pengaruh jenis kayu terhadap pertumbuhan dua jenis jamur

Upload: dwi-ist

Post on 21-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    1/25

    LAPORAN

    PENELITIAN DPP

    TAHUN ANGGARAN 2013

    PENGARUH JENIS KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN

    DUA JENIS JAMUR SEBAGAI PRAPERLAKUAN PADA

    PEMANFAATANNYA UNTUK ENERGI

    Nama Tim Peneliti

    Denny Irawati, S.Hut, M.Si, Ph.D

    Dr.Ir. J.P. Gentur Sutapa, M.Sc

    LABORATORIUM ENERGI KAYU

    BAGIAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2013

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    2/25

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

    B. Tujuan ........................................................................................ 2

    C. Manfaat ...................................................................................................... 3

    II. STUDI PUSTAKA 4

    A.

    Gamal ........................................................................................................ 4

    B.Lamtoro ..................................................................................................... 5

    C.Johar .......................................................................................................... 5

    D.

    Jamur konsumsi ......................................................................................... 6E.Media pertumbuhan jamur ........................................................................ 8

    III. METODE PENELITIAN............................................................................. 9

    A. Bahan penelitian ........................................................................................ 9

    B. Alat penelitian ............................................................................................ 9

    C. Prosedur pelaksanaan ................................................................................. 9

    D. Analisis hasil .............................................................................................. 12

    IV. HASIL PENELITIAN .................................................................................. 14

    V. PEMBAHASAN ............................................................................................ 16

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18

    LAMPIRAN ............................................................................................................ 20

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    3/25

    iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Nilai Rata-rata Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Hasil Analisis

    Statistik 1 Faktor...................................................................................... 14

    Tabel 2. Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)......... 15

    Tabel 3. Analisis Keragaman Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur ................ 15

    Tabel 4. Analisis Tukey Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur 15

    Tabel 5. Korelasi antara Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Kecepatan

    Pertumbuhan Miselia .................................................................................. 16

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Bagan alir penelitian ........................................................................... 13

    Gambar 2. A. Grafik pertumbuhan miselia jamur Kuping; B. Grafik pertumbuhanmiselia jamur Shiitake............................................................................ 17

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Foto pertumbuhan miselia jamur Kuping ......................................... 20

    Lampiran 2. Foto pertumbuhan miselia jamur Shiitake ....................................... 21

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    4/25

    iv

    ABSTRAK

    Semakin berkurangnya potensi bahan bakar fosil menuntut usaha yang semakin keras

    untuk menemukan jenis bahan bakar pengganti yang dapat diperbaharui. Kayu dapat

    digunakan sebagai bahan baku bio-etanol. Sebagai bahan baku bio-etanol serbuk kayu

    memiliki keunggulan, yaitu potensinya berlimpah, harganya murah dan tidak bersaingdengan penggunaan manusia sebagai sumber bahan makanan. Akan tetapi sebagai materi

    lignoselulotik, kendala yang dihadapi serbuk kayu sebagai bahan baku etanol adalah

    adanya kandungan lignin di dalam kayu. Oleh karena itu untuk meningkatkan produk

    etanol dari kayu diperlukan tindakan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi

    kandungan ligninnya terlebih dahulu.

    Proses pendegradasian lignin dari dalam kayu dapat dilakukan secara biologi denganmenggunakan jamur pelapuk putih. Beberapa jenis jamur yang biasa dikonsumsi oleh

    masyarakat seperti jamur kuping (Auricularia auricula-judae) dan jamur shiitake (Lentinusedodes) ternyata juga merupakan jamur pelapuk putih dan secara selektif dapat

    mendegradasi lignin di dalam kayu, sehingga pembudidayaan jenis-jenis jamur yang dapat

    dikonsumsi tersebut dapat merupakan cara pretreatmen untuk mengurangi kadar ligninpada serbuk kayu. Pembudidayaan jamur konsumsi ini perlu terus ditingkatkan, karena

    selain menghasilkan jamur yang dapat dimakan, limbah medianya juga merupakan potensi

    yang besar untuk bahan baku bio-etanol.

    Sejauh ini jenis jamur seperti yang tersebut di atas telah banyak dibudidayakan oleh

    masyarakat dengan menggunakan kayu Sengon sebagai medianya. Belum ada penelitian

    untuk menggunakan jenis kayu lain untuk budidaya jamur konsumsi tersebut. Namun

    sesungguhnya setiap spesies jamur memiliki persyaratan kondisi pertumbuhan yang

    berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan

    miselia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh interaksi antara

    jenis media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia.

    Penelitian ini dilakukan dengan menumbuhkan jamur kuping (A. auricula-judae) dan

    jamur shiitake (L. edodes) pada media yang terbuat dari kayu gliriside, lamtoro, dan johar.

    Sebelum diinokulasi dengan jamur, masing-masing media dianalisis kandungan kimianya(ekstraktif, holoselulosa, alfaselulosa, Klason lignin, lignin terlarut asam, dan abu). Media

    jamur dibuat dari serbuk kayu yang ditambah dengan nutrisi dan mineral. Kemudian kedalam media tersebut juga ditambahkan air hingga kadar air media mencapai kurang lebih

    70%. Media seberat 20 g kemudian dimasukkan kedalam petri disk, disterilisasi, dandiinokulasi dengan bibit masing-masing jamur. Pertumbuhan miselia jamur diukur dengan

    cara mengukur panjang miselia yang nampak pada permukaan media setiap 2 hari hingga

    pertumbuhan miselia memenuhi petri disk.

    Terdapat interaksi antara jenis kayu dan jenis jamur terhadap pertumbuhan miseliaKayu Lamtoro dan Gliriside merupakan jenis yang baik untuk pertumbuhan miselia jamur

    Kuping dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,56 dan 2,16 mm/hari,

    sedangkan kayu Gliriside dan Johar merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan

    miselia jamur Shiitake, dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,25 dan 2,04

    mm/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

    antara komponen kimia kayu dengan kecepatan pertumbuhan miselia masing-masing

    jamur.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    5/25

    v

    I. PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Krisis bahan bakar fosil tengah melanda dunia. Semakin berkurangnya potensi bahan

    bakar fosil menuntut usaha yang semakin keras untuk menemukan jenis bahan bakar

    pengganti yang dapat diperbaharui. Di Indonesia sendiri produksi minyak bumi sudah tidak

    mampu mencukupi kebutuhan dalam negerinya sejak tahun 2004. Jumlah kendaraan

    bermotor yang membutuhkan bahan bakar bensin terus bertambah. Oleh karena itu perlu

    dicari bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor yang produksinya dapat

    diperbaharui (renewable).

