsia yang membunuh bayi dan

    ibu.2. Pencegahan secara definitif (yaitu hipertensi

    dan proteinuria) tidak sama dengan

    memperbaiki luaran perinatal dan proteinuria)tidak sama dengan memperbaiki luaran

    perinatal.

    *meta-analisis percobaan-percobaan kecil+ NIH Calcium for Preeclampsia Prevention (CPEP) trial.CI, Confidence Interval; NIH, National Institues of Health.

    Tinjauan Cochrane menunjukkan bahwa

    suplementasi kalsium tidak memperbaiki luaranperinatal. Adakah tempat untuk suplementasi

    kalsium? Suplementasi kalsium tidak memperbaiki

    luaran perinataltapi mungkin, dengan menurunkanprevalensi preeklampsia, berarti menghemat biaya,

    keuntungan yang relevan di negara-negara dengan

    dana perawatan kesehatan yang terbatas.66a

    Obat-obat Antihipertensi

    Efek dari obat-obat antihipertensi telah dinilaidengan mempelajari efeknya pada preeklampsia

    yang berkembang dari ringan keberat pada wanita

    yang tampak dengan penyakit hipertensi ringanatau sedang. Pendekatan ini didasarkan pada

    kenyataan bahwa pengobatan dini hipertensi dapat

    mencegah munculnya manifestasi preeklampsialainnya. Walaupun demikian, ciri-ciri plasenta,

    renal, hepatik dan homeostatik preeklampsia

    Tabel 5-1. Efek suplementasi kalsium pada preeklampsia

    PREEKLAMPSIA KALSIUM PLASEBO ODDS RATIO 95% CI

    Studi-studi kecil64*

    NIH trial66+

    Semua studi

    35/1099

    158/2295

    193/3394

    88/1176

    168/2294

    256/3475

    0.40

    0.94

    0.76

    0.27-0.60

    0.76-1.16

    0.62-0.92

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    11/23

    57

    tampaknya tidak menjadi konsekuensi langsung

    dari peningkatan tekanan darah. Meskipun hal ini

    jelas bahwa penggunaan obat-obat antihipertensi

    pada wanita dengan hipertensi ringan sampai

    sedang mengurangi insiden hipertensi berat, obat-obat ini tidak memiliki efek yang menguntungkan

    terhadap insiden preeklampsia atau kematian

    perinatal.56

    Antikoagulan

    Karena aksi thrombin yang berlebihan dan deposit

    fibrin intravaskular merupakan salah satumekanisme primer yang dipikirkan dalam

    patogenesis preeklampsia, wanita dengan kelainan

    hipertensi yang diinduksi kehamilan telah diobati

    dengan antikoagulan dalam usaha untukmemperbaiki keadaan klinis dan luaran perinatal.

    Heparin digunakan dalam studi tanpa kontrol

    melibatkan kasus-kasus tunggal, atau pasien

    dengan seri yang kecil, menunjukkan tidak ada

    kegunaan dalam pencegahan sekunder atau tersier.Laporan terdahulu dalam penggunaan koumarin

    untuk mencegah preeklampsia rekuren pada wanita

    multipara tidak menunjukkan adanya efek

    menguntungkan terhadap maternal atau perinatal.Sebagai tambahan, penggunaan antikoagulan

    mungkin membahayakan pada kasus-kasus

    hipertensi berat, khususnya jika berhubungandengan trombositopenia.56,67

    Aspirin Dosis Rendah untuk Mengkoreksi

    Ketidakseimbangan Kadar Prostasiklin /

    Tromboksan A2

    Apakah luka sel endotelial pada preeklampsiamenyebabkan penurunan secara primer sintesis

    prostasiklin (PGI2) atau penurunan, sebagai

    contoh, Nitric Oxide (NO), trombosit memainkan

    peranan sentral pada proses penyakit. Redman

    menyatakan preeklampsia adalah proses padatrofoblas yang dimediasi oleh disfungsi trombosit

    dan dicegah paling sedikit sebagian oleh agen

    antitrombosit. Pada lapisan nonendotelialisasiyang nampak pada arteri-arteri spiralis dengan

    tidak adanya produksi antiagregasi PGI2 atau

    Nitric Oxide yang adekuat oleh vaskularisasi

    uteroplasenta atau endovaskular trofoblas, aktivasi

    trombosit yang dimediasi lapisan tersebut dapatterjadi. Trombosit mengalami perlekatan danmelepaskan alpha-granule dan konstituen dense

    ganule. Tromboksan A2 (TXA2) dan serotinin

    diproduksi,mengkontribusi agregasi trombosit danmenginduksi pembentukan fibrin untuk stabilisasi

    trombus trombosit yang dapat menyumbat aliran

    darah maternal ke kotiledon plasenta, sehinggamenyebabkan infark pada plasenta. Tidak adanya

    stimulasi normal dari sistem renin-angiotensin,

    disamping hipovolemia signifikan, dan

    peningkatan sensitifitas vaskuler terhadapangiotensin II dan norepinephrine dapat dijelaskan

    dengan mekanisme tunggal, luka pada sel

    endotelial menyebabkan defisiensi produksi atauaktivitas vasodilator prostaglandin, khususnya

    PGI2, atau keduanya. Peningkatan rasioTXA

    2/PGI

    2mungkin merupakan penyebab destruksi trombositselektif, kadang disertai dengan hemolisis

    mikroangiopati, dan penurunan aliran darah

    uteroplasenta dengan trombosis arteri spiralis dan

    infark plasenta. Karena ketidakseimbangan

    PGI2/TXA2 memberikan penjelasan untuk

    banyaknya manifestasi klinik preeklampsia,

    beberapa usaha dibuat untuk mengkoreksi

    ketidakseimbangan atau untuk memperkecildampaknya.68-74

    Aspirin menyebabkan defek fungsional jangka

    panjang pada trombosit, secara primer,berhubungan dengan inaktivasi permanen dari

    aktivitas siklooksigenase trombosit danmenghambat reaksi sekretori trombosit resultan.