    Salah satu materi yang dapat digunakan sebagai bahan baku produksi bio-etanol

    adalah bahan lignoselulotik, misalnya kayu. Sebagai bahan baku produksi bio-etanol, kayumemiliki keunggulan yaitu potensinya yang cukup besar di Indonesia (kurang lebih 42,2

    juta m3 untuk tahun 2010) dan tidak bersaing dengan penggunaan lain yang merupakan

    kebutuhan utama manusia yaitu sumber makanan (Anonimus, 2010). Akan tetapi kayu

    juga memiliki kelemahan sebagai bahan baku bio-etanol yaitu adanya kandungan lignin

    yang menyebabkan rendahnya laju hidrolisis. Hasil penelitian yang sudah kami lakukan

    sebelumnya yaitu pada bahan baku limbah serbuk kayu jati, meranti dan sengon, yang

    diberi pretreatmen biologi (menggunakan jamur P. chrysosporium yang merupakan jamur

    pelapuk putih untuk mendegradasi lignin) dapat meningkatkan kadar etanol yang

    dihasilkan sebesar 26,68-76,90%, dibanding serbuk yang tidak diberi pretreatmen (Irawati,

    et al., 2009). Lignin menyebabkan aksesibilitas enzim menjadi rendah terhadap

    polisakarida.

    Beberapa jenis jamur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat seperti jamur tiram

    (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia sp.), dan jamur shiitake (Lentinus edodes)

    ternyata juga merupakan jamur pelapuk putih. Pembudidayaan jenis-jenis jamur yang

    dapat dikonsumsi tersebut dapat merupakan cara pretreatmen untuk mengurangi kadar

    lignin pada serbuk kayu sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya hidrolisisnya

    (Contreras et al., 2000; Hideno et al., 2007; Irawati et al., 2012a). Oleh karena itu

    pembudidayaan jamur konsumsi ini perlu terus ditingkatkan, karena selain menghasilkan

    jamur yang dapat dimakan, limbah medianya juga merupakan potensi yang besar untuk

    bahan baku bio-etanol.

    Sejauh ini jenis jamur seperti yang tersebut di atas telah banyak dibudidayakan oleh

    masyarakat dengan menggunakan kayu Sengon sebagai medianya. Belum ada penelitian

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    6/25

    vi

    untuk menggunakan jenis kayu lain untuk budidaya jamur konsumsi tersebut, khususnya di

    Indonesia. Sebenarnya bukan hanya kayu Sengon yang dapat digunakan sebagai media.

    Quimio dalam Chang dan Quimio (1982) menyatakan bahwa jamur Kuping dapat tumbuh

    dengan baik pada media yang terbuat dari kayu Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam de

    Wit) dibanding pada media yang terbuat dari kayu yang lain.

    Di Indonesia terdapat beberapa pohon berkayu yang termasuk dalam famili

    Leguminoceae yang sama dengan Sengon yang belum diketahui sifat kesesuaiannya bila

    digunakan sebagai media pertumbuhan jamur, antara lain Gamal (Gliricidia sepium (Jaqc.)

    Steud.) , Lamtoro (L. leucocephala Lam de Wit), dan Johar (Samanea saman (Jaqc.)

    Merr.). Kayu dari pohon-pohon tersebut tidak banyak digunakan untuk industri karena

    bentuk dan ukuran batang utamanya yang tidak begitu bagus. Masyarakat banyak

    menanam pohon-pohon tersebut sebagai tanaman pagar dan memanfaatkan daunnya

    sebagai pakan ternak. Sejauh ini kayu dari batang pohon tersebut hanya digunakan sebagai

    kayu bakar, walaupun ada kemungkinan dapat juga digunakan sebagai media pertumbuhan

    jamur. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memanfaatan kayu-kayu tersebut

    sebagai media pertumbuhan jamur yang sekaligus merupakan usaha untuk mendegradasi

    kandungan ligninnya secara alami. Setiap spesies jamur memiliki persyaratan kondisi

    pertumbuhan yang berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan, produksi badan buah, serta keefektifannya dalam mendegradasi lignin.

    B.Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    Mengkaji pengaruh interaksi antara jenis media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan

    miselia.

    C.

    Manfaat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis spesies

    kayu yang tepat sebagai media untuk pertumbuhan jamur kayu.

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi (pH,

    kadar air, dan kerapatan) yang optimal untuk pertumbuhan miselia beberapa jenis

    jamur kayu.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    7/25

    vii

    D.Landasan Teori dan Hipotesis

    Jamur kuping (Auricularia sp.) dan jamur shiitake (L. edodes) merupakan jamur

    pelapuk putih dan dapat mendegradasi lignin di dalam kayu yang sesuai yang digunakan

    sebagai media pertumbuhannya. Jenis jamur yang berbeda memiliki persyaratan kondisi

    pertumbuhan yang berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan, produksi badan buah, serta keefektifannya dalam mendegradasi lignin.

    Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan terori yang ada, maka hipotesis awal

    yang diajukan pada penelitian ini adalah: diduga terdapat pengaruh interaksi antara jenis

    media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    8/25

    viii

    II. STUDI PUSTAKA

    A.Gamal

    Gamal (Gliricidia sepium) adalah tumbuhan sejenis perdu yang sering digunakan

    sebagai pagar hidup atau peneduh. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan daerah tropis

    dengan persebaran yang cukup luas yang dibuktikan dengan banyaknya nama daerah yang

    digunakan untuk menyebut tumbuhan ini. Di Laos tumbuhan ini biasa disebut dengan

    kh,noyz, kh,danflangx, sedangkan di Filipina biasa disebut dengan kakawate, dan di

    Malaysia biasa disebut dengan bunga Jepun. Taksonomi atau sistematika dari Gamal

    adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):

    Kingdom : Plantae

    Divisio :Magnoliophyta

    Class :Magnoliopsida

    Ordo :Fabales

    Famili : Legumonoceae

    Genus :Gliricidia

    Species : Gliricidia sepium (Jaqc.) Steud.

    Gamal memiliki ciri yaitu biasanya bercabang banyak, dengan tinggi pohon antara

    215 m dan diameter batang bisa mencapai sekitar 15-30 cm. Warna kulit batangnya

    adalah coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan dan kadang kala beralur dalam pada

    batang yang tua. Gamal memiliki daun majemuk menyirip, dengan ukuran panjang 15-30

    cm. Anak daun berpasangan yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan dengan

    bentuk jorong atau lanset. Karangan bunga dari tumbuhan ini berupa malai berisi 25-50

    kuntum dengan panjang 5-12 cm. Bunga berkelopak 5, berwarna hijau terang, dengan

    mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga

    muncul di akhir musim kemarau, ketika pohon tak berdaun. Tumbuhan Gamal ini memilikibuah polong berbiji 3-8 butir, bentuknya pipih memanjang, dengan ukuran 10-15 cm 1.5-

    2 cm. Pada saat masih muda buahnya berwarna hijau kuning dan akhirnya coklat

    kehitaman bila sudah mengering (Purwanto, 2007).

    Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup,peneduh tanaman (kakao, kopi, dan

    teh), atau sebagai rambatan (vanili dan lada). Perakaran gamal merupakan penambat

    nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendalierosi dangulma.Daun-

    daun gamal mengandung banyakprotein dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk pakan

    ternak.Sedangkan kayunya biasanya digunakan sebagai kayu bakar.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Perduhttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pagar_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Vanilihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ladahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nitrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulmahttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ternakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ternakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulmahttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nitrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ladahttp://id.wikipedia.org/wiki/Vanilihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pagar_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Perdu
  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    9/25

    ix

    B.Lamtoro

    Lamtoro atau yang biasa disebut juga petai cina, merupakan tumbuhan perdu yang

    berasal dari daerah tropis di benua Amerika. Tumbuhan ini dikenal pula dengan aneka

    sebutan, antara lain:petai belalang, petai jawa(Malaysia); lamandro(Papua Nugini); ipil-

    ipil, elena, kariskis (Filipina); dan krathin (Thailan). Sedangkan taksonomi atau

    sistematika dari Lamtoro adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):

    Kingdom : Plantae

    Divisio :Magnoliophyta

    Class :Magnoliopsida

    Ordo :Fabales

    Famili : Legumonoceae

    Genus :Leucaena

    Species :Leucaena leucocephala Lam de Wit

    Pohon Lamtoro dapat mencapai tinggi hingga 20 m, walaupun kebanyakan hanya

    memiliki tinggi sekitar 2-10 m. Percabangannya rendah dan banyak, dengan kulit batang

    berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel.Daunnya majemuk

    dan berbentuk menyirip rangkap. Bunganya juga berbentuk majemuk berupa bongkol

    bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol. Tiap-tiap bongkol

    tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan

    berdiameter 12-21 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5cm.Buahnyapolongberbentuk pita

    lurus, pipih dan tipis. Buah Lamtoro mengandung 15-30 biji yang terletak melintang dalam

    polongan, berbentuk bulat telur sungsang atau bundar telur terbalik. Bijinya mirip petai,

    namun berukuran lebih kecil dan berpenampang lebih kecil (Purwanto, 2007).

    Daun-daun dan ranting muda Lamtoro merupakan pakan ternak. Sedangkan buah

    Lamtoro biasa dikonsumsi oleh manusia. Lamtoro diketahui juga dapat menghasilkan zat

    penyamak dan zat pewarna merah, coklat dan hitam dari kulit batang, daun, dan

    polongnya. Kayu Lamtoro sangat disukai sebagai kayu bakar. Sebenarnya kayu Lamtoro

    memiliki sifat pengerjaan yang cukup baik (mudah dikeringkan dan mudah dikerjakan),

    hanya sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar, batang bebas cabang

    umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon ini banyak bercabang-cabang.

    C.Johar

    Johar adalah namapohonpenghasil kayu yang sering ditanam sebagai peneduh tepijalan.Johar dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi tempat tumbuh, akan tetapi paling

    http://id.wikipedia.org/wiki/Benua_Amerikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bongkolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sentimeterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Petaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Petaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sentimeterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bongkolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Benua_Amerika
  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    10/25

    x

    cocok pada dataran rendah tropika (dibawah 1200 m dpl) dengan iklim muson dan curah

    hujan antara 5002800 mm pertahun. Tumbuhan ini berasal dari Thailan, namun saat ini

    sudah menyebar secara luas. Beberapa nama daerah untuk tumbuhan ini adalah ijuwar

    (Betawi, Sunda), johor (Malaysia), dan bujuk atau dulang (Sumatra). Taksonomi atau

    sistematika dari Johar adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):

    Kingdom : Plantae

    Divisio :Magnoliophyta

    Class :Magnoliopsida

    Ordo :Fabales

    Famili : Legumonoceae

    Genus : Samanea

    Species : Samanea saman (Jaqc.) Merr.

    Pohon Johar dapat mencapai tinggi hingga 30 m, namun rata-rata tinggi pohon

    tersebut adalah 2-20 m. Pohon Johar memiliki batang lurus dan pendek, dengan diameter

    batang jarang melebihi 50 cm. Kulit batangnya berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang

    yang muda dan percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat.

    Daunnya menyirip genap, dengan panjang 10-35 cm. Memiliki tangkai daun bernemtuk

    bulat torak sepanjang 1,5-3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya. Bunga dari tumbuhan

    ini terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjangnya 15-60 cm, berisi 10-60 kuntum

    yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Buahnya berbentuk

    polong memipih, berbiji 20-30 buah dengan tepi yang menebal. Bijinya sendiri berbentuk

    bundar telur pipih, dengan ukuran 6,5-8 6 mm, dan berwarna coklat terang mengkilap.

    Johar sering ditanam di lahan masyarakat dengan sistem agroforestri. Johar juga

    biasa ditanam dihutan baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin.