    Aspirin mengasetilasi grup hidroksil residu serine

    tunggal pada sisi aktif enzim siklooksigenase.

    Karena grup asetil dari aspirin terikat secarakovalen pada sisi aktif siklooksigenase, hambatan

    terhadap enzim ini adalah irreversible. Metabolit

    aspirin salisilat mengikat secara reversible padaatau dekat sisi aktif pada jalur yang mencegah

    asetilasi enzim oleh aspirin. Walupun demikian,

    profil efek konsentrasi aspirin dan salisilat in vivo

    mendukung bahwa proteksi salisilat terhadap

    siklooksigenase adalah interaksi farmakodinamik

    yang nampaknya tidak benar diikuti oleh aspirinoral pada manusia. TXA2disintesis dan dilepaskan

    oleh trombosit sebagai respon stimulasi yangbervariasi (seperti thrombin, kolagen, adenosin

    difosfat) dan menyebabkan agregasi trombosit

    irreversible. Sehingga, hal ini memberikanmekanisme untuk memperkuat respon trombosit

    untuk agonis yang berbeda.75

    Trombosit anucleate (tanpa inti) adalah targetseluler yang unik untuk aksi aspirin. Trombosit

    tidak dapat meresintesis siklooksigenase karena

    mereka kekurangan inti. Sehingga, karena bentuk

    yang ireversibel dari inhibisi enzim yang diinduksi

    aspirin, dosis yang menginhibisi TXA2 secaratidak komplit, jika diberikan secara akut,

    akumulasi untuk inhibisi yang komplit selama

    pemberian obat kronik. Sehingga, pemberian

    harian sebanyak 30 sampai 50 mg aspirinmenghasilkan supresi komplit secara nyata pada

    biosintesis trombosit TXA2 setelah 7 sampai 10

    hari pada pasien yang tidak hamil.Beberapa studi telah menunjukkan bahwa

    aspirin 60 sampai 80 mg juga cukup untuk

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    12/23

    58

    menghambat agregasi trombosit yang tergantung

    siklooksigenase, melepaskan reaktivasi, dan

    produksi TXA2serum pada kehamilan normal dan

    pada hipertensi gestasional. Pemulihan

    kemampuan untuk memproduksi TXA2tergantungpada sintesis trombosit baru, memerlukan waktu

    10 sampai 12 hari untuk turnoverkomplit. Dosis

    optimal aspirin untuk antitrombosis masihdiperdebatkan. Dosis sebesar 3.5 g/hari dan

    serendah 20 sampai 40 mg/hari telah dilaporkan

    efektif dalam pencegahan kejadian trombosis.

    Pada kasus aspirin, hal ini penting untuk

    menggunakan dosis efektif terendah karena efekkonkomitannya pada siklooksigenase dinding

    pembuluh darah dan hubungnan antara dosis

    aspirin dan khususnya efek sampinggastrointestinal. Aspirin juga menghambat

    siklooksigenase endotelial; walaupun demikian,

    dinding pembuluh darah mungkin kurang sensitif

    dan memiliki kapasitas untuk mensintesis

    siklooksigenase baru ketika aspirin menghilangdari sistem.

    75,76-78

    Mekanisme lain yang terlibat dalam

    menyebabkan selektifitas paradoksikal aspirindosis rendah pada siklooksigenase trombosit

    didasarkan pada karakteristik farmakokinetik obat

    ini. Absorbsi dari dosis oral yang rendah

    menyebabkan konsentrasi yang relatif tinggi padasirkulasi portal, menyebabkan inhibisi kumulatif

    terhadap siklooksigenase pada trombosit yang

    melalui kapiler-kapiler usus, dimana konsentrasi di

    sirkulasi perifer (setelah deasetilisasi aspirin dihati) tetap terlalu rendah untuk mempengaruhi

    siklooksigenase endotelial. Secara aktual, inhibisiterhadap siklooksigenase adalah cepat, terjadi

    sebelum aspirin tampak pada sirkulasi sistemik,dimana menunjukkan pentingnya inaktivasi

    siklooksigenase trombosit di sirkulasi portal.78,79

    Oleh karena itu, efek antitrombosit aspirintidak berhubungan dengan bioavaibilitas sistemik.

    Peningkatan dosis aspirin dapat mempengaruhi

    interaksi komponen lain antara trombosit danendotelium yang mungkin membantu mencegah

    atau membatasi pembentukan trombus, tapi dosis

    yang lebih besar memiliki efek-efek lain yang

    potensial. Dosis analgesik aspirin dapat

    memberikan beberapa efek fibrinolitik, tetapi dosisaspirin yang rendah tidak mempunyai efek dalamhal ini. Aspirin tidak menghambat pelepasan

    adenosin difosfat yang diinduksi trombosit alpha

    granule.Aspirin memberikan lebih banyak efek yang

    mempunyai nilai potensial dalam terapi untuk

    mencegah preeklampsia. Dalam suatu studi klinikterhadap wanita hamil dengan risiko preeklampsia,

    Walsh, dkk. membuktikan bahwa dosis aspirin

    rendah menghasilkan penurunan yang signifikandalam konsentrasi plasma maternal (TXA2 dan

    lipid peroksida). Efek inhibitor yang lebih besar

    adalah pada kadar TXA2dibandingkan pada kadar

    lipid peroksida karena sumber-sumber selaincyclooxygenase memberikan kontribusi terhadap

    formasi lipid peroksida. Studi ini menunjukkan

    bahwa formasi lipid peroksida kurang berikatandengan produksi TXA oleh enzim cycloxygenase.

    Terapi aspirin dosis rendah untuk pre eklampsia

    mungkin memberikan efek-efek yang

    menguntungkan karena aksi inhibitor ini.Mempertimbangkan keterlibatan dari interaksi

    abnormal leukosit-endotelial dalam patogenesis

    preeklampsia, efek lain dari aspirin dalam

    trombosit-induced endotelial release IL-8memerlukan perhatian khusus. Kaplansi, dkk.

    membuktikan bahwa trombosit menginduksi

    sekresi IL-8 oleh sel-sel endotel melalui aktivitas

    membran IL-1. Aspirin dapat menghambat

    pelepasan trombosit-induced endothelial IL-8sebesar 90%.

    Dosis Rendah Aspirin dalam Pencegahan

    Kehamilan yang Diinduksi Hipertensi.

    Pada tahun 1979, hasil dari studi retrospektif

    menyebutkan bahwa preeklampsia kurang sering

    dialami oleh pemakai aspirin reguler dibandingkanpada wanita hamil non-aspirin. Aspirin dosis

    rendah telah terbukti mengembalikan vaskular

    refraktor Angiotensin II, paling tidak secara parsialpada wanita hamil yang sensitif.

    Pada tahun 1985, Beaufils dkk.

    mempublikasikan hasil studi prospektif untukpertama kalinya tentang efek-efek dari aspirin

    dosis rendah dalam mencegah preeklampsia.Kesimpulan berdasarkan ulangan terhadap uji 7

    dosis aspirin pertama pada pasien-pasien dengan

    risiko tinggi menunjukkan bahwa aspirin dosisrendah efektif dalam menurunkan insiden

    hipertensi kehamilan (30%), preeklampsia (85%)

    dan pertumbuhan Janin Terhambat/PJT (50%).

    Sebagian besar dari studi ini menggunakan riwayat

    obstetri untuk mengidentifikasikan pasien-pasiendengan risiko tinggi; studi-studi lain menggunakan

    velosimetri Doppler untuk sirkulasi uteroplasenta,

    tes Ag II infusion dan bahkan tes roll-over.Walaupun hasil-hasil dari uji random ini sangatmenjanjikan, efek menguntungkan dari aspirin

    dosis rendah ini belum dapat disimpulkan karena

    keterbatasan dari studi-studi awal. Maka, uji-uji

    yang lebih besar dan berseri disarankan untukmengkonfirmasi atau meluruskan hasil-hasil yang

    menjanjikan tersebut yang mana ditemukan pada

    uji berskala kecil pada pasien-pasien risiko tinggi.

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    13/23

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    14/23

    60

    grup plasebo); dan 6 orang megalami HELLP

    syndrome (1 org pada grup aspirin dan 5 org pada

    grup plasebo). Karena preeklampsia berat, HELLP

    syndrome, dan eklampsia dianggap sebagai

    kematian maternal yang serius, 33 (2,2%) pasienpada grup aspirin vs 55 (3,7%) pada grup plasebo

    mempunyai komplikasi atau penyakit berat.

    Ini hanyalah suatu studi di mana ditemukanadanya peningkatan insiden solusio plasenta di

    antara wanita yang mendapat aspirin (11 orang

    wanita vs 2 orang pada grup plasebo; P=0,01).

    Pada studi CLASP, 9364 wanita dipilih untukmendapatkan 60 mg aspirin setiap harinya atau

    sebagai plasebo; 74% dimasukkan untuk

    profilaksis preeklampsia; 12% untuk profilaksis

    PJT; 12% untuk terapi preeklampsia dan 3% untukterapi PJT. Pada studi ini, wanita yang dianggap

    layak adalah mereka yang mempunyai usia gestasi

    antara 12 - 32 minggu dan tidak ada indikasi yang

    jelas untuk tidak menggunakan aspirin. Untuk

    tujuan-tujuan analisis, wanita-wanita ditempatkanpada grup terapi di mana mereka seharusnya

    ditempatkan.

    Secara keseluruhan, penggunaan aspirinberhubungan dengan penurunan sebesar 12% pada

    insiden preeklampsia, dan ini tidak signifikan.

    Pada wanita-wanita yang dipilih untuk alasan

    profilaksis pada masa gestasi 20 mg atau lebihawal, penggunaan aspirin berhubungan dengan

    penurunan sebesar 22%. Penggunaan aspirin

    setelah masa gestasi 20 mg pada studi CLASP,

    berhubungan dengan peningkatan kematianperinatal. Insiden eklampsia sama pada kedua

    grup; insiden HELLP syndrome tidak disebutkan.Tidak ada efek signifikan pada penggunaan aspirin

    dalam kasus PJT atau kelahiran dan dengankematian neonatal. Aspirin, secara signifikan,

    menurunkan jumlah kasus kelahiran preterm

    (19,7% grup aspirin vs 22,2% pada grup kontrol);

    penurunan absolut 2,5 0,9 per 100 wanita yang

    dith/ (P=0,003) terdapat trend (P=0,0004) yang

    secara signifikan lebih besar pada preeklampsia

    dengan kelahiran preterm. Terdapat trend yangsama dalam penurunan penggunaan antihipertensi

    dan terapi antikejang di antara para wanita yang

    diterapi aspirin dengan kelahiran lebih dini. Pada

    suatu analisis, pasien yang akan diprofilaksisuntuk preeklampsia, rata-rata kelahiran atau

    kematian perinatal disebabkan oleh preeklampsia,

    hipertensi, atau PJT yang terjadi sebelum masa

    gestasi 32 mg, karena efek pencegahan penyakitpada onset awal seharusnya lebih besar, tedapat

    5,3% yang diberikan aspirin dibandingkan dengan

    10,6% pada plasebo.Dalam suatu tulisan ilmiah tidak ditunjukkan,

    tetapi seperti disebutkan oleh Working group

    bahwa terdapat analisis post hoc lain yang

    menunjukkan tentang efek protektif aspirin

    terhadap umur gestasi; terapi awal dimulai. Data

    ini tidak konsisten dengan hasil-hasil Uji

    Wallenburg, yang mana menunjukkan efekprotektif yang besar setelah masa gestasi 28

    minggu atau juga pada Mc. Parland dkk., yang

    mana menunjukkan efek protektif aspirin yangdiberikan setelah masa gestasi 24 minggu. Hasil-

    hasil CLASP menyebutkan bahwa jika dapat

    diambil sebuah keuntungan, mungkin lebih

    bersifat profilaksis dibandingkan terapi.