    Pohon ini juga digunakan sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau

    kakao.Saat ini Johar kerap juga ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan, pohon hias di

    taman-taman, dan sebagai tanaman untuk merehabilitasi lahan tambang. Daun-daun johar,

    bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak dan juga sebagai mulsa

    yang dapat menyuburkan tanah (Jensen, 1999).

    D.Jamur Konsumsi

    Pengertian jamur disini adalah makrofungi yang memiliki tubuh buah yang besar

    dibandingkan yang memiliki bagian vegetatifnya yang mikroskopis. Dalam bahasa Inggrisjamur yang bisa di konsumsi ini biasa disebut mushroom (Gandjar et al., 2006). Jamur

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tropikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropika
  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    11/25

    xi

    merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses

    fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil

    zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme

    lain. Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa, bahan makanan tersebut diuraikan

    menjadi senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan (Parmijo dan Andoko, 2008).

    Hanya beberapa jamur yang bisa dikonsumsi dari ribuan jenis jamur yang tumbuh

    dibumi ini. Dari sedikit jumlah tersebut, ada 5 jenis yang memiliki nilai ekonomi untuk

    dibudidayakan, yaitu jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur champignon dan

    jamur shiitake. Pemanfaatan jamur konsumsi oleh manusia bukan hanya karena lezat tetapi

    juga karena adanya kandungan gizi di dalam jamur tersebut, antara lain : mineral, serat,

    protein, serta beberapa asam amino esensial. Bahkan adapula beberapa yang dinyakini

    memiliki khasiat sebagai obat.

    Pembudidayaan jamur telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Tahapan dari

    budidaya jamur ini adalah : 1). pembuatan spawn atau inokulum, 2). pembuatan kompos

    yaitu substrat yang akan ditumbuhi oleh jamur, dan 3). pengaturan lingkungan

    pertumbuhan agar diperoleh produksi jamur yang maksimal. Berbagai limbah pertanian

    dan kehutanan seperti jerami, bagase dan serbuk kayu dapat digunakan sebagai media

    pertumbuhan jamur.

    Jamur Kuping (Aur icularia sp.)

    Jamur ini disebut dengan jamur kuping karena memang bentuknya mirip telingan

    (kuping) dengan warna coklat muda hingga kemerah-merahan. Tubuh buahnya berlekuk-

    lekuk selebar 3-8 cm. Permukaan atas jamur ini agak mengilap, berurat dan berbulu halus

    mirip beludru di bagian bawahnya. Tangkai buahnya pendek, menempel dimedia tumbuh

    (substart) dengan cara membuat lubang di permukaannya (Parmijo dan Andoko, 2008).

    Secara alami jamur kuping dapat tumbuh diberbagai jenis kayu diberbagai lokasi.

    Namun lokasi tumbuh yang paling baik adalah di kayu-kayu lapuk yang ada di dataran

    rendah bersuhu hangat sampai pegunungan berhawa sejuk. Besaran suhu yang dapat

    ditoleransi oleh jamur kuping adalah 16-36o

    C, tetapi idealnya 26-28o C. Pada fase

    pembentukan miselium, jamur kuping memerlukan kadar air sekitar 62%, kelembaban

    udara 60-75%, dan kadar oksigen tidak terlalu tinggi. Saat memasuki pertumbuhan tubuh

    buah, jamur ini memerlukan suhu 16-22o C dengan kelembaban udara 80-90% dengan

    kadar oksigen tinggi (Chang dan Quimio, 1982).

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    12/25

    xii

    Jamur Shiitake (Lentinus edodes)

    Jamur shiitake merupakan salah satu jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan,

    dan biasanya dibudidayakan pada media berupa log kayu, namu saat ini telah banyak juga

    dibudidayakan dengan menggunakan bag log(Snchez, 2010). Jamur shiitake mempunyai

    tudung seperti bentuk payung, warna tudung kuning kemerahan atau coklat gelap. Lebar

    tudung bervariasi antara 2,5-9 cm dan terdapat selaput kutikula. Bagian bawah tudung

    terdapat lamela yang berisi spora. Tangkai tudung berwarna seperti tudungnya dan sedikit

    agak keras. Panjang tangkai tudung 3-9 cm dan diameternya 0,5-1,5 cm.

    Jamur shiitake baik tumbuh pada daerah dataran tinggi. Suhu dan kelembaban

    optimum untuk pertumbuhan jamur shiitake adalah 22-25oC dan 60-70%. Pada fase

    pembentukan tubuh buah kadar air media yang optimum adalah 70-80% (Suhardiman,

    1998). Akan tetapi sesungguhnya terdapat juga varietas shiitake yang dapat tumbuh pada

    suhu rendah. Chen (2001) menyatakan bahwa terdapat 4 varietas jamur Shiitake bila

    dikelompokkan berdasarkan suhu pembentukan badan buahnya, yaitu: suhu rendah

    (berbuah pada suhu kurang dari 10oC); suhu sedang (berbuah pada suhu antara 10-18oC);

    suhu tinggi (berbuah pada suhu lebih dari 20oC); dan kisaran suhu yang luas (dapat

    berbuah pada suhu antara 5-35oC).

    E. Media Pertumbuhan Jamur

    Berbagai limbah pertanian dan kehutanan seperti jerami, bagase dan serbuk kayu

    dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Nutrisi untuk tumbuh jamur

    didapatkan dari dalam media dan kandungan dari media sangat bervariasi tergantung

    kepada tipe dari jamur yang akan ditumbuhkan (Nair dalam Chang dan Quimio, 1982).

    Terkadang terdapat jenis jamur tertentu yang membutuhkan media yang dikomposkan

    terlebih dahuli sebelum digunakan, akan tetapi ada juga jenis jamur yang dapat

    menggunakan media segar untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian sebelumnya pada

    jamur Kuping, didapatkan hasil bahwa media yang terbuat dari kayu Sengon memberikan

    hasil produksi badan buah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan media yang terbuat

    dari kayu Meranti dan Jati (Irawati et al, 2012b). Hasil penelitian lain pada jamur Shiitake

    menyebutkan bahwa perlakuan pengkondisian terhadap kayu Sugi sebelum digunakan

    sebagai media pertumbuhan jamur Shiitake dapat meningkatkan produktifitas badan buah

    (Meguro et al, 2002). Media buatan yang disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan

    alamiah dari jamur sangat diperlukan untuk produksi jamur dalam jumlah yang besar.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    13/25

    xiii

    III. METODE PENELITIAN

    A. Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu gliriside, lamtoro, dan johar

    yang diperoleh dari pekarangan atau hutan rakyat di daerah Yogyakarta. Dua spesies jamur

    konsumsi jenis pelapuk putih yaitu spesies Auricularia auricula (jamur kuping) dan

    spesies Lentinus edodes (jamur shiitake). Bahan kimia untuk menganalisis komponen

    kimia kayu dan untuk pembuatan media jamur.