    Uji ECPPA

    Studi grup ECPPA merupakan studi multisenter

    berskala besar (12 staf pengajar RS tentangmaternal dan 182 ahli obstetri) di Amerika Latin

    bertujuan untuk membuktikan efektivitas aspirin

    terhadap wanita yang berisiko tinggi kelahirandengan preeklampsia. Sebanyak 109 wanita

    diperkirakan mempunyai risiko tinggi terhadappreeklampsia, atau komplikasinya, antara masa

    gestasi 12 - 32 minggu. Para wanita dipilih secara

    random untuk mendapatkan aspirin (498 orang)

    atau sebagai plasebo (511 orang) sampai kelahirandan follow up didapatkan 96%.

    Tidak ada perbedaan signifikan antara grup-

    grup terapi mengenai insiden preeklampsia (6,7%grup apirin dibandingkan 6% grup plasebo), juga

    insiden PJT (8,5% vs 10,1%), atau kelahiran dan

    kematian neonatal (7,3% vs 6,0%). Selain itu,tidak ada perbedaan signifikan dalam insiden

    preeklampsia pada grup studi ini, termasuk dengan

    TD sistolik 120 mmHg atau lebih (8,5% vs 7,3%)atau dengan hipertensi kronis (10% vs 7,1%).

    Kesimpulannya adalah hasil dari studi ECPPAtidak mendukung penggunaan profilaksis aspirin

    dosis rendah untuk kehamilan pada wanita dengan

    risiko tinggi, juga wanita yang menderitahipertensi kronis atau yang diduga berisiko dengan

    preeklampsia onset dini.

    Pada tulisan ini, grup ECPPA jugamelaporkan suatu meta-analisis untuk semua uji

    coba. Hasil-hasil tersebut memperlihatkan adanya

    komplikasi maternal dan neonatal, tanpa solusio

    plasenta, perdarahan antepartum, transfusi atau

    kematian yang disebabkan perdarahan. MenurutECCPA, adanya keterlibatan sistemik pada hasiluji terapi antitrombosit menunjukkan pengurangan

    sebesar 25% pada insiden preeklampsia,

    sedangkan adanya penurunan sebesar 75% pada ujicoba pertama. Jika uji coba hipotesis umum

    tidak dimasukkan, pengurangan yang nyata pada

    uji coba yang lebih besar hanya 17%. Secara

    terminologi, pengurangan yang proporsional

    menunjukkan bahwa terapi anti trombosit dapat

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    15/23

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    16/23

    62

    berskala besar dan kecil adalah diikutkan dalam

    kriteria. Wanita-wanita pada uji coba berskala

    kecil adalah yang berisiko tinggi preeklampsia,

    dengan insiden antara 13-40%.

    Masalah-masalah pada Uji-Uji Berskala Besar

    Tingkat kepatuhan adalah problem yang paling

    penting dalam uji-uji bersakala besar. Para wanitahamil diketahui tidak patuh dalam menggunakan

    obat, walaupun randomisasi lebih daripada 25.000

    wanita, namun yang patuh hanya sedikit. Pada

    studi Australia mengenai pasien-pasien dengan

    risiko tinggi, ternyata tedapat 15% grup aspirindan 20% grup plasebo yang tidak patuh. Pada

    studi CLASP, sebanyak 96% yang pada awalnya

    mengikuti medikasi, hanya 66% dan 88% yangmelanjutkan pengobatan untuk minimal 95% dan

    80%, yaitu antara waktu dilakukan random sampai

    kelahiran. Pada uji CLASP, gambaran

    ketidakpatuhan terlihat dari kuesioner yang baru

    dikirim setelah 3 bulan paska kelahiran, terdapat10% sampel yang terdiri dari para wanita yang

    bayi-bayinya diyakini untuk hidup dan sehat.

    Walaupun mungkin hanya sebagai suatu jalan

    untuk melanjutkan ke studi yang berskala besar,tetapi tidak dapat dihindari bahwa risiko

    ketidakpatuhan tidak dapat dihilangkan, khususnya

    pada wanita dengan keluaran perinatal yang

    kurang baik.Seperti yang sudah disebutkan di awal, hanya

    3 uji coba yang menggunakan tes biokimia untukmengecek kepatuhan wanita yang menggunakan

    aspirin. Problem lainnya adalah waktu

    randomisasi. Sebagai contoh, uji ECCPAwaktunya sama dengan uji CLASP, pasien yang

    dipilih yaitu antara 12-32 minggu masa gestasi.Hanya 8% wanita yang memulai dengan aspirin

    pada 12 minggu masa gestasi dan hanya sekitar 1/3

    dari pasien yang dipilih sebelum 12 minggu masagestasi.

    Problem yang sama juga terjadi pada studi

    NIH- rata-rata waktu randomisasi adalah sekitar 20minggu masa gestasi. Namun pada uji lain, yaitu

    analisis data dari grup wanita yang diambil

    sebelum 20 minggu masa gestasi menunjukkan

    bahwa aspirin mempunyai efek menguntungkan.

    Kata hati-hati seharusnya dibuat bila aspirintidak diletakkan pada kontainer tertutup,

    khususnya jika studi-studi tersebut dilakukan pada

    daerah tropis/ subtropis. Aspirin stabil pada udara

    kering tetapi dapat terhidrolisis oleh suhu lembab,khususnya pada lingkungan yang panas. Jika

    aspirin tidak disimpan secara benar pada

    lingkungan yang panas dan lembab, aspirin dapat

    kehilangan efikasinya. Selain itu, peringatantersebut digunakan dalam intepretasi studi yang

    menggunakan tes protein-stick untuk memeriksa

    proteinuria, karena lemahnya atau tidak adanyamonitor yang dapat menginduksi Cohcaren

    kolaborasi.

    Cohrane kolaborasi saat ini telahmemperbaharui efek sistemik dan keamanan dari

    agen trombosit dalam mencegah preeklampsia dan

    penggunaan aspirin adalah sbb:1. Terdapat penurunan sebesar 15% risiko

    preeklampsia (32 uji terhadap 29.331 wanita;

    rr 0,85; 95% CI 0,78-0,92). Pengurangan ini

    tampak lebih besar bila plasebo tidak ada.2. Terdapat penurunan sebesar 7% terhadap

    risiko kelahiran kurang dari 37 minggu (23 uji

    thd 28.268 wanita; RR 0,92; 95% CI, 0,88-

    0,97).3. Tedapat penurunan sebesar 14% thd kematian

    fetal dan atau neonatal (30 uji thd 30.093

    wanita; RR 0,86; 95% CI, 0,75-0,99).Pengurangan ini paling besar pada wanita

    yang berisiko tinggi (4134 wanita; RR 0,73;95% CI, 0,56-0,96). Tidak ada perbedaan

    signifikan antara grup terapi dan grup kontrol

    terhadap insiden bayi SGA (25 uji thd 20.235

    wanita; RR 0,91; 95% CI 0,83-1,00), solusioplasenta dan SC.

    Aspirin dosis rendah memperbaiki

    keseimbangan PGI2/ TXA2, sehingga tidakmengherankan jika obat ini dapat menjadi harapan

    bagi kita ?

    1. Penjelasan yang paling mungkin untukperbedaan ini adalah bahwa keseimbangan

    PGI2/TXA2 bukanlah satu-satunya dan bukan

    yang utama, melibatkan jalur biokimia yangpatogen. Faktor endotelial-relaksasi (nitric

    oxide) mungkin dapat menjadi vasodilatorutama dan inhibitor trombosit selama

    kehamilan. Jika PGI2 hanya satu-satunya

    hormon penyelamat dalam mikrosirkulasi, kitadapat berharap untuk dapat melihat beberapa

    dampak dari aspirin dosis rendah hanya pada

    preeklampsia berat atau onset ataupun

    keduanya dan khususnya pada insiden HELLPsyndrome. Selain itu, TXA2 ternyata tidak

    hanya sebagai faktor trombosit yang penting

    dalam patofisiologi, sebagai contoh,

    Middelkoop dkk. membuktikan bahwa adanyapeningkatan trombosit yang berasal dariserotonin juga dapat menyebabkan

    preeklampsia.

    2. Aterosis akut tidak berbeda dengan lesiateromatosus pada aterosklerosis. Trombin

    adalah agonis trombosit yang utama yang

    menyebabkan lesi ateromatous. Karenatrombin adalah aspirin-independent agonis

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    17/23

    63

    maka aspirin tidak akan mempengaruhi

    trombosis arteri lokal.

    3. Menurut Walsh, dosis dari aspirin seharusnyacukup tinggi untuk menghambat sintesis

    Prostaglandin H plasental dan juga produksilipid peroksida. Jika produksi lipid peroksida

    plasenta tidak cukup dihambat, lipid peroksida

    tersebut dapat berlaku sebagai stimulus yangkuat untuk sintesis TXA2 berikutnya. Bila

    aspirin bekerja secara bebas dalam

    mempengaruhi trombosit, seperti pengurangan

    produksi lipid peroksida, dosis yang lebih

    tinggi mungkin efektif. Dua buah studimendukung pendapat tersebut, satu studi tidak

    randomisasi dan yang lain randomisasi yang

    mana digunakan dosis aspirin yang lebihbesar. Kedua studi ini menunjukkan adanya

    pengurangan dalam insiden preeklampsia dan

    risiko janin.4. Komsumsi trombosit fetal adalah insufisiensi

    plasenta yang mana mungkin berhubungandengan aktivasi sel endotel. Berdasarkan

    konsumsi oral aspirin pada ibu, hanya dosis

    yang sangat kecil yang dapat mencapai

    plasenta. Trombosit fetal tidak atau minimaldipengaruhi oleh terapi aspirin dosis rendah.

    Faktanya adalah trombosit tidak dipengaruhi

    oleh aspirin dosis rendah, karena konsekuensifarmakokinetik aspirin mungkin memberikan

    penjelasan lain mengenai efek dari aspirin

    dosis rendah.5. Yang perlu dicatat adalah tidak ada penurunan

    kematian perinatal dalam keseluruhan uji

    mayor. Hal ini menunjukkan kekuatan yangtidak adekuat, aspirin secara alternatif

    mempunyai efek nyata pada pembuluh darahuteroplasenta tetapi mencegah manifestasi

    maternal seperti proteinuria.

    Aspek yang aman dari aspirin dideskripsikandalam rangkuman yang lebih detail. Secara

    keseluruhan, uji-uji berskala besar membuktikan

    bahwa aspirin adalah aman untuk fetus dan bayiyang baru lahir, tidak ada bukti adanya

    peningkatan terjadinya perdarahan neonatal.

    Aspirin dosis rendah aman untuk ibu, dan anestesi

    epidural adalah aman pada wanita hamil yang

    menggunakan aspirin dosis rendah.

    Usaha Lain untuk Memperbaiki Keseimbangan

    PGI2- TXA2; Omega 3 FFA Rantai Panjang

    Walaupun studi awal menyebutkan bahwa dietikan berperan dalam mencegah penyakit jantung

    koroner, tidak ditemukan studi-studi epidemiologi

    dari Dyeberg dan Bang sampai tahun 1975 dimana asosiasi ini menjadi yang perlu dicatat.