    B. Alat penelitian

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

    Alutoklaf

    Cawan petri

    Meja steril untuk inokulasi

    Peralatan pengujian komponen kimia kayu

    Oven

    Timbangan

    Inkubator

    Ayakan 10 dan 60 mesh

    C. Prosedur pelaksanaan

    a.

    Analisis komponen kimia kayu

    Kayu dan media yang akan digunakan terlebih dahulu dianalisis komponen kimianya

    antara lain ekstraktif, holoselulosa, alfaselulosa, lignin dan kadar abu (ASTM D-1102 s.d

    1110) dengan metode sebagai berikut :

    Ekstraktif

    Sebanyak 2 g sampel serbuk kayu dimasukkan dalam cawan saring. Selanjutnya

    cawan saring seisinya dimasukkan dalamsoxhlettsedemikian sehingga ujung cawan saring

    lebih tinggi dari ujung sifon dan sampel didalamnya lebih rendah dari titik ini. Cawan

    saring lalu ditutup dengan sepotong saringan dari logam agar tidak ada serbuk yang hilang.

    Ekstraksi dilakukan dengan 200 ml alkohol benzen (alkohol : benzen = 1 : 2) selama 4-6

    jam. Sesudah selesai, cawan saring itu dikeluarkan darisoxhlettdan dihisap dengan pompa

    vakum hingga isinya kering. Kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    14/25

    xiv

    benzen dan dihisap lagi dengan pompa vakum. Selanjutnya cawan saring dan isisnya

    dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan ditimbang sampai beratnya konstan.

    %100tanker_

    tanker___%

    uringB

    uringBawalBeksk

    Holoselulosa

    Sebanyak 0,70 g (0,05 g) serbuk bebas ekstraktif dimasukkan ke dalam erlenmeyer

    250 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan A (60 ml HCl + 20 g NaOH, ditambahkan

    aquades hingga 1000 ml) dan secara hati-hati dimasukkan pula 1 ml larutan B (200 g

    NaClO2dalam 1000 ml aquades). Erlenmeyer dimasukkan ke dalam penangas air dengan

    suhu 70 20C dan digoyang setiap 30 menit. Pada menit ke 45, 90, dan 150, ditambahkan

    1 ml larutan B dan erlenmeyer digoyang-goyang setiap penambahan larutan B. Sesudah 4

    jam, erlenmeyer dimasukkan ke dalam penangas air es dan ditambahkan 15 ml aquades es.

    Seluruh isi erlenmeyer disaring menggunakan cawan saring yang sudah diketahui berat

    kosongnya. Untuk membersihkan seluruh isi erlenmeyer, dilakukan pencucian dengan 100

    ml larutan asam asetat 1%. Cawan saring dihisap dan dicuci dengan 2-5 ml aseton yang

    dibiarkan menetes keluar karena beratnya, kemudian dihisap lagi selama 3 menit.

    Selanjutnya cawan saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan

    ditimbang sampai beratnya konstan.

    %100tanker_

    tanker__%

    uringSBEB

    uringsaholoseluloBholok

    Alfaselulosa

    Ke dalam cawan saring yang masih berisi holoselulosa ditambahkan beberapa cc

    NaOH 17,5% dengan menggunakan pipet. Cawan saring diletakkan dalam gelas arloji

    yang berisi air hingga holoselulosa terendam oleh air kurang lebih 1 cm selama 5 menit.Setelah itu ditambahkan 3 ml larutan NaOH 17,5% dan diaduk selama 1 menit, dan

    didiamkan selama 35 menit. Setelah 35 menit dimasukkan 6 ml aquades, dan cawan saring

    dikeluarkan dari gelas arloji. Cawan saring beserta isinya dihisap pelan-pelan dan dicuci

    dengan 60 ml aquades sambil terus dihisap. Setelah penghisapan dihentikan, ditambahkan

    10 ml larutan asam asetat 10% dan diaduk serta dihisap lagi hingga kering. Selanjutnya

    cawan saring dicuci kembali dengan 60 ml aquades dan dengan 10 ml aseton. Cawan

    saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur dan ditimbang sampai beratnya konstan.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    15/25

    xv

    %100tanker_

    tanker__%

    uringSBEB

    uringsaalfaseluloBalfak

    Lignin

    Sebanyak 1 g ( 0,1 g) serbuk bebas ekstraktif dipindahkan ke dalam gelas piala

    ukuran 1000 ml dan dicernakan dengan 400 ml air panas di atas penangas air 1000C selama

    3 jam. Setelah itu serbuk disaring dengan cawan saring dan dibiarkan kering. Setelah

    kering dipindahkan ke dalam gelas piala dan ditutup dengan gelas arloji. Dengan perlahan

    sambil diaduk ditambahkan 15 ml H2SO472%, lalu didiamkan selama 2 jam dengan sering

    diaduk. Setelah 2 jam serbuk dicuci dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 ml.

    Selanjutnya konsentrasi asam dibuat menjadi 3% dengan menambahkan 560 ml aquades.

    Larutan tersebut lalu didihkan di bawah pendingin tegak selama 4 jam dan diusahakan agar

    volume tetap dengan menambah air panas sewaktu-waktu. Setelah bahan-bahan yang tidak

    larut dibiarkan mengendap dan disaring dengan cawan saring, kemudian cawan saring

    tersebut dicuci dengan air panas hingga bebas dari asam. Cawan saring beserta isinya

    dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan ditimbang hingga beratnya konstan.