    Daviglus, dkk mendapatkan data epidemiologi dari

    grup yang terdiri dari 1822 pria yang menunjukkanadanya hubungan terbalik antara konsumsi ikan

    dengan kematian akbat PJK. Ketika Omega 3

    dimasukkan dalam diet, asam eicosapentaenoic

    dan docosahexaenoic berkompetisi dengan asamarakidonat dalam beberapa cara :

    1. Mereka menghambat sintesis asam Arakidonatdari asam Linoleat.

    2. Mereka berkompetisi dengan asam Arakidonatuntuk 2 posisi dalam membran fosfolipid,

    sehingga mengurangi kadar asam Arakidonat

    plasma dan seluler.3. Asam Eicosapentaenoic berkompetisi dengan

    asam Arakidonat sebagai substrat untuk

    cyclooxygenase, menghambat produksi TXA2

    oleh trombosit, dan memproduksi hanyasebagian kecil TXA2inaktif.

    Pada sel-sel endotel, produksi dari PGI2tidak

    benar-benar dihambat dan aktivitas fisiologis PGI2yang mana disintesis dari asam Eicosapentaenoic,

    ditambahkan untuk PGI2. Hasilnya adalahperubahan dalam keseimbangan hemostasis dalam

    fase vasodilasi, dengan agregasi trombosit

    minimal. Diet Omega 3 juga mengurangi lesi

    vaskular proliferatif pada primata, dan efeknyamungkin diperantarai oleh produksi trombin yang

    tidak sempurna. Adair, dkk. mengevaluasi efek-

    efek dari suplemen Omega 3 pada sensitivitasvaskular melalui tes sensitivitas terhadap Ag II.

    Sepuluh subyek dengan kehamilan yang sehat dan

    dengan masa gestasi 24-34 minggu menjadi

    partisipan. Masih-masing subyek diberikan kapsul

    yang mengandung 3,6 gram asam

    Eicosapentaenoic per hari. Tes sensitivitas AG IIdilakukan sebelum dan 28 hari setelah pemberian

    suplemen. Dosis efektif sebelum terapi (13,6 6,3

    ng/kg/min) kurang signifikan dibandingkan setelah

    pemberian suplemen (35,8 15,9 ng/kg/min),menunjukkan bahwa dosis tinggi Omega 3

    meningkatkan kehamilan-tergantung refraktor AgII.

    Studi terbesar terhadap efek pemberianminyak ikan dilakukan terhadap kurang lebih 5000

    wanita hamil, seperti yang dilaporkan oleh

    Peoples League of Health pada tahun 1946.

    Walaupun studi ini memiliki keterbatasan dalam

    metodologi, insiden preeklampsia tetap mengalamipenurunan. Pada studi kuesioner terhadap kuranglebih 6500 wanita hamil di Denmark yang tidak

    merokok selama kehamilan, Olsen dkk.

    menunjukkan suatu hubungan positif antarakonsumsi ikan dengan berat plasenta, BB lahir,

    dan lingkar kepala neonatus. Pemberian minyak

    ikan pada kehamilan tua menghasilkan

    peningkatan TXBB3dan PG3dan penurunan TXB2B .

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    18/23

    64

    Karena efek-efek yang menguntungkan

    tersebut maka dimulailah beberapa uji coba

    tentang efek minyak ikan. Olesan, dkk.

    melaporkan tentang hasil studi terbesar juga uji

    FOTIP. Pada 6 uji coba, wanita dengan kehamilanrisiko tinggi secara acak dipilih untuk

    mendapatkan minyak ikan atau minyak olive

    selama 20 mg masa gestasi. (Tabel 5.3) Empat dariuji coba tsb merupakan profilaksis, tedapat

    232,280, dan 386 wanita yang sudah mengalami

    kelahiran preterm, IUGR, atau kehamilan dengan

    hipertensi dan preeklampsia, dan 579 wanita

    dengan kehamilan kembar. Minyak ikanmengurangi risiko kelahiran preterm dari 33%

    menjadi 21% (OR, 0,54; 95% CI, 0,30-0,98) tetapi

    tidak berefek pada keluaran. Pada kehamilankembar, risiko untuk 3 keluaran tidak berbeda.

    Minyak ikan tidak nampak sebagai suatu solusi.

    Modulasi dari L- Arginin Nitrit Oksida- Siklik

    Guanosi 3, 5 Monofosfat (cGMP)

    Salah satu dari penemuan yang paling

    mengejutkan pada tahun akhir-akhir ini adalahpenemuan nitrit-oxide plus L-citrulline sintesis

    dari L-arginin pada banyak tipe sel, termasuk sel-

    sel endotel, trombosit, dan makrofag. Secara teori,donor nitrit oxide dapat mencegah preeklampsia.

    Walaupun nitrat dapat mengobati angina pektoris

    lebih dari satu abad, hanya mekanisme terbaru

    yang diklarifikasi. Nitrat dari nitrit oksida, yang

    mana menyebabkan vasodilatasi langsung dariarteri-arteri koronaria. Istilah nitrovasodilator

    adalah untuk semua agen yang dapat menimbulkan

    formasi dari reaktif nitrit-oksida- radikal bebasdalam inkubasi dan meningkatkan sintesis cGMP.

    Tabel 5-3. Pengaruh minyak ikan pada hipertensi dalam kehamilan: penelitian multisenter minyak

    ikan di Eropa.Hipertensi karena

    kehamilan

    Minyak ikan Minyak kelapa OR 95 % CI

    Hipertensi karenakehamilan berulang

    55/167 61/183 0.98 0.63-1.53

    Kehamilan kembar 38/274 38/279 1.39 0.83-2.32

    *Berulangnya hipertensi karena kehamilan pada pasien dengna riwayat preeklampsia sebelumnya dan atau

    hipertensi karena kehamilan

    Studi-studi pertama mengenai nitrogliserin padakehamilan dilakukan pada pasien-pasien dengan

    preeklampsia berat. Cotton, dkk. membuktikanbahwa nitrogliserin I.V bersifat poten, cepat dalam

    hemodinamik T1/2 yang diukur dalam menit.Nitrogliserin mengurangi MAP (mean arterial

    pressure) 27,5% tanpa perubahan yang signifikan

    dalam HR, CVP, atau SV pada 6 orang pasien

    dengan kehamilan yang diinduksi hipertensi.