    %100tanker_

    tanker__%

    uringSBEB

    uringligninBlignink

    Lignin terlarut asam

    Lignin terlarut asam diukur dengan menggunakan larutan bening yang diperoleh dari

    pengukuran Klason lignin. Konsentrasi H2SO4dari larutan disesuaikan hingga menjadi 3%,

    dan kemudian absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 205 nm. Larutan 3% H2SO4digunakan sebagai blanko (Lin and Dence 1992).

    Abu

    Sebanyak 2 g ( 0,1 g) serbuk dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah

    diketahui beratnya. Selanjutnya ditempatkan dalam tanur pada suhu 600C selama 4 jam.

    Setelah 4 jam, untuk menyempurnakan pembakaran, maka tutup tanur dibuka selama

    kurang lebih 1 menit sehingga sampel berubah menjadi abu secara sempurna. Setelah itu

    didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan .

    %100tanker_

    __% uringB

    abuBabuk

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    16/25

    xvi

    b. Pembuatan media

    Kayu Gamal, kayu Lamtoro, dan kayu Johar dibuat serbuk dengan ukuran 980 mesh

    dan kemudian digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Ke dalam serbuk kayu

    tersebut kemudian ditambahkan bekatul sebanyak 12,5% sebagai tambahan nutrisi. pH

    media diatur pada kisaran 6-7 dengan penambahan CaCO3sebanyak 6% dari total media.

    Kadar air media diatur dengan menambahkan air hingga Ka mencapai 60-75%.

    c. Pengukuran kecepatan pertumbuhan

    Untuk mengukur laju pertumbuhan miselia, media sebanyak 20 g dengan kadar air 60%,

    65%, 70%, dan 75% dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 90 mm). Pada setiap

    kombinasi jenis kayu dan jamur dibuat 5 kali ulangan. Media yang telah dimasukkan ke

    dalam cawan petri, kemudian di sterilisasi dalam autoclaf pada suhu 121oC selama 20 min,

    and diinokulasi dengan miselia jamur Kuping atau jamur Shiitake yang sebelumnya

    ditumbuhkan terlebih dahulu di media PDA (potato dextrose agar). Kemudian inokulum

    tersebut diinkubasi pada kondisi gelap (di dalam inkubator) dengan suhu pembiakan 25oC.

    Diameter dari koloni jamur diukur setiap 3 hari di 4 arah hingga pertumbuhan miselia

    memenuhi seluruh cawan petri.

    E.

    Analisis hasil

    Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, menggunakan

    dua faktor perlakuan, yaitu : jenis kayu untuk media (A) dan jenis jamur (B). Faktor A

    terdiri dari 3 taraf, yaitu : kayu Gamal, kayu Lamtoro, dan kayu Johar. Sedangkan faktor B

    berupa jenis jamur, terdiri dari 2 taraf, yaitu : jamur Kuping dan jamur Shiitake.

    Banyaknya ulangan yang digunakan adalah 3, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak

    3 x 2 x 3 = 18 sampel. Parameter yang diamati adalah kecepatan pertumbuhan miselia.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    17/25

    xvii

    Selengkapnya prosedur penelitian yang akan dilakukan digambarkan pada bagan alir

    dibawah ini :

    Gambar 1. Bagan alir penelitian

    Serbuk kayu Gamal,

    Lamtoro, dan Johar

    Analisis kimia kayu

    Pembuatan media autoklaft

    121oC, 15 atm selama 20 menit

    Inokulasi selama 3 dan 4bulan, dengan diukur

    pertumbuhan miselianya

    setiap 2 hari

    Analisis kecepatan

    pertumbuhan miselia

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    18/25

    xviii

    IV. HASIL PENELITIAN

    A. Komponen Kimia Kayu

    Kayu merupakan bahan lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin

    dan ekstraktif. Pada jenis kayu yang berbeda maka jenis dan komposisi masing-masing

    komponen kayu tersebut juga berbeda. Nilai rata-rata kandungan kimia serbuk kayu dan

    hasil analisis statistik 1 faktor yaitu jenis kayu disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1.Nilai Rata-rata Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Hasil Analisis Statistik 1 Faktor.

    Sifat Kimia Gliriside Lamtoro Johar ANOVA

    Kadar ekstraktif 5,18 0,14 c 1,98 0,20 a 3,12 0,40 b **

    Kadar Klason lignin 27,47 0,39 c 22,00 0,28 b 20,16 0,79 a **

    Kadar lignin terlarut asam 1,35 0,05 a 1,48 0,03 b 2,60 0,01 c **

    Kadar holoselulosa 83,85 0,12 83,56 1,07 84,97 0,55 ns

    Kadar -selulosa 53,72 0,55c 43,69 0,97 a 47,15 0,44 b **

    Kadar hemiselulosa 30,12 0,43a 39,87 2,05 b 37,82 0,11 b **

    Kadar abu 1,79 0,06 b 1,56 0,11 a 1,44 0,03 a **

    Keterangan: hasil yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu baris berarti tidak berbeda nyata

    berdasar analisis Tukey pada = 5%. **: berbeda sangat nyata pada = 1%. ns:tidak berbeda nyata.

    Kadar ekstraktif, kadar Klason lignin, dan kadar -selulosa tertinggi terdapat pada

    kayu Gliriside dan secara statistik terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jenis kayu

    yang satu dengan yang lain. Kadar lignin terlarut asam tertinggi terdapat pada kayu Johar

    dan secara statistik terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jenis kayu yang satu

    dengan yang lain. Kadar hemiselulosa dihitung berdasarkan pengurangan antara kadar

    holoselulosa dan kadar -selulosa. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara

    kadar hemiselulosa pada kayu Lamtoro dan Johar, tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada kayu

    Gliriside. Demikian halnya dengan kadar abu, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata

    antara kadar abu pada kayu Lamtoro dan Johar, tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada kayu

    Gliriside. Kayu Gliriside memiliki kadar abu yang paling tinggi dibanding kedua jenis kayu yang

    lain.