    Tekanan kapiler pulmonar berkisar dari 9 3

    sampai 4 2 mmHg, sedangkan cardiac index

    berkurang dari 3,51 0,67 sampai 2,87 0,76

    L/min/m2. O2delivery secara signifikan dari 617

    78 sampai 491106 ml/min/m2. walaupun volumeekspansi tidak mempengaruhi MAP, kombinasi

    antara ekspansi volume darah dan nitrogliserin

    menghasilkan resistensi terhadap efek hipotensi

    dari nitrogliserin. Cardiac index, PCWP, danpemakaian O2berbeda dari nilai semula.

    Studi Grunewald dkk terhadap 12 pasien

    dengan preeklampsia berat (TD diastolik 110

    mmHg atau lebih). Semua pasien mendapatnitrogliserin I.V dengan dosis bertahap, meningkat

    dari 0,25 g/kg/min sampai TD diastolik menurundi bawah 100 mmHg. Selama diinfus, TD

    menurun secara signifikan. Pola Doppler pada

    arteri uterina tidak berubah secara signifikan,pulsasi arteri umbilikus menurun secara signifikan

    dari 1,41 0,14 sampai 1,230,08. Kadar cGMPdarah tidak berubah secara asensial.

    Efek yang sama dilaporkan juga oleh Giles

    dkk.. Ramsay dkk. membuktikan bahwa gliseriltrinitat I.V yang diberikan pada trimester pertama

    dapat menyerupai perubahan fisiologis dari arteri

    uterina pola FVW yang dapat dilihat pada gestasi

    lanjut dan juga menyebabkan resistensi arteri

    uterina pada pasien dengan risiko tinggi terhadappreeklampsia karena adanya abnormalitas pada

    index resistensi arteri uterina.

    De Belder dkk. melaporkan suatu kasusHELLP syndrome, yang mana sukses mengatur S-

    nitroglutation, suatu donor nitric oxide dan Lees

    dkk. melaporkan bahwa infus S-nitroglutation

    mengurangi TD maternal, aktivasi trombosit, danresistensi arteri uterina tanpa kompromasi lebih

    lanjut dengan indeks Dopller pada grup yang

    terdiri dari 10 wanita dengan preeklampsia berat

    dengan masa gestasi 21-33 minggu.Beberapa uji coba saat ini mengalami

    peningkatan dalam mengakses efikasi dan

    modulasi nitrit oksida pathway, sebagai akibat dietsuplemen L-arginin, dalam mencegah da

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    19/23

    65

    mengobati preeklampsia. Selain itu, uji acak

    dengan jumlah wanita berisiko preeklmapsia yang

    terbatas menunjukkan adanya pengurangan yang

    signifikan dalam rata-rata kejadian preeklampsia

    pada wanita yang mendapat 1000 mg vit C dan400 I.U vitamin E. Sebagai kesimpulan, rata-rata

    gangguan hipertensi adalah sama dan tidak ada

    perbedaan dalam keluaran perinatal.

    RUJUKAN1. Department of Health, Welsh Office, Scottish

    Home and Health Department, DHSS NorthernIreland. Report on Confidential Equiries intoMaternal Death in United Kingdom 1985-1987.London: Her Majestys Stasionery Office, 1991.

    2. Duley L. Maternal mortality associated withhipertensive disorders of pregnancy in Africa, Asia,Latin America, and the Carribean. Br J Obstet

    Gynaecol 1992;99:547-553.3. Naeye RL, Friedman CA: Cause of perinatal death

    associated with gestational hypertension and

    proteinuria. Am J Obstet Gynecol 1979;133:8-10.4. Working Grup on High Blood Pressure in

    Pregnancy. The National High Blood PressureEducation Program Working Grup Report on High

    Blood Pressure in Pregnancy: Consensu Report.Am J Obstet Gynecol 2000;83:S1-S22.

    5. Hauth JC, Ewll MG, Levine RJ, Sibai B, et al.Pregnancy uotcome in healthy nuliparas who

    developed hypertension. Obstet Gynecol2000;95:24-28.

    6. Sibai BM. Preeclampsia-eclampsia. Curr ProblObstet Gynecol Fertil 1990;13:3-45

    7. Hamlin RMJ. The prevention of eclampsia andpreeclampsia. Lancet 1952;i:64-68.

    8. Crowther C, Chalmers I. Bed rest andhospitalization during pregnancy. In Chalmers I,Enkin M, Keirse MJNC (eds). Effective Care inPregnancy and Childbirth. Oxford: OxfordUniversity Press, 1989, pp 624-632.

    9. Robert JM, Redman CWG. Pre-eclampsia: Morehan pregnancy induced hypertension. Lancet1993;341:1447-1451.

    10. Dekker GA, van geijn HP. Endothelial dysfunctionin preecalmpsia: part I. Primery prevention:therapeutic prospectives. J prinet Med 1996;24:99-117.

    11. Smarason AK, SargentIL, Starkey PM, RedmanCWG. The effect of placental sincytiotrofhoblastmicrivillous membranes from normal and

    preeclamptic womwn on the grawth of endothelial,cells in vivo. Br J Obstet Gynaecol 1993;100:943-

    949.12. Zaeman GG, Dekker GA. Pathogenesis of

    preeclampsia: A hyphothesis. Clin Obstet Gynecol1992;35:317-337.

    13. Concard KP, Benyo DF. Placental cytokines andthe pathogenesis of preeclampsia. Am J reprodImmunol 1997;37:240-249.

    14. Cooper DW, Breenecks SP, Wilton AN. Geneticsof preecalmpsia. Hypertens Preg 1993;12:1-23.

    15. Robillard PY, Hulsey TC, Alexander GR, et al.Paternity pettern and risk of preeclampsia in the

    last pregnancy in multiparae. J Reprod Immunol1993;24:1-12.