    B. Kecepatan Pertumbuhan Miselia

    Hasil pengukuran rata-rata kecepatan pertumbuhan pada dua aras jenis jamur dan

    jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan hasil pengukuran penambahan

    pertumbuhan miselia disajikan pada Lampiran 1.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    19/25

    xix

    Tabel 2. Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)

    Jenis kayuJenis jamur

    Rata-rataKuping Shiitake

    Gliriside 2,16 0,30 2,25 0,22 2,20

    Lamtoro 2,56 0,02 1,41 0,09 1,98

    Johar 1,29 0,49 2,04 0,22 1,67Rata-rata (%) 2,00 1,90 1,95

    Untuk mengetahui pengaruh interaksi jenis kayu dan jenis jamur serta masing-

    masing faktor terhadap kecepatan pertumbuhan miselia jamur, dilakukan analisis

    keragaman terhadap data hasil pengukuran tersebut. Hasil analisis statistik kecepatan

    pertumbuhan miselia jamur ditampilkan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Analisis Keragaman Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur

    Sumber Variasi DB KT F. Hit Sig KeteranganJenis jamur 1 0,065 0,884 0,360 ns

    Jenis kayu 2 0,580 7,942 0,003 **

    Interaksi 2 1,864 25,515 0,000 **

    Error 18 0,073

    Total 23

    Keterangan: **: berbeda sangat nyata pada = 1%. ns: tidak berbeda nyata.

    Hasil analisis keragaman kecepatan pertumbuhan miselia pada faktor jenis jamur dan

    jenis kayu menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang

    nyata terhadap kecepatan pertumbuhan miselia pada taraf signifikansi 1%. Faktor jenis

    kayu juga menunjukkan kecendungan yang sama yaitu memberikan pengaruh yang nyata

    terhadap kecepatan pertumbuhan miselia pada taraf signifikansi 1%. Akan tetapi, faktor

    jenis jamur secara statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Uji lanjut

    untuk mengetahui taraf-taraf dari interaksi kedua faktor yang menunjukkan perbedaan

    disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Analisis Tukey Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)Jenis kayu

    Jenis jamur

    Kuping Shiitake

    Gliriside 2,16 0,30 b 2,25 0,22 b

    Lamtoro 2,56 0,02 c 1,41 0,09 a

    Johar 1,29 0,49 a 2,04 0,22 b

    Keterangan: hasil yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

    berdasar analisis Tukey pada = 5%.

    Hasil uji lanjut dengan menggunakan metode Tukey diketahui bahwa kayu Lamtoro

    memberikan kecepatan pertumbuhan miselia yang paling rendah untuk jenis jamur Shiitake

    demikian pula kayu Johar untuk jenis jamur Kuping, dan berbeda nyata dengan kombinasi

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    20/25

    xx

    antara jenis kayu dan jenis jamur yang lain. Kombinasi antara kayu Lamtoro dengan jamur

    Kuping memberikan kecepatan pertumbuhan yang paling tinggi.

    C. Korelasi antara Komponen Kimia Kayu dengan Kecepatan Pertumbuhan Miselia

    Hasil analisis korelasi antara kandungan komponen kimia kayu dengan kecepatan

    pertumbuhan miselia pada masing-masing jenis jamur yaitu Kuping dan Shiitake disajikan

    pada Tabel 5.

    Tabel 5.Korelasi antara Kandungan Kimia Kayu (%) dan Kecepatan Pertumbuhan Miselia.

    Sifat Kimia r Kuping r Shiitake

    Kadar ekstraktif 0,54 ns 0,39 ns

    Kadar Klason lignin -0,04 ns 0,85 ns

    Kadar lignin terlarut asam 0,68 ns -0,99 ns

    Kadar holoselulosa 0,86 ns -0,91 nsKadar -selulosa 0,53 ns 0,40 ns

    Kadar hemiselulosa -0,40 ns -0,53 ns

    Kadar abu -0,14 ns 0,89 ns

    Keterangan: ns: tidak berbeda nyata. Tanda negatif (-) berati terdapat hubungan yang berlawanan.

    Secara statistik tidak terlihat adanya hubungan yang signifikan antara semua jenis

    komponen kimia kayu dengan kecepatan pertumbuhan.

    V. PEMBAHASAN

    Pertumbuhan miselia kedua jenis jamur pada media yang terbuat dari 3 jenis kayu

    yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 2. Secara statistik terlihat perbedaan yang

    signifikan pada kecepatan pertumbuhan miselia jamur pada setiap jenis kayu. Pertumbuhan

    miselia jamur Kuping tercepat terdapat pada media yang terbuat dari kayu Lamtoro (2,56

    mm/hari), sedangkan miselia jamur Shiitake pertumbuhannya cepat pada media yang

    terbuat dari kayu Gliriside (2,25 mm/hari) maupun Johar (2,04 mm/hari). Pertumbuhan

    paling lambat dari miselia jamur Kuping terlihat pada media yang tebuat dari kayu Johar,

    sedangkan pertumbuhan paling lambat dari miselia jamur Shiitake terlihat pada media

    yang tebuat dari kayu Lamtoro.

    Kecepatan pertumbuhan miselia jamur dipengaruhi oleh kandungan komponen kimia

    pada media pertumbuhannya (Obadi, et al., 2003). Pada penelitian kali ini secara statistik

    tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kimia kayu dengan kecepatan

    pertumbuhan miselia masing-masing jamur (Tabel 5). Hal ini mungkin disebabkan karena

    terbatasnya jenis kayu yang digunakan (3 jenis) sebagai sampel sehingga belum cukup

    untuk menggambarkan pengaruh dari masing-masing komponen kimia terhadap kecepatan

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    21/25

    xxi

    pertumbuhan miselia. Akan tetapi apabila dilihat dari besarnya nilai korelasi (r) pada

    masing-masing jenis jamur, diketahui bahwa jenis jamur yang berbeda dipengaruhi oleh

    komponen kimia kayu yang belum tentu sama.

    Gambar 2. A. Grafik pertumbuhan miselia jamur Kuping;

    B. Grafik pertumbuhan miselia jamur Shiitake.

    Kecepatan pertumbuhan miselia jamur Kuping cenderung dipengaruhi oleh kadar

    holoselulosa kayu. Semakin tinggi kadar holoselulosa dalam kayu maka kecepatan

    pertumbuhan miselia jamur Kuping semakin tinggi pada jenis kayu tersebut. Hal ini

    mungkin disebabkan karena holoselulosa merupakan sumber karbon yang digunakan oleh

    miselia jamur Kuping untuk tumbuh.