    16. Trupin LS, Simon LP, Eskenazi B. Change inpaternity: A risk factor for preeclampsia in

    multipras. Epidemiology 1996;7:240-244.

    17.

    Klonoff-Cohen HS, Savitz DA, Cefalo RC,McCAnn MF. An epidemiologic study ofcontracepion and preeclampsia. JAMA

    1998;262:3143-3147.18. Robillard PY, Hulsey TC, Preianin J, et al.

    Assocition of pregnancy-induced hypertension with

    duration of sexual cohabitation before conception.Lancet 1994;344:973-975.

    19. Clark DA. Does immunological intercourse preventpreeclampsia ? Lancet 1994;344:969-970.

    20. Dekker GA. Oral tolerization to peternal antigensand preeclampsia [Abstract SPO]. Am J ObstetGynecol 1996;174:516.

    21. Walsh SW. Lipid peroxidation in pregnancy.Hypertens Pregn 1994;13:1-31.

    22. Halliwel B, Guuteridge JMC, Cross CE. Freeradicals, antoixidants, and human disease: Whereare we now? J Lab Clin Med 1992;119:598-620.

    23. Lu B, Zhang SW, Huang B, Liu W, Li CF.Changes in selinium in patiens wityh pregnancy-induced hypertension. Chin J Obstet Gynecol

    1990;25:325-327.24. Stark JM. Pre-eclampsia and cyticines induced

    oxidatives stress. Br J Obstet Gynaecol1990;100:105-109.

    25. Shankklin DR, Sibai BM. Ultrastructural aspect ofpreeclampsia: I. Placental bed and uterine boundaryvessels. Am J Obstet Gynecol 1989;161:735-741.

    26. Shanklin DR, Sibai BM. Ultrastrucruural aspects ofpeeclampsia: II. Mitochondrial changes. Am J

    Obstet Gynecol 1990;163:943-953.27. OBrien WF. Predicting preeclampsia. Obstet

    Gynecol 1990;75:445-452.28. Dekker GA, Sibai BM. Early dtection of

    preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1991;165:160-172.

    29. Magann EF, Martin JN Jr. The laboratoryevaluation of hypertensive gravidas. ObstetGynecol Surv 1995;50:138-145.

    30. Villar MA, Sibai BM. Clinical significance ofelevated mean arterial blood pressure in secondtrimesterand treshold increase in sistolic aodiastolic blood pressure during the third trimester.Am J Obstet Gynecol 1989;160:419-423.

    31. Conde-Agudelo A, Belizan JM, lede R, Bergel EF.What does an elevated mean erterial pressure in thesecond half of pregnancy predict-gestationalhypertension or preeclampsia? Am J Obstet

    Gynecol 1993;169:509-514.32. Masse J, Forest J-C, Moutquin J-M, et al. A

    propective study of several potential biologic

    markers for early prediction of preeclampsia. Am JObstet Gynecol 1993;169:502-508.

    33. Dekker GA, Makowitz JW, Wallenburg HCS.Comparison of prediction of pregnancy-induced

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    20/23

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    21/23

  • 7/22/2019 PENCEGAHAN PREEKLAMSI (01)

    22/23

    68

    95. Sibai BM, Caritis SN, Thom E, et al. Prevention ofpreeclampsia with low-dose aspirin in helathy

    nulliprous pregnant women. N Engl J Med1993;329:1213-1218.

    96. CLASP Collaborative Grup. CLASP: Arandomized trial of low-dose aspirin for the

    prevention and treatment of preeclampsia among

    9364 pregnant women. Lancet 1994;343:619-629.97. Lilford RJ. Report of a workshop. Whwre next forprophylaxis agains pre-aclampsia? Br J Obstet

    Gynaecol 1996;103:603-6-7.98. Wallenburg HCS, Dekker GA, Makowitz JW,

    Rotmans P. Low-dose aspirin in prevents

    pregnancy induced hypertension and pre-eclampsiain angiotensin-sensitive primigravide. Lancet1986;1:1-3.

    99. McParland P, Pearce JM, Chamberlain GVP.Doppler ultrasuon and aspirin in recognitionand

    prevention of pregnancy-induced hypertension.Lancet 1990:I:1552-1555.

    100.Atallah AN. ECPAA: Randomised triel of low doseaspirin for the prevention of maternal and fetal

    complication in high risk pegnant women. Br JObstet Gynaecol 1996;103:39-47.

    101.Carritis S, Sibai BM, Hauth J, et al. Low-doseaspirin for the prevention of preeclampsia in highrisk women. N Engl J Med 1998;338:701-705.

    102.Rotchell Ye, Cruickshank JK, Gay MP, et al.Barba-dose Low dose Aspirin Study in Pregnancy(BLASP): A randomised trial for the prevention of

    pre-eclampsia and its complications. Br J ObstetGynaecol 1998;105:286-292.

    103.Golding J. A randomised trial of low dose aspirinpor primiparae inpregnancy. Br J Obstet Gynaecol1998;105:293-299.

    104.Casi E, Raziel A, Sherman D, et al. prevention ofpreganncy-induced hypertension in twins by early

    administration of low-dose aspirin: A preliminaryreport. Am J Reprod Immunol 1994;31:19-24.

    105.Ramaiya C, Mgaya HN. Low dose aspirin inprevention of pregnancy-induced hypertension inprimigravidae at the Muhimbili Medical Centre,Dar Es Salaam. East Afr Med J 1995;72:690-693.

    106.Wang Z, Li W. A prospective randomized placebo-controlled trial of low dose aspirin for prevention inintra-uterine growth retardation. Chin Med J1996;109:238-242.

    107.Gilani A, Khan Z. Role of aspirin in managementof pregnancy induced hypertension: A study inPakistani population. Specialist 1994;10:323-325.

    108.Grant JM. Multicentre trial in obstetrics a