    Dilain pihak, hal ini berkebalikan dengan kecepatan pertumbuhan miselia jamur

    Shiitake yang cendenrung berbanding terbalik dengan kadar lignin terlarut asam dan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

    Pertumbuhan(mm)

    Hari ke-

    Gliriside

    Johar

    Lamtoro

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

    Pertumbuha

    n(mm)

    Hari ke-

    Gliriside

    Johar

    Lamtoro

    A

    B

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    22/25

    xxii

    holoselulosa kayu. Tingginya kadar holoselulosa dalam kayu tidak menambah kecepatan

    pertumbuhan miselia jamur Shiitake. Kadar lignin kayu menunjukkan kecenderungan

    pengaruh yang berbanding lurus dengan kecepatan pertumbuhan miselia jamur Shiitake.

    Hal ini mungkin berarti bahwa berbeda dengan jamur Kuping, jamur Shiitake mengambil

    karbon yang bersumber dari lignin kayu.

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

    interaksi antara jenis kayu dan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia. Kayu Lamtoro

    merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan miselia jamur Kuping, sedangkan kayu

    Gliriside dan Johar merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan miselia jamur

    Shiitake.

    Saran yang untuk penelitian kedepan adalah, selain kecepatan pertumbuhan miselia

    sebaiknya dilakukan pula pengukuran densitas miselia, karena dari pengamatan yang telah

    dilakukan terlihat adanya perbedaan ketebalan miselia pada masing-masing jenis kayu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonimus, 1984. Annual Book of ASTM Standards. D-1102 s.d 1110 Standard Method of

    Wood Chemistry. Philladelphia. USA.

    Anonimus, 2010. Statistik Kehutanan Indonesia 2010. http://www.dephut.go.id/files/

    stat2010_buk.pdf. download: 5 Mei 2012.

    Chang, S.T. dan T.H. Quimio, 1982. Tropical mushrooms: biological nature and

    cultivation methods. The Chinese University Press. Hong Kong.

    Chen, A.W., 2001. Cultivation of Lentinula Edodes on Synthetic Logs. The Mushroom

    Growers Newsletter.

    Contreras, A.M.L., P.A.M. Claassen, H. Mooibroek, dan W.M. De Vos, 2000. Utilisation

    of Saccharides in Extruded Domestic Organic Waste by Clostridium Acetobutylicum

    ATCC 824 for Production of Aceton, Butanol and Ethanol. Appl Microbiol

    Biotechnol 54:162-167.

    Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari, 2006. Mikologi : Dasar dan Terapan. Yayasan

    Obor Indonesia. Jakarta.

    Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Vol. II dan III, Diterjemahkan oleh Badan

    Litbang Dep. Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

    Hideno, A., H. Aoyagi, S. Isobe, dan H. Tanaka, 2007. Utilization Of Spent SawdustMatrix After Cultivation Of Grifola Frondosa As Substrate For Ethanol Production

    http://www.dephut.go.id/files/http://www.dephut.go.id/files/
  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    23/25

    xxiii

    By Simultaneous Saccharification And Fermentation. Food Sci. Technol. Res.

    13(2):111-117.

    Irawati, D., N.R. Azwar, W. SyafiI, dan I.M. Artika, 2009. Pemanfaatan Serbuk Kayu

    Untuk Produksi Etanol Dengan Perlakuan Pendahuluan Delignifikasi Menggunakan

    JamurPhanerochaete Chrysosporium. Jurnal Ilmu Kehutanan. 3:13-22.Irawati, D., S. Yokota, T. Niwa, Y. Takashima, C. Ueda, F. Ishiguri, K. Iizuka, dan N.

    Yoshizawa, 2012a. Enzymatic saccharification of spent wood-meal media made of 5different tree species after cultivation of edible mushroom Auricularia polytricha.

    Journal of Wood Science. 58:180-183.

    Irawati, D., C. Hayashi, Y. Takashima, S. Wedatama, F. Ishiguri, K. Iizuka, N. Yoshizawa,dan S. Yokota, 2012b. Cultivation of the edible mushroom Auricularia polytricha

    using sawdustbased substrate made of three Indonesian commercial plantationspecies,Falcataria moluccana, Shorea sp., and Tectona grandis. Micol Aplicada Int.

    24:33-41.

    Jensen, M., 1999.Trees Commonly Cultivated in Southeast Asia: an illustrated field guide.

    2nd Ed. FAO - RAP Publication.

    Lin, S.Y. dan C.W. Dence, 1992. Methods in lignin chemistry. Springer Verlag. Berlin.

    Meguro, S., E. Ishii, dan S. Kawachi, 2002. Cultivation of shiitake in sugi wood meal Ih

    effects of seasoning treatment for wood meal on mycelial growth. J Wood Sci.

    48:516-520.

    Obadi, M., J. Cleland-Okine, dan K. A. Vowotor, 2003. Comparative study on the growthand yield ofPleurotus ostreatus mushroom on different lignocellulosic by-products.

    J.Ind. Microbiol. Biotechnol.30: 146-149.

    Parjimo, H. dan A. Andoko, 2008. Budidaya Jamur : Jamur Kuping, Jamur Tiram dan

    Jamur Merang. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Purwanto, I., 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    Snchez, C., 2010. Cultivation of Pleurotus ostreatus and other edible mushrooms. Appl

    Microbiol Biotechnol. 85:13211337.

    Suhardiman, P., 1998. Jamur Shitake. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Sumaryono, W., 2005. Policy and R&D on Biofuel and Biomass in Indonesia. Dalamproceeding Biomass Asia Workshop 2, 13-15 Desember 2005, hal. 6, Bangkok,

    Thailand.

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    24/25

    xxiv

    LAMPIRAN 1. Foto pertumbuhan miselia jamur Kuping

    A. Pada media serbuk kayu Gliriside

    B.

    Pada media serbuk kayu Lamtoro

    C. Pada media serbuk kayu Johar

    Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18

    Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18

    Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18

  • 7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur

    25/25

    LAMPIRAN 2. Foto pertumbuhan miselia jamur Shiitake

    A. Pada media serbuk kayu Gliriside

    B. Pada media serbuk kayu Lamtoro

    C. Pada media serbuk kayu Johar

    Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18

    Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18

    Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